Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ICARE UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA DI ERA


PANDEMI COVID.19

Suci Rahmadhani1, Amiruddin Siahaan2, Indra Jaya3


1
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,UIN Sumatera Utara
E-mail: 1 sucirahmadhani1501@gmail.com
2
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,UIN Sumatera Utara
E-mail: 2 amiruddin.siahaan@gmail.com,
3
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,UIN Sumatera Utara
E-mail: 3 Indradoktor@gmail.com

ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model
pembelajaran ICARE untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis
siswa di era pandemi covid.19 di SMP Tunas Bangsa. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Sampel penelitian ini adalah
siswa kelas VIII. Pada penelitian ini, teknik analisis data yang dilakukan
menurut Miles dan Huberman, yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan teknik pengumpulan
data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) Subjek penelitian pada tingkat kemampuan
berfikir kritis tinggi sudah mampu memyelesaikan soal matematika
siswa dari indikator 1 sampai dengan indikator 4,Dan dapat simpulkan
bahwa hasil penelitian kemampuan berfikir kritis siswa dengan
menerapkan Model Pembelajaran (ICARE) siswa kelas VIII SMP Swasta
Tunas Bangsa Tahun Ajaran 2021-2022 dikatakan mampu dan baik.
Kata Kunci; Analisis Penerapan Model Pembelajaran ICARE, Kemampuan
Berfikir Kritis
ABSTRAC :

This study aims to find out how to apply the ICARE learning model to
improve students’ critical thinking skills in the covid.19 pandemic era at
Tunas Bangsa Junior High School. This research is a descriptive
qualilatitative research. The sampel iof this research is class VIII students.
In this study, data analiysus techniques perfromed according to Miles and
Huberman, namely data collection, data reduction, data presentation, and
drawing conclusions and data collection techniques by interview,
observation, and documentation. The result showd that (1) the research
subjects’ math problem from indicato 1 to indicator 4, and it can be
concluded that the result of reseach on students’ critical thinking skill by
applying the Learning Model ICARE for class VIII junior high school
students Private Tunas Sangsa Nation for the Acadmic Year 2021//2022
is said to be capable and good.
Keywords; Analysis of the Application of ICARE Learning Model, Critical
Thinking Ability
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang universal dalam


kehidupan manusia. Karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat
pendidikan. Pendidikan merupakan proses perubahan tingkah laku,
budi pekerti dan kepintara yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
pembelajaran, dan pendidikan sangat penting untuk menggali potensi
diri dan menciptakan generasi yang berkualitas unggul agar dapat
menciptakan suatu perubahan yang lebih baik dalam mengembangkan
suatu Negara.
Sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari untuk setiap jenjang
pendidikan. Matematika dijadikan sebagai hal yang penting untuk
diajarkan kepada siswa. Dikarenakan pentingnya pendidikan
matematika maka pembelajaran matematika yang diberikan disekolah
harus dapat mengasah siswa agar mereka memiliki kompetensi dasar
dalam matematika sesuai dengan tujuan umum mata pelajaran
matematika. Kebanyakan guru matematika menggunakan metode
ceramah satu arah yang membuat siswa tidak tertarik dan malas belajar
matematika.
Keterampilan berfikir siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran
matematika, terutama kemampuan berfikir kritis merupakan hal yang
sangat penting untuk meningkatkan pembelajaran matematika yang
merupakan pembelajaran menggunakan logika agar dapat memilih dan
memutuskan pemecahan masalah dalam matematika. Keterampilan
berfikir kritis penting untuk dilatih karena berfikir kritis sebagai
keterampilan belajae dan inovasi yang diperlukan dalam persiapan siswa
menghadapi pendidikan setelah lulus sekolah atau dunia kerja. Oleh
karena itu, siswa harus memiliki keterampilan berfikir kritis.
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis dengan guru
mengatakan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran
matematika adalah respon siswa terhadap pelajaran matematika kurang
baik, dilihat dari antusias mereka ketika menjawab pertanyaan dari
guru. Apalagi ketika mereka diberikan latihan-latihan soal untuk lebih
memahami materi sekitar 30% siswa yang mengerjakan. Kurangnya
motivasi belajar siswa dan siswa lebih senang bermain dengan teman
sekelasnya dibandingkan mendengarkan materi yang disampaikan guru.
Dan sejauh ini siswa belum mampu sepenuhnya berfikir kritis dilihat
dari soal-soal yang diberikan oleh guru terhadap siswa sebelumnya
siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
Ada banyak kesulitan belajar yang dialami salah satunya adalah
kesulitan dalam materi yang berkaitan dengan angka dan berhitung.
Masalah bisa timbul dalam wujud kesulitan membedakan angka,
simbol-simbol, serta bangun-bangun ruang (kemampuan persepsi visual
yang buruk), menulis angka yang tidak sanggup mengingat dalil-dalil
matematis, menulis angka yang tidak terbaca atau dalam ukuran kecil
(kelemahan fungsi motorik), dan tidak memahami makna symbol-simbol
matematis (pemahaman yang lemah terhadap fungsi-fungsi matematis).
Ditambah lagi sejak adanya pandemi Covid-19, Indonesia harus
membatasi aktivitas yang melibatkan banyak orang guna memutus
penyebaran virus Covid-19. Sektor pendidikan salah satu yang terkena
imbasnya. Kegiatan belajar mengajar di kelas terpaksa di alihkan ke
sistem belajar daring (dalam jaringan). Pembelajaran daring di tengah
pandemi Covid-19 memaksa guru untuk belajar memanfaatkan teknologi
sebagai sarana penunjang pembelajaran. Kemampuan berfikir kritis
diduga memiliki hubungan yang erat dengan matematika, karena
kemampuan berfikir kritis, memberikan arahan yang lebih tepat kepada
siswa dalam berfikir, bekerja dan membantu lebih akurat dalam
menentukan keterkaitan sesuatu yang lainnya.
Penulis memilih model pembelajaran ICARE ini dalam meningkatkan
kemampuan berfikir kritis karena model ICARE ini memiliki khas
tersendiri dalam tiap tahapannya yaitu Introduction, Connection,
Application, Reflection and Extention. Penggunaan model ICARE ini
membuat para peserta didik memiliki kesempatan untuk
mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari. Pada tahap Pertama
Introduction (pendahuluan). Kedua, Connection (Penghubung). Ketiga,
Application (Penerapan). Keempat, Reflection (Refleksi). Kelima, Extention
(Perluasan / Pengembangan)

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
ini dilaksanakan di Yayasan Dr Amrudi SMP Tunas Bangsa Tembung.
Dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah kelas VIII sebagai subjek
utama, dan memilih guru matematika yang mengajar di kelas VIII
sebagai subjek pendukung.
1. Prosedur
a. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara, observasi, pemberian tes serta dokumentasi.
Tahap wawancara dilakukan dengan mewawancarai informan yaitu
guru matematika dan siswa kelas VIII untuk mengetahui bagaimana
kemampuan berfikir kritis siswa dalam menyelesaikan tes
kemampuan berfikir kritis. Observassi dilakukan untuk
mengeumpulkan data dan mengamatai objek penelitian, dalam
tahapan ini peneliti ikut bergabung kedalam kelas dan melihat guru
mengajar siswa. Dokumentasi yang diperoleh dalam penelitian ini
berupa foro, soal tes kemampuan berfikir kritis, catatan-catatan
dokumen dan data kelas VIII. Dan dalam penelitian ini peneliti
memberikan tes soal kemampuan berfikir kritis sebanayak 2 soal
untuk mengetahui dan mengukur tingkat kemampuan berfikir kritis
siswa
b. Teknik Analisis Data
Analisa data diartikan dengan proses menyusun dan mengolah
data yang didapat di lapangan dengan pengumpulan data berupa
wawancara, catatan lapangan beserta dokumentasi untuk
ditemukan jawabannya dalam bentuk kesimpulan. Adapaun
langkah-langkah dalam analisis kualitatif ini diantaranya : 1)
reduksi data, 2) display data yaitu iforman yang sudah terkumpul
dan menjadi gambaran secara keseluruhan disusun agar lebih muda
dibaca dan dipahami, 3) menarik kesimpulan. Penarik kesimpulan
merupakan bagian dari aktivitas konfigurasi penuh dalam suatu
penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
penerapan model pembelajaran ICARE untuk meningkatkan
kemmapuan berfikir kritis siswa. Hasil yang diperoleh yaitu :

Tabel 1. Sikus I Sebelum diterapkan Model Pembelajaran ICARE

No Nilai Kriteria Jumlah Siswa Persentase

1 80,0-100 Baik Sekali 4 19,1 %

2 65-79,9 Baik 2 9,5 %

3 55-64,9 Cukup 4 19,1 %

4 40-54,9 Kurang 7 33,3 %

5 0-39,9 Kurang Sekali 4 19,1 %

Pada siklus I dapat dilihat bahwa dari 21 siswa diperoleh tingkat


kemampuan berfikir kritis matematika siswa pada kemampuan baik
sekali, cukup dan kurang sekali memiliki hasil yang sama dibanding
dengan tingkat kemampuan baik dan kurang. Secara rinci diperoleh
hasil tingkat kemampuan berfikir kritis matematika siswa dengan
kemampuan baik sekali sebanyak 19,1%, kemampuan baik sebanyak
9,5%, kemampuan cukup sebanyak 19,1%, kemampuan kurang
sebanyak 33,3 %, dan kemampuan kurang sekali sebanyak 19,1%. Jika
kita lihat berdasarkan KBI (Ketuntasan Belajar Individu), siswa
dikatakan tuntas belajar secara individu jika perolehan nilai melebihi
kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥ 70 . Dari siklus I dilihat bahwa
masih banyak siswa yang hasilnya masih dibawah rata-rata dan belum
sepenuhnya mencapai kriteria ketuntasan.

Tabel 2. Siklus II Setelah diterapkan Model Pembelajaran ICARE

No Nilai Kriteria Jumlah Siswa Persentase

1 80,0-100 Baik Sekali 5 23,8 %

2 65-79,9 Baik 6 28,5 %

3 55-64,9 Cukup 5 23,8 %


4 40-54,9 Kurang 4 19,1 %

5 0-39,9 Kurang Sekali 1 4,7 %

Pada siklus II dapat dilihat bahwa dari 21 siswa diperoleh tingkat


kemampuan berfikir kritis matematika siswa meningkat dari siklus
sebelumnya, baik pada kemampuan baik sekali maupun kemampuan
baik. Secara rinci diperoleh hasil tingkat kemampuan berfikir kritis
matematika siswa dengan kemampuan baik sekali sebanyak 23,8%,
kemampuan baik sebanyak 28,5%, kemampuan cukup sebanyak 23,8%,
kemampuan kurang sebanyak 19,1 %, dan kemampuan kurang sekali
sebanyak 4,7%. Jika kita lihat berdasarkan KBI (Ketuntasan Belajar
Individu), siswa dikatakan tuntas belajar secara individu jika perolehan
nilai melebihi kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥ 70 . Dari siklus II
dilihat bahwa nilai yang diperoleh lebih baik dari siklus sebelumnya dan
berdasarkan KBI maka dapat dikatakan tuntas berdasarkan kriteria.
Berdasarkan hasil data penerapan model pembelajaran ICARE
untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa pada materi relasi
fungsi diperoleh hasil tes kemampuan berfikir kritis yang dikelompokkan
ke dalam beberapa kriteria yaitu kriteria baik sekali, baik, cukup,
pembahasan mengenai hasil analisis akan diuraikan berdasarkan
kriteria kemampuan pemecahan masalah siswa sebagai berikut:
1. Kemampuan berfikir kritis pada kriteria baik sekali
Dengan membandingkan lembar jawaban subjek dan transkip
wawancara makan dideskripsikan bahwa: (1) pada indikator Interprestsi
atau memahami masalah subjek telah mampu memahami masalah
dengan baik, terlihat dari lembar jawaban subjek yang menuliskan apa
yang diketahui dan ditanya dengan benar serta mampu menjelaskan
masalah pada soal dengan kalimat sendiri. (2) Pada indikator analisis
penyelesaian subjek dapat memahami keterkaitan antara apa yang
diketahui dan ditanyakan, membuat langkah-langkah penyelesaian yang
sesuai dengan masalah, menentukan rumus yang akan digunakan,
mencari subtujuan dan mengurutkan informasi yang ada pada soal dan
dapat menyederhanakan masalah dengan cara menentukan langkah
penyelesaian, hal itu juga terlihat pada lembar jawaban tes kemampuan
pemecahan masalah subjek dan mengerjakannya sesuai dengan urutan
informasi. (3) pada indikator evaluasi, subjek dapat melaksanakan
rencana dengan benar sesuai dengan langkah-langkah yang telah
disusun sebelumnya, subjek menghitung jumlah sesuai dengan yang
ditanyakan dalam soal. (4) Pada indikator memeriksa kembali / inferensi,
subjek melakukan pemeriksaan dengan memastikan jawaban melalui
persamaan yang disusun oleh subjek. Subjek dapat menentukan
jawaban dari pertanyaan dan menentukan jawaban yang benar.
2. Kemampuan berfikir kritis siswa pada kategori baik
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada subjek yang
mewakili kemampuan berfikir kritis siswa pada kategori “baik” dan
membandingkan jawaban subjek dan transkip wawancara maka
dideskripsikan bahwa: (1) pada indikator interpretasi atau memahami
masalah subjek telah mampu memahami masalah, terlihat dari lembar
jawaban subjek yang menuliskan apa yang diketahui dari soal, namun
tidak menuliskan apa yang ditanya di lembar jawaban tes kemampuan
berfikir kritis serta subjek mampu menjelaskan masalah pada soal
dengan kalimat sendiri. (2) pada indikator analisis penyelesaian subjek
memahami keterkaitan antara apa yang diketahui dan ditanyakan,
membuat langkah-langkah penyelesaian yang sesuai dengan masalah,
menentukan rumus yang akan digunakan, mencari subtujuan dan
mengurutkan informasi yang ada pada soal dan dapat
menyederhanakan masalah dengan cara menentukan langkah
penyelesaian yaitu menghitung jumlah uang dengan menggunakan
persamaan linear namun terdapat beberapa kekeliruan dalam
perhitungan hal itu terlihat pada lembar jawaban tes kemampuan
berfikir kritissubjek telah mengerjakannya sesuai dengan urutan
informasi. (3) pada indikator evaluasi, subjek dapat melaksanakan
rencana dengan benar sesuai dengan langkah-langkah yang telah
disusun sebelumnya, namun subjek tidak menuliskan dengan konsep
apa yang digunakan untuk menyelesaikan oal yang diberikan seperti
yang terlihat pada lembar jawaban subjek, namun tetap sesuai dengan
yang ditanyakan dalam soal. (4) pada indikator memeriksa kembali /
inferensi, subjek tidak melakukan pemeriksaan dengan memastikan
jawaban melalui persamaan yang disusun, yaitu dengan membuat
konsep apa yang digunakan untuk menjawab soal tersebut.
3. Kemampuan berfikir kritis siswa pada kategori cukup
Setelah dilakukan analisis pada subjek yang mewakili kategori
cukup maka dideskripsikan untuk kemampuan berfikir kritis siswa pada
kategori “cukup” bahwa: (1) pada indikatori interpretasi atau memahami
masalah subjek telah mampu memahami masalah, terlihat dari lembar
jawaban subjek yang menuliskan apa yang diketahui dan ditanya,
namun tidak menuliskan jalan apa yang digunakan dalam persamaan
yang ditanya misalnya mengeliminasi ataupun mengsubsitusidi lembar
jawaban tes kemampua berfikir kritis. (2) Pada indikator analisis
penyelesaian subjek mampu membuat rencana penyelesaian masalah
sesuai prosedur dan mengarah pada solusi yang benar dan sesuai
dengan masalah, mampu menentukan persamaan yang akan digunakan,
mengurutkan informasi yang ada pada soal, dan dapat
menyederhanakan masalah dengan cara menentukan langkah
penyelesaian, namun terdapat beberapa kekeliruan dalam
mengutarakan pendapat mengenai perbedaan relasi fungsi. Subjek telah
mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan urutan informasi. (3)
Pada indikator evaluasi, subjek dapat melaksanakan prosedur yang
benar dan mungkin menghasilkan jawaban benar tapi salah dalam
mengutarakan pendapat mengenai perbedaan relasi fungsi dan subjek
mampu dalam melaksanakan rencana dengan benar sesuai dengan
langkah-langkah yang telah disusun sebelumnya. (4) pada indikator
memeriksa kembali / inferensi, tidak ada pemeriksaan atau tidak ada
keterangan lain untuk membuktikan jawaban, subjek tidak melakukan
pemeriksaan dengan memastikan jawaban melalui persamaan yang
disusun, dan tidak menunjukkan adanya pertimbangan yang logis
dalam menentukan jawaban.

PEMBAHASAN
Penelitian ini memfokuskan pada analisis kemampuan berfikir kritis
matematika siswa dengan mendasarkan salah satu tujuan utama dalam
pembelajaran yakni melatih kemampuan berfikir kritis matematika siswa
Kemampuan berfikir kritis harusnya dimiliki oleh setiap siswa, karena
kemampuan berfikir kritis memberikan manfaat yang sangat besar bagi
siswa dalam melihat relevansi antara pelajaran matematika dengan ilmu
lain, serta dalam kehidupan nyata. Siswa dikatakan mampu berfikir
kritis matematika jika mereka memahami, dapat menentukan strategi
yang tepat, kemudian menerapkannya dalam penyelesaian masalah.
Berfikir kritis merupakan suatu proses berfikir tingkat tinggi sehingga
dapat menghasilkan suatu keputusan dan pemikiran yang baik. Dengan
indikator banyak bertanya maka dapat membuat seseorang menjadi
lebih banyak tau dan memiliki wawasan yang luas yang nantinya akan
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil suatu
keputusan dan pemikiran terbaik dalam menghadapi pemecahan
masalah yang dihadapi.
Penerapan model pembelajaran Introduction, Connection, Application,
Connection and Extention (ICARE) sesuai dengan kata kuncinya memiliki
tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Tahapan pertama, Introduction (Pendahuluan)
Pada tahapan pendahuluan ini pendidik atau fasilitator
menanamkan pemahaman tentang isi dari pelajaran kepada para
peserta. Pada tahapan ini penelitan memberi tau penjelasan tentang
relasi fungsi dan tujuan dari pembelajaran yang ingin di capai.
2. Tahapan kedua, Connection (Penghubung)
Pada tahapan penghubung ini peserta didik menghubungkan
pemahaman dari materi sebelumnya dan materi yang baru di
ajarkan. Pada tahap ini pendidik menghubungkan tentang relasi
fungsi dan setelah guru memberi penjelasan mengenai pengertian
fungsi maka peserta didik langsung membayangkan kancing baju
dan menyebutkan salah satu nama Kota beserta nama Ibukotanya.
Dari pengertian fungsi yang menyebutkan bahwa dikatakan fungsi
apabila salah satu anggota himpunan A memasangkan tepat satu di
himpunan B
3. Tahapan ketiga, Application (Penerapan)
Tahapan ini adalah tahapan paling penting dari pelajaran. Pada
tahapan ini peserta didik diberi kesempatan untuk mempraktikkan
atau menerapkan pengetahuan tentang kecakapan yang dimiliki.
Pada tahap ini peserta didik langsung membuat gambaran tentang
suatu fungsi dengan mengumpamakan memasangkan nama Kota
dengan Ibukotanya dan lain sebagainya.
4. Tahapan keempat, Reflection (Refleksi)
Pada tahap ini tugas pendidik menilai sejauh mana keberhasilan
peserta didik dalam pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan dengan
memerintahkan peserta didik berdiskusi bersama kelompok
kemudian instruktur meminta peserta didik untuk mempresetasikan
atau menjelsakan yang telah peserta didik pejari. Pada tahap ini
dilihat bahwa peserta didik hampir rata-rata memahami dari materi
yang telah diberikan.
5. Tahapan kelima, Extantion (perluasan)
Pada tahap ini pendidik memberikan kegiatan yang dapat
dilakukan peserta setelah pelajaran berakhir untuk memperkuat dan
memperluas pelajaran dan biasanya kegiatan ini disebut pekerjaa
rumah (PR)
SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan bab IV dan temuan


selama proses pembelajaran dengan strategi pendekatan kemampuan
berfikir kritis diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban
dari fokus penelitian yang diajukan kesimpulan yang diperoleh : 1)
Pembelajaran matematika di Kelas VIII SMP Swasta Tunas bangsa dapat
dikategorikan baik, hal ini terlihat dari hasil tes yang berikan pada
siswa saat melaksanan penelitian, serta siswa juga antusias dalam
pembelajaran walaupun tidak sepenuhnya, 2) Kemampuan berfikir kritis
siswa kelas VIII SMP Swasta Tunas Bangsa pada umumnya dikatakan
baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil siswa saat menyekesaikan masalah
yang diberikan dan sebagian besar peserta didik memenuhi beberapa
indikator kemampuan berfikir kritis, 3) Subjek penelitian pada tingkat
kemampuan berfikir kritis tinggi sudah mampu memyelesaikan soal
matematika siswa dari indikator 1 sampai dengan indikator 4, 4) Subjek
penelitian pada tingkat Cukup hanya mampu menyelesaikan pada
indikator 2, tetapi tidak sampai indikator 3 sampai dengan indikator 4,
5) Sedangkan Subjek penelitian pada kriteria Baik dan Baik Sekali
mampu dari mulai indikator 1 sampai dengan indikator 4. Dan dapat
simpulkan bahwa hasil penelitian kemampuan berfikir kritis siswa
dengan menerapkan Model Pembelajaran Introdution, Connectio,
Application, Reflection and Extention (ICARE) siswa kelas VIII SMP Swasta
Tunas Bangsa Tahun Ajaran 2021-2022 dikatakan mampu dan baik,
karena banyak dari siswa kelas VIII SMP Swasta Tunas Bangsa sudah
mampu pada indikator 1 sampai indikator 4, 6) Pada proses tahapan
penerapan model pembelajaran ICARE dapat dilihat bahwa dari tahapan
awal hingga tahapan akhir di dapat bahwa siswa mampu
menghubungkan materi sebelumnya dengan materi yang sedang
dipelajari, kemudian siswa dapat membedakan yang termasuk kedalam
kategori fungsi atau bukan fungsi, kemudia siswa juga dapat
mengaplikasikan ataupun membuat contoh dari suatu fungsi dan dapat
mempresentasikan hasil diskusinya bersama anggota kelompoknya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini masih


jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingg
dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan tangan
terbuka menerima masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun
berbagai pihak untuk kesempurnaannya, secara khusus dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua
tercinta, bapak pembimbim skripsi, bapak kepala sekolah Tunas bangsa
dan ibu/bapak dosen tarbiyah Universitas Islam Negeri sumatera Utara
Medan.

DAFTAR PUSTAKA

Abi Anggito dan Johan Setiawan, (2018), Metodologi Penelitian Kualitatif,


Jawa Barat : CV Jejak
Dewi anggreini, (2017). Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Matematika Ditinjau dari Konekai Matematis Materi Limit
Fungai. Jurnal Wacana Akademik
Dian Novitasari. (2016) Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif
Terhadap Kemmapuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Jurnal
Pendidikan Matematika & Matematika, Universitas Muhammadiyah
Tangerang)
Drs. Syafril, M.Pd dan Drs. Zelhendri Zen, M.Pd. (2017). Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan. Kencana
Emily R. Lai, “ Critical Thinking : A Literatur Riview”. Diakses dari
http://www.personassements.com. Diakses pada 20 Mei 2018
Hardani, dkk, 2020, Metode Penelitian Kualitatif & Kuntitatif,
Yogyakarta: Pusaka Ilmu
Muri Yusuf, (2014), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kuaitatif, dan
Penelitian Gabungan, Jakarta: Kencana
Ni Kadek Dwi Ardiyandi,dkk (2017). Penerapan Model Pembelajaran
ICARE Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pengolahan Citra Digital
di SMK Negeri 1 Klungkung Tahun Pelajaran 2017/2017 (Jurnal
Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha)
Salim dan Syahrum, (2016), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Ciptapustaka Media

Anda mungkin juga menyukai