Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

APLIKASI PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA ORDE 2


HOMOGEN TAK HOMOGEN

Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Persamaan Differensial Biasa

Yang dibimbing oleh: Isnawati Lujeng Lestari, S.Pd, M.Si

Disusun oleh: Kelompok 5

1. M. Taufiq Hidayah (18842021024)


2. Zuhriatul Khasanah (18842021011)
3. Nur Diati Chikmah (18842021010)
4. Nur Lailatul Azizah (18842021004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


INSTITUT TEKNONOLOGI DAN SAINS
NAHDLATUL ULAMA PASURUAN
2020/2021
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “Aplikasi Persamaan Differensial Biasa Orde 2
Homogen dan Tak Homogen” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Persamaan Differensial Biasa.

Tujuan disusunnya makalah ini agar pembaca dapat memperluas ilmu dan
pengetahuan tentang Aplikasi Persamaan Differensial Biasa Orde 2 Homogen dan Tak
Homogen. Terimakasih kami haturkan kepada Dosen pengampu mata Persamaan
Differensial Biasa dan teman-teman yang telah membantu untuk menyelesaikan
makalah ini, terutama kepada Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu.

Dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Pasuruan, 27 Desember 2020

ii
Daftar Isi
COVER………………………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR………………………………………………………….......………………ii

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...…1

1.1. Latar Belakang………………………………………………………………………………1


1.2. Rumusan masalah……………………………………………………………………………3
1.3. Tujuan………………………………………………………………………………………..3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………….4

2.1. Pengertian PDB Orde 2 Homogen Dengan Koefisien Konstan………………….…….……4

2.2. Pengertian PDB Orde 2 Tak Homogen Dengan Koefisien Konstan…...................................5

2.3. Pengertian PDB Orde 2 Dengan Koefisien Tak- Konstan ……………………….………….5


2.3.1. Metode Koefisien Tak-Tentu……………..…………………………………………..6
2.3.2. Latihan Soal……………………………………………..……………………………7
2.4. Aplikasi PDB Orde-2 Tak-Homogen Pada Rangkaian Arus Searah………………………...7

2.4.1 Pemodelan Matematika………………………………………………………………...8

2.4.2 Contoh aplikasi pada Rangkaian Arus Searah………………………………………...11

2.5 Aplikasi PDB Orde 2 Homogen Pada Masalah Konsentrasi Zat Gula Dalam Produk Sirup..14

2.5.1 Contoh Aplikasi……………………………………………………………………….14

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………16

3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………………….16
3.2. Saran………………………………………………………………………………………...16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………….17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemodelan matematika merupakan bidang matematika yang berusaha untuk


merepresentasikan dan menjelaskan masalah dunia nyata dalam pernyataan matematik.
Representasi matematika yang dihasilkan dari proses ini dikenal sebagai model
matematika. Salah satu model matematika masalah dunia nyata adalah laju perumbuhan atau
penyusutan yang disajikan dalam bentuk.
𝑑𝑁(𝑡)
𝑑𝑡
= 𝜇 𝑁(𝑡) (1.1.1)

Dengan 𝑁(𝑡) menotasikan besar populasi pada waktu 𝑡 dan 𝜇 merupakan laju
pertumbuhan atau penyusutan.
Model (1.1.1) merupakan salah satu bentuk paling sederhana persamaan diferensial.
Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat derivatif-derivatif dari sebuah
fungsi yang tak diketahui. Dengan memperhatikan variabel bebas yang terlibat, terdapat
dua bentuk persamaan diferensial yaitu persamaan diferensial biasa dan persamaan
diferensial parsial. Persamaan diferensial biasa adalah persamaan diferensial yang
melibatkan hanya satu variabel bebas. Sedangkan persamaan diferensial parsial adalah
persamaan diferensial yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas.

Persamaan diferensial dikatakan mempunyai orde 𝑛 jika orde derivatif tertinggi yang
terlibat adalah 𝑛. Jika orde derivatif tertinggi yang terlibat adalah dua, maka persamaan
diferensial tersebut dikatakan persamaan diferensial orde dua. Persamaan diferensial
dikatakan linear jika tidak terdapat perkalian antara variabel bebas dan variabel terikat
dalam satu suku.

Persamaan diferensial linear orde dua memiliki bentuk


𝑎2 (𝑥 )𝑦" + 𝑎1 (𝑥)𝑦′ + 𝑎0 (𝑥)𝑦 = 𝑟(𝑥) (1.1.2)
dengan 𝑎2 (𝑥 ), 𝑎1 (𝑥 ), 𝑎0 (𝑥) adalah koefisien. Jika koefisien tersebut berupa konstanta maka
persamaan (1.1.2) merupakan persamaan differensial linier orde 2 dengan koefisien
konstanta. Sedangkan jika koefisien tersebut berupa fungsi dari 𝑥 maka persamaan (1.1.2)

1
merupakan persamaan differensial linier orde dua dengan koefisien variabel. Jika 𝑟(𝑥 ) = 0
maka persamaan (1.1.2) dinamakan homogen sedangkan jika 𝑟(𝑥 ) ≠ 0 maka persamaan
(1.1.2) dikatakan tak homogen.
Setelah mendapatkan model matematika yang berbentuk persamaan diferensial,
misalkan persamaan diferensial biasa linear orde dua homogen dengan koefisien variabel,
langkah selanjutnya adalah mencari penyelesaian persamaan diferensial tersebut.
Penyelesaian adalah sebuah fungsi 𝑓(𝑥) yang memenuhi persamaan diferensial, yaitu jika
𝑓(𝑥) disubstitusikan untuk 𝑦 dalam persamaan diferensial maka akan menghasilkan suatu
pernyataan yang benar.
Penyelesaian persamaan diferensial dapat diperoleh menggunakan beberapa metode.
Antara lain metode pemisahan variabel, metode Euler Cauchy, metode variasi parameter,
metode deret pangkat, dan lain sebagainya. Metode pemisahan variabel adalah metode
penyelesaian yang dapat diterapkan pada persamaan diferensial linear orde pertama.
Metode Euler Cauchy dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear
orde dua homogen dengan koefisien variabel. Metode variasi parameter dapat digunakan
untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear orde dua tak homogen.
Metode deret pangkat dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial
linear orde dua homogen dengan koefisian variable. Dalam bidang penerapan persamaan
diferensial yang sering muncul adalah persamaan diferensial linear orde dua homogen
dengan koefisien variabel. Oleh karena itu metode yang tepat digunakan adalah metode deret
pangkat dan lain sebagainya. Metode pemisahan variabel adalah metode penyelesaian
yang dapat diterapkan pada persamaan diferensial linear orde pertama. Metode Euler
Cauchy dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear orde dua
homogen dengan koefisien variabel. Metode variasi parameter dapat digunakan untuk
menyelesaikan persamaan diferensial linear orde dua tak homogen.
Metode deret pangkat dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan
diferensial linear orde dua homogen dengan koefisian variabel.Dalam bidang penerapan
persamaan diferensial yang sering muncul adalah persamaan diferensial linear orde dua
homogen dengan koefisien variabel. Oleh karena itu metode yang tepat digunakan adalah
metode deret pangkat.Metode deret pangkat ini dapat diterapkan di sekitar titik biasa
dan di sekitar titik singular. Suatu titik 𝑥0 dikatakan titik biasa jika 𝑎2 (𝑥0 ) ≠ 0 Tetapi jika

2
𝑎2 (𝑥0 ) = 0 maka titik tersebut disebut titik singular. Titik singular pada persamaan
diferensial orde dua adalah titik-titik dimana suatu interval tertutup tidak mempunyai
derivative kedua.
Persamaan diferensial linear orde dua dengan koefisien variabel yang akan
dibahasadalah persamaan diferensial Legendre, persamaan diferensial Hermite dan
persamaan diferensial Bessel. Ketiga persamaan diferensial ini biasa disebut persamaan
diferensial khusus. Persamaan diferensial khusus tersebutakan diselesaikan dengan
metode deret pangkat di sekitar titik biasa dan di sekitar titik singular yang regular.
Persamaan diferensial khusus yang dapat diselesaikan dengan metode deret pangkat disekitar
titik biasa adalah persamaan Legendredan persamaan Hermite.
Persamaan diferensial khusus yang dapat diselesaikan dengan metode deret pangkat
di sekitar titik singular yang regular adalah persamaan Bessel. Dari kondisi diatas, bagaimana
langkah-langkah penyelesaian persamaan diferensial linear orde dua homogen dengan
koefisien variabel menggunakan metode deret pangkat di sekitar titik biasa dan di
sekitar titik singular regular. Bagaimana penyelesaian persamaan diferensial khusus yang
diperoleh dari metode deret pangkat disekitar titik biasa maupun di sekitar titik singular yang
regular

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai Aplikasi atau Penerapan
Persamaan Differensial Biasa Orde 2 Homogen dan Tak Homogen dalam Fisika.

1.3 Tujuan Masalah

Penulisan makalah ini bertujuan untuk membentuk dan menyelesaikan pemodelan dalam
bentuk Aplikasi Persamaan Differensial Biasa Orde 2 Homogen dan Tak Homogen dalam
Fisika.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persamaan Differensial Biasa Orde 2 Homogen Dengan Koefisien

Konstan

Bentuk baku PDLH orde 2 dengan koefisien konstan diberikan oleh:

𝑥̈ + 𝑎1 𝑥̇ + 𝑎2 𝑥 = 0 (6)

 Solusi umum dari PD di atas berbentuk 𝑥 (𝑡) = 𝐴𝑥1 (𝑡) + 𝐵𝑥2 (𝑡), dengan 𝑥1 (𝑡)
dan 𝑥2 (𝑡) adalah solusi-solusi PD bebas linier.
 Akan diberi solusi 𝑥(𝑡) yang berbentuk 𝑥 (𝑡) = 𝑒 𝑟𝑡 (guessing method):
 Solusi PDLH orde-1 𝑥̇ = 𝑟𝑥 juga berbentuk 𝑒 𝑟𝑡
𝑑
 𝑒 𝑟𝑡 = 𝑘𝑒 𝑟𝑡 (turunannya merupakan kelipatan dari dirinya sendiri).
𝑑𝑡

 Jika 𝑥(𝑡) = 𝑒 𝑟𝑡 maka diperoleh


𝑥̇ = 𝑟𝑒 𝑟𝑡 , 𝑥̈ = 𝑟 2 𝑒 𝑟𝑡
 Dengan mensubstitusikan solusi hipotetik 𝑥(𝑡) = 𝑒 𝑟𝑡 beserta turunan-turunannya
ke dalam (6) diperoleh
𝑒 𝑟𝑡 (𝑟 2 + 𝑎1 𝑟 + 𝑎2 ) = 0
 𝑥(𝑡) = 𝑒 𝑟𝑡 merupakan solusi PDLH (6) jika dan hanya jika persamaan
karakteristik berikut terpenuhi:

−𝒂𝟏 ±√𝒂𝟐𝟏 −𝟒𝒂𝟐


𝟐
(𝒓 + 𝒂𝟏 𝒓 + 𝒂𝟐 ) = 𝟎 ↔ 𝒓𝟏,𝟐 =
𝟐

 Solusi umum:
𝑥 (𝑡) = 𝐴𝑥1 (𝑡) + 𝐵𝑥2 (𝑡) = 𝐴𝑒 𝑟1𝑡 + 𝐵𝑒 𝑟2𝑡
 Solusi PD sangat bergantung pada nilai-nilai akar karakteristik 𝒓𝟏 dan 𝒓𝟐 dan hal
tersebut di bedakan atas tiga kasus, yaitu:
 Dua akar (real) berbeda 𝒓𝟏 ≠ 𝒓𝟐
 Dua akar (real) kembar 𝒓𝟏 = 𝒓𝟐 = 𝒓
 Dua akar kompleks (konjugat)

4
 Metode lain: reduksi ordo d’Alembert
 Dua akar (real) berbeda 𝒓𝟏 ≠ 𝒓𝟐 (yang terjadi apabila 𝒂𝟐𝟏 − 𝟒𝒂𝟐 > 𝟎):
𝑥 (𝑡) = 𝐴𝑒 𝑟1𝑡 + 𝐵𝑒 𝑟2𝑡
 Dua akar (real) kembar: 𝒓𝟏 = 𝒓𝟐 = 𝒓 (yang terjadi apabila 𝒂𝟐𝟏 − 𝟒𝒂𝟐 = 𝟎) maka
hanya diperoleh satu solusi, yaitu 𝑥1 = 𝐴𝑒 𝑟𝑡 . Namun demikian masih dimungkinkan
untuk mendapat satu solusi lain yang berbeda yang berbentuk 𝑥2 = 𝐵𝑡𝑒 𝑟𝑡 , sehingga
𝑥 (𝑡) = 𝐴𝑒 𝑟𝑡 + 𝐵𝑡𝑒 𝑟𝑡
 Dua akar kompleks konjugat 𝑟1,2 = ℎ ± 𝑖𝑣 (yang terjadi apabila 𝒂𝟐𝟏 − 𝟒𝒂𝟐 < 𝟎):
𝑥 (𝑡) = 𝑒 ℎ𝑡 (𝐴 cos 𝑣𝑡 + 𝐵 sin 𝑣𝑡)

2.2 Pengertian Persamaan Differensial Biasa Orde 2 Tak Homogen Dengan Koefisien

Konstan

Bentuk baku PDL tak homogen orde 2 dengan koefisien konstan diberikan oleh:

𝑥̈ +𝑎1 𝑥̇ +𝑎2 𝑥 = 𝑏 (7)

 Solusi partikular diasumsikan berbentuk 𝑥𝑝 (𝑡) = 𝑥̅ (konstan). Dengan


mensubstitusikan ke (7) diperoleh
𝑏
𝑥𝑝 (𝑡) =
𝑎2
 Solusi umum:
𝑏
𝑥 (𝑡) = 𝑥ℎ (𝑡) + 𝑥𝑝 (𝑡) = 𝐴𝑒 𝑟1𝑡 + 𝐵𝑒 𝑟2𝑡 +
𝑎2

2.3 Pengertian Persamaan Differensial Biasa Orde 2 Dengan Koefisien Tak- Konstan

Bentuk baku PDL orde-2 dengan koefisien tak-konstan diberikan oleh:

𝑥̈ + 𝑎1 𝑥̇ +𝑎2 𝑥 = 𝑏(𝑡)

 Disebut juga PD linier orde-2 dengan suku variabel (differential equation with a
variable term).
 Metode koefisien tak tentu (undetermined coefficients method):

5
 Didasarkan pada “tebakan” terhadap bentuk solusi partikular dengan
koefisien-koefisien belum ditentukan.
 Mudah diterapkan
 Hanya dapat menjangkau bentuk-bentuk fungsi yang terbatas, seperti
polynomial,eksponensial, sinus dan kosinus.

 Metode lain: variasi parameter


 Jika 𝑏(𝑡) merupakan polynomial dalam (𝑡) berderajat 𝑛, yaitu 𝑏(𝑡) = 𝑏𝑛 𝑡 𝑛 +
𝑏𝑛−1 𝑡 𝑛−1 + ⋯ + 𝑏1 𝑡 + 𝑏0 , maka solusi partikular diasumsikan juga berbentuk
polynomial:
𝑥𝑝 (𝑡) = 𝑐𝑛 𝑡 𝑛 + 𝑐𝑛−1 𝑡 𝑛−1 + ⋯ + 𝑐1 𝑡 + 𝑐0
Dengan 𝑐𝑖 adalah konstanta-konstanta yang nilainya dapat ditentukan dengan
mensubstitusikan solusi partikular ke dalam PD dan kemudian menyamakan
koefisien-koefisiennya.
 Jika 𝑏(𝑡) merupakan fungsi eksponensial 𝑏(𝑡) = 𝛼𝑒 𝛽𝑡 , maka solusi partikular
diasumsikan juga berbentuk eksponensial:
𝑥𝑝 (𝑡) = 𝑐𝑒 𝛽𝑡
Dengan c adalah konstanta yang nilainya dapat ditentukan dengan mensubstitusikan
solusi particular ke dalam PD.

2.3.1 Metode Koefisien Tak-Tentu


 Jika 𝑏 (𝑡) merupakan perkalian antara fungsi eksponensial dan polynomial,
yaitu 𝑏(𝑡) = 𝑒 𝛽𝑡 (𝑏𝑛 𝑡 𝑛 + 𝑏𝑛−1 𝑡 𝑛−1 + ⋯ + 𝑏1 𝑡 + 𝑏0 ), maka

𝑥𝑝 (𝑡) = 𝑒 𝛽𝑡 (𝑐𝑛 𝑡 𝑛 + 𝑐𝑛−1 𝑡 𝑛−1 + ⋯ + 𝑐1 𝑡 + 𝑐0)

 Jika 𝑏(𝑡) merupakan fungsi sinus dan atau kosinus, yaitu


𝑏(𝑡) = 𝑏1 sin 𝛽𝑡 + 𝑏2 cos 𝛽𝑡, maka
𝑥𝑝 (𝑡) = 𝑐1 sin 𝛽𝑡 + 𝑐2 cos 𝛽𝑡
 Jika solusi partikular hipotetik memuat suku yang terdapat dalam solusi
homogen maka solusi hipotetik harus dimodifikasi, yaitu dengan

6
mengalikannya dengan 𝑡 𝑘 , dimana 𝑘 adalah kegandaan dari akar persamaan
karakteristik.

2.3.2 Latihan Soal

Tentukan solusi PDL orde-2 dengan koefisien tak-konstan berikut:

1) 𝑥̈ +3𝑥̇ −4𝑥 = 𝑡 2
2) 𝑥̈ +3𝑥̇ −4𝑥 = 2𝑒 −4𝑡
3) 𝑥̈ +3𝑥̇ −4𝑥 = 2 sin 𝑡

2.4 Aplikasi Persamaan Differensial Biasa Orde-2 Tak-Homogen Pada Rangkaian


Arus Searah

Pada rangkain arus searah yang di gambarkan pada diagram di bawah, berlaku:
𝑑𝑙
𝐸𝐿 = 𝐿 I′ = 𝐿 (drop pada inductor)
𝑑𝑡

𝐸𝑅 = 𝑅 I (drop pada resistor dengan hukum Ohm)


1
𝐸𝐶 = 𝐶
∫ 𝐼 (𝑡)𝑑𝑡 (drop pada kapasitor)

Jumlah dari tiga besaran diatas sama dengan besar dari gaya elektromotif 𝐸(𝑡).
Mengingat 𝐸 (𝑡) = 𝐸0 sin 𝜔 t didapat persamaan:
𝐸𝐿 + 𝐸𝑅 + 𝐸𝐶 = 𝐸(𝑡)
𝑑𝑙 1
𝐿 + 𝑅 I + ∫ 𝐼 (𝑡)𝑑𝑡 = 𝐸0 sin 𝜔 𝑡
𝑑𝑡 𝑐

Dengan menurunkan kedua ruas ke t, diperoleh persamaan diferensial:

𝑑2 𝐼 𝑑𝑙 1
𝐿 𝑑𝑡 2 + 𝑅 𝑑𝑡 + I = E0 𝜔 cos 𝜔 𝑡 yang akan menghasilkan solusi arus dalam keadaan-
𝑐

mantap 𝐼𝑃 dirangkaian arus searah.

7
2.4.1 Pemodelan Matematika

Gambar Rangkaian Arus Searah


Dimana: L = Induktans
R = Tahanan
C = Kapasitor
𝐸0 = Gaya Gerak Listrik (GGL)
Persamaan Diferensial (PD) dari arus dalam Rangkaian Arus Searah adalah:
𝑑2 𝐼 𝑑𝑙 1
𝐿 𝑑𝑡 2 + 𝑅 𝑑𝑡 + I = E0 𝜔 cos 𝜔 𝑡 ,
𝑐

𝑑2 𝐼 𝑅 𝑑𝑙 1 𝐸0𝜔
+ + I= cos 𝜔 𝑡 (PD orde-2 Non Homogen),
𝑑𝑡 2 𝐿 𝑑𝑡 𝐶𝐿 L
𝑅 1 E0 𝜔
D2 𝐼 + 𝐷𝐼 + I = cos 𝜔𝑡 ,
𝐿 𝐶𝐿 L

𝑅 1 E0 𝜔
(D2 + 𝐷 + )I = cos 𝜔𝑡 , dimana D2 = −𝜔2 .
𝐿 𝐶𝐿 L

Misalkan arus dalam keadaan-mantap di Rangkaian Arus Searah = 𝐼𝑃 , dimana 𝐼𝑃 merupakan


Solusi Khusus dari PD diatas.
E0 𝜔
cos 𝜔𝑡
L
𝐼𝑃 = 𝑅 1 ,
D2 + 𝐷 +
𝐿 𝐶𝐿

E0 𝜔
cos 𝜔𝑡
L
𝐼𝑃 = 𝑅 1 ,
−𝜔2 + 𝐷 +
𝐿 𝐶𝐿

E0 𝜔
cos 𝜔𝑡 𝐶𝐿
L
𝐼𝑃 = 2 𝑅 1 . 𝐶𝐿
−𝜔 + 𝐷 +
𝐿 𝐶𝐿

E0 𝜔 C cos 𝜔 𝑡
𝐼𝑃 = ,
−𝜔2 +𝐶𝐿 +𝑅𝐶𝐷++1

8
E0 𝜔 C cos 𝜔 𝑡 𝑅𝐶𝐷 +(𝜔2 𝐶𝐿−1)
𝐼𝑃 = . 𝑅𝐶𝐷+(𝜔2 𝐶𝐿−1) ,
𝑅𝐶𝐷 −(𝜔2 𝐶𝐿−1)

𝑅𝐶𝐷 (E0 𝜔 C cos 𝜔 𝑡)+(𝜔2 𝐶𝐿−1)E0 𝜔 C cos 𝜔 𝑡


𝐼𝑃 = ,
(𝑅𝐶𝐷)2 − (𝜔2 𝐶𝐿−1)2

−E0 𝜔2 𝐶 2 R sin 𝜔𝑡 +(𝜔2 𝐶𝐿−1)E0 𝜔 C cos 𝜔 𝑡


𝐼𝑃 = ,
𝑅2 𝐶 2 𝐷 2− (𝜔2 𝐶𝐿−1)2

−E0 𝜔2 𝐶 2 R sin 𝜔𝑡 +(𝜔2 𝐶𝐿−1)E0 𝜔 C cos 𝜔 𝑡 (−1)


𝐼𝑃 = . (−1) ,
−𝑅2 𝐶 2 𝜔2− (𝜔2 𝐶𝐿−1)2

E0 𝜔2 𝐶 2 R sin 𝜔𝑡 +(𝜔2 𝐶𝐿−1)E0 𝜔 C cos 𝜔 𝑡


𝐼𝑃 = ,
𝑅2 𝐶 2 𝐷2+ (𝜔2 𝐶𝐿−1)2

E0 𝜔2 𝐶2 R sin 𝜔𝑡 (𝜔2 𝐶𝐿−1)E0 𝜔 C cos 𝜔 𝑡



𝜔2 𝐶2 𝜔2 𝐶2
𝐼𝑃 = 𝑅 𝐶 𝜔2
2 2 (𝜔2 𝐶𝐿−1)2
,
+
𝜔2 𝐶2 𝜔2 𝐶2

(𝜔2 𝐶𝐿−1)E0 cos 𝜔 𝑡


E0 R sin 𝜔𝑡 −
𝜔C
𝐼𝑃 = (𝜔2 𝐶𝐿−1)2
,
𝑅2 +
(𝜔𝐶)2

𝜔2 𝐶𝐿−1
E0 R sin 𝜔𝑡 −E0( ) cos 𝜔𝑡
𝜔𝐶
𝐼𝑃 = 2 ,
𝜔2 𝐶𝐿−1
𝑅2 +( )
𝜔𝐶

1
E0 R sin 𝜔𝑡 −E0(𝜔𝐿 − ) cos 𝜔𝑡
𝜔𝐶
𝐼𝑃 = 1 2 .
𝑅2 +(𝜔𝐿 − )
𝜔𝐶

1 E0 R sin 𝜔𝑡 −E0 𝑆 cos 𝜔 𝑡


Ambil 𝜔𝐿 − = 𝑆 , sehingga 𝐼𝑃 = ,
𝜔𝐶 𝑅2 + 𝑆 2
E0 R E0 S
Maka 𝐼𝑃 = sin 𝜔𝑡 − cos 𝜔𝑡 ,
𝑅2 + 𝑆 2 𝑅2 + 𝑆 2
E0 S E0 R
𝐼𝑃 = − cos 𝜔𝑡 + sin 𝜔𝑡 adalah arus dalam keadaan-mantap di Rangkaian
𝑅2 + 𝑆2 𝑅2 + 𝑆2
Arus Searah.
E0 S E R
𝐼𝑃 = − cos 𝜔𝑡 + 𝑅2 0+ 𝑆 2 sin 𝜔𝑡 , (1)
𝑅2 + 𝑆 2
E0 S
E0 R 2 2
𝐼𝑃 = [ 𝑅E0+R𝑆 (− cos 𝜔𝑡) + sin 𝜔𝑡]
𝑅2 + 𝑆 2
𝑅 2 + 𝑆2

E0 R 𝑆
𝐼𝑃 = [𝑅 (− cos 𝜔𝑡) + sin 𝜔𝑡] , (2)
𝑅2 + 𝑆 2
𝑆
Ambil 𝑅 = 𝑡𝑔𝜃 (3)

9
Substitusi (3) pada (2):
E0 R
𝐼𝑃 = [𝑡𝑔𝜃 . (− cos 𝜔𝑡) + sin 𝜔𝑡] ,
𝑅2 + 𝑆 2
E0 R sin 𝜃
𝐼𝑃 = [cos 𝜃 . (− cos 𝜔𝑡) + sin 𝜔𝑡] ,
𝑅2 + 𝑆 2
E0 R − cos 𝜔𝑡 sin 𝜃 +sin 𝜔𝑡 cos 𝜃
𝐼𝑃 = [ ],
𝑅2 + 𝑆 2 cos 𝜃
E0 R 1
𝐼𝑃 = . cos 𝜃 . [sin 𝜔𝑡 cos 𝜃 − cos 𝜔𝑡 sin 𝜃] ,
𝑅2 + 𝑆 2
E0 R
𝐼𝑃 = . sec 𝜃 . sin(𝜔𝑡 − 𝜃) , (4)
𝑅2 + 𝑆 2

Dimana 𝑠𝑒𝑐 2 𝜃 = 1 + 𝑡𝑔2 𝜃 ,


𝑆
𝑠𝑒𝑐 2𝜃 = 1 + (𝑅)2 ,

𝑆2
𝑠𝑒𝑐 2𝜃 = 1 + 𝑅2 ,

𝑅2 + 𝑆 2
𝑠𝑒𝑐 2𝜃 = ,
𝑅2

𝑅2 + 𝑆 2 √𝑅2 + 𝑆 2
𝑠𝑒𝑐 2𝜃 = √ = . (5)
𝑅2 𝑅

Substitusi (5) pada (4) :


E0 R √𝑅2 + 𝑆 2
𝐼𝑃 = . . sin(𝜔𝑡 − 𝜃) ,
𝑅2 + 𝑆 2 𝑅

E0 R √𝑅2 + 𝑆 2
𝐼𝑃 = . . sin(𝜔𝑡 − 𝜃) ,
(√𝑅2 + 𝑆 2 )2 𝑅

E0
𝐼𝑃 = . sin(𝜔𝑡 − 𝜃) , (6)
√𝑅 + 𝑆 2
2

E0
Dimana = 𝐼0 ,
√𝑅2 + 𝑆 2

Sehingga (5) menjadi: 𝐼𝑃 = 𝐼0 . sin(𝜔𝑡 − 𝜃) merupakan arus keadaan-mantap di


Rangkaian Arus Searah.

10
2.4.2 Contoh aplikasi pada Rangkaian Arus Searah

Tentukan arus keadaan-mantap di Rangkaian Arus Searah, apabila R = 50


Ohm, L=25 Henry, C = 0,01 Farad, E = 500 Volt, dan 𝜔 = 3 !

Penyesuaian dengan PD Orde-2 non homogen


PD arus adalah :
𝑑2 1 𝑑𝑙 1
L + R 𝑑𝑡 + 𝐶 1 = E0 𝝎 cos 𝜔𝑡,
𝑑𝑡 2

𝑑2 1 𝑑𝑙 1
25 + 50 + 0,01 = ( 500)(3) cos 3t
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡

𝑑2 1 𝑑𝑙
25 + 50 +100 1 = 1500 cos 3t
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡

𝑑2 1 𝑑𝑙
+2 + 41 = 60 cos 3t ( PD linier orde 2 non homogen)
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡

D2 I+ 2 DI + 4I = 60 COS 3T.
(D2 +2D +4 ) I = 60 COS 3T, dimana D2= -(3)2 = -9

Solusi Khusus (Partikulir) PD:


60 𝐶𝑂𝑆 3𝑇
𝐼𝑃 = 𝐷2 +2𝐷+4
60 𝐶𝑂𝑆 3𝑇
𝐼𝑃 = −9+2𝐷+4
60 𝐶𝑂𝑆 3𝑇 2𝐷+5
𝐼𝑃 = .
2𝐷−5 2𝐷+5

2𝐷 (60𝐶𝑂𝑆 3𝑡)+5(60 cos 3𝑡)


𝐼𝑃 = 2𝐷2 −(5)2

120(− sin 3𝑡)+5(60 cos 3𝑡)


𝐼𝑃 = ,
(4𝐷)2 −25

−360 sin 3𝑡+300 cos 3𝑡


𝐼𝑃 = 4(−9)−25

300 cos 3𝑡−360 sin 3𝑡


𝐼𝑃 = −36−25

−300 cos 3𝑡+360 sin 3𝑡 (−1)


𝐼𝑃 = . (−1)
−61

−300 cos 3𝑡+360 sin 3𝑡


𝐼𝑃 = 61
60 5
𝐼𝑃 = 61 . 6 [ 6 (− cos 3𝑡) + sin 3𝑡]

11
360 5
𝐼𝑃 = [ (− cos 3𝑡) + sin 3𝑡]
61 6
5
Ambil 6 = tg 𝜃
360
Maka 𝐼𝑃 = [𝑡𝑔 𝜃 . (− cos 3𝑡) + sin 3𝑡 ]
61

360 sin 𝜃
𝐼𝑃 = [ . (cos 3𝑡 ) + sin 3𝑡]
61 cos 𝜃

360 − cos 3𝑡 .sin 𝜃+𝑠𝑖𝑛 3𝑡.𝑐𝑜𝑠 𝜃


𝐼𝑃 = [ ]
61 cos 𝜃
360
𝐼𝑃 = . sec 𝜃 . sin ( 3t- 𝜃).
61

Dimana sec2 𝜃 = 1+ tg2 𝜃


1
sec2 𝜃 = 1 + ( 5)2
25
sec2 𝜃 = 1 +36
61
sec2 𝜃 = 36

61 61
sec2 𝜃 = √36 = √ 6

Substitusi pada (9) pada (8) :

360 61
𝐼𝑃 = . √ 6 . sin (3t- 𝜃 )
61

60 61
𝐼𝑃 = . 6
. sin (3t- 𝜃)
(√61)2

60
𝐼𝑃 = . Sin (3t- 𝜃) merupakan arus keadaan mantap di rangkaian arus searah.
√61

2.5.3 Penyelesaian dengan cara yang lebih singkat menggunakan rumus

Tentukan arus keadaan-mantap di Rangkaian Arus Searah, apabila R= 50


Ohm, L=25 H enry, C= 0,01 Farad, E = 500 Volt dan dan 𝜔 = 3 !

Solusi :
𝟏
S = 𝝎 𝑳 - 𝝎𝑪 .
1
S = 3(25) - 3(0,01) .

12
100 225−100 125
S = 75 - = =
3 3 3
𝐸0
𝐼0 =
√𝑅 2 + 𝑆 2

500 500 500


𝐼0 = 2
= 15625
= 22500+15625
√50 2 + 125 √2500+ √
3 9 9

500 500 1500


𝐼0 = = 25√61
= 25

38125 √61
9 3

Arus keadaan mantap di Rangkaian arus searah :


5
𝐼𝑃 = 𝐼 0 . sin(𝝎𝒕- 𝜃) dimana 𝑡𝑔 𝜃 = 6.
60
𝐼𝑃 = sin ( 3t 𝜃).
√61

Dengan program Maple dapat diperoleh hasilnya dalam waktu yang singkat.
𝑑2 𝐼 𝑑𝐼
+2 + 41 = 60 cos 3t (PD orde-2 non homogen),
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡

 Restart :
 ode (1) : = diff ( y (t),t),t)= -2* diff ( y(t),t)-4*y(t)+60*cos (3*t);
𝑑1 𝑑1
Orde1 : 𝑑2 y (t) = -2 [ 𝑑2 𝑦(𝑡)]-4 y(t) + 60 cos(3 t)

 Ans (1) : = dsolve (ode(1);


360 360
Ans1 : = y(t) = e(-1) sin (√3 t ) _ C2+e(-1) cos (√3 t )_C1 + 61 sin (3 t) - 61 cos (3 t)

Dimana :
Solusi umum PD Linier orde 2 Homogen :

Ih = C2e-1 sin (√3. t ) + C2e-1 cos (√3. t )

Solusi khusus (Partikulir) PD :

360 360
I p = sin 3t - cos 3t (arus keadaan-mantap di Rangkaian Arus Searah yang
61 61

jawabannya sama dengan persamaan (7)

13
2.5 Aplikasi Persamaan Differensial Biasa Orde 2 Homogen Pada Masalah Konsentrasi
Zat Gula Dalam Produk Sirup
2.5.1 Contoh Aplikasi
Sebuah bejana berisi 50 liter air garam yang mengandung 1 kilogram garam.
Air garam yang mengandung 2 kilogram garam tiap liter mengalir ke dalam
bejana dengan laju 5 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . Larutan dalam bejana diaduk agar homogeny

dan larutan ini dialurkan keluar bejana dengan laju 3𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . Berapa jumlah
garam didalam bejana dalam setiap waktu?

Penyelesaian:

Untuk memperoleh model persamaan differensial pada masalah ini, sebagai langkah
awal adalah mengidentifikasi semua besaran yang terlibat dalam masalah konsentrasi,
memberi lambang pada semua besaran yang terlibat, dan menentukan satuan untuk semua
besaran. Sebagai peubah bebas adalah waktu t dan peubah tak bebas adalah jumlah garam
dalam bejana pada setiap saat, misalkan x.

Laju perubahan rata-rata jumlah garam didalam bejana dalam sedang waktu ∆𝑡 adalah
𝑥(𝑡+∆𝑡)−𝑥(𝑡)
∆𝑡

𝑑𝑥
Laju perubahan jumlah garam didalam bejana pada setiap saat adalah =
𝑑𝑡
𝑥(𝑡+∆𝑡)−𝑥(𝑡) 𝑑𝑥
lim ↔ = laju jumlah garam masuk – laju jumlah garam keluar.
𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡

𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚


Laju jumlah garam masuk = 2 𝑥5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 10
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Volume dalam bejana setiap saat =50 + (5 − 3)𝑡 = 50 + 2𝑡

𝑥 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚
Konsentrasi garam dalam bejana =50+2𝑡 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

𝑥 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
Laju jumlah garam keluar=50+2𝑡 𝑥3 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

3𝑥 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚
= 50+2𝑡 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

𝑑𝑥 3𝑥
Jadi 𝑑𝑡 = 10 − 50+2𝑡

14
𝑑𝑥 500 + 20𝑡 − 3𝑥
↔ = , 𝑥 (0) = 10 (2.9)
𝑑𝑡 50 + 2𝑡

Persamaan (2.9) dapat diselesaikan dengan mendefinisikan variabel baru 𝑢 = 500 + 20𝑡 −
1 1
3𝑥, 𝑣 = 50 + 2𝑡, 𝑑𝑥 = 3 (10𝑑𝑣 − 𝑑𝑢), 𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑡 = 2 𝑑𝑣 serta mensubstisukannya ke

persamaan differensial (2.9).

𝑢 10𝑣 𝑣
Diperoleh [2 − ] 𝑑𝑣 + 𝑑𝑢 = 0 (2.10)
3 3

𝑢
Substitusikan 𝑟 = 𝑣 𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑢 = 𝑟 𝑑𝑣 + 𝑣 𝑑𝑟 kedalam persamaan differensial (2.10) sehingga
𝑑𝑣 𝑑𝑟
diperoleh persamaan differensial peubah terpisah + 5𝑟−20 = 0. Dengan mengintegralkan
2𝑣
𝑑𝑣 𝑑𝑟
masing-masing ruas maka ∫ +∫ =lnC
2𝑣 5𝑟−20

→ ln 2𝑣 + ln 5𝑟 = 𝑙𝑛𝐶 (2.11)

Substitusi kembali nilai v dan r dalam x dan t kedalam persamaan (2.11)


𝑐
Menghasilkan 𝑥 = 3 + 4𝑡 + 100 (2.12)
(50+2𝑡)2

Dengan mensubstitusikan syarat awal 𝑥 (0) = 0 didapat 𝐶 = −22500√2, dan dengan


mensubstitusikan nilai 𝐶 = −22500√2 kedalam persamaan (2,12) jadi jumlah garam dalam
22500√2
bejana pada setiap saat adalah 𝑥 = 4𝑡 + 100 3 . Jadi jumlah garam didalam bejana
(50+2𝑡)2

makin banyak jika volume bejana diketahui, dapat diketahui pula jumlah garam didalam
bejana pada saat bejana penuh berisi air. (Santosa, 1997:61-63).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persamaan diferensial biasa adalah persamaan diferensial yang melibatkan hanya


satu variabel bebas. Sedangkan persamaan diferensial parsial adalah persamaan diferensial
yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas.

𝑑2 1 𝑑1 1
Penerapan PD Linier orde-2 pada Rangkaian Arus Searah dari L + R 𝑑2 + 𝐶 I = E0 𝝎
𝑑𝑡 2

cos 𝝎𝒕 menghasilkan Solusi arus dalam keadaan-mantap di Rangkaian Arus Searah:

𝐸0 𝑠
𝐼𝑃 = 𝐼 0 . sin(𝝎𝒕- 𝜃) dimana 𝐼 0 = dan 𝜃 = arc tg . Penyelesaian masalah rangkaian
√𝑅 2 + 𝑆 2 𝑅

arus searah dapat menggunakan PD Linier orde 2 Non-Homogen atau penyelesaiannya


menggunakan rumus jauh lebih cepat menggunakan Maple.

Pada model persamaan differensial biasa orde 2 pada Masalah Konsentrasi Zat Gula
𝑑𝑣 𝑑𝑟
Dalam Produk Sirup + 5𝑟−20 = 0. Dengan mengintegralkan masing-masing ruas maka
2𝑣
𝑑𝑣 𝑑𝑟
∫ 2𝑣 + ∫ 5𝑟−20=lnC

→ ln 2𝑣 + ln 5𝑟 = 𝑙𝑛𝐶

22500√2
Jadi jumlah garam dalam bejana pada setiap saat adalah 𝑥 = 4𝑡 + 100 3 . Jadi jumlah
(50+2𝑡)2

garam didalam bejana makin banyak jika volume bejana diketahui, dapat diketahui pula
jumlah garam didalam bejana pada saat bejana penuh berisi air. (Santosa, 1997:61-63).

3.2 Saran

Makalah ini kami sadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami sebagai penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing mata kuliah Persamaan Differensial Biasa yang sudah memberi kami
kesempatan untuk dapat menuliskan makalah Aplikasi Persamaan Differensial Biasa Orde 2
Homogen dan Tak Homogen.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fauziyah, Siti Lita.2009.”Aplikasi Persamaan Differensial Pada Masalah Konsentrasi Zat


Gula Dalam Produksi Sirup”, Skripsi. Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Matematika, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Gazali, Wikaria.”Aplikasi Persamaan Differensial Linier Orde-2 Pada Rangkaian Arus


Searah”, Artikel.

Lestari, Isnawati Lujeng.2020.”Persamaan Differensial Biasa Orde-2”, Modul.


Matematika, Institut Teknologi Dan Sains Nahdatul Ulama’.

17

Anda mungkin juga menyukai