Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FILSAFAT DAN SEJARAH PENDIDIKAN MATEMATIKA

“Peran Filsafat dalam Pembelajaran Matematika Materi Teorema


Phytagoras”

Dosen Pengampu :

Dr. NAHOR MURANI HUTAPEA, M. Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Setya Perwira Manurung (2305113661)


2. Charyna Naurah Puetri (2305113160)
3. Chairani Putri Allysyah (2305113259)

KELAS 1B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul “Peran Filsafat dalam Pembelajaran Matematika materi Teorema

Phytagoras” ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat

Pendidikan Matematika. Dalam makalah ini penulis menjabarkan tentang sejarah

Phytagoras, penemuan Teorema Phytagoras, Phytagoras dalam masalah

kontekstual, dan Peran Filsafat dalam Teorema Phytagoras. Terima kasih penulis

ucapkan kepada Bapak Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd selaku dosen pengampu

mata kuliah ini yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan pada penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.

Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Pekanbaru, November 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. i

Daftar isi ...................................................................................................... ii

Daftar Gambar ............................................................................................. iii

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Biografi Phytagoras .................................................................................... 3

B. Sejarah Penemuan Teorema Phytagoras ..................................................... 4

C. Teorema Phytagoras dan Pembuktiannya ................................................... 6

D. Teorema Phytagoras dalam Masalah Kontekstual ...................................... 9

E. Peran Filsafat dalam Pembelajaran Matematika ....................................... 12

F. Peran Filsafat dalam Teorema Phytagoras ................................................. 13

BAB III : PENUTUP ........................................................................................... 16

A. Kesimpulan ............................................................................................... 16

B. Saran.......................................................................................................... 16

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 17

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Phytagoras ................................................................................... 3

Gambar 2 Pola ubin Asia Timur ................................................................. 5

Gambar 3. Square Root Spriral…………………………………………….. 6

Gambar 4. Segitiga siku-siku………………………………………………. 7

Gambar 5. Pembuktian Teorema Phytagoras………………………………. 7

Gambar 6. Pembuktian Teorema Phytagoras (2)…………………………… 8

Gambar 7. Pembuktian Euclid............................................................................ 8

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika adalah ilmu yang berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu

perkembangan teknologi maupun sains. Dengan belajar matematika, secara tidak

langsung akan meningkatkan pola pikir manusia. Melihat besarnya peran ilmu

matematika, maka sangat penting untuk menguasai matematika itu sendiri.

Di dalam kurikulum 2013, salah satu tujuan pembelajaran matematika

adalah menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika, baik

dalam penyederhanaan, maupun menganalisis komponen yang ada dalam

pemecahan masalah dalam konteks matematika ataupun di luar matematika

(kehidupan nyata, ilmu, dan teknologi) yang meliputi kemampuan memahami

masalah, membangun model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan

solusi yang diperoleh termasuk dalam rangka memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari (Adinawan: 2016).

Dalam usaha pencapaian tujuan tersebut, dibutuhkan proses belajar

mengajar yang efektif dan efisien pada semua mata pelajaran, salah satunya adalah

pada materi Teorema Phytagoras. Teorema Phytagoras adalah salah satu dari materi

yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Oleh karena itu pentingnya ilmu

filsafat dalam pembelajaran Teorema Phytagoras, mengingat bahwa filsafat adalah

ilmu yang mendasari pemecahan masalah. Dengan filsafat, pembelajaran akan

menjadi bermakna.

1
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat tema pentingnya

peran filsafat dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi Teorema

Phytagoras.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1. Bagaimana sejarah penemuan Teorema Phytagoras?

2. Bagaimana penjabaran Teorema Phytagoras?

3. Bagaimana penerapan Teorema Phytagoras dalam masalah kontekstual?

4. Bagaimana peran filsafat dalam pembelajaran Teorema Phytagoras?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Menjabarkan sejarah penemuan Teorema Phytagoras

2. Menjabaran Teorema Phytagoras

3. Menjabarkan penerapan Teorema Phytagoras dalam masalah kontekstual

4. Menjelaskan peran filsafat dalam pembelajaran Teorema Phytagoras

D. Manfaat Penulisan

Makalah ini akan sangat bermanfaat untuk menambah wawasan kita tentang

sejarah Teorema Phytagoras, penerapannya dalam masalah kontekstual, dan

pentingnya peran filsafat dalam pembelajaran Teorema Phytagoras,sehingga dapat

diaplikasikan dalam proses pembelajaran di kelas.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Bigorafi Phytagoras

Pythagoras lahir pada tahun 570 SM, di pulau Samos, di daerah Ionia. (582

SM – 496 SM). Pythagoras dalam bahasa Yunani ditulis: Πυθαγόρας adalah

seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang berbeda dari filsuf-filsuf lain. Dia

dikenal sebagai "Bapak Bilangan". Dia

memberikan sumbangan yang penting terhadap

filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-

6 SM. Pythagoras adalah anak Mnesarchus,

seorang pedagang yang berasal dari Tyre. Pada

usia 18 tahun dia bertemu dengan Thales. Thales,

seorang kakek tua, mengenalkan matematika

kepada Pythagoras (Intan:2016) Gambar 1. Pythagoras

Dalam tradisi Yunani, diceritakan bahwa ia banyak melakukan perjalanan,

diantaranya ke Mesir. Perjalanan Phytagoras ke Mesir merupakan salah satu bentuk

usahanya untuk berguru, menimba ilmu pada imam-imam di Mesir. Disini ia belajar

berbagai macam misteri. Selain itu, Phytagoras juga berguru pada imam-imam

Caldei untuk belajar Astronomi, pada para imam Phoenesia untuk belajar Logistik

dan Geometri.

Menurut Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh

Tuhan saja, oleh karenanya ia tidak mau disebut sebagai orang arif sperti Thales,

akan tetapi menyeburt dirinya sebagai philosophes yaitu pencipta kearifan. Istilah

3
philosophos ini kemudian menjadi philosophia yang terjemahnya secara harfiah

adalah cinta kearifan atau kebijakan. Sampai sekarang secara etimologi dan

singkat sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau

kebijaksanaan (love of wisdom).

Pythagoras melihat bahwa alam dapat dijelaskan dengan bilangan-bilangan

tertentu atau matematika. Matematika merupakan bentuk yang berbeda dengan

pengetahuan yang lain. Matematika memiliki universalitas dan kepastian.

Proposisi-proposisi matematika dapat diketahui dengan benar secara pasti.

Pythagoras sangat berjasa dalam perkembangan ilmu hitung.

Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema

Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga

sikusiku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-

sikunya).

Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya

Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang

pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis.

B. Sejarah Penemuan Teorema Phytagoras

Teorema Phytagoras berbunyi: “Jumlah dari kuadrat sisi-sisi segitiga

sikusiku sama dengan kuadrat sisi miring. Hubungan ini telah dikenal sejak zaman

Babilonia dan Mesir kuno, meskipun mungkin belum dinyatakan secara eksplisit

seperti di atas. Sekitar pertengahan tahun 4000 dalam kalender Babilonia (sekitar

tahun1900 SM) dalam koleksi dari Columbia University, New York terdapat daftar

4
kolom nomor yang menunjukkan apa yang sekarang kita sebut Triples Pythagoras

– yaitu kumpulan angka yang memenuhi persamaan a2 + b2 = c2

Diketahui bahwa orang Mesir menggunakan sejenis tali kusut sebagai

bantuan untuk membentuk sudut siku-siku dalam kegiatan pembangunan

gedunggedung mereka. Tali memiliki panjang 12 knot, yang dapat dibentuk menjadi

sebuah segitiga siku-siku ukuran 3-4-5, sehingga menghasilkan tepat sudut 90

derajat. Ada bukti lebih lanjut yang membuktikan bahwa hubungan Pythagoras

sudah lebih dahulu dikenal sebelum lahirnya teorema Phytagoras yang sangat

terkenal itu. Pola ubin seperti yang ditampilkan di bawah ini adalah ciri khas yang

sudah terlihat di Asia Timur (Bayu Sugara)

Gambar 2. Pola ubin Asia timur

Jika dihitung segitiga di kotak a dan b, yang merupakan kaki-kaki segitiga,

akan terlihat bahwa masing-masing ada 8. Sedangkan di sisi miring dari segitiga,

yaitu c, berisi 16 segitiga. Diperkirakan bahwa Bangsa Babilonia telah mengetahui

pola ubin semacam itu, yang tentu saja menjadi bukti Teorema

Pythagoras.

5
Setelah ditemukan oleh kelompok Pythagoras, namun menolak untuk

mengakui keberadaan bilangan irasional, imulailah pencarian tentang bilangan

tersebut. Salah satunya adalah dengan cara berikut. Dimulai dengan segitiga

sikusiku sama kaki dengan kaki panjang 1, kita dapat membangun segitiga siku-

siku di sampingnya yang hypotenuses panjangnya adalah sqrt 2, sqrt 3, sqrt 4, sqrt

5, dan seterusnya. Konstruksi ini sering disebut sebagai Square Root Spiral.

Gambar 3. Square Root Spriral

Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya

Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena beliaulah yang

pertama membuktikan pengamatan ini secara matematis.

C. Teorema Phytagoras dan Pembuktiannya

Teorema Pythagoras berbunyi: Pada suatu segitiga siku-siku berlaku bahwa

kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi lainnya. Secara umum,

jika segitiga ABC siku-siku di C maka teorema Pythagoras dapat

6
dinyatakan = + . Banyak buku menuliskan
teorema ini sebagai dengan c adalah sisi miring.

Gambar 4. Segitiga siku-siku

Gambar 5. Pembuktian teorema Phytagoras

Pembuktian pertama:

Pada gambar 5 di atas, terdapat empat segitiga siku-siku yang sebangun dan sama

besar, persegi dengan panjang sisi c dan persegi dengan panjang sisi a + b. Luas

keempat segitiga siku-siku adalah 2ab, luas persegi yang di dalam adalah dan

luas persegi yang besar (yang terluar) adalah = +2ab+ Dari gambar

bidang tersebut, dapat kita peroleh persamaan berikut:

Luas persegi yang terluar = luas persegi yang di dalam + 4 luas segitiga siku-siku.

+ 2ab + = + 4.

+ 2ab + = + 2 ab

+ 2ab + – 2ab =

7
+ =

Terbukti bahwa = +

Pembuktian kedua:

Gambar 6. Pembuktian Teorema Phytagoras (2)

Dari gambar 6 di atas dapat dijabarkan:

Jumlah kotak persegi c = jumlah kotak persegi a + jumlah kotak persegi b

25 = 9 + 16 52 = 32

+ 42 c2 = a2 + b2

terbukti

8
Pembuktian ketiga

Gambar 7. Pembuktian Euclid

(Sumardiyono:2016)

Ketiga pembuktian di atas adalah sebagian pembuktian yang dilakukan oleh para

ahli untuk membuktikan kebenaran Teorema Phytagoras.

D. Penerapan Teorema Phytagoras dalam Masalah Kontekstual

Teorema Phytagoras banyak digunakan pada materi-materi lain misalnya pada

bangun datar, bangun ruang, kesebangunan, dan materi geometri lainnya. Selain itu

Teorema Phytagora juga dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah kontekstual.

9
Penerapan Teorema Phytagoras akan disajikan ke dalam contoh-contoh soal

berikut:

Contoh Soal 1

Seorang anak menaikkan layang-layang dengan benang yang panjangnya 250

meter. Jarak anak di tanah dengan titik yang tepat berada di bawah layanglayang

adalah 70 meter. Hitunglah ketinggian layang-layang tersebut.

Penyelesaian:

Jika digambarkan sketsanya, akan tampak seperti gambar di bawah ini.

Di mana AB merupakan jarak anak di tanah dengan titik yang tepat berada di bawah

layang-layang dan AC merupakan panjang benang. Tinggi langyanglayang dapat

dicari dengan teorema Pythagoras yakni:

BC = √(AC2 – AB2)

BC = √(2502 – 702)

BC = √(62500 – 4900)

BC = √57600

BC = 240 m

Jadi, ketinggian layang-layang tersebut adalah 240 m

10
Contoh Soal 2

Sebuah kapal berlayar kearah utara sejauh 9 km, lalu berbelok kea rah barat sejauh

12 km. Berapakah jarak kapal sekarang terhadap titik awal keberangkatan?

Penyelesaian:

Misalkan, titik P adalah titik awal kapal berlabuh, lalu berlayar ke arah utara (U)

sejauh 9 km, berarti PU = 9 km. Kemudian, ke arah barat (B) sejauh 12 km, berarti

UB = 12 km. Jaraknya sekarang dari titik awal diwakili oleh PB. Panjang

PB dapat kamu tentukan menggunakan teorema Pythagoras berikut ini.

PB² = PU² + UB²

= 9² + 12²

= 81 + 144 = 225

PB

Jadi, jarak kapal sekarang dari titik awal keberangkatan adalah 15 km.

Demikianlah beberapa penerapan Teorema Phytagoras dan masih banyak lagi

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

11
E. Peran Filsafat Dalam Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan cabang mata pelajaran yang luas cakupannya dan

bukan hanya sekedar bisa berhitung atau mensubtitusikan ke rumus saja tetapi

mencakup beberapa kompetensi yang menjadikan siswa tersebut dapat memahami

dan mengerti tentang konsep dasar matematika (Marsigit: 2018). Belajar

matematika juga membutuhkan kemampuan bahasa untuk bisa mengerti soal-soal

atau mengerti logika, juga imajinasi dan kreativitas, dan sekiranya dipergunakan

dalam lingkungan sekolah , yaitu antara guru dan siswa maka kuncinya adalah

mengambil contoh dalam hidup sehari-hari dan dibuat semenarik mungkin.

Peran filsafat matematika adalah untuk memberikan landasan yang

sistematis dan absolut untuk pengetahuan matematika, yaitu dalam nilai kebenaran

matematika (Paul Ernest: 1991). Filsafat mengajarkan tentang teori belajar, metode

mengajar, dan paedagogik, Guru harus mengetahui bagaimana memahami psikologi

siswa agar dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dan tepat, dan semua itu

diperoleh melalui ilmu filsafat. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi

professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru

secara utuh dan menyeluruh. Ada delapan keterampilan mengajar yang sangat

berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya,

memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup

pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil,

mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil atau perorangan.

Penguasaan terhadap keterampilan mengajar tersebut harus untuh dan

terintegrasi. Dipandang dari segi lain seorang guru harus mempunyai pendekatan

12
dan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dan memilih metode-metode

pembelajaran yang efektif serta berusaha memberikan variasi dalam metode

pembelajaran agar tidak kelihatan atau menyebabkan siswa atau peserta didik jenuh.

Jika hal ini diterapkan, maka dituntut sekali inisiatif guru untuk melakukan variasi

dan krativitas guru.

Guru merupakan seorang figur yang menjadi tauladan dan pedoman bagi

siswa dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Guru merupakan nara sumber yang

akan memberikan dan menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan

bagi siswa, terutama sekali dalam hal pemahaman dan penyelesaian mata pelajaran

matematika. Tetapi hal tersebut kemungkinan besar tidak sampai pada tahap yang

diharapkan. segala macam bentuk persoalan yang akan diberikan kepada siswa

harus menggambarkan persoalan yang ditemui sehari-hari atau dengan kata lain

yang berdekatan dengan pengalaman empiris peserta didik di lapangan. Jadi dengan

adanya kegiatan pembelajaran yang mengaitkan langsung dengan kehidupan nyata

peserta didik akan dengan mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik

F. Peran Filsafat Dalam Pembelajaran Teorema Phytagoras

Dalam pembelajaran matematika sejak dini siswa sudah dididik untuk

menggunakan logika sehari-hari yang tentunya akan menjadi lebih mudah bagi

siswa dalam menerima dan memahami pelajaran matematika. Dengan

implementasi filsafat sebagai latar belakang lahirnya suatu konsep matematika,

maka setiap siswa diharapkan mampu dan mau mempelajarinya sampai tuntas dan

mencintai matematika dengan lebih mendalam. Dengan ini siswa mampu

13
menemukan konsep dan rumus-rumus matematika dasar sehingga siswa sangat

menyukai dan menumbuhkan semangat eksplorasi dunia angka, bilangan dan

konsep matematika yang lebih rumit

Menurut Bakhtiar (2004) manfaat yang ditimbulkan dari implementasi

filsafat matematika pada pelajaran matematika di sekolah yaitu pembelajaran

matematika menjadi bermakna, dan nilai pelajaran matematika akan meningkat.

Begitu juga dalam pembelajaran Teorema Phytagoras. Filsafat sangat berperan

penting dalam pembelajaran teorema Phytagoras agar pembelajaran tersebut

menjadi bermakna.

Phytagoras sendiri adalah seorang filsuf, dan dia selalu menggunakan

filsafat dalam berpikir dan memecahkan sesuatu. Penting bagi guru untuk

memperkenalkan biografi Phytagoras sebagai penemu Teorema Phytagoras dan

sejarah penemuannya, serta bagaimana perjuangan Phytagoras untuk menemukan

pembuktian terhadap teoremanya tersebut.

Dengan berpikir filsafat, maka maka kita dituntut untuk berpikir kritis,

mendasar, dan menyeluruh. Ketika guru menggunakan filsafat

dalam

pembelajaran, implementasinya adalah guru melatih siswa untuk berpikir kritis,

mendasar dan menyeluruh. Siswa tidak serta merta hanya menerima teorema

tersebut, namun guru harus membimbing siswa untuk membuktikan kebenaran

teorema tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa kegiatan pembuktian

dimana siswa berperan langsung. Jika siswa menemukan konsep sendiri, maka

pemahaman siswa akan lebih mendalam tentang konsep tersebut. Sedangkan

14
berpikir menyeluruh, artinya siswa dibimbing untuk membuktikan apakah teorema

tersebut berlaku bagi semua segitiga siku-siku dengan berbagai ukuran.

Selain dari itu, salah satu faktor pendorong timbulnya filsafat adalah karena

masalah. Artinya, berpikir filsafat sama saja berpikir menyelesaikan masalah.

Dengan adanya filsafat dalam pembelajaran Teorema Phytagoras, maka siswa

dilatih untuk memanfaatkan Teorema Phytagoras untuk menyelesaikan

permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan materi tersebut. Siswa dilatih

untuk menganalisis permasalahan, memahami apa yang diketahui dan ditanya, lalu

berpikir menentukan strategi penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah, lalu

membuat kesimpulan.

15
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teorema Phytagoras ditemukan oleh seorang filsuf dan matematikawan

Yunani bernama Phytagoras. Teorema Pythagoras berbunyi: Pada suatu segitiga

siku-siku berlaku bahwa kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi

lainnya. Secara umum, jika segitiga ABC siku-siku di C maka teorema Pythagoras

dapat dinyatakan = + . Banyak buku menuliskan teorema ini sebagai

dengan c adalah sisi miring. Teorema Phytagoras sudah dibuktikan

kebenarannya oleh Phytagoras sendiri dan beberapa ahli lainnya dengan berbagai

cara.

Filsafat sangat berperan penting dalam pembelajaran teorema Phytagoras

agar pembelajaran tersebut menjadi bermakna. Dengan berpikir filsafat, maka maka

kita dituntut untuk berpikir kritis, mendasar, dan menyeluruh. Ketika guru

menggunakan filsafat dalam pembelajaran, implementasinya adalah guru melatih

siswa untuk berpikir kritis, mendasar dan menyeluruh. Dengan adanya filsafat

dalam pembelajaran Teorema Phytagoras, maka siswa dilatih untuk memanfaatkan

Teorema Phytagoras untuk menyelesaikan permasalahan

kontekstual yang berkaitan dengan materi tersebut

B. SARAN

Guru harus menyertakan filsafat dalam pembelajaran matematika, karena dengan

berfilsafat maka pemahaman siswa akan meningkat dan pembelajaran akan jadi

bermakna.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adinawan, M.Cholik., 2016, Matematika Untuk SMP dan MTs kelas VIII.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Amsal Bakhtiar. 2006. Filsafat Ilmu. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Bayu Sugara., Teorema Phytagoras. Utah State University

Indah Ajeng Pratiwi., 2016, Matematika Aliran Pythagoras. Universitas Surya


Kencana Cianjur

Marsigit.,2018, Sejarah dan Filsafat Matematika. Fakultas Pascasarjana UNY

Paul Ernest., 2004. The Philosophy of Mathematics Education, Taylor & Francis e-
Library, 2004

Sumardiyono. 2016. Pembuktian Teorema Pythagoras Dari Euclid Pembuktian


Teorema Pythagoras Dari Euclid, p4tkmatematika.org

17

Anda mungkin juga menyukai