Disusun Oleh :
1. Endah Tri Noviani (202103078)
2. Lestarini (202103092)
3. Mega Ayu Agustin (202103094)
4. Siti Mas’udah (202103110)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan hidayahNya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “Konsep Aljabaris,
Generalisasi, Pola dan Fungsi” tepat waktunya. Harapan kami semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan mahasiswa Magister Pendidikan Dasar pada umumnya.
Tidak lupa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Bapak
Dr. Sumaji, S.Pd, M.Pd selaku dosen “Pengembangan Matematika di SD” FKIP Universitas
Muria Kudus (UMK) yang banyak membantu dalam tugas ini dan semoga ilmu yang kami
dapatkan bisa terus berkembang.
Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini, masih banyak kekurangan maupun
kesalahan. Oleh karena itu kami bersedia menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan membantu untuk dijadikan bahan
referensi oleh peneliti berikutnya dengan masalah yang sama.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
I. KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
II. DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
III. BAB I.PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................... 1
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH .................................................. 1
IV. BAB II. PEMBAHASAN ......................................................................... 2
A. KONSEP ALJABARIS DAN PENERAPANNYA…................................... 2
B. GENERALISASI …………………………………………………………. 6
C. POLA …………………………………………………………………..... 8
D. FUNGSI …………………………………… …………………………….. 13
V. BAB III. PENUTUP ................................................................................. 14
VI. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 15
VII. LAMPIRAN
Link PPT .......................................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai berbagai problem atau
permasalahan yang berkaitan dengan aljabar. Berbagai bidang kehidupan telah
mengangkat permasalahan-permasalahan aljabar ke dalam bidang mereka sendiri.
Baik dari bidang ekonomi maupun bidang-bidang lainnya, aljabar selalu diterapkan
untuk mencapai suatu keputusan dan hasil yang baik. Sehingga tak heran bila kita akan
mendapatkan materi pembelajaran Aljabar ketika belajar di kelas.
Dewasa ini, siswa yang belum mengenal bahkan mengetahui tentang materi aljabar.
Mereka menganggap aljabar sebagai pelajaran yang menakutkan. Bahkan tak sedikit pula
yang benar-benar membenci pelajaran ini.
Beranjak dari situlah, materi aljabar selalu berusaha dalam bentuk yang lebih
menyenangkan. Penampilan-penampilan yang terasa baru memang patut dipertunjukkan
untuk meningkatkan kecintaan terhadap aljabar.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini :
1. Apa pengertian dari konsep berpikir aljabaris?
2. Apa yang dimaksud dengan generalisasi?
3. Apa yang dimaksud dengan pola?
4. Bagaimana penerapan oprasi aljabar pada fungsi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Bentuk-Bentuk Aljabar :
a. Suku Sejenis Dan Tidak Sejenis
Bilangan dikatan sejenis apabila bilangan peubah dan pangkat dari bilangan peubah
sama. Bila keduanya berbeda, Maka disebut dengan suku tidak sejenis.
Contoh :
6xy + 8xy maka disebut suku sejenis, apabila10qy+ 8a disebut suku tidak sejenis.
b. Koefisien
Apabila terdapat koefisien yang jumlahnya sama dengan 1, maka kamu tidak perlu
menulis nyalagi. Misalnya 1c – 1d – 1e cukup dituliskan c – d – e.
Contoh :
4×5 + 6y – 3 maka 4 adalah koefisien dari x5, sedangkan 6 merupakan koefisien dari y.
c. Faktor
2
Contoh : l x t x u atau l.t.u . Sehingga, faktornya adalah l, t, dan u.
d. Konstanta
e. Suku
f. Sifat Asosiatif
g. Sifat Distributif
Contoh :
d(e + f) = de + df dengan d, e, f, disebut (bilangan riil)
h. Sifat Komunikatif
Contoh :
a+b=ab dengan a,b, disebut (bilangan riil)
Penjumlahan: d x (a + e) = da + de
Pengurangan: d x (a – e) = da – de
Contoh:
8(4x + 6y)= 32x + 48y
-5(3x – 5)= -15x + 25
-4(5x + 2y)= -20x – 8y
2. Penjumlahan Dan Pengurangan Aljabar
Contoh :
Sederhanakan bentuk dari 6a – 4b + 3a +2b – 3c
6a – 4b + 3a + 2b – 3c = 6a + 3a – 4b + 2b – 3c
3
= (6 + 3)a + (-4 + 2)b – 3c
= 9a + 2b – 3c
Contoh :
Kurangkan 4a – 6 dari 14a + 8
(14a + 8) – (4a – 6) = 14a + 8 – 4a + 6
= 14a – 4a + 8 + 6
= 10a + 14
3. Menghitung Perkalian Aljabar
Contoh satu :
2 ( 3x + 4 ) + 6x ( x +2 )
= -4x – 24 – 8x + 12
= -12x – 12
4. Menghitung Pembagian Aljabar
contoh :
( 8p3 + 10p2 – 12 p ) : ( -2p )
4
2. –(4x2yz3)3 = –64xa3b9
3. (–4c2d)2 = 16c4d2
6. Substitusi Pada Bentuk Aljabar
Nilai bentuk aljbar dapat diperoleh dari cara mencari sembarang bilangan variabel
bentuk.
7. KPK dan FPB Bentuk Aljabar
Untuk mencari bilangan KPK dan FPB pada aljabar dilakukan dengan mencari
bentuk-bentuk menjadi perkalian faktor-faktor primanya.
Contoh :
12pq dan 8pq2
Jawab :
= 12pq = 22 x 3 x p x q
=8pq2 = 23 x p x q2
KPK= 23 x 3 x p x q2
=24pq2
FPB = 22 x p x q
=4pq
8. Penjabaran Bentuk Aljabar
Contoh :
a. (3x + 5)2
b. (2x – 3y)2
Jawab :
a. (3x + 5)2 = 1(3x)2(5)0 + 2(3x)1(5)1 + 1(3x)0(5)2
= 1(9×2)(1) + 2(3x)(5) + 1(1)(25)
= 9×2 + 30x + 25
b. (2x – 3y)2 = 1(2x)2(-3y)0 + 2(2x)1(–3y)1 + 1(2x)0(–3y)2
= 1(4×2)(1) + 2(2x)(–3y) + 1(1)(9y2)
= 4×2 – 12xy + 9y2
5
RUANG LINGKUP ALJABAR DI SEKOLAH DASAR
Ruang lingkup Materi meliputi :
1. Pola dan Pola Bilangan
2. Merepresentasikan situasi menggunakan simbol aljabar (pra-aljabar)
3. Menggunakan aljabar untuk memahami hubungan kuantitatif.
B. GENERALISASI MATEMATIS
Generalisasi didasari oleh prinsip apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu
dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi. Oleh karena
itu, hasil penalaran ini hanya berupa harapan atau dugaan. Lebih lanjut, generalisasi
mencakup pengamatan fakta-fakta khusus dan menemukan pola atau aturan yang
melandasinya. Hal ini sejalan dengan Ruseffendi bahwa membuat generalisasi adalah
membuat perkiraan atau terkaan berdasarkan pengetahuan (pengalaman) yang
dikembangkan melalui fakta-fakta khusus.
Gegne berpendapat bahwa generalisasi diartikan sebagai transfer belajar. Transfer belajar
ini lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola
dan prinsip-prinsip umum. Artinya bahwa siswa akan mampu mengadakan generalisasi,
yaitu menangkap ciri-ciri atau sifat umum yang terdapat dari sejumlah hal-hal khusus,
6
apabila siswa telah memiliki konsep, kaidah, prinsip (kemahiran intelektual) dan siasat-
siasat memecahkan masalah tersebut.
Syarat Generalisasi Matematis
Menurut Soekadijo generalisasi memuat beberapa syarat diantaranya adalah:
(1) generalisasi harus tidak terbatas secara numerik, artinya generalisasi tidak boleh
terikat kepada jumlah tertentu.
(2) generalisasi harus tidak terbatas secara spasio-temporal, artinya tidak boleh terbatas
dalam ruang dan waktu.
Tahapan Generalisasi Matematis
Proses generalisasi matematika terdiri dari 4 tahap yaitu:
1. Tahap Perception of Generality
Pada tahap ini siswa baru sampai pada tahap mengenal sebuah aturan/ pola. Pada
tahap ini siswa juga telah mampu mempersepsi atau mengidentifikasi pola. Siswa
telah mengetahui bahwa masalah yang disajikan dapat diselesaikan menggunakan
aturan/pola.
2. Tahap Ekspression of Generality
Pada tahap ini siswa telah mampu menggunakan hasil identifikasi pola untuk
menentukan struktur/ data/ gambar/ suku berikutnya. Pada ini siswa juga telah mampu
menguraikan sebuah aturan/ pola, baik secara numerik maupun verbal.
3. Tahap Symbolic Ekspression of Generality
Pada tahap ini siswa telah mampu menghasilkan sebuah aturan dan pola umum.
Selain itu siswa juga telah mampu memformulasikan keumuman secara simbolis.
4. Tahap Manipulation of Generality
Pada tahap ini siswa telah mampu menggunakan hasil generalisasi untuk
menyelesaikan masalah, dan mampu menerapkan aturan/ pola yang telah mereka
temukan pada berbagai persoalan.
Generalisasi didasari oleh prinsip apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu
dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi (Soekadijo,
1999: 134). Oleh karena itu hasil penalaran secara generalisasi hanya suatu harapan atau
dugaan. Perkiraan atau terkaan itu berdasarkan pengetahuan (pengalaman) yang
dikembangkan melalui fakta-fakta khusus.
Kesimpulan dari hasil penalaran generalisasi hanya suatu harapan, suatu kepercayaan
yang berupa suatu probabilitas. Tinggi-rendahnya probabilitas konklusi itu dipengaruhi
oleh sejumlah faktor yang disebut faktor-faktor probabilitas.
7
Sifat Generalisasi Berhubungan Dengan Faktor Probabilitas
Soekadijo (1999: 136) mengatakan bahwa faktor-faktor probabilitas yang berhubungan
dengan generalisasi memiliki sifat-sifat berikut:
(1) makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran, makin tinggi probabilitas
konklusinya;
(2) makin besar jumlah faktor kesamaan di dalam premis, makin rendah probabilitas
konklusinya dan sebaliknya;
(3) makin besar jumlah faktor disanaloginya didalam premis, makin tinggi probabilitas
konklusinya dan sebaliknya;
(4) semakin luas konklusinya semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya.
C. POLA
Pola bilangan pada matematika memiliki pengertian suatu susunan bilangan yang
memiliki bentuk teratur atau suatu bilangan yang tersusun dari beberapa bilangan lain
yang membentuk suatu pola.
Poal bilangan ganjil yaitu pola bilangan yang terbentuk dari bilangan – bilangan ganjil
. Sedangkan pengertian dari bilangan ganjil sendiri memiliki arti suatu bilangan asli
yang tidak habis dibagi dua ataupun kelipatannya .
Un = 2n – 1
8
Contoh :
1 , 3 , 5 , 7 , . . . , ke 10
Jawab :
Un = 2n – 1
U10 = 2 . 10 – 1
= 20 – 1 = 19
pola bilangan genap yaitu pola bilangan yang terbentuk dari bilangan – bilangan
genap . Bilangan genap yaitu bilangan asli yaitu bilangan asli yang habis dibagi dua
atau kelipatannya .
Un = 2n
Contoh :
jawab :
9
Un = 2n
U10 = 2 x 10
= 20
Pola bilangan persegi , yaitu suatu barisan bilangan yang membentuk suatu pola persegi .
Un = n2
Contoh :
Jawab :
Un = n2
10
Pola bilangan persegi panjang yaitu suatu barisan bilangan yang membentuk pola persegi
panjang .
Un = n . n + 1
Contoh :
Jawab :
Un = n . n+ 1
U10 = 10 . 10 + 1
= 10 . 11
= 110
Pola bilangan segitiga yaitu suatu barisan bilangan yang membentuk sebuah pola bilangan
segitiga .
11
Gambar Pola bilangan segitiga :
Un = 1 / 2 n ( n + 1 )
Contoh Soal :
Jawab :
Un = 1/2 n ( n + 1 )
U 10 = 1/2 .10 ( 10 + 1 )
= 5 ( 11 ) = 55
Pola bilangan fibonacci yaitu suatu bilangan yang setiap sukunya merupakan jumlah dari
dua suku di depanya .
1 , 2 , 3 , 5 , 8 , 13 , 21 , 34 , 56 , . . .
2 , 2 , 4 , 6 , 10 , 16 , 26 , 42 , . . ..
12
D. FUNGSI
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), fungsi dalam Matematika
adalah besaran yang berhubungan. Jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain
juga berubah .Selain itu Fungsi dalam matematika juga diartikan sebagai suatu relasi
yang menghubungkan setiap anggota x dalam suatu himpunan yang disebut daerah asal
(Domain) dengan suatu nilai tunggal f(x) dari suatu himpunan kedua yang disebut daerah
kawan (Kodomain). Himpunan nilai yang diperoleh dari relasi tersebut disebut daerah
hasil ( Range).
Pada fungsi, terdapat beberapa istilah penting, di antaranya:
– Domain yaitu daerah asal fungsi f dilambangkan dengan Df.
– Kodomain yaitu daerah kawan fungsi f dilambangkan dengan Kf.
– Range yaitu daerah hasil yang merupakan himpunan bagian dari
kodomain. Range fungsi f dilambangkan dengan Rf.
Contoh fungsi dalam Matematika berikut ini:
f(x)=2x+1
Bagaimana cara memetakan nilai A ke B-nya kalau ada fungsi f(x) = 2x + 1?
Caranya kita harus membuat dulu nilai A untuk disubstitusi dengan x. Kemudian,
masukkan angkanya ke dalam fungsi f(x).
B = 2 (x) + 1
13
Fungsi matematika untuk f(x)=2x+1
Dari keterangan di atas terlihat bahwa “Setiap anggota di A harus memiliki pasangan dengan
tepat satu anggota di B”
Pertanyaan: Manakah diagram yang termasuk fungsi dan manakah yang bukan fungsi?
Untuk menjawab,kita harus ingat aturan fungsi yang menyatakan bahwa “Setiap anggota di
A harus memiliki pasangan dengan tepat satu anggota di B”. Dengan begitu, kita dapat
menentukan bahwa:
(i) Bukan termasuk fungsi, karena ada anggota A yang gak memiliki pasangan di B.
(ii) Bukan termasuk fungsi, karena ada anggota A yang memiliki dua pasangan di B.
14
Lalu, bagaimana menentukan fungsi dan bukan fungsi dari suatu grafik?
grafik
fungsi dan bukan fungsi matematika
Masih sama aturannya, bahwa setiap nilai A harus memiliki satu pasangan di B. Dengan
begitu kita akan memperoleh hasilnya:
(2) Termasuk fungsi, karena setiap x memiliki satu nilai y, meskipun ada nilai x yang y-nya
sama.
(3) Bukan termasuk fungsi, karena setiap nilai x memiliki dua nilai y.
(4) Bukan termasuk fungsi, karena setiap nilai x memiliki dua nilai y.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Aljabar adalah ilmu matematika berisikan teori bilangan, analisis penyelesaian, dan
geometris.
2. Siswa akan mampu mengadakan generalisasi matematika yaitu menangkap ciri-ciri
atau sifat umum yang terdapat dari sejumlah hal-hal khusus apabila siswa telah
memiliki konsep, kaidah, prinsip (kemahiran intelektual) dan siasat-siasat
memecahkan masalah tersebut.
3. Pola bilangan pada matematika memiliki pengertian suatu susunan bilangan yang
memiliki bentuk teratur atau suatu bilangan yang tersusun dari beberapa bilangan lain
yang membentuk suatu pola.
4. Fungsi dalam Matematika adalah besaran yang berhubungan. Jika besaran yang satu
berubah, besaran yang lain juga berubah
B. Saran
Dalam mengajarkan materi aljabar kepada siswa Sekolah Dasar hendaknya guru
menggunakan benda kongkret atau gambar supaya siswa mudah untuk menangkap
pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
Link PPT
https://www.canva.com/design/DAFUphfe_QI/UApQTepizU7koobDaygymw/edit?
utm_content=DAFUphfe_QI&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_
source=sharebutton
18