KELOMPOK 4:
ENGGAR PRASETYO
SRI NURAINI
YUDA MAULANA
UNIVERSITAS TERBUKA
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw.dan semoga kita akan selalu mendapat
syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Matematika di SD yang berjudul
PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR PADA BILANGAN BULAT, SISTEM
BILANGAN ROMAWI, KELIPATAN DAN FAKTOR BILANGAN
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini tidak mungkin
terlaksana dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Dosen mata kuliah Matematika SD yang telah membimbing dan mengarahkan kami dengan
sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini,
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2
MODUL 4...................................................................................................................................2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang di pelajari dari jenjang
pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah bahkan perguruan tinggi.
Pada pembelajaran matematika, ada beberapa macam bidang pelajaran yang dapat
kita ketahui, salah satunya penarikan akar. Pada bab ini menjelaskan pengertian
tentang penarikan akar yang mungkin bahannya ini sudah pernah anda pelajari.
Didalam makalah ini akan tampak bahwa konsep penarikan akar sering kali di
gunakan. Dengan demikian pengalaman terhadap materi ini bukan lah pekerjaan yang
sia-sia. Di harapkan mampu untuk memahami pengertian pangkat dan akar
KPK dan FPB merupakan salah satu materi penting yang wajib di kuasai siswa di
jenjang SD yang di belajarkan sejak kelas 4 SD. Namun, sering kali siswa masih
kesulitan memecahka soal KPK dan FPB. Hal ini karena beberapa faktor yakni
penguasaan yang kurang maksimal dan metode mengajar guru yang kurang bervariasi
dalam menyampaikan materi. Sehingga siswa merasa bahwa materi KPK dan FPB
sangat sulit di pahami di awal-awal. Berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan,
maka guru perlu melakukan inovasi dalam pembelajaran KPK dan FPB.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan definisi perpangkatan dan penarikan akar?
2. Apa saja sifat-sifat perpangkatan?
3. Apa yang dimaksud bilangan romawi dan apa saja lambang-lambangnya?
4. Menjelaskan definisi bilangan ganjil dan genap?
5. Apa pengertian bilangan prima?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Agar anak mengerti apa itu perpangkatan dan penarikan akar
2. Agar anak dapat mengetahui sifat-sifat perpangkatan
3. Agar anak mengetahui apa itu bilangan romawi dan mengetahui lambangnya
4. Agar anak mengetahui apa itu bilangan ganjil dan genap
5. Agar anak dapat mengetahui apa itu bilangan prima
1
BAB II
PEMBAHASAN
MODUL 4
KEGIATAN BELAJAR 1
2
3
b. Sifat pembagian bilangan berpangkat
35:33 = (3x3x3x3x3):(3x3x3)
= (3x3)(3x3x3):((3x3x3)
= (3x3) x 1
= 32
c. Sifat distributif perpangkatan terhadap perkalian
(axb)c = ac x bc
d. Sifat distributif perpangkatan terhadap pembagian
(a:b)c = ac : bc
e. Sifat perkalian eksponen-eksponen
Sekarang kita perhatikan bentuk seperti (52)3 yang dapat kita tulis secara
lengkap seperti berikut:
(52)3 = (52) x (52) x (52) = 52+2+2 = 53x2 = 56
f. Sifat eksponen negatif
Dalam rumus di atas (sifat b) am : an = am-n, kita asumsikan bahwa m > n.
Jika rumus ini di berlakukan pula untuk m < n maka kita peroleh sebuah
bilangan berpangkat dengan eksponen negatif, seperti berikut:
a4 : a7 = a4-7 = a3
g. Sifat bilangan nol dalam perpangkatan
1) 0a = 0
Berdasarkan definisi perpangkatan, 0a = 0 x 0 x 0 x...x 0
Sebanyak a faktor
Karena hasil perkalian berulang 0 dengan 0 adalah 0 maka 0a = 0
2) a0 dan a1
bentuk a0 seharusnya hanya memiliki 0 faktor, dam a1 memiliki satu
faktor.
ab : ac+ = ab-c. Maka di peroleh
73 : 73 = 73-3 = 70
ab : ab = ab-b = a0=
3) 00
Kita telah mengenal sifat, ab : ac = ab-c. Selanjutnya kita ambil a = 0 dan
b = c, dengan b ≠ 0, c ≠ 0 sehingga di dapatkan:
0b : 0b = 0b-b = 00
4
Karena 0 : 0 tidak di definisikan (pembagian dengan nol tidak
terdefinisi), maka 00 tidak di definisikan.
3. Penarikan Akar
Proses pemfaktoran sebuah bilangan menjadi 2 faktor, 3 faktor, atau
lebih faktor-faktor yang sama meliputi pembagian pangkatnya oleh 2, oleh 3,
dan seterusnya, misalnya
√3 9 = √ 9 = √ 3 ×3 = √ 32 = 32:2 = 3
5
B. PENERAPAN BILANGAN BULAT DALAM MASALAH SEHARI-HARI
Secara garis besarnya kegiatan pembelajarannya dapat di urutkan ke dalam
empat kegiatan pokok berturut-turut, yaitu:
1. Mengerti persoalan
2. Merencanakan penyelesaian
3. Melaksanakan penyelesaian
4. Memeriksa kembali
Contoh alternatif soal-soal cerita:
Banyak murid di SD negeri I ada 251 orang dan di SD negeri II ada sebanyak
198 orang. Berapakah jumlah murid semua?
251
Penyelesaiannya: 198 +
449
Jadi, ada sebanyak 449 orang murid.
KEGIATAN BELAJAR 2
A. MENGENAL BILANGAN ROMAWI
Bilangan romawi adalah sistem penomoran yang berasal dari romawi kuno
yang menggunakan huruf latin untuk melambangkan penomoran angkanaya. Pada
sistem lambang bilangan romawi atau angka romawi di gunakan lambang-
lambang atau simbol-simbol pokok seperti berikut:
Lambang-lambang pokok (simbol-simbol dasar) angka romawi
I =1 V=5
X = 10 L = 50
C = 100 D = 500
M = 1000 - = kalikan 1000
a. Sistem romawi ini merupakan sistem penjumlahan dan sistem perkalian.
Contoh:
1) X V I I
10 + 5 + 1 + 1 = 17
6
2) M C C X V
7
Penggunaan angka romawi ini masih tampak pula kita jumpai pada
berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah,
masyarakat maupun pemerintah.
MODUL 5
KEGIATAN BELAJAR 1
Contoh : 3, 5, 7, 9, ... adalah bilangan ganjil sebab tidak habis dibagi dua.
a. Pembelajaran
Contohnya : 7 + 7 = 14
25 + 5 = 30
6+2=8
Contohnya : 3 x 3 = 9
3 x 5 = 15
5 x 7 = 35
8
2. Kelipatan Bilangan
Kelipatan dari suatu bilangan adalah sangat banyak dan tidak terbatas.
Suatu bilangan juga merupakan kelipatan dari bilangan itu sendiri , misalnya:
B. FAKTOR BILANGAN
Ciri-ciri bilangan asli yang habis dibagi oleh bilangan asli tertentu, yaitu 2, 3, 4, 5, dan 6
1. Suatu bilangan asli habis dibagi 2, jika angka akhir pembentuk bilangan tersebut
genap dan nol. Contoh: 4,6,14,26,30,38,104,110,138,dsb
2. Suatu bilangan asli habis dibagi 3 , jika jumlah angka pembentuk bilangan tersebut
merupakan kelipatan 3. Contoh: 12, 27 dan sebagainya.
3. Suatu bilangan asli habis dibagi 4, jika dua angka terakhir pembentuk bilangan
tersebut merupakan kelipatan 4 contoh: 152, 764
9
764 habis dibagi 4 sebab 64 merupakan kelipatan 4
4. Suatu bilangan asli habis dibagi 5, jika angka terakhir dari bilangan tersebut 0 atau 5
5. Suatu bilangan asli dapat dibagi 6, jika bilangan tersebut bilangan genap yang
jumlah semua angka pembentuk bilangan merupakan kelipatan 3 contoh: 36, 48,144
dan sebagainya.
Cara pembelajaran dendan cara bertanya kepada siswa apakah suatu bilangan tertentu
dapat habis dibagi oleh bilangan tertentu lainnya.contoh:
56= 1x56
56= 2x28
56= 4x14
56 =7x8
Ingat ! satu adalah faktor dari semua bilangan dan suatu bilangan adalah faktor dari
dirinya sendiri
Oleh karena itu, untuk mencari faktor suatu bilangan , kita dapat melakukan dengan
mencari pembaginya.
48 24 16 12
48 =
12 3 4 6
48= 1x48
48= 2x24
48= 3x16
10
48= 4x12
48= 6x8
KEGIATAN BELAJAR 2
Langkah pengerjaan:
3. Pilih bilangan yang sama dari kedua kelompok kelipatan yang didapat, dan urutkan
dari yang terkecil.
Contoh:
Penyelesaian:
Langkah pengerjaan:
1. Tentukan kelipatan dari 4, yaitu: 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, …
2. Tentukan kelipatan dari 6, yaitu: 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48 …
3. Pilih empat bilangan yang sama dari kedua kelompok kelipatan yang didapat, dan
urutkan dari yang terkecil, yaitu: 12, 24, 36, 48.
Jadi, empat buah kelipatan persekutuan dari 4 dan 6 adalah 12, 24, 36, 48.
Cara yang sama juga dapat ditempuh untuk mencari kelipatan persekutuan dari tiga
bilangan atau lebih.
11
Dan apabila diperhatikan, ketika dua kelipatan persekutuan telah didapat, maka
selanjutnya cukup dengan
menambahkan dengan selisih dari dua hasil pertama tersebut.
126 4
Faktorisasi dari 12 adalah 12 =
1 23
Faktorisasi dari 12 adalah : 1, 2, 3, 4, 6, 12
155
Faktorisasi dari 15 adalah : 15 =
13
Faktor dari 15 adalah : 1, 3, 5, 15.
C. BILANGAN PRIMA
Bilangan prima adalah bilangan asli lebih dari 1 yang mempunyai tepat 2
faktor positif, yaitu 1 (satu) dan bilangan itu sendiri.
Dengan kata lain, bilangan prima adalah bilangan yang hanya habis dibagi
oleh 1 (satu) dan bilangan itu sendiri.
Contoh:
2 merupakan bilangan prima, karena faktor dari 2 adalah 1 dan 2.
19 merupakan bilangan prima, karena faktor dari 19 adalah 1 dan 19.
51 merupakan bilangan prima, karena faktor dari 51 adalah 1 dan 51.
111 bukan merupakan bilangan prima, karena faktor dari 111 adalah 1, 3, 37, dan 111.
1. Cara mengidentifikasi bilangan prima
12
Saringan ERASTOTHENES untuk menentukan bilangan prima yang kurang dari 100.
1. Coret 1
2. Coret kelipatan 2, 3, 5, 7 kecuali 2, 3, 5, 7
3. Coret kelipatan 11, 13, 17, 19, dst kecuali bilangan itu sendiri
Jadi, bilangan prima yang tidak tercoret (tulisan hitam) dalam tabel di bawah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 12 1 14 15 1 17 18 1 20
1 3 6 9
2 22 2 24 25 2 27 28 2 30
1 3 6 9
3 32 3 34 35 3 37 38 3 40
1 3 6 9
4 42 4 44 45 4 47 48 4 50
1 3 6 9
5 52 5 54 55 5 57 58 5 60
1 3 6 9
6 62 6 64 65 6 67 68 6 70
1 3 6 9
7 72 7 74 75 7 77 78 7 80
1 3 6 9
8 82 8 84 85 8 87 88 8 90
1 3 6 9
Bilangan yang tidak tercoret ( tulisan
9 92 9 94 95 9 97 98 9 100
hitam ) merupakan bilangan prima yang
1 3 6 9
lebih kecil dari 100. Yaitu : 2, 3, 5, 7, 11,
13, 17, 19, 23, ..., 97.
13
Contoh:
37 adalah bilangan prima, sebab memenuhi kriteria diatas
25 bukan bilangan prima , sebab angka terakhirnya 5
99 bukan bilangan prima , sebab merupakan bilangan kembar
73 bilangan prima , sebab memenuhi kriteria diatas
69 bukan bilangan prima , sebab 6+9= kelipatan 3
49 bukan bilangan prima, sebab bilangan kuadrat
4. Coret 1
5. Coret kelipatan 2, 3, 5, 7 kecuali 2, 3, 5, 7
6. Coret kelipatan 11, 13, 17, 19, dst kecuali bilangan itu sendiri
Jadi, bilangan prima yang tidak tercoret (tulisan hitam) dalam tabel di bawah
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bagi murid Sekolah Dasar yang telah menguasai pokok bahasan penjumlahan,
pengurangan, perkalaian dan pembagian dapat dengan mudah menyelesaikan
pengerjaan perpangkatan dan akar bilangan
Dengan ditanamkannya konsep pengerjaan perpangkatan dan akar bilangan ini
dapat mempermudah murid dalam menangkap suatu materi yang akan disajikan
sehingga murid dapat termotivasi untuk mengerjakan materi-materi selanjutnya. Dari
sinilah sehingga terbentuk suatu interaksi suatu proses belajar mengajar yang
diharapkan.
Bilangan Romawi adalah system penomoran yang berasal dari Romawikuno
yang menggunakan huruf latin untuk melambangkan penomoran angkanya. Angka
Romawi yang umum digunakan pada zaman ini, antara lain banyak digunakan pada
jam, bab buku, penomoran sekuel film, penomoran seri event olahraga seperti
olimpiade. Pada dasarnya bilangan Romawi terdiri atas:
IMelambangkan bilangan
V Melambangkan bilangan 5
X Melambangkan bilangan 10
L Melambangkan bilangan 50
C Melambangkan bilangan 100
D Melambangkan bilangan 500
M Melambangkan bilangan 1000
Secara singkat yang dibahas dalam makalah ini adalah hasil kali,
faktor dan bilangan prima. Bila bilangan N merupakan kelipatan A, B, C, dan D,
maka faktor dari N adalah {A, B, C, D}. {A, B, C, D} disebut faktor
prima jika { A, B, C, D} merupakan himpunan bilangan prima (bilangan
yang tepat memiliki dua faktor yaitu bilangan itu sendiri dan satu).
15
faktor prima jika {A, B, C, D} merupakan himpunan bilangan prima
(bilangan yang tepat memiliki dua faktor yaitu bilangan itu sendiri dan satu
B. SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Hudoyo, Herman. (1991). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Muhsetyo, Gatot, 2002. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.
Walle, Van De J.A (1990), Elementary school mathematics: Teaching Developmentally. New
York: Longman
17