LOGIKA
Disusun oleh :
Kelompok 4
Rachmat Hidayat 1101617001
Lucky Oktavianto 1101617026
Fikri Firmansyah 1101617038
Farhan Fauzi 1101617064
Ardy Ramdan 1101617105
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dibantu oleh referensi, baik
dari buku maupun internet. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada referensi yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca dalam memahami aspek logika, terutama aspek analogi dan
keputusan.
Penyusun
(i)
DAFTAR ISI
(ii)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini akan dijelaskan dua aspek dalam logika, yaitu keputusan
serta analogi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang dapat diambil dari makalah antara lain :
(1)
BAB II
ISI
A. Pengertian Analogi
Contoh : David yakin bahwa buku yang baru dia beli adalah buku yang menarik
karena dia pernah membeli buku dari pengarang yang sama yang ternyata menarik.
Contoh : Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu
dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu,
sebagaimana tidak semua tumpukan batu adalah rumah.
Dari contoh di atas, orang hendak menjelaskan struktur ilmu yang masih asing bagi
pembaca dengan struktur rumah yang sudah begitu dikenal.
(2)
C. Cara Menilai Analogi
Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf
keterpercayaanya. Semisal si A menggunakan jasa sebuah biro penerbangan dan
ternyata pelayanannya tidak memberikan kepuasan pada si A, maka atas dasar
analogi, si A menyarankan kepada temannya untuk tidak menggunakan biro
penerbangan yang sama dengan yang digunakan tadi. Analogi si A akan semakin
kuat dengan adanya si B yang juga tidak merasa puas dengan biro penerbangan
tersebut. Analogi menjadi semakin kuat lagi setelah ternyata si C, D, E, F dan G juga
mengalami hal yang serupa.
Contohnya: tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu
yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dulu
dibeli di toko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi ini menjadi lebih kuat lagi
misalnya diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahannya.
Sebagai contohnya apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya
dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama
dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km tiap satu liternya, maka analogi
demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B
akan menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya, dan menjadi lemah jika kita
mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan
baakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yang kita analogikan, maka akan semakin
kuat analogi itu.
(3)
D. Analogi yang Pincang
Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang populer, namun tidak semua
penalaran analogi merupakan penalaran induktif yang benar. Ada masalah yang
tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita
menunjukkan kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan yang
tidak tepat.
Saya heran mengapa orang takut bepergian dengan pesawat terbang karena sering terjadi
kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit meminta korban. Bila demikian sebaiknya
orang jangan tidur di tempat tidur karena hamper semua manusia menemui ajalnya di
tempat tidur.
Di sini naik pesawat terbang ditakuti karena sering menimbulkan petaka yang menyebabkan
maut. Sedangkan orang tidak takut tidur di tempat tidur karena jarang sekali atau boleh
dikatakan tidak pernah ada orang menemui ajalnya karena kecelakaan tempat tidur. Orang
meninggal di tempat tidur bukan disebabkan kaecelakaan tempat tidur tetapi karena
penyakit yang diidapnya. Jadi di sini orang menyamakan dua hal yang sebenarnya berbeda.
Negara kita sudah sangat banyak berutang. Dengan pembangunan 5 tahun kita harus
menumpuk utang terus menerus dari tahun ke tahun. Pembangunan 5 tahun ini memaksa
rakyat dan bangsa Indonesia seperti naik perahu yang sarat yang semakin tahun semakin
sarat (dengan utang) dan akhirnya tenggelam. Saudara-saudara, kita tidak ingin tenggelam
dan mati bukan? Karena itu kita lebih baik tidak naik kapal sarat itu. Kita tidak perlu
melaksanakan pembangunan 5 tahun.
Di sini seseorang tidak setuju dengan pembangunan 5 tahun yang sedang dilaksanakan
dengan analogi yang pincang. Memang Negara kita perlu melakukan pinjaman untuk
membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif mungkin sehingga dapat meningkatkan
devisa Negara. Dengan demikian penghasilan per kepala akan meningkat dibanding
sebelumnya, demikian seterusnya dari tahun ke tahun sehingga peningkatan kesejahteraan
rakyat akan tercapai. Pembicara di sini hanya menekankan segi utangnya saja, tidak
memperhitungkan segi-segi positif dari kebijaksanaan menempuh pinjaman.
(4)
E. Pengertian Keputusan
Keputusan adalah suatu perbuatan tertentu dari manusia. Dalam dan dengan
perbuatan itu dia mengakui atau memungkiri kesatuan dan hubungan antar dua hal.
Subyek dan predikat adalah materi keputusan, sedang kata penghubung (unsur
terpenting) adalah bentuk, formatnya.
– Keputusan kategoris majemuk (memuat lebih dari satu subyek dan predikat)
– Susunan kata yang menyatakan modalitas, seperti : tentu, niscaya, tidak tentu, dll.
(5)
2. Berdasarkan materinya:
Keputusan analitis (predikat menyebut sifat hakiki yang pasti dalam subyek) dan
keputusan sintetis (predikat menyebut sifat yang tidak hakiki)
3. Berdasarkan bentuknya :
4. Berdasarkan luasnya :
(6)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keputusan adalah suatu perbuatan tertentu dari manusia. Dalam dan dengan
perbuatan itu dia mengakui atau memungkiri kesatuan dan hubungan antar dua hal.
Dalam keputusan terdapat unsur seperti subyek, predikat, dan kata penghubung.
Selain itu, macam-macam keputusan dibedakan berdasarkan sifat pengakuan dan
pemungkiran, materi, bentuk, luas, serta bentuk dan luasnya (Keputusan A, E, I, O)
B. Saran
Kami menyadari bahwa sebagian dari makalah ini bersumber dari artikel di
internet, yang bisa saja artikel di internet terdapat sumber yang subjektif atau
merupakan opini dari pembuat artikel. Hal itu dapat mengubah konteks dari analogi
serta keputusan yang dijadikan pembahasan pada makalah mata kuliah Logika ini.
Maka dari itu, kami menerima kritik atau saran dari pembaca supaya makalah
ini dapat disempurnakan sehingga bisa dijadikan referensi bagi pembaca dalam
memahami aspek logika berupa analogi dan keputusan.
(7)
DAFTAR PUSTAKA
Mundiri, (2012), Logika, Jakarta: PT Raja Grafindo.
https://communicationista.wordpress.com/2009/12/16/keputusan-pembalikan-serta-
perlawanan/
(8)