Strategi yang digunakan oleh NOKIA selama ini yaitu dengan tetap menjaga kualitas
pelayanannya dan mengutamakan tingkat spesifikasi barang yang sesuai dengan
permintaan pembelinya, tetapi juga di dukung dengan harga yang kompetitif. Namun
dengan hanya menggunakan strategi tersebut tidak akan dapat membuat penjualan
NOKIA menjadi meningkat terus menerus karena pastti akan membuat penjualan
menurun sehingga perlu di dukung oleh strategi-strategi lain yang dapat
meningkatkan penjualan. Adapun beberapa strategy yang diungkapkan adalah sebagai
berikut :
▪ Tim di seluruh perusahaan harus bekerja keras untuk mengoptimalkan biaya produk
5G dengan menangani setiap bagian yang mungkin dari tagihan bahan produk,
termasuk semikonduktor, di mana transisi ke portofolio “5G Powered by ReefShark”
pada sistem mereka sangat penting.
▪ Mengoptimalkan jumlah pelanggan atau pasar spesifik teknologi, produk dan varian
fitur dalam portofolio produk NOKIA
▪ menumbuhkan perusahaan NOKIA dan bisnis skala web dan memimpin digitalisasi
industri dengan jaringan pribadi dan otomatisasi industry.
▪ Meningkatkan eksekusi dalam bisnis akses NOKIA
▪ menetapkan dan menerapkan lima solusi ujung ke ujung: 5G, cloud terdistribusi,
network slicing, keamanan, dan otomasi industri.
▪ bekerja sama dengan pemasok mereka untuk mengurangi total biaya kepemilikan
peralatan Perusahaan
2. Analisis Akuntansi
a. Nokia Corporation
Kebijakan Akuntansi
1) Instrumen keuangan
IFRS 16, Sewa, diterbitkan pada Januari 2016 dan menetapkan persyaratan untuk
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan sewa. IFRS 16
menyediakan model akuntansi penyewa tunggal, yang mengharuskan penyewa
untuk mengakui aset hak-guna dan liabilitas sewa untuk semua sewa dengan masa
sewa melebihi 12 bulan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian. Perusahaan
mengadopsi IFRS 16 pada tanggal efektif 1 Januari 2019 menggunakan metode
transisi catch-up kumulatif. Sesuai dengan panduan transisi IFRS 16, informasi
komparatif tidak disajikan kembali. Pertimbangan dan estimasi utama yang
digunakan berdasarkan IFRS 16 terutama terkait dengan evaluasi persyaratan sewa
dan penggunaan tingkat diskonto, lihat Catatan 4, Penggunaan estimasi dan
pertimbangan akuntansi kritis.
Amandemen Pada 1 Januari 2019, Grup mengadopsi IFRS 16, Sewa (IFRS 16).
Sifat standar baru, dampak adopsi terhadap laporan keuangan konsolidasi
perusahaan dan perubahan kebijakan akuntansi perusahaan yang dihasilkan dari
adopsi. Amandemen dan interpretasi lainnya yang berlaku efektif pada 1 Januari
2019, tidak berdampak material terhadap laporan keuangan konsolidasian Grup.
Standar baru dan revisi, amandemen dan interpretasi standar yang ada yang
dikeluarkan oleh IASB yang belum efektif diharapkan tidak berdampak material
terhadap laporan keuangan konsolidasian perusahaan ketika diadopsi.
b. PT Telekomunikasi
Kebijakan Akuntansi
Laporan keuangan konsolidasian Grup disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan (“SAK”) di Indonesia yang mencakup Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (“PSAK”) di Indonesia dan Interpretasi Standar Akuntansi
Keuangan (“ISAK”) di Indonesia yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No. VIII.G.7 tentang “Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik”, yang terlampir
dalam surat KEP-347/BL/2012.
3. Analisis Keuangan
a. Nokia Corporation
Rasio Likuiditas
1) Current ratio
Current ratio tahun 2019 = (Aktiva lancar/ utang lancar) x 100%
= (16.808/ 12.055) x 100%
= 1,39 x 100%
= 139%
Current ratio tahun 2018 = (Aktiva lancar/ utang lancar) x 100%
= (18.266/ 14.104) x 100%
= 1,29 x 100%
= 129%
Tabel Perhitungan Current ratio Tahun 2018-2019
Tahun Aktiva Utang Current Rata-Rata
Lancar Lancar Ratio Industri
2018 18.266 14.104 129% 200%
2019 16.808 12.055 139% 200%
Dari tabel yang telah dianalisis Current Ratio diatas dapat disimpulkan bahwa
terjadi kenaikan di tahun 2019 dibandingkan dengan 2018. Hal ini dikarenakan
aktiva lancar dan hutang lancar mengalami penurunan ditahun 2019. Dengan
standar normal berkisar 200% dapat disimpulkan bahwa current rasio perusahaan
kurang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2) Quick ratio
Quick ratio tahun 2019 = [(Aktiva lancar – persediaan) / utang lancar] x 100%
= [(16.808-2.936)/ 12.055} x 100%
= 1,15 x 100%
= 115%
Quick ratio tahun 2018 = [(Aktiva lancar – persediaan) / utang lancar] x 100%
= [(18.266-3.168)/14.104} x 100%
= 1,07 x 100%
= 107%
Tabel Perhitungan Quick ratio Tahun 2018-2019
Tahun Aktiva Persediaan Utang Quick Rata-Rata
Lancar Lancar Ratio Industri
2018 18.266 14.104 14.104 107% 150%
2019 16.808 12.055 12.055 115% 150%
Dari tabel yang telah dianalisis Quick Ratio diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi
kenaikan di tahun 2019 dibandingkan dengan 2018. Hal ini dikarenakan aktiva
lancar, persediaan dan hutang lancar mengalami penurunan ditahun 2019. Dengan
standar normal berkisar 150% dapat disimpulkan bahwa quick rasio kondisi kinerja
keuangan perusahaan kurang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
dengan aktiva lancar.
Dari tabel yang telah dianalisis diatas dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran
total aset tahun 2019 lebih baik jika dibandingkan dengan rasio perputaran total
aset tahun 2018 karena kontribusi total aset terhadap penjualan lebih besar. Jika
rata-rata industri rasio perputaran total aset adalah 2 kali atau 200% maka dapat
dikatakan bahwa kontribusi total asset terhadap penjualan di tahun 2018 hingga
2019 sangat tidak baik karena besaran rasionya masih berada jauh di bawah rata-
rata industri. Hal ini menandakan kurang efisiennya manajemen dalam
menggunakan asetnya dan kemungkinan besar adanya masalah manajemen
ataupun produksinya. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk meningkat
penjualan atau mengurangi sebagian asset yang kurang produktif.
Dari tabel yang telah dianalisis diatas dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran
total aktiva tetap tahun 2019 lebih baik jika dibandingkan dengan rasio perputaran
total aktiva tetap tahun 2018 karena kontribusi total penjualan terhadap aktiva tetap
lebih besar. Jika rata-rata industri rasio perputaran total aktiva tetap adalah 5 kali
atau 500% maka dapat dikatakan bahwa kontribusi total aktiva tetap terhadap
penjualan di tahun 2018 hingga 2019 sangat tidak baik karena besaran rasionya
masih berada jauh di bawah rata-rata industri. Hal ini berarti perusahaan tidak dapat
memanfaatkan aset-aset tetapnya dengan baik untuk menghasilkan produk-produk
perusahaan dalam jumlah yang besar, sehingga berdampak pada penjualan
perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk meninjau ulang
keberadaan asset tetap yang dimilikinya, apakah terlalu kebesaran nilainya atau
memang belum dimanfaatkan secara maksimal bagi peningkatan pendapatan
perusahaan.
Dari tabel yang telah dianalisis diatas dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran
total persediaan 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan perputaran
persediaan ditahun 2018 karena kontribusi total HPP terhadap persediaan lebih
besar. Jika rata-rata industri rasio perputaran total persediaan adalah 20 kali maka
dapat dikatakan bahwa kontribusi total HPP terhadap persediaan di tahun 2018
hingga 2019 sangat tidak baik karena besaran rasionya masih berada jauh di bawah
rata-rata industri. Hal ini berarti perusahaan kurang efesien dalam manajemen,
mengelola persedian barang dan laba perusahaan.
Dari tabel yang telah dianalisis diatas dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran
total piutang 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan perputaran
piutang ditahun 2018 karena kontribusi total pendapatan terhadap piutang lebih
besar. Jika rata-rata industri rasio perputaran total piutang adalah 15 kali maka
dapat dikatakan bahwa kontribusi total pendapatan terhadap piutang di tahun 2018
hingga 2019 sangat tidak baik karena besaran rasionya masih berada jauh di bawah
rata-rata industri.
Dapat disimpulkan bahwa bahwa days sales in receivable perusahaan selama 78,6
hari pada tahun 2018, dan meningkat menjadi 78,8 hari. Perusahaan memiliki besar
days sales in receivable yang baik karena perputaran piutang perusahaan melebihi
rata-rata industri yaitu 60 hari.
Rasio Solvabilitas
1) Debt to Asset Ratio
Rumus rasio solvabilitas D/A tahun 2019 = (Total Hutang/ Aset) x 100%
= (23.727/ 39.128) x 100%
= 0,60 x 100%
= 60%
Rumus rasio solvabilitas D/A tahun 2018 = (Total Hutang/ Aset) x 100%
= (24.146/ 39.517) x 100%
= 0,61
= 61%
Tabel Perhitungan Debt to Asset Ratio Tahun 2018-2019
Tahun Total Total Aset Debt to Rata-Rata
Hutang Asset Ratio Industri
2018 24.146 39.517 61% 35%
2019 23.727 39.128 60% 35%
Dari tabel yang telah dianalisis rasio total hutang terhadap total aset diatas dapat
disimpulkan bahwa ditahun 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan debt
ratio ditahun 2018. Hal ini dikarenakan total hutang dan total aset ditahun 2019
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2018. Dengan standar industri berkisar
35% dapat disimpulkan bahwa rasio hutang terhadap total aset kinerja keuangan
perusahaan sangat baik karena total asetnya lebih besar dibandingkan dengan total
hutangnya. Dengan ini perusahaan mampu melunasi seluruh hutang yang ada
menggunakan aset yang dimiliki perusahaan.
2) Debt to Equity Ratio
Rumus rasio solvabilitas D/A tahun 2019 = (Total Hutang/ Total Modal) x 100%
= (23.727/ 15.401) x 100%
= 1,54 x 100%
= 154%
Rumus rasio solvabilitas D/A tahun 2018 = (Total Hutang/ Total Modal) x 100%
= (24.146/ 15.317) x 100%
= 1,57 x 100%
= 157%
Tabel Perhitungan Debt to Equity Ratio Tahun 2018-2019
Tahun Total Total Modal Debt to Equity
Hutang Ratio
2018 24.146 15.317 157%
2019 23.727 15.401 154%
Dari tabel yang telah dianalisis rasio total hutang terhadap total modal diatas dapat
disimpulkan bahwa ditahun 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan debt
ratio ditahun 2018. Hal ini dikarenakan total hutang menurun dan total modal
ditahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018. Dengan demikian,
kondisi perusahaan tidak baik karena total hutang lebih besar dari modal.
Seharusnya perusahaan memiliki utang yang tidak lebih besar dari modal yang
dimilikinya karena semakin kecil rasio ini maka akan memperbaiki keadaan
perusahaan, artinya semakin kecil utang yang dimiliki maka semakin aman.
Rasio Profitabilitas
1) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Gross Profit Margin tahun 2019 = (laba kotor/ total pendapatan) x 100%
= (8.326 / 23.315) x 100%
= 0,357 x 100%
= 35,7%
Gross Profit Margin tahun 2018 = (laba kotor/ total pendapatan) x 100%
= (8.446 / 22.563) x 100%
= 0,374 x 100%
= 37,4%
Gross Profit Margin tahun 2017 = (laba kotor/ total pendapatan) x 100%
= (9.139 / 23.147) x 100%
= 0,394 x 100%
= 39,4%
Tabel Perhitungan Gross Profit Margin Tahun 2017-2019
Tahun Laba Penjualan Gross Profit Rata-Rata
Kotor (Pendapatan) Margin Industri
2017 9.139 23.147 39,4% 30%
2018 8.446 22.563 37,4% 30%
2019 8.326 23.315 35,7% 30%
Dapat dilihat bahwa Gross Profit Margin yang dicapai perusahaan selama tiga tahun
terakhir (2017-2019) mengalami penurunan. Penurunan yang terjadi pada gross profit
margin dikarenakan adanya penurunan laba kotor dan naik turunnya pendapatan
operasional. Dengan demikian, rata-rata gross profit margin adalah 37,5% yang mana
nilai ini berada di atas standar industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam
kondisi baik atau efisien dalam pengendalian harga pokok yang terkait dengan produksi
perusahaan.
Dapat dilihat bahwa Net Profit Margin yang dicapai perusahaan selama tiga tahun
terakhir (2017-2019) mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi pada net profit
margin dikarenakan adanya peningkatan laba bersih setelah pajak dan naik turunnya
pendapatan operasional. Dengan demikian, rata-rata net profit margin sebesar -2,85%
yang mana nilai ini berada di bawah standar industri, maka dapat dikatakan bahwa
kontribusi penjualan bersih terhadap laba bersih selama tiga tahun ini tidak baik karena
terlalu rendahnya laba sebelum pajak penghasilan, belum maksimalnya pemanfaatan
laba bersih dalam menciptakan penjualan bersih, kurang efisiennya perusahaan dalam
mengelola biaya operasional perusahaan maupun biaya-biaya lainnya.
Dari tabel yang telah dianalisis Return On Total Asset (ROA) diatas dapat disimpulkan
bahwa ROA ditahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan ROA ditahun
2018. Hal ini dikarenakan laba bersih tahun 2019 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan laba bersih 2018. Sedangkan total aset ditahun 2019 lebih rendah
dibandingkan dengan total aset ditahun 2018. Hal ini menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari asset belum maksimal karena nilai ini
berada di bawah standar industri. Oleh karena itu, manajemen harus lebih
meningkatkan aset yang dimilikinya supaya laba yang dihasilkan meningkat dengan
cara meningkatkan penjualan produksi, dan meningkatkan perputaran persediaan.
Dari tabel yang telah dianalisis return on equity diatas dapat disimpulkan bahwa ROE
ditahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan ROE ditahun 2017. Hal ini
dikarenakan laba bersih setelah pajak tahun 2019 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan laba bersih setelah pajak 2017. Sedangkan total ekuitas
pemegang saham ditahun 2017-2019 mengalami naik turun. Hal ini menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam kondisi yang belum maksimal dalam mengelola
modalnya secara efisien karena nilai ini berada di bawah standar industri akibat dari
aktifitas penjualan perusahaan yang belum optimal dan belum efektif, belum
maksimalnya penggunaan modal dalam menciptakan penjualan, dan terlalu besarnya
biaya operasional perusahaan maupun biaya-biaya lainnya. Oleh karena itu perusahaan
harus tetap meningkatkan volume penjualan/pendapatan jasa dan memperluas pangsa
pasar.
b. PT Telekomunikasi
Rasio Likuiditas
1) Current ratio
Current ratio tahun 2019 = (Aktiva lancar/ utang lancar) x 100%
= (41.722/58.369) x 100%
= 0,71 x 100%
= 71%
Current ratio tahun 2018 = (Aktiva lancar/ utang lancar) x 100%
= (43.268/46.261) x 100%
= 0,93 x 100%
= 93%
Tabel Perhitungan Current ratio Tahun 2018-2019
Tahun Aktiva Utang Current Rata-Rata
Lancar Lancar Ratio Industri
2018 43.268 46.261 93% 200%
2019 41.722 58.369 71% 200%
2) Quick ratio
Quick ratio tahun 2019 = [(Aktiva lancar – persediaan) / utang lancar] x 100%
= [(41.722-585)/ 58.369] x 100%
= 0,70 x 100%
= 70%
Quick ratio tahun 2018 = [(Aktiva lancar – persediaan) / utang lancar] x 100%
= [(43.268-717)/ 46.261] x 100%
= 0,91 x 100%
= 91%
Tabel Perhitungan Quick ratio Tahun 2018-2019
Tahun Aktiva Persediaan Utang Quick Rata-Rata
Lancar Lancar Ratio Industri
2018 43.268 717 46.261 91% 150%
2019 41.722 585 58.368 70% 150%
Dari tabel yang telah dianalisis diatas dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran
total aset tahun 2018 lebih baik jika dibandingkan dengan rasio perputaran total aset
tahun 2019 karena kontribusi total aset terhadap penjualan lebih besar. Jika rata-rata
industri rasio perputaran total aset adalah 2 kali atau 200% maka dapat dikatakan
bahwa kontribusi total asset terhadap penjualan di tahun 2018 hingga 2019 sangat
tidak baik karena besaran rasionya masih berada jauh di bawah rata-rata industri.
Hal ini menandakan kurang efisiennya manajemen dalam menggunakan asetnya
dan kemungkinan besar adanya masalah manajemen ataupun produksinya. Oleh
karena itu, penting bagi perusahaan untuk meningkat penjualan atau mengurangi
sebagian asset yang kurang produktif.
2) Fixed Asset Turnover Ratio
Fixed Asset Turnover Ratio tahun 2019 = (Penjualan/ Total Aset Tetap) x 100%
= (135.567/179.486) x 100%
= 0,76 x100%
= 76%
Fixed Asset Turnover Ratio tahun 2018 = (Penjualan/Total Aset Tetap) x 100%
= (130.784/162.928) x 100%
= 0,80 x100%
= 80%
Tabel Perhitungan Fixed Asset Turnover Ratio Tahun 2018-2019
Tahun Penjualan Aktiva Tetap Fixed Asset Rata-Rata
Turnover Ratio Industri
2018 130.784 162.928 80% 500%
2019 135.567 179.486 76% 500%
Dari tabel yang telah dianalisis diatas dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran
total aktiva tetap tahun 2018 lebih baik jika dibandingkan dengan rasio perputaran
total aktiva tetap tahun 2019 karena kontribusi total aktiva tetap terhadap penjualan
lebih besar. Jika rata-rata industri rasio perputaran total aktiva tetap adalah 5 kali
atau 500% maka dapat dikatakan bahwa kontribusi total aktiva tetap terhadap
penjualan di tahun 2018 hingga 2019 sangat tidak baik karena besaran rasionya
masih berada jauh di bawah rata-rata industri. Hal ini berarti perusahaan tidak dapat
memanfaatkan aset-aset tetapnya dengan baik untuk menghasilkan produk-produk
perusahaan dalam jumlah yang besar, sehingga berdampak pada penjualan
perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk meninjau ulang
keberadaan asset tetap yang dimilikinya, apakah terlalu kebesaran nilainya atau
memang belum dimanfaatkan secara maksimal bagi peningkatan pendapatan
perusahaan.
Dari tabel yang telah dianalisis diatas dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran total
piutang 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan perputaran piutang
ditahun 2018 karena kontribusi total pendapatan terhadap piutang lebih besar. Jika
rata-rata industri rasio perputaran total piutang adalah 15 kali maka dapat dikatakan
bahwa kontribusi total pendapatan terhadap piutang di tahun 2018 hingga 2019 sangat
baik karena besaran rasionya melebihi rata-rata industri.
Tingkat pengembalian piutang pada perusahaan di atas, diketahui bahwa days sales
in receivable perusahaan selama 33 hari pada tahun 2018, dan menurun menjadi 32
hari. Perusahaan memiliki besar days sales in receivable kurang baik karena
perputaran piutang perusahaan berada jauh dari rata-rata industri yaitu 60 hari.
Rasio Solvabilitas
1) Debt to Asset Ratio
Rumus rasio solvabilitas D/A tahun 2019 = (Total Hutang/ Aset) x 100%
= (103.958/221.208) x 100%
= 0,47 x 100%
= 47%
Rumus rasio solvabilitas D/A tahun 2018 = (Total Hutang/ Aset) x 100%
= (88.893/206.196) x 100%
= 0,43 x 100%
= 43%
Tabel Perhitungan Debt to Asset Ratio Tahun 2018-2019
Tahun Total Total Aset Debt to Rata-Rata
Hutang Asset Ratio Industri
2018 88.893 39.517 43% 35%
2019 103.958 39.128 47% 35%
Berdasar dari tabel yang telah dianalisis rasio total hutang terhadap total aset diatas
dapat disimpulkan bahwa ditahun 2019 mengalami kenaikan dibandingkan dengan debt
ratio ditahun 2018. Hal ini dikarenakan total hutang dan total aset ditahun 2019
mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2018. Rata-rata standar industri 35% dapat
dihasilkan bahwa rasio hutang terhadap total aset kinerja keuangan perusahaan stabil
karena total asetnya lebih besar dibandingkan dengan total hutangnya meskipun ditahun
2019 mengalami kenaikan hutang. Dengan ini perusahaan mampu melunasi seluruh
hutang yang ada menggunakan aset yang dimiliki perusahaan.
2) Debt to Equity Ratio
Rumus rasio solvabilitas D/A tahun 2019 = (Total Hutang/ Total Modal) x 100%
= (103.958/117.250) x 100%
= 0,89 x 100%
= 89%
Rumus rasio solvabilitas D/A tahun 2018 = (Total Hutang/ Total Modal) x 100%
= (88.893/ 117.303) x 100%
= 0,76 x 100%
= 76%
Tabel Perhitungan Debt to Equity Ratio Tahun 2018-2019
Tahun Total Total Modal Debt to Equity
Hutang Ratio
2018 88.893 117.303 76%
2019 103.958 117.250 89%
Dari tabel yang telah dianalisis rasio total hutang terhadap total modal diatas dapat
disimpulkan bahwa ditahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan debt
ratio ditahun 2018. Hal ini dikarenakan total hutang meningkat dan total modal ditahun
2019 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2018. Dengan demikian, kondisi
perusahaan cukup baik karena total hutang lebih kecil dari modal seehingga semakin
kecil utang yang dimiliki maka semakin aman.
Rasio Profitabilitas
1) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Gross Profit Margin tahun 2019 = (laba kotor/ total pendapatan) x 100%
= (88,264/135.567) x 100%
= 0,6451 x 100%
= 65,1%
Gross Profit Margin tahun 2018 = (laba kotor/ total pendapatan) x 100%
= (65.587/130.784) x 100%
= 0,50 x 100%
= 50,1%
Gross Profit Margin tahun 2017 = (laba kotor/ total pendapatan) x 100%
= (71.207 / 128.256) x 100%
= 0,55 x 100%
= 55,5%
Tabel Perhitungan Gross Profit Margin Tahun 2017-2019
Tahun Laba Penjualan Gross Profit Rata-Rata
Kotor (Pendapatan) Margin Industri
2017 71.207 128.256 55,5% 30%
2018 65.587 130.784 50,1% 30%
2019 88.264 135.567 65,1% 30%
Dapat dilihat bahwa Gross Profit Margin yang dicapai perusahaan selama tiga tahun
terakhir (2017-2019) mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi pada gross
profit margin dikarenakan adanya naik turunya laba kotor dan peningkatan pendapatan
operasional. Dengan demikian, rata-rata industri adalah 56,9% yang mana nilai ini
berada di atas standar industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi
baik atau efisien dalam pengendalian harga pokok yang terkait dengan produksi
perusahaan.
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dianalisis bahwa Net Profit Margin yang dicapai oleh
perusahaan dalam kurun tiga tahun terakhir (2017-2019) mengalami penurunan.
Penurunan terjadi akibat tidak stabilnya penjualan atau pendapatan operasional
perusahaan. Meskipun mengalami penurunan, rata-rata net profit margin oleh PT
Telekomunikasi Indonesia sebesar 21,6% yang berarti berada di atas standar rata-rata
industry 20%. Artinya, kontribusi penjualan bersih terhadap laba bersih selama tiga
tahun ini baik.
3) Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio) x 100%
ROA tahun 2019 = (Laba Bersih/ Total Aset) x 100%
= (27.592/221.208) x 100%
= 0,12 x 100%
= 12%
ROA tahun 2018 = (Laba Bersih/ Total Aset) x 100%
= (26.979/206.196) x 100%
= 0,13 x 100%
= 13%
Tabel Perhitungan ROA Tahun 2018-2019
Tahun Laba Total Aset ROA Rata-Rata
Bersih Industri
2018 26.979 206.196 13% 30%
2019 27.592 221.208 12% 30%
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dianalisis bahwa Return On Total Asset (ROA) yang
dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu dua tahun mengalami penurunan.
Penurunan terjadi akibat tidak stabilnya laba bersih dan total asset perusahaan. ROA
berada di bawah standar rata-rata industry 30%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
belum mampu menghasilkan laba bersih secara maksimal.
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dianalisis bahwa Return On Equity Ratio (ROE) yang
dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu tiga tahun mengalami naik-turun.
Penurunan terjadi akibat tidak stabilnya laba bersih dan total asset perusahaan. ROE
berada di bawah standar rata-rata industry 40%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
belum mampu menghasilkan laba bersih secara maksimal sehingga perusahaan perlu
meningkatkan volume penjualan/pendapatan jasa dan memperluas pangsa pasar.
5) Return on Investment (ROI)
ROI tahun 2019 = (Laba Tahun Berjalan/ Total Asset) x 100 %
= (27.592/ 221.208) x 100%
= 0,12 x 100%
= 12%
ROI tahun 2018 = (Laba Tahun Berjalan/ Total Asset) x 100 %
= (26.979/ 206.196) x 100%
= 0,130 x 100%
= 13,1%
Tabel Perhitungan ROI Tahun 2018-2019
Tahun Laba Tahun Total Aset ROI Rata-Rata
Berjalan Industri
2018 26.979 206.196 12% 30%
2019 27.592 221.208 13,1% 30%
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dianalisis bahwa Return On Investment (ROI) yang
dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu dua tahun mengalami peningkatan.
Peningkatan ini terjadi akibat peningkatan laba bersih dan total asset perusahaan.
Meskipun begitu, ROE berada di bawah standar rata-rata industry 30%. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu menghasilkan laba secara maksimal.
4. Analisis Prospektif
a. Nokia Corporation
Tabel Peramalan Keuangan 5 Tahun ke Depan
Fiscal Year 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Beginning
balance sheet
Net Working -547 886 973 -2011 -2033 1007.8 1108.6 1219.5 1341.5 1475.6
Capital
+Net long- 8305 15112 12125 11978 10750 12587.4 13846.1 15230.7 16753.8 18429.2
term assets
Net 7758 15998 13098 9967.0 8717 13595.2 14954.7 16450.2 18095.2 19904.7
Operating
Assets
Net Debt
Preff Stock 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 37599 39582 35738 39123 36205 36205 36205 36205 36205 36205
Liabilities &
Shareholders
Equity
Net Capital 18623 19227 20550 21583 18761 18761 18761 18761 18761 18761
Income
Statement
Sales 51059 50710 40984 42446 38659 42525 46777 51455 56601 62261
NOPAT 6746 3889 260 1343 (1488) 319 351 386 425 467
Net Interest 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Expense
After Tax
Net Income 6746 3889 260 1343 (1488) 319 351 386 425 467
OPERATING 17.9% 9% 0.7% 3.43% (4.10%) 2.5% 2.5% 2.5% 2.5% 5.8%
ROA%
ROE% 53.9% 27.5% 6.5% 13.5% (7.9%) 0.9% 1% 1.1% 1.2% 1.3%
BV of Assets 82% (19.8%) (1.2%) (10.3%) 17.1% 10% 10% 10% 10%
Growth Rate
BV of Equity 3.2% 6.9% 5% (13.1%) - - - - -
Growth Rate
Net 6.1 3.4 3.4 3.4 3.4 3.4 3.4 3.4 3.4
Operating
Asset
Turnover
Analisis Prospektif
Dengan menggunakan asumsi yang sama dengan outlook tahun 2012, yaitu maka
didapatkan perkiraan ramalan selama 5 tahun ke depan:
▪ Biaya Operasi (HPP) meningkat secara proporsional dengan penjualan
▪ Margin laba meningkat 5-10%
▪ Penjualan ponsel meningkat 10% dari tahun sebelumnya
▪ Penjualan produk yang lain tetap sama dengan tahun sebelumnya
▪ Akun/hal yang lain tetap tidak berubah
Asumsi yang diperkirakan dengan menggunakan BOD, maka kondisi keuangan selama
5 tahun terhitung dari tahun 2011 tidak mengalami dan menunjukkan peningkatan yang
signifikan terutama pada tahun 2012 dst. Oleh karena itu, ketidakpastian ekonomi dan
kompetisi dalam industri diperkirakan akan terus berlanjut.
b. PT Telekomunikasi
Rasio Keuangan dan Operasi Konsolidasian 2019 2018 2017 2016 2015
Rasio Laba terhadap Aset (ROA) (%) 12,5 13,1 16,5 16,2 14,0
Rasio Laba terhadap Ekuitas (ROE) (%) 23,5 23,0 29,2 27,6 25,0
Rasio Laba terhadap Pendapatan (Marjin Usaha) (%) 31,3 29,7 34,3 33,7 31,6
Rasio Lancar (%) 71,5 93,5 104,8 120,0 135,3
Rasio Liabilitas terhadap Ekuitas (%) 88,7 75,8 77,0 70,2 77,9
Rasio Liabilitas terhadap Aset (%) 47,0 43,1 43,5 41,2 43,8
Rasio Utang terhadap Ekuitas (x) 0,44 0,38 0,32 0,30 0,37
Rasio Utang terhadap EBITDA (x) 0,80 0,74 0,55 0,53 0,67
Rasio EBITDA terhadap Beban Bunga (x) 15,3 16,9 23,3 21,2 20,7
Perhitungan proyeksi
proyeksi pendapatan 2020 136.976.869
1) Piutang = = = 11.727.472
perputaran piutang 11,68
proyeksi biaya pendanaan 2020 94.103.109
2) Persediaan = = = 14.445163
perputaran persediaan 6,51
proyeksi biaya pendanaan 2020 94.103.109
3) Utang usaha = = = 303.558.416
perputaran utang 0,31
utang pajak 3.431.000
4) Utang pajak = beban pajak x proyeksi beban pajak 2020 = 10.316.000 x 9.695.637 =
3.224.673