Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS FENOMENA DISRUPSI

PADA PERUSAHAAN NOKIA

Digunakan untuk memenuhi penugasan mata kuliah


“Pengembangan Karakter dalam Konseling”

Dosen Pengampu:
Sunawan, S. Pd., M. Pd., Ph. D.

Disusun Oleh:

Siti Azizah 1301420010


Lintang Salsa Setya A. 1301420017
Siti Nuraisyah 1301420018
Nur’aini 1301420035
Akhmad Bukhori 1301420043

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
ANALISIS FENOMENA DISRUPSI PADA PERUSAHAAN NOKIA
A. PENGERTIAN
Perkembangan teknologi yang begitu cepat dan inklusif telah
menghasilkan sebuah realitas baru, yakni dunia terasa semakin sempit,
semakin pragmatis, dimana perbedaan jarak dan waktu merupakan suatu hal
yang tidak berarti lagi. Era disrupsi industri tidak bisa dihindari kehadirannya.
Dampak besar akibat era disrupsi ini telah terjadi lingkungan sehari- hari.
Perubahan gaya hidup yang terjadi pada produsen maupun konsumen akibat
perkembangan teknologi sudah jelas terlihat. Masyarakat pada mulanya
melakukan aktivitas jual beli secara langsung di toko, kini beralih dengan lebih
memilih melakukan aktivitas jual beli secara online atau melalui marketplace.
Inilah salah satu dampak dari era disrupsi industri.
Menurut Clayton Christensen disrupsi industri adalah peristiwa di mana
produk atau layanan yang lebih sederhana dan terjangkau muncul dan
memenuhi kebutuhan pelanggan yang sebelumnya diabaikan oleh perusahaan
besar. Secara umum, disrupsi merujuk pada perubahan mendalam yang
mempengaruhi cara industri atau bisnis beroperasi. Ini seringkali disebabkan
oleh inovasi teknologi atau perkembangan yang mengubah cara produk dan
layanan diciptakan, didistribusikan, atau diterima oleh pelanggan.
Menurut KBBI, arti kata disrupsi adalah suatu hal yang tercabut dari
akarnya. Dari pengertian disrupsi tersebut, dapat dikatakan bahwa disrupsi
merupakan suatu fenomena di mana terdapat sejumlah perubahan atau
lompatan yang besar yang keluar dari tatanan yang lama, dan mengubah
sistem yang lama menjadi sebuah sistem baru. Secara garis besar, disrupsi
adalah kondisi di mana terjadinya inovasi yang menyebabkan perubahan
secara besar-besaran atau mendasar ke dalam sistem yang baru.
Disrupsi adalah kondisi dimana terjadinya inovasi yang menyebabkan
perubahan secara besar-besaran atau mendasar ke dalam sistem yang baru.
Dalam bidang bisnis, hal ini tentunya merupakan tantangan yang cukup berat
dimana perusahaan harus melakukan inovasi secara terus-menerus agar dapat
tetap relevan dengan perubahan zaman. Perusahaan incumbent pun bahkan
dapat terdampak pada perubahan ini. Hal ini dapat disebabkan karena
perusahaan-perusahaan besar kehilangan pangsa pasarnya akibat dari
kemajuan teknologi. Biasanya mereka belum siap dan juga belum beradaptasi.
Oleh karena itu sangat diperlukan strategi yang tepat terkait dengan langkah-
langkah perusahaan dalam menghadapi persaingan di era seperti saat ini. Salah
satu hal yang paling berharga dan penting adalah peningkatan sumber daya
manusia.
Konsep mengenai disrupsi juga telah dijelaskan dalam penelitian yang
dilakukan oleh (Purcarea & Purcarea, 2017) menjelaskan bahwa disrupsi
digital mengahadirkan tantangan kepada pelaku industri lama dengan
kehadiran pelaku industri baru, keadaan tersebut menyebabkan kesulitan
terhadap pelaku industri lama untuk melakukan persaingan secara langsung.
Maka pemanfaatan digital harus dilakukan secara efektif. Hal tersebut agar
segala informasi yang diberikan mudah untuk diakses oleh para konsumen,
tidak hanya sampai disitu ,pelaku industri lama dituntut untuk terus melakukan
inovasi produk dan proses produksi berbeda dari sebelumnya, sehingga
kondisi tersebut memunculkan istilah disruption innovation, yakni perubahan
mendasar dalam bidang indutri, mulai berbagai hal yang fundamental sampai
pada penciptaan tumpuan pasar yang baru.
Dan pada saat ini yang fenomena yang menjadi salah satu bagian dari
disrupsi yang terjadi yaitu pada bidang teknologi yaitu disrupsi teknologi
handphone, salah satunya perusahaan Nokia. Sekitar tahun 1950, Nokia mulai
membangun divisi elektronik sebab Nokia melihat bahwa industri elektronik
menjanjikan masa depan yang cemerlang, pendirian divisi ini merupakan
permulaan terjunnya Nokia ke dalam industri telekomunikasi. Dalam Pada era
kejayaannya, Nokia banyak mengeluarkan produk telefon genggam dengan
model yang baru dalam waktu yang tak terlalu jauh & diterima dengan respon
positif oleh pasar.
Nokia menjadi produsen telepon seluler yang terbesar di dunia. Pada 1998,
konsentrasi Nokia pada telekomunikasi dan investasi dalam teknologi GSM
sudah membuat perusahaan menjadi pemimpin telepon seluler di dunia. Akan
tetapi Nokia tidak selamanya berjaya, pada awal 2010, ketatnya kompetisi
produk telepon seluler dunia membikin Nokia terus menerus mengalami
kemunduran, Nokia yang terus menerus mengalami kerugian sampai pada
akhirnya pada tanggal 25 April 2014, Nokia sah diakuisisi oleh Microsoft yang
lalu mengakhiri kejayaan Nokia perusahaan dalam bisnis telepon selular
selama 34 tahun.
B. PENYEBAB DISRUPSI
Menurut Christensen, penyebab disrupsi dapat dijelaskan dengan
konsepnya tentang "Disruptive Innovation." Ia berpendapat bahwa penyebab
disrupsi dalam bisnis umumnya berasal dari dua faktor utama:
1. Ketidakpuasan Pelanggan Terabaikan
Salah satu penyebab utama disrupsi adalah adanya segmen pasar yang
terabaikan atau dilupakan oleh perusahaan besar. Perusahaan-
perusahaan tersebut sering terlalu fokus pada pelanggan yang sudah
ada dan mengabaikan kebutuhan pelanggan yang memerlukan solusi
yang lebih sederhana atau terjangkau. Inovasi disrupsi dimulai dengan
memenuhi kebutuhan pelanggan ini. Dalam hal ini perusahaan Nokia
hanya memikirkan jangka pendek untuk terus memproduksi
produknya tanpa melihat kebutuhan pelanggan yang semakin
kompleks sehingga minim terjadinya lonjakan inovasi yang
dihasilkan dari produk Nokia,
2. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi yang cepat memungkinkan produk atau layanan
baru yang lebih sederhana atau lebih terjangkau untuk muncul.
Teknologi baru ini memungkinkan solusi yang efisien dan seringkali
lebih terjangkau daripada produk atau layanan yang ada. Inilah yang
membuatnya menjadi ancaman bagi bisnis yang mapan. Perusahaan-
perusahaan lain mulai memikirkan cara untuk memajukan produk
mereka dengan lonjakan teknologi, kemudian dihasilkan perusahaan-
perusahan sekarang yang lebih unggul teknologinya dibanding Nokia
seperti iPhone dan Samsung yang sudah menguasai pasar saat ini.
Nokia terlalu fokus dengan teknologi yang ada dan butuh waktu yang
lama untuk membuat sistem teknologi baru yang dibutuhkan
konsumen sehingga saat ini Nokia sulit mengejar rival-rival nya.

C. DAMPAK DISRUPSI
Joseph Bower dan Clayton Christensen yang merupakan dua ahli yang
terkenal dalam studi tentang disrupsi dalam bisnis. Dalam pandangan mereka,
dampak disrupsi dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kehilangan Pasar
Dampak disrupsi yang paling terlihat adalah kemampuan perusahaan
besar yang mapan untuk kehilangan pangsa pasar kepada perusahaan
kecil atau baru yang lebih inovatif. Bisnis yang tidak dapat atau tidak
mau beradaptasi dengan perubahan yang sedang terjadi dalam industri
mereka dapat melihat penurunan penjualan dan pangsa pasar.
2. Perubahan Model Bisnis
Disrupsi seringkali mengharuskan perusahaan untuk mengubah model
bisnis mereka. Ini bisa mencakup perubahan dari model bisnis.
berbasis produk menjadi model berlangganan, atau pergeseran dari
penjualan langsung ke penjualan online.
3. Pemutusan Hubungan Kerja
Untuk menghadapi disrupsi, perusahaan mungkin harus melakukan
restrukturisasi atau pemutusan hubungan kerja. Ini dapat berdampak
pada karyawan dan mengakibatkan perubahan dalam komposisi tenaga
kerja.
4. Ketidakpastian
Disrupsi menciptakan tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam bisnis.
Pemimpin perusahaan mungkin merasa sulit untuk merencanakan
jangka panjang karena perubahan dapat terjadi dengan cepat dan tidak
terduga.
5. Peluang Pertumbuhan
Dampak positif disrupsi adalah adanya peluang pertumbuhan yang
baru. Perusahaan yang mampu beradaptasi dengan perubahan dan
memanfaatkannya dapat meraih keuntungan besar dan menciptakan
pangsa pasar baru.
6. Investasi dalam Inovasi
Untuk menghadapi disrupsi, perusahaan sering harus meningkatkan
investasi dalam inovasi dan penelitian. Ini dapat mengakibatkan biaya
tambahan tetapi juga dapat membantu mereka tetap bersaing.
7. Perubahan Budaya Organisasi
Disrupsi dapat mengharuskan perusahaan untuk mengubah budaya
organisasi mereka agar lebih inovatif dan berorientasi pada masa
depan.
8. Munculnya Pemain Baru
Dalam lingkungan yang terganggu, pemain baru yang menciptakan
solusi inovatif dapat muncul dengan cepat dan mengubah hirarki pasar.
9. Kerugian Finansia
Jika perusahaan tidak dapat beradaptasi dengan baik dengan disrupsi,
mereka dapat mengalami kerugian finansial yang signifikan.
Pandangan Bower dan Christensen menggaris bawahi pentingnya
kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dan berinovasi dalam
menghadapi disrupsi. Meskipun disrupsi dapat membawa tantangan,
itu juga dapat menciptakan peluang bagi perusahaan yang siap
mengambil risiko dan merespons perubahan dengan cepat.

D. CARA MENGHADAPI DISRUPSI


Begitu luasnya dampak era disrupsi industri dengan berbagai tantangan dan
peluang yang dihadirkan, maka kita dituntut untuk memiliki strategi dalam
menghadapinya. Terdapat beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk
menghadapi disrupsi, diantaranya adalah:
1. Tingkatkan SDM Perusahaan
Sumber daya manusia adalah aspek paling penting dalam sebuah
perusahaan. Sumber daya yang berkualitas akan lebih mudah
beradaptasi dengan teknologi baru ataupun cara-cara baru yang
diterapkan untuk menghadapi kompetitor yang lebih unggul. Sebab,
perusahaan perlu memberikan pelatihan bagi karyawannya guna
meningkatkan sumber daya manusia yang dimiliki.
2. Terapkan teknologi digital
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat,
perusahaan mulai mengadopsi teknologi digital untuk menunjang
bisnisnya. Dengan penggunaan teknologi yang lebih canggih,
pekerjaan bisa lebih mudah dilakukan dan menghemat waktu.
Beberapa teknologi yang dapat diterapkan pada sebuah perusahaan
adalah penggunaan robot, Big data, hingga tools marketing. Untuk
mengembangkan bisnis, perusahaan juga harus memahami strategi-
strategi pemasaran digital dengan memaksimalkan konten.
3. Terus melakukan Inovasi
Langkah selanjutnya dalam menghadapi era disrupsi adalah
berinovasi. Inovasi adalah kunci sukses dari mempertahankan
pasar. Sebab, ketika perusahaan lengah dan telat melakukan inovasi,
maka perusahaan-perusahaan baru siap merebut pangsa pasar dan
mendominasinya. Inovasi yang dilakukan oleh perusahaan juga
mengikuti perubahan pasar yang terus berubah dari waktu ke waktu.
Oleh karenanya, inovasi juga harus dibarengi dengan riset yang
kuat. Untuk mempersiapkan kemampuan SDM anda dalam
menghadapi era disrupsi, anda bisa menggunakan platform
pembelajaran Codemi Learning. Codemi Learning merupakan
Learning Management System (LMS) berbasis online yang bisa
digunakan untuk mengelola pelatihan dan membantu meningkatkan
penggunaan teknologi di perusahaan anda, untuk mempersiapkan
perusahaan anda menghadapi disrupsi era 4.0

E. STRATEGI MENGHADAPI DISRUPSI


Berdasarkan pandangan Christensen, berikut adalah beberapa strategi
yang dapat digunakan untuk menghadapi disrupsi:
1. Pusatkan pada Pelanggan
Salah satu pendekatan utama adalah fokus pada pemahaman
mendalam tentang kebutuhan pelanggan. Perusahaan harus
mendengarkan pelanggan dengan cermat dan mencari tahu apa yang
mereka inginkan atau butuhkan. Ini membantu mencegah
ketidakpuasan pelanggan yang dapat memicu disrupsi.
2. Berinovasi secara Terus-menerus
Perusahaan harus terus-menerus berinovasi, bahkan jika mereka telah
mencapai sukses dalam bisnis mereka. Inovasi berkelanjutan
memungkinkan perusahaan untuk menjaga daya saing dan
mengantisipasi perubahan pasar.
3. Berkolaborasi dengan Startup dan Inovator
Bekerja sama dengan perusahaan startup atau inovator dapat
membantu perusahaan besar untuk mendapatkan akses ke teknologi
dan pemikiran segar yang dapat membantu mereka menghadapi
disrupsi. Kemitraan atau akuisisi startup yang menjanjikan juga dapat
menjadi strategi yang efektif.
4. Berinvestasi dalam R&D
Perusahaan harus memprioritaskan investasi dalam penelitian dan
pengembangan (R&D) untuk menghasilkan produk atau layanan yang
lebih baik atau lebih inovatif. Ini bisa mencakup pengembangan
teknologi baru atau peningkatan produk yang ada.
5. Buat Inovasi Internal
Perusahaan harus menciptakan lingkungan di mana inovasi didorong
secara internal. Ini termasuk memberikan kebebasan kepada karyawan
untuk mengusulkan dan mengembangkan ide-ide baru.
6. Membuat "Unit Bisnis Terpisah
Salah satu strategi yang diusulkan oleh Christensen adalah
menciptakan "unit bisnis terpisah" di dalam perusahaan yang
bertanggung jawab untuk mengembangkan produk atau layanan
inovatif. Unit ini dapat beroperasi secara lebih fleksibel daripada
bagian utama perusahaan dan lebih fokus pada inovasi.
7. Pemahaman akan Siklus Hidup Produk
Penting untuk memahami bahwa produk dan layanan memiliki siklus
hidup. Membaca perubahan pasar dan mengantisipasi peralihan
pelanggan ke produk yang baru adalah kunci dalam menghadapi
disrupsi.
8. Pemilihan Pasar Niche
Terkadang, menghindari persaingan langsung dengan perusahaan
besar yang mapan dan fokus pada pasar niche yang lebih kecil dapat
menjadi strategi yang efektif.
9. Pemantauan dan Respons Cepat
Perusahaan harus memiliki sistem pemantauan yang kuat untuk
mendeteksi perubahan pasar dan meresponsnya dengan cepat. Ini
termasuk mengamati pesaing dan tren industri.
10. Fleksibilitas dalam Strategi
Perusahaan harus siap untuk merubah strategi mereka jika diperlukan.
Kadang-kadang, kegigihan dalam menjalankan strategi yang sudah ada
dapat menghalangi kemampuan perusahaan untuk beradaptasi.
Dilihat dari hal tersebut, kurangnya strategi yang diterapkan oleh perusahaan
Nokia dalam menghadapi disrupsi mengakibatkan mereka menjadi redup dan
lama kelamaan bangkrut hingga akhirnya dibeli oleh Microsoft. Dalam hal
ini perusahaan Nokia kurang dalam hal :
1. Berinvestasi pada R&D dan fokus pada jangka pendek mengejar
produksi
2. Kurang buat inovasi internal ( antara petinggi satu dan lainnya kurang
berinovasi dan jujur terhadap produknya ) ( di salah satu link ada )
3. Pemantauan dan respon terhadap konsumen yang kurang cepat
menjadikan kekurangan-kekurangan Nokia bisa ditutup oleh
perusahaan lain sehingga mengambil alih pasar perusahaan Nokia
4. Kurang memahami siklus kehidupan produk dimana dapat kita
ketahui bahwa nokia agak sedikit terlibat mengikuti perkembangan
teknologi dalam meningkatkan kualitas produknya agar mampu untuk
mengantisipasi terjadinya disrupsi. Yang mana seharusnya nokia
sudah mampu untuk melihat banyak produk teknologi yang lebih
unggul dibandingkan dengan produknya.
5. Memiliki fleksibilitas terlalu tinggi dimana kegigihan yang dimiliki
oleh perusahaan nokia tersebut membuat ia tidak mampu untuk
beradaptasi terhadap kemajuan atau perkembangan teknologi yang
ada.
Beberapa peneliti menyorot tiga faktor utama dari kegagalan perusahaan
Nokia yakni kualitas teknologi yang kalah dari Apple, arogansi jajaran
manajer, dan lemahnya visi perusahaan. Tiga poin tersebut kemudian dirinci
lebih mendalam dan diperoleh informasi bahwa:
1. Budaya kerja perusahaan yang mencekam (para pemimpin disebut
cukup tempramental dan membuat manajer level menengah
ketakutan)
2. Gagal berinovasi (bisa dikatakan, politik internal, menjadi salah satu
faktor utama yang menjadi penyebab, kenapa Nokia bangkrut. Para
pegawai saling melemahkan dan membuat perusahaan semakin rentan
tergerus arus kompetisi)
3. Kurang Belajar Mendengarkan Satu Sama Lain. Studi ini
menunjukkan pentingnya menjaga emosi bersama di antara karyawan.
Manajemen karyawan buruk bisa berdampak bagi kekuatan
perusahaan untuk bersaing, seperti yang dialami oleh Nokia. Menurut
Konsultan Kepemimpinan Amalia Sterescu, para pemimpin
organisasi harus berani mendobrak status quo agar bisa beradaptasi.
Pemimpin juga harus memiliki gaya kolaboratif dan meninggalkan
budaya "tutup pintu" alias tidak menerima kolaborasi bersama pihak
lain. Sehingga pada akhirnya Nokia kemudian undur diri dari bisnis
ponsel usai divisi perangkat kerasnya diakuisisi oleh Microsoft pada
2014 lalu dengan mahar senilai 7,2 miliar dollar AS (sekitar Rp 96,8
triliun). Kemudian pada 2016, lisensi merek Nokia dibeli oleh
perusahaan China, HMD Global.

F. KESIMPULAN
Secara umum, disrupsi merujuk pada perubahan mendalam yang
mempengaruhi cara industri atau bisnis beroperasi. Ini seringkali disebabkan
oleh inovasi teknologi atau perkembangan yang mengubah cara produk dan
layanan diciptakan, didistribusikan, atau diterima oleh pelanggan. Dan secara
garis besar, disrupsi sendiri adalah kondisi di mana terjadinya inovasi yang
menyebabkan perubahan secara besar-besaran atau mendasar ke dalam sistem
yang baru.
Terdapat kasus yang dialami oleh perusahaan Nokia yang mana pada
masanya Nokia ini cukup terkenal dikalangan sebagian orang di Indonesia.
Penggunaan merek handphone terbanyak yang dimiliki oleh sebagian orang.
Pada kasus yang diangkat oleh kami ini mendapati permasalahan yang mana
kurangnya strategi yang diterapkan oleh perusahaan Nokia dalam menghadapi
disrupsi mengakibatkan mereka menjadi redup dan lama kelamaan bangkrut
hingga akhirnya dibeli oleh Microsoft. Dalam hal ini juga, perusahaan Nokia
memiliki faktor lain yang menyebabkan kebangkrutan seperti tidak adanya
investasi kepada pihak R&D dan hanya fokus pada jangka pendek, pihak
Nokia juga kurang dalam melakukan inovasi internal mereka.

Anda mungkin juga menyukai