p-ISSN: 2622-4763 | e-ISSN: 2622-2159 | Vol. 2 No. 1 (Januari) 2019, Hal. 243-255
A. Pendahuluan
Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat di era
global harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan
berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Kurikulum
2013 merupakan upaya pemerintah guna memfasilitasi kebutuhan
tersebut. Hal ini sesuai dengan paparan wakil menteri pendidikan dan
kebudayaan Republik Indonesia, “semua mata pelajaran pada kurikulum
2013 harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan” (Kurniasih, 2014: 28).
Dalam pelaksanaannya, kurikulum 2013 mengimplementasikan
sebuah proses pembelajaran yang terintegrasi antar muatan pelajaran
yang disebut dengan pembelajaran tematik. Menurut Indriyani (2015: 3)
pembelajaran tematik memerlukan sebuah pendekatan saintifik untuk
menjadikan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (students
centered). Implementasi pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman
belajar pokok yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/
eksperimen, mengasosiasikan/ mengolah informasi, dan
mengkomunikasikan (Kurniasih, 2014: 67).
Salah satu aspek dari pendekatan saintifik yang perlu dikuasai peserta
didik yaitu keterampilan bertanya. Bertanya merupakan kegiatan
mengomunikasikan ide dan pemikiran melalui sebuah pertanyaan.
Keterampilan bertanya merupakan salah satu indikator paham tidaknya
peserta didik dalam menangkap pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Pertanyaan yang disampaikan oleh peserta didik dapat mencerminkan
seberapa jauh tingkat kemampuan kognitifnya. Hal tersebut seperti yang
disampaikan oleh Boswell dalam Prilanita (2017: 245) bahwa jenis
pertanyaan kognitif seseorang mencerminkan pengetahuan dan
pemahamannya secara faktual.
Royani (2014: 2) menyebutkan bahwa keterampilan bertanya
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian
dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas.
Melalui pengamatan aktivitas bertanya peserta didik, guru dapat
mendeteksi hambatan proses berpikir pada diri peserta didik. Dengan
demikian guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tingkat pemahaman
peserta didik.
SDN Salatiga 02 merupakan salah satu sekolah dasar di wilayah
Salatiga yang sudah dari awal melaksanakan pembelajaran tematik
melalui rangkaian kegiatan kurikulum 2013. Oleh karena itu, SDN Salatiga
244
Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan
Volume 2 Nomor 1 (Januari) 2019, Hal. 243-255
245
Evi Susilowati, Peningkatan keterampilan bertanya dan hasil belajar peserta didik melalui
penerapan model problem based learning
246
Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan
Volume 2 Nomor 1 (Januari) 2019, Hal. 243-255
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) dengan tujuan untuk meningkakan keterampilan bertanya dan
hasil belajar peserta didik. Desain penelitian ini menggunakan model dari
Kemmis dan M. Taggrat (1993) (Tampubolon 2014:154). Penelitian ini
dilaksanakan dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Setiap
siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perancanaan tindakan (planning),
pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi
(reflecting). Desain penelitian dapat dilihat pada bagan berikut.
Siklus 1
Planning
Reflecting Acting
Observing
Siklus 2
Replanning
Reflecting Acting
Observing
247
Evi Susilowati, Peningkatan keterampilan bertanya dan hasil belajar peserta didik melalui
penerapan model problem based learning
248
Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan
Volume 2 Nomor 1 (Januari) 2019, Hal. 243-255
249
Evi Susilowati, Peningkatan keterampilan bertanya dan hasil belajar peserta didik melalui
penerapan model problem based learning
250
Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan
Volume 2 Nomor 1 (Januari) 2019, Hal. 243-255
251
Evi Susilowati, Peningkatan keterampilan bertanya dan hasil belajar peserta didik melalui
penerapan model problem based learning
siswa (43%) dengan kategori tidak tuntas. Sedangkan pada siklus II dengan
40 peserta didik yang hadir, terdapat 38 yang termasuk kategori tuntas
yakni sebesar 90% sedangkan 4 siswa dikategorikan tidak tuntas yakni
sebesar 10%. Rata-rata nilai secara klasikal pada siklus I muatan Bahasa
Indonesia adalah 77 dan pada siklus II adalah 82.
Hasil belajar Bahasa Indonesia dengan penerapan model problem
based learning dapat dilihat pada tabel 2.
252
Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan
Volume 2 Nomor 1 (Januari) 2019, Hal. 243-255
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Bertanya dengan Bertanya dengan Bertanya dengan Bertanya antar
mengacungkan tulisan sesama teman kelompok
tangan
Siklus 1 Siklus 2
D. Simpulan
Penerapan model problem based learning menunjukkan perolehan
hasil keterampilan bertanya meningkat dari siklus I ke siklus II untuk setiap
indikatornya. Indikator bertanya dengan mengacungkan tangan pada siklus I
sebesar 31% dan meningkat menjadi 64% di siklus II. Indikator keterampilan
bertanya dengan tulisan pada siklus I sebesar 43% dan meningkat menjadi
100% di siklus II. Indikator keterampilan bertanya dengan sesama teman pada
siklus I sebesar 38% dan meningkat menjadi 85% di siklus II. Indikator
keterampilan bertanya antar kelompok pada siklus I sebesar 36% dan
meningkat menjadi 70% di siklus II. Penerapan model problem based
learning juga berhasil meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini
ditunjukkan dengan ketuntasan hasil belajar Bahasa Indonesia di siklus I
sebesar 57% dan mengalami peningkatan menjadi 90% pada siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan
keterampilan bertanya dan hasil belajar peserta didik kelas 2 SD Negeri
Salatiga 02.
253
Evi Susilowati, Peningkatan keterampilan bertanya dan hasil belajar peserta didik melalui
penerapan model problem based learning
Daftar Pustaka
Amran, Ikhsan, M., & Duskri, M. (2016). Peningkatan Kemampuan
Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMA 3 Banda Aceh
melalui Penerapan Model Problem Based Learning. Jurnal Didaktik
Matematik, 3(2). Diakses di:
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/view/5644/4675
Astuti, Widiya. (2018). Peningkatan keterampilan bertanya melalui penerapan
pembelajaran model problem based learning (pbl) siswa kelas v di sdi at-
taqwa pamulang tahun ajaran 2017/2018. Diakses di
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/40217
Farisi, A., Hamid, A., & Melvina. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Suhu dan Kalor. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika, 2(3), 283-287. Diakses di
https://www.neliti.com/publications/202647/pengaruh-model-
pembelajaran-problem-based-learning-terhadap-kemampuan-berpikir-
k
Kurniasih, I., & Sani, B. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan
Penerapan. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, 1–162. Diakses di
https://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan
%20Wamendik.pdf
Nafiah, Y. N., Suyanto, W., & Yogyakarta, U. N. (n.d.). Penerapan Model
Problem-Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis. (c), 125–143. Diakses di
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/1070
Parasamya, C. E., & Wahyuni A. (2017). Peningkatan Hasil Belajar Fisika
Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika, 2(1), 42-49.
Diakses di https://www.neliti.com/id/publications/187627/upaya-
peningkatan-hasil-belajar-fisika-siswa-melalui-penerapan-model-
pembelajaran
Prilanita, Y. N., & Sukirno. (2017). Peningkatan Keterampilan Bertanya Siswa
Melalui Faktor Pembentuknya. Cakrawala Pendidikan, Juni 2017, Th.
XXXVI, No. 2. 244-256. Diakses di
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/11223
Royani, M., & Muslim. B. (2014). Keterampilan Bertanya Siswa Smp Melalui
Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz Pada Materi Segi Empat.
254
Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan
Volume 2 Nomor 1 (Januari) 2019, Hal. 243-255
255