Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KAPITA SELEKTA

“ SISTEM DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENINGKATKAN


KUALITAS HIDUP UMAT ISLAM DI INDONESIA”

DOSEN PENGAMPU:

DEWI SURYANI, M.Pd

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. ANIS ANDARWATI
2. BELLA
3. MERI MARDIANI PUTRI
4. A. RAHIM EFENDI

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM TEBO

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Rasulullah SAW yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.

Tetapi sangat dimungkinkan dalam penyusunannya masih banyak kekurangan baik


dalam penyajian materi maupun dalam penulisannya, maka dari itu diharapkan saran yang
membangun bahkan kritik dari para pembaca khususnya untuk dosen yang membimbing
dalam mata kuliah kapita selekta. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
terutama untuk teman-teman dari prodi pendidikan agama islam.
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1 sistem dan metode pendidikan islam dalam meningkatkan kualitas hidup umat islam
di indonesia
2.2 sistem dan metode pendidikan islam yang seharusnya

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di kalangan mayarakat manusia yang berbudaya masyarakat modern, sistem dan
metode pendidikan yang digunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan
aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorientasikan kepada efektivitas dan
efesiensi. Pada masyarakat primitif mempergunakan sistem dan cara sederhana sesuai
dengan tingkat pengetahuan mereka. Sistem mereka menitik beratkan pada pemenuhan
kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa antisipasi orientasi ke masa depan dan tanpa
memikirkan efektivitas dan efesiensi.
Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang berakal sehat untuk
berusaha keras mendapatkan kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat
sesuai dengan petunjuk wahyu Tuhan. Agama Islam yang ajarannya berorientasi
kepada kesejahteraan duniawi-ukhrawi sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia,
meletakkan iman dan takwa kepada Allah SWT sebagai landasan kehidupan umat
manusia.
Salah satu sarana yang efektif untuk membina dan mengembangkan manusia dalam
masyarakat adalah pendidikan yang teratur, berdaya guna dan berhasil
guna. Pendidikan Islam di Indonesia perlu diorganisasikan atau dikelola secara rapi,
efektif, dan efesien melalui sistem dan metode yang tepat.
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia dan berlangsung sepanjang hayat, dilaksanakan di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan dalam proses mencapai tujuannya
perlu dikelola dalam suatu sistem terpadu dan serasi, baik antar sektor pendidikan dan
sektor pembangunan lainnya; antar daerah dan antar berbagai jenjang dan jenisnya.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Bagaimana Sistem dan Metode Pendidikan Islam Dalam Upaya Meningkatkan
Kualitas Hidup Umat Islam Indonesia?
b.     Bagaimana Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang Seharusnya?

1.3  Tujuan Pembahasan
a.       Untuk mengetahui Sistem dan Metode Pendidikan Islam Dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas Hidup Umat Islam Indonesia.
b.      Untuk mengetahui Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang Seharusnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Sistem dan Metode Pendidikan Islam Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup
Umat Islam Indonesia.
Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas
hidup dalam segala bidang. Dalam sejarah hidup umat manusia di muka bumi ini, hampir
tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan
peningkatan kualitasnya. Sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif.
Hanya sistem dan metodenya yang berbeda-beda sesuai taraf hidup dan budaya
masyarakt masing-masing. Di kalangan masyarakat manusia yang berbudaya modern, sistem
dan metode pendidikan yang dipergunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan
aspirasinya. Pada masyarakat primitif mempergunakan sistem dan cara yang sederhana sesuai
dengan tingkat pengetahuan mereka. Sistem mereka menitikberatkan pada pemenuhan
kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa antisipasi orientasi ke masa depan dan tanpa
memikirkan efektifitas dan efisiensi.
Sedangkan pada masyarakat yang telah menduduki tingkat hidup post
industrial, seperti masyarakat di beberapa Negara Barat (Amerika Serikat, Inggris, Jerman
Barat, Prancis, dan sebagainya). Proses pendidikan mereka dilaksanakan dalam sistem
organisasi kelembagaan yang dikelola secara efektif dan efisien kea rah tujuan yang
ditetapkan.
Orientasinya di arahkan kepada pengembangan ilmu dan teknologi canggih. Filosofi
mereka bertolak pada pandangan pragmatisme yang kompetitif terhadap politik hegemoni
(terutama terhadap dunia ketiga yang masih berkembang dan rentan dalam politik ideologi
mereka), di mana kemampuan ilmu dan teknologi canggih merupakan andalannya.

Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang berakal sehat walafiat
untuk berusaha keras mendapatkan kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat
sesuai dengan petunjuk wahyu Tuhan.
Agama Islam yang ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniawi-ukhrawi
sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan takwa kepada Allah
SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia. Sayyid Sabiq dalam karya tulisnya
‘Annashir al Quwwah fi al Islam menegaskan kembali tentang perjuangan manusia muslim
untuk berusaha keras merubah pandangan, jiwa, mental lama yang statis, secara menyeluruh,
dari dalam pribadi dan masyarakat. Menurutnya, perjuangan itu didasarkan atas studi dan
strategi agar umat Islam dapat terbebaskan dari sumber penyebab kehancuran dan kelemahan
sesegera mungkin mengambil langkah-langkah yang dapat mendatangkan kekuatan dan
keberhasilan (kemenangan).[1]
Makna firman Allah dalam kitab suci Alqur’an yang dinamis terdapat dalam term yang
menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu bangsa (umat) sehingga mereka
berusaha keras mengubah nasibnya sendiri.
‫ َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ْم‬I‫اِ َّن هللاَ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوْ ا‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka
merubahnya sendiri”(Ar-Ra’du:11).
Allah juga memerintahkan untuk berusaha keras mencari kebahagiaan hidup di akhirat,
namun tidak melupakan nasib hidupnya di dunia seperti dalam QS. Al-Qashr: 18.
ْ ‫ر نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم‬Iْ ُ‫يَا اَيُّهَا اَّل ِذ ْينَ اَ َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َو ْلتَ ْنظ‬
َ‫ت لِ َغ ٍد َواتَّقُوا هللاَ اِ َّن هللاَ خَ بِ ْي ٌر بِّ َما تَ ْع َملُوْ ن‬
Idealitas seperti tercermin dalam kedua ayat Alqur’an tersebut memberi wawasan yang
luas kepada umat manusia, bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan itu hanya terwujud jika
manusia memiliki dimensi kehidupan yang sesuai fitrah. Fitrah berpolakan atas
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara berbagai kepentingan, tidak terjadi
pertentangan antara berbagai kepentingan hidupnya (conflict of interest). Karena Islam jelas
membawa kedamaian, ketentraman, dan stabilitas dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Salah satu sarana yang efektif untuk membina dan mengembangkan manusia dalam
masyarakat adalah pendidikan yang teratur, berdaya guna, dan berhasil guna. Pendidikan
Islam di Indonesia perlu diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif dan efisien melalui
sistem dan metode yang tepat. Sayyidina Ali berpendapat: “suatu perkara yang hak (benar)
yang tidak diorganisasikan dengan baik, akan dapat dikalahkan oleh perkara yang batil
yang terorganisasikan dengan baik.”
Sejalan dengan pola pikir tersebut di atas, GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara)
telah menetapkan bahwa manusia Indonesia harus dibangun menjadi manusia yang
berkualitas tinggi melalui berbagai bidang pembangunan yang salah satu sektornya adalah
pendidikan.
Dalam GBHN tersebut ditetapkan bahwa pembangunan nasional adalah berdasarkan
pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Manusia
yang memiliki ciri-ciri watak dan kemampuan sebagai berikut[2]:
1.      Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.
2.      Berbudi pekerti luhur.
3.      Berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, dan tangguh.
4.      Bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil.
5.      Sehat jasmani dan rohani.
6.      Memiliki rasa cinta tanah air yang mendalam.
7.      Memiliki rasa dan semangat kebangsaan serta kesetiakawanan sosial.
8.      Memiliki rasa percaya diri sendiri.
9.      Memiliki sikap dan perilaku inovatif dan kreatif.
10.  Memiliki kemampuan untuk membangun dirinya sendiri dan bersama-sama bertanggung
jawab membangun masyarakat dan bangsa.
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia dan berlangsung sepanjang hayat, dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Pendidikan merupakan tanggung  jawab bersama antara keluarga, masyarakat,
dan pemerintah. Pendidikan dalam proses mencapai tujuannya perlu dikelola dalam suatu
sistem terpadu dan serasi, baik antar sektor pendidikan dan sektor pembangunan lainnya,
antar daerah dan antar berbagai jenjang dan jenisnya.
Pendidikan yang dilaksanakan baik di sekolah maupun di luar sekolah perlu
disesuaikan dengan perkembangan tuntutan pembangunan yang memerlukan berbagai jenis
keterampilan dan keahlian di segala bidang. Keahlian itu ditingkatkan mutunya sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi, seperti di sekolah-sekolah kejuruan dan politeknik.
Kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia usaha perlu dikembangkan
sedemikian rupa, sehingga produk dunia pendidikan siap pakai oleh dunia usaha. Siap pakai
karena memenuhi persyaratan ketrampilan dan kecakapan yang sejalan dengan tuntutan
pembangunan di berbagai bidang terutama industri dan pertanian.
2.2  Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang Seharusnya
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing-
masing bekerja sendiri dalam fungsinya yang berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya
yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian
sistem bisa diberikan terhadap suatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-
bagian yang satu dan lainnya saling berhubungan dan memperkuat. Jadi, sistem adalah suatu
sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Pengertian lainnya yang umum difahami di kalangan awam adalah bahwa sistem itu
merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu yang dalam penggunaannya bergantung
pada berbagai faktor yang erat hubungannya dengan usaha pencapaian tujuan tersebut. Sistem
dalam pengertian ini lebih berdekatan dengan pengertian metode. Metode berasal dari kata
“meta” berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Jadi, metode adalah jalan yang harus dilalui
untuk mencapai satu tujuan.
Komponen yang bertugas sesuai dengan fungsinya, bekerja antara satu dengan yang
lainnya dalam rangkaian sebagai satu sistem. Sistem yang mampu secara terpadu bergerak ke
arah tujuan sesuai dengan fungsinya. Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan yang
terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya
untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan.
 Faktor atau unsur yang disistematisasikan adalah proses kegiatan kependidikan dalam
upaya mencapai tujuannya. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui proses kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di
masa yang akan datang.[3]
Dengan demikian, sistem pendidikan khususnya islam secara makro merupakan usaha
pengorganisasian proses kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam.
Dengan demikian, orientasi program pendidikan adalah kehidupan masa datang sesuai
dengan anjuran Nabi Muhammad saw.:
‫م‬Iْ ‫م َخلِقُوْ ا الزَ َم ِن َغي َْر زَ َمانِ ُك‬Iُْ‫َعلِّ ُموْ ا اَوْ اَل َد ُك ْم َغ ْي َر َما ُعلِّ ْمتُ ْم فَاِنَّه‬
“Didiklah (ajarkanlah) anak-anak kalian tentang hal-hal yang berlainan dengan hal-hal
yang kalian ajar, karena mereka dilahirkan atau diciptakan bagi generasi zaman yang bukan
generasi zaman kalian”.
Bagi bangsa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai perjuangan Bangsa, yaitu
pendidikan yang berakar pada kebudayaan Bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada
Pancasila dan UUD 1945. Dalam operasionalnya, pendidikan nasional tersebut dikelompokan
ke dalam berbagai jenis sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya. Operasional yang
dikelola sesuai tahapan atau tingkat perkembangan peserta didik, keluasan, dan kedalaman
bahan pengajaran.
Dengan demikian sistem pendidikan khususnya Islam, secara makruh merupakan
usaha pengorganisasian proses kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Ajaran
yang berdasarkan atas pendekatan sistemik sehingga dalam pelaksanaan operasionalnya
terdiri dari berbagai sub-subsistem dari jenjang pendidikan pradasar, menengah, dan
perguruan tinggi yaang harus memiliki vertikalitas dalam kualitas keilmuan, pengetahuan,
dan teknologinya.
Kurikulum yang memasukkan unsur keimanan dan ketakwaan kepada Allah, sehingga
menjiwai pribadi peserta didik pada setiap jenjangnya. Hal ini sejalan dengan tuntutan ayat
Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah akan meninggikan derajatnya lebih tinggi bagi
orang yang beriman dan berilmu pengetahuan.
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Sedangkan secara makruh, sistem kegiatan belajar-mengajar diprogramkan ke dalam
struktur kurikulum yang berjenjang pula dari sejak pendidikan pradasar sampai dengan
perguruan tinggi yang semakin meningkat mutunya. Mutu dalam materi, metode, dan
tujuannya. Antara materi, metode, dan tujuan pendidikan harus saling berkaitan dan
mengembangkan  sehingga benar-benar efektif (tepat guna) dan efesien (berhasil guna).
Sehingga konsisten dan relevan dengan tujuan akhir pendidikan islam yang hendak dicapai.
Program pendidikan dan pengajaran (kurikulum), metode, dan tujuan merupakan
komponen dari sistem pendidikan Islam dilihat dari segi operasional kependidikan Islam.
Pengelolaan dan perencanaan kurikulum yang dinamis dalam sistem pendidikan Islam. Hal ii
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai materi atau isi dan bahan
pelajaran, serta cara yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
dan mengajar pada suatu jenjang pendidikan formal. Atau non formal. Orientasi kurikulum
tersebut ditujukan kepada tuntutan kemajuan hidup manusia masa depan di mana
keseimbangan dan keselarasan menjadi sentralnya pola kehidupan yang ideal.
Masa depan manusia adalah masa depan kehidupan Tekno, Bio dan Sosio, dimana
umat manusia berada dalam tahap kehidupan yang banyak diberi kemudahan-kemudahan
iptek yang canggih, disamping itu kehidupan masa depan juga terkena dampak-dampak
negative dari kemajuan iptek yang pada dasarnya lebih mengandalkan rasio (akal dan
kecerdasan otak) daripada nilai-nilai moral dan spiritual.
Karena itu, strategi pengelolaan sistem pendidikan Islam seharusnya bertumpu pada
antisipasi terhadap timbulnya fenomena kehidupan yang condong ke arah mengutamakan
sikap dan perilaku yang pragmatisme, sekularisme, dan materialisme serta individualisme-
egoisme.
Arah perkembangan yang semakin maju dalam pendidikan Islam harus dipandang
sebagai tantangan yang penuh perjuangan. Karena itu, perlu perencanaan kegiatan pendidikan
yang strategis. Strategi tersebut diwujudkan dalam program pendidikan, mengintegrasikan
pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan umum, atau memberi nafas keimanan dan
ketakwaan kepada Allah pada setiap bidang studi pendidikan umum di semua jenjang sekolah
atau madrasah.
Strategi ini menuntut untuk mempersiapkan tenaga kependidikan Islam yang aspiratif
terhadap kemajuan hidup umat masa depan. Kemajuan yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga pendidikan profesional yang kompeten untuk menjadikan pendidik dan pengajar
agama dan umum yang tangguh, dengan dedikasi yang tinggi.
Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup umat islam
khususnya di Indonesia, adalah metode-metode yang digali dari sumber-sumber pokok ajaran
islam sendiri serta metode-metode yang baru muncul akhir-akhir ini di dalam dunia
pendidikan yang tidak menghilangkan faktor keimanan dan nilai moralitas Islami. Metode
tersebut seperti yang berdasarkan pendekatan ilmu dan teknologi yang dikenal dengan
teknologi instruksional. Teknologi ini pada prinsipnya adalah menyederhanakan proses
belajar-mengajar sehingga efektif dan efisien, melalui berbagai media kependidikan seperti
komputer, VCD. Metode lain adalah serangkaian kegiatan pendidikan melalui pendekatan
ketrampilan proses.
Pendidikan secara metodologis merupakan serangkaian proses berdasarkan kaidah-
kaidah teknologis yang pertama-tama dideteksi inputnya lebih dahulu, apakah sesuai dengan
produk yang hendak dicapai, kemudian disiapkan seperangkat instrument untuk memproses
input tersebut, seefektif mungkin, dan terakhir adalah produk kependidikan yang diharapkan
bermutu sesuai yang direncanakan. Jadi, jelas bahwa suatu jenis metode yang  efektif dan
efisien direncanakan kaum teknologi didasarkan atas pola dan mekanisme mesin-mesin.
 Khusus mengenai metode pendidikan Islam, sasaran prosesnya tidak hanya terbatas
pada masalah internalisasi dan transformasi nilai-nilai agama atau tidak saja mengajarkan
agama tetapi juga ilmu dan teknologi. Metode pendidikan islam adalah jalan yang harus
dilalui dimana faktor iman dan kemampuan bertakwa dalam perilaku pribadi dan sosial,
dijadikan pusat program kurikuler baik di lembaga pendidikan umum maupun keagamaan.
Tidak ada sebuah metode apapun yang dianggap paling efektif tanpa dikaitkan dengan
kemampuan pendidikan dalam penerapannya. Karena itu, pendidikan profesional keguruan
yang menjadikan produknya memiliki kompetensi sebagai guru yang profesional, menjadi
lebih penting lagi.
Umat Islam dapat mendapatkan pola-pola atau model-model metodologis melalui;
pertama-tama menelaah sumber-sumber pokok ajaran Islam, kemudian praktek-praktek para
ulama atau ahli pikir dan pelaksana kependidikan yang pada dasarnya disesuaikan atas
perkembangan jiwa peserta didik yang berlangsung setingkat demi setingkat, yang pernah ia
terapkan oleh ulama, pemikir dan praktisi (guru) dalam dunia pendidikan Islam.
Pendekatan-pendekatan religious, sains yang semakin meningkat kepada filosofi-sains
seperti yang pernah dipraktekkan oleh Ibnu Sina dalam mendidik calon dokter di RS.
Bimuristan, adalah sesuai dengan psikologi pendidikan saat ini. Demikian pula metode
pembiasan dan latihan menurut Al-Gozaly bagi anak-anak, adalah terbukti efektif. Begitu
pula metode situasional dan uswatun hasanah.
Pada era kehidupan saat ini masyarakat banyak menyerahkan pendidikan anak-
anaknya kepada sekolah, padahal saat ini banyak terjadi krisis kependidikan yang dikaitkan
dengan faktor moralitas dan keterampilan yang kurang siap pakai dalam dunia kerja. Umat
manusia perlu berani melakukan terobosan-terobosan baru dalam menerapkan sistem dan
metode yang mampu mengintegrasikan antara iman dan ilmu serta teknologi modern. Inilah
yang menjadi problema pokok dalam strategi pendidikan islam masa kini dan akan datang.
Bagaimana agar pendidikan qalbiyah (afektif) selalu berinteraksi dengan pendidikan aqliyyah
(kognitif) sehingga melahirkan perilaku yang Islami.
Krisis pendidikan itu pada hakikatnya bersumber dari krisis nilai-nilai dalam
masyarakat yang  belum menemukan metode efektif. Nilai-nilai yang  sangat rawan terhadap
dampak iptek tersebut adalah nilai-nilai kultural yang  sifat dasarnya relatif, berubah-ubah
sesuai kecenderungan masyarakat.
Sedangkan nilai-nilai agama seperti Islam, adalah bersifat mutlak, yang tidak rentan
terhadap dampak kemajuan atau kecenderungan apapun. Bahkan nilai Islami itu secara jelas
telah menetapkan norma-normanya dalam lima kategori (halal/wajib, sunnah, mubah,
makruh, dan haram) dalam konfigurasi yang rentangannya lentur sesuai dengan kondisi dan
situasi darurat yang mendesak. Kekhawatiran tentang krisis demoralisasi dan dekadensi
moral dan sebagainya akan tetap meresahkan masyarakat modern kapan pun. Di sinilah peran
para pendidik Islam yang amat penting dalam masyarakat.
Pendidikan Islam harus dilaksanakan oleh para pendidik yang professional karena
memang sejalan dengan sabda Rasulullah s.a.w. sebagai berikut:

َ‫ر السَّا َعة‬Iِ ‫اِ َذا ُو ِس َد ْاالَ ْم َر اِلَى َغي ِْر اَ ْهلِ ِه فَا ْنتَ ِظ‬
“Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah akan saat
kehancurannya” (na’udzu billahi min dzalik).
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Sistem pendidikan khususnya Islam secara makro merupakan usaha pengorganisasian
proses kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran islam. Sedangkan metode berasal dari
kata “meta” berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Jadi, metode adalah jalan yang harus
dilalui untuk mencapai satu tujuan.
 Strategi pengelolaan sistem pendidikan Islam seharusnya bertumpu pada antisipasi
terhadap timbulnya fenomena kehidupan yang condong ke arah mengutamakan sikap dan
perilaku yang pragmatisme, sekularisme, materialisme serta individualisme-egoisme.
Metode pendidikan Islam, sasaran prosesnya tidak hanya terbatas pada masalah
internalisasi dan transformasi nilai-nilai agama atau tidak saja mengajarkan agama tetapi juga
ilmu dan teknologi. Metode pendidikan Islam adalah jalan yang harus dilalui dimana faktor
iman dan kemampuan bertakwa dalam perilaku pribadi dan sosial, dijadikan pusat program
kurikuler baik di lembaga pendidikan umum maupun keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayyin. 2007. Kapita Selekta Pendidikan Islam,  Jakarta: PT Bumi Aksara.

Djamaluddin dan Abdullah Aly. 1999. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia.

H.M. Arifin. 1995. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara

Rohmad, Ali. 2009. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta: Teras

Anda mungkin juga menyukai