Anda di halaman 1dari 38

MODUL PEMBELAJARAN

“Teknik Pengolahan Video dan Audio bagi Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia”

Disusun guna memenuhi tugas pada Mata Kuliah Pengembangan Bahan Ajar

Dosen Pengampu:

Drs. Wardi, M.Pd

Sony Zulfikasari, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh Kelompok :

1. Anggi Anggreini (20105244014)


2. Nadhira Atsila (20105244031)
3. Putri Anisa H. (20105241028)

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

2022
HALAMAN FRANCIS
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan
nikmat-Nya, kami selaku tim penyusun telah berhasil Menyusun Modul Pembelajaran Teknik
Pengolahan Video dan Audio bagi Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia. Tujuan disusunnya
modul ini adalah untuk menambah wawasan peserta didik dan untuk mempermudah peserta
didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Modul Pembelajaran Teknik Pengolahan Video
dan Audio bagi Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia yang telah disusun ini disajikan dalam
beberapa kegiatan belajar. Dengan adanya modul pembelajaran ini, diharapkan peserta didik
dapat memperoleh kemudahan dalam menjalankan kegiatan pembelajaran mandiri dan
terstrukturnya. Dalam prosesnya, guru dapat merancang, mengarahkan, dan mengevaluasi
pembelajaran dengan lebih baik.
Dengan disusunnya modul pembelajaran ini, kami menyadari modul ini masih memiliki
beberapa kelemahan. Untuk itu, saran dan masukan lebih lanjut senantiasa diharapkan. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan berkontribusi
dalam proses penyusunan modul ini. Demikian, apabila terdapat banyak kesalahan penulisan
pada modul ini, Kami selaku penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Yogyakarta, 27 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………..………………….…….

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………
PETA KEDUDUKAN MODUL………………………………………………………….….
GLOSARIUM …………………………………………………………………………….....
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..
A. Deskripsi…………………………………………………………………………… .
B. Prasyarat…………………………………………………………………….……… .
C. Petunjuk Penggunaan Modul…………………………………………………………
D. Tujuan Akhir………………………………………………………………………….
E. Standar Kompetensi……………………………………………………….………….
F. Cek Kemampuan Awal……………………………………………………………….
BAB II PEMBELAJARAN…………………………………………………………………..
A. Rencana Belajar Peserta Didik………………………………………………………..
B. Kegiatan Belajar………………………………………………………………………
1. Kegiatan Belajar 1: Proses Produksi Multimedia…………………………………..
2. Kegiatan Belajar 2: Mengoperasikan Kamera……………………………………...
3. Kegiatan Belajar 3: Teknik Pergerakan Kamera…………………………………
4. Kegiatan Belajar 4: Tata Cahaya dalam Perekaman Video…………………………
5. Kegiatan Belajar 5: Penyuntingan Video menggunakan Software Pengolah Video..
6. Kegiatan Belajar 6: Manipulasi Audio Digital dan Memadukan dengan Video……
7. Kegiatan Belajar 7: Pembuatan Video Pendek……………………………………...
8. Kegiatan Belajar 8: Perbaikan Kualitas Audio dan Penambahan Efek Khusus…….
9. Kegiatan Belajar 9: Pembuatan Video sesuai Naskah dan Skenario………………..
BAB III EVALUASI…………………………………………………………………………...
A. Cognitive Skill……………………………………………………………………….…
B. Psychomotoric Skill……………………………………………………………….……
C. Affective Skill ………………………………………………………………..…………
D. Produk/Benda Kerja Sesuai Kriteria Standar…………………………………………..
E. Batasan Waktu………………………………………………………………………….
F. Kunci Jawaban…………………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
PETA KEDUDUKAN MODUL
GLOSARIUM

Multimedia : Penggunaan beberapa media dalam menyampaikan informasi berbentuk


teks, audio, grafik, animasi, dan video

Sinopsis : Ringkasan cerita yang digunakan untuk menyampaikan pesan secara


singkat dari sebuah karya tulis maupun film.

Treatment : Memberikan gambaran deskriptif tentang alur cerita yang akan divideokan.

Shoot : Munculnya gambar di layar yang diambil dengan menggunakan kamera


dengan jangka waktu tertentu.

Exposure : Pengaturan tingkat pencahayaan yang tepat pada kamera.

Tata Cahaya : Suatu kegiatan pengaturan cahaya yang berasal dari beberapa sumber
cahaya terhadap objek, orang, dekorasi, dan sebagainya.

Naskah : Teks yang berisi gambaran yang akan dibuat atau tampil di layar.

Storyboard : Sketsa gambar berbentuk thumbnail yang berurutan sesuai jalan cerita.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Modul pembelajaran teknik pengolahan audio dan video ini menyajikan konsep dasar
produksi multimedia, cara pengoperasian dan teknik pergerakan kamera, tata cahaya
dalam perekaman video, penyuntingan video, manipulasi audio digital dan perbaikan
kualitas audio, pembuatan video pendek, serta proses pembuatan video sesuai naskah dan
skenario.
B. Prasyarat
C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Penjelasan Bagi Peserta Didik
Untuk mempelajari modul ini, terdapat beberapa langkah-langkah yang perlu dilakukan
oleh peserta didik antara lain:
a. Bacalah modul pembelajaran ini secara berurutan.
b. Pahami tujuan pembelajaran dan uraian materi pembelajaran yang ada pada setiap
kegiatan belajar, apabila ada materi yang belum jelas, peserta didik dapat bertanya
kepada guru.
c. Kerjakan setiap tugas dan tes formatif yang ada untuk mengukur tingkat
penguasaan kalian terhadap materi-materi pembelajaran yang dibahas dalam setiap
kegiatan belajar.
d. Apabila peserta didik memperoleh nilai minimal 75%, peserta didik dapat
meneruskan belajar ke Kegiatan Belajar berikutnya. Jika tingkat penguasaan atau
nilai yang diperoleh kurang dari 70%, maka peserta didik harus mengulangi
kegiatan belajar dan membaca kembali materi yang belum dikuasai.
2. Peran Guru
Untuk membantu peserta didik mempelajari modul ini, guru sebagai fasilitator berperan
untuk:
a. Membantu peserta didik dalam merencanakan proses belajar.
b. Membimbing peserta didik dalam memahami materi pembelajaran dan menjawab
pertanyaan peserta didik mengenai materi yang belum dipahami..
c. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok.
D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan mampu memahami dan
menerapkan teknik pengolahan video dan audio.
E. Standar Kompetensi

F. Cek Kemampuan Awal


BAB II
PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Peserta Didik

B. Kegiatan Belajar
Kegiatan Belajar 1
Proses Produksi Multimedia

Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Uraian Materi
A. Pemahaman Dasar Produksi Multimedia
Multimedia merupakan penggunaan komputer untuk menyajikan dan
menggabungkan teks, suara, gambar, animasi, dan video dengan alat bantu (tool) dan
koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya, dan
berkomunikasi (Hofstetter 2001). Multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan.
Selain dari dunia hiburan, multimedia juga diadopsi oleh dunia game. Multimedia dapat
diartikan sebagai penggunaan beberapa media dalam menyampaikan informasi
berbentuk teks, audio, grafik, animasi, dan video.
Proses pelaksanaan produksi video dilakukan secara profesional melalui sebuah
proses yang tidak sederhana dan terperinci. Dalam pelaksanaannya, proses produksi
video mempunyai standar operasional yang harus dilakukan. Standar operasional
proses produksi ini dilakukan untuk membantu manajemen produksi agar lebih baik
dan terperinci, sehingga tidak ada proses yang terlewatkan mulai dari perencanaan
hingga penyelesaian proses.
Produk multimedia dapat dikategorikan menjadi dua. Berikut penjelasannya.
a. Multimedia Content Production
Multimedia merupakan penggunaan dan pemrosesan beberapa media
(text, audio, graphics, animation, video, and interactivity) yang berbeda untuk
menyampaikan informasi atau menghasilkan produk multimedia (musik,
video, film, game, entertainment, dll)
atau penggunaan sejumlah teknologi yang berbeda yang memungkinkan untuk
menggabungkan media (text, audio, graphics, animation, video, and
interactivity) dengan cara yang baru untuk tujuan komunikasi. Dalam kategori
ini media yang digunakan adalah sebagai berikut.
a) Media Teks
Teks merupakan alat komunikasi yang utama, jauh sebelum Gutenberg
menemukan mesin cetak. Dengan perkembangan teknologi multimedia,
teks dapat dikombinasikan dengan media lain dengan cara yang lebih baik
dan bermakna untuk menyajikan informasi dan mengekspresikan perasaan.
Penggunaan teks sebagai media dalam multimedia content production
merupakan perkembangan manusia dari sejak pertama kali peradaban
manusia yang dimulai dengan bentuk simbol kemudian berkembang
dengan bentuk teks.
Pesan yang disampaikan dalam bentuk teks menjadi informasi yang
sangat penting dan menarik bila dipoles penyajiannya seperti diberi
headline, point atau diberi gambar dan suara. Media teks saat ini tidak
berdiri sendiri tapi bisa digabungkan dengan media lain.
b) Media Audio
Lingkup kerja audio meliputi produksi, perekaman, manipulasi dan
reproduksi gelombang suara. Dalam memahami audio, terdapat dua hal
berikut yang perlu dipahami.
1) Sound Waves: Bagaimana terjadinya dan bagaimana kita dapat
mendengarnya.
2) Sound Equipment: Komponen-komponennya, cara kerjanya, bagaimana
memilih peralatan yang benar dan cara penggunaannya.
c) Media Video
Berikut fungsi media video dalam produk multimedia.
1) Suara dan video memegang peranan yang sangat penting dalam
presentasi multimedia.
2) Sound merupakan dimensi aural yang menentukan mood dan
tercapainya tujuan presentasi.
3) Orang akan lebih tertarik dengan aplikasi / presentasi yang
menampilkan tayangan dalam bentuk video.
d) Media Animasi
Animasi merupakan perubahan visual sepanjang waktu dan memberikan
kekuatan besar pada proyek multimedia. Proyek multimedia dapat
dianimasikan secara keseluruhan atau hanya dibagian-bagian tertentu serta
memberi aksen dan menambah bumbu-bumbu.
e) Media Graph / Image
Produk konten media grafis/ citra identik dengan tampilan dua dimensi
bisa berbentuk gambar ataupun teks.
1) Grafis bersifat graf, bersifat huruf, dilambangkan dengan huruf.
2) Bersifat matematika, statistika, wujud titik-titik, garis-garis atau bidang-
bidang yang secara visual dapat menjelaskan hubungan yang ingin
disajikan.

b. Multimedia Communication
Multimedia adalah menggunakan media (massa), seperti televisi, radio, cetak,
dan Internet untuk mempublikasikan/menyiarkan/mengomunikasikan material
advertising, publicity, entertaiment, news, education, dan lain-lain. Dalam
kategori ini media yang digunakan adalah: TV, Radio, film, cetak, musik, game,
entertaiment, tutorial, ICT (internet).

B. Tahapan Proses Produksi Multimedia


a. Praproduksi Multimedia
Praproduksi identik dengan tahapan perencanaan. Secara umum merupakan
tahapan persiapan sebelum memulai proses produksi (syuting film atau video).
Beberapa tahap yang perlu dilakukan di tahap pra-produksi sebagai berikut.
1. Pencarian dan Penemuan Ide
Pencarian ide untuk tema produksi dilakukan untuk menemukan tema
dari video yang akan dibuat. Cara-cara untuk menggali ide ini bisa dilakukan
dengan berbagai macam cara, tergantung jenis produksi video yang akan
diproduksi.
Contoh : 1) Video company profile merupakan sebuah video yang berisi
informasi sebuah perusahaan beserta produk-produknya; 2) Video non-
commercial use digunakan untuk menyampaikan informasi yang tidak
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan; 3) Video liputan atau dokumentasi
merupakan rekaman video tentang sebuah peristiwa yang terjadi tanpa adanya
unsur rekayasa (Video amatir, Video dokumenter jurnalistik, Video Pernikahan,
Video dokumentasi acara).
2. Pembuatan Sinopsis, Treatment, Storyboard, dan Shooting Script
1) Sinopsis
Sinopsis biasa digunakan dalam pembuatan karya tulis fiksi seperti
novel, komik, dan cerita-cerita bersambung. Selain dalam karya tulis
sinopsis juga biasa digunakan dalam produksi film layar lebar atau film-
film serial. Dalam istilah yang sederhana, sinopsis berarti ringkasan cerita
yang digunakan untuk menyampaikan pesan secara singkat dari sebuah
karya tulis maupun film. Dalam pelaksanaan produksi video, sinopsis
digunakan untuk memberikan gambaran singkat, padat dan jelas tentang
tema dari materi yang akan diproduksi. Tujuannya adalah untuk
mempermudah menangkap pesan dari konsep yang akan di-videokan.
2) Treatment
Selain memberikan gambaran yang lebih mendetail dan tidak tematis,
treatment memberikan gambaran yang lebih deskriptif dari tema yang akan
di-videokan. Treatment memberikan gambaran deskriptif tentang alur
cerita yang akan divideokan. Video treatment dimulai dari awal mula
kemunculan gambar sampai akhir cerita yang diceritakan secara kronologis.
3) Storyboard
Storyboard digunakan untuk mendeskripsikan rangkaian peristiwa yang
akan direkam dalam video. Deskripsi rangkaian peristiwa tersebut akan
dituangkan ke dalam gambar-gambar sketsa ataupun foto untuk melihat
apakah rangkaian peristiwa tersebut sudah sesuai dengan plot cerita dari
video tersebut. Selain itu, storyboard juga digunakan untuk memberikan
gambaran tentang video yang akan diproduksi dan melihat kesinambungan
alur cerita yang akan direkam. Penggambaran dalam storyboard ini tidak
dilakukan secara detail akan tetapi lebih ke gambaran umum tentang
peristiwa yang akan direkam. Biasanya storyboard tidak sering dilakukan
dalam produksi video, karena semuanya akan dirangkum ke dalam skenario
dan shooting script.
4) Shooting Script
Shooting Script digunakan sebagai panduan produksi di lapangan.
Panduan ini berguna untuk seluruh tim produksi yang sedang melakukan
pengambilan gambar video. Shooting script berisi tentang petunjuk
operasional dalam proses pelaksanaan produksi video. Bahasa-bahasa yang
digunakan dalam shooting script biasanya menggunakan bahasa-bahasa
produksi audiovisual. Guna membuat shooting script secara detail
diperlukan pemahaman tentang bahasa-bahasa pengambilan gambar dalam
produksi video. Bahasa-bahasa tersebut merupakan bahasa pengambilan
gambar yang berguna untuk mendetailkan tipe pengambilan gambar di
dalam shooting script.
3. Istilah-Istilah Pengambilan Gambar dalam Produksi Video
Berikut istilah-istilah pengambilan gambar dalam produksi video.
1) BCU atau BCS (Big Close Up atau Big Close Shoot)
Pengambilan gambar ini dilakukan dengan hanya memperlihatkan beberapa
bagian dari wajah seperti dahi sampai dagu atau hanya memperlihatkan
beberapa bagian dari benda.
2) CU atau CS
Close Up atau Close Shoot memperlihatkan keseluruhan wajah seseorang
atau bagian benda dari jarak dekat.
3) ECU
Extreme Close Up merupakan pengambilan gambar dengan
memperlihatkan bagian yang sangat detail, misal bibir pada manusia, mata
pada manusia, atau angka dari sebuah jam.
4) MCU atau MCS
Medium Close Up atau Medium Close Shot merupakan pengambilan
gambar yang memperlihatkan kepala dan bahu sampai dada bagian atas atau
hampir keseluruhan benda. Pengambilan gambar ini biasa disebut dengan
Chest Shot.
5) MS
Medium Shoot merupakan pengambilan gambar yang memperlihatkan
kepala sampai pinggang, keseluruhan sebuah benda atau sebagian besar
bangunan.
6) MLS
Medium Long Soot merupakan pengambilan gambar yang memperlihatkan
bagian kepala sampai lutut seseorang atau sebagian besar dari sebua
bangunan.
7) LS atau WA atau WS
Long Shoot atau Wide Angle atau Wide Shoot merupakan pengambilan
gambar yang memperlihatkan keseluruhan tubuh dari manusia dengan
background yang masih cukup luas. Bisa juga memperlihatkan keseluruhan
dari sebuah bangunan.
8) VWS atau UWA
Very Wide Shot atau Very Wide Angle merupakan pengambilan yang
biasanya untuk mengambil gambar sebuah pemandangan yang sangat luas.
9) EL
Eye Level merupakan pengambilan gambar yang sejajar dengan mata
manusia.
10) HA
Height Shoot biasa juga disebut dengan Bird Eye yang merupakan
pengambilan gambar dari tempat yang lebih tinggi dari pada objek.
Sehingga, memperlihatkan objek menjadi lebih kecil.
11) LA
Low Angle biasa juga disebut dengan Frog Eye merupakan pengambilan
gambar dari arah bawah. Sehingga bisa memperlihatkan objek menjadi
lebih besar.
12) Shoot
Shoot adalah munculnya gambar di layar yang diambil dengan
menggunakan kamera dengan jangka waktu tertentu.
13) Two Shoot
Biasanya dalam Script ditulis 2–Shoot atau 2s yang berarti hanya dua orang
saja yang ada pada gambar.
14) Group Shoot
Pengambilan gambar dengan menampilkan tiga orang atau lebih. Bisa juga
diartikan sekelompok orang.
4. Istilah-Istilah Pergerakan Kamera
Istilah lain yang harus diketahui selain bahasa pengambilan gambar yaitu
istilah-istilah pergerakan kamera dalam pengambilan gambar. Beberapa istilah
tersebut yaitu sebagai berikut.
1) Pan right , menggerakan kamera ke kanan.
2) Pan left, menggerakan kamera ke kiri.
3) Tilt up, menggerakan kamera ke atas.
4) Tilt down, menggerakan kamera ke bawah.
5) Zoom in, memperbesar gambar ke arah close up.
6) Zoom out, mengatur gambar ke arah long shoot.
7) Follow, gerakan kamera mengikuti objek.
5. Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi merupakan tahap untuk merencanakan semua
kebutuhan yang akan dilakukan pada saat produksi video. Langkah ini
dibutuhkan agar setiap kegiatan produksi bisa terencana dengan baik.
Perencanaan produksi merupakan salah satu tahap yang sangat vital dalam
produksi audio, karena dalam tahapan perencanaan produksi ini bagian-bagian
yang akan dibahas mulai dari penjadwalan sampai dengan perencanaan
anggaran dana produksi videonya.
Langkah perencanaan ini akan menjadi lebih mudah dilaksanakan ketika
semua langkah dari pencarian ide hingga pembuatan treatment, storyboard, dan
shooting script sudah selesai dilakukan. Dengan adanya langkah-langkah
tersebut akan sangat membantu untuk memberikan gambaran tentang besar
kecilnya produksi video yang akan dilakukan. Berikut langkah-langkah
perencanaan produksi video ini.
1) Pencarian lokasi pengambilan gambar untuk produksi video.
2) Perencanaan pemeran yang akan dijadikan talent dalam video.
3) Perencanaan tim produksi yang akan bekerja dalam produksi video.
4) Perencanaan peralatan yang dibutuhkan.
5) Perencanaan jadwal pengambilan gambar.
6) Perencanaan anggaran dana yang dibutuhkan untuk produksi video.
6. Persiapan Produksi
Setelah selesai melakukan semua perencanaan, masih ada satu langkah
lagi sebelum masuk ke tahapan produksi yaitu persiapan produksi. Langkah ini
sangat penting sebagai langkah terakhir sebelum memasuki tahap produksi.
Persiapan produksi ini dilakukan untuk memastikan dan mencocokan
apakah produksi sudah sesuai dengan yang direncanakan atau ada perubahan
rencana dari perencanaan awal. Ketika semua pengecekan sudah dilakukan,
kemudian dilakukan persiapan produksi yang meliputi sebagai berikut.
1) Survei lokasi tempat pengambilan gambar.
2) Menghubungi talent atau melakukan perekrutan talent jika dibutuhkan.
3) Menghubungi tim produksi untuk melakukan koordinasi sebelum menuju
tahap produksi.
4) Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dan melakukan pemeriksaan
peralatan untuk mengetahui bahwa semua peralatan bisa berfungsi atau tidak.
Setelah semua persiapan tersebut dilakukan barulah tim bisa melakukan
produksi videonya.

b. Produksi Multimedia
Tahap produksi video identik dengan tahap untuk merealisasikan semua
langkah yang ada di tahap praproduksi. Di tahap produksi, tim produksi video biasanya
dipimpin oleh seorang sutradara yang mempunyai peran untuk bertanggung jawab
terhadap berjalannya produksi video yang sedang berjalan. Biasanya sutradara dibantu
oleh beberapa asisten untuk membantu kelancaran produksi video yang sedang
berlangsung.
Salah satu hal yang perlu dicermati dalam tahap produksi ini ketika
pengambilan gambar yaitu mencatat adegan, shoot atau scene yang sudah diambil oleh
kameramen. Teknik pencatatan ini dinamakan camera logging. Dalam melakukan
pencatatan gambar yang sudah diambil tidak bisa hanya mencatat saja, tetapi catatan
tersebut harus disesuaikan dengan shooting script yang sudah dibuat. Proses pencatatan
dilakukan untuk menghindari adegan atau scene yang terlewat ketika dilakukannya
pengambilan gambar sehingga pelaksanaan produksi yang dilakukan bisa berjalan
dengan efektif. Karena ketika ada pengambilan gambar yang terlewatkan dan harus
melakukan pengambilan gambar ulang, kesalahan ini akan sangat berpengaruh kepada
pendanaan yang sudah direncanakan.
Ketika harus melakukan pengambilan gambar ulang secara tidak langsung akan
menambah anggaran dana. Ketidakcermatan dalam pencatatan pengambilan gambar
akan menjadi kesalahan yang sangat fatal ketika produksi video yang dilakukan
berkaitan dengan sebuah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, misalnya
peristiwa pernikahan atau sebuah event perusahaan. Maka dari itu penting sekali
melakukan pengecekan daftar pengambilan gambar dan disesuaikan dengan shooting
script yang sudah direncanakan. Beberapa saran produksi untuk kameramen yang
sedang belajar untuk proses merekam gambar ketika produksi berlangsung, yaitu
sebagai berikut.
a) Lebih dekat ke objek, saran ini dapat digunakan ketika seorang kameramen yang
sedang belajar menggunakan kamera video yang biasa, karena kamera tersebut
tidak menggunakan lensa yang baik. Jadi, pastikan lebih dekat dengan objek untuk
mendapatkan kualitas gambar yang maksimal. Hal ini dilakukan untuk
menghindari penggunaan digital zoom pada kamera video.
b) Hati-hati dengan cahaya, Pencahayaan yang kurang baik akan membuat kualitas
hasil gambar yang dihasilkan video tidak jernih dan tidak maksimal. Jadi, pastikan
objek yang direkam gambarnya cukup mendapatkan cahaya. Persiapkan lighting
tambahan untuk menyiasati tempat yang kurang cahaya.
c) Jaga keseimbangan, pastikan menggunakan tripod kamera ketika merekam gambar
dalam jangka waktu yang agak lama untuk menghindari gambar yang goyang.
Karena memperbaiki gambar yang goyang susah dilakukan di proses editing.
d) Hindari panning, Kecuali dalam merekam gambar keadaaan sekitar. Jika harus
menggunakan teknik panning, pastikan gunakan tripod agar seimbang.
e) Mengatur komposisi sebelum merekam, pastikan mengatur komposisi sebelum
merekam gambar agar gambar yang dihasilkan lebih indah dan tidak melelahkan
di mata penonton.
f) Ambil banyak stock gambar, pastikan gambar yang direkam tidak terbatas agar
setelah diproses, video yang dihasilkan menjadi lebih dinamis dan tidak
monoton.Setelah semua tahapan produksi video terselesaikan, ada baiknya
dilakukan pengecekan ulang sebelum memastikan bahwa tahapan produksi ini
sudah final sebelum memasuki tahap pascaproduksi.

c. Pasca Produksi
Tahap pasca produksi merupakan tahapan akhir dalam produksi video sebelum
video siap disajikan atau didistribusikan. Dalam proses pascaproduksi ini diperlukan
software editing video dan perangkat yang memadai untuk melakukan proses editing
video. Salah satu software developer yang menyediakan perangkat ini yaitu Adobe.
Berikut beberapa software dari Adobe yang digunakan untuk proses editing video.
a) Adobe Premiere Pro, software yang digunakan untuk editing secara real-time, baik
oleh profesional maupun yang sedang belajar mengenai editing video.
b) Adobe After Effect, aplikasi khusus yang biasa digunakan editor video profesional
untuk membuat motion graphic dan visual effect.
c) Adobe Media Encoder, aplikasi khusus untuk merender video yang sudah selesai
diedit ke dalam beberapa format video yang mudah untuk digunakan oleh editor
dari video tersebut.
d) Adobe Encore DVD, aplikasi yang digunakan untuk merubah format.
e) Raw video yang sudah diedit menjadi format DVD.

Adapun tahapan-tahapan proses pasca produksi sebagai berikut:


1) Editing Offline
Tahap ini merupakan tahap awal dari proses editing video. Di sini petugas
pencatat script saat produksi, mencatat kembali semua hasil shooting dan adegan.
Dalam aplikasi video editing, petugas pencatat script tersebut akan menuliskan
semuanya ke dalam time code yang ada di aplikasi tersebut. Proses ini dilakukan
untuk menyortir gambar yang akan dipakai dari semua rekaman gambar yang
diproduksi. Berdasarkan catatan tersebut dibuatlah editing kasar yang disebut
offline editing.
Setelah offline editing ini terselesaikan, hasilnya akan dicermati bersama dalam
proses yang disebut screening. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah keseluruhan
editing kasar tersebut masih perlu ditambah gambar lagi atau bahkan ada yang
perlu diganti dengan gambar lain. Kemudian setelah keseluruhan proses ini
dianggap sudah cukup, dibuatlah editing script, naskah editing yang dilengkapi
juga dengan uraian untuk narasi atau ilustrasi audio lainnya. Setelah ini semua
terselesaikan, tahapan berikutnya yaitu editing online.
2) Editing Online
Berdasar dari script editing yang dibuat di tahapan offline editing, editor
kemudian melakukan editing dengan lebih cermat lagi. Sang editor akan melihat
adegan per adegan dan shoot per shoot untuk menyatukan cerita agar
berkesinambungan antara satu dengan yang lain. Selain itu, di tahapan ini editor
juga akan memperindah hasil editing video kasar dengan membuat transisi atau
menghaluskan potongan adegan yang sudah disunting di editing kasar.
Keseluruhan proses editing ini akan disesuaikan dengan naskah editing yang sudah
dibuat. Setelah keseluruhan proses ini dianggap cukup kemudian, tahapan akan
beralih ke mixing dan mastering.
3) Mixing dan Mastering
Proses mixing merupakan proses untuk menggabungkan atau
mensinkronisasikan antara video dan audio. Dalam tahap ini editing lebih
mengutamakan untuk memoles audio dan menambahkan ilustrasi musik maupun
sound effect yang akan digunakan untuk membangun atmosfir dalam video
tersebut. Kemudian narasi yang sudah direkam juga akan ditambahkan dalam
proses mixing ini.
Setelah semua tahapan ini selesai kemudian dilakukan proses yang dinamakan
preview. Proses ini merupakan screening akhir dalam melihat video yang sudah
selesai diedit dan diolah. Setelah semua setuju bahwa proses ini sudah selesai,
maka proses selanjutnya adalah mastering. Proses ini merupakan proses untuk
membuat kepingan VCD atau DVD master, yang kemudian akan digandakan lagi.

Rangkuman
Tugas
Tes Formatif
Kunci Jawaban Tes Formatif
Lembar Kerja
Kegiatan Belajar 2
Mengoperasikan Kamera Video

Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Melalui materi ini, diharapkan peserta didik mampu memahami prosedur pengoperasian
kamera video, serta mampu mengoperasikan kamera video sesuai dengan prosedur atau
langkah-langkah

Uraian Materi
A. Kamera Video
Kamera video adalah sebuah perangkat kamera yang mampu mengambil sebuah
gambar yang bergerak. Kamera video merupakan salah satu teknologi digital yang
umumnya digunakan untuk kepentingan periklanan, produksi video, film, maupun
produksi siaran televisi. Kamera video sendiri dalam perkembangannya dimulai dari
kamera video analog dan berkembang menjadi kamera video digital. Di era modern
sekarang, cara kerja kamera video analog sudah banyak ditinggalkan. Karena fungsi
kamera video dan kualitas yang dihasilkan kamera video digital lebih bagus dan lebih
mudah dikelola.
Kamera video tersebut memiliki jenis dan fungsi yang beragam, diantaranya:
1. Kamera Studio
Kamera studio dikatakan sebagai kamera profesional. Hal tersebut dikarenakan
kamera studio memiliki fitur dan fasilitas yang lengkap, tetapi berukuran sangat
besar dan cukup berat digunakan. Oleh karena itu, umumnya kamera ini digunakan
dengan tambahan tripod untuk mendukung pergerakan kamera.
2. Kamera ENG
Kamera ENG adalah singkatan dari Electronic News Gathering. Kamera ini
berukuran besar dan lebih berat, dilengkapi dengan dudukan kamera pada bahu
agar kamera dapat ditempatkan di bahu operator dengan nyaman. Umumnya
kamera ENG dibawa dengan menggunakan tangan sehingga ketika digunakan
dalam bekerja lensa zoom mudah dikontrol.
3. Kamera DSLR
Kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) adalah kamera yang memiliki cermin
45 derajat untuk memantulkan cahaya dari lensa ke viewfinder. Resolusi tinggi
yang disandingkan dengan kamera besar membuat kamera DSLR ini menjadi
sebuah kamera atraktif yang tidak hanya digunakan dalam fotografi melainkan juga
pembuatan film.
4. Kamera Smartphone.
Di era saat ini, semua smartphone telah menambahkan fitur kamera pada tiap
produknya, untuk menunjang kebutuhan utama sebagai alat komunikasi. Berbagai
jenis kamera tersemat di dalamnya, dengan kemampuan resolusi dan penyimpanan
sesuai dengan jenis smartphone tersebut. Namun, pada smartphone umumnya
gambar yang dihasilkan melalui kamera video telepon pintar tidaklah sebaik
kamera video lainnya. Fitur-fitur yang ada juga tidak selengkap yang ada pada
kamera video lainnya.
B. Pengoperasian Dasar Kamera
Setelah mengetahui dan mengenal beberapa jenis kamera video yang ada. Kini kita perlu
memperhatikan bagaimana cara mengoperasikannya. Pada setiap jenis kamera video ini,
terdapat enam kontrol dasar yang harus diperhatikan pada saat mengoperasikannya,
diantaranya:
1. Exposure
Exposure mengacu pada banyaknya cahaya yang jatuh ke medium yang akan
mempengaruhi seberapa terang dan gelapnya foto yang dihasilkan oleh kamera.
Sehingga exposure dapat dikatakan sebagai pengaturan tingkat pencahayaan yang tepat
pada kamera (Suryaningsih & Kurniawan, 2019). Adapun beberapa komponen kamera
yang dapat digunakan untuk exposure ini, seperti Iris, Shutter Speed, Nd Filter, dan
Gain.
a. Iris. Iris merupakan besar kecilnya bukaan lensa kamera untuk masuknya cahaya.
Iris biasanya disimbolkan dengan huruf “F”, semakin besar nilai irisnya maka akan
semakin sedikit cahaya yang masuk. Begitupun sebaliknya, semakin kecil nilai
irisnya, maka akan semakin banyak cahaya yang masuk. Iris ini dapat dioperasikan
dalam mode otomatis dan manual. Iris dapat dikatakan memiliki fungsi yang sama
dengan pupil mata, yaitu dapat mengatur banyaknya cahaya yang masuk.
Iris memiliki lubang yang disebut aperture. Apabila Iris dibuka selebar mungkin,
lensa mengirim sinar maksimum ke dalam kamera, sebaliknya jika bukaan iris
dikurangi maka lubang diafragma akan menyempit, sehingga sinar yang masuk ke
kamera menjadi sedikit.
b. Shutter Speed. Shutter speed adalah lamanya waktu shutter kamera terbuka,
memaparkan cahaya ke sensor kamera. Pada dasarnya, shutter speed atau
kecepatan rana merupakan kecepatan sensor kamera menangkap gambar.
c. Filter ND (Neutral Density). Filter ini mampu mengurangi atau mengubah
intensitas semua panjang gelombang atau warna cahaya tanpa mengubah rona
keluaran warna. Filter Nd atau Neutral Density biasanya digunakan untuk
mengurangi cahaya yang masuk tanpa mengurangi kualitas cahaya yang masuk,
seperti menggunakan filter ND pada siang hari yang sangat terik.
d. Gain. Gain berfungsi apabila pengambilan gambar dalam keadaan kurang cahaya.
Apabila dalam keadaan normal dengan bukaan f-stop maksimal (f/1.4) masih under
exposure, dengan Gain kita bisa mengangkat exposure secara digital. Gain pada
seri kamera DSLR cinematography disebut sebagai ISO (International Standard
Organisation). Jika kita menaikkan Gain atau ISO konsekuensinya membuat
gambar menjadi agak coral atau grain (pecah, gambar bergerimis seperti pasir).
2. Filter Colour
Filter Colour yang berfungsi untuk mengubah atau mencocokkan cahaya yang masuk
ke dalam kamera. Umumnya kamera video memiliki dua buah filter koreksi warna.
Untuk syuting di dalam ruangan dengan cahaya lampu tungsten atau kemerahan dapat
digunakan filter 320⁰K dan untuk syuting dengan penerangan cahaya matahari dapat
digunakan filter 560⁰K.
3. White Balance
White balance dapat diartikan sebagai keseimbangan warna putih pada lingkungan
kamera. White balance merupakan sebuah fungsi yang ada dalam sebuah kamera untuk
menentukan warna putih yang sesungguhnya dari objek yang diambil sehingga warna
keseluruhan akan tampak natural. Jika kamera sudah tahu warna putih yang benar,
maka kamera tersebut akan dapat menentukan warna yang lain dengan benar. Setting
white balance ini dapat dilakukan secara otomatis maupun secara manual.
Cara yang dapat dilakukan untuk melakukan setting white balance secara manual, yaitu:
1) Cari objek berwarna putih, 2) Shoot obejk tersebut, 3) Masuk ke setting white
balance, 4) Tekan one touch, maka white balance akan menjadi normal.
4. Zoom
Zoom adalah pergerakan lensa kamera menjauhi dan mendekati suatu objek.
5. Focus
Proyeksi gambar yang dihasilkan oleh lensa jatuh di permukaan tabung atau CCD jelas
dan tajam.
6. Audio Levels
Audio levels adalah pengaturan setting untuk menangkap audio pada saat
pengoperasian kamera. Audio level pada kamera tentunya sangat penting karena selain
kualitas gambar yang berpengaruh, kualitas audio juga berpengaruh terhadap video
yang dihasilkan.
C. Pengoperasian Kamera Video
Dari berbagai macam dan jenis kamera video yang ada, masing-masing memiliki
beragam fungsi, varian, dan bentuk. Mulai kamera pemula, semi profesional, dan
profesional. Bagi pengguna pemula biasanya dengan mode auto sudah cukup untuk
mendapatkan gambar standar, tetapi dalam kondisi tertentu mode auto tidak dapat
digunakan untuk mendapatkan gambar sesuai dengan yang diinginkan. Sehingga
diperlukan mode manual untuk mendapatkan gambar maupun rekaman video yang sesuai
dengan kebutuhan. Berikut beberapa langkah dasar pengoperasian kamera video,
diantaranya:
1. Pasang baterai pada kamera
2. Lepas penutup lensa
3. Masukkan memori
4. Buka penutup kartu memori, arahkan ujung tumpul kartu memori dan masukkan ke
celah kartu memori hingga berbunyi klik.
5. Kemudian pasang kamera pada tripod dengan benar dan sesuai, serta pastikan sudah
terpasang dengan kencang dan kuat.
6. Pindahkan posisi tombol power dari off ke camera dengan cara menekan dan tahan
tombol kunci, kemudian dorong ke bawah menuju posisi on.
7. Buka layar LCD dengan menekan kunci layar LCD, lalu dibuka searah tanda panah.
Secara otomatis viewfinder akan mati.
8. Terakhir tekan tombol start/stop untuk memulai merekam. Apabila ingin berhenti
merekam, maka dapat menekan kembali tombol start/stop.

Rangkuman
Tugas
Tes Formatif
Kunci Jawaban Tes Formatif
Lembar Kerja

Kegiatan Belajar 3 Teknik Pergerakan Kamera


Kegiatan Belajar 4
Tata Cahaya dalam Perekaman

Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Uraian Materi
A. Pengertian Tata Cahaya
Tata cahaya merupakan suatu kegiatan pengaturan cahaya yang berasal dari
beberapa sumber cahaya terhadap objek, orang, dekorasi, dan sebagainya. Tata cahaya
dalam proses pembuatan produk audio video merupakan satu kesatuan yang
mendukung dan memenuhi persyaratan teknis, artistik dan dramatik. W.J.S.
Poerwadarminta mendefinisikan tata sebagai istilah yang menggambarkan susunan atau
pengetahuan mengenai penyusunan, sedangkan cahaya adalah terang atau sinar dari
matahari, bulan, dan lampu. Dengan kata lain, tata cahaya merupakan seni pengaturan
cahaya dengan mempergunakan peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat
objek dengan jelas dan menciptakan ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan
adanya jarak, ruang, waktu, dan suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tata cahaya
merupakan proses kreatif dari seorang penata cahaya dalam mendukung suatu proses
produksi visualisasi atau gambar yang diambil dengan menggunakan kamera elektronik
atau film.
B. Fungsi Tata Cahaya
Fungsi dari tata cahaya antara lain:
1. Untuk memenuhi keperluan sistem peralatan teknis agar kamera dapat menghasilkan
gambar.
2. Untuk memberikan perspektif tiga dimensi.
3. Untuk memberikan perhatian pada elemen yang penting pada adegan.
4. Untuk menetapkan suasana pada adegan, menetapkan waktu kejadian (pagi, siang,
sore dan malam).
5. Untuk mendukung keindahan dalam keseluruhan adegan.
C. Prinsip Tata Cahaya
Dalam pengambilan gambar bergerak, baik di dalam maupun di luar ruangan
sangat memerlukan adanya pengaturan pencahayaan sehingga subyek tampak dengan
jelas. Apabila pengambilan gambar dilakukan di dalam ruangan, maka harus
diusahakan ruangan yang digunakan memiliki cukup banyak cahaya alami ataupun
cahaya buatan. Dalam proses produksi video, tata cahaya mempunyai peran penting,
serta menentukan nilai atau kualitas materi video yang ingin ditampilkan. Secara
umum, dalam tata cahaya ada istilah three points lighting, yaitu formula dasar
pencahayaan dalam produksi video. Three points lighting sendiri meliputi key light, fill
light dan back light.
1. Keylight, merupakan cahaya terkuat dan paling penting dari ketiga cahaya yang
digunakan dalam teknik three points lighting. Dalam key light sumber cahaya
ditempatkan di antara sisi kamera dan subjek hingga membentuk sudut 45 derajat
sehingga satu sisi subjek menjadi terang, tetapi sisi lain agak gelap. Sinar yang
digunakan pada keylight biasanya merupakan seberkas sinar dari hard light dan
terfokus pada subyek. Sementara itu, banyaknya sumber cahaya yang digunakan
untuk keylight, tergantung dari banyaknya sudut pengambilan gambar.
2. Fill light, digunakan sebagai sumber cahaya sekunder untuk key light dan
ditempatkan di sisi berlawanan dari subyek membentuk sudut kurang lebih 45
derajat. Sumber cahaya dengan teknik fill light tidak seterang sumber cahaya key
light. Hal ini karena sumber cahaya fill light hanya digunakan untuk mengisi
bayangan yang dihasilkan key light. Sumber cahaya fill light juga membantu
mengurangi kontras yang dihasilkan oleh key light sehingga gambar lebih terlihat
natural.
3. Back light, sumber cahaya pada teknik ini ditempatkan di belakang subyek dan
digunakan untuk pencahayaan subyek dari belakang. Back light bisa lebih terang
atau lebih redup dari key light, sumber cahaya dengan teknik ini akan memberikan
highlight yang cukup pada subyek dan memisahkan subyek dari latar belakang. Back
light juga menambah kedalaman gambar sehingga membuat tampilan gambar
menjadi tiga dimensi.
Dengan demikian, untuk mendapatkan penyinaran yang seimbang maka antara
ketiga unsur penyinaran tersebut harus menggunakan perbandingan tertentu, yaitu 3
untuk back light, 2 untuk key light dan 1 untuk fill light. Back light mempunyai
perbandingan paling banyak agar dapat memisahkan subyek dengan dekorasi sehingga
gambar tidak terlihat menempel.
D. Sumber Cahaya
Sumber cahaya yang digunakan untuk produksi film atau acara televisi adalah
menggunakan sumber cahaya alam (matahari) dan sumber cahaya buatan (lampu).
1. Sumber cahaya alam
Sumber cahaya alam berasal dari cahaya matahari yang merupakan bentuk
penyinaran terbaik dalam pengambilan gambar bergerak. Matahari memiliki cahaya
yang terang dan merata, memberikan warna-warna alami dan kedalaman fokus yang
mencukupi. Hal yang harus diperhatikan oleh juru kamera apabila mengambil
gambar dengan menggunakan cahaya matahari adalah kecerahan dan posisi matahari
selalu berubah. Oleh karena itu, perlu dihindari pengambilan gambar pada saat
matahari tepat berada diatas kepala karena akan muncul bayang-bayang dan
kernyitan di dahi subjek. Hal ini akan mempengaruhi ekspresi wajah subjek. Selain
itu, hindari juga pengambilan gambar saat sore menjelang petang karena akan
menghasilkan gambar bluish (berwarna kebiruan).
2. Sumber cahaya buatan
Sumber cahaya yang digunakan berasal dari cahaya lampu. Yang dimaksud
dengan lampu disini adalah movie lamp atau lampu shooting. Lampu shooting harus
memancarkan cahaya pada temperatur warna daylight. Untuk menghasilkan cahaya
daylight maka lampu harus dilengkapi dengan filter biru. Penggunaan lampu ini
bertujuan untuk menghilangkan bayangan, namun tetap mempertahankan teori
keylight, fill light dan back light.

Disamping itu, dalam fotografi ada 3 jenis sumber cahaya, yaitu:


1. Available Light, merupakan cahaya yang telah tersedia secara alami di lingkungan
sekitar. Pada sumber cahaya ini, besar-kecil serta arah penyinaran cahaya tidak bisa
kita atur sesuai tuntutan naskah.
Karena posisi mereka sudah permanen dan tidak mungkin dibelokkan. Contoh
sumber cahaya ini adalah sinar matahari, lampu kota, lampu panggung ataupun
lampu ruangan.
2. Artificial Light, merupakan cahaya yang sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan
produksi foto dan juga audio video. Pada jenis pencahayaan ini, kita dapat mengatur
besar-kecil serta mengubah arah penyinaran dari cahaya tersebut sesuai kebutuhan.
Contoh: lampu studio, hash atau lampu kilat, senter.
3. Mix Light atau disebut juga penggabungan sumber cahaya. Jenis ini digunakan untuk
tujuan khusus, terkadang kita perlu menggabungkan dua jenis sumber cahaya
tersebut ke dalam sebuah karya video atau foto. Kita dapat menggabungkan beberapa
available light misalnya sinar matahari dengan lampu ruangan dan juga
menggabungkan beberapa artificial light misalnya lampu studio dengan hash dan
available light dengan artificial light atau lampu kota dengan lampu kilat.
E. Pengaturan Tata Cahaya pada Gambar Bergerak
1. Kualitas Cahaya
Menurut Gerald Millenon (1999; 36) terdapat tiga dasar penempatan lampu
(Three Point of Light), sebagai berikut:
a. Key Light, merupakan penyinaran terarah yang utama yang jatuh pada subyek
menghasilkan bayangan kuat, memberikan tekanan pada segi yang menarik dari
wajah artis dan membentuk dimensi pada kepala dan wajah. Pemasangan key
light idealnya diletakkan pada sudut antara 30-45 derajat secara vertikal dan 30-
45 derajat secara horizontal. Intensitas dari lampu ini lebih besar dari fill light dan
lebih kecil dari black light.
b. Fill light, merupakan cahaya yang digunakan untuk melunakkan bayangan yang
dihasilkan oleh lampu key light ataupun lampu lainnya. Fill light ditempatkan
pada kedudukan antara 30-45 derajat secara vertikal dan 5-30 derajat secara
horizontal. Intensitas fill light lebih kecil dari key light dan back light. Fill light
dapat ditempatkan pada sisi kamera berlawanan dengan arah key light.
c. Back Light, merupakan cahaya dari belakang subyek dengan arah kamera dan
diatur hingga jatuh pada kepala dan bahu pada subyek, penyinaran ini membentuk
garis tepi pada subyek yang memisahkan latar belakang dan untuk menambah
ketajaman yang nyata dengan memberikan kontras,
sehingga tampak kesan tiga dimensi. Back light dipasang di belakang objek
dengan sudut 0-30 derajat dengan penyinaran sebesar 45-60 derajat secara
vertikal dan 0-30 derajat secara horizontal.
2. Kualitas Cahaya
Kualitas cahaya ini berkaitan dengan keras atau lembutnya pencahayaan itu
sendiri. Ada dua kualitas cahaya, yaitu :
a. Hard light : pencahayaan yang kuat dengan shadow atau bayangan lebih terlihat
jelas.
b. Soft light : pencahayaan dengan bayangan hanya memiliki perbedaan yang tipis.
3. Pencahayaan dengan Bouncing
Pencahayaan ini tidak diarahkan langsung pada subyek, tetapi dipantulkan terlebih
dahulu. Dimana efek yang dihasilkan dengan metode ini adalah pencahayaan yang
soft. Secara teknis, bouncing bisa dilakukan di area yang tidak terlalu besar. Arah
cahaya pada pencahayaan ini dipantulkan pada dinding atas yang berwarna cerah.
Reflektor (alat pemantul cahaya) :
a. Silver Reflektor: pemantul berwarna perak dapat memantulkan cahaya yang keras
atau hardlight.
b. Gold Reflektor: pemantul berwarna emas memantulkan banyak cahaya, biasanya
digunakan agar objek terkesan lebih warm.
c. White Reflektor: memantulkan cahaya yang lebih lembut dibandingkan dengan
silver atau gold reflector.
d. Difussion Screen: biasa digunakan juga sebagai white reflektor, untuk mengurangi
cahaya matahari yang akan menyinari subyek.

Rangkuman
Tugas
Tes Formatif
Kunci Jawaban Tes Formatif
Lembar Kerja
Kegiatan Belajar 5
Penyuntingan Video menggunakan Software Pengolah Video

Kegiatan Belajar 6
Manipulasi Audio Digital dan Memadukan dengan Video

Kegiatan Belajar 7
Pembuatan Video Pendek

Kegiatan Belajar 8
Perbaikan Kualitas Audio dan Penambahan Efek Khusus
Kegiatan Belajar 9
Pembuatan Video Sesuai Naskah dan Skenario

Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Uraian Materi
Di era digital saat ini banyak menuntut konten lebih dari sekadar teks atau hanya
grafik saja. Konsep video berfungsi sebagai media komunikasi dalam menyampaikan
gagasan yang lebih menarik. Konten yang disampaikan dalam sebuah video haruslah
sederhana dan mudah dimengerti oleh penggunanya.
Manusia sebagai makhluk visual, maka akan lebih mudah mengerti dan
mendapatkan informasi melihat sesuatu yang hidup, bergerak dan bersuara. Untuk itu
diperlukan sebuah presentasi dalam bentuk video dimana terdapat gambar bergerak
sekaligus suara yang diperlukan. Proses dalam pembuatan video itu sendiri dimulai dari
pencarian ide, membuat sinopsis, membuat naskah, shooting, produksi, dan pasca
produksi.
Pembahasan kali ini adalah mengenai pembuatan media video dan audio sesuai
dengan sinopsis, naskah, karakteristik media video dan audio, serta storyboard. Untuk itu
kita perlu memahami masing-masing komponen tersebut.

A. Sinopsis
Sinopsis adalah alur cerita secara singkat. Sinopsis dijelaskan dalam tulisan singkat
sehingga penonton mampu memahami isi cerita yang disampaikan dalam video atau film.
Menurut Carpenter, sinopsis adalah teks yang berisi kalimat naratif, penjelasan tentang
masalah atau plot, karakter, dan bagaimana buku atau novel berakhir. Sinopsis berisi
rangkuman tentang apa yang terjadi dan siapa yang berubah dari awal hingga akhir cerita.
Sebuah sinopsis dikatakan baik apabila mampu menjelaskan cerita secara utuh dengan
detail dan jelas. Penggunaan gaya bahasa yang indah, penjelasan rinci kejadian dalam alur
cerita disusun menggunakan bahasa yang lugas dibutuhkan dalam pembuatan sinopsis.
Sehingga, sinopsis dapat memuat makna pesan yang disampaikan tidak lari dari isi cerita.
Pembuatan sinopsis menarik perlu dibutuhkan dramaturgi yaitu alur emosi dalam sebuah
cerita.
B. Naskah
Naskah adalah teks yang berisi gambaran yang akan dibuat atau tampil di layar.
Tujuannya agar seluruh pendukung dalam pembuatan video paham setiap rinci dari video
jalan cerita yang akan disampaikan. Penulisan naskah dapat disesuaikan dengan kebutuhan
yang dimengerti oleh orang yang berperan dalam pembuatan video tersebut. Adapun
menurut Ferdinand Brunetierre, naskah adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap
manusia dengan gerak.yang dimunculkan dalam drama yang memerankan isi naskah
cerita.

C. Karakteristik Media Audio Visual


Sebelum menulis naskah, seseorang harus memahami terlebih dahulu karakteristik media
audio visual. Berikut ini karakteristik media audio visual.
a. Informasi dalam Media Audio Visual mengutamakan visual daripada suara.
Walaupun tidak bisa lepas dengan suara yang berperan melengkapi informasi
atau pesan visual Media Audio Visual lebih mengutamakan visual daripada suara.
Informasi yang disampaikan dapat berupa gambar/visual fakta, kejadian nyata, ataupun
sebuah fiksi/gagasan kreatif. Setiap kali tayang melalui media televisi, program audio
visual dapat ditonton jutaan orang dalam waktu yang bersamaan. Dibandingkan media
komunikasi dan informasi lainnya, Media Audio Visual paling efektif.
b. Pengemasan bentuk format VCD atau DVD dapat digandakan.
Jika dikemas dalam bentuk format VCD atau DVD, Program dapat ditonton
berulang-ulang dan mudah digandakan. Dampak program audio visual cukup tinggi
jika terjadi kesalahan dan terlanjur disiarkan sulit untuk merubahnya. Karena itu
sebelum disiarkan harus benar-benar di cek terlebih dahulu agar tidak ada kesalahan
informasi. Butuh waktu yang lama untuk memproduksi program audio visual. Jenis
yang biasanya ada pada program audio visual: Noncerita, Berita (Dokumenter; Feature;
Reality Program), Cerita (Cerita/Drama; Hiburan; Musik; Lawak; Kuis), Iklan Layanan
Masyarakat.

D. Storyboard
Storyboard adalah sketsa gambar berbentuk thumbnail yang berurutan sesuai jalan
cerita. Menurut Soenyoto (2017:57), "Storyboard adalah bahan visual
dari semula berbentuk bahasa tulisan menjadi bahasa gambar atau bahasa visual yang
filmis". keseluruhan, sehingga menggambarkan suatu cerita”. Seluruh adegan yang
dilakukan pada proses produksi ditampilkan dalam storyboard untuk dapat melihat alur
cerita dalam bentuk gambar. Storyboard berfungsi sebagai ungkapan kreatif dalam
menyampaikan pesan dan gagasan secara visual. Pada storyboard dapat ditambahkan arah
gerakan guna memandu gerakan berikutnya. Selain itu juga dapat ditambahkan informasi
lain berupa huruf warna, dan tata letak sehingga pesan dan gagasan dapat diterima.
Pembuatan storyboard yang bagus perlu menggambarkan komposisi dari suatu
adegan tertentu dalam bentuk gambar sketsa. Diperlukan keterampilan menggambar dan
mampu menampung beragama ide arahan dari sutradara dalam pembuatan storyboard.
Tidak ada yang baku dalam bentuk panel storyboard. Pada umumnya berupa gambar
thumbnail disusun secara horizontal atau vertikal yang dilengkapi dengan arahan visual
berupa panduan informasi nomor adegan, nomor cut/panel, nomor background, dan
catatan adegan.

Rangkuman
Tugas
Tes Formatif
Kunci Jawaban Tes Formatif
Lembar Kerja
BAB III
EVALUASI

A. Cognitive Skill
B. Psychomotoric Skill
C. Affective Skill
D. Produk/Benda Kerja sesuai Kriteria Standar
E. Batasan Waktu
F. Kunci Jawaban
BAB IV
PENUTUP
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai