Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan Matematika

REKAYASA IDE

“Pembelajaran Problem Posing Berbantuan Media Video Dalam

Pembelajaran Matematika”

Dosen Pengampu:
Mangaratua Simanjorang, Ph.D

Disusun Oleh:
Nama Mahasiswa : Mhd. Ricky Murtadha
NIM : 8216172022
Kelas : Pendidikan Matematika B-1

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan
kesempatan, sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, sehingga penulis dapat
menyelesaikan “Rekayasa Ide” tentang “Pembelajaran Problem Posing
Berbantuan Media Video Dalam Pembelajaran Matematika” sebagai pemenuhan
tugas mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan Matematika

Tujuan utama dari penulisan rekayasa ide ini adalah untuk memenuhi penilaian
dalam proses belajar dan mengajar di perkuliahan Metode Penelitian Pendidikan
Matematika. Rekayasa ide ini juga berguna untuk menambah wawasan terkait materi
rekayasa ide yang akan dikaji.

Kami menyadari akan kekurangan dan ketidaksempurnaan dari rekayasa ide ini,
oleh karenanya kritik dan saran sangat diperlukan demi perbaikan rekayasa ide ini.
Semoga tujuan dari penulisan ini dapat tercapai daan terimakasih kepada semua
teman yang membantu dalam penulisan dari rekayasa ide ini.

Medan, Mei 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 2
A. Pengertian Media Video Pembelajaran ...................................................... 2
B. Tujuan Media Video Pembelajaran.............................................................. 2
C. Manfaat Menggunakan Video Pembelajaran ............................................. 4
D. Pengertian Pembelajaran Problem Possing ............................................... 5
E. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Possing .................................... 6
BAB III REKAYASA IDE .................................................................................. 10
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan interaksi antara
pendidik dengan peserta didik dan adanya hubungan timbal balik. Menempatkan
siswa sebagai subjek belajar berarti siswa merupakan individu yang aktif, bukan yang
pasif yang hanya menerima pelajaran dari guru. Pembelajaran yang terjadi di dalm
kelas diharapkan menjadi pembeljaran yang efektif, menarik dan efisien.
Pembelajaran yang diberikan guru akan lebih menarik jika dalam proses pembelajran
guru menggunakan media pembelajaran.
Media pembelajaran diharapkan mampu memacu siswa agar lebih aktif dan
kreatif. Dengan demikian jika guru menggunakan media pembelajaran siswa akan
lebih fokus dalam pembelajaran dan akhirnya siswa tidak merasa bosan selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan adanaya penggunaan media dalam proses
pembelajaran siswa diharapkan fokus dalam proses pembelajaran sehingga tercapai
tujuan pembelajaran.

B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan rekayasa ide ini adalah untuk memberikan argument
atau pendapat yang bisa dijadikan solusi dalam pemecahan masalah yang diangkat
yaitu “Pembelajaran Problem Posing Berbantuan Media Video Dalam Pembelajaran
Matematika”

1
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Media Video Pembelajaran


Video pembelajaran adalah media untuk mentransfer pengetahuan dan dapat
digunakan sebagai bagian dari proses belajar. Lebih interaktif dan lebih spesifik
dari sebuah buku atau kuliah, tutorial berusaha untuk mengajar dengan contoh
dan memberikan informasi untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Menurut Cheppy Riyana (2007) media video pembelajaran adalah media
yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik
yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu
pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Video merupakan bahan
pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran. Dikatakan tampak dengar kerena
unsur dengar (audio) dan unsur visual/video (tampak) dapat disajikan serentak.
Video yaitu bahan pembelajaran yang dikemas melalaui pita video dan dapat
dilihat melalui video/VCD player yang dihubungkan ke monitor televise
(Sungkono 2003:65).
Media video pembelajaran dapat digolongkan kedalam jenis media audio
visual aids (AVA) atau media yang dapat dilihat dan didengar. Biasanya media ini
disimpan dalam bentuk piringan atau pita. Media VCD adalah media dengan
sistem penyimpanan dan perekam video dimana signal audio visual direkam pada
disk plastic bukan pada pita magnetic (Arsyad 2004:36).

B. Tujuan Media Video


Ronal Anderson, (1987: 104) mengemukakan tentang beberapa tujuan dari
pembelajaran menggunakan media video yaitu mencakup tujuan kognitif, afektif,
dan psikomotor. Ketiga tujuan ini dijelaskan sebagai berikut:

2
1. Tujuan Kognitif
a. Dapat mengembangkan kemampuan kognitif yang menyangkut
kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan
rangsangan berupa gerak dan sensasi.
b. Dapat mempertunjukkan serangkaian gambar diam tanpa suara
sebagaimana media foto dan film bingkai meskipun kurang
ekonomis.
c. Video dapat digunakan untuk menunjukkan contoh cara bersikap atau
berbuat dalam suatu penampilan, khususnya menyangkut interaksi
manusiawi.
2. Tujuan Afektif
Dengan menggunakan efek dan tekhnik, video dapat menjadi media yang
sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi.
3. Tujuan Psikomotori
a. Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh
keterampilan yang  menyangkut gerak. Dengan alat ini diperjelas
baik dengan cara memperlambat ataupun mempercepat gerakan yang
ditampilkan.
b. Melalui video siswa langsung mendapat umpan balik secara visual
terhadap kemampuan mereka sehingga mampu mencoba
keterampilan yang menyangkut gerakan tadi.
Melihat beberapa tujuan yang dipaparkan di atas, sangatlah jelas peran video
dalam pembelajaran. Video juga bisa dimanfaatkan untuk hampir semua topik,
model-model pembelajaran, dan setiap ranah: kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pada ranah kognitif, siswa dapat mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian
sejarah masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna,
suara dan gerak di sini mampu membuat karakter berasa lebih hidup.
Selain itu dengan melihat video, setelah atau sebelum membaca, dapat
memperkuat pemahaman siswa terhadap materi ajar. Pada ranah afektif, video
dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur emosi dan penyikapan dari

3
pembelajaran yang efektif. Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan
dalam memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja, video pembelajaran yang
merekam kegiatan motorik/gerak dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengamati dan mengevaluasi kembali kegiatan tersebut.
Sebagai bahan ajar non cetak, video kaya akan informasi untuk
diinformasikan dalam proses pembelajaran karena pembelajaran dapat sampai ke
peserta didik secara langsung. Selain itu, video menambah dimensi barudalam
pembelajaran, peserta didik tidak hanya melihat gambar dari bahan ajar cetak dan
suara dari program audio, tetapi di dalam video, peserta didik bisa memperoleh
keduanya, yaitu gambar bergerak beserta suara yang menyertainya.

C. Manfaat Menggunakan Video Pembelajaran


Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal sangatlah perlu
menggunakan media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Adapun
manfaat penggunaan media video pada proses pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Sangat membantu tenaga pengajar dalam mencapai efektifitas
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran yang mayoritas praktek.
2. Memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam waktu yang
singkat.
3. Dapat merangsang minat belajar peserta didik untuk lebih mandiri.
4. Peserta didik dapat berdiskusi atau minta penjelasan kepada teman
sekelasnya.
5. Peserta didik dapat belajar untuk lebih berkonsentrasi.
6. Daya nalar Peserta didik lebih terfokus dan lebih kompeten.
7. Peserta didik menjadi aktif dan termotivasi untuk
mempraktekan latihan-latihan.
8. Hal-hal yang bersifat abstrak dapat dikonkretkan.

4
D. Pengertian Pembelajaran Problem Posing
Problem Possing merupakan salah satu model pembelajaran yang di
kembangkan oleh ahli pendidikan asal Brazil Paulo Freire dalam bukunya Pedagogy
of the Oppressed. Menurut Echols dan sadily (2003) menyatakan bahwa problem
possing berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari kata problem dan pose. Problem
diartikan sebagai soal, masalah, atau persoalan dan pose diartikan sebagai
mengajukan (pengajuan). Istilah lain yang digunakan untuk problrm possingg yaitu
pembentukan soal, pembuatan soal, dan pengajuan soal.
Model pembelajaran problem possing adalah suatu model pembelajaran yang
mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar membuat soal
secara mandiri. Pembelajaran dengan problem possing adalah suatu pembelajaran
dengan cara siswa diminta untuk merumuskan, membentuk dan mengajukan
pertanyaan atau soal dari situasi yang disediakan, situasi dapat berupa gambar, cerita,
atau informasilain yang berkaitan dengan materi pelajaran, dan selanjutnya siswa
sendiri yang harus mendesain cara penyelesaianya.
Problem Posing memiliki beberapa pengertian. Pertama, perumusan soal
sederhana atau perumusan ulangn soal yang ada dengan beberapa perubahan agar
lebih sederhana dan dapat dipahami dalam memecahkan soal yang rumit. Kedua,
perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan
untuk mencari alternative pemecahan lain. Ketiga, perumusan soal dari informasi
atau situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika, atau setelah penyelesaian
soal. (Aris Shoimin, 2014:133).
Suryanto mengartikan bahwa kata Problem Posing sebagai masalah atau soal
sehingga pengajuan masalah dipandang sebagai suatu tindakan merumuskan masalah
atau soal dari situasi yang diberikan. (Thobroni dan Mustofa, 2011:343).
Problem posing dalam matematika adalah proses merumuskan dan
mengungkapkan masalah dalam domain matematika dimana setiap konstruksi atau
fenomena yang menarik bagi banyak peneliti akan dibingkai secara berbeda
tergantung pada perspektif yang diambil oleh peneliti tertentu (Jinfa Cai & Stephen

5
Hwang, 2019). Problem posing tidak hanya digunakan untuk menilai pemikiran
siswa, tetapi juga sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk menciptakan lebih
banyak kesempatan belajar bagi semua siswa (Cai & Hwang, 2019).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran problem posing adalah proses pembelajaran yang melatih siswa untuk
mengajukan pertanyaan sendiri sesuai informasi yang diperoleh, dimana pertanyaan
yang dibuat siswa bebas sesuai dengan kreatifitas dan kemampuan masing-masing
siswa.

E. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Posing


Daryati (2018) menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran
problem posingyaitu:
1. Guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga yang disarankan.
2. Memberikan latihan soal secukupnya.
3. Siswa mengajukan soal yang menantang dan dapat menyelesaikan. Ini
dilakukan dengan kelompok.
4. Pertemuan berikutnya guru meminta siswa menyajikan soal temuan di
depan kelas.
5. Guru memberikan tugas rumah secara individual.
Suryosubroto (2009) menyatakan bahwa Sintaks model pembelajaran problem
posing yaitu:
FASE-FASE AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA
Fase 1 Guru menjelaskan Peserta didik
Memberikan orientasi tentang pembelajaran mendengarkan
pembelajaran yang akan yang akan dilaksanakan penjelasan guru tentang
dilaksanakan agar peserta pembelajaran
didik dapat mengikuti yang akan dilaksanakan
proses pembelajaran
dengan baik
Fase 2 Guru membagi peserta Guru menugaskan
didik kedalam beberapa peserta didik
Membentuk kelompok
kelompok dimaan berkumpul dengan

6
setiap kelompok terdiri kelompok yang sudah
dari 5 di bagi oleh guru
orang
Hase 3 Guru menugaskan Peserta didik membuat
Siswa membuat kepada setiap kelompok 5 pertanyaan bersama
pertanyaan dan untuk membuat 5 kelompoknya
guru membimbing pertanyaan dan
dalam membimbing peserta
membuat pertanyaan didik
untuk membuat
pertanyaan
Fase 4 Guru menyuruh peserta Peserta didik berdiskusi
Soal dilempar untuk didik untuk dengan kelompoknya
di jawab kelompok melemparkan untuk menyelesaikan
lain pertanyaan kepada soal yang di ajukan
kelompok lain untuk oleh
dicari kelompok lain
penyelesaiannya
Fase 5 Guru menyuruh peserta Peserta didik
Mempresentasikan didik untuk mempresentasikan hasil
hasil kerja mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas
kerjanya didepan kelas secara bergiliran dan
dan menyuruh kelompok peserta didik yang lain
yang mengajukan menanggapi hasil
pertanyaan tersebut kerjanya
untuk menanggapi
hasil presentasi tersebut
Fase 6 Guru memberikan Peserta didik
memberikan
Pemberian penghargaan penghargaan kepada
up lose kepada
peserta didik berupa up
kelompok lain
lose
Suryosubroto dalam Guntara, dkk (2014:3) menyatakan bahwa, langkah-
langkah pembelajaran problem posing yaitu:

7
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa.
3. Guru membagi siswa kedalam kelompok.
4. Masing-masing siswa dalam kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dibuat dalam lembar problem posing I.
5. Pertanyaan dikumpulkan kemudian dilimpahkan pada kelompok yang
lainnya. Misalkan tugas membentuk pertanyaan kelompok 1 diserahkan
kepada kelompok 2 untuk dijawab dan dikritisi. Tugas kelompok 2
diserahkan kepada kelompok 3, dan seterusnya hingga kelompok terakhir
kepada kelompok 1.
6. Setiap siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi untuk menjawab
pertanyaan yang siswa terima dari kelompok lain.
7. Setiap jawaban ditulis pada lembar problem posing II atau lembar jawaban.
8. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan pertanyaan yang
telah dibuat kelompok lain.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa Langkah-langkah model pembelajaran problem posing di
antaranya, yaitu:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan media yang telah disiapkan,
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
4. Secara berkelompok siswa mengajukan pertanyaan pada lembar soal atau
lembar problem posing I, kemudian menjawab soal yang telah dibuat
5. Siswa menukarkan lembar soal yang dimiliki dengan kelompok lainnya
6. Melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaanyang diterima siswa dari
kelompok lain.
7. Setiap jawaban ditulis pada lembar problem posing II atau lembar jawaban,
dan
8. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan pertanyaan yang telah
dibuat kelompok lain.

8
9
BAB III
REKAYASA IDE

Media merupakan suatu alat yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
yang bertujuan untuk merangsang peserta didik agar tidak menimbulkan kebosanan
terhadap diri sendiri. Sedangkan pembelajaran merupakan sebuah interaksi/hubungan
interaksi yang dilakukan oleh pendidik dan sumber belajar tertentu.
Dalam pembelajaran matematika biasanya. siswa kurang mampu dalam
memahami dan menerapkan konsep matematika, selain itu siswa cendrung kurang
berkonsentrasi, merasa bosan ataupun jenuh, sehingga pada saat kegiatan proses
pembelajaran dilaksanakan hanya beberapa siswa saja yang aktif berpatisipasi dalam
bertanya dan menjawab. Selain pada diri siswa itu sendiri penyebab yang bisa juga
terjadi dalam proses pembelajaran, yang dapat berasal dari luar diri peserta didik itu
sendiri, kemungkinan guru di dalam merancang pembelajaran belum berjalan secara
optimal, sesuai dengan pemahaman siswa di dalam materi yang dibelajarkan.
Solusi yang dapat dilaksanakan oleh tenaga pendidik ialah dengan melakukan
inovasi pembelajaran matematika. Inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru
yaitu dengan cara, guru diharapkan dapat mempersiapkan sebelum proses
pembelajaran dimulai dengan menyampaian materi pembelajaran terlebih dahulu
dengan baik dan tepat, sehingga siswa dapat lebih mudah mengerti mengenai
pengetahuan dan penguasaan konsep matematika yang di ajarkan. Selain itu, adapun
cara lain yang dapat dilakukan guru dengan menerapkan model dan variasi
pembelajaran yang melibatkan siswa. Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih
dan digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika, salah satunya model
pembelajaran Problem Posing.
Model pembelajaran Problem Posing merupakan pembelajaran dimana siswa
mengajukan masalah (soal) berdasarkan situasi tertentu. Pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Posing ialah pelaksanakan kegiatan pembelajaran yang
melibatkan siswa, agar dapat mengubah cara berfikirnya untuk lebih aktif dan kreatif

10
dengan cara membuat ataupun mengajukan soal dengan situasi yang ada pada
kegiatan proses pembelajaran berlangsung.
Problem Posing menekankan pembelajaran yang melibatkan peserta didik
untuk membuat soal atau merumuskan soal yang dapat membangun cara berfikir
kritis dan komunikasi sistematis siswa, dengan siswa kreatif dalam merumuskan soal
dan menyelesaikannya, disinilah guru dapat mengetahui seberapa tinggi tingkat
kemampuan soal dalam menghadapai masalah atau soal dalam kesehariannya. Selain
itu, model pembelajaran Problem Posing, dianggap menjadi aktivitas utama didalam
melaksanakan proses pembelajaran, dikarena dapat membantu siswa untuk aktif
dalam bertanya dan mengembangkan kemampuan berfikirnya. Pelaksanaan Problem
Posing akan lebih mudah jika dibantu dengan media yang dapat menarik perhatian
siswa dan juga mengurangi peranan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
Salah satu, media yang dapat digunakan dalam model pembelajaan Problem
Posing ialah media video, dimana media Video ini memeparkan materi yang akan
dipelajari. Dilihat dari teori tentang langkah-langkah pembelajaran problem posing
guru bisa memodikasi sumber belajar dengan video. Sumber belajar yang biasa
menggunakan buku akan lebih menarik jika materi tersebut di sajikan dalam bentuk
video. Guru membuat video semenarik mungkin agar siswa lebih tertarik.

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanaan Problem Posing akan lebih mudah jika dibantu dengan media yang
dapat menarik perhatian siswa dan juga mengurangi peranan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran. Salah satu, media yang dapat digunakan dalam model pembelajaan
Problem Posing ialah media video, dimana media Video ini memeparkan materi yang
akan dipelajari. Dilihat dari teori tentang langkah-langkah pembelajaran problem
posing guru bisa memodikasi sumber belajar dengan video. Sumber belajar yang
biasa menggunakan buku akan lebih menarik jika materi tersebut di sajikan dalam
bentuk video. Guru membuat video semenarik mungkin agar siswa lebih tertarik.

B. Saran
Saran yang diberikan dari perancangan rekayasa ide yang dibuat yaitu:
1. Sebelum membuat video pahami dahulu aplikasi yang digunakan untuk
membuat video, agar tidak bingung ketika proses pengeditan.
2. Dalam rancangan video dibutuhkan pikiran kreatif agar video menjadi
lebih menarik siswa.

12
DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


Cheppy Riyana. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI.
Daryati, Dewi, dkk (2018). Pengaruh Penggunaan Metode Problem Posing
Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah. Universitas Pendidikan
Indonesia. Volume 27 no 1.
Hatmawati. Sofiana Rahmiatun, dkk (2016). Penerapan Model Pembelajaran
Problem Possing dengan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Fisika pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Mataram Tahun
Pelajaran 2015/2016. Jurusan Pendidikan Fisika. Vol: 2 No.1. Guntara,Wayan,
dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap Hasil
Belajar Matematika di SD Negeri Kalibukbuk. E jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha: Jurusan PGSD. Vol:2, No.1.
Shoimin. Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.
Thobroni. Muhammad & Arif Mustofa. 2011. Pengembangan Wacana dan Praktik
Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta. Ar- Ruzz Media.

13

Anda mungkin juga menyukai