Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita kesehatan untuk dapat
menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Dan berkat ridho-Nya pula kami diberi kekuatan
untuk membuat makalah yang berjudul “Logika Matematika” dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah “Konsep Dasar Matematika”.

Karena kami masih dalam tahap pembelajaran, tentunya kami secara sadar mengakui
masih banyak kekurangan, untuk itu kami mohon kritik dan sarannya untuk membangun
kesempurnaan makalah ini. Dan dalam hal ini kami memohon maaf apabila terjadi kesalahan
dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amiin.

Lubuklinggau, 22 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1

1.3 Tujuan...................................................................................................................1

BAB II. ISI 2


2.1 Logika Matematika 2
2.2 Pernyataan dan Kalimat Terbuka 2
2.3 Kata Hubung Kalimat..........................................................................................3

2.4 Negasi dari Pernyataan Majemuk......................................................................6

2.5 Ekuivalensi............................................................................................................8

2.6 Validitas Pembuktian...........................................................................................9

BAB III. PENUTUP...........................................................................................................12

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................12

3.2 Saran....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penalaran merupakan kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu
kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa pernyataan yang
diketahui benar ataupun yang dianggap benar yang disebut premis. Penalaran induktif adalah
proses penalaran untuk menarik kesimpulan atau proses berfikir yang menghubung-hubungka
fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang bersifat khusus yang  sudah diketahui menuju
kesimpulan yang bersifat umum (general).Penalaran deduktif adalah proses penalaran atau
proses berfikir dari hal-hal yang bersifat umum (general) yang kemudian dibuktikan
kebenarannya dengan menggunakan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang bersifat
khusus.Proses penalaran induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan
penting dalam mempelajari matematika. Pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali
secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif
yang digunakan untuk mempelajari konsep matematika kegiatannya dapat dimulai dengan
beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala),
memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. 

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Logika matematika


2. Apa itu Pernyataan dan Kalimat Terbuka
3. Apa itu Disjungsi, Konjungsi, Implikasi dan Biimplikasi
4. Apa itu Ekuivalensi
5. Bagaimana cara penarikan kesimpulan

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Logika Matematika


2. Mengetahui Pernyataan dan Kalimat Terbuka
3. Mengetahui Disjungsi, Konjungsi, Implikasi dan Biimplikasi
4. Mengetahui Ekuivalensi
5. Mengetahui cara penarikan kesimpulan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Logika Matematika

Logika Matematika atau Logika Simbol ialah logika yang menggunakan bahasa
Matematika, yaitu dengan menggunakan lambang-lambang atau simbol- simbol. Keuntungan
atau kekuatan bahasa simbol adalah: ringkas, univalent/bermakna tunggal, dan
universal/dapat dipakai dimana-mana.

2.2  Pernyataan dan Kalimat Terbuka

A. Pernyataan
Kalimat adalah rangkaian kata yang disusun menurut aturan bahasa yang mengandung
arti. Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus
benar dan salah (pernyataan disebut juga preposisi, kalimat deklaratif). Benar diartikan ada
kesesuaian antara apa yang dinyatakan dengan keadaan yang sebenarnya. Perhatikan
beberapa contoh berikut.

1. Indonesia merupakan negara yang terletak di Asia Tenggara

2. 10 dibagi 2 = 5

3. Rapikan tempat tidurmu!

Contoh nomor 1 bernilai benar, sedangkan contoh nomor 2 bernilai salah, dan keduanya
adalah pernyataan. Kalimat 3 di atas tidak mempunyai nilai benar atau salah, sehingga bukan
pernyataan.

B. Kalimat Terbuka

Adalah kalimat yang belum tentu bernilai benar atau salah. Kalimat terbuka biasanya
ditandai dengan adanya variabel (peubah). Jika variabelnya diganti dengan konstanta dalam
semesta yang sesuai maka kalimat itu akan menjadi sebuah pernyataan.

Variabel (Peubah) adalah lambang yang menunjukkan anggota yang belum tentu
dalam semesta pembicaraan, sedangkan konstanta adalah lambang yang menunjukkan
anggota tertentu dalam semesta pembicaraan. Pengganti variabel yang menyebabkan kalimat
terbuka menjadi pernyataan yang bernilai benar, disebut selesaian atau penyelesaian.

Contoh kalimat terbuka :

1. Yang berdiri di depan pintu itu sangat berwibawa

2. x - 5 = 8

C. Pernyataan Majemuk

2
Logika merupakan sistem matematika artinya memuat unsur-unsur yaitu pernyataan-
pernyataan dan operasi-operasi yang didefinisikan. Operasi-operasi yang akan kita temui
berupa kata sambung logika :

1) Merupakan lambang operasi untuk negasi

2) Merupakan lambang operasi untuk konjungsi

3) Merupakan lambang operasi untuk disjungsi

4) Merupakan lambang operasi untuk implikasi

5) Merupakan lambang operasi untuk biimplikasi

2.3 Kata Hubung Kalimat

A. Ingkaran atau Negasi


Ingkaran/Negasi dari suatu pernyataan adalah pernyataan lain yang diperoleh dengan
menambahkan kata ”tidak” atau menyisipkan kata ”bukan” pada pernyataan semula. Ingkaran
dari suatu pernyataan p disajikan dengan lambang atau –p atau ~p, dan dibaca: ”tidak p”. Bila
peryataan p bernilai benar, maka ingkarannya bernilai salah dan sebaliknya.
Contoh Soal :
Misalkan pernyataan
p : Tembakau yang mengandung nikotin.
Ingkaran penyataan p
~ p : Tidak benar bahwa tembakau mengandung nikotin.

Dengan tabel kebenaran

B. Konjungsi
Pernyataan p dengan q dapat digabung dengan kata hubung logika “dan” sehingga
membentuk pernyataan majemuk “p dan q” yang disebut konjungsi. Konjungsi “p dan q”
dilambangkan dengan “p ^ q”. Konjungsi dua pernyataan p dan q bernilai benar hanya jika
kedua pernyataan komponennya bernilai benar. Dan jika salah satu atau kedua pernyataan
komponennya salah, maka konjungsi itu salah.
Dengan tabel kebenaran

3
Contoh Soal :
Jika, p : Ferda anak pandai
q : Ferda anak cekatan
maka p ∧ q : Ferda anak pandai dan cekatan
Pernyataan p ∧ q bernilai benar jika Ferda benar-benar anak pandai dan benar-benar anak
cekatan.

C. Disjungsi/ Alternasi
Pernyataan p dengan q dapat digabung dengan kata hubung logika “atau” sehingga
membentuk pernyataan majemuk “p atau q” yang disebut disjungsi. Disjungsi p atau q
dilambangkan dengan “p ∨ q”. Dalam kehidupan sehari-hari, kata “atau” dapat berarti salah
satu atau kedua-duanya, dapat pula berarti salah satu tetapi tidak kedua-duanya.
Berdasarkan pengertian di atas, dua buah pernyataan yang dihubungkan dengan ”atau”
merupakan disjungsi dari kedua pernyataan semula. Dari pengertian kata “atau” di atas maka
muncul dua macam disjungsi yaitu sebagai berikut.
a) Disjungsi inklusif, yaitu dua pernyataan yang bernilai benar apabila paling sedikit satu dari
keduanya bernilai benar yang diberi simbol “∨". Untuk disjungsi inklusif dua pernyataan p
atau q ditulis p ∨ q. sebagai contoh sekarang perhatikan pernyataan berikut ini, “Andi seorang
siswa yang pintar atau seorang atlit berbakat”. Pernyataan itu akan menimbulkan penafsiran
“Andi seorang siswa yang pintar, atau seorang atlit yang berbakat, mungkin kedua-duanya”.
Pernyataan dengan tafsiran seperti itu merupakan contoh disjungsi inklusif. Untuk contoh
yang lain perhatian contoh berikut ini.
1) Persegi memiliki empat sisi atau empat sudut.
2) Adi membawa pensil atau bolpoin.
Tabel kebenaran disjungsi inklusif di berikan sebagai berikut.

4
b) Disjungsi eksklusif, yaitu dua pernyataan bernilai benar apabila hanya satu dari dua
pernyataan bernilai benar yang diberi simbol “⊻”. Disjungsi eksklusif dua pernyataan p dan q
ditulis p ⊻ q. Sekarang perhatikan pernyataan sebelumnya lagi, “Andi seorang siswa yang
pintar atau seorang atlit berbakat”. Pernyataan itu akan menimbulkan penafsiran “Andi
seorang siswa yang pintar, atau seorang atlit yang berbakat, tetapi tidak kedua-duanya (dipilih
salah satu)”. Pernyataan dengan tafsiran seperti itu merupakan contoh disjungsi eksklusif.
Untuk contoh yang lain perhatikan contoh berikut ini.
1) Adika lahir di Bali atau di Surabaya
2) Dua garis pada satu bidang sejajar atau berpotongan.
Tabel kebenaran disjungsi ekslusif di berikan sebagai berikut.

Catatan : Jika dalam suatu soal tidak diberikan keterangan, maka disjungsi yang dimaksud
adalah disjungsi inklusif.

4. Implikasi
Implikasi “jika p maka q” dilambangkan dengan “p ⇒ q”. Dalam implikasi p ⇒ q, p
disebut hipotesa (anteseden) dan q disebut konklusi (konsekuen). Bernilai benar jika
anteseden salah atau konsekuen benar, anteseden dan konsekuen sama-sama benar, dan
anteseden dan konsekuen salah, dan bernilai salah jika antesedennya bernilai benar,
sedangkan konsekuennya salah.
Dengan tabel kebenaran

Contoh soal:
Jika, p : Matahari bersinar
q : udara terasa hangat
Jadi, p ⇒ q : “Jika matahari bersinar maka udara terasa hangat”,
Jadi, bila kita tahu bahwa matahari bersinar, kita juga tahu bahwa udara terasa hangat.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara tersebut hangat
adalah cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau matahari bersinar
merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat. Sedangkan untuk menunjukkan bahwa

5
matahari bersinar adalah perlu dengan menunjukkan udara menjadi hangat atau udara terasa
hangat merupakan syarat perlu bagi matahari bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat
hanya bila matahari bersinar.

Dari suatu Implikasi p ⇒ q dapat dibentuk pernyataan majemuk :


Konvers, Invers, dan Kontraposisi
Dari pernyataan berbentuk implikasi dapat kita turunkan pernyataan-pernyataan baru yang
disebut invers, konvers, dan kontraposisi.
Ingkaran dari Implikasi Konvers, Invers dan Kontraposisi (Husein: 3013)
a) Ingkaran Konvers: ~ (p ⇒ q) ≡ (q ^ ~ p)
b) Ingkaran Invers : ~(~ p ⇒~ q) ≡ ~p ^ q
c) Ingkaran Kontraposisi: ~(~ q ⇒~ p) ≡ ~q ^ p

5. Biimplikasi atau Bikondisional


Biimplikasi “p jika dan hanya jika q” dilambangkan dengan “p ↔ q”. Biimplikasi
bernilai benar apabila anteseden dan konsekuen kedua-duanya bernilai benar atau kedua-
duanya bernilai salah. Jika tidak demikian maka biimplikasi bernilai salah.
Dengan tabel kebenaran

Contoh Soal :
p : Saya memakai jaket
q : saya merasa dingin
maka, p↔ q = “Saya memakai jaket jika dan hanya jika saya merasa dingin”.

Pengertian kita adalah “Jika saya memakai jaket maka saya merasa dingin” dan juga “Jika
saya merasa dingin maka saya memakai jaket”. Terlihat bahwa jika saya memakai jaket
merupakan syarat perlu dan cukup bagi saya merasa dingin, dan saya merasa dingin
merupakan syarat perlu dan cukup bagi saya memakai jaket. Terlihat bahwa kedua peristiwa
itu terjadi serentak.

2.4    Negasi dari Pernyataan Majemuk

Berikut ini adalah pembahasan tentang negasi pernyataan majemuk, yaitu negasi
suatu konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi
1. Negasi Suatu Konjungsi
Karena suatu konjungsi p ∧ q akan bernilai benar hanya jika kedua komponennya bernilai
benar. Maka negasi suatu konjungsi p ∧ q adalah ~p ∨ ~q; sebagaimana ditunjukkan tabel
kebenaran berikut:

6
Contoh Soal :
Jika, p : Ferda anak pandai, dan
q : Ferda anak cekatan.
maka p ∧ q : Ferda anak pandai dan cekatan
Pernyataan p ∧ q bernilai benar jika Ferda benar-benar anak pandai dan benar-benar anak
cekatan.
Apabila p ∧ q jika di negasikan menjadi ~p ∨ ~q
Maka ~p ∨ ~q : Ferda bukan anak pandai atau bukan cekatan
2 Negasi Suatu Disjungsi
Negasi suatu disjungsi p ∨ q adalah ~p ∧ ~q sebagaimana ditunjukkan tabel kebenaran
berikut:

Contoh soal :
Jika p : Persegi memiliki empat sisi
q : empat sudut
maka, p ∨ q : Persegi memiliki empat sisi atau empat sudut
Apabila p ∨ q dinegasikan menjadi ~p ∧ ~q
Maka ~p ∧ ~q : Persegi tidak memiliki empat sisi dan empat sudut
3. Negasi Suatu Implikasi
Negasi suatu implikasi p ⇒ q adalah p∧~q seperti ditunjukkan tabel kebenaran berikut ini:

Dengan demikian, p ⇒ q ≡ ~[~ (p ⇒ q)] ≡ ~( p ∧ ~q) ≡ ~p ∨ q


7
Contoh soal:
Jika, p : Matahari bersinar
q : udara terasa hangat
Jadi, p → q : “Jika matahari bersinar maka udara terasa hangat”
Apablia p ⇒ q dinegasikan menjadi p∧~q
Maka, p∧~q : matahari bersinar dan udara tidak terasa hangat
4. Negasi Suatu Biimplikasi
Karena biimplikasi atau bikondisional p ⇔ q ekuivalen dengan
(p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p);
sehingga:
~ (p ⇔ q) ≡ ~[(p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p)]
≡ ~[(~p ∨ q) ∧ (~q ∨ p)]
≡ ~(~p ∨ q) ∨ ~(~q ∨ p)]
≡ (p ∧ ~q) ∨ (q ∧ ~p)
Contoh Soal :
p : Saya memakai jaket
q : saya merasa dingin
maka, p ↔ q = “Saya memakai jaket jika dan hanya jika saya merasa dingin”.
Apabila p ↔ q dinegasikan menjadi (p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p)
Maka, (p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p) : Jika saya memakai mantel maka maka saya merasa dingin dan jika
saya merasa dingin maka saya memakai mantel.

2.5 Ekuivalensi

Dua pernyataan majemuk dikatakan ekuivalen atau setara dalam logika (berekivalensi
logis) jika memiliki nilai kebenaran yang sama. Jika pernyataan majemuk X dan Y ekuivalen,
ditulis X≡Y, maka nilai kebenaran pernyataan majemuk X dan Y sama. Dapat kita tulis :
p⇒q≡∼p∨q≡∼q⇒∼p.

Ekuivalen secara umum dinyatakan dalam arti mempunyai nilai/ukuran/makna yang


sama atau seharga. Kondisi ini bukan berarti bahwa ekuivalen dan sama dengan adalah hal
yang sama. Pengertian sama dengan mengarah pada kondisi yang menunjukkan sama dan
setara. Sedangkan ekuivalen memiliki kondisi lebih luas dari pengertian sama dengan.
Misalkan nilai beras dengan berat dan jenis yang sama akan memiliki nilai yang sama dengan
beras dan jenis yang sama pula. Sedangkan ekuivalen lebih cocok untuk menggambarkan
nilai yang sama/seharga. Misalnya harga 1 kilogram beras ekuivalen dengan 1 kilogram
singkong. Notasi yang digunakan untuk menyatakan bentuk ekuivalen pernyataan majemuk
adalah ≡ (dibaca: identical to/setara).

8
Kedua pernyataan tersebut terlihat berbeda, namu sebenarnya memiliki pernyataan
yang sama. Contoh lain pada pernyataan majemuk: Jika saya pergi ke sekolah naik bus maka
saya sampai sekolah tepat waktu dan Jika saya tidak sampai sekolah tepat waktu maka saya
pergi ke sekolah tidak naik bus atau. Dua pernyataan tersebut merupakan bentuk ekuivalen
pernyataan majemuk.

a)  implikasi  kontraposisi : p  q  ~ q  ~ p


b)   konvers   invers            : q  p  ~ p  ~ q
c)    ~(p  q)  ~ p  ~ q      : ingkaran dari konjungsi
d)    ~(p  q)   ~ p  ~ q       : ingkaran dari disjungsi
e)    ~(p  q)  p  ~ q          : ingkaran dari implikasi
f)     p  q   ~ p  q
g)    ~(p  q)  (p  ~ q)  (q  ~ p) : ingkaran dari biimplikasi

2.6 Validitas Pembuktian

1.      Premis dan Argumen


Premis adalah pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk menarik suatu
kesimpulan,   sehingga suatu premis dapat berupa aksioma, hipotesa, definisi atau pernyataan
yang sudah dibuktikan sebelumnya.
Sedang yang dimaksud dengan argumen adalah kumpulan kalimat yang terdiri atas satu atau
lebih premis yang mengandung bukti-bukti (evidence) dan suatu (satu) konklusi. Konklusi ini
selayaknya (supposed to) diturunkan dari premis-premis.

2.      Validitas Pembuktian (I)


a)      Modus Ponen
                        Premis 1          : p  q
                        Premis 2          : p
                        Konklusi          : q

9
Contoh Soal :
Premis 1          : Jika saya belajar, maka saya lulus ujian (benar)
Premis 2          : Saya belajar (benar)
Konklusi          : Saya lulus ujian (benar)
Baris pertama dari tabel kebenaran kondisional (implikasi) menunjukkan validitas dari bentuk
argumen modus ponen.
b)      Modus Tolen :
                        Premis 1          : p  q
                        Premis 2          : ~ q
                        Konklusi          : ~ p        
Contoh Soal :
Premis 1          : Jika hari hujan maka saya memakai jas hujan (benar)
Premis 2          : Saya tidak memakai jas hujan (benar)
Konklusi          : Hari tidak hujan (benar)
Perhatikan bahwa jika p terjadi maka q terjadi, sehingga jika q tidak terjadi maka p tidak
terjadi.
c)      Silogisma :
                        Premis 1          : p  q
                        Premis 2          : q  r
                        Konklusi          : p  r
Contoh :
Premis 1          : Jika kamu benar, saya bersalah (B)
Premis 2          : Jika saya bersalah, saya minta maaf (B)
Konklusi          : Jika kamu benar, saya minta maaf (B)
d)      Silogisma Disjungtif
                        Premis 1          : p  q
                        Premis 2          : ~ q
                        Konklusi          : p
Jika ada kemungkinan bahwa kedua pernyataan p dan q dapat sekaligus bernilai benar, maka
argumen di bawah ini tidak valid.
                        Premis 1          : p ∨ q
                        Premis 2          : q
                        Konklusi          : ~ p
Tetapi jika ada kemungkinan kedua pernyataan p dan q tidak sekaligus bernilai benar
(disjungsi eksklusif), maka sillogisma disjungtif di atas adalah valid.
Contoh Soal :
1)      Premis 1    : Pengalaman ini berbahaya atau membosankan (B)
Premis 2    : Pengalaman ini tidak berbahaya (B)
 Konklusi   : Pengalaman ini membosankan (B)
2)      Premis 1    : Air ini panas atau dingin (B)
Premis 2    : Air ini panas (B)
Konklusi    : Air ini tidak dingin (B)

10
3)      Premis 1    : Obyeknya berwarna merah atau sepatu
Premis 2    : Obyek ini berwarna merah
Konklusi    : Obyeknya bukan sepatu (tidak valid)
e)      Konjungsi
                        Premis 1          : p
                        Premis 2          : q
                        Konklusi          : p  q
                        Artinya : p benar, q benar. Maka p  q benar.
f)       Tambahan (Addition)
                        Premis 1          : p
                        Konklusi          : p  q
Artinya : p benar, maka p  q benar (tidak peduli nilai benar atau nilai salah yang
dimiliki q).
g)      Dilema Konstruktif :
                        Premis 1          : (p  q)  (r  s)
                        Premis 2          : ~ q  ~ s
                        Konklusi          : ~ p  ~ r

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Logika Matematika atau Logika Simbol ialah logika yang menggunakan bahasa
Matematika, yaitu dengan menggunakan lambang-lambang atau simbol- simbol. Keuntungan
atau kekuatan bahasa simbol adalah: ringkas, univalent/bermakna tunggal, dan
universal/dapat dipakai dimana-mana.
Mata pelajaran Logika Matematika mempelajari beberapa hal yang berkaitan dengan
logika, seperti logika secara kalimat, logika dalam pemrograman dan logika dalam rangkaian
digital. Logika dalam kalimat dinyatakan sebagai proposisi dan pola-pola
argumen/pernyataan logis dengan hukum-hukum logika. Logika dalam pemrograman
diperlihatkan dengan struktur dasar dari pemrograman dan aliran/kontrol program dengan
flow chart. Logika dalam rangkaian digital diperlihatkan dengan logika biner dan gerbang-
gerbang logika serta penyederhanaan dalam rangkaian.
Di dalam pembelajaran logika matematika ini membahas tentang pernyataan dan
kalimat terbuka, Konsep disjungsi, konjungsi, implikasi dan biimplikasi, konsep ekuivalensi
juga penarikan kesimpulan.

3.2 Saran

Diharapkan siswa dapat memahami mata pelajaran logika matematika dan


mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Penulis dalam menulis makalah ini menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena
itu pembaca diharapkan memberikan kritik dan saran jika menemukan kesalahan dalam
penulisan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://mafia.mafiaol.com/2013/06/disjungsi-nilai-kebenaran-pernyataan.html, diakses tanggal


21 September 2012

http://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/11/makalah-logika-matematika.html), diakses tanggal


21 September 2022

https://jokom42joko.wordpress.com/2012/01/04/logika-matematika/, diakses tanggal 21


September 2022

http://matematikastudycenter.com/kelas-10-sma/93-10-sma-soal-pembahasan-logika-
matematika, diakses tanggal 21 September 2022

http://www.rumusmatematikadasar.com/2015/01/contoh-soal-logika-matematika-dan-
pembahasannya-sma-kelas-10.html, diakses tanggal 21 September 2022

https://smartblogmathematic.wordpress.com/ingkaran/, diakses tanggal 21 September 2022

Sriyanto. 2007. Quick Math (Cara Cepat Belajar Matematika).Yogyakarta : Penerbit


Indonesiatera.

Tampomas, Husein. 2013. Seribu Pena Matematika untuk SMA/MA kelas X. Jakarta :
Penerbit Erlangga.

13

Anda mungkin juga menyukai