MAKALAH
“LOGIKA”
Kurniawan (5193351021)
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karuniaNya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“LOGIKA” dengan baik dan selesai pada waktu yang ditentukan
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Matematika Dasar yaitu Bapak Amirhud Dalimunthe, S.T., M.Kom. dan juga kepada
rekan-rekan yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.
Kami juga mengakui bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
baik kata, kalimat maupun isi dari setiap pembahasan yang ada. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang
membaca makalah ini.
KELOMPOK 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I KAJIAN TEORI DAN RUMUS-RUMUS .......................................................... 1
1.1 Proposisi ............................................................................................................. 1
1.2 Mengkombinasikan Proposisi .......................................................................... 1
1.3 Disjungsi Eksklusif............................................................................................ 2
1.4 Hukum-hukum Logika Proposisi .................................................................... 3
1.5 Proposisi Bersyarat (Implikasi) ....................................................................... 3
1.6 Varian Proposisi Bersyarat .............................................................................. 5
1.7 Bikondisional (Bi- implikasi)............................................................................ 6
1.8 Inferensi ............................................................................................................. 7
1.9 Argumen .......................................................................................................... 10
1.10 Aksioma, Teorema, Lemma, dan Colollay ...................................................... 10
BAB II SOAL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 12
2.1 Proposisi ........................................................................................................... 12
2.2 Mengkombinasikan Proposisi ........................................................................ 13
2.3 Disjungsi Eksklusif.......................................................................................... 14
2.4 Hukum-hukum Logika Proposisi .................................................................. 14
2.5 Proposisi Bersyarat (Implikasi) ..................................................................... 14
2.6 Varian Proposisi Bersyarat ............................................................................ 16
2.7 Bikondisional (Bi- implikasi).......................................................................... 17
2.8 Inferensi ........................................................................................................... 18
2.9 Argumen .......................................................................................................... 21
2.10 Aksioma, Teorema, Lemma, Corolarry ........................................................ 22
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 23
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................................... 23
3.2 SARAN DAN KRITIK ......................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 24
ii
BAB I
KAJIAN TEORI DAN RUMUS-RUMUS
1.1 Proposisi
Di dalam matematika, tidak semua kalimat berhubungan dengan logika. Hanya kalimat
yang bernilai benar atau salah saja yang digunakan dalam penalaran kalimat tersebut
dinamakan Proposisi (preposition).
Proposisi adalah kalimat deklaratif (Menyatakan )yang bernilai benar (true)
atau salah (false), tetapi tidak dapat sekaligus keduanya. Kebenaran atau kesalahan dari
sebuah kaliamat disebut nilai kebenerannya (truth value).
1
Iingkaran atau (negation) dari p, dinyatakan dengan notasi -p, adalah proposisi
tidak p.
Catatan :
1. Beberapa literatur menggunakan notasi "-p", "p, atau "not p" untuk
2. menyatakan ingkaran.
3. Kata "tidak" dapat dituliskan di tengah pernyataan, Jika kata "tidak"
diberikan di awal pernyataan naka ia biasanya disambungkan dengan kata
"benar" menjadi "tidak benar" Kata "tidak" dapat juga diganti dengan
"bukan" bergantung pada rasa bahasa yang tepat untuk pernyataan
tersebut.
1.3 Disjungsi Eksklusif
Kata “atau” (or) dalam operasi logika digunakan dalam dua cara. Cara
pertama. “atau” digunakan secara inklusif (inclusive or) yaitu dalam bentuk ‘p atau “q
atau keduanya”. Artinya disjungsi dengan operator ‘atau” bernilai benar jika salah satu
dari proposisi atomiknya benar atau keduanya benar. Operator “atau” yang sudah kita
bahas pada contoh-contoh di atas adalah yang dari jenis inklusif ini. Sebagai contoh,
pernyataan
“ tenaga IT yang dibutuhkan harus menguasai bahasa C++ ATAU JAVÁ”
2
1.4 Hukum-hukum Logika Proposisi
a(b+c)=ab+bc, yaitu hukum distributif, sehingga kadang-kadang hkum logika proposisi
dinamakan juga hukum-hukum aljabar proposisi.
3
dengan contoh analogi berikut: Misalkan dosen anda berkata kepada mahasiswanya
di dalam kelas "Jika nilai ujian akhir anda 80 atau lebih, maka anda akan mendapat
nilai A untuk kuliah ini". Apakah dosen anda mengatakan kebenaran atau dia
berbohong? Tinjau empat kasus berikut ini:
Kasus 1: Nilai ujian akhir anda di atas 80 (hipotesis benar) dan anda mendapat nilai
A untuk kuliah tersebut(konklusi benar). Pada kasus ini, permyataan dosen anda
benar.
Kasus 2: Nilai ujian akhir anda di atas 80 (hipotesis benar) tetapi anda tidak
mendapat nilai A (konklusi salah). Pada kasus ini, dosen anda berbohong
(pernyataannya salah).
Kasus 3: Nilai ujian akhir anda di bawah 80 (hipotesis salah) dan anda mendapat
nilai A (konklusi benar). Pada kasus ini, dosen anda tidak dapat dikatakan salah
(Mungkin ia melihat kemampuan anda sccara rata-rata bagus sehingga ia tidak ragu
memberi nilai A).
Kasus 4 : Nilai ujian akhir anda di bawah 80 (hipotesis salah) dan anda tidak
mendapatkan nilai A (Konklusi salah). Pada kasus ini dosen anda benar.
4
Dalam penalaran matematik, Kita memandang impilikasi lebih umum dari pada
implikasi dalam bahasa alami. Konsep matematik megenai implikasi independen
dari hubungan sebab-akibat antara hipotesis dan konklusi. Definisi kita mengenai
implikasi adalah pada nilai kebenarannya, bukan didasarkan pada penggunaan
bahasa [ROS03}. Misalnya pada implikasi
Implikasi di atas tetap valid secara matematis meskipun tidak ada kaitan antara Paris
sebagai Ibu kota Perancis dengan 1+1 = 2. Implikasi tersebut bernilai benar karena
hipotesis benar (Paris ibukota Perancis adalah benar) dan konklusi juga benar (1+1
= 2 adalah benar). Implikasi
Implikasi p→q memainkan peranan penting dalam penalaran. Implikasi ini tidak
hanya diekspresikan dalam pernyataan standard "jika p, maka q" tetapi juga dapat
diekspresikan dalam berbagai cara, antara lain:
5
Konvers (kebalikan) : q→p
Invers : ˜p→˜q
Kontraposisis : ˜q→˜p
Tabel dibawah ini akan memperlihatkan tabel kebenearaan dari ketiga
varian proposisi bersyarat tersebut. Dari table tersebut terlihat bahwa proposisi bersyarat
p→q ekivalen secara logika dengan kontraposisinya ˜q→˜p.
6
Perhatikan bahwa bikondisional p q secara logika dengan (p → q) ˄ (q
→p). Eqvalenan tersebut ditunjukan pada table dibawah ini. Dengan kata lain,
pernyataan “p jika dan hanya jika q” dapat dibaca “Jika p maka q dan jika q maka p”.
1.8 Inferensi
Misalkan kepada kita diberikan beberapa proposisi. Kita dapat menarik kesimpulan baru
dari deret proposisi tersebut. Proses penarikan kesimpulan penarkan kesimpulan dari
beberapa proposisi disebut inferensi (inference).
Di dalam kalkulus proposisi, terdapat sejumlah kaidah inferensi, beberapa diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Modus Ponen atau law of detachment
Kaidah ini didasarkan pada tautologi ((p Λ (p→q))→q, yang dalam hal ini, p dan
p→q adalah hipotesis, sedangkan q adalah konklusi. Kaidah modus ponen dapat
ditulis dengan cara :
pq
p
∴q
Simpol ∴ dibaca sebagai “jadi” atau “karena itu”. Modus Ponen menyatakan bahwa
jika hipotesis p dan implikasi p→q benar, maka konklusi q benar.
7
2. Modus Tollen
kaidah ini didasarkan pada tautologi [~q Λ(p→q)]→~p, Kaidah ini modus
tollens ditulis dengan cara :
p→q
~q
∴~ p
3. Silogisme Hipotetis
Kaidah ini didasarkan pada tautologi [(p→q)Λ(q→r)]→(p→r). kaidah silogisme
ditulis dengan cara :
p→q
q→r
∴p→r
4. Silogisme Disjungtif
Kaidah ini didasarkan pada tautologi [(p v q) Λ~p]→q. Kaidah silogisme disjungtif
ditulis dengan cara :
pvq
~p
∴q
Inferensi berikut :
Saya tidak belajar dengan giat. Karena itu, saya menikah tahun depan”.
Saya tidak belajar dengan giat. Karena itu, saya menikah tahun depan
8
∴ saya menikah tahun depan.
5. Simplifikasi
Kaidah ini didasarkan pada tautologi (pΛ q)→q, yang dalam hal ini, p dan q adalah
hipotesis, sedangkan p adalah konklusi. Kaidah simpliikasi ditulusi dengan cara :
pΛ q
∴p
6. Penjumlahan
Kaidah ini didasarkan pada tautologi p→(p v q). Kaidah penjumlahan ditulis
dengan cara
P
∴pvq
7. Konjungsi
Kaidah ini didasarkan pada tautologi ((p)Λ (q) ) →(p Λ q). Kaidah konjungsi ditulis
dengan cara :
p
q
∴pΛq
9
1.9 Argumen
Argumen adalah suatu deret proposisi yang dituliskan sebagai :
Dan dalam hal ini, p1,p2,..pn disebut hipotesis ( atau premis ) dan q disebut
konklusi.
Argumen ada yang sahih ( valid ) dan palsu ( invalid ).
Sebuah argumen dikatakan sahih jika klonklusi benar bilamana semua hipotesis nya
benar, sebaliknya argumen dikatakan palsu ( invalid ).
Jika argumen sahih, maka kadang kadang kita mengatakan bahwa secara logika
konklusi mengikuti hipotesis atau sama dengan memperlihatkan bahwa implikasi
( p1 ^ p2 ^ ... pn ) q
Adalah benar, yaitu sebuah tautologi. Argumen yang palsu yaitu menunjukkan
proses penalaran yang tidak benar.
10
Teorema adalah suatu pernyataan matematika yang masih memerlukan pembuktian
dan pernyataanya dapat ditunjukkan nilai kebenarannya atau bernilai benar.
3. Lemma
Lemma adalah suatu teorema sederhana yang mana dipergunakan sebagai hasil-
antara dalam pembuktian teorema yang lain.
4. Corolarry
Untuk Corolarry adalah sebuah proposisi yang mana secara langsung diperoleh dari
suatu teorema yang sudah kita buktikan sebelumnya
11
BAB II
SOAL DAN PEMBAHASAN
2.1 Proposisi
1. Contoh :
a. 6 adalah bilangan genap
Jwb : Benar, dikarenakan 6 memang bilangan genap
b. Soekarno adalah Presiden Indonesia yang pertama.
Jwb : Benar, Soekarno adalah Presiden pertama Indonesia
c. 2+2=4
Jwb : Benar, hasilnya memang 4
d. Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah Semarang.
Jwb : Salah, Karena Ibukota Jawa Barat seharusnya adalah Bandung.
e. 12 ≥ 19.
Jwb : Proposisinya salah dikarenakan bernilai salah seharusnya 12≤
19.
f. Kemarin hari hujan.
Jwb : Hujan tidak dapat langsung diterapkan kebenarannya tetapi
proposisinya tidak mungkin salah mau benar.
g. Suhu di permukaan laut adalah 21 derajat Celcius.
Jwb :Kita tidak tahu jika belum meneliti, tetapi proposisinya tidak
mungkin salah mau benar.
12
Contoh 1 dan 2 kita dapat menyimpulkan bahwa proposisi selalu
dinyatakan sebagai kalimat berita, bukan sebagai kalimat tanya maupun
kalimat perintah. Kalimat c dan d bukan prosisi karena kedua kalimat
tersebut tidak dapat ditentukan benar mau pun salah dikarenakan
terdapat perubahan (variabel) yang tidak dispesifikasikan nilainya.
Maka
P ˄ ˜p : Hari ini dingin atau hari ini tidak hujan atau, dengan kata lain,
“Hari ini dingin atau tidak hujan”
˜p˄˜q : Hari ini tidak hujan dan hari ini tidak dingin atau, dengan kata lain,
“Hari ini tidak hujan maupun dingin”
˜(˜p) : Tidak benar hari ini tidak hujan atau, dengan kata lain “Salah hari
ini tidak hujan”
2. Contoh :
Diketahui proposisi berikut:
P : Pemuda itu tinggi
q : Pemuda itu tampa
Penyelesaiaan:
(a) P ˄ q
(b) P ˄ ˜q
(c) ˜p ˄ ˜q
13
(d) ˜(˜p ˅ ˜q)
(e) P ˅ (˜p ˄ q)
(f) ˜(˜p ˄ ˜q)
2. Contoh :
Ubahlah proposisi c sampai h didalam Contoh 1 kedalam bentuk proposisi
“jika p, maka q “.
14
Penyelesaiaan :
C. Jika Es yang cair dikutub mengakibatkan permukaan air laut naik.
D. Orang itu mau berangkat jika ia diberi ongkos jalan.
E. Jika Ahmad bisa mengambil matakuliah Teori Bahsa formal hanya jika ia
sudah lulus matakuliah Matematika Diskrit.
F. Penyataan yang diberikan ekivalen dengan “Percikan api dari rokok
adalah syarat cukup agar pom bensi meledak” atau “Jika api memercik
dari rokok maka pom bensin meledak”
G. Penyataan yang diberikan ekivalen dengan mengontrak pemain asing
kenamaan adalah syarat perlu untuk Indonesia agar ikut Piala Dunia”
atau “ Jika Indonesia ikut Piala dunia maka Indonesia mengontrak pemain
asing kenamaan”.
H. Jika hutan-hutan ditebangi. Maka banjir bandang terjadi.
3. Contoh :
Misalkan :
x: Anda berusia 17 tahun
y: Anda dapat memperoleh SIM
Nyatakan preposisi berikut ke dalam notasi implikasi:
a) Hanya jika anda berusia 17 tahun maka anda dapat memperoleh
SIM.
b) Syarat cukup agar anda dapat memperoleh SIM adalah anda berusia
17 tahun.
c) Syarat perlu agar anda dapat memperoleh SIM adalah anda berusia
17 tahun.
d) Jika anda tidak dapat memperoleh SIM maka anda tidak berusia 17
tahun.
e) Anda tidak dapat memperoleh SIM bilamana anda belum berusia 17
tahun.
Penyelesaian:
a) Pernyataan yang diberikan ekivalen dengan "Anda dapat memperoleh
SIM hanya jika anda berusia 17 tahun". Ingat kembali bahwa p→q bisa
dibaca "p hanya jika q". Jadi, pernyataan yang diberikan dilambangkan
dengan y → x.
b) Pernyataan yang diberikan ekivalen dengan “Anda berusia 17 tahun
adalah syarat cukup untuk dapat memperoleh SIM". Ingat kembali
bahwa p→q bisa dibaca "p syarat cukup untuk q". Jadi, pernyataan yang
diberikan dilambangkan dengan x→y.
c) Pernyataan yang diberikan ekivalen dengan “Anda berusia 17 tahun
adalah syarat perlu untuk dapat memperoleh SIM". Ingat kembali
bahwa p→q bisa dibaca "q syarat perlu untuk q". Jadi, pernyataan yang
diberikan dilambangkan dengan y→x.
15
d) ~y → ~x
e) Ingat kembali bahwa p → q bisa dibaca “q bilamana p”. Jadi, pernyataan
yang diberikan dilambangkan dengan ˜x→˜y.
4. Contoh :
Tunjukkan bahwa p→q ekivalen secara logika dengan ˜ p v q.
Penyelesaian:
Tabel dibawah memperlihatkan bahwa memang benar p→q ˜ p v q.
Dengan kata lain, pernyataan “Jika p maka q” ekivalen secara logika dengan
“ tidak p atau q”.
16
b) Jika 6 bilangan negatif, maka 6 tidak lebih besar dari 0.
c) Pernyataan yang diberikan ekivalen dengan "Jika Iwan lulus ujian
maka ia sudah belajar", sehingga kontraposisinya adalah "Jika Iwan
tidak belajar maka ia tidak lulus ujian"
d) Pernyataan yang diberikan ekivalen dengan “Jika ia mendapat
pekerjaan itu maka ia tidak terlambat", sehingga kontraposisinya
adalah "Jika ia terlambat maka ia tidak akan mendapat pekerjaan itu"
e) Pernyataan yang diberikan dapat ditulis kembali menjadi “Ada angin
adalah syarat perlu agar layang-layang bisa terbang" yang dalam hal
ini ekival dengan "Jika layang-layang bisa terbang maka hari ada
angin". Kontraposisinya adalah "Jka hari tidak ada angin, maka
layang-layang tidak bisa terbang".
f) Pemyataan yang diberikan dapat ditulis kembali menjadi "Hari hujan
adalah syarat cukup agar hari ini dingin", yang dalam hal ini ekivalen
dengan "Jika hari hujan maka hari ini dingin". Kontraposisinya adalah
"Jika hari ini tidak dingin maka hari tidak hujan".
17
d) Mata anda lelah jika dan hanya jika anda lama menonton televisi.
e) Kereta api datang terlambat jika dan hanya jika saya membutuhkan kereta
hari itu.
3. Contoh :
Kita sudah membuktikan bahwa ˜(p ˄ q) ˜p v ˜q.
Keekivalenan ini dapat juga kita tunjukkan dengan membikondisionalkan masing-
masing proposisi majemuk tersebut. Dari table dibawah ˜(p ˄ q) ↔ ˜p v q
tautologi, dengan kata lain ˜(p ˄ q) ˜p v ˜q
2.8 Inferensi
1. Modus Ponen atau Law of detachment
Contoh :
Misalkan implikasi “ Jika 20 habis dibagi 2, maka 20 adalah bilangan
genap” dan hipotesis “20 habis dibagi 2” keduanya benar. Maka menurut
modus ponen, inferensi berikut :
“ Jika 20 habis dibagi 2, maka 20 adalah bilangan genap. 20 habis dibagi 2.
Karena itu, 20 adalah bilangan genap”.
Adalah benar. Kita juga dapat menuliskan inferensi di atas sebagai :
20 habis dibagi 2
18
2. Modus Tollen
Contoh :
Misalkan implikasi “Jika n bilangan ganjil, maka n^2 bernilai ganjil” dan
hipotesis “n^2 bernilai genap” keduanya benar. Maka menurut modus tollen
inferensi berikut
Jika n bilangan ganjil, maka n^2 bernilai ganjil
n^2 bernilai genap
Adalah benar.
3. Silogisme Hipotetis
Contoh :
Misalkan imlikasi “Jika saya belajar dengan giat,, maka saya lulus ujian”
dan implikasi “Jika saya lulus ujian, maka saya cepat menikah” adalah
benar. Maka menurut kaidah silogisme, inferensi berikut :
Adalah benar.
19
Kaidah ini didasarkan pada tautologi (pΛ q)→q, yang dalam hal ini, p dan
q adalah hipotesis, sedangkan p adalah konklusi. Kaidah simpliikasi ditulusi
dengan cara :
pΛ q
∴p
Contoh :
penarikan kesimpulan seperti berikut ini :
“ Hamid adalah mahasiswa ITB dan mahasiswa Unpar. Karena itu, Hamid
adalah mahasiswa ITB”
“ Hamid adalah mahasiswa ITB dan mahasiswa Unpar. Karena itu, Hamid
adalah mahasiswa Unpar”
6. Penjumlahan
Contoh :
Penarikan kesimpulan seperti berikut ini :
20
Menggunakan kaidah penjumlahan, atau dapat juga ditulis dengan cara :
7. Konjungsi
Contoh :
Penarikan kesimpulan seperti berikut ini :
“Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit. Taslim mengulang kuliah
Algoritma. Karena itu, taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit dan
mengulang kuliah Algoritma”.
Menggunakan kaidah konjungsi, atau dapat juga ditulis dengan cara :
2.9 Argumen
Contoh :
Perlihatkan bahwa argumen berikut :
“jika air laut surut setelah gempa di laut, maka tsunami datang”
Air laut surut setelah gempa di laut, karena itu tsunami datang.”
Adalah sahih.
Penyelesaian :
21
Misalkan p adalah proposisi “ Air laut surut setelah gempa di laut, karena
itu tsunami datang.” Maka argumen di dalam soal dapat dituliskan sebagai
:
pq
p
∴q
Contoh :
“Untuk semua bilangan real x dan y, berlaku x + y = y + x ( hukum
komutatif penjumlahan)”
“Jika diberikan dua buah titik yang berbeda, maka ada satu garis lurus
yang melalui dua buah titik tersebut.”
2. Teorema
"Jika dua sudut masing-masing sudut siku-siku maka kedua sudut itu
konkruen", dan "Jika dua sudut masing-masing besuplemen dengan
suatu sudut (yang sama) maka mereka konkruen".
3. Lemma
Contoh :
“ Jika n adalah bilangan bulat positif, maka n-1 bilangan positif atau n-
1 = 0”
4. Cololarry
Contoh corolarry :
“Jika sebuah segitiga adalah sama sisi, maka segitiga tersebut sama
sudut.”
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Proposisi adalah kalimat deklaratif (Menyatakan )yang bernilai benar (true) atau
salah (false), tetapi tidak dapat sekaligus keduanya. Kebenaran atau kesalahan dari
sebuah kaliamat disebut nilai kebenerannya (truth value). Proposisi dapat
dikombinasikan satu atau lebih proposisi.
Kami sebagai penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih penuh dengan
kekurangan dan masih banyak lagi harus belajar dalam membuat makalah untuk
selanjutnya. Maka apabila ada kritik dan saran yang membangun kami sangat
membutuhkannya dalam mengevaluasi tulisan kami ini. Karena kritik dan saran
dari para pembaca sangat membantu kami untuk lebih baik lagi kedepannya.
Karena pengetahuan kami yang masih kurang, kami memohon maaf atas segala
kesalahan dan kekurangan kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
orang.
23
DAFTAR PUSTAKA
24