Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TENTANG ATURAN PENARIKAN KESIMPULAN

Di Susun Oleh:

FITRIANI

C1C120004

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa. Karena atas segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga saya

dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Aturan Penarikan Kesimpulan.

Makalah ini dapat digunakan sebagai wahana untuk menambah pengetahuan,

sebagai teman belajar, dan sebagai referensi baca.

.Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini,

namun tidak mustahil apabila dalam makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan dan kesalahan baik dari segi bahasa maupun kontenya. Oleh

karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan

dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan Makalah ini.

Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk

menambah pengetahuan dan wawasan kita.

Bone, 3, Februari,2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang……………………………………………...

B. Rumusan masalah………………………………………….

C. Tujuan………………………………………………………

D. Manfaat……………………………………………….........

BAB II PEMBAHASAN

A. Penarikan Kesimpulan……………………………………..
B. Modus Ponens……………………………………………...
C. Modus Tollens……………………………………………..

D. Silogisme…………………………………………………..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………..

B. Saran……………………………………………………....

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu karya Aristoteles adalah logika yang banyak berisi
pengertian, pembuktian silogisme, dan lain-lain. Ini ajaran aristoteles
mengenai logika adalah Sylogisme, yaitu keputusan kedua yang tersusun
sedemikian hingga melahirkan keputusan yang ketiga. Logika yang
dikemukakan oleh Aristoteles dikenal sebagai logika tradisional, yang
menjadi tonggak pemikiran logika.
Pada abad ke_18 Masehi, G.W.Leibniz. ahli matematika
berkebangsaan Jerman, pertama kali mempelajari logika simbolik. Ahli
matematika yang lainnya yang berjasa dalam pengembangan logika
simbolik adalah George Boole, Leonard Euler, dan Bertrand Russel.
Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani “logos” yang berarti
kata, ucapan, pikiran secara utuh, atau bias juga berarati ilmu pengetahuan
(Khusumah, 1986). Dalam arti luas, logika adalah suatu cabang ilmu yang
mengkaji penurunan-penurunan kesimpulan yang sahih (tidak valid).
Proses berpikir yang terjadi disaat menurunkan atau menarik kesimpulan
dari pernyataan-pernyataan yang diketahui benar atau dianggap benar itu
biasanya disebut dengan penalaran.
Melalui logika kita dapat mengetahui kebenaran suatu pernyataan dari
suatu kalimat dan mengetaui apakah pernyataan pertama sama maknanya
dengan pernyataan kedua. Misalkan, apakah pernyataan “jika sekarang
adalah hari minggu maka sekolah libur?” untuk menjawab pertnayaan ini
tentu kita perlu mengetahui aturan –aturan dalam logika. Contoh lain,
misalkan ada dua pernyataan “jika anak pandai maka ia berprestasi di
kelas. Jika ia berptrestasi di kelas maka ia di sayangi guru-gurunya?’
Banyak hal yang perlu kita ketahui mengenai logika. Dengan logika
kita dapat mengetaui apakah suatu pernyataan bernilai benar atau salah.
Hal terpenting yang akan didapatkan setelah mempelajari logika
matematika adalah kemampuan atau keahlian mengambil kesimpulan
dengan benar atau salah. Logika matematika memberikan dasar bagi
sebuah pengambilan kesimpulan dan dapat dalam banyak aspek
kehidupan.
B. Rumusan Masalah
A. Apakah penarikan kesimpulan ?
B. Bagaimana penarikan kesimpulan dengan modus ponens ?
C. Bagaimana penarikan kesimpulan dengan modus tollens ?
D. Bagaimana penarikan kesimpulan dengan silogisme?
C. Tujuan
A. Untuk mengetahui penarikan kesimpulan dari logika matematika yang
telah di pelajari sebelumnya.
B. Penarikan kesimpulan modus ponens
C. Penarikan kesimpulan modus tollens
D. Penarikan kesimpulan silogisme
D. Manfaat
Sebagai pengembangan wawasan bagi mahasiswa tentang materi
logika
BAB II PEMBAHASAN
A. Penarikan Kesimpulan
Penarikan Kesimpulan atau Argumen
Jika pernyataan atau proposisi dilambangkan dengan kalimat yang
memiliki nilai benar saja atau salah saja, maka istilah sahih atau tidak
sahih berkait dengan penarikan kesimpulan, penalaran, ataupun argumen.
Beda kedua istilah menurut Soekardijo (1988) adalah, kalau penalaran itu
aktivitas pikiran yang abstrak maka argumen ialah lambangnya yang
berbentuk bahasa atau bentuk-bentuk lambang lainnya. Dikenal dua
macam penarikan kesimpulan. Yang pertama adalah induksi atau
penalaran induktif dan yang kedua adalah deduksi atau penalaran deduktif.
Yang akan dibicarakan pada makalah ini adalah penalaran deduktif atau
deduksi. Contoh deduksi atau penalaran deduktif adalah:
Premis 1: Semua manusia akan mati.
Premis 2: Amri manusia.
Kesimpulan: Jadi, Amri pada suatu saat akan mati.
Sahih Tidaknya Penarikan Kesimpulan
Perhatikan contoh penarikan kesimpulan ini:
1) Semarang terletak di sebelah barat Surabaya.
2) Jakarta terletak di sebelah barat Semarang.
Jadi, Jakarta terletak di sebelah barat Surabaya.
Giere (1984) mencontohkan bahwa dari suatu premis-premis yang bernilai
salah akan dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bernilai benar melalui
suatu proses penarikan kesimpulan yang valid seperti:
Kuda adalah binatang bersayap. (Salah)
Semua binatang bersayap tidak dapat terbang. (Salah)
Jadi, kuda tidak dapat terbang (Benar)
Giere (1984) mencontohkan juga bahwa dari suatu premis-premis yang
bernilai salah akan dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bernilai salah
melalui suatu contoh proses penarikan kesimpulan yang valid berikut ini.
Bulan lebih besar daripada bumi. (Salah)
Bumi lebih besar daripada matahari. (Salah)
Jadi, bulan lebih besar daripada matahari (Salah)
Beberapa Penarikan Kesimpulan yang Sahih
Beberapa penarikan kesimpulan yang sahih atau valid yang akan dibahas
pada bagian ini,di antaranya adalah modus ponens, modus tolens, dan
silogisme.
Modus ponens, modus tollens dan silogisme adalah metode atau cara
yang digunakan dalam penarikan kesimpulan. Proses penarikan
kesimpulan terdiri atas beberapa pernyataan yang diketahui nilai
kebenarannya (disebut premis). Kemudian dengan menggunakan prinsip-
prinsip logika dapat diturunkan pernyataan baru (disebut
kesimpulan/konklusi) yang diturunkan dari premispremis semula.
Penarikan kesimpulan seperti itu sering juga disebut argumentasi. Suatu
argumentasi disusun dengan cara menuliskan premispremisnya baris demi
baris dari atas ke bawah, kemudian dibuat garis mendatar sebagai batas
antara premis-premis dengan konklusi. Misalkan pernyataan-pernyataan
yang diketahui (premis-premis) adalah a dan b, konklusinya c, maka
argumentasi tersebut dapat disajikan dalam susunan berikut.
a ……. premis
1 b …….
premis 2
\c ……. kesimpulan/konklusi
Pernyataan a sebagai premis 1, pernyataan b sebagai premis 2, dan
pernyataan c sebagai kesimpulan/konklusi. Tanda \ dibaca “jadi” atau
“oleh karena itu”.
B. Modus Ponens
Modus ponen adalah argumentasi yang bentuknya dinyatakan seperti di
bawah ini:
P Þq premis
P premis
------------------------
\ q Konklusi
sah tidaknya suatu argmentasi ,dapat dikaji menggunakan tabel kebenaran
sebagai berikut
menggunakan tabel kebenaran sebagai berikut
P q p→q (p→q)^p [(p→q)^p]→q

B B B B B
B S S S B
B B B S B
B S S S B

Suatu argumentasi dianggap sah atau valid jika argumen tersebut benar
untuksetiap Suatu argumentasi dianggap sah atau valid jika argumen tersebut
benar untuk setiap kemungkinan premisnya atau merupakan tautologi untuk
semua nilai kebenaran premis-premisnya. Berikut adalah contoh soal dan
pembahasannya:

Diketahui cerita sederhana berikut: Jika saya makan di kelas maka saya
minum di kelas. Saya makan di kelas. Apakah saya minum di kelas?

Solusi:

Menggunakan Contoh 1 di atas, kita memperoleh kalimat matematika:

p→q

Menggunakan Modus Ponens, maka kita bisa menarik kesimpulan q, yang


artinya saya minum di kelas.

------
Diketahui cerita sederhana berikut: Jika saya makan di kelas maka saya
minum di kelas. Jika saya minum di kelas maka ruangan kelas menjadi
kotor. Saya makan di kelas. Apakah ruangan kotor?

Solusi:

Misalkan:

p : saya makan di kelas q : saya minum di kelas r :

ruangan kelas menjadi kotor maka, cerita sederhana

tersebut dapat dinyatakan dengan

1: p → q

2: q → r

3: p

Menggunakan Modus Ponens untuk kalimat 1 dan kalimat 3, maka kita bisa
menarik kesimpulan q, yang artinya saya minum di kelas. Kalimat-kalimat
matematikanya bisa kita ubah menjadi:

1: p → q

2: q → r

3: p

4: q

Dengan menggunakan Modus Ponens untuk kalimat 2 dan 4, kita memperoleh


kesimpulan r, yang artinya ruangan kelas menjadi kotor.

C. Modus Tollens
Misalkan diketahui premis-premis p Þ q dan ~q. Dari premis-premis itu
dapat diambil konklusi ~p. Pengambilan kesimpulan dengan cara seperti
itu disebut modus tollens atau kaidah penolakan akibat. Modus tollens
disajikan dalam susunan sebagai berikut
P →q premis
~q premis
-------------------------
\ ~p Konklusi
Contoh
Jika saya makan di kelas maka saya minum di kelas. Saya tidak minum di
kelas. Apakah saya makan di kelas?
Solusi: kalimat
matematika:
p→q
~q
Menggunakan Modus Tollens, maka kita bisa menarik kesimpulan ~p,
yang artinya saya tidak makan di kelas
Untuk menguji keabsahanya dapat dilakukan dengan menggunakan tabel
kebenaran untuk [(p → q) v ~q] → ~p yang merupakan tautologi.
D. Silogisme
Misalkan diketahui premis-premis p Þ q dan q Þ r. Dari premis-premis itu
dapat diambil konklusi p Þ r. Pengambilan kesimpulan dengan cara seperti itu
disebut kaidah silogisme. Silogisme disajikan dalam susunan sebagai berikut.
p → q ……. premis 1 q →
r ……. premis 2 p → r
……. kesimpulan/konklusi
Contoh:
1. Diketahui
Premis 1 : Jika Adi rajin belajar maka Adi lulus ujian
Premis 2 : Jika Adi lulus ujian maka Adi dapat diterima di PTN
Penarikan kesimpulan dari premis–premis tersebut adalah…
Pembahasan:
Misalkan :
p = Adi rajin belajar q =
Adi lulus ujian r = Adi
dapat diterima di PTN
Premis 1 :p→ q

Premis 2 :q→ r
Kesimpulan : ... p → rJika Adi rajin belajar maka adi dapat di terima di
PTN.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani “logos” yang berarti
kata, ucapan, pikiran secara utuh, atau biasa juga berarati ilmu
pengetahuan (Khusumah, 1986). Dalam arti luas, logika adalah suatu
cabang ilmu yang mengkaji penurunan-penurunan kesimpulan yang sahih
( valid).

Ada beberapa cara dalam menentukan penarikan kesimpulan yaitu modus


ponens,modus tolens dan silogisme.

Modus ponens dapat ditulis: premis 1 p→ q

Premis 2 p ____

. kesimpulan .. . q

Modus tolens dapat ditulis :premis 1 p→ q

premis 2 ~ P____

. kesimpulan .. . q

Silogisme dapat ditulis: premis 1 p→ q

Premis 2 q→_r_

. kesimpulan .. . p→r

Suatu argumentasi(penarikan kesimpulan) dianggap sah atau valid jika


argumen tersebut benar untuk setiap kemungkinan premisnya atau
merupakan tautologi untuk semua nilai kebenaran premis-premisnya.

C. Saran

Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap pengetahuan


mengenai logika matematika dapat diaplikasikan dalam kehidupan atau
dapat digunakan dalam banyak aspek kehidupan. Melalui logika kita dapat
mengetahui apakah suatu pernyataan benar atau salah. Hal terpenting yang
akan didapatkan setelah mempelajari logika matematika adalah
kemampuan mengambil kesimpulan dengan benar atau salah.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad djaelani dkk. 2010. Matematika Bilingual. Yrama Widya : Jogjakarta

Jusmawati,S.Pd., M.Pd.Matematika dasar. Makassar : 2014

Mundiri. 1994. Logika. PT. Grafindo Persada : Jakarta

Soekadijo. 1991. Logika Dasar; Tradisional, Simbolik san Induktif. PT Gramedia


Pustaka Utama : Jakarta

Sumaryono. 1999. Dasar-dasar Logika. Penerbit Kanisius :

Yogyakarta http://mathematica..com

http://newsinformasi013.blogspot.com

www.soesilongeblog.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai