ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran group
investigation (GI) terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika SMA Swasta Jaya Krama Beringin, Desa Sekip, Lubuk
Pakam.Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi
eksperimen. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Swasta Jaya Krama
Beringin. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X-A dan X-B yang
masing-masing berjumlah 20 orang untuk dijadikan kelas eksperimen yang ditentukan
dengan cara Cluster Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan instrumen kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Data
diperoleh dari post-test dengan 4 butir soal kemampuan berpikir kritis dan 4 butir soal
pemecahan masalah. Analisis data dilakukan dengan analisis varians (ANAVA). Hasil
temuan ini menunjukkan: 1) Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran group
investigation (GI) terhadap kemampuan berpikir kritis F hitung =0,444< ¿ nilai F tabel pada
taraf ( α =0,05 )=2,839. 2) Terdapat pengaruh model pembelajaran group investigation (GI)
terhadap kemampuan pemecahan masalah masalah F hitung =4,826> ¿ nilai F tabel pada
taraf ( α =0,05 )=2,839. 3) Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran group
investigation (GI) terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah masalah
F hitung =3,188>¿ nilai F tabel pada taraf ( α =0,05 )=2,839.
Keywords: Critical Thinking Ability; Problem solving skill; Group Investigation (GI)
PENDAHULUAN
Matematika adalah salah satu cabang sains dan memegang kedudukan penting
dalam kemajuan sains dan teknologi, tidak hanya sebagai alat bantu dalam
pengaplikasian bidang ilmu lain, tetapi juga merupakan alat untuk pengembangan
matematika itu sendiri. Suyitno menyatakan bahwa:“Pembelajaran matematika adalah
suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan
matematika kepada siswanya, yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk
menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, kompetensi, minat dan
bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru
dengan siswa serta antarsiswa.”
Salah satu kemampuan berpikir yang perlu dikuasai pelajar dalam pembelajaran
matematika yaitu kemampuan berpikir kritis. Menurut Ennis, “Berpikir kritis
merupakan kemampuan berpikir reflektif dan beralasan yang difokuskan pada
apa yang dipercayai atau dilakukan. Hasil observasi yang dilaksanakan di kelas X-A
SMA Swasta Jaya Krama memperlihatkan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta
didik masih rendah. Dari jawaban terlihat bahwa peserta didik tidak mampu
mengidentifikasi soal pada langkah penyelesaian, dan proses penghitungannya masih
salah. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik saat
memecahkan suatu soal masih sangat rendah. Kemampuan berpikir siswa dikatakan
rendah dengan presentase 60 % dengan 13 siswa tergolong rendah, 5 orang tergolong
sedang, dan 2 orang tergolong dengan tinggi.
Selain kemampuan berpikir kritis, kemampuan yang lain yang mesti dimiliki oleh
peserta didik dalam pembelajaran matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah.
Menurut Sudirma bahwa “Pemecahan masalah merupakan cara penyajian bahan
pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk
dianalisis dan disintesis dalam usahan mencari pemecahan atau jawabannya
oleh peserta didik.” Selain kemampuan berpikir kritis, dalam pembelajaran
matematika juga penting untuk memperhatikan kemampuan pemecahan masalah.
Karena kemampuan ini diperlukan siswa sebagai bekal dalam memecahkan
masalah matematika dan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil observasi selanjutnya yang dilakukkan di kelas X-A SMA Swasta Jaya Krama
Beringin menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah.
Dari jawaban siswa menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah rendah,
rencana penyelesaian yang dikerjakan siswa kurang terarah dalam perhitungan
maupun proses pengerjaan. Dengan kata lain siswa dalam menyelesaikan soal belum
sistematis. . Kemampuan pemecahan masalah siswa juga tergolong rendah dengan
presentase 75% dengan 15 siswa tergolong rendah, 3 tergolong sedang, dan 2 orang
tergolong tinggi.
Faktor-faktor yang mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kritis dan
pemecahan masalah yang paling banyak ialah cara mengajar guru. Dimana guru masih
mengajar dengan cara konvensional. Selain itu, siswa memandang bahwa
pembelajaran matematika itu sulit sehingga ketertarikan peserta didik dalam belajar
matematika kurang. Salah satu cara yang bisa gunakan kalau menyelesaikan
permasalahan tersebut dengan menggunakan model pembelajaran group investigation
dimana model pembelajaran ini masih belum diterapkan di kelas.
Menurut Rini, “Penerapan model pembelajaran group investigation dalam
pembelajaran matematika dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dan
sikap ilmiah siswa. Hal ini dikarenakan model pembelajaran ini memberikan
kesempatan bagi siswa untuk memecahkan suatu masalah dan melakukan diskusi
dengan teman sekelompok. Sedangkan, tumbuhnya sikap ilmiah siswa dapat terlihat
pada tahap perencanaan. Sedangkan Menurut Rusdi, “Penerapan moodel Group
Investigation dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan
2
Yayasan Amanah Nur Aman
Penulis 1 et.all | Judul Artikel
pemecahan masalah matematis. Hal ini terbukti dengan adanya diskusi kelompok
dalam pembelajaran Group Investigation siswa dapat mengimplementasikan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk memecahkan masalah bersama-
sama.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika
SMA Swasta Jaya Krama Beringin Desa Sekip, Kab. Deli Serdang Lubuk Pakam.”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan bentuk penelitiannya
menggunakan quasi eksperiment (eksperimen semu). Desain yang dipakai dalam penelitian
ini yaitu Nonequivalent Control Group. Penelitian ini dilakukan di SMA Swastaa Jaya
Krama Beringin beralamat di JL. Umum/Pasar VI Gedung A, Sidodadi Ramunia, Kec.
Beringin, Kab. Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun
ajaran 2021/2022.
Populasi dalam penelitian ini sudah ditetapkan yakni semua peserta didik SMA
Swasta Jaya Krama. Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini
ialah cluster sampling (area sampling). Dimana sampel yang dipilih berdasarkan teknik
pengambilan sampel yakni kelas X-A dan kelas X-B. Jumlah kelas yang ada hanya dua
yaitu X-A dan X-B dan masing-masing jumlah siswanya 28 dan 23 siswa. Berdasarkan
teknik pengambilan sampel, maka dipilihlah kelas X-A menjadi kelas eksperimen I
yaitu kelas yang memanfaatkan model pembelajaran Group Investigation (GI) dan
kelas X-B sebagai eksperimen II dengan memberikan pembelajaran konvensional.
Instrumen yang cocok digunakan ialah tes.Tes tersebut mencakup dari tes kemampuan berpikir
kritis dan tes kemampuan pemecahan masalah yang masing-masing tes memiliki 4 butir soal.
Hasil Penelitian
Nilai rata-rata dari post-test kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen I =
82 dan pada eksperimen II = 79,95 dengan rentang nilai (range) = 3, dari sini terlihat
bahwa nilai rata-rata di kelas eksperimen I lebih besar dbandingakn nilai rata-rata
pada kelas eksperimen II dan untuk nilai rata-rata dari post-test kemampuan
pemecahan masalah pada kelas eksperimen I = 83,35 dan pada kelas eksperimen II =
76,4 dengan rentang nilai (range) = 6, dari sini juga terlihat bahwa nilai rata-rata pada
kelas eksperimen I lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata pada kelas
eksperimen II.
Uji Persyaratan
Sebelum melaksanakan uji hipotesis untuk dapat mengambil kesimpulan dari hasil
penelitian, maka terlebih dahulu akan dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas terhadap kedua kelas sampel dari distribusi data yang
sudah dikumpulkan.
Uji Normalitas
Uji normalitas yaitu teknik Lilliefors, dimana teknik ini digunakan sebelum uji
persyaratan hipotesis dilakukan. Dengan ketentuan jika Lhitung < Ltabel maka sebaran data
berdistribusi normal dan jika Lhitung > Ltabel maka sebaran data tidak berdistribusi normal.
3
Yayasan Amanah Nur Aman
Penulis 1 et.all | Judul Artikel
Karena Lhitung < Ltabel maka semua data berdistribusi normal. Maka selanjutnya dilakukan
uji homogenitas
Uji Homogenitas
VAR Dk S2i Db. S2i db.log S2i X 2hitung X 2tabel Keputusan
4
Yayasan Amanah Nur Aman
Penulis 1 et.all | Judul Artikel
2. Hipotesis kedua
H 0=¿ Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran group investigation terhadap
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika
H a =¿ Terdapat pengaruh model pembelajaran group investigation terhadap
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika
Sumber Fhitun
Dk JK RJK Ftabel
Varians g
Antar Kolom 1 483.025 483.025 4.826 2.839
Dalam Tabel
4. Kelompok 38 3803.350 100.088 Hasil
Total
Reduksi 39 4286.375
Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil uji F yang terjadi pada rangkuman hasil ANAVA di
atas, diperoleh nilai F hitung =4,826 dengan nilai F tabel pada taraf ( α =0,05 )=2,839.
Ketika F hitung dan F tabel dibandingkan terlihat bahwa F hitung > F tabel. Untuk dapat
menentukan krtiteria dari penerimaan dan penolakan H 0, diketahui bahwa
F hitung > F tabel . Berdasarkan ketentuan sebelumnya maka menerima H a dan
menolak H 0 .Berdasarkan hasil dari pembuktina hipotesis kedua ini terdapat
temuan bahwa: Terdapat pengaruh kemampuan pemecahan masalah yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran group investigation.
3. Hipotesis ketiga
H 0=¿ Tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran group
investigation terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah
dalam pembelajaran matematika
H a =¿ Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran group
investigation terhadap berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika
Sumber
Dk JK RJK Fhitung Ftabel
varians
Antar Kolom 320.22
(A) 1 320.225 5 3.188 2.839
Dalam 100.43
Kelompok 38 3816.550 6
Total Reduksi 39 4136.775
Tabel 5. Hasil Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil uji F yang terjadi pada rangkuman hasil AVAVA di
atas, diperoleh nilai F hitung =3,188 dengan nilai F tabel pada taraf ( α =0,05 )=2,839.
Ketika F hitung dan F tabel dibandingkan terlihat bahwa F hitung > F tabel . Untuk dapat
menentukan krtiteria dari penerimaan dan penolakan H 0, diketahui bahwa
F hitung > F tabel . Berdasarkan ketentuan sebelumnya maka menerima H a dan
menolak H 0.Berdasarkan hasil dari pembuktina hipotesis ketiga ini terdapat
temuan bahwa: Terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
pemecahan masalah yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
group investigation.
SIMPULAN
5
Yayasan Amanah Nur Aman
Penulis 1 et.all | Judul Artikel
Sesuai dari hasil penelitian yang didapat selama penelitian siswa SMA Swasta Jaya
Krama Beringin Desa Sekip, Kab. Deli Serdang, Lubuk Pakam T.A 2021/2022, peneliti
mengambil keputusan:
1) Tidak terdapat pengaruh menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI)
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
2) Terdapat pengaruh model pembelajaran Group Investigation (GI) terhadap kemampuan
pemecahan masalah siswa.
3) Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Group Investigation (GI) terhadap
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anggi Meylia dan abdul Aziz. (2017). “Penerapan Model Pembelajaran Group
Investigation dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Himpunan”, Jurnal
Pendidikan Matematika FKIP Univ: Muhammadiyah Metro, 6(1).
Deti Ahmatika. “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Pendekatan
Inquiry/Discovery”, Jurnal Euclid, 3(1).
Lilis Nuryati, dkk. (2018). “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP”, Jurnal
Pendidika: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 3(2).
Muhammad Daut Siagian. (2016). “Kemampuan Koneksi Matematika dalam
Pembelajaran Matematika”, MES (Journal of Mathematics Education and Scienci),
2(1).
Wina Alnadrah Pulungan dan Eka Khairani Khasibuan. (2020). “Perbedaan
Kemampuan Pemahaman Konsep dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
yang Memperoleh Model Pembelaaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran
Ekspositori”, Axiom: Jurnal Pendidikan dan Matematika, 09(1).
6
Yayasan Amanah Nur Aman