Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Terdapat hubungan yang berbanding lurus antara persaingan global dan

sumber daya manusia. Artinya, semakin kompleks dan ketatnya persaingan global akan menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusianya pula.

Bermunculannya teknologi dan inovasi teknologi sebagai bukti bahwa negaranegara sedang bersaing secara global. Tentunya inovasi tersebut berawal dari pendidikan yang baik. Lihatlah fakta bahwa semua negara maju dapat berkembang pesat karena mereka sangat sadar akan kepedulian terhadap kualitas pendidikan. Oleh karena itu, rasanya kita semua sepakat jika menempatkan pendidikan sebagai faktor penentu tingkat kualitas sumber daya manusia. Pendidikan matematika sebagai ilmu dasar diajarkan pada setiap jenjang pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga, pendidikan matematika sangat perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan pendidikan. Hasil pengamatan pun tidak luput dari kesesuaian bahwa matematika itu merupakan pelajaran yang kurang disenangi oleh banyak orang. Banyak siswa yang cenderung menghindar dari pelajaran matematika. Sikap menghindar dari sesuatu yang dalam hal ini adalah pelajaran matematika merupakan salah satu ciri perilaku siswa yang mengalami kecemasan terhadap pelajaran matematika.

Menurut Sieber et al (dalam Sudrajat, 2008), kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (psikosomatik), seperti : gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, sakit kepala, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan. Faktor eksternal yang dalam hal ini sikap guru di kelas, juga perlu menjadi catatan penting yang harus dikoreksi untuk segera dilakukan perbaikan. Banyak tuntutan, sulit dan padatnya materi pelajaran matematika membuat siswa sangat terbebani dan sering menghindari pelajaran ini. Padahal jika kita mengkaji lebih lanjut, pendidikan matematika dapat menentukan karakter bangsa kita, dengan matematika, kita belajar percaya diri, dengan matematika kita belajar bertanggungjawab, dan dengan matematika pula kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang lain. Mengingat dampak negatif di atas, prestasi belajar, kesehatan fisik atau mental siswa, maka perlu dirancang program pengalaman belajar yang tepat agar siswa aktif, gesit, bersemangat, penuh gairah, enjoy, nyaman, dan tidak merasa tertekan ketika belajar matematika sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Tingkat Kecemasan Matematika Siswa.

B.

Rumusan Masalah Penelitian ini akan melihat dan menganalisis tingkat kecemasan

matematika siswa. Penemuan akan dipandu dengan mengikuti pertanyaan berikut ini sebagai rumusan masalah penelitian : 1. 2. 3. C. Apa saja tingkat kecemasan matematika siswa? Bagaimana tingkat kecemasan matematika siswa? Faktor apa saja yang mengakibatkan kecemasan matematika pada siswa? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. 2. 3. D. Untuk menentukan tingkat kecemasan matematika siswa. Untuk menganalisis tingkat kecemasan matematika siswa. Untuk mencari faktor penyebab kecemasan matematis pada diri siswa. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan ini diharapkan : 1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat mengukur tingkat kecemasan matematisnya. 2. Bagi guru, penelitian ini sebagai refleksi dalam pengajaran di kelas, agar terlihat tingkat kecemasan siswa yang sesungguhnya terhadap matematika. 3. Bagi sekolah, penelitian ini sebagai bahan masukan dalam rangka memperbaiki proses dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah terutama pada pelajaran matematika. 4. Bagi peneliti, penelitian sebagai landasan berpijak untuk melihat sisi psikologis siswa terhadap matematika di ruang lingkup yang lebih luas,

memberikan gambaran dan informasi tentang faktor penyebab timbulnya hubungan antara kecemasan matematika siswa, serta sebagai tagihan dalam mata perkuliahan metode penelitian kualitatif. E. Definisi Operasional Dalam usulan penelitian ini, akan ditemukan beberapa istilah yang terkait dengan penelitian, untuk menghindari perbedaan makna, maka peneliti akan menguraikan makna yang dimaksud dalam usulan ini, di antara istilahnya adalah : 1. Analisis Kajian secara mendalam terhadap kenyataan yang ditemukan di dalam kelas yang akan menjadi tanggungjawab peneliti. 2. Kecemasan terhadap matematika Kecemasan matematika merupakan kegagalan saraf dalam menghadapi dan melakukan perhitungan atau analisis masalah yang melibatkan angka, geometri, atau konsep matematika (Tobias dalam Posamentier dkk, 2010).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Kecemasan Matematika Siswa Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang

berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan (Sudrajat, 2008). Di sekolah, banyak faktor-faktor pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa. Target kurikulum yang terlalu tinggi, iklim pembelajaran yang tidak kondusif, pemberian tugas yang sangat padat, serta sistem penilaian ketat dan kurang adil dapat menjadi faktor penyebab timbulnya kecemasan yang bersumber dari faktor kurikulum. Menurut Gymnastiar (2006), rasa cemas juga bisa muncul karena beragam masalah yang terjadi di masyarakat kita. Interaksi kita dengan orang lain pun berpotensi untuk membuat kita stess, takut, cemas, was-was, dan khawatir. Guru merupakan salah satu teman interaksi siswa di kelas, sehingga kecemasan siswa pun banyak dipengaruhi oleh guru. Guru yang kurang bersahabat, galak, judes dan kurang kompeten merupakan sumber penyebab timbulnya kecemasan pada diri siswa. Penerapan disiplin sekolah yang ketat dan lebih mengedepankan hukuman, iklim sekolah yang kurang nyaman, serta sarana dan prasarana belajar yang sangat terbatas juga merupakan faktor-faktor pemicu

terbentuknya kecemasan pada siswa yang bersumber dari faktor manajemen sekolah. Wahyudin (2010) berpendapat bahwa matematika biasanya diajarkan sebagai suatu mata pelajaran benar atau salah, dan memperoleh jawaban yang benar sangatlah penting. Hal ini menjadi jurang pemisah antara siswa yang benar dan siswa yang salah dalam penyelesaian permasalahan matematika. Sehingga, lagi-lagi ketidak beruntungan berpihak kepada siswa yang salah dalam pengerjaan soal. Wahyudin (2010) menyarankan untuk siswa yang jawaban-jawaban soal matematikanya tidak benar, hendaknya ditangani secara positif untuk mendorong partisipasi dan konfidensi mereka. Guru perlu mengenali beberapa ciri-ciri, gejala, dan indikator kecemasan matematika pada siswa. Sebagai contoh, siswa mengalami ketidakmampuan dan kecemasan terhadap memecahkan masalah soal. Selain itu, siswa dapat membeku selama kuis atau tes. Pendapat bahwa jawaban salah dianggap sebagai jawaban yang "buruk" dan jawaban yang benar dianggap sebagai jawaban yang "baik" harus dirubah, guru sebaiknya lebih mengutamakan proses daripada hasil. Dengan dorongan dari guru, memelihara interaksi yang baik, dan menjadikan kelas matematika bukan momok yang harus dihindari, kecemasan siswa terhadap pelajaran matematika siswa dapat dibantu untuk akhirnya siswa dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Siswa yang memiliki kecemasan yang tinggi terhadap matematika juga memiliki sikap negatif terhadap keberhasilan potensi matematikanya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. A. Sampel Sumber Data Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-9 SMP Negeri 21 Pekanbaru, Riau yang terpilih secara purposive sampling. Salah satu tujuan pemilihan sampel secara purposif menurut Maxwell dalam Alwasilah (2008) adalah karena kekhasan atau kerepresentatifan dari latar, individu, atau kegiatan. Dalam penelitian ini, Kelas VIII-9 SMP Negeri 21 Pekanbaru terpilih karena peneliti pernah melaksanakan program pengajaran lapangan (PPL) dan penelitian untuk melengkapi data Skripsi. Di sekolah ini, terdapat banyak siswa yang selalu menghindar dari pelajaran matematika seperti tidak betah berada di ruangan kelas dan selalu berusaha mencari-cari alasan untuk tidak masuk kelas ketika mata pelajaran matematika sedang berlangsung. B. a. Instrumen Penelitian

Instumen Pengumpul Data 1) Lembar observasi Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data aktifitas siswa di kelas. Data aktifitas siswa selama proses pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi terfokus. Lembar observasi terfokus ini berupa hasil pengamatan dan kritik/saran tentang jalannya pembelajaran yang sedang

berlangsung

sehingga

dapat

diketahui

aspek-aspek

apa

yang

harus

diperbaiki/ditingkatkan. 2) Skala sikap Digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan yang berkenaan dengan pendekatan pembelajaran, aktivitas, dan sarana pembelajaran yang digunakan. Skala sikap disini akan difokuskan kepada mengukur kecemasan siswa terhadap matematika. Skala sikap kecemasan yang digunakan adalah dari Mathematics Anxiety Rating Scale (MARS) dengan menggunakan teknik skala likert yang bersumber dari Sugiyono (2010). 3) Transkripsi Interviu Transkripsi interviu ini diperlukan untuk menjadi pedoman peneliti untuk mengajukan pertanyaan kepada subjek penelitian. Interviu tentunya berkaitan dengan hal-hal yang akan menjadi sorotan penelitian kali ini, yaitu bagaimana perasaan siswa terhadap matematika. C. 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik Survei Alwasilah (2008) mengemukakan bahwa survei atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang mendeskripsikan karakteristik atau ciri-ciri kelompok, kejadian, atau fenomena. Survei pada penelitian ini dilakukan secara anonim, agar subjek yang jumlahnya besar seperti siswa kelas VIII-9 SMP Negeri 21 Pekanbaru yang berjumlah 45 siswa dapat lebih bebas untuk curhat (curahan hati) dan mengeluarkan uneg-uneg tentang sesuatu yang sifatnya sensitive dengan jujur, tanpa tekanan siapa pun.

2.

Teknik Observasi Teknik ini memungkinkan peneliti menarik inferensi (kesimpulan) tentang

makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati. Melalui observasi ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan, dan sudut pandang responden yang mungkin tidak didapat melalui teknik lainnya. Peneliti dapat melihat langsung kejadian di lapangan, seperti; ekspresi siswa ketika belajar matematika, diskusi kecil diantara mereka, perasaan mereka ketika mendapat pujian dari guru, perasaan mereka ketika guru mengomentari pekerjaannya, perasaan mereka ketika guru meminta salah satu dari mereka untuk ke depan kelas mengerjakan permasalahan matematika, dan lain sebagainya. 3. Teknik Interviu Interviu digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak tergali dari teknik observasi, seperti misalnya, seperti apa gaya belajar mereka di rumah, apa pandangan mereka terhadap matematika, dan lain sebagainya. 4. Dokumen Dokumen adalah barang bukti diperlukan oleh peneliti sebagai bukti pendukung. Diantara jenis dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biodata atau otobiografi siswa, foto dan video kegiatan penelitian, dan lain sebagainya. D. 1. Teknik Analisis Data Menulis Memo Hasil observasi dan interviu harus segera dibaca dan sewaktu membacanya, peneliti dapat menuliskannya pada sebuah memo pada sebuah

10

catatan khusus. Dengan menulis memo peneliti dapat mengembangkan pikiran, dan sewaktu menuliskannya gagasan dapat muncul dalam bentuk apa saja. Dengan menulis memo pula, peneliti dapat dengan bebas menulis gagasan dan perspektif baru. 2. Koding Sewaktu menganalisis transkipsi interviu atau catatan observasi, perlu memberi kode secara konsisten untuk fenomena yang sama. Hal ini akan memudahkan peneliti untuk mengidentifikasi fenomena, penghitungan frekuensi kemunculan fenomena, frekuensi kemunculan kode menunjukkan kecenderungan temuan, dan membantu peneliti menyusun kategori dan subkategori. 3. Kategorisasi Setelah pengkodean temuan penelitian (koding), selanjutnya diteruskan dengan kategorisasi temuan. Koding merupakan strategi jitu untuk mencapai tahap kategorisasi ini. Yang perlu dijadikan pegangan dalam kategori ini adalah bahwa koding itu berlandaskan pada data lapangan, yakni melalui interaksi dan dibangun untuk memahami data yang sedang dianalisis. 4. Pajangan (Display) Display termasuk strategi analitis dalam mengolah dan menginterpretasi data kualitatif yang dapat disajikan dalam bentuk matriks atau tabel, jejaring atau peta konsep, flowchart, diagram, dan berbagai bentuk representasi visual lainnya. Melalui display ini, gagasan dan interpretasi peneliti menjadi lebih jelas terbaca. Teknik analisis data ini, berfungsi pula untuk mereduksi data yang kompleks menjadi tampak sederhana, menyimpulkan interpretasi peneliti terhadap data, serta menyajikan data sehingga tampil secara menyeluruh.

11

5.

Arsip Analitis Arsip analitis merujuk pada proses pengarsipan data secara analitis

sewaktu peneliti mengumpulkan data. Pengarsipan data secara analitis memudahkan peneliti dalam menelusuri informasi dan pikiran. Analitis data

dalam penelitian kualitatif ini melibatkan proses pengenalan dan pemisahan pendapat sendiri dan pendapat orang lain dan menata ulang data sesuai dengan makin canggihnya penafsiran terhadap data. E. Rencana Pengujian Keabsahan Data 1. Triangulasi Data Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini, observasi, survei, dan interviu dilakukan untuk menjamin kredibilitas. Observasi dilakukan untuk merekam perilaku akademis responden, dan interviu dilakukan untuk mengetahui opini, persepsi, penilaian, intuisi, dan ingatan mereka tentang pengalamannya, sedangkan survei yang didasari oleh informasi-informasi yang muncul di lapangan. 2. Feedback Meminta masukan, saran, kritik, dan komentar dari orang lain sangat dianjurkan untuk mengidentifikasi ancaman terhadap validitas, bias, dan asumsi peneliti, serta kelemahan-kelemahan logika penelitian yang sedang dilakukan.

12

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.Chaedar. 2008. Pokoknya Kualitatif : Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. ________., 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan, Depdiknas, Jakarta. Gymnastiar, Abdullah. 2006. Mengatasi Kecemasan. Bandung : Khas MQ. Nasution, S. (1984). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bina Aksara. NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. USA : NCTM Posamentier, dkk. 2010. Math Anxiety. http://www.education.com/reference/article/math-anxiety/. (21 Desember 2010) Sudrajat, Akhmad. 2008. Upaya Mencegah Kecemasan Siswa di Sekolah. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/01/upaya-mencegahkecemasan-siswa-di-sekolah/. (21 Desember 2010) Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : FPMIPA UPI. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika. Makalah pada Pelatihan Nasional Training of Trainer bagi Guru Bahasa Indonesia dan Matematika SLTP. Bandung Turmudi. 2008. Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Bandung : Leuser Cita Pustaka. Wahyudin. 2010. Monograf : Kecemasan Matematika. Bandung : Program Studi Pendidikan Matematika, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Komtemporer : Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara.

13

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA SISWA

Diajukan untuk mememenuhi tugas individu dalam matakuliah Metode Penelitian Kualitatif

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Wahyudin, M.Pd Prof. Dr. Nanang Priatna, M.Pd

OLEH: SINDI AMELIA NIM. 1007335

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2011

14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan usulan penelitian ini. Penulisan usulan penelitian ini diajukan sebagai salah satu tugas individu mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif. Dalam menyelesaikan usulan penelitian ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang terkait, terkhusus Bapak Prof. Dr. Wahyudin, M.Pd dan Prof. Dr. Nanang Priatna, M.Pd sebagai dosen perkuliahan ini, serta teman-teman pascasarjana S2 Pendidikan Matematika UPI tempat berbagi ilmu dan berguru. Penulis sudah seoptimal mungkin dalam penulisan usulan penelitian ini. Jika pembaca menemukan kelemahan dan kesalahan dalam penulisan, maka penulis menerima kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Bandung, 05 Juni 2011

Sindi Amelia

ii

15

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................................................... .................................................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................................... .................................................................................................................... iii ABSTRAK .................................................................................................................... .................................................................................................................... iv BAB I. PENDAHULUAN A....................................................................................................... Latar Belakang 1 B....................................................................................................... Rumusan Masalah 3 C....................................................................................................... Tujuan Penelitian 3 D....................................................................................................... Manfaat Penelitian 3 E....................................................................................................... Definisi 4 BAB II. KAJIAN PUSTAKA Operasional

16

A....................................................................................................... Kecemasan Matematika Siswa 5 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A....................................................................................................... Sampel Sumber Data 7 B....................................................................................................... Instrumen Penelitian 7 C....................................................................................................... Teknik Pengumpulan Data 8 D....................................................................................................... Teknik Analisis Data 9 E....................................................................................................... Rencana 11 DAFTAR PUSTAKA Pengujian Keabsahan Data

iii

17

ABSTRAK A lot of a pursuit, difficult, and dense of subject of mathematics, makes student is very burdened and often avoid to this subject. Affect of this aviod is reason of student mathematics anxiety. Participant of this research is student class VIII-9 SMP Negeri 21 Pekanbaru. This research will see and analyse level of subject mathematics anxiety that use Mathematics Anxiety Rating Scale (MARS) which use technique likert scale which is sourced by Sugiyono (2010). Keyword : Level Mathematics Anxiety, Mathematics Anxiety Rating Scale (MARS)

iv

Anda mungkin juga menyukai