Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH SISTEM PAKAR

Teknik logika

Dosen Pengampuh :
Teguh Ansyor Lorosae, S.Kom

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Suryadin ( 2019060025 )
2. Muhammad Fajarullah ( 2019060064 )
3. Fifi Anggriani ( 2019060068 )
4. Sri Endang ( 2020060133 )
5. Wardatul Nafisa (2019060089 )
6. muhammad Fauzan (2019060015 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN( STKIP )
TAMAN SISWA BIMA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita semua berlimpahan nikmat
yang tidak sembanding dengan rasa syukur yang kita ucapkan. Selawat dan salam kepada
Rasulullah yaitu Nabi Muhammad S.A.W. dengan perjuangannya kita bisa merasakan
kebebesan dalam menutut ilmu tanpa dibatasi oleh golongan ras dan suku. Selawat dan salam
juga kepada ahli keluarga dan sahabat beliau yang ikut membantu beliau dengan harta dan
tenaga.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Teguh Ansyor Lorosae, S.Kom sebagai dosen
pengampu mata kuliah “SISTEM PAKAR”, semoga ilmu yang beliau berikan diberkahi oleh
Allah S.W.T. dan segala jerih payah beliau dalam mentrasfer ilmunya kepada kami mendapat
balasan kebaikan yang lebih besar dari Allah S.W.T., Aamiin.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bima,27 Oktober 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

SAMPUL...........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................
A. Penfertian Logika............................................................................................................
B. Sejarah Singkat Logika..................................................................................................
C.Prinsip-prinsip Logika.....................................................................................................
1.1 Prinsip Silogisme........................................................................................................
1.2 Modus Ponens.............................................................................................................
1.3 Modus Tollen..............................................................................................................
D. Logika dan Set Himpunan.............................................................................................
E. Kelebihan dan Kekurangan...........................................................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................
KESIMPULAN....................................................................................................................
DAFATAR PUSTAKA....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sistem Pakar merupakan salah satu area dari sistem kecerdasan buatan. Sistem ini
banyak dikembangkan dalam bidang ilmu komputer, yang mana dirancang untuk membantu
pengguna yang bukan merupakan seorang pakar untuk menyelesaikan suatu permasalahan
dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman seorang pakar yang telah diakuisisi
sebelumnya.

Sebagai salah satu dari sistem cerdas, tentunya didalam sistem pakar terdapat elemen
Basis Pengetahuan yang terdiri dari aturan (rule) dan fakta. Jika hanya terdapat basis
pengetahuan dari pakar saja tidaklah cukup untuk mengimplementasi suatu sistem menjadi
sebuah sistem pakar yang utuh, basis pengetahuan tersebut harus disesuaikan dengan
implementasi pada sistem dalam pemrograman komputer. Dikarenakan, Sistem Pakar sendiri
merupakan basis pengetahuan yang telah dilakukan inferensi sebelumnya.

Komputer tidak mengenal basis pengetahuan yang dirancang oleh kebanyakan manusia.
Basis pengetahuan sendiri biasanya ditulis dalam bahasa natural oleh manusia, yang mana
belum terbentuk seperti bahasa pemrograman pada umumnya yang dapat langsung diproses
oleh komputer.

Pengetahuan dapat direpresentasi dalam berbagai macam bentuk pada proses


representasi pengetahuan ini, baik bentuk yang simpel ataupun kompleks. Pada makalah ini
akan dibahas bagaimana bentuk-bentuk dari pemodelan representasi pengetahuan yang
digunakan dalam sistem pakar beserta beberapa contoh kasus pemodelan representasi
pengetahuan yang dapat diterapkan dalam sistem pakar.

1.2 Rumusan Masalah


Menjelaskan apa pengertian dan sejarah logika serta menjelaskan logika set
himpunan dan kelebihan dan kekurangannya
1.3 Tujuan
Mengetahui pengertian dan sejarah logika serta menjelaskan logika set himpunan
dan kelebihan dan kekurangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Umum Logika

Logika adalah bentuk representasi pengetahuan yang paling tua. Logika membentuk
kesimpulan atau menarik suatu inferensi berdasarkan fakta yang telah ada. Proses logika
berupa premis atau fakta-fakta yang diakui kebenarannya sehingga dengan melakukan
penalaran pd proses logika dapat dibentuk suatu inferensi yang benar juga.

B.Sejarah Singkat Logika


Ahli logika pertama, filosofi dan saintis : Aristoteles (384-322 SM) dari Yunani.
Mengembangkan teori yg dikenal dengan silogisme atau logika klasik, dengan dua
premis dan satu konklusi.

Contoh :

 Premis : semua laki-laki adalah makhluk hidup


 Premis : Socrates adalah laki-laki
 Konklusi : Socrates adalah makhluk hidup

Contoh diatas dapat dikonversikan ke :

 Semua L → H
 S→L
 Maka : S →H

2000 tahun kemudian dikembangkan logika modern oleh George Boole dan De Morgan yg
disebut Logika Simbolik. Berinteraksi dengan konsep abstraksi ke dalam simbol-simbol &
terkoneksi dengan operator tertentu. Contoh:

If P is true
Q is false
Then P or Q is True
P and Q is false
Simbol logika terdapat 2 perbedaan:

a. Logika proposisi

Proposisi adalah suatu pernyataan yang dapat bernilai Benar atau

Salah b. Kalkulus Predikat

Memasukkan hubungan antara objek-objek dan kelas-kelas dari objek.

1. Logika Proposional

Logika proposional berupa kalimat-kalimat lengkap dari fakta atau kenyataan.


Suatu pernyataan yang dapat bernilai Benar atau Salah. Contoh :

 Hari ini Hujan


 Besok hari Kamis

Menggunakan operator untuk menghubungkan proposisi.

 Prioritas 1.Negasi “~”


 Prioritas 2.And/Konjungsi “˄”
 Prioritas 3.OR/Disjungsi “˅”
 Prioritas 4.Implikasi “→”
 Prioritas 5.Biimplikasi “↔”
 Prioritas 6.Ekuivalensi “≡”

Kata, frasa dan kalimat → menyajikan dan menalar tentang properti dan relasinya.
Komponen utama :

 Predikat : relasi atau property


 Argumen : simbol untuk objek
 Menyajikan karakteristik individu atau kelompok

Simbol proposisional Kalculus:

• P, Q, R, S, .. : simbol propositional

• true, false : simbol kebenaran

• ¬⋁⋀→≡ : simbol penghubung


1.1Kalimat Logika Proposional

Kalimat logika proposional merupakan kalimat legal dari logika proposisi.


Suatu kalimat dalam bentuk WFF jhj dapat dibentuk simbol legal melalui beberapa aturan
di atas. Simbol ( ) dan [ ] digunakan untuk:

 Mengelompokkan subekspresi
 Mengatur urutan dalam mengevaluasinya dan dalam memaknainya

Kalimat logika proposional memiliki ketentuan sebagai berikut:


1. Setiap simbol logika proposisi dan simbol kebenaran.
2. Negasi dari suatu kalimat logika proposisi
3. Konjungsi (and) dari dua kalimat logika proposisi
4. Disjungsi (or) dari dua kalimat logika proposisi
5. Implikasi dari satu kalimat logika proposisi ke kalimat logika proposisi
6. Ekuivalensi dari dua kalimat logika proposisi
Contoh:
• P Q ; P dan Q disebut conjunct
• P Q ; P dan Q disebut disjunct
• P → Q : P disebut premis dan Q disebut konsekuen

1.2 Makna Semantik Logika Proposisional


 Simbol logika proposisi -> pernyataan
 Contoh:
P : “it is raining”
Q : “I live in a brown house”
 Pemberian nilai kebenaran dari suatu kalimat propositional -> interpretasi ->
deklarasi
(assertion) -> Simbol true = T dan simbol false = F
 Interpretasi atau nilai kebenaran kalimat didefinisikan sebagai:
a. negasi P: T jhj P false dan F jhj P true
b. konjungsi: T jhj kedua kalimat true
c. disjungsi: T jhj cukup salah satu kalimat true
d. implikasi: F jhj kalimat premis true dan konsekuen false
e. ekuivalensi: T jhj keduanya true
Tabel Kebenaran

• Daftar semua kemungkinan nilai dari proposisi tunggal dan pemberian nilai
untuk ekspresi yang ada.
• Digunakan untuk menilai gabungan proposisi
• Beberapa aturan untuk melakukan pembuktian ekuivalensi:

 ¬ (¬P) ≡ P
 (P ∨ Q) ≡ (¬P ∨ ¬Q)
 Kontrapositif: (P → Q) ≡ (¬P → ¬Q)
 De Morgan: ¬(P ∨ Q) ≡ ¬P ∧ ¬Q dan ¬(P ∧ Q) ≡ ¬P ∨ ¬Q
 Komutatif: (P ∧ Q) ≡ (Q ∧ P) dan (P ∨ Q) ≡ (Q ∨ P)
 Asosiatif: ((P ∧ Q) ∧ R) ≡ (P ∧ (Q ∧ R))
 Asosiatif: ((P ∨ Q) ∨ R) ≡ (P ∨ (Q ∨ R))
 Distributif: P ∨ (Q ∧ R) ≡ (P ∨ Q) ∧ (P ∨ R)
 Distributif: P ∧ (Q ∨ R) ≡ (P ∧ Q) ∨ (P ∧ R)

Contoh
• Dua ekspresi dianggap ekuivalen jhj semua nilai yang diberikan tabel
kebenaran bernilai sama.
• Dengan menggunakan tabel kebenaran, buktikan bahwa

(¬P ⋁ Q) ≡ (P → Q )

Operator Logika 1
 Setiap perangkai pada logika memiliki nilai kebenarannya masing-masing sesuai
jenis perangkai logika yang digunakan
 Perangkai logika atauo perator dalam bentuk simbol digunakan untuk membuat
bentuk-bentuk logika atau ekspresi logika.
 Digunakan konstanta proposisional T untuk TRUE dan F untuk FALSE.
Operator Logika 2

Perangkai atau Operator Simbol


Dan (and) ˄
Atau (or) ˅
Tidak/Bukan (not) ~
Jika...Maka...(If...Then..../mplikasi) →
Jika dan hanya Jika (if and only if) ↔
Konjungsi ( ˄ )
 Konjungsi (conjunction) adalah katalain dari operator “dan(and)”.
 Operator ini akan menghasilkan pernyataan yang bernilai benar (T) jika semua
komponennya bernilai benar (T), dan akan bernilai salah (F) jika salah satu
komponennya bernilaisalah (F).
 Perangkaiatauoperator˄disebutPerangkaiBinary(BinaryLogicalConnective)kar
enaiamerangkaiduavariabelproposisional.

Contoh Konjungsi

p : 17 adalah bilangan prima Benar

q : bilangan prima selalu ganjil Salah

Pertanyaan : bagaimana konjungsi dari p dan q tersebut? (p˄q)

Jawab:

p Benar (T)

q Salah (F)

p˄q : 17 adalah bilangan prima dan bilangan prima selalu ganjil

Salah(T) lihat tabel kebenaran


Disjungsi ( ˅ )

 Disjungsi (disjunction) adalah kata lain dari operator “atau(or)”.

 Disjungsi juga disebut Perangkai Binary (Binary Logical Connective)

 Operator ini akan menghasilkan pernyataan yang bernilai benar (T) jika salah satu komponen
proposisi bernilai benar (T), dan akan bernilai salah (F) jika semua komponennya bernilai salah
(F)

Contoh Disjungsi

Tentukannilaikebenarandariproposisi“p˅q”
p : 2 adalah bilangan prima
q : 4 adalah bilangan prima
p˅q : 2 atau 4 adalah bilangan prima
Jawab:
p Benar(T)
q Salah(F)
p˅q Benar(T) lihat tabel kebenaran

Negasi ( ~ )
 Negasi (negation) digunakan untuk menggantikan operator “tidak(not)”.
 Negasi suatu pernyataan Padalah pernyataan baru yang bernilai salah (F) jika P benar (T) dan
bernilai benar (T) jika P bernilai salah (F).
 Negasi berarti hanya kebalikan darinilai variabel proposisi yang dinegasinya.
 Perangkai ~ disebut Perangkai Unary atau monadic → karena hanya dapat merangkai satu
variabel proposisional.
Contoh Negasi
Tentukan nilai kebenaran dari proposisi “~p” jika:
p : 2 adalah bilangan prima
~p : 2 bukan bilangan prima

Proposisi “p” merupakan suatu proposisi yang bernilai benar.


Proposisi “~p” merupakan suatu proposisi yang bernilai salah.

Implikasi ( → )
 Implikasi (implication) merupakan pernyataan bersyarat.
 Digunakan untuk menggantikan operator “jika...maka...(if...then)”.
 Implikasi dinyatakan dengan “p→q”
 Proposisi “p” disebut sebagaian tecedent atau hipotesis atau premis,
 Proposisi “q” disebut consequent atau konklusi atau kesimpulan
 Operator ini akan menghasilkan pernyataan yang bernilai benar (T) jika kensekuensinya bernilai
benar (T), atau premis dan kesimpulan keduanya bernilai salah (F), dan akan bernilai salah (F)
jika premis bernilai benar (T), sedangkan kesimpulan bernilai salah (F).

Pembahasan Implikasi
 Implikasi juga disebut conditional karena mengondisikan satu kemungkinan saja sebab dan
akibat.
 Implikasi dapat menimbulkan salah pengertian jika dipahami dengan bahasa sehari-hari.
 Contohpernyataan:
Jika hari hujan, maka saya akan membawa payung
 PERHATIKAN TABELKEBENARANNYA ,HANYA ADA SATU NILAI F pada (p→q) yaitu
jika p bernilai True dan q bernilai False.
Contoh Implikasi
Tentukan nilai kebenaran dari p → q
p : manusia memiliki sayap
q : manusia bisa terbang
p→q : jika manusia memiliki sayap maka bisa terbang
Bukti :
Proposisi “p” merupakan suatu proposisi yang bernilai salah.
Proposisi “q” merupakan suatu proposisi yang bernilai salah.
Sehingga proposisi “p→q” bernilai benar. Lihat tabel kebenaran.

Biimplikasi /Ekuivalensi(↔ )
 Biimplikasi (biimplication) digunakan untuk menggantikan operator “...jika dan hanya jika...
(...ifonlyif...)”.
 Biimplikasi dapat disebut sebagai bicondisional karena ia mengkondisi kandua ekspresi logika.
 Operator ini akan menghasilkan pernyataan yang bernilai benar (T) jika pasangan proposisi
penyusunnya bernilai sama. Jika pasangannya memiliki nilai berbeda, maka nilai proposisi yang
tersusun bernilai salah (F).

Contoh Biimplikasi
Tentukan nilai kebenaran dari p ↔ q
p : manusia memiliki sayap False
q : manusia bisa terbang False
p ↔q : manusia memiliki sayap jika dan hanya jika bisa terbang
Lihat tabel kebenaran.
p : False,
q : False
p ↔ q : True

Operator nand ( | )
 Merupakan kebalikan dari operator Dan, dibaca operator “tidakdan”(notand)
 Operator nand kadang disebut Sheffer Stroke, sehingga simbol dari operator nanddi sebut vertica
lstroke (|).
 Operator ini akan menghasilka npernyataan yang bernilai salah (F) jika semua komponennya
bernilai benar (T), dan akan bernilai benar (T) jika salah satu komponennya bernilai salah (F).
 Pernyataan tersebut menghasilkan pernyataan yang terbalik dari operator and.
Operator nor (↓)
 Merupakan kebalikan dari operator Atau, dibaca operator “tidakatau”(notor)
 Disebut juga Peirce Arrow( ↓)
 Operator ini akan menghasilkan pernyataan yang bernilai benar (T) jika semua komponen
proposisi bernilai salah (F), dan akan bernilai salah (F) jika salah satu komponennya bernilai
benar (T).
 Pernyataan tersebut menghasilkan pernyataan yang terbalik dari operatoror.

Operator xor (⊕)


 Operator xor (exclusiveor) dengan simbol (⊕) mempunyai hasil tabel kebenaran yang terbalik
dari operator biimplikasi/ekuivalensi (↔).
 Operator ini akan menghasilkan pernyataan yang bernilai salah (F) jika pasangan proposisi
penyusunnya bernilai sama. Jika pasangannya memiliki nilai berbeda, maka nilai proposisi yang
tersusun bernilai benar (T).
2. Kalkulus Predikat
Kalkulus Predikat adalah Bagaimana menyatakan assertion yang tunggal dengan
logika proposisional -> kalkulus predikat. Contoh:
bagaimana menyatakan kalimat “it rained on Tuesday”.
◦ Propositional calculus: P
◦ Predicate calculus: weather(tuesday, rain)

• Predicate calculus juga bisa berisi variabel.


Contoh: weather(X,rain)
• Kalkulus predikat / predicate calculus / predicate logic / First-Order Logic
• Merepresentasikan hal-hal yang tidak dapat direpresentasikan oleh logika proposisi 
untuk masalah kompleks
• Representasi fakta-fakta sebagai suatu pernyataan disebut wff (well-formed formula)
• 4 komponen penting:
o Objects : sesuatu dengan identitas individual (people, houses, colors)
o Properties: sifat yang membedakannya dari object lain (red, circle, …)
o Relations: hubungan antar objek (brother of, bigger than, part of…)
o Function: relasi yang mempunyai satu nilai (father of, best friend, …)

2.1 Simbol Kalkulus Predikat

• Alfabet yang menyusun simbol predicate calculus terdiri dari:


1. Himpunan karakter, baik huruf besar maupun kecil
2. Himpunan angka, 0,1,…,9
3. Garis bawah _
• Simbol di kalkulus predikat diawali dengan satu huruf dan diikuti oleh karakter legal
lainnya.
• Karakter legitimate meliputi : a R 6 9 p _ z
• Improper symbol:
tanda kurung ( ) koma , titik .
• Contoh karakter yang tidak diperbolehkan:
#%@/&“”
• Kalkulus predikat yang legitimate meliputi:
George fire3 tom_and_jerry bill XXX friends_of
• Contoh string yang tidak diperbolehkan:
3 jack “no blanks allowed” aad%cd ***71 duck!
• Contoh:
apakah l(g,k) ekuivalen dengan likes(george, kate) ?
Aritas menunjukkan jumlah elemen yang ada didalam domain yg berada didalam
tanda kurung dan dipisahkan dengan koma.
Contoh : aritas 1 : father (david)

aritas 2 : f(x,y)

Simbol KalkulusPredikat:

1. Simbol kebenaran true dan false

2. Simbol konstan adalah simbol ekspresi dengan karakter awal adalah huruf besar

3. Simbol variabel adalah simbol ekspresi dengan karakter awal adalah huruf kecil

4. Simbol fungsi adalah simbol ekspresi dengan karakter awal adalah huruf
kecil.Fungsi dilengkapi dengan aritas yang mengindikasikan banyaknya elemen
domain yang dipetakan ke setiap elemen range. Ekspresi fungsi terdiri dari konstanta
fungsi aritas
n, diikuti n term t1 , t2 , … ,t𝑛 yang ada di dalam tanda kurung dan dipisahkan oleh

tanda koma

Term kalkulus predikat adalah konstanta, variable atau fungsi.

2.2 Tata Bahasa Kalkulus Predikat

 Constant .
o Ditulis menggunakan huruf besar: A, X1 , Anto

 Variable

o Ditulis menggunakan huruf kecil: a, x, s,…


o Menyatakan simbol yg dapat digantikan oleh konstanta apapun
 Predicate.
o Menyatakan relasi khusus dalam suatu model.
o Mis: Berwarna  predicate yg memiliki beberapa nilai
o Contoh: Berwarna(Tasku,Biru), Berwarna(Celanamu,Hitam), dsb
 Function.
o Relasi yang hanya memiliki satu nilai. Contoh IbuKandung.
o IbuKandung(Ana,Anton)
 Terms.
o Ekspresi logika yang mengacu pada sebuah objek.
o Bisa berupa constant, variable, atau function
 Atomic sentence.
o mana menyatakan kalimat “Hari rabu hujan” ?
Da o Hujan(Rabu)
at
dib o Cuaca(Rabu,Hujan)
ntuk o Dapat pula berisi variabel
dar
o Cuaca(x,Hujan)
Pr
dica • Bagaimana predicate calculus dari:
te(
o Jika rabu tidak hujan, Tomy pergi ke gunung
erm,
…) o Diana adalah nenek dari ibu Amir
ata o Mahasiswa berada didalam kelas
Te o Johan suka Maria; Ramon suka Maria (Bila Johan = x, Maria = y,
m= Ramon = z)
Te
m. o If it doesn’t rain on Monday, Tom will go to the mountai
o Jawab :
Mi
o ¬Hujan(Rabu) → Pergi(Tomy,Gunu
Sep
atu
o Nenek (Diana, Ibu(Amir)
Ant
o), o Didalam (Mahasiswa,Kls)
Sau o Suks(x,y) ˄ Suka(z,y) → ¬Suka(x,z)
da
a(A o ¬weather(rain,monday) → go(tom.mount
ndi,
Ant
o),
Me
mb
ri(
ndi
Ant
o,K
ueC
oke
at)
Sauda
a(A
=A
dsb

Conto
h
Kasus
:

Co
nto
h:
ba
gai
2.3 Kalimat Berquantor
adalah pernyataan yang mengandung ukuran kuantitas. ada dua macam kuantor,
yaitu kuantor Universal dan kuantor Eksistensial . kuantor Universal dinotasikan ∀ dan
kuantor Eksistensial dinotasikan ∃.
Contoh :
a. Pernyataan : semua sapi bernafas dengan paru-paru
 Simbolnya : ∀p
 Ingkarannya : ~(∀p)≡ ∃(~p)
 Ingkarannya dibaca: “tidak semua sapi bernafas dengan paru-paru”. atau
“bukan semua sapi bernafas dengan paru-paru”. atau “ada sapi
bernafastidak dengan paru-paru”. atau “terdapat sapi bernafas tidak
dengan paru-paru”.
b. Pernyataan : Beberapa siswa SMA rajin belajar
 Simbolnya : ∃p
 Ingkarannya : ~(∃p)≡ ∀ (~p)
 Ingkarannya dibaca: “tidak ada siswa SMA rajin belajar”. atau “semua
siswa SMA tidak rajin belajar”. atau “setiap siswa SMA tidak rajin
belajar”. atau “seluruh siswa SMA tidak rajin belajar”.

 Universal quantifiers (∀)

Kuantor universal yang disebut kuantor umum.Kuantor universal menunjukkan


bahwa setiap objek dalam semestanya mempunyai sifat kalimat yang
menyatakannya. Kita dapat meletakkan kata-kata “Untuk semua/setiap x” di depan
kalimat terbuka yang mengandung variabel x untuk menghasilkan kalimat yang
mempunyai suatu nilai kebenaran. 

Contoh:
”Semua tanaman hijau membutuhkan air untuk tumbuh ”.
Jika x adalah tanaman hijau, maka x membutuhkan air untuk tumbuh Tanaman
hijau(x) ⇒ membutuhkan air untuk tumbuh(x)
(∀x) (Tanaman hijau(x) ⇒ membutuhkan air untuk tumbuh(x))
(∀x)(T(x) ⇒A(x))


Exitenstial quantifier (∃)

Simbol $  dibaca “ada” atau “untuk beberapa” atau “untuk paling sedikit satu”
disebut kuantor khusus. Jika p(x) adalah fungsi pernyataan pada  x$himpunana
tertentu A (himpunana A adalah semesta pembicaraan) maka (  Î A) p(x) atau  x!
p(x) atau$  x p(x) adalah suatu pernyataan yang$ dibaca “Ada x elemen A,
sedemikian hingga p(x) merupakan pernyataan” atau “Untuk beberapa x, p(x)”. ada
yang menggunakan simbol  ! Untuk$ menyatakan “Ada hanya satu”.

Contoh
“Beberapa orang rajin beribadah”.
Jika ditulis dengan menggunakan logika predikat, maka:
”Ada x yang adalah orang, dan x rajin beribadah”.
(∃x)(Orang(x) ∧ rajin beribadah(x))
(∃x)(O(x) ∧ I(x))


Hubungan antara ∀ dan ∃.

 Keduanya memiliki hubungan yg kuat melalui negasi.


 Mis: “Semua anak kecil suka permen” ekivalen dengan “Sebagian ada anak kecil
yg tidak suka permen”.
 ∀x Suka(x,Permen) → ¬∃x¬Suka(x, Permen)

2.4Kalimat Predikat

Setiap kalimat atomik adalah kalimat.


1. Jika s adalah kalimat, maka negasinya, ¬s juga kalimat

2. Jika S1 dan S2 adalah kalimat, maka konjungsinya, S1 ∧ S2 juga kalimat

3. Jika S1 dan S2 adalah kalimat, maka disjungsinya, S1 ∨ S2 juga kalimat


4. Jika S1 dan S2 adalah kalimat, maka implikasinya, S1 → S2 juga kalimat
5. Jika S1 dan S2 adalah kalimat, maka ekuivalensinya, S1 ≡ S2 juga kalimat

6. Jika X adalah variabel dan s adalah kalimat, maka ∀ X s juga kalimat


7. Jika X adalah variabel dan s adalah kalimat, maka ∃ X s juga kalimat

Contoh:
Diketahui domain permasalahan adalah kumpulan
relasi kekeluargaan berikut:
mother(eve,abel)
mother(eve,cain)
father(adam,abel)
father(adam,cain)
father(adam,cain)
∀X∀Y father(X,Y) ⋁ mother(X,Y) → parent(X,Y)
1.
2. ∀X∀Y ∀Z parent (X,Y) ⋁ parent (X,Z) → sibling(Y,Z)
Predikatnya adalah….
Implikasi -> menyimpulkan -> algoritma inference
semantik predicate calculus -> inference rule
C.Prinsip-prinsip Logika
Prinsip-prinsip logika ialah prinsip yang digunakan untuk menurunkan pernyataan gres
berupa kesimpulan atau konklusi dari premis-premis yang diketahui nilai kebenarannya.
Dalam penarikan kesimpulan, terdapat prinsip-prinsip logika yang harus digunakan yaitu :
1. Argumentasi dikatakan sah atau berlaku bila konjungsi dari premis-premisnya
diberimplikasi konklusi
2. Argumentasi dikatakan tidak sah atau tidak berlaku bila konjungsi dari premis-
premisnya tidak diberimplikasi konklusi.
Suatu argumentasi dikatakan sah bila premis-premisnya benar, sehingga kesimpulannya
juga benar. Untuk menarikdanunik kesimpulan menurut metode logika, suatu argumentasi
disusun baris demi baris dari atas ke bawah sampai diperoleh kesimpulan yang sah.

1.1 Prinsip Silogisme


Silogisme ditandai dengan adanya dua pernyataan beragam yang dihubungkan
dengan kata logika berupa implikasi contohnya a ⇒ b (jika a maka b) dan b ⇒ c (jika b
maka c). Berdasarkan metode silogisme, maka dari kedua premis tersebut sanggup ditarik
kesimpulan yaitu a ⇒ c (jika a maka c).

Aturan silogisme memakai sifat transitif (menghantar) dari pernyataan implikasi. Kaidah
silogisme tebilang praktis dipahami bila premis-premisnya sudah tersedia dalam bentuk
yang umum menyerupai dua premis yang sebelumnya dibahas. Ada kalanya kita harus
mencari bentuk yang ekuivalen terlebih lampau sebelum sanggup menarikdanunik
kesimpulan.

Silogisme disajikan dalam susunan sebagai diberikut :

Premis 1 :    a ⇒ b

Premis 2 :    b ⇒ c

∴a⇒
Kesimpulan :
c

Proses penarikan kesimpulan sanggup kita lakukan dengan cara memisalkan pernyataan
atau premis-premis dalam soal menjadi simbol tertentu (jika soalnya dalam bentuk cerita).
Untuk lebih jelasnya, diberikut pola soal penarikan kesimpulan dengan silogisme.
misal soal :
1. Tentukan kesimpulan dari premis diberikut ini :)
Jika x bilangan real, maka x2 ≥ 0
Jika x2 ≥ 0, maka (x2 + 2) > 0

Pembahasan :
Untuk mempergampang, lakukan pemisalan sebagai diberikut :
» x bilangan real = A
» x2 ≥ 0 = B
» (x2 + 2) > 0 = C

melaluiataubersamaini memakai kaidah silogisme, maka pernyataan di atas sanggup disusun


menjadi :

A⇒B

B⇒C

∴A⇒C

melaluiataubersamaini demikian, kesimpulan dari premis di atas ialah :


Jika x bilangan real, maka (x2 + 2) > 0.

2. Diketahui pernyataan sebagai diberikut :


Jika Rihanna konser di Jakarta, maka saya akan menonton
Jika saya menonton, maka saya sangat senang
Tentukan kesimpulan yang sah ihwal pernyataan di atas.

Pembahasan :
Rihanna konser di Jakarta : P
Saya menonton : Q
Saya sangat bahagia : R

melaluiataubersamaini memakai silogisme, maka pernyataan di atas sanggup disusun


menjadi :

P⇒Q

Q⇒R

∴P⇒
R

Jadi, kesimpulan dari pernyataan di atas ialah :


Jika Rihanna konser di Jakarta, maka saya sangat senang.

1.2 Modus ponens


Modus ponens ditandai dengan adanya pernyataan beragam implikasi (a ⇒ b) dan
pernyataan tunggal yang bekerjasama (a). Dari premis-premis tersebut sanggup ditarik
kesimpulan yaitu b. Secara sederhana sanggup ditetapkan sebagai diberikut : Jika a maka b
dan a, maka b. Penarikan kesimpulan dengan modus ponens sanggup ditetapkan dalam
bentuk implikasi yaitu : [(a ⇒ b) ∧ a] ⇒ b. Modus ponens disajikan dalam susunan sebagai
diberikut :

a⇒
Premis 1 :
b

Premis 2 : a

Kesimpulan
∴b
:

Sama menyerupai kaidah silogisme, kita sanggup melaksanakan pemisalan untuk


mempergampang penarikan kesimpulan. Agar lebih jelas, diberikut pola soal
menarikdanunik kesimpulan dengan modus ponens.

misal Soal :

1. Tentukan kesimpulan dari premis-premis diberikut :

Jika Lia rajin belajar, maka ia akan naik kelas


Lia rajin belajar

Pembahasan :
Lia rajin mencar ilmu = P
Lia akan naik kelas = Q

Berdasarkan modus ponens, maka premis-premis di atas sanggup disusun sebagai diberikut :

P⇒
Q

∴Q
melaluiataubersamaini demikian, kesimpulan dari premis di atas ialah : Lia akan naik kelas.

2. Tentukan konklusi dari pernyataan diberikut :

Jika bulan ramadhan sekolah diliburkan, Dea akan berlibur ke Jepang


Bulan ramadhan sekolah diliburkan.

Pembahasan :
Bulan ramadahn sekolah diliburkan = A
Dea akan berlibur ke Jepang = B

Berdasarkan modus ponens, maka pernyataan di atas sanggup disusun menjadi :

A⇒
B

∴B

melalui atau bersama ini demikian, kesimpulannya ialah : Dea akan berlibur ke Jepang.

1.3 Modus Tollens

Jika diketahui premis-premis a ⇒ b dan b, maka sanggup ditarik kesimpulan yaitu a,


yang artinya bila a maka b dan ingkaran b, maka ingkaran a. Modus Tollens disebut juga
kaidah penolakan akibat.

Modus tollens disajikan dalam susunan sebagai diberikut :

Premis 1 :    a ⇒ b

Premis 2 :    b

Kesimpulan : ∴a
Sama menyerupai kaidah silogisme dan modus Ponens, kita sanggup melaksanakan
pemisalan untuk mempergampang penarikan kesimpulan. Agar lebih jelas, diberikut pola
soal menarikdanunik kesimpulan dengan modus tollens.

misal Soal :
Tentukan kesimpulan dari premis diberikut :
Jika hari tidak hujan, maka kami akan pergi ke taman
Kami tidak akan pergi ke taman.

Pembahasan :
Hari tidak hujan : P
Kami akan pergi ke taman : Q
Kami tidak akan pergi ke taman :  Q

Berdasarkan modus Tollens, maka :

P⇒
Q

∴P

melaluiataubersamaini demikian, kesimpulannya ialah : hari hujan.

D.Logika dan Set Himpunan


• Cara lain merepresentasikan pengetahuan adalah dengan Diagram Venn.
`
• Diagram Venn merepresentasikan sebuah himpunan yang merupakan kumpulan objek.
• Objek dalam himpunan disebut elemen.
– A ={1,3,5,7}
– B = {….,-4,-2,0,2,4,…..}
– C = {pesawat, balon}
• Symbol epsilon ε menunjukkan bahwa suatu elemen merupakan anggota dari suatu
himpunan, contoh : 1 ε A .Jika suatu elemen bukan anggota dari suatu himpunan maka
symbol yang digunakan ∉, contoh : 2 ∉ A.
• Jika suatu himpunan sembarang, misal X dan Y didefinisikan bahwa setiap elemen X
merupakan elemen Y, maka X adalah subset dari Y, dituliskan : X ⊂ Y atau Y ⊃ X.
• Operasi-operasi Dasar dalam Diagram Venn:

E.Kelebihan dan Kekurangan Teknik Logika



Kelebihan

Penggunaan fakta ditekankan secara bebas, jaminan bahwa hanya


konsekuensi valid yang ditekankan.

Kekurangan

Terpisahnya representasi dan pengolahan, tidak efisien dengan set data yang
besar, sangat lambat dengan basis pengetahuan besar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Sebuah sistem pakar membutuhkan proses representasi pengetahuan untuk


merepresentasikan basis pengetahuan yang dimilikinya yang nantinya akan dilakukan inferensi
terhadap pengetahuan yang telah direpresentasikan sebelumnya. Representasi ditujukan agar
bagaimana fakta yang telah didapat dapat dikomputasi oleh sebuah komputer.

Macam-macam metode representasi pengetahuan sangat banyak diterapkan dan


disesuaikan terhadap sistem pakar yang dibuat. Dalam makalah ini dibahas 6 model representasi
pengetahuan, yaitu diantaranya adalah model kaidah produksi, logika, script, jaringan semantik,
frame, dan Object-Atrribute-Value (OAV).

Penggunaan dari macam-macam model representasi pengetahuan tersebut dapat


digunakan berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Jenis-jenis pengetahuan sendiri terdapat
pengetahuan deklaratif yang menggunakan basis logika dan pendekatan relasi dan prosedural
yang menggunakan algoritma sebagai prosedural pemecahan masalah.

Untuk pengetahuan deklaratif yang menggunakan logika proporsional ataupun logika


predikat, model relasi menggunakan jaringan semantik, frame, logika predikat, graf, dan decision
tree. Sedangkan pengetahuan prosedural lebih sering menggunakan representasi pengetahuan
kaidah produksi [1] [3].
DAFTAR PUSTAKA

[1] Kusrini. 2008. Aplikasi Sistem Pakar Menentukan Faktor Kepastian Pengguna dengan
Metode Kuantifikasi Pertanyaan. Yogyakarta : Penerbit Andi
[2] Kusrini. 2006. Sistem Pakar, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Penerbit Andi
[3] Rohman, Feri Fahrur and Fauzijah, Ami, “Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pakar Untuk
Menentukan Jenis Gangguan Pada Perkembangan Anak” in Media Informatika, Vol. 6, No.
1, Juni 2008, hal 1-23
[4] H. S Suryadi. "Pengantar Sistem Pakar ". Penerbit: Universitas Gunadarma Depok. Tanpa
Tahun
[5] 2013. Representasi pengetahuan menggunakan kaidah produksi dalam Sistem Pakar ,
(Online), (http://ilmuti.org/2013/03/representasi-pengetahuan-menggunakan-kaidah-produksi-
dalam-sistem-pakar/, diakses pada tanggal 05 Oktober 2013)
[6] 2010. Representasi Pengetahuan Kaidah Produksi , (Online),
(http://koleksipengetahuan.wordpress.com/2010/01/15/representasi-pengetahuan-kaidah-
produksi/, diakses pada tanggal 05 Oktober 2013)
[7] 2009. Representasi Pengetahuan (Jaringan Semantik) , (Online),
(http://spukswkelasbkelompok3.blogspot.com/2009/02/representasi-pengetahuan-
jaringan.html, diakses pada tanggal 05 Oktober 2013)
[8] 2010. Representasi Pengetahuan , (Online),
http://ianspace.wordpress.com/2010/10/25/representasi-pengetahuan/, diakses pada tanggal 06
Oktober 2013)
[9] Tanpa Tahun. Mengenal Ginjal Lebih Dalam , (Online), diakses pada tanggal 07 Oktober
2013)
[10] Latumakulita, Luther and Montolalu, Chriestie, “Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit
Ginjal” in Jurnal Ilmiah Sains, Vol. 11, No. 1, Juni 2011, hal 131-139
[11] Wijaya, Rahmadi, “Penggunaan Sistem Pakar dalam Pengembangan portal Informasi
untuk Spesifikasi Jenis Penyakit Infeksi” in Jurnal Informatika, Vol. 3, No. 1, Juni 2007, hal
63-88
[12] Andrianto, Wahyu, Anggraeni, Wiwik, Mukhlason, Ahmad , “Pembuatan Sistem Pakar
Untuk Pendeteksian dan Penanganan Dini Pada Penyakit Sapi Berbasis Mobile Android
Dengan Kajian Kinerja Teknik Knowledge Representation” in Jurnal Teknik ITS, Vol. 1,
September 2012, hal 310-315
[13] Eviyanti, Ade, “Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Gangguan Pencernaan Pada
Orang Dewasa”. Tanpa Tahun
[14] Syatibi, Ahmad, “Sistem Pakar Diagnosa Awal Penyakit Kulit Sapi BErbasis WEB
Dengan Menggunakan Metode Certainty Factor”. Thesis. 2012

Anda mungkin juga menyukai