Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TOKOH FILSAFAT : PYTAGORAS


Dosen pengampu mata kuliah : Bapak eman Faturahman M.pd

Disusun oleh :

TIKA NATALIA ( NIM 2022.09.02.0070)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP BABUNNAJAH MENES_PANDEGLANG 2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, merupakan suatu kata yang sangat pantas penulis ucapkan
kepada Allah SWT, yang karena-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah
Pengantar Filsafat yang berjudul “Tokoh Filsafat : pytagoreras ”.
Makalah ini dibuat dengan berbagai sumber referensi sehingga menghasilkan
karya yang dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, Kami mengucapkan terimakasih
kepada :

1.Bapak Eman Fathurrohman, M.Pd selaku dosen yang telah membimbing kami
2. Orang tua yang selalu mendukung kami, serta
3. Teman-teman yang sudah memberikan motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih penulis ucapkan dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih
positif bagi kita semua.

Pandeglang, 24 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................1
C. Tujuan Makalah................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................2
A. Sejarah pytagoras ............................................................2
B. Aliran pytagoras ............................................................3
C.pemikiran pytagoras ......................................................5
D. Pengertian Filsafat Kritisisme...........................................................6
BAB III PENUTUP .....................................................................................8
A. Kesimpulan.......................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Phytagoras lahir pada tahun 570 SM di pulau Samos, di daerah Ionia.


Pythagoras adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling
dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai “Bapak Bilangan”, dia
memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran
keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak
begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai
dirinya.

Phytagoras melakukan perjalanan kekreta untuk mempelajari sistem


hukum disana. Kembali di samos dia mendirikan sebuah sekolah yang
disebut setengah lingkaran. Phytagoras meninggalkan samos dan pergi ke
italia selatan pada sekitar 518 SM.

Phytagoras memiliki peran yang besar terhadap dunia Matematika. Salah


satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras,
yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku
adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi
siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak
diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan
kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan
ini secara matematis.

Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini


berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat
diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan
matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan
dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan.

1. RUMUSAN MASALAH
2. Bagaimana sejarah Phytagoras?
3. Apa saja aliran Phytagoras?
4. Apa saja mazhab atau pemikiran Phytagoras?

1. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

1. Untuk mengetahui tentang Phytagoras


2. Untuk mengetahui aliran Phytagoras
3. Untuk mengetahui mazhab Phytagor
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH PHYTAGORAS

Harun (2010 : 19) Phytagoras (569 SM – 475 SM) lahir di pulau Samos, di
daerah Ionia. Ayah Phytagoras Mnesarchus adalah seorang pedagang yang
datang dari Tirus, sementara ibunya Phytais adalah penduduk asli Samos.
Pythagoras adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling
dikenal melalui teoremanya. Sejarah awal geometri Yunani merupakan
campuran mitos, sihir, bentuk dan aturan, dan sebagian besar
tentang angka yang menakjubkan bagi Pythagoras. Pada usia 18 tahun dia
bertemu dengan Thales, seorang kakek tua yang mengenalkan matematika
kepada Pythagoras melalui muridnya yang bernama Anaximander.

Thales mendorong Pythagoras untuk melakukan perjalanan ke tanah kuno


dan juga menyarankan Phytagoras pergi ke Mesir untuk mempelajari
lebih banyak ilmu pengetahuan. Atas saran tersebut, Pythagoras pergi ke
Babel dan belajar kepada Chaldean Stargazers tentang Astronomi. Setelah
itu ia pergi ke Mesir (sekitar 547 SM) dan mempelajari berbagai hal
termasuk geometri dari pendeta Mesir.

Phytagoras percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air yang
banyak dipercaya sebagai unsur semua benda. Angka bukan anasir alam.
Pada dasarnya kaum Phytagorean menganggap bahwa pandangan
Anaximandros tentang to Apeiron dekat juga dengan pandangan
Phytagoras. To Apeiron melepaskan unsur-unsur berlawanan agar terjadi
keseimbangan atau keadilan (dikhe). Pandangan Phytagoras
mengungkapkan bahwa harmoni terjadi berkat angka. Bila segala hal
adalah angka, maka hal ini tidak saja berarti bahwa segalanya bisa
dihitung, dinilai dan diukur dengan angka dalam hubungan yang
proporsional dan teratur, melainkan berkat angka-angka itu segala sesuatu
menjadi harmonis, seimbang. Dengan kata lain tata tertib terjadi melalui
angka-angka.

Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini


berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat
diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan
matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam
bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Terdapat legenda yang
menyatakan bahwa ketika muridnya Hippasus menemukan bahwa,
hipotenusa dari segitiga siku-siku sama kaki dengan sisi siku-siku
masing-masing 1, adalah bilangan irasional, murid-murid Pythagoras
lainnya memutuskan untuk membunuhnya karena tidak dapat membantah
bukti yang diajukan Hippasus.

Phytagoras memiliki peran yang besar terhadap dunia Matematika. Salah


satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras,
yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku
adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi
siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak
diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan
kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan
ini secara matematis.

2.2 ALIRAN PHYTAGORAS

Kaum Phytagorean sangat berjasa dalam meneruskan


pemikiran-pemikiran Phytagoras. Semboyan mereka yang terkenal adalah
“authos epha, ipse dixit”. Kaum ini diorganisir menurut aturan-aturan
hidup bersama dan setiap orang wajib menantinya. Mereka menganggap
filsafat dan ilmu pegetahuan sebagai jalan hidup, sarana supaya setiap
orang menjadi lahir sehingga luput dari perpindahan jiwa terus-menerus.

Diantara pengikut-pengikut Phytagoras, ternyata berkembang dua aliran:


Yang pertama disebut akusmatikoi (akusma = apa yang telah didengar;
peraturan). Mereka mengindahkan penyucian dengan menaati semua
peraturan secara seksama. Kedua disebut mathematikoi (matheis = ilmu
pengetahuan). Mereka mengutamakan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
pasti.

Ternyata doktrin kaum Phytagoras ini tidaklah sempurna. Hal ini karena
angka nol tidak mendapat tempat dalam kerangka kerja Phytagorean.
Angka nol tidak ada atau tidak dikenal dalam kamus Yunani.
Menggunakan angka nol dalam suatu nisbah tampaknya melanggar hukum
alam. Suatu nisbah menjadi tidak ada artinya karena ”campur tangan”
angka nol. Angka nol dibagi suatu angka atau bilangan dapat
menghancurkan logika. Nol membuat “lubang” pada kaidah alam semesta
versi Phytagorean, untuk alasan inilah kehadiran angka nol tidak dapat
ditolerir.

Phytagorean juga tidak dapat memecahkan “problem” dari konsep


matematika, yaitu bilangan irrasional yang sebenarnya juga merupakan
produk sampingan (by product) rumus: a2 + b2 = c2. Konsep ini juga
menyerang sudut pandang mereka, namun dengan semangat
persaudaraan tetap dijaga sebagai sebuah rahasia. Rahasia ini harus tetap
dijaga jangan sampai bocor atau kultus mereka hancur. Mereka tidak
mengetahui bahwa bilangan irrasional adalah “bom waktu”bagi kerangka
berpikir matematikawan Yunani. Nisbah antara dua bilangan tidak lebih
dari membandingkan dua garis dengan panjang berbeda. Anggapan dasar
Phytagorean adalah segala sesuatu yang masuk akaldalam alam semesta
berkaitan dengan kerapian (neatness) , proporsisi tanpa cacat atau rasional.
Nisbah ditulis dalam bentuk bilangan utuh, seperti 1, 2 atau 17, dimana
b≠0 karena dengan itu akan menimbulkan bencana. Tidak perlu dijelaskan
lagi, alam semesta tidak sesuai dengan kaidah tersebut. Banyak bilangan
yang tidak dapat dinyatakan semudah itu kedalam bentuk .

Kehadiran bilangan irrasional tidak dapat dihindari lagi adalah


konsekuensi matematikawan Yunani. Persegi panjang adalah bentuk
paling sederhana dalam geometri, tetapi dibaliknya terkandung bilangan
irrasional. Apabila dibuat garis diagonal pada persegi panjang akan
muncul bilangan irrasional dan besarnya ditentukan oleh akar bilangan.
Bilangan irrasional terjadi dan akan selalu terjadi pada semua bentuk
geometri. Contoh lain segitiga siku-siku dengan panjang kedua sisi adalah
satu, dapat dihitung panjang sisi lain dengan rumus Phytagoras yaitu .

2.3 MAZHAB DAN PEMIKIRAN PHYTAGORAS

Nama Phytagoras sudah tidak asing lagi dalam dunia ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu pasti. Dia adalah sosok yang sangat penting dalam
pengembangan matematika. Dua filsuf lain yang mempengaruhi
Phytagoras, dan untuk memperkenalkan dia untuk ide-ide matematika,
adalah Thales, dan muridnya Anaximander yang keduanya tinggal di
Miletus. Dikatakan bahwa Phytagoras mengunjungi Thales di Miletus
ketika ia berusia antara 18 dan 20 tahun. Namun yang diakui Phytagoras
sebagai guru adalah Pherekydes.

Phytagoras berpendapat bahwa segala sesuatu adalah


bilangan-bilangan. Betapa pun luas nya semesta ini, unsur-unsur dan
setiap perubahan di dalamnya dapat ditentukan dengan satuan-satuan
bilangan. Mazhab phytagoras berpandangan bahwa substansi dari segenap
yang ada adalah bilangan. Seluruh gejala alam semesta merupakan
pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan matematis.
Dengan demikian bilangan angka-angka merupakan intisari dan dasar
fundamental dari segala sesuatu di alam jagad raya semesta ini.

Sebagai contoh, Phytagoras yang juga dikenal sebagai musisi


berbakat, yaitu seorang pemain lira, menemukan musik terkait dengan
matematika. Ini diawali ketika Phytagoras bermain monokord (memiliki
satu dawai saja). Setiap perubahan panjang senar dengan perbandingan
yang tetap (1:2; 2:3; dan 3:4) akan menghasilkan nada yang berbeda untuk
setiap perbandingan namun kedengarannya sangat harmonis. Menurut
mereka, setiap perubahan dialam semesta ini dapat dicocokkan dengan
kategori-kategori matematis. Suara dawai dengan ukuran tertentu dapat
dikatakan dalam bilangan. Setiap perubahan yang terjadi di alam semesta
ini dapat dinyatakan dengan bilangan-bilangan.

Seandainya bilangan-bilangan tidak ada, bagi manusia tidak akan


ada barang apapun yang dapat menjadi jelas, baik pada dirinya sendiri
maupun dalam hubungan dengan barang-barang lain. Bentuk, isi dan
hakikat segala apapun tidak akan pernah lepas dari angka-angka. Sifat
angka-angka mustahil mengandung ketidakbenaran.

Salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema


Phytagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu
segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya
(sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak
diketahui sebelum lahirnya Phytagoras, namun teorema ini dikreditkan
kepada Phytagoras karena dia lah yang pertama membuktikan
pengamatanini secara matematis.

Penemuan Phytagoras dalam bidang musik dan matematika tetap


hidup sampai saat ini. Teorema Phytagoras tetap diajarkan di
sekolah-sekolah dan digunakan untuk menghitung jarak suatu
segitiga. Sebelum Phytagoras belum ada pembuktian atas asumsi-asumsi.
Phytagoras adalah orang pertama yang mencetuskan bahwa
aksioma-aksioma, postulat-postulat perlu diajarkan terlebih dahulu dalam
mengembangkan geometri.

1. Teorema Phytagoras

Teorema Phytagoras memainkan peran yang sangat signitif dalam


berbagai bidang yang berkaitan dengan matematika. Misalnya, untuk
membentuk dasar trigonometri dan bentuk aritmatika, dimana bentuk ini
menggabungkan geometri dan aljabar. Teorema ini adalah sebuah
hubungan dalam Geometri Euclides diantara segitiga sisi dari segitiga
siku-siku. Hal ini menyatakan bahwa “jumlah dari segitiga yang dibentuk
dari panjang dua siku-sikunya akan sama dengan jumlah persegi yang
dibentuk dari panjang hipotenusanya”

2. Sejarah dari Teorema Phytagoras

“Teorema Phytagoras” dinamakan oleh ahli matematika Yunani kuno yaitu


Phytagoras, yang dianggap sebagai orang yang pertama kali memberikan
bukti teorema ini. Akan tetapi banyak orang yang percaya bahwa terdapat
hubungan khusus antara sisi dari sebuah segitiga siku-siku jauh sebelum
Phytagoras menemukannya.
Hubungan mengenai jumlah dari kuadrat sisi segitiga siku-siku sama
dengan kuadrat sisi miring telah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir
kuno, meskipun mungkin belum dinyatakan secara eksplisit. Sekitar
pertengan tahun 4000 dalam kalender Babilonia (sekitar tahun 1900 SM),
yang sekarang dikenal sebagai Plimpton 322, (dalam koleksi dari Columbia
University, New York), terdapat daftar kolom nomor yang menunjukkan
apa yang sekarang kita sebut Triple Phytagoras, yaitu kumpulan angka
yang memenuhi persamaan Diketahui bahwa orang Mesir menggunakan
sejenis tali kusut sebagai bantuan untuk membentuk sudut siku-siku
dalam kegiatan pembangunan gedung-gedung mereka. Tali memiliki
panjang 12 knot, yang menghasilkan tepat sudut 90 derajat.

Sekitar 2500 tahun SM, Monumen Megalithic di Mesir dan Eropa Utara
tedapat susunan segitiga siku-siku dengan panjang sisi yang bulat. Bartel
Leendert van der Waerden menghipotesiskan bahwa Triple Phytagoras
diidentifikasi secara aljabar. Selama pemerintahan Hammurabi the Great
(1790-1750 SM), tablet Plimpton Mesopotamian 32 terdiri dari banyak
tulisan yang terkait dengan Triple Phytagoras, Phytagoras (569-475 SM)
menggunakan metode aljabar untuk membangun Triple Phytagoras.
Menurut Sir Tomas L. Heath, tidak ada penelitian sebab dari teorema
ini. Namun, penulis seperti seperti Plutarch dan Cicero mengatributkan
teorema ke Phytagoras sampai atribusi tersebut diterima dan dikenal
secara luas.

Pada 400 SM, Plato mendirikan sebuah metode untuk mencapai Triple
Phytagoras yang baik dipadukan dengan aljabar dan geometri. Sekitar
300 SM, elemen Euclid (bukti aksiomatis yang tetua) menyajikan teorema
tersebut. Teks Cina Pei Suan Ching yang ditulis antara 500 SM sampai
200 sesudah masehi memiliki bukti visual dari Teorema Phytagoras atau
disebut dengan “Gouge Theorem” (sebagai mana diketahui di cina) untuk
segitiga berukuran 3, 4, dan 5. Selama Dinasti Han (202-220 SM), Triple
Phytagoras muncul di sembilan bab pada seni matematika seiring dengan
sebutan segitiga siku-siku. Namun, hal ini belum dikonfirmasi apakah
Phytagoras adalah orang pertama yang menamukan hubungan antara sisi
dari segitiga siku-siku, karena tidak ada teks yang ditulis olehnya
ditemukan. Walaupun demikian, nama Phytagoras telah dipercaya untuk
menjadi nama yang sesuai untuk teorema ini.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Mengenai sejarah hidup phytagoras, Phytagoras lahir pada


tahun 580 SM di pulau Samos, Yunani. Ayahnya merupakan
seorang pedagang kaya bernama Mnesarchus dan ibunya bernama
Pythais yang berasal dari Samos. Phytagoras adalah tokoh yang
sangat terkenal tidak hanya dalam bidang matematika, melainkan
pula dalam bidang filsafat. Ia memiliki seorang guru bernama
Thales yang mengajarkan tentang filsafat dan matematika.
2. Phytagoras berkeyakinan bahwa “semua adalah
bilangan”. Pemikirannya dalam filsafat ini berpengaruh terhadap
kontribusinya dalam matematika. Sumbangan-sumbangan
Phytagoras dalam matematika diantaranya yaitu berbagai teorema
tentang segitiga, garis sejajar, poligon, lingkaran bidang lengkung
dan polyhedral; menyelesaikan masalah aplikasi tentang bidang;
dan salah satu segmen garis yang terkenal dengan istilah Golden
Section. Golden Section ini digunakan untuk membuat pentagram
phytagoras.
DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta :


Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI).

Anda mungkin juga menyukai