Anda di halaman 1dari 32

NAMA : KLETUS SALTIP

NO.STAMBUK : 15-1401-096

KELA S : HK-15

UNIVERSTAS INDONESIA TIMUR


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
HK15
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh
kemudahan dan kesabaran. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
           Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang
Genetika,yang disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
buku dan internet. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Tuhan, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Penulis juga menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun guna menyempurnakan paper ini dan dapat menjadi acuan
dalam menyusun proposal atau tugas-tugas selanjutnya. Penulis juga
memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan
pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami maksud penulis. Semoga tugas ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Amin
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................2
B. Rumusan Masalah.................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat..............................................................3
1. Tujuan.........................................................................3
2. Manfaat.......................................................................3
BAB II DASAR-DASAR LOGIKA................................................................5
A. Karangan Teori......................................................................5
1. Disjungsi.....................................................................6
2. Konjungsi....................................................................7
3. Negasi.........................................................................7
4. Implikasi......................................................................8
5. Biimplikasi................................................................. .8
6. Exclusive or................................................................9
7. Tablo semantic...........................................................9
8. Hukum de morgan……………………………………..12
B. Karangan Fikir....................................................................13
BAB III HUKUM-HUKUM LOGIKA..........................................................15
A .Hukum de morga..................................................................15
BAB V PENUTUP…………………………………………..………………..30
A. Kesimpulan……………………………………………………..31
B. Saran…………………………………………………………….31
C. Daftar Pustaka………………………………………………....32
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Melalui penjelasan tentang teori disjungsi, konjungsi,

negasi,implikasi, biimplikasi,exclusive or, table sematic, dan hokum

&’morgan kita dapat mengetahui kebenaran suatu pernyataan

pertama sama maknanya dengan pernyataan kedua. Banyak hal

yang diketahui mengenai implikasi,biimplikasi,exclusive or,table

simentic,dan hokum de morgan.Dengan

implikasi,biimplikasi,exclusive or,table simentic,dan hokum de

morgan kita dapat mengetahui apakah suatu pertanyaan bernilaih

benar atau salah

Hal penting yang didapatkan setelah mempelajari tentang teori

implikasi,biimplikasi,exclusive or,table simentic,hokum de morgan

adalah kemampuan atau keahlian mengambil kesimpulan benar

atau salah. Teori implikasi,biimplikasi,exclusive or,table

simentic,hokum de morgan memberi bagi sebuah pengambilan

kesimpulan dan dapat dalam aspek kehidupan.


B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah yang dimaksud dengan implikasi, biimplikasi, exclusive
or, table simentic dan hokum de morgan?
b. Bagaimanakah data kebenaran dari implikasi, biimplikasi,
exclusive or, table simentic dan hokum de morgan?
c. Bagaimana contohn dari implikasi, biimplikasi, exclusive or, table
simentic dan hukum de morgan?

C. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan paper tentang implikasi, biimplikasi,

exclusive or, table simentic dan hukum de morgan adalah agar setiap

mahasiswa dapt mengerti dan memahami tentang implikasi, biimplikasi,

exclusive or, table simentic dan hukum de morgan dan harapannya

semoga bermanfaat untuk semua kalangan.

 Logika Informatika

Logika disebut juga “The Calculus Of Computer

Science” karena logika memegang peranan yang sangat penting di

bidang ilmu komputer. Peran kalkulus (matematika) sama pentingnya

untuk ilmu-ilmu bidang sains, misalnya ilmu fisika, ilmu elektronika,

ilmu kimia, dan sebagainya. Oleh karena itu, biasanya pelajar,

mahasiswa, guru, dan dosen setuju bahwa logika memainkan

peranan penting dalam berbagai bidang keilmuan, bahkan dalam

kehidupan manusia sehari-hari.


Logika, komputasi sistem, dan matematika diskrit memiliki peran

penting dalam ilmu komputer karena semuanya berperan dalam

pemrograman. Logika merupakan dasar-dasar matemtis suatu

perangkat lunak, digunakan untuk memformalkan ystem bahasa

pemrograman dan spesifikasi program, serta menguji ketepatan suatu

program. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya logika matematika

karena banyak ilmu, khususnya dalam bidang ilmu komputer, yang

memerlukan logika untuk berkembang.

 Logika dalam ilmu komputer digunakan sebagai dasar dalam

belajar bahasa pemrograman, struktur data, kecerdasan buatan,

teknik/ystem digital, basis data, teori komputasi, rekayasa perangkat

lunak, system pakar, jaringan syaraf tiruan, dan lain-lainnya yang

mempergunakan logika secara intensif. Salah satu contoh yang ystem

adlah ystem digital, yaitu bidang ilmu yang didasari oleh logika untuk

membuat gerbang logika (logic gates) dan arsitektur komputer

sebagai inti mikroprosesor, otak komputer atau  central processing

unit. Logika matematika (mathematical logic) adalah cabang ilmu

di bidang matematika yang memperdalam masalah logika, atau lebih

tepatnya memperjelas logika dengan kaidah-kaidah matematika.

Logika matematika sendiri juga terus berkembang, mulai dari

logika proposional, logika predikat, pemrograman logika, dan

sebaganya. Perkembangan terakhir ilmu logika adalah logika fuzzy,

atau di Indonesia disebut logika kabur atau logika samar.


Implementasi logika fuzzy dapat ditemui pada pengatur suhu udara

(AC), mesin pencuci, kulkas, lainnya.


BAB II

DASAR-DASAR LOGIKA

A. Gerbang – Gerbang Logika Dasar

Gerbang Logika adalah rangkaian dengan satu atau lebih dari satu

sinyal masukan tetapi hanya menghasilkan satu sinyal berupa tegangan

tinggi atau tegangan rendah.Dikarenakan analisis gerbang logika

dilakukan dengan Aljabar Boolean maka gerbang logika sering juga

disebut Rangkaian logika. Gerbang logika merupakan dasar pembentukan

sistem digital. Gerbang logika beroperasi dengan bilangan biner, sehingga

disebut juga gerbang logika biner.Tegangan yang digunakan dalam

gerbang logika adalah TINGGI atau RENDAH. Tegangan tinggi berarti 1,

sedangkan tegangan rendah berarti 0.

 Konjungsi
Konjungsi ialah tanda hubung dalam kalimat majemuk yang di tandai
dengan kata "dan" atau di lambangkan dengan "^". 
Contoh :
Pernyatan pertama saya lambangkan dengan "p" dan pernyataan yang
kedua saya lambangkan dengan "q".
p : Kuda makan rumput 
q : Singa makan daging
Maka Konjungsi dari dua pernyataan di atas adalah :
p ^ q : Kuda makan rumput dan singa makan daging
kaliamat majemuk konjunsi ini pun memiliki  nilai kebenaran yaitu jika
salah satu atau dua dari kedua pernyataan tersbut bernilai salah, maka
nilai kebenaran dari kalimat majemuk tersebut bernilai salah.
Untuk lebih jelas perhatikan tabel berikut ini :
P Q p
^
q
B B B
B S S
S B S
S S S

 Disjungsi
Disjungsi ialah tanda hubung dalam kalimat majemuk yang ditandai
dengan kata "atau" atau dilambangkan dengan "v". 
Contoh :
p : Anjing berkaki empat
q : Ayam berkaki dua
Maka disjungsi dari dua pernyataan di atas adalah :
p v q : Anjing berkaki empat atau ayam berkaki dua

Kalimat majemuk disjungsi ini pun memiliki nilai kebenaran yaitu nilai
kebenaran bernilai salah apa hanya jika kedua pernyataan tersebut
bernilai salah.
Untuk lebih jelas perhatikan tabel berikut :
P Q p ^
q
B B B
B S B
S B B
S S S

 Implikasi
Impilikasi adalah tanda hubung dalam kalimat majemuk yang ditandai
dengan kata "maka" dan dilambangkan dengan "→".
Contoh :
p : Kucing adalah herbivora
q : Kucing adalah hewan pemakan rumput.
Maka implikasi dari dua pernyataan di atas adalah :
p → q : Kucing adalah herbivora maka kucing adalah hewan pemakan
rumput.
Kalimat majemuk implikasi ini pun memiliki nilai kebenaran yaitu nilai
kebenaran bernilai salah hanya jika pernyataan kedua bernilai salah.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :

P Q p → q
B B B
B S S Implikasi adalah pernyataan majemuk yang di sajikan
S B B
S S B dalam “jika maka “. Notasi “p => q”,dibaca “

jika p maka q”.

Pada implikasi p => q, p disebut anteseden (hipotesis) dan q disebut

konsekuen. “ p => q” akan salah jika “B => S (p = B, q =S) selainnya

benar.

Perhatikan tabel kebenaran untuk implikasi berikut.

P Q p=>q
B B B

B S S

S B B

S S B

Perhatikan contoh berikut.

1) :3+5=8  (benar)

q :8 adalah bilangan genap  (benar)

p=>q :jika 3+5=8, maka 8 adalah bilangan genap  (benar)

2) p :5>3  (benar)

q :5 adalah bilangan genap  (salah)

p=>q :jika 5>3, maka 5 adalah bilangan genap  (salah)


            Pernyataan majemuk dalam logika matematika tidak ada

hubungannya dengan keterkaitan pernyataan-pernyataan yang

digabungkan. Pada penerapannya dalam suatu disiplin ilmu atau

kehidupan sehari-hari, konteks dan keterkaitan pernyataan-

pernyataan yang digabungkan harus jelas, sehingga berbentuk

kalimat yang bermakna.

            Bentuk implikasi dari p(x)=>q, p=>q (x), atau p(x)=>q(x)

bukan pernyataan, karena p(x) dan q(x) masih berupa kalimat

terbuka. Biasanya implikasi tersebut dapat ditentukan nilai

kebenarannya jika kita mengganti variable x dengan konstanta

dalam semesta pembicaraan.

Tautologi dan kontradiksi

            Pernyataan majemuk yang selalu benar bagaimanapun

kemungkinan nilai kebenaran dari komponen-komponen

disebut Tautologi, sedangkan Kontradiksi yaitu pernyataan majemuk

yang selalu salah bagaimanapun kemungkinan nilai kebenaran dari

komponen-komponennya.

Contoh: Selidiki dengan tabel kebenaran adalah bentuk pernyataan

majemuk

~(p v q) ˄ p merupakan tautology, kontradiksi, bukan suatu

tautology, atau bukan suatu kontradiksi!

Jawab: Jika kita buat tabel kebenaran untuk ~(p v q)  ˄ p, maka

hasilnya akan seperti ini:


p Q pv ~(p ~(p v

q v q) q) ˄ p
B B B S S

B S B S S

S B B S S

S S S B S
         

 Biimplikasi
Biimplikasi adalah tanda hubung dalam kalimat majemuk yang ditandai
dengan kata "jika maka" dan dilambangkan dengan "ó"
Contoh :
p : Fajar juara satu di kelas
q : Fajar rajin belajar
Maka biimplikasi dari dua pernyataan di atas adalah :
p ó q : fajar juara satu di kelas jika dan hanya jika fajar rajin belajar.

Kalimat majemuk biimplikasi ini pun memiliki nilai kebenaran yaitu nilai
kebenaran bernilai salah hanya jika salah satu pernyataan bernilai salah.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :
P q p óq
B B B
B S S
S B S
S S B

Ekuivalensi Pernyataan Majemuk


Ekuivalensi ialah sesuatu yang memiliki nilai atau secara visual berbeda
namun memiliki makna yang sama.
Maka dalam ekuivalensi dalam pernyataan majemuk ini berarti sebagai
sifat dalam logika matematika yang satu sama lain saling berkaitan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan ekuivalensi di bawah ini :
Konvers, Invers, dan Kontra Posisi Implikasi
Konvers, invers, dan kontra posisi ialah merupakan sifat yang hanya di
miliki oleh implikasi
Jika diketahui p → q, maka :
Konvers         : q → p
Invers            : ~p → ~q
Kontra posisi : ~q → ~p

Contoh : 
p → q : jika hari ini panas, maka hari ini musim kemarau
Konversnya q → p              : Jika hari ini musim kemarau maka hari ini
panas
Inversnya   ~p → ~q           : Jika hari ini tidak panas, maka hari ini bukan
musim kemarau
Kontra posisinya  ~q → ~p : Jika hari ini bukan musim kemarau, maka
hari ini tidak panas Jika dua pernyataan p dan q digabungkan untuk

membentuk kalimat majemuk dengan kata hubung “ jika dan hanya jika”,

maka pernyataan majemuk yang terbentuk disebut biimplikasi.

            Dalam logika matematika, biimplikasi dilambangkan oleh

“”.”pq” berarti “p jika dan hanya jika q”, yaitu “jika p maka q dan

jika q maka p” atau “(p=>q) ˄ (q=>p)”. jadi, p  q ≡ (p=>q) ˄ (q=>p).

Nilai biimplikasi biasa diturunkan sebagai berikut:

P Q p=>q q=>p (p=>q) ˄ (q=>p) ≡ pq


B B B B B

B S S B S

S B B S S

S S B B B
Dari tabel dapat disimpulkan bahwa biimplikasi hanya bernilai benar jika

komponen-komponennya mempunyai nilai kebenaran yang sama.


Contoh: “Ayah mendapat gaji jika dan hanya jika ayah bekerja”.

Pernyataan biimplikasi diatas dibaca sebagai berikut:”Jika Ayah

mendapat gaji maka ayah bekerja dan jika ayah telah bekerja maka

ayah mendapat gaji”.

Ekuivalensi logis  Misalkan p dan q merupakan penyataan-pernyataan

tunggal atau majemuk dan pernyataan implikasi  p,q merupakan

tautologi untuk semua nilai kemungkinan kebenaran p dan q, maka  p,q 

dinamakan ekuivalensi logisatau biimplikasi logis.

Begitu juga pada biimplikasi berbentuk p(x)q(x). Jika p(x)

menyebabkan q(x) dan q(x) menyebabkan p(x), maka biimplikasi

p(x)q(x) merupakan ekuivalensi logis atau biimplikasi logis.

Contoh: Selidikilah apakah bentuk pernyataan majemuk (p v (p ˄ q))  p

akan merupakan ekuivalensi logis atau bukan.

P Q p˄q p v (p˄q) (pv(p˄q))p


B B B B B

B S S B B

S B S S B

S S S S B
Jadi pernyataan majemuk tersebut merupakan ekuivalen.
Negasi dari Implikasi
            Untuk menentukan negasi dari implikasi, perhatikan contoh
berikut.
P   : niko belajar dengan giat.

q   : niko naik kelas.

p=>q : jika niko belajar dengan giat maka niko naik kelas.
Jadi nagasi pernyataan “p=>q” adalah “p ˄ ~q”

Konvers , Invers, dan Kontra posisi

            Dari suatu implikasi p=>q dapat dibentuk implikasi lain, yaitu:

1.   q=>p, yang disebut konvers dari p=>q.

2.   ~p=>~q, yang disebut invers dari p=>q.

3 .  ~q=>~p, yang disebut kontraposisi dari p=>q.

Tabel kebeneran hubungan antara implikasi-implikasi tersebut adalah:

P q ~P ~q P=>q q=>p ~p=>~q ~q=>~p


B B S S B B B B

B S S B S B B S

S B B S B S S B

S S B B B B B B
Penarikan kesimpulan

Prinsip modus ponens

            Prinsip modus ponens mengatakan “jika p terjadi maka q terjadi”,

dan ternyata  p terjadi. Menurut asumsi kita, disimpulkan q terjadi”.

Sahnya prinsip modus ponens dapat dibuktikan dengan tabel

kebenaran pernyataan majemuk “((p=>q) ˄ p)=> q”.

Prinsip modus Tolens

            Prinsip modus ponens mengatakan “bahwa jka p terjadi maka

q terjadi dan ternyata q tidak terjadi, maka kita simpulkan bahwa p

tidak terjadi”.

Prinsip modus tolens yang sah dapat di peroleh dengan melihat tabel

kebenaran bagi pernyataan majemuk ((p=>q) ˄ ~ q) => p.


Prinsip silogisme

            Prinsip silogisme pada dasarnya mengatakan “jika p terjadi

maka q terjadi, dan jika q terjadi maka r  terjadi, sehingga

disimpulkan jika p terjadi maka r  juga terjadi”.

Prinsip silogisme diverifikasi dengan melihat tabel kebenaran bagi

pernyataan majemuk ((p=>q) ˄ (q=>r)) => (p=>r).

 EXCLUSIVE OR

Gerbang OR akan memberikan keluaran 1 jika salah satu dari

masukannya pada keadaan 1. jika diinginkan keluaran bernilai 0,

maka semua masukan harus dalam keadaan 0.Gerbang OR akan

memberikan sinyal keluaran tinggi jika salah satu atau semua sinyal

masukan bernilai tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa gerbang

OR hanya memiliki sinyal keluaran rendah jika semua sinyal

masukan bernilai rendah. Gerbang Logika OR pada Datasheet nama

lainnya IC TTL 7432.

Gambar Gerbang Logika OR

Masuka Keluaran

n Y

AB
00 0

01 1

10 1

11 1
Tabel Kebenaran OR

 TABLO SEMANTIK

          Jika cabang tablo tertutup, maka ekspresi logika disebut

bersama-sama tidak konsisten (mutually inconsistent) atau mereka

tidak bisa bernilai benar bersama-sama. Di bawah ini aturan dari

tablo semantik.

1. A  B 4.           A ↔ B 7.  (A  B)


   A               /          ~A

\
   B        A ^ ~B
B     ~A ^ ~ B
2.  A  B 5.         - A  B 8.      ~(~A)
          /\                   /\               A
      A     B             - A    B 9.   (A ↔B)
3.  A → B 6.       -(A → B)            /        

\
       /     \                -A   A ^

~B    ~A ^ B
     ~A                     B

Jika ada bentuk logika A dan negasinya (A) yang berada pada

satu deretan cabang dari tablo, maka terjadi ketidakkonsistenan pada

cabang tersebut, dan cabang dinyatakan “tertutup (closed)”, dan

cabang tersebut tidak bisa dikembangkan lagi. Hal ini disebabkan

karena A dan A tidak mungkin benar bersama-sama pada satu saat

tertentu.

Di bawah ini adalah Heuristik untuk mengefisienkan pembuatan

tablo:

 Carilah ekspresi logika yang dapat memakai aturan tanpa

cabang (satu cabang)

 Carilah ekspresi logika yang isinya mempunyai bentuk, yang

tablonya pasti tertutup, misalkan A dengan negasinya (~A),

agar cabang tablo tertutup dan tidak bisa dikembangkan lagi.

Pembenaran aturan tablo semantik


Aturan tablo semantik dapat dipandang sebagai aturan sistem

deduktif atau sistem pembutian yang tidak usah ditafsirkan pada

konteks lain.

Aturan tablo semantik sangat beralasan dan realistis karena berbasis

pada aturan hukum logika yang sudah dibahas sebelumnya.

         Jelas bahwa tablo tidak bisa ditutup sehingga terjadi

konsistensi bersama-sama(mutually consistency) pada himpunan

ekspresi logika

Pembuktian

Konsistensi tersebut bisa dibuktikan dengan teknik model, yaitu

dengan mengambil satu variabel proposisi pada cabang yang tidak

tertutup, misalnya A atau ~C, dan berilah nilai T pada variabel

tersebut.

Pada contoh di atas, misalnya v(A) = T, maka v(~C) = T.

                      (Ambil dari baris (3)), jadi v(C) = F.

Periksa dengan baris (2). jika v(~C) = T, maka pasti v(B) = T, maka

v(~B) = F.

Periksa dengan baris (1).  Jika v(~B) = F, sedangkan v(A) = T, maka

v(A V ~B) = T.

Jadi mudah ditebak bahwa v(A V ~B) = T, v(B^ ~C) = T, dan v(C→A)

= T

| A  | B | C | ~B | ~C | A V ~B | B ^ ~C | C -> A |

| B  | B  | S | S   | B   |      B      |      B     |     B     |
Contoh 2:

 Jika Agus menyontek saat ujian, maka dosen akan datang jika

pengawas lalai. Jika Agus menyontek saat ujian, maka pengawas

lalai. Dengan demikian, jikaAgus menyontek, maka dosen akan

datang.

- Apakah argumen di atas valid, atau apakah kesimpulan (pernyataan

3) secara logis mengikuti premis-premisnya (pernyataan 1 dan 2)?

Tahap-tahap pembuktian:

 Langkah 1: membuat variabel proposisional

A= Dermi menyontek saat ujian

B= Doden akan datang

C = Pengawas lalai.

 Langkah 2:Menyusun menjadi ekspresi logika


(1). A→(~C→B) (premis)
(2). A→~C (premis)
(3). A→B (kesimpulan)
Jika ditulis akan menjadi seperti berikut:
{A→(~C→B), A→~C} |= A→B
 Langkah 3:

(A→B), sehingga penulisan di atas akan menjadi:Menyusun

menjadi deretan untuk dibuat tablo dengan menegasi kesimpulan

menjadi( A→~C)  ~ (A→B) (A→ (~C→B )) Selanjutnya, susun

menjadi urutan berikut:

(1). A→(~C→B)

(2). A→~C
(3). ~(A→B)

 Langkah 4:

Membuat tablo seperti berikut (jangan lupa ikuti heuristik pembuatan

tablo untuk mengefisienkan pencabangan tablo).

BAB 4

HUKUM-HUKUM LOGIKA

            Di bawah ini ketentuan atau aturan yang di pakai dalah hukum

logika yaitu sebagai berikut :

1.       Hukum identitas 2.       Hukum null/denominasi

i.                      i.                     

ii.                    ii.                   
3.       Hukum negasi 4.       Hukum idempotent

i.                      i.                     
ii.                    ii.                   
5.       Hukum involusi (negasi 6.       Hukum penyerapan

ganda) i.                     

ii.                   
7.       Hukum komutatif 8.       Hukum asosiatif

i.                      i.                     

ii.                   
ii.                   

9.       Hukum distributive 10.   Hukum de morgan

i.          i.                     

ii.                   
ii.       

 Penyerdehanaan menggunakan hukum logika

Operasi penyederhanaan dilakukan dengan menggunakan hukum-

hukum logika yang ada. Penyederhanaan dilakukan guna untuk

memepermudah pengerjaan ekspresi logika.Penyederhanaan

dilakukan sampai ekspresi logika tersebut menjadi bentuk yang

paling sederhana (tidak bisa disederhanakan lagi).

Contoh 1:

(A v 0)  (A v ~A) =  A  (A v ~A)


A  1

Contoh 2:

(A  ~B) v (A  B C) = (A  ~B) v

(A  (B C))                    Tambah Kurung

 A  (~B v (B C))                                 Distributif

A  ((~B v B)  (~B v C))                     Distributif

A  (1  (~B v C))                                  Tautologi

A  (~B v C))          

Contoh 3:  Penyederhanaan juga dapat digunakan untuk

membuktikan ekuivalen atau kesamaan            secara logis

(A  B)  (B  A) = (~A v B)  (~B v A)                                A  B =

~A v B

 (B v ~A)  (A v ~B)                 Komutatif

 (A v ~B)  (B v ~A)                 Komutatif

Contoh 4: Sederhanakan ekspresi logika berikut ini

((A v B)  ~A)  ~B = ~((A v B)  ~A) v ~B                           A  B =

~A v B

(~(A v B) v ~~A) v ~B                          De Morgan

((~A  ~B) v ~~A) v ~B                       De morgan


((~A  ~B) v A) v ~B                            Law of Double Negation

(A v (~A  ~B)) v ~B                            Komutatif

(A v ~B) v ~B                                          Absorbsi

A v (~B v ~B)                                          Asosiatif

A v ~B                                                       Idempotent

2. Ekuivalensi Menggunakan Hukum-Hukum Logika

Selain menggunakan tabel kebenaran, keekivalenan dapat

dibuktikan dengan hukum-hukum logika, khususnya pada proposisi

majemuk yang mempunyai banyak proposisi atomik. Bila suatu

proposisii majemuk mempunyai n buah porposisi atomik, maka tabel

kebenarannya terdiri dari 2 n baris. Untuk  n yang besar jelas tidak

praktis menggunakan tabel kebenaran, misalnya untuk n = 10

erdapat 210 baris di dalam tabel kebenarannya.

Contoh : Tunjukkan bahwa p v ~(p v q) dan p v ~q keduanya

ekivalen secara logika.

Penyelesaian :

                        p v ~(p v q)  p v (~p  ~q)

 (p v ~p)  (p v ~q)

 T  (p v ~q)

 p (p  v  ~q)
3. Tautologi Menggunakan Hukum-Hukum Logika

            Tautologi adalah suatu bentuk kalimat atau proposisi

P(p,q,r.....) yang selalu bernilai benar. Jadi dalam segala bentuk

kemungkinan tabel kebenaranakan bernilai benar. Atau proposisi

tersebut apabila dijabarkan dengan menggunakan hukum-hukum

logika yang benar maka akan menghasilkan nilai akhir adalah benar.

Contoh:  Buktikan kalau proposisi di bawah ini tautologi dengan

menggunakan hukum logika

a.)  (p  q) → q

b.) q → (p v q)

Penyelesaian : (p  q) → q  ~(p  q) v q

                                             (~p v ~ q) v q

                                             ~p v (~q v q

)                                      

   Terbukti nialai diatas adalah True yaitu berarti tautologi

Penyelesaian:  q → (p v q) 

 Hukum De Morgan

Dua persamaan berikut dikenal dengan nama Hukum De

Morgan:

Untuk membuktikan Persamaan (1-1) perlu di perhatikan,


bahwa jikalau semua masukan 1, masing-masing ruas

persamaan akan memberikan suatu hasil yang sama dengan 0.

Di pihak lain, kalau satu (atau lebih dari satu) masukan sama

dengan 0, maka masing-masing ruas persamaan akan

memberikan suatu hasil yang sama dengan 1. Sehingga, untuk

semua kemungkinan masukan dari ruas sebelah kanan

persamaan sama dengan ruas sebelah kiri. Persamaan (1-2)

dibuktikan dengan cara yang sama. Hukum De Morgan

memperlengkap daftar identitas Boole dasar. Untuk masing-

masing acuan selanjutnya, semua hubungan-hubungan tersebut

di ringkas dalam tabel 1a.


Contoh penggunaan aljabar boole hukum-hukum De Morgan

pada ekuivalensi rangkaian EXCLUSIVE OR adalah sebagai

berikut:

Diketahui suatu fungsi logika boole EXCLUSIVE OR

dan ekuivalen dengan fungsi logika boole

, buktikan bahwa memang kedua persamaan

tersebut ekuivalen. Maka dua persamaan tersebut dapat

dibuktikan dengan penjabaran dengan pertolongan aljabar

boole sebagai berikut:


Dari ketiga persamaan logika boole tersebut, menghasilkan

Tabel kebenaran yang sama

Jadi jelas dua persamaan diatas memang ekuivalen.


Dari hukum De Morgan dapat disimpulkan, bahwa untuk

mendapatkan komplemen (pelengkap) dari suatu fungsi boole

adalah dengan mengubah semua operasi OR menjadi operasi

AND, ataupun sebaliknya mengubah semua operasi AND

menjadi operasi OR, dan melakukan penolakan masing-masing

simbol binernya. Dan dengan pertolongan hukum De Morgan

dapat kita tunjukkan bahwa suatu rangkaian AND untuk logika

positif juga bekerja seperti halnya suatu gerbang OR untuk

logika negatif. Misalkan Y adalah keluaran dan A, B, ... , N

adalah masukan-masukan ke AND positif, sehingga

Kalau keluaran dan semua masukan dari rangkaian

dikomplemenkan sedemikian hingga 1 menjadi 0 dan

sebaliknya, maka logika positif berubah menjadi logika negatif.

Karena Y dan menggambarkan terminal keluaran yang sama,

A dan menggambarkan terminal masukan yang sama, dan lain

sebagainya. Rangkaian yang melaksanakan logika AND positif

dalam persamaan (1-3) juga bekerja sebagai gerbang logika

OR negatif pada persamaan (1-4). Alasan yang sama

digunakan untuk membuktikan, bahwa rangkaian yang sama

mungkin berlaku sebagai AND negatif atau OR positif,


tergantung kepada bagaimana tingkat biner didefinisikan. Hal

ini telah dibuktikan untuk logika dioda. Untuk lebih jelasnya

berikut ditampilkan aplikasi teorema De Morgan dalam diagram

blok fungsi logika boole pada gambar 1-1c. Suatu OR yang

diubah ke AND dengan membalikkan semua masukan dan

keluarannya, gambar 1-1d. Suatu AND menjadi OR, kalau

semua masukan dan keluaran komplemen. 


Daftar Pustaka

Dermiati Kumman, 2017, Gerbang

logika”Disjung,konjungsi,negasi,implikasi,biimplikasi,negasi,exclusive

or,tablo semantic,hukum de morgan,halaman 31, Aspol Tello’, 29

Januari 2017.

Anda mungkin juga menyukai