Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325403301

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA


PADA MATERI PERPANGKATAN DAN BENTUK AKAR

Article · May 2018

CITATIONS READS

2 3,437

2 authors:

Philips Pasca G Siagian Edy Surya


State University of Medan State University of Medan
4 PUBLICATIONS   2 CITATIONS    332 PUBLICATIONS   2,277 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analisis Kemampuan Berpikir Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematis View project

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI MTS AR RIDHA MEDAN View project

All content following this page was uploaded by Philips Pasca G Siagian on 28 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA
MATERI PERPANGKATAN DAN BENTUK AKAR
Philips Siagian 1, Edy Surya 2
Universitas Negeri Medan, Jalan Willem Iskandar Pasar V Medan
1
Mahasiswa PPs Pendidikan Matematika, Unimed
2
Dosen PPs Pendidikan Matematika, Unimed
E-mail: philipspgsiagian@gmail.com
Email: edy_surya71@yahoo.com

ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini berusaha
menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya dengan
tujuan menggambarkan secara sistematika fakta dan karakteristik objek yang
diteliti secara tepat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesalahan-kesalahan
siswa dalam mengerjakan soal materi perpangkatan. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas IX SMP Methodist-7 Medan. Data kesalahan siswa diperoleh dari
hasil tes tertulis materi perpangkatan, observasi, wawancara dan dokumentasi
kemudian diklasifikasikan dalam kesalahan prosedural dan kesalahan konseptual.
Dari hasil analisis tes dan wawancara, siswa mealukan kesalahan konseptual dan
kesalahan prosedural. Ini menunjukkan bahawa siswa kelas IX SMP Methodist-7
Medan belum memahami materi perpangkatan.

Kata Kunci: Analisis Kesalahan, Bentuk Perpangkatan dan Akar


PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Depdiknas,
2003). Pendidikan matematika sendiri juga merupakan salah satu yang perlu ditingkatkan
penguasaannya.
Fadjar (2014) menyatakan bahwa matematika sangat penting untuk dipelajari karena
matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir yang sangat dibutuhkan pada masa kini.
Matematika adalah cara pengorganisasian pengalaman kita tentang dunia. Memperkaya
pemahaman kita dan memungkinkan kita untuk berkomunikasi dan memahami pengalaman
kami. Dengan melakukan matematika kita dapat memecahkan berbagai tugas praktis dan
masalah kehidupan nyata. Kami menggunakannya di banyak bidang kehidupan kita (Perangin-
angin & Surya, 2017).
Pendidikan Matematika sendiri dari Depdiknas (Fadjar, 2014) memilki tujuan untuk
memahami konsep matematika, memecahkan masalah, menggunakan penalaran,
mengomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya untuk mengajarkan matematika secara optimal
untuk meningkatkan penguasaan materi matematika. Salah satu cara untuk menilai tercapainya
tujuan pembelajaran matematika dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam memahami
matematika dan memanfaatkannya untuk pemecahan persoalan matematika atau ilmu-ilmu yang
lain.
Matematika dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah adalah matematika
sekolah. Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah-sekolah, matematika
diajarkan di pendidikan dasar (SD dan SMP) dan pendidikan menengah (SMA dan sekolah
tinggi Vacational). Sementara pendidikan matematika sekolah dasar adalah matematika yang
diajarkan di sekolah dasar. bahan matematika dasar terdiri dari bagian matematika yang dipilih,
disaring dan dirancang dari "resmi" pedoman yang disesuaikan dengan kondisi sekolah,
kemampuan dan kebutuhan. siswa SD diharapkan untuk berkembang secara optimal dan tidak
dapat dipisahkan dari perkembangan pendidikan matematika di dunia saat ini. Selain itu,
sehingga siswa tidak terlalu sulit dalam berhubungan konsep matematika untuk kebutuhan
praktis sehari-hari,
Akan tetapi, pada kenyataannya, ada banyak siswa yang menghadapi kesulitan
dalam memahami soal-soal matematika dan sering melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
Ketika anak tidak mampu berprestasi dengan baik dan memuaskan berdasarkan
kecerdasan yang dimiliki, maka anak tersebut dikatakan sebagai anak bermasalah dalam
belajar atau kesulitan belajar. Menurut Masroza (2013), kesulitan belajar ini merupakan
gangguan yang secara nyata ada pada anak yang terkait dengan tugas umum maupun
khusus, yang diduga disebabkan karena faktor disfungsi neurologis, proses psikologis
maupun sebab-sebab lainnya sehingga anak yang berkesulitan belajar dalam suatu kelas
menunjukkan prestasi belajar rendah.
Kesulitan siswa dalam mempelajari matematika menurut Supatmono (2009)
dikarenakan siswa tidak membangun sendiri tentang pengetahuan konsep-konsep
matematika tetapi cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika tanpa
mengetahui makna yang terkandung pada konsep tersebut sehingga pada saat siswa
menyelesaikan masalah matematika siswa sering melakukan kesalahan dan tidak
menemukan solusi penyelesaian masalahnya.
Menurut Wood (dalam Untari, 2014) bahwa beberapa karakteristik kesulitan
siswa dalam belajar matematika adalah sebagai berikut: (1) kesulitan membedakan
angka, simbol-simbol, serta bangun ruang, (2) tidak sanggup mengingat dalil-dalil
matematika, (3) menulis angka tidak terbaca atau dalam ukuran kecil, (4) tidak
memahami simbol-simbol matematika, (5) lemahnya kemampuan berpikir abstrak, (6)
lemahnya kemampuan metakognisi (lemahnya kemampuan mengidentifikasi serta
memanfaatkan algoritma dalam memecahkan soal-soal matematika). Sedangkan
menurut Radatz (dalam Untari, 2014) kesalahan yang sering dilakukan siswa adalah
kesalahan dalam penggunaan bahasa matematika dengan bahasa sehari-hari,
kemampuan dalam keruangan (spatial sense), kemampuan dalam penguasaan prasyarat,
kesalahan dalam penguasaan teori, dan kesalahan dalam penerapan aturan yang relevan.
Menurut Dumont (dalam Van Steenbrugge, 2010) kesulitan belajar dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: ketidakmampuan belajar yang terletak dalam
perkembangan kognitif anak sendiri dan kesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor
di luar anak atau masalah lain pada anak.

3
Kesalahan siswa dalam bekerja matematika perlu mendapatkan perhatian
karena, kalau tidak segera diatasi, kesalahan tersebut akan berdampak terhadap
pemahaman siswa pada konsep matematika berikutnya.
Seperti pada materi operasi aljabar pada bentuk pangkat dan akar tidak terlepas
dari fakta, konsep, prinsip dan keterampilan yang membutuhkan kemampuan
konseptual dan prosedural siswa. Pada materi operasi aljabar pada bentuk pangkat dan
akar menuntut berbagai materi prasyarat yang harus dikuasai siswa antara lain
menyamakan penyebut, perkalian silang, operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk
pangkat, operasi perkalian dan pembagian bentuk akar, serta materi prasyarat lainnya.
Berdasarkan hasil tes berbentuk uraian yang diberikan kepada siswa kelas IX
SMP Methodist-7 Medan menunjukkan bahwa siswa masih belum memahami materi
perpangkatan.

Gambar 1. Soal No 2
Berdasarkan jawaban siswa No. 2 seperti pada gambar di atas, terdapat
kesalahan dalam menyelesaiakan soal perpangkatan. Kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa antara lain: kesalahan menerapkan sifat atau aturan dalam bentuk
perpangkatan, kesalahan siswa dalam mengaitkan konsep bilangan pecahan dan bentuk
perpangkatan, dan siswa tidak dapat melakukan langkah penyelesaian. Ini
mengindikasikan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar dalam materi perpangkatan.
Menurut Widodo (2013: 8), Kesalahan mahasiswa dapat dijadikan sebagai
pedoman untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa menguasai dan memahami materi
yang telah diberikan. Dengan mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah dari
Polya diperoleh bahwa kesalahan pada tahap pertama adalah kesalahan fakta, kesalahan
karena kebiasaan, dan kesalahan intepretasi bahasa. Kesalahan pada tahap kedua adalah
kesalahan konsep dan fakta. Kesalahan pada tahap ketiga adalah kesalahan prinsip dan
prosedur.
Dalam penelitian ini peneliti membatasi kesalahan yang mungkin dilakukan
siswa dalam menyelesaikan soal perpangkatan yaitu:
4
1. Kesalahan Konsep
Kesalahan konsep adalah kesalahan yang dilakukan siswa dalam menafsirkan
istilah, konsep, dan prinsip atau salah dalam menggunakan istilah, konsep dan prinsip
Kastolan (dalam Sahriah, dkk 2010:3).
2. Kesalahan Prosedur
Gagne (dalam Ruseffendi, 1996: 166) menyatakan bahwa skill meliputi operasi
dan prosedur. Skill dalam matematika adalah prosedur atau operasi-operasi yang dapat
digunakan dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
Berdasarkan paparan diatas maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal perpangkatan.
METODE
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dianggap deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
menggambarkan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal. Data penelitian ini berupa
jawaban tertulis peserta didik yang diperoleh dari tes tertulis (Nasution, Surya, Asmin,
Sinaga, 2017).
Dalam penelitian ini penulis deskriptif kualitatif yaitu jenis penelitian yang
berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya
dengan tujuan menggambarkan secara sistematika fakta dan karakteristik objek yang
diteliti secara tepat.
Sumber Data
Dalam suatu penelitian, sumber data sangat diperlukan untuk melengkapi
pendeskripsian penelitian, dimana keseluruhan data tersebut perlu penjelasan dari mana
asal sumber tersebut. Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data
diperoleh. Apabila menggunakan wawancara dalam mengumpulkan datanya maka
sumber datanya disebut informan, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan baik secara tertulis maupun lisan. Apabila menggunakan
observasi maka sumber datanya adalah berupa benda, gerak, atau proses sesuatu.
Apabila menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi
sumber datanya (Arikunto, 2002).
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Methodist-7
Medan yang diberi tes tertulis dengan materi perpangkatan. Yang menjadi informan

5
dalam penelitian ini adalah beberapa murid IX SMP Methodist-7 Medan untuk
diwawancarai dan menghasilkan data yang nantinya akan di bahas dalam penelitian ini.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data penulis menggunakan beberapa cara atau teknik
yaitu sebagai berikut: 1) Memberikan tes diagnostik untuk melihat pemahaman siswa
dalam materi perpangkatan; 2) Memanfaatkan perpustakaan sebagai sarana dalam
mengumpulkan data, dengan mempelajari buku-buku sebagai bahan referensi; dan 3)
Melakukan penelitian secara langsung di lapangan untuk memperoleh data atau
informasi langsung dari responden dengan menggunakan beberapa teknik sebagai
berikut:
a. Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan langsung,
b. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung
kepada seorang informan.
c. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data berdasarkan dokumendokumen, foto-
foto dan arsip yang relevan sebagai sumber data.
Analisis Data
Menurut Miles, Huberman dan Saldana (2014:31-33) di dalam analisis data
kualitatif terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Aktivitas dalam
analisis data yaitu: Data Condensation, Data Display, dan Conclusion
Drawing/Verifications.
1. Kondensasi Data (Data Condensation)
Kondensasi data merujuk pada proses memilih, menyederhanakan,
mengabstrakkan, dan atau mentransformasikan data yang mendekati keseluruhan bagian
dari catatan-catatan lapangan secara tertulis, transkip wawancara, dokumen-dokumen,
dan materi-materi empiris lainnya.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data adalah sebuah pengorganisasian, penyatuan dari infomasi yang
memungkinkan penyimpulan dan aksi. Penyajian data membantu dalam memahami apa
yang terjadi dan untuk melakukan sesuatu, termasuk analisis yang lebih mendalam atau
mengambil aksi berdasarkan pemahaman.

6
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusions Drawing)
Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari
permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-
benda, mencatat keteraturan penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang mungkin, alur
sebab-akibat, dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak muncul
sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan
catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang
digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan-tuntutan pemberi dana.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal pokok bahasan bilangan
berpangkat diperoleh kesalahan-kesalahan yang sangat bervariasi. Kesalahan-kesalahan
tersebut diklasifikasikan ke dalam jenis kesalahan prosedural dan konseptual.
1. Kesalahan Konseptual

Gambar 2. Kesalahan Konseptual Pada Soal No.1


Dari analisis hasil tes, siswa salah dalam mengoperasikan bentuk perpangkatan.
Mungkin siswa tidak mengetahui konsep penjumlahan dan perkalian bilangan
berpangkat.

Gambar 3. Kesalahan Konseptual Pada Soal No.2


Dari analisis hasil tes, siswa salah dalam mengoperasikan bentuk perpangkatan.
Mungkin siswa tidak mengetahui konsep penjumlahan dan perkalian bilangan
berpangkat. Pada jawaban tes ini si anak tidak mengetahui aturan penjumlahan bilangan
berpangkat. Anak hanya menjumlahkan kedua bilangan pokok dan juga salah dalam
melakukan operasi penjumlahan bilangan pecahan.

7
Dari hasil analisis wawancara, diperoleh siswa mengalami kesalahan ini karena
siswa tidak tahu menjumlahkan bilangan pecahan berpangkat. Salah dalam konsep
perpangkatan. Kesalahan konsep perpangkatan ditemukan pada soal yang dikerjakan
siswa. Sedangkan dari hasil wawancara siswa benar – benar tidak paham dan tidak
menguasai perkalian dua bilangan berpangkat.
2. Kesalahan Prosedural

Gambar 4. Kesalahan Prosedural Pada Soal No. 2


Dari hasil tes siswa, siswa tidak hanya salah dalam konsep namun juga salah
dalam prosedur penyelesaian soal. Dari gambar terlihat bahwa anak tidak menuliskan
langkah-langkah penyelesaian dengan lengkap. Anak tidak mengerti dalam
menjabarkan bilangan pecahan berpangkat dalam bentuk perkalian pecahan berulang
seperti biasa. Dan dari jawaban siswa tersebut terlihat siswa tidak mengetahui cara
menjumlahkan bilangan pecahan biasa.

Gambar 5. Kesalahan Prosedural Pada Soal No. 3


Dari hasil tes siswa, pada langkah pertama dan kedua telah melakukan
penyelesaian soal dengan tepat, namun pada langkah yang terakhir anak salah dalam
mengalikan bilangan pecahan biasa. Pada langkah akhir anak menyamakan penyebut
kedua bilangan pecahan dan mengalikan pembilang dan pembilang namun tidak
mengalikan penyebut dengan penyebut, ini menjukkan bahwa siswa melakukan
kesalahan konseptual. Dapat disimpulkan dari jawaban yang diberikan siswa, ada dua
kesalahan yang dilakukan yaitu kesalahan prosedur dan konseptual.

8
Dari hasil wawancara dengan siswa, diperoleh jawaban bahwa siswa kurang teliti
membaca dan salah menafsirkan, ada juga siswa berkata bahwa tidak tahu maksud soal.
Siswa tidak menjawab atau me-nyelesaikan soal. Dari hasil analisis soal ada siswa yang
hanya menuliskan kembali soal dan tidak menyelesaikannya. Ada juga siswa yang tidak
menjawab soal. Hal ini mungkin dikarenakan siswa tidak tahu menjawab soal.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, diperoleh jawaban yang
bervariasi. Ada yang mengatakan tidak tahu menjawab, ada siswa yang mengatakan
sudah habis waktu dan tidak sempat menjawab.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut: 1. Kesalahan konseptual yaitu: a) siswa tidak megetahui aturan dalam
menyamakan bilangan pecahan yang berbeda penyebut dan tidak perpenjumlahan
bilangan pecahan biasa dan tidak mengetahui aturan dalam penjumlahan bilangan
pecahan; b) siswa tidak megetahui aturan dalam menjumlahkan dan mengalikan
bilangan pecahan berpangkat. 2. Kesalahan prosedural yaitu: a) siswa tidak mengetahui
langkah-langkah dalam menyamakan penyebut bilangan pecahan biasa; b) siswa tidak
mengetahui langkah-langkah dalam menjumlahkan dua buah bilangan pecahan biasa,
langkah apa yang harus dilakukan sebelum melakukan penjumlahan; c) siswa tidak
dapat melakukan penjabaran bilangan pecahan berpangkat; d) siswa tidak mengetahui
langkah-langkah dalam menyelesaikan perkalian dua buah bilangan pecahan
berpangkat, langkah apa yang harus dilakukan sebelum melakukan perkalian.
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IX SMP Methodist-7
Medan kurang memahami materi bilangan perpangkatan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.

Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.

Misna, A. Formulasi Kebijakan Alokasi Dana Desa Di Desa Kandolo Kecamatan Teluk
Pandan Kabupaten Kutai Timur. eJournal Administrasi Negara. 2015. 3 (2) 2015:
521 – 533

9
Masroza, Fitria. 2013. Prevalensi Anak Berkesulitan Belajar Di
Sekolah Dasar Se Kecamatan Pauh Padang. Diakses: 5 November 2015.
Online: http://download.portalgaruda.org/article. php?article=24454&val=1496.

Peranginangin & Edy. S. 2017. An Analysis of Students’ Mathematics Problem Solving


Ability in VII Grade at SMP Negeri 4 Pancurbatu. International Journal of
Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR). Volume 33, No 2, pp 57-67.

Sahriah, Siti, dkk. (2010). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Materi Operasi Pecahan Bentuk Aljabar Kelas VIII SMP Negeri 2
Malang. Malang: Universitas Negeri Malang.

Shadiq, Fadjar. (2014). Pembelajaran Matematika; Cara Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Siswa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Supatmono. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika SMA


Materi Operasi Aljabar Bentuk Pangkat Dan Akar. JISIP. Vol. 2 No. 1. Maret 2018

Ruseffendi, E. T. (1996). Dasar-dasar Penelitian. Semarang: IKIP Semarang Press.

Tarigan & Surya (2017). The Application Of Cooperative Learning Model Of Jigsaw
Type To Increase Activity And Student Learning Results In Learning
Phytagoras Theorem. Jurnal IJARIIE. Vol-3 Issue-3 2017.

Untari, Erny. Kesulitan Belajar Matematika Di Sekolah Dasar. JUPENDAS. Vol. 2,


No. 2, September 2015

Van Steenburge, H. 2010. Mathematics Learning Difficulties In Primary Education:


Teachers’ Professional Knowledge And The Use Of Commercially Available
Learning Packages. Diakses: 1 November 2015. Online:
http://users.ugent.be/~mvalcke/CV/CAL P_ed_studies.pdf

Widodo, Sri Adi. 2013. Analisis Kesalahan Dalam Pemecahan Masalah Divergensi Tipe
Membuktikan Pada Mahasiswa Matematika. Jurnal Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa.

10

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai