Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR PADA BILANGAN BULAT,

SISTEM BILANGAN ROMAWI, KELIPATAN DAN FAKTOR BILANGAN

KELOMPOK 4:

 ENGGAR PRASETYO
 SRI NURAINI
 YUDA MAULANA

UNIVERSITAS TERBUKA
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta  salam  semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw.dan semoga kita akan selalu mendapat
syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya  penulis dapat  menyusun makalah ini untuk
memenuhi  tugas mata kuliah Pendidikan Matematika di SD yang berjudul
PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR PADA BILANGAN BULAT, SISTEM
BILANGAN ROMAWI, KELIPATAN DAN FAKTOR BILANGAN
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini tidak mungkin
terlaksana dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Dosen mata kuliah Matematika SD yang telah membimbing dan mengarahkan kami dengan
sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini,
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Rimbo Bujang, november 2020

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2

MODUL 4...................................................................................................................................2

KEGIATAN BELAJAR 1..........................................................................................................2

A. PERPANGKATAN DAN PENARIKAN AKAR PADA BILANGAN BULAT..........2


B. PENERAPAN BILANGAN BULAT DALAM MASALAH SEHARI-HARI..............5
KEGIATAN BELAJAR 2..........................................................................................................5
A. MENGENAL BILANGAN ROMAWI..........................................................................5
B. MENGUBAH BILANGAN DESIMAL KE DALAM BILANGAN ROMAWI DAN
SEBALIKNYA...............................................................................................................6
C. PEMAKAIAN BILANGAN ROMAWI KEHIDUPAN SEHARI-HARI......................6
MODUL 5...................................................................................................................................7
KEGIATAN BELAJAR 1..........................................................................................................7
A. KELIPATAN DAN FAKTOR BILANNGAN...............................................................7
B. FAKTOR BILANGAN...................................................................................................8

KEGIATAN BELAJAR 2........................................................................................................10

A. KELIPATAN PERSEKUTUAN DARI DUA BILANGAN.......................................10


ii
B. FAKTOR PERSEKUTUAN DUA BILANGAN........................................................11
C. BILANGAN PRIMA...................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................14
A. KESIMPULAN............................................................................................................14
B. SARAN........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang di pelajari dari jenjang
pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah bahkan perguruan tinggi.
Pada pembelajaran matematika, ada beberapa macam bidang pelajaran yang dapat
kita ketahui, salah satunya penarikan akar. Pada bab ini menjelaskan pengertian
tentang penarikan akar yang mungkin bahannya ini sudah pernah anda pelajari.
Didalam makalah ini akan tampak bahwa konsep penarikan akar sering kali di
gunakan. Dengan demikian pengalaman terhadap materi ini bukan lah pekerjaan yang
sia-sia. Di harapkan mampu untuk memahami pengertian pangkat dan akar
KPK dan FPB merupakan salah satu materi penting yang wajib di kuasai siswa di
jenjang SD yang di belajarkan sejak kelas 4 SD. Namun, sering kali siswa masih
kesulitan memecahka soal KPK dan FPB. Hal ini karena beberapa faktor yakni
penguasaan yang kurang maksimal dan metode mengajar guru yang kurang bervariasi
dalam menyampaikan materi. Sehingga siswa merasa bahwa materi KPK dan FPB
sangat sulit di pahami di awal-awal. Berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan,
maka guru perlu melakukan inovasi dalam pembelajaran KPK dan FPB.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan definisi perpangkatan dan penarikan akar?
2. Apa saja sifat-sifat perpangkatan?
3. Apa yang dimaksud bilangan romawi dan apa saja lambang-lambangnya?
4. Menjelaskan definisi bilangan ganjil dan genap?
5. Apa pengertian bilangan prima?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Agar anak mengerti apa itu perpangkatan dan penarikan akar
2. Agar anak dapat mengetahui sifat-sifat perpangkatan
3. Agar anak mengetahui apa itu bilangan romawi dan mengetahui lambangnya
4. Agar anak mengetahui apa itu bilangan ganjil dan genap
5. Agar anak dapat mengetahui apa itu bilangan prima

1
BAB II
PEMBAHASAN
MODUL 4

KEGIATAN BELAJAR 1

A. PERPANGKATAN DAN PENARIKAN AKAR PADA BILANGAN BULAT


1. Perpangkatan
Perpangkatan adalah operasi matematika untuk perkalian berulang
suatu bilangan sebanyak pangkatnya.
Kita perhatikan perkalian yang berulang, atau perkalian berganda,
misalnya: 2x2x2x2x2
Perkalian berulang, artinya perkalian yang dilakukan secara berulang-
ulang dengan faktor-faktor yang sama. Dalam contoh ini terdapat 5 faktor
yang sama, yaitu bilangan 2. Dapat disajikan dalam bentuk berpangkat
(perpangkatan), yaitu:
2x2x2x2x2 = 25
25 di baca “dua di pangkat lima” atau di singkat “dua pangkat lima”
2 di sebut bilangan pokok atau bilangan yang di pangkatkan, dan
5 di sebut pangkat atau ekspoen
Contoh lainya yaitu:
1000 = seribu = 103
1000.000 = satu juta = 106
1000.000.000 = satu milyar = 109
1000.000.000.000 = satu triliyun = 1012, dan sebagainya
2. Sifat-Sifat Perpangkatan
a. Sifat perkalian bilangan berpangkat

2
3
b. Sifat pembagian bilangan berpangkat
35:33 = (3x3x3x3x3):(3x3x3)
= (3x3)(3x3x3):((3x3x3)
= (3x3) x 1
= 32
c. Sifat distributif perpangkatan terhadap perkalian
(axb)c = ac x bc
d. Sifat distributif perpangkatan terhadap pembagian
(a:b)c = ac : bc
e. Sifat perkalian eksponen-eksponen
Sekarang kita perhatikan bentuk seperti (52)3 yang dapat kita tulis secara
lengkap seperti berikut:
(52)3 = (52) x (52) x (52) = 52+2+2 = 53x2 = 56
f. Sifat eksponen negatif
Dalam rumus di atas (sifat b) am : an = am-n, kita asumsikan bahwa m > n.
Jika rumus ini di berlakukan pula untuk m < n maka kita peroleh sebuah
bilangan berpangkat dengan eksponen negatif, seperti berikut:
a4 : a7 = a4-7 = a3
g. Sifat bilangan nol dalam perpangkatan
1) 0a = 0
Berdasarkan definisi perpangkatan, 0a = 0 x 0 x 0 x...x 0

Sebanyak a faktor
Karena hasil perkalian berulang 0 dengan 0 adalah 0 maka 0a = 0
2) a0 dan a1
bentuk a0 seharusnya hanya memiliki 0 faktor, dam a1 memiliki satu
faktor.
ab : ac+ = ab-c. Maka di peroleh
73 : 73 = 73-3 = 70
ab : ab = ab-b = a0=
3) 00
Kita telah mengenal sifat, ab : ac = ab-c. Selanjutnya kita ambil a = 0 dan
b = c, dengan b ≠ 0, c ≠ 0 sehingga di dapatkan:
0b : 0b = 0b-b = 00

4
Karena 0 : 0 tidak di definisikan (pembagian dengan nol tidak
terdefinisi), maka 00 tidak di definisikan.

3. Penarikan Akar
Proses pemfaktoran sebuah bilangan menjadi 2 faktor, 3 faktor, atau
lebih faktor-faktor yang sama meliputi pembagian pangkatnya oleh 2, oleh 3,
dan seterusnya, misalnya
√3 9 = √ 9 = √ 3 ×3 = √ 32 = 32:2 = 3

4. Kesalahan Konsep Dalam Perpangkatan dan Penarikan Akar


a. Siswa masih ada yg belum memahami konsep perpangkatan, perkalian
antara bilangan pokok dengan pangkatnya, misal 23 = 2 x 3, 33 = 3 x 3,
namun untuk perpangkatan kuadrat jawaban mereka benar, misal: 22 = 2 x
2, 32 = 3 x 3.
b. Dalam perkalian bilangan berpangkat dengan bilangan pokok yang sering
dilakukan adalah mengalikan pangkatnya, misal: 22 x 23 = 22x3,
c. Kesalahan pada pembagian bilangan berpangkat oleh bilangan pokok
dilakukan dengan cara membagi pangkatnya, misal: 26 : 22 = 26:2
d. Terjadi kekeliruan dalam menentukan hasil bilangan berpangkat di bagi
oleh bilangan berpangkat yang pangkatnya lebih besar, sehingga
menghasilkan bilangan negatif, misal: 23 : 25 = 23-5 = 2-2 = -4
e. Pada penarikan akar, “ akar pangkat m dari a pangkat n adalah sama
dengan a pangkat n di bagi m” namun pada proses perhitungannya masih
ada yang keliru, misal: √ 81 = √ 34 = √ 34 : 2 = 32
√3 64 = √3 26 = √3 26:3 = 22
f. Kesalahan dalam penarikan akar kuadrat, misal: √ 9= ±3, √ 16 = ±4, √ 25 =
±5... Akar pangkat dua dari sebuah bilangan positif mempunyai dua
kemungkinan hasil, yaitu nilai positif dan negatif, misal;
√ 25 = 5, sebab 25 = 52, dan √ 25 = -5, sebab 25 = (-5)2, jadi25 = ±5
Namun demikian dalam penarikan akar di batasi hanya pada bilangan
positif saja, sehingga di definisikan:
Akar pangkat dua dari bilangan positif adalah nilai yang positif

5
B. PENERAPAN BILANGAN BULAT DALAM MASALAH SEHARI-HARI
Secara garis besarnya kegiatan pembelajarannya dapat di urutkan ke dalam
empat kegiatan pokok berturut-turut, yaitu:
1. Mengerti persoalan
2. Merencanakan penyelesaian
3. Melaksanakan penyelesaian
4. Memeriksa kembali
Contoh alternatif soal-soal cerita:
Banyak murid di SD negeri I ada 251 orang dan di SD negeri II ada sebanyak
198 orang. Berapakah jumlah murid semua?
251
Penyelesaiannya: 198 +
449
Jadi, ada sebanyak 449 orang murid.

KEGIATAN BELAJAR 2
A. MENGENAL BILANGAN ROMAWI
Bilangan romawi adalah sistem penomoran yang berasal dari romawi kuno
yang menggunakan huruf latin untuk melambangkan penomoran angkanaya. Pada
sistem lambang bilangan romawi atau angka romawi di gunakan lambang-
lambang atau simbol-simbol pokok seperti berikut:
Lambang-lambang pokok (simbol-simbol dasar) angka romawi
I =1 V=5
X = 10 L = 50
C = 100 D = 500
M = 1000 - = kalikan 1000
a. Sistem romawi ini merupakan sistem penjumlahan dan sistem perkalian.
Contoh:
1) X V I I

10 + 5 + 1 + 1 = 17

6
2) M C C X V

1000 + 100 + 100 + 10 + 5 = 1215

B. MENGUBAH BILANGAN DESIMAL KE DALAM BILANGAN ROMAWI


DAN SEBALIKNYA
1. Mengubah bilangan desimal menjadi bilangan romawi
6 = .....
1) Apakah 6 = IIIIII?
2) Apakah pada sistem romawi di bolehkan menulis lebih dari 3 lambang
bilangan secara berturut-turut?
3) 6 = 5 + 1 = VI, sebab dari kiri ke kanan nilainya turun berarti harus di
jumlahkan
2. Mengubah bilangan romawi menjadi bilangan desimal
XVIII = ....
= 10 + 5 + 3
= 18
C. PEMAKAIAN BILANGAN ROMAWI KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. Pada penulisan buku termasuk penulisan karya ilmiah angka romawi masih
sering di pergunakan, misalnya:
Bab I Pendahuluan
Bab II Landasan Teori
Bab III Metode Penelitian
Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian
Bab V Kesimpulan dan Saran
2. Penamaan suatu sekolah, suatu kelas sering pula di gunakan angka romawi,
misalnya:
SD Negeri Pasirkaliki I, SMP Negeri IX, SMA Negeri IV
Kelas V, Kelas IIB, Kelas IIIF, dan sebagainya

7
Penggunaan angka romawi ini masih tampak pula kita jumpai pada
berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah,
masyarakat maupun pemerintah.

MODUL 5
KEGIATAN BELAJAR 1

A. KELIPATAN DAN FAKTOR BILANNGAN


1. Bilangan Ganjil dan Bilangan Genap
 ganjil adalah bilangan asli yang tidak habis dibagi dua.

Contoh : 3, 5, 7, 9, ... adalah bilangan ganjil sebab tidak habis dibagi dua.

 Bilangan genap adalah bilangan asli yang habis dibagi dua.

Contoh : 2, 4, 6, 8, ... adalah bilangan genap sebab habis dibagi dua

a. Pembelajaran

Cara pembelajaran dapat menggunakan lidi atau kelereng dengan


mengelompokkannya dua-dua.
b. Sifat bilangan ganjil

 Jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap.

Contohnya : 7 + 7 = 14

25 + 5 = 30

6+2=8

 Hasil kali dua bilangan ganjil adalah bilangan ganjil.

Contohnya : 3 x 3 = 9

3 x 5 = 15

5 x 7 = 35

8
2. Kelipatan Bilangan

Kelipatan dari suatu bilangan adalah sangat banyak dan tidak terbatas.

Contoh : 24 adalah kelipatan dari 3 karena 24 = 8 x 3

24 adalah kelipatan dari 6 karena 24 = 4 x 6

24 adalah kelipatan dari 2 karena 24 = 12 x 2 dll.

Cara pembelajaran dapat menggunakan garis bilangan atau dengan lidi


maupun kelereng mengelompokkannya sesuai dengan kelipatan yang dicari. Apabila
jumlah kelereng atau lidi tersebut habis di bagi maka berarti jumlah tersebut adalah
kelipatan dari angka pengelompokannya.

Suatu bilangan juga merupakan kelipatan dari bilangan itu sendiri , misalnya:

8 adalah kelipatan dari 8 sebab 8 = 1x8

7 adalah kelipatan dari 7 sebab 7 =1x7

B. FAKTOR BILANGAN

Ciri-ciri bilangan asli yang habis dibagi oleh bilangan asli tertentu, yaitu 2, 3, 4, 5, dan 6

1. Suatu bilangan asli habis dibagi 2, jika angka akhir pembentuk bilangan tersebut
genap dan nol. Contoh: 4,6,14,26,30,38,104,110,138,dsb

2. Suatu bilangan asli habis dibagi 3 , jika jumlah angka pembentuk bilangan tersebut
merupakan kelipatan 3. Contoh: 12, 27 dan sebagainya.

12 habis dibagi dibagi 3 sebab1+2= kelipatan 3

27 habis dibagi 3 sebab 2+7= kelipatan 3

3. Suatu bilangan asli habis dibagi 4, jika dua angka terakhir pembentuk bilangan
tersebut merupakan kelipatan 4 contoh: 152, 764

152 habis dibagi 4 sebab 52 merupakan kelipatan 4

9
764 habis dibagi 4 sebab 64 merupakan kelipatan 4

4. Suatu bilangan asli habis dibagi 5, jika angka terakhir dari bilangan tersebut 0 atau 5

Contoh: 120,135,350 dan sebagainya, semua bilangan tersebut habis dibagi 5

5. Suatu bilangan asli dapat dibagi 6, jika bilangan tersebut bilangan genap yang
jumlah semua angka pembentuk bilangan merupakan kelipatan 3 contoh: 36, 48,144
dan sebagainya.

Cara pembelajaran dendan cara bertanya kepada siswa apakah suatu bilangan tertentu
dapat habis dibagi oleh bilangan tertentu lainnya.contoh:

56= 1x56

56= 2x28

56= 4x14

56 =7x8

Jadi, faktor dari 56 adalah 1,2,4,7,8,14,28, dan 56.

Ingat ! satu adalah faktor dari semua bilangan dan suatu bilangan adalah faktor dari
dirinya sendiri

Oleh karena itu, untuk mencari faktor suatu bilangan , kita dapat melakukan dengan
mencari pembaginya.

Contoh:tentukan faktor dari 48

48 24 16 12
48 =
12 3 4 6

Bentuk diatas dibaca:

48= 1x48

48= 2x24

48= 3x16

10
48= 4x12

48= 6x8

Jadi faktor dari 48 adalah: 1,2,3,4,6,8,12,16,24,48.

Kelipatan persekutuan, faktor persekutuan dan bilangan prima.

KEGIATAN BELAJAR 2

A. KELIPATAN PERSEKUTUAN DARI DUA BILANGAN

Langkah pengerjaan:

1. Tentukan kelipatan bilangan yang pertama secara berurutan

2. Tentukan kelipatan bilangan yang kedua juga secara berurutan

3. Pilih bilangan yang sama dari kedua kelompok kelipatan yang didapat, dan urutkan
dari yang terkecil.

Contoh:

Tentukan kelipatan persekutuan dari 4 dan 6 sebanyak 4 buah (banyaknya kelipatan


yang dicari sebaiknya

disebutkan agar jawaban yang didapat lebih pasti.

Penyelesaian:

Langkah pengerjaan:
1. Tentukan kelipatan dari 4, yaitu: 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, …
2. Tentukan kelipatan dari 6, yaitu: 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48 …
3. Pilih empat bilangan yang sama dari kedua kelompok kelipatan yang didapat, dan
urutkan dari yang terkecil, yaitu: 12, 24, 36, 48.
Jadi, empat buah kelipatan persekutuan dari 4 dan 6 adalah 12, 24, 36, 48.
Cara yang sama juga dapat ditempuh untuk mencari kelipatan persekutuan dari tiga
bilangan atau lebih.

11
Dan apabila diperhatikan, ketika dua kelipatan persekutuan telah didapat, maka
selanjutnya cukup dengan
menambahkan dengan selisih dari dua hasil pertama tersebut.

B. FAKTOR PERSEKUTUAN DUA BILANGAN


Langkah pengerjaan:
1. Tentukan faktor dari bilangan yang pertama.
2. Tentukan faktor dari bilangan yang kedua.
3. Pilih bilangan yang sama dari kedua kelompok faktor yang didapat.
Contoh:
Tentukan faktor persekutuan dari 12dan 15.
Penyelesaian.

126 4
Faktorisasi dari 12 adalah 12 =
1 23
Faktorisasi dari 12 adalah : 1, 2, 3, 4, 6, 12
155
Faktorisasi dari 15 adalah : 15 =
13
Faktor dari 15 adalah : 1, 3, 5, 15.

Jadi faktor persekutuan dari 12 dan 15 adalah 1 dan 3.

C. BILANGAN PRIMA

Bilangan prima adalah bilangan asli lebih dari 1 yang mempunyai tepat 2
faktor positif, yaitu 1 (satu) dan bilangan itu sendiri.
Dengan kata lain, bilangan prima adalah bilangan yang hanya habis dibagi
oleh 1 (satu) dan bilangan itu sendiri.
Contoh:
2 merupakan bilangan prima, karena faktor dari 2 adalah 1 dan 2.
19 merupakan bilangan prima, karena faktor dari 19 adalah 1 dan 19.
51 merupakan bilangan prima, karena faktor dari 51 adalah 1 dan 51.
111 bukan merupakan bilangan prima, karena faktor dari 111 adalah 1, 3, 37, dan 111.
1. Cara mengidentifikasi bilangan prima

12
Saringan ERASTOTHENES untuk menentukan bilangan prima yang kurang dari 100.
1. Coret 1
2. Coret kelipatan 2, 3, 5, 7 kecuali 2, 3, 5, 7
3. Coret kelipatan 11, 13, 17, 19, dst kecuali bilangan itu sendiri
Jadi, bilangan prima yang tidak tercoret (tulisan hitam) dalam tabel di bawah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 12 1 14 15 1 17 18 1 20
1 3 6 9
2 22 2 24 25 2 27 28 2 30
1 3 6 9
3 32 3 34 35 3 37 38 3 40
1 3 6 9
4 42 4 44 45 4 47 48 4 50
1 3 6 9
5 52 5 54 55 5 57 58 5 60
1 3 6 9
6 62 6 64 65 6 67 68 6 70
1 3 6 9
7 72 7 74 75 7 77 78 7 80
1 3 6 9
8 82 8 84 85 8 87 88 8 90
1 3 6 9
Bilangan yang tidak tercoret ( tulisan
9 92 9 94 95 9 97 98 9 100
hitam ) merupakan bilangan prima yang
1 3 6 9
lebih kecil dari 100. Yaitu : 2, 3, 5, 7, 11,
13, 17, 19, 23, ..., 97.

2. Cara mengidentifikasi bilangan prima secara umum


a. Bilangan ganjil kecuali 2.
b. Bukan angka kembar misalnya 33, 77, 55, 99, bukan bilangan prima.
c. Jumlah angka pembentuknya bukan kelipatan 3 misalnya : 21, 27, 63, 273 bukan
bilangan prima.
d. Angka terakhir bukan 5 misalnya 35, 75, 95 bukan bilangan prima.
e. Bukan bilangan kuadrat, misalnya 24, 49, 81.

13
Contoh:
37 adalah bilangan prima, sebab memenuhi kriteria diatas
25 bukan bilangan prima , sebab angka terakhirnya 5
99 bukan bilangan prima , sebab merupakan bilangan kembar
73 bilangan prima , sebab memenuhi kriteria diatas
69 bukan bilangan prima , sebab 6+9= kelipatan 3
49 bukan bilangan prima, sebab bilangan kuadrat

4. Coret 1
5. Coret kelipatan 2, 3, 5, 7 kecuali 2, 3, 5, 7
6. Coret kelipatan 11, 13, 17, 19, dst kecuali bilangan itu sendiri
Jadi, bilangan prima yang tidak tercoret (tulisan hitam) dalam tabel di bawah

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bagi murid Sekolah Dasar yang telah menguasai pokok bahasan penjumlahan,
pengurangan, perkalaian dan pembagian dapat dengan mudah menyelesaikan
pengerjaan perpangkatan dan akar bilangan
Dengan ditanamkannya konsep pengerjaan perpangkatan dan akar bilangan ini
dapat mempermudah murid dalam menangkap suatu materi yang akan disajikan
sehingga murid dapat termotivasi untuk mengerjakan materi-materi selanjutnya. Dari
sinilah sehingga terbentuk suatu interaksi suatu proses belajar mengajar yang
diharapkan.
Bilangan Romawi adalah system penomoran yang berasal dari Romawikuno
yang menggunakan huruf latin untuk melambangkan penomoran angkanya. Angka
Romawi yang umum digunakan pada zaman ini, antara lain banyak digunakan pada
jam, bab buku, penomoran sekuel film, penomoran seri event olahraga seperti
olimpiade. Pada dasarnya bilangan Romawi terdiri atas:
IMelambangkan bilangan
V Melambangkan bilangan 5
X Melambangkan bilangan 10
L Melambangkan bilangan 50
C Melambangkan bilangan 100
D Melambangkan bilangan 500
M Melambangkan bilangan 1000

Secara singkat yang dibahas dalam makalah ini adalah hasil kali,
faktor dan bilangan prima. Bila bilangan N merupakan kelipatan A, B, C, dan D,
maka faktor dari N adalah {A, B, C, D}. {A, B, C, D} disebut faktor
prima jika { A, B, C, D} merupakan himpunan bilangan prima (bilangan
yang tepat memiliki dua faktor yaitu bilangan itu sendiri dan satu).

Secara singkat yang dibahas dalam makalah ini adalah hasil


kali, faktor dan bilangan prima. Bila bilangan N merupakan kelipatan A, B, C, dan
D, maka faktor dari N adalah {A, B, C, D}. {A, B, C, D} disebut

15
faktor prima jika {A, B, C, D} merupakan himpunan bilangan prima
(bilangan yang tepat memiliki dua faktor yaitu bilangan itu sendiri dan satu

B. SARAN

Saran sehubungan dengan materi yang dibahas yakni perpangkatan/penarikan


akar pada bilangan bulat dan kelipatan serta faktor bilangan, menurut kelompok kami
hendaknya sebagai calon pendidik, dalam mengajarkan materi mengenai bilangan
cacah kepada siswa-siswi MI/SD kelak kita hendaknya mengaitkan materi yang kita
ajarkan kedalam kehidupan sehari-hari agar siswa-siswi bisa lebih mudah mengerti.
Dan saran sehubungan dengan makalah ini, tiada gading yang tak retak dengan kata
lain makalah ini tak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik
dari berbagai pihak demi lebih baiknya makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Darhim, dkk, (1991). Pendidikan Matematika 2. Jakarta: Universitas Terbuka

Hudoyo, Herman. (1991). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Depertemen pendidikan dan kebudayaan, 1993. KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR (SD).


Jakarta

Muhsetyo, Gatot, 2002. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.

Walle, Van De J.A (1990), Elementary school mathematics: Teaching Developmentally. New
York: Longman

17

Anda mungkin juga menyukai