Anda di halaman 1dari 5

ULASAN

TRANSFORMASI DIGITAL
Fenomena Disrupsi Teknologi dan Disrupsi Innovation

Penyusun :
Anggi Anggreini / 20105244014 / TP-B 2020
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2020
LATAR BELAKANG
Era globalisasi ialah era dimana teknologi berperan penting dalam setiap aktivitas
manusia. Hal tersebut menjadikan daya saing dan tantangan menjadi lebih tinggi dari
sebelumnya. Maka dari itu, lahirlah fenomena disrupsi yang berkembang pada pola dunia
bisnis. Fenomena ini dijadikan sebagai era digitalisasi, dimana semua kegiatan manusia
sudah menggunakan internet atau dilaksanakan dengan sistem daring dengan beralih ke
dunia maya. Hal ini dimanfaatkan oleh pelaku bisnis untuk mencari keuntungan yang
lebih besar dari bisnis-bisnis sebelumnya.
Cukup banyak manfaat yang dirasakan dalam proses produksi salah satunya
penghematan biaya bisnis secara fisik karena bisnisnya dapat dilakukan di dunia maya.
Hal tersebut juga berpengaruh dalam penghematan waktu produksi menjadi lebih efisien.
Biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk produksi akhirnya dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas produk. Fenomena disrupsi ini juga berperan besar dalam
menumbuhkan kembali pasar bisnis yang sebelumnya sudah tertutup.
Adanya fenomena disrupsi tidak dapat langsung diterima begitu saja oleh dunia,
terutama oleh masyarakat Indonesia. Nyatanya, masih banyak pelaku bisnis yang belum
mampu beradaptasi dan tetap menjalankan usaha mereka seperti sistem sebelumnya.
Untuk itu, diperlukan adanya adaptasi dan kesadaran tinggi untuk selalu mengikuti
perkembangan zaman agar bisnis dapat tetap berjalan dengan semestinya. Adapun
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk beradaptasi. Memantau perubahan trend bisnis
dengan memperhatikan kualitas produk dan antisipasi terhadap pesaing bisnis lainnya,
melakukan riset secara ilmiah untuk mengetahui kebenaran suatu berita atau informasi
demi keamanan bisnis yang dijalaninya, mencegah resiko yang dapat terjadi untuk itu
perlu ketelitian tinggi dalam setiap kegiatan menjalankan bisnis, terus berinovasi melalui
kreatifitas untuk meningkatkan kualitas dan keunikan produk, dan yang terakhir menjalin
hubungan baik dengan banyak pihak agar dapat melakukan kolaborasi atau kerja sama
yang baik untuk perkembangan perusahaan.
Masih banyak perusahaan besar yang telah mendunia dapat mengalami
kemunduran karena gagal dalam beradaptasi terhadap fenomena disrupsi. Salah satunya
ialah perusahaan besar bidang telekomunikasi Nokia, yang berasal dari Finlandia.
Penelitian lebih lanjut mengenai kemunduran dari Nokia akan dibahas dalam analisis
industri yang mempunyai modal besar, jaringan luas, konsumen yang loyal namun
sekarang sudah tidak terdengar kabarnya lagi.
ULASAN KEMUNDURAN NOKIA YANG GAGAL ADAPTASI DENGAN
FENOMENA DISRUPSI KEMUDIAN MAMPU BANGKIT KEMBALI
Nokia adalah perusahaan di bidang telekomunikasi yang sempat mendunia dan
terkenal ke seluruh dunia. Awalnya pendiri Nokia yang bernama Fredrik Idestam
menjalankan bisnis di bidang penggilingan kayu pada tahun 1865. Kemudian sekitar
tahun 1950, barulah Nokia mulai membangun divisi elektronik karena bisnis tersebut
dinilai dapat menjanjikan masa depan yang cerah. Kata “Nokia” sendiri berasal dari nama
sebuah komunitas yang tinggal di Finlandia Selatan. Itulah sejarah singkat berdirinya
perusahaan Nokia yang awalnya tidak bergerak di bidang telekomunikasi.
Melalui proses trial dan eror yang panjang bahkan banyak kendala lainnya, Nokia
berhasil menciptakan produk-produk telekomunikasi yang diterima oleh pasar
masyarakat dunia. Produk tersebut seperti, telepon genggam, HLR, MSC, BSC, RNC,
dan masih banyak lagi. Nokia juga dengan cepat belajar dari kesalahan sehingga terus
melakukan inovasi yang membuat perusahaan tersebut merajai pasar telepon genggam
selama 14 tahun lamanya. Desain model yang dikeluarkan Nokia pun dapat diterima
masyarakat pada masa itu.
Pada era kejayaan atau sekitar tahun 2012 Nokia sudah mengalami kemunduran
bahkan sahamnya terus mengalami penurunan. Market share Nokia juga mengalami
penurunan di seluruh negara. Nokia juga melakukan pengurangan jumlah pegawai dan
penutupan kantor termasuk pabriknya yang terletak di Finlandia.
Penyebab kegagalan Nokia dapat dilihat dari faktor internal juga eksternal. Dari
faktor internal yang berkaitan dengan fenomena disrupsi, berikut faktor penyebabnya :
1. Nokia terlalu fokus mengembangkan symbian tanpa memberikan inovasi yang
berarti.
2. Terlalu lamanya jangka waktu produk popular diturunkan, sehingga tergantikan
oleh produk pesaing.
3. Usaha Nokia untuk mengembangkan software (symbian, meggo) dan diganti
dengan Microsoft 8 membuat Nokia tidak fokus hingga pada akhirnya gagal dan
telah memakan banyak biaya.
4. Nokia seringkali menjadi pelopor dalam meluncurkan produk baru namun tanpa
prospek masa depan yang lebih baik.
5. Nokia gagal mengantisipasi, memahami, dan mengatur diri untuk menghadapi
perubahan zaman. Perubahan era digitalisasi dalam fenomena disrupsi.
Sedangkan dilihat dari faktor eksternal, berikut kegagalan Nokia yang berkaitan
dengan fenomena disrupsi :
1. Nokia gagal mengambil momentum Smart Phone Booming sehingga produk
pesaing seperti iPhone dan android mengambil alih market Nokia.
2. Nokia tidak bisa menciptakan produk yang unik dibandingkan produk pesaing
lainnya sehingga ditinggalkan pembeli/konsumen.
3. Vendor ponsel China (Huawei, ZTE) dan Korea (Samsung, LG) mengeluarkan
produk dengan harga murah dan menyaingi Nokia.
4. Tidak adanya collaborative innovation yang kuat di Nokia, tidak seperti Samsung
yang sedari awal sadar tak akan mampu melawan kompetensi software Apple dan
akhirnya berkolaborasi dengan Microsoft, sedangkan Nokia lambat dalam
memahami hal tersebut.
5. Terlambat mengantisipasi menghadapi gempuran vendor ponsel China dalam
penyediaan low cost dual sim card. Nokia melakukan inovasi tersebut namun saat
ponsel vendor China sudah upgrade dengan fitur yang lebih canggih lagi.
Berikut ulasan yang membuat Nokia mengalami kemunduran karena gagal
beradaptasi terhadap fenomena disrupsi.
Namun, pada tahun 2015 Nokia mampu bangkit kembali setelah HMD Global
membeli kembali bisnis perangkat mobile Nokia dari Microsoft. Keputusan HMD Global
yang membuat Nokia dari Windows Phone beralih ke android juga merupakan keputusan
yang tepat. Kini, nama Nokia sudah kembali dalam jajaran merek smartphone ternama
dunia. Nokia mampu membuktikan sudah beradptasi terhadap fenomena disrupsi dan siap
bersaing dengan produk pesaing lainnya.
Berikut beberapa ulasan bangkitnya kembali Nokia, adaptasi yang dilakukan
dengan usaha keras yang membuahkan hasil.
1. Bangkitkan kembali line-up ikonik, dimana Nokia mampu meningkatkan
kualitas kamera sehingga bisa bersaing dengan Huawei, Sony, Samsung, dan
Apple iPhone.
2. Material premium, membuat kembalinya kepercayaan konsumen atas built
quality Nokia.
3. Menyediakan smartphone lengkap dari kelas bawah, menengah, maupun atas.
4. Strategi Nokia memakai Android Go dan Android One mendapat dukungan
langsung oleh Google dan mendapat promosi gratis di situs android.
5. Menyediakan daya tahan baterai yang awet sehingga disukai banyak pihak
konsumen.
6. Menentukan harga yang low budget sehingga mampu bersaing dengan vendor
ponsel China.
7. Mengikuti tren untuk selalu upgrade terhadap produk mereka. Kini Nokia
sudah mengeluarkan tren full screen.
Itulah beberapa ulasan sebagai bukti betapa pentingnya adaptasi dalam
menghadapi fenomena disrupsi. Nokia sendiri sudah membuktikan dan kembali
mendunia setelah mampu memahami dan melakukan inovasi sesuai tren yang sedang dan
akan terjadi di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://blog.ub.ac.id
www.kopasiana.com/beradaptasi-dengan-era-disrupsi

Anda mungkin juga menyukai