Anda di halaman 1dari 21

JUDUL

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti perkuliahan


mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan/ Kekepalasekolahan pada
Program Studi Pendididikan Guru Sekolah Dasar
FKIP - ULM Banjarmasin

Oleh
KELOMPOK 6

No. No. Presensi NIM Nama

1 04 1810125120028 Norhidayah

2 20 1810125220047 Nisa Aprida

3 22 1810125220050 Eka Febrianti

4 33 1810125310001 Syaurian Akbar

5 51 1810125320018 Ananda Putri Mayangsari

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


BANJARMASIN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karuniaNya
kepada penulis sehingga makalah dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW penghulu para Nabi dan
pembawa risalah ketuhanan yang terbalut dalam ajaran Islam rahmatanlil’alamin.
Penulis mengungkapkan banyak rasa terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dan bersedia bekerja sama dalam penulisan makalah ini sehingga
makalah dapat diselesaikan sepenuhnya walaupun banyak kendala yang dihadapi
dalam proses penulisannya. Penulis tidak lupa pula mengungkapkan banyak
terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Kepemimpinan Pendidikan/
Kekepalasekolahan Bapak Drs. Asrani, M.Pd yang telah memberikan tugas ini dalam
rangka menambah wawasan dan khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
pendidikan.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena kurangnya ilmu dan pengalaman penulis tersendiri dalam pembuatan karya
tulis ilmiah. Oleh karena itu, penulis mohon maaf sebesarnya atas kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini dan penulis menerima dengan lapang dada kritik dan saran
demi perbaikan makalah penulis kedepannya.
Akhir kata penulis berharap dengan adanya makalah ini setidaknya dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis sendiri dan bagi pembaca.

Banjarmasin, 13 Maret 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)..........................................3
B. Karakteristik MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)....................................4
C. Manfaat MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)..............................................6
D. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan.................................................................................................................6
E. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Konteks Manajemen Berbasis
Sekolah.....................................................................................................................10
F. Peranan Guru dalam Konteks MBS.............................................................14
BAB III........................................................................................................................16
PENUTUP...................................................................................................................16
A. Kesimpulan......................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh perkembangan dunia
pendidikan. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan arah
maju mundurnya kualitas pengetahuan masyarakat (bangsa). Penyelenggaraan pendidikan
yang efektif di suatu lembaga pendidikan akan menghasilkan kualitas lulusan yang
diharapkan oleh pengguna jasa pendidikan, sedangkan lembaga pendidikan yang
melaksanakan pendidikan hanya dengan sekedarnya, maka kualitas lulusannya kurang
diminati oleh pengguna jasa pendidikan (Stakeholder).

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pendidikan mempunyai peran strategis
dalam mengikuti kemajuan dan perkembangan zaman. Keunggulan suatu bangsa tidak
lagi mengandalkan kekayaan alam suatu negara, melainkan pada keunggulan sumber
daya manusia (SDM), sementara itu, mutu sumber daya manusia (SDM) ditentukan oleh
mutu pendidikan yang dihasilkan oleh negara tersebut. Tolak ukur mutu pendidikan
didasarkan pada kondisi output dan outcome yang memenuhi syarat dalam menghadapi
tuntutan zaman dalam upaya pemberdayaan manusia, maka pendidikan memegang peran
yang sangat penting. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan suatu proses
yang tidak bisa dipisahkan dengan proses peningkatan kualitas pendidikan tersebut.

Fokus dari implementasi MBS terletak pada adanya upaya peningkatan kualitas
mutu pendidikan yang diukur dari input, proses dan outputnya. Input sekolah, berapa
siswa baru, kepemimpinan kepala sekolah, perencanaan kurikulum, sarana prasana
pendidikan dan sumber dana pendidikan, kelengkapan media pembelajaran, dan
sebagainya. Untuk menghasilkan output dan/atau outcome yang tinggi, maka row input
perlu diproses secara berkualitas. Proses pelaksanaan pendidikan terpusat pada
pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas. Dalam proses pembelajaran ini terjadinya
interaksi antara pendidik dan peserta didik yang melibatkan komponen pembelajaran
lainnya seperti bahan pembelajaran, metode lanjutan, sarana, media, dan lainnya. Tinggi

1
rendahnya mutu pendidikan terletak pada pelaksanaan proses yang berkualitas.
Sedangkan outputnya terletak pada kualitas lulusan yang dikeluarkan pada setiap jenjang
pendidikan yang di ukur dari perolehan nilai hasil dipakai di atas standar kompetensi
lulusan, dan banyaknya lulusan yang terdapat pada dunia kerja dan melanjutkan studi
pada jenjang pendidikan tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian MBS ?
2. Bagaimana Karakteristik MBS ?
3. Apa saja Manfaat MBS ?
4. Bagaimana implementasi MBS dalam bidang pendidikan ?
5. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah dalam konteks MBS ?
6. Bagaiamana peranan guru dalam konteks MBS ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian MBS ?
2. Untuk mengetahui Karakteristik MBS ?
3. Untuk mengetahui Manfaat MBS ?
4. Untuk mengetahui implementasi MBS dalam bidang pendidikan ?
5. Untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah dalam konteks MBS ?
6. Untuk mengetahui peranan guru dalam konteks MBS ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)


Secara leksikal, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berasal dari tiga kata, yaitu
manajemen, berbasis dan sekolah. Manajemen adalah proses menggunakan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti
dasar atau asas. Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut maka MBS
dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah itu sendiri
dalam proses pengajaran atau pembelajaran.
Definisi yang mencakup makna yang lebih luas dikemukakan oleh Wohlstetter dan
Mohrman (1996). Secara luas MBS berarti pendekatan politis untuk mendesain ulang
organisasi sekolah dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada partisipan
sekolah pada tingkat lokal guna memajukan sekolahnya. Partisipan lokal sekolah tak lain
adalah kepala sekolah, guru, konselor, pengembang kurikulum, administrator, orang tua
siswa, masyarakat sekitar, dan siswa.
Secara lebih sempit MBS hanya mengarah pada perubahan tanggung jawab pada
bidang tertentu seperti dikemukakan Kubick (1988). MBS meletakan tanggung jawab
dalam pengambilan keputusan dari pemerintah daerah kepada sekolah yang menyangkut
bidang anggaran, personel, dan kurikulum. Oleh karena itu, MBS memberikan hak kontrol
proses pendidikan kepada kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua.[1]
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school based
management”. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai
mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat
setempat. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas
pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengolah sumber daya dan sumber dana
dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap
terhadap kebutuhan setempat. Pelibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih

3
memahami, membantu, dan mengontrol pengelolaan pendidikan. Dalam pada itu,
kebijakan nasional yang menjadi prioritas pemerintah harus pula dilakukan oleh sekolah.
Pada sistem MBS, sekolah dituntut secara mandiri menggali, mengalokasikan,
menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan
sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.
MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada
sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta
didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan
kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.

B. Karakteristik MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)


MBS wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh warga negara Indonesia terutama
mereka yang berhubungan di dunia pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Oleh karena itu, ada beberapa karakteristik yang dimiliki MBS
yang wajib dipahami oleh sekolah yang ingin menerapkannya. Diharapkan sekolah yang
memperhatikan dan memiliki karakteristik MBS mampu menerapkan MBS dengan
sukses. Nurkolis (2003 :56) dalam (H. M. Jufri Dolong,.2014) menguraikan bahwa ada
delapan karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah, diantaranya:

1. Sekolah dengan MBS memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah untuk
mewakili sekelompok harapan bersama, keyakinan dan nilai-nilai sekolah, membimbing
warga sekolah di dalam aktivitas pendidikan dan memberi arah kerja.Misi ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap fungsi dan efektivitas sekolah, karena dengan
misi ini warga sekolah dapat mengembangkan budaya organisasi sekolah yang tepat,
membangun komitmen yang tinggi terhadap sekolah, dan mempunyai insiatif untuk
memberikan tingkat layanan pendidikan yang lebih baik.

2. Aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan situasi


sekolah. Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, karena secara tidak langsung memperkenalkan perubahan manajemen
sekolah dari menajemen kontrol eksternal menjadi model berbasis sekolah.

4
3. Terjadinya proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut hakikat
manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemim-pinan,
penggunaan kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan manajemen. Oleh karena itu
dalam konteks pelaksanaan MBS, perubahan strategi manajemen lebih memandang
pada apek pengembangan yang tepat dan relevan dengan kebutuhan sekolah.

4. Keleluasaan dan keweangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif untuk
mencapai tujuan pen-didikan, guna memecahkan masalah-masalah pendidikan yang
dihadapi, baik tenaga kependidikan, keuangan dan sebagainya.

5. MBS menuntut peran aktif sekolah, adiministrator sekolah, guru, orang tua, dan
pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah. Dengan MBS sekolah dapat
mengembangkan siswa dan guru sesuai dengan karakteristik sekolah masing-masing.
Dalam konteks ini, sekolah berperan mengembangkan insiatif, memecahkan masalah,
dan mengeksplorasi semua kemungkinan untuk mem-fasilitasi efektivitas pembelajaran.
Demikian halnya dengan unsur-unsur lain seperti guru, orang tua, komite sekolah,
administrator sekolah, dinas pendidikan, dan sebagainya sesuai dengan perannya
masing-masing.

6. MBS menekankan hubungan antar manusia yang cenderung terbuka, bekerja


sama, semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, iklmi
orgnanisasi cenderung mengarah ke tipe komitmen sehingga efektivitas sekolah dapat
tercapai.

7. Peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di dalamnya


kualitas yang dimiliki administrator.

8. Dalam MBS, efektivitas sekolah dinilai menurut indikator multitingkat dan


multisegi. Penilaian tentang efektivitas sekolah harus mencakup proses pembelajaran
dan metode untuk membantu kemajuan sekolah. Oleh karena itu, penilaian efektivitas
sekolah hatus memperhatikan multitingkat, yaitu pada tingkat sekolah, kelompok, dan
individu, serta indikator multisegi yaitu input, proses dan output sekolah serta
perkembangan akademik siswa. 

5
C. Manfaat MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)
Ada beberapa manfaat manajemen berbasis sekolah (MBS) menurutNurkolis
(2003 :25) dalam (H. M. Jufri Dolong,.2014) yaitu :

a. Memberikan kebebasan dan kekuasan yang besar pada sekolah, disertai


seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang di berikan memberikan
tanggug jawab penegelolaan sumber daya dan pembegian strategi MBS sesuai dengan
kondisi setempat.

b. Sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih


bekonsentrasi pada tugas.

c. Keleluasan dalam mengelolah sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat


untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepada sekolah, dalam perannya
sebagai manager maupun pemimpin sekolah.

d. Dengan diberikan sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk


berinovasi, dengan melakukan eksperimen-eksperementasi di lingkungan sekolahnya,
ini mendorong profesonalisme guru dan juga kepala sekolah sesuai fungsinya.

e. Melalui penyusunan kurikulum efektif, rasa tangkap sekolah terhadap kebutuhan


setempat meningkatkan dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan
peserta didik dan masyarakat sekolah.

f. Prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi orang


tua, seperti orang tua dapat mengawasi langsung proses belajar anaknya. 

D. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Mutu


Pendidikan
Implementasi MBS di sekolah memberikan peluang bagi sekolah untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang sesuai dengan yang diharapkan. Upaya sekolah
untuk memasukkan mata pelajaran muatan lokal merupakan salah satu dampak positif
bagi sekolah karena melalui muatan lokal tersebut pihak sekolah dapat memenuhi
kebutuhan atau permintaan masyarakat 42 Implementasi MBS dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan setempat. Disamping itu penerapan MBS memberikan peluang kepada

6
sekolah untuk menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang lebih sesuai seperti
penyesuaian materi pembelajaran yang didasarkan atas kebutuhan siswa.
Sebuah sekolah dapat dikatakan telah menerapkan MBS apabila memiliki ciri-ciri
yaitu:
a. Selain melaksanakan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sekolah
mengembangkan kurikulum tersendiri yang sesuai dengan kebutuhan siswanya.
b. Mempunyai hak penuh untuk mengelola sumber daya yang ada, baik sumber daya
manusia maupun sumber daya lainnya termasuk keuangan.

Manajemen berbasis sekolah pada intinya adalah memberikan kewenangan terhadap


sekolah untuk melakukan pengelolaan dan perbaikan kualitassecara terus menerus. Dapat
juga dikatakan bahwa manajemen berbasis sekolah pada hakikatnya adalah penyerasian
sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua
kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam
proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah
atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Selalu ada cara untuk meningkatkan mutu pendidikan salah satunya adalah dengan
memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada di sekitar sekolah. Untuk meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah, Danim (2007:56) mengatakan bahwa jika sebuah institusi
hendak meningkatkan mutu pendidikannya maka minimal harus melibatkan lima faktor
yang dominan, yaitu:

1) Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi
kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang
tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan layananyang optimal, dan
disiplin kerja yang kuat. Implementasi MBS dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
43
2) Guru; pelibatan guru secara maksimal, dengan meningkatkan kompetensi dan profesi
kerja guru dalam kegiatan seminar, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari
kegiatan tersebut diterapkan disekolah.

7
3) Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “ sehingga
kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat
menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa.
4) Kurikulum; adanya kurikulum yang konsisten, dinamis, dan terpadu dapat
memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals
(tujuan) dapat dicapai secara maksimal.
5) Jaringan Kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan
sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat) tetapi dengan organisasi
lain, seperti perusahaan atau instansi pemerintah sehingga output dari sekolah dapat
terserap didalam dunia kerja.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa kepala sekolah dan guru
mempunyai tanggung jawab besar terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Utamanya guru, karena guru sebagai ujung tombak dilapangan (di kelas) yang
bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Saifulloh
(2008), oleh karena itu untuk meningkatkan mutu pembelajaran, seorang guru harus
mempunyai syarat-syarat yang diperlukan dalam mengajar dan membangun pembelajaran
siswa agar efektif dikelas, saling bekerjasama dalam belajar sehingga tercipta suasana
yang menyenangkan dan saling menghargai (demokratis), diantaranya:
1) Guru harus lebih banyak menggunakan metode pada waktu mengajar, variasi metode
mengakibatkan penyajian bahan lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima
siswa, sehingga kelas menjadi hidup, metode pelajaran yang selalu sama (monoton)
akan membosankan siswa.
2) Menumbuhkan motivasi, hal ini sangat berperan pada kemajuan dan perkembangan
siswa. Selanjutnya melalui proses belajar, bila motivasi guru tepat dan mengenai
sasaran akan meningkatkan kegiatan belajar, dengan tujuan yang jelas maka siswa
akan belajar lebih tekum, giat dan lebih bersemangat. Jika guru memiliki kompetensi
tersebut, tidak mustahil peningkatkan mutu pembelajaran di sekolah dapat terwujud.
Mutu pembelajaran perlu ditingkatkan untuk menghasilkan siswa-siswi yang cerdas.
Menurut Rahman (2009: 209) bahwa setidaknya ada 4 hal penting yang dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan berlanjut pada mutu pendidikan di sekolah
adalah:

8
1) Peningkatan mutu: Sekolah harus menjadi tempat yang unggul untuk kegiatan
pembelajaran, memenuhi dan menyesuaikan tuntutan dan harapan undang-undang
pendidikan, visi, misi, dan tuntutan zaman, upaya sistematis dan terencana ke arah
perbaikan/peningkatan mutu pendidikan,
2) Aspek peningkatan mutu: Lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan
menantang, partisipasi aktif siswa, guru, orangtua, dan semua pemangku
pendidikan, manajemen yang bertanggung jawab baik moral, mandat, manusia,
dan modal, memiliki standar sekolah, baik nasional dan internasional, SDM yang
akuntabel, akseptabel, dan availabel,
3) Faktor utama peningkatan mutu sekolah: Pendidik dan tenaga kependidikan yang
professional, proses pembelajaran aktif yang ditunjang oleh fasilitas
pembelajaran, partisipasi siswa dan orangtua siswa kepada program sekolah,
supervisi secara konsisten, kontinue, dan konsekuen (pengawasan yang sehat,
terhadap program, pemberdayaan manusia, dan keuangan), kemitraan
(pemerintah, LS, PT, badan internasional dan lainnya),
4) Program penunjang perbaikan mutu, kreativitas kemasan kurikulum
(intrakurikuler dan ekstrakurikuler) siswa siap menghadapi program pembelajaran
(kesehatan, mental, pengetahuan, kebeersamaan, memahami kegunaan) keadaan
keuangan yang realistis dan sumber yang terpercaya.
Berdasarkan pendapat di atas, perubahan paradigma harus dilakukan secara bersama-
sama antara pimpinan, guru dan karyawan dan semua unsur pendidikan sehingga mereka
mempunyai langkah dan strategi yang sama yaitu menciptakan mutu di lingkungan kerja
khususnya lingkungan kerja pendidikan. Pimpinan, guru dan karyawan harus menjadi
satu tim yang utuh (teamwork) yangn saling membutuhkan dan saling mengisi
kekurangan yang ada sehingga target (goals) akan tercipta dengan baik.
Upaya untuk meningkatkan mutu memang perlu dilakukan demi kemajuan suatu
lembaga pendidikan. Menurut Almawadi (2007: 16) faktor-faktor yang mempengaruhi
mutu adalah faktor-faktor internal dan eksternal yang secara bersamasama dapat
menentukan mutu keseluruhan dari suatu sistem pendidikan. Terdapat dua faktor yang
dapat mempengaruhi mutu pendidikan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun
faktor internal berupa: kurikulum,sumber daya ketenagaan, sarana dan fasilitas,

9
pembiayaan pendidikan, manajemen sekolah, dan kepemimpinan. Kemudian faktor
ekternal meliputi: partisipasi politik yang rendah, ekonomi yang tidak berpihak pada
pendidikan, sosial budaya, serta rendahnya pemanfaatan sains dan teknologi. Sebuah
lembaga pendidikan apabila dapat menerapkan manajemen berbasis sekolah dengan baik
tentu secara otomatis dapat meningkatkan mutu pendidikannya.

E. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Konteks Manajemen Berbasis


Sekolah 
Tugas kepala sekolah yang berhubungan dengan manajerial sekolah diantaranya
kepemimpinannya sebagai kepala sekolah yang bertanggung jawab atas seluruh kebijakan
sekolah, diantaranya sebagai motivator bagi para tenaga pendidik atau guru. Peningkatan
kualitas pendidikan mutlak dilakukan oleh kepala sekolah dengan pembinaan kurikulum,
kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana serta perubahan sistem lainnya sebagai
agen perubahan melalui kegiatan pembenahan kepemimpinan sekolah.

Kompri menjelaskan secara rinci tugas kepala sekolah dalam tiga bidang berikut ini:

1. Tugas kepemimpinan kepala sekolah dalam bidang administrasi


Tugas kepala sekolah dalam bidang administrasi dapat digolongkan menjadi
enam bidang, yaitu:
a) Pengelolaan pengajaran.
Pengelolaan pengajaran ini merupakan dasar kegiatan dalam melaksanakan
tugas pokok. kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan ini antara lain:
(1) Pemimpin pendidikan hendaknya menguasai garis-garis besar program
pengajaran untuk tiap bidang studi dan tiap kelas.
(2) Menyusun program sekolah untuk satu tahun.
(3) Menyusun jadwal pelajaran.
(4) Mengkoordinir kegiatan-kegiatan penyusunan model satuan pengajaran.
(5) Mengatur kegiatan penilaian.
(6) Melaksanakan norma-norma kenaikan kelas.
(7) Mencatat dan melaporkan hasil kemampuan belajar murid.
(8) Mengkoordinir kegiatan bimbingan sekolah.
(9) Mengkoordinir program non kurikuler.

10
(10) Merencanakan pengadaan.
(11) Memelihara dan mengembangkan buku perpustakaan sekolah dan alat-alat
pelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa peran kepala sekolah
sebagai pemimpin dalam bidang administrsi untuk memotivasi guru terdiri atas beberapa
aspek. Aspek-aspek tersebut disusun untuk melengkapi segala kebutuhan administrasi
guru, sehingga memudahkan guru dalam pelaksanaan proses pengajaran.

b) Pengelolaan kepegawaian

Dalam bidang ini mencakup penyelenggarakan urusan-urusan yang


berhubungan dengan kenaikan pangkat, cuti, pembagian tugas-tugas di kalangan
anggota staf sekolah, penciptaan hubungan kerja yang tepat dan menyenangkan serta
penerapan kode etik jabatan.

c) Pengelolaan peserta didik


Dalam bidang pengelolaan peserta didik, kegiatan yang tampak adalah
perencanaan dan penyelenggaran penerimaan peserta didik baru, pengaturan
kelaspeserta didik, masuk dan mutasi peserta didik, pelayanan khusus bagi peserta
didik, pengaturan aktivitas pengajaran, kegiatan evaluasi, dan pelaporan hasil peserta
didik kepada orang tua.
d) Pengelolaan gedung dan halaman
Pengelolaan gedung dan halaman dimulai dari perencanaa, pengadaan,
inventarisasi, pengaturan pemakaian, pemeliharaan, rehabilitasi perlengkapan dan
alat-alat material sekolah, keindahan, kebersihan. Memenuhi kebutuhan peserta didik
yang berupa antara lain gedung (ruangan sekolah), perpustakaan sekolah,lapangan
tempat bermain, kebun dan halaman sekolah, meubel sekolah, alat-alat pelajaran
klasikal dan alat-alat peragam, alat-alat permainan dan rekreasi, fasilitas
pemeliharaan sekolah, perlengkapan bagi penyelenggaraan khusus, transportasi
sekolah, dan alat-alat komunikasi.
e) Pengelolaan keuangan

11
Dalam hal pengeloalaan keuangan, gaji dewan guru dan staf sekolah,
kebutuhan penyelenggaraan sekolah, kebutuhan sarana dan prasarana pendukung
peserta didik, pemenuhan biaya bagi penyelenggaraan pertemuan sekolah dan
perayaan hari – hari besar nasional dan perayaan hari besar keagamaan.
f) Pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat
Dalam bidang pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, dalam rangka
pembinaan hubungan baik dengan stake holder serta membangun partisipasi
masyarakat termasuk orang tua peserta didik, maka perlu ditingkatkan dan dikelola
secara baik hubungan antara sekolah dengan masyarakat yang di dalamnya juga
terlibat lembaga sosial masyarakat.
2. Tugas Kepala Sekolah Dalam Bidang Supervisi
Kepala Sekolah dalam bidang supervisi bertugas untuk membimbing,
memberikan bantuan, melakukan pengawasan dan memberi penilaian kepada guru.
Bantuan, bimbingan, pengawasan serta penilaian dilaksanakan pada masalah-
masalah yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan
pendidikan pengajaran yang berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan
pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih bermutu.
3. Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan
Peran kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan secara umum di bidang
pengajaran, bidang kurikulum, bidang administrasi peserta didik, administrasi
personalia staf, hubungan masyarakat, perencanaan dan perlengkapan serta
organisasi sekolah. Kepala sekolah merupakan kunci utama yang harus menaruh
perhatian penuh terhadapapa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang
dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang sekolah.
Dalam rangka mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien, seorang kepala
sekolah dituntut untuk berperan aktif dalam membina dan mengembangkan
hubungan kerjasama yang baik antara sekolah dengan masyarakat. Hubungan yang
baik ini akan membentuk partisipatif aktif dan saling pengertian antara sekolah,
orang tua dan masyarakat.
4. Karakteristik kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi manajemen
berbasis sekolah.

12
Lembaga pendidkan sekolah yang dikelola secara mandiri tersebut menuntut
kemampuan kepemimpinan dari kepala sekolah, dia harus memiliki karakteristik
pemimpin yang sesuai dengan sekolah yang bernuansa otonom. Karena setelah
menjabat sebagai kepala sekolah dia tidak hanya seorang guru biasa lagi namun dia
sebagai eksekutor dari berbagai urusan administasi dan sebagai penyandang semua
kelancara aktivitas dari sekolah yang dia pimpin, dan sekolah yang dipimpinnya
harus mampu memberdayakan semua sumberdaya-sumberdaya yang dimilki kearah
yang lebih maju.
Kaitannya dengan kepala sekolah, kepala sekolah berusaha untuk
membangkitkan spirit kerja seorang guru sehingga akan memberikan efekefek positif
bagi perkembangan dan peningkatan mutu pendidkan yang diberikan kepada peserta
didik. (Sudarwan Danim, 2003:173)
Kepala sekolah yang memiliki karakteristik seorang pemimpin yang
trnsformasional daiyakinai akan dapat menjadi kunci bagi keberhasilan implamentasi
manajemen berbasis sekolah yang lebih tepat pada sasaran yang telah direncanakan
oleh semua pihak yang berada di dalam sekolah tersebut. dengan kata lain seorang
pemimpin harus benar-benar menanamkan sikap transformasi didalam sanubarinya,
agar sekolah yang dia pimpin mampu menjalankan konsep manajemn sekolah yang
sebenarnya.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat di pahami bahwa, apapun yang
digunakan untuk mengukur efektivitas seorang pemimpin, pada dasarnya ukuran
yang digunakan adalah sejauh mana unit organisasi organisasi tersebut melaksakan
tugasnya secara berhasil dan mencapai tujuan-tunjuannya. Dengan demikian
kepalasekola/ madrasah yang efektif adalah yang mampu membawa
sekolah/madrasah yang di pimpinya mampu mewujudkan visi, dan misi serta tujuan
program pendidikan yang telah direncanakan dan dipersiapan secara matang melalui
bermacam-macam pertimbangan atau analisis SWOT, dan sehingga pada
pinishingnya memberikan pendidikan yang berkualitas tinggi bagi peserta didik.
5. Profisionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah

13
Propesionalisme merupakan syarat utama keberhasilan seseorang dalam
menjalankan tugas dan menegemban tangguang jawab . Seseorang dapat
melaksanakan tugas secara professional jika memiliki kompetensi tertentu susuai
dengan bidang tugas yang di jalani. Terwujudnya kompetensi disebabkan oleh
perpaduan kemampuan intelektual, pengetahuan dan skill yang terintegritas dalam
pribadi seseorang. (Abdul Kholiq, 1998:17)
Tafsir dan Ahmad Zayadi (2001 ; 13) seseorang di sebut profesioanal apabila ia
memiliki profesi, dan profesi ini sendiri memimiliki kretiria:
a. Profesi harus mengandung keahlian, artinya suatu profesi ini mesti ditandai suatu
keahlian yang khusus untuk profesi itu, yang bisa diperoleh dengan cara khusus
karena profesi itu bukan warisan.
b. Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu.
c. Profesi memiliki teori-teori buku secara visual.
d. Profesi adalah untuk masyarakat bukan untuk diri sendiri.
e. Profesi harus dilengkapi kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif.
f. Panggung profesi memiliki otonomi dalam melakukan tugas profesinya.
g. Profesi memiliki kode etik (kode etik propesi).
h. Profesi harus memiliki klaen yang jelas yaitu orang-orang yang membutuhkan
layanan.

F. Peranan Guru dalam Konteks MBS


Selain Kepala sekolah, dalam implementasi MBS tentu juga ada peran lain terutama
guru sebagai upaya suksesnya dalam mencapai tujuan mutu pendidikan, Implementasi
konsep Manajemen Mutu Berbasis Sekolah kaitannya dengan peningkatan mutu
pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas
sumber daya manusia itu sendiri (Suhardi, 2014). Peran guru dalam MBS sebagai upaya
meningkatkan mutu pendidikan yaitu misalnya dalam proses belajar mengajar guru telah
menggunakan metode atau strategi yang bervariasi dengan menyesuaikan materi dan
kondisi peserta didik di kelas, serta mengoptimalkannya dengan sarana dan prasarana yang
ada seperti LCD, dan perpustakaan. Mengikuti peningkatan kompotensi guru yang
profesional, melalui penataran, pembinaan yang diadakan dari Dikdasmen, workshop,
seminar-seminar, MGMP, pelatihan dan sertifikasi guru, dengan mengikuti kegiatan-

14
kegiatan tersebut, maka akan berdampak pada peningkatan mutu, khususnya mutu
pendidikan, dan mendampingi peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler yaitu
ekstrakurikuler dan mendampingi peserta didik dalam melaksanakan kegiatan setiap hari
pelajaran, memberikan bimbingan dan teladan pada peserta didik di dalam lingkup sekolah,
seperti selalu memantau peserta didik dalam pembelajaran. Dalam hal ini, sesuai dengan
pendapat Dedy Mulyasa, (2011:44-45) dalam (Monia et al., 2020), peran utama guru
adalah sebagai pelayan belajar, sebagai model, dan sebagai penunjuk arah.

a. Sebagai pelayan belajar, tugas utama guru bukanlah mengajar dalam arti
menyampaikan konsep, teori, dan fakta akademik semata kepada peserta didik. Tugas
utama guru adalah membantu kesulitan belajar peserta didik dalam melakukan proses
pematangan kualitas dirinya. Upaya itu dilakukan melalui proses pengajaran,
bimbingan, penyuluhan, penerangan, latihan dan atau pendekatan lainnya yang
memungkinkan peserta didik melakukan proses pematangan kualitas diri dan
kepribadian unggul.
b. Sebagai model, guru harus tampil menarik di hadapan para peserta didiknya. Guru
harus mampu memerankan model belajar yang baik, model manusia yang berkualitas
dan berkepribadian unggul. Sebagai model, dalam kondisi apapun, guru harus menjadi
teladan bagi siapa pun khususnya teladan bagi para peserta didik, atau paling tidak
menjadi teladan bagi dirinya sendiri.
c. Sebagai penunjuk arah, guru harus lebih tahu dan lebih menguasai konsep, fakta
ilmiah, dan teori-teori ilmu pengetahuan yang digelutinya. Hal itu akan menjadikan
guru sebagai kamus berjalan. Sebagai petunjuk arah, guru harus mampu mengantarkan
peserta didiknya pada titik yang tepat, kapan, dan dengan cara apa, dan bagaimana
guru menempatkan peserta ddik secara tepat sesuai dengan bakat, kemampuan,
karakteristik, dan kebutuhannya. Dengan demikian guru dituntut mampu mengambil
keputusan pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan dalam urusan yang tepat.

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu pendekatan dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan yang pengelolaan sekolah sepenuhnya diserahkan kepada
pihak sekolah guna menentukan suatu kebijakan- kebijakan tertentu untuk mencapai
tujuan-tujuan penyelenggaraan pendidikan dengan menjalin kerja sama antara sekolah,
masyarakat, dan pemerintah. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah adalah meningkatkan
semua kualitas dalam pendidikan dengan cara memandirikan atau memberi kewenangan
penuh kepada sekolah untuk mengelola sendiri seluruh kebutuhan sekolah yang
bersangkutan dengan peningkatan kualitas pendidikan sekolah.
Karakeristik Manajemen Berbasis Sekolah dapat dilihat dari organisasi sekolah,
proses belajar mengajar, dan sumber daya manusia yang semua berjalan dengan lancar
dan sesuai dengan keputusan atau kebijakan sekolah yang menginginkan peningkatan
kualitas pendidikan. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dapat berjalan dengan
efektif dan efesien apabila hubungan antar manusia dapat terjalin dengan baik yaitu
kepala sekolah, guru, peserta didik, dan pemangku kepentingan dari pihak luar. Dan
kepala sekolah harus dapat memahami jabatannya sebagai manajer dari sekolah.
Manajemen Berbasis Sekolah harus mendapatkan dukungan penuh dari pemangku
kepentingan luar seperti komite sekolah, masyarakat, dan orang tua dari peserta didik,
karena pengimplementasian
Manajemen Berbasis Sekolah dapat berjalan efektif dan efisien apabila hubungan
antarmanusia berjalan dengan lancar. Berbeda dengan penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah yang diterapkan di berbagai negara di mana Manajemen Berbasis Sekolah
muncul dengan inisiatif dari orang tua peserta didik dan masyarakat, sedangkan di
Indonesia muncul karena inisiatif dari pemerintah..

16
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan maupun penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan, maka dari itu saran dan kritik dari bapak dosen sangat saya
perlukan demi menyempurnakan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron, 2012. Manajemen Peserta didik berbasis sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

Burhanuddin, 2004. Analisis Administrasi. Bandung : Rosdakarya

Danim Sudarwan, 2003. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

H. M. Jufri Dolongm (2018). Karakteristik Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah.

Hermanto, 2013. Kepemimpinan dan Kepala Sekolah. Bandung:Alfabeta

Kompri, 2014. Meningkatkan Kerja kepala sekolah/Madrasah melalui menerial Skills. Jakarta:
Rineka Cipta

Kompri, 2017. Standarisai Kompetensi Kepala Sekolah. Pendekatan Teori untuk Praktek
Profesional. Jakarta: Kencana,

Monia, F. A., Hanafi, I., & Septrisia, R. (2020). Peran Kepala Sekolah dan Guru dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Berbasis Sekolah di SD IT Haji
Ddjalaluddin. 2.

Suhardi. (2014). PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH (MBS). 374–385.
Umaedi, dkk. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka.
http//www.pdfsearch.com/MBS.

Anda mungkin juga menyukai