GD519/3SKS/BBM1-9
EVALUASI PEMBELAJARAN
SEKOLAH DASAR
UPI PRESS
Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
penerbit UPI PRESS.
Edisi Kesatu
Cetakan Pertama, 2006
Desain
Tim Ahli : Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover : Rudi Sopiana
Asep Saepul Kholiq
Tata Letak isi : Dadi Mulyadi
Penerbit :
UPI PRESS
Gedung Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi, No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163 Pes.4502
Daftar isi i
Perilaku Afektif ............................................................................................................30
Perilaku Psikomotorik ..................................................................................................31
Latihan .........................................................................................................................31
Rangkuman ..................................................................................................................31
Tes Formatif 2...............................................................................................................32
Balikan dan Tindak Lanjut ............................................................................................33
Kunci Jawaban Tes Formatif.........................................................................................35
Daftar Pustaka ..............................................................................................................36
ii Daftar isi
Rangkuman ..................................................................................................................85
Tes Formatif 2...............................................................................................................86
Balikan dan Tindak Lanjut ............................................................................................87
Kunci Jawaban Tes Formatif.........................................................................................89
Daftar Pustaka ..............................................................................................................90
iv Daftar isi
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
P
andangan terhadap penilaian sebagai salah satu kegiatan penting dalam proses belajar
mengajar, pada pelaksanaannya di sekolah/di kelas masih banyak terdapat kesalahan
atau ketidak tepatan pelaksanaan dan pemanfatannya, di antaranya : masih banyak guru
bidang studi/kelas, belum paham bentuk bagaimana membuat soal pilihan gAnda yang memadai,
masih ada guru yang lebih suka hanya mempergunakan satu bentuk soal terus menerus pada saat
ulangan, masih banyak guru yang memberikan skor tidak tepat, dan sebagainya.
Agar guru dapat mengajar dengan profesional, tentu saja guru harus membekali dengan berbagai
pengetahuan dan keterampilan khusus yang memadai, satu di antaranya adalah mengusun/membuat
soal sebagai alat dalam mengevaluasi penguasaan/perubahan penilaian siswa setelah terjadi proses
pembelajaran.
Secara umum modul 1 ini menjelaskan mengenai : konsep dasar pengukuran, pengujian, penilaian
dan peranannya dalam pendidikan, tujuan dan fungsi penilaian, prinsip penilaian da langkah-langkah
penilaian.
Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda diharapkan dapat:
a. menjelaskan konsep pengukuran, pengujian dan penilaian, dan peranannya dalam pendidikan
b. menjelaskan tujuan dan fungsi penilaian
c. menjelaskan prinsip penilaian
d. menjelaskan langkah-langkah penilaian
Untuk membantu Anda mencapai tujuan, modul ini diorganisasikan menjadi dua Kegiatan Belajar
(KB), yaitu:
KB 1 : Konsep pengukuran, Pengujian dan Penilaian, dan Peranannya dalam Pendidikan.
KB 2 : Tujaun, Fungsi, Prinsip dan Langkah-Langkah Penilaian.
Evaluasi Pembelajaran SD 1
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
Untuk membantu Anda dalam mempelajari BBM ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk
balajar berikut ini:
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang
apa, waktu apa, dan bagaimana mempelajari bahan belajar ini
b. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap
baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam kamus yang Anda miliki
c. Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri dan lakukan tukar pikiran
dengan mahasiswa lain atau dengan tutor Anda
d. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda
dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet
e. Manfaatkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan melalui klegiatan diskusi
dalam tutorial dengan mahasiswa lainnya atau teman sejawat
f. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir
kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda sudah/belum memahami
kandungan bahan belajar ini.
2 Evaluasi Pembelajaran SD
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
S etiap aktivitas/kegiatan apapun selalu diawalai dengan perencanaan dan diakhiri dengan
penilaian. Perencanaan, merupakan titik tolak, bagian yang mendasar, yang harus dibuat
sistematik, useable dan measureable, berdasar pada perencanaan maka aktivitas kegiatan
dilaksanakan, yang merupakan inti dari kegiatan secara keseluruhan, terakhir penilaian, yang
merupakan kegiatan untuk melihat tingkat keberhasilan pelaksanaan perencanaan.
Evaluasi Pembelajaran SD 3
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
Gambar (Skema) 1 1
Penggunaan istilah penilaian, selain berkaitan dengan pengukuran, juga ada kaitan dengan istilah
pengujian, assessment, testing. Pengujian, berdasarkan arti secara harfiah, menurut kamus umum
Bahasa Indonesia, adalah perbuatan (hal atau cara) menguji. Assessment, adalah sinonim dengan
measurement (pengukuran), bahwa semua tes yang dilakukan, merupakan suatu pengukuran dan
tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab (benar) oleh testi, dan data hasil tes dikumpulkan
sebagai informasi objektif yang akan ditafsirkan.
Berikut akan diberikan gambaran mengenai hubungan/keterkaitan antara istilah testing, mea-
surement dan evaluation.
4 Evaluasi Pembelajaran SD
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
Dalam gambar (skema) 1 1, tampak bahwa kegiatan pengukuran merupakan salah satu
teknik yang ditempuh dalam proses penilaian. Kegiatan penilaian tidak selamanya harus dilaksanakan
melalui pengukuran, dalam arti ada teknik-teknik lain (observasi, wawancara, angket) yang dapat
digunakan dalam penilaian. Hasil pengukuran adalah berupa gambaran tentang tingkat keberhasilan
belajar siswa. Penilaian baru terjadi kalau hasil pengukuran itu sudah dibandingkan/ditimbang dengan
kriteriaatau norma tertentu yang telah ditetapkan, contoh: seorang guru matematika mengadakan tes
terhadap sejumlah siswa. Setelah jawaban siswa diperiksa, diperoleh skor, misalnya: A=70, B=75,
C=68, dan seterusnya. Skor-skor baru merupakan hasil pengukuran dan belum merupakan hasil
penilaian. Apabila skor-skor tadi sudah diolah atau ditafsirkan dengan menggunakan kriteria/norma
tertentu, baru dapat ditentukan apakah seorang siswa itu lulus atau tidak lulus. Keputusan yang
diambil apabila ternyata siswa A, dengan skor 70, termasuk siswa yang lulus, maka ini merupakan
hasil penilaian.
Dalam gambar 1 2, tampak bahwa evaluasi/penilaian merupakan suatu proses yang melibatkan
pengukuran, dan pengukuran dilakukan melalui testing dan bahwa pengukuran melengkapi untuk
dapat terjadinya evaluasi/penilaian. Pengukuran tidak merupakan keputusan dan bahkan penilaian.
Pengukuran atau measurement, berwujud kuantifikasi (theact of qualification), yang
memperkirakan tingkatan akurasi (keakuratan) untuk berbagai penggunaan, yang merujuk kepada
tingkatan pengukuran (levels of measurement), yang secara umum disebut skala (scales). Terdapat
empat skala dalam pengukuran, yaitu nominal, ordinal, interval dan ratio.
Skala Nominal dari pengukuran adalah skala yang paling sedikit kesempurnaannya,
mengklasifikasikan objek atau kejadian melalui nomor/bilagan, misalnya : nomor punggung pemain
basket atau sepak bola.
Skala Ordinal dari pengukuran adalah skala untuk urutan atau rangking, misalnya : rangking
siswa dalam sebuah kelas berdasarkan skor tes, berurutan dari yang tertinggi sampai dengan yang
terendah.
Skala Interval dari pengukuran adalah skala untuk mengurutkan baik melalui penambahan atau
pengurangan skor. Skala pengukuran ini bisa terdiri dari proporsi nominal atau ordinal dan juga dari
karakteristik yang sama di antara skor (equal interval or equal unit measurement), misalnya :
penggunaan pada termometer dan kalender. Dan zero point pada skala interval tidak berarti, tidak
bermakna apa-apa, tetapi tetap mempunyai makna, seperti : 0o C bukan berarti tidak ada temperatur.
Skala Ratio dari pengukuran adalah tipe skala pengukuran yang lebih sempurna dibandingkan
tiga skala terdahulu, dan zero point pada skala ratio mengidikasikan ketiadan dari apa yang diukur.
Skala ratio merupakan pengkategorian, pengurutan, penetapan unit-unit yang sama dan ada proses
perbandingan (comparison).
Dari penjelasan di atas bisa dipahami bahwa pengukuran merujuk pada suatu proses kegiatan
yang dimaksud untuk mendapatkan gambaran tentang besar kecilnya perubahan perilaku siswa
sebagai hasil belajar dalam bentuk kuantitatif. Alat yang dipergunakan dalam pengukuran, disebut
tes, sedangkan hasil pengukuran diwujudkan dalam bentuk skor jadi, tes dalam konteks ini
dipAndang sebagai alat, tatapi jika dipAndang sebagai teknik, berarti merujuk kepada proses
pengukuran.
Evaluasi Pembelajaran SD 5
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
6 Evaluasi Pembelajaran SD
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
3. Bahwa penilaian terdiri atas serangkaian kegiatan yang direncanakan, dimulai dari menetapkan
tujuan, mengembangkan instrumen, mengumpulkan data sampai kepada pengambilan
keputusan. Hal ini menggambarkan :
A. suatu rangkaian proses.
B. suatu yang dilakukan secara berurutan.
C. adanya aturan-aturan yang harus diikuti.
D. adanya panduan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Evaluasi Pembelajaran SD 7
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
5. Dalam konteks pengajaran, ada empat tugas pokokok yang seyogyanya dilakukan oleh
guru, yaitu :
A. merencanakan, melaksanakan, menilai dan memberikan bimbingan kepada siswanya.
B. merencanakan, melaksanakan, mengukur dan menilai.
C. merencanakan, melaksanakan, menilai dan memberikan remedial.
D. merencanakan, mengukur, mengolah skor dan menilai.
6. Kompetensi dalam bidang penilaian yang seyogyanya dimiliki para guru adalah mencakup
kemampuan :
A. mengembangkan alat pengukuran tes dan non tes.
B. mengembangkan instrumen penilaian, khususnya tes, mengadministrasikan instrumen,
mengolah serta menafsirkan hasil tes.
C. mengembangkan instrumen penilaian, mempergunakan dan mengolah hasil tes.
D. mengembangkan instrumen penilaian, melakukan pengukuran, mengumpulkan data,
mengolah data dan mempergunakan hasil pengolahan data.
8 Evaluasi Pembelajaran SD
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
10. Upaya guru memberikan bimbingan kepada siswa, meliputi ........, kecuali
A. memahami kesulitan belajar yang dialami siswa.
B. memahami faktor penyebab kesulitan belajar siswa.
C. memberikan bantuan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.
D.memberikan bantuan berupa perbaikan nilai hasil belajar siswa
Cocokanlah kasil jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 1, yang ada pada bagian
belakang Bahan Belajar Mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar 2.! Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80% Anda harus
mengulang kegiatan belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Evaluasi Pembelajaran SD 9
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
P elaksanaan penilaian pendidikan dapat digunakan untuk berbagai tujauan sesuai dengan
kepentingan dan maksud penilaian. Khusus mengenai kegiatan penilaian yang biasa dilakukan
guru, pada dasarnya dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan pendidikan atau
tujuan-tujuan instruksional telah dicapai oleh siswa. Dengan kata lain, penilaian dimaksudkan untuk
mengetahui perubahan-perubahan perilaku yang terjadi pada diri siswa sesuai dengan tujuan
instruksional yang diharapkan.
Penilaian yang dilakukan guru memiliki tujuan, fungsi, prinsip dan langkah-langkah tertentu,
berikut akan diuraikan penjelasannya.
Tujuan Penilaian
Pertama, untuk mengetahui tingkat kemajuan/perubahan perilaku yang telah dicapai siswa dalam
kurun waktu pembelajaran tertentu.
Kedua, untuk mengetahui efektivitas penggunaan metoda dan media pembelajaran.
Ketiga, untuk mengetauhi kesulitan belajar yang dialami siswa, apabila siswa tidak dapat
memperlihatkan hasil belajar yang maksimal.
Keempat, untuk memberikan laporan kepada orang tua siswa (melalui raport).
Fungsi Penilaian
Apabila tujuan penilaian sudah dapat dicapai, maka akan berfungsi sebagai : Penetapan kelulusan/
kenaikan, dengan adanya data yang objektif tentang kemajuan belajar siswa, maka proses pengambilan
keputusan untuk menaikan/meluluskan siswa sudah dapat diambil; perbaikan proses belajar mengajar,
hasil penilaian dapat merupakan feed back/umpan balik, sebagai dasar untuk melakukan perbaikan
pada perumusan tujuan, penyusunan soal, penggunaan metoda dan media, materi/bahan pembelajaran;
Diagnostik dan bimbingan, hasil penilaian juga mengandung unsur diagnostik, guru akan mengetahui
letah kesulitan belajar siswa, hal ini sangat berguna untuk kepentingan layanan bimbingan dan reme-
dial; Memotivasi siswa, hasil penilaian dapat dipergunakan untuk memberikan dorongan kepada
siswa agar memperoleh prestasi belajar yang lebih bail/tinggi; Administrasi, hasil penilaian dapat
dipergunakan untuk kepentingan kelembagaan (mengontrol kualitas penyelenggaraan pendidikan di
sekolah) dan siswa (mengetahui perkembangan belajarnya dari buku raporan pendidikan).
10 Evaluasi Pembelajaran SD
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
Prinsip-Prinsip Penilaian
Terdapat beberapa prinsip yang sebaiknya diperhatikan oleh para guru dalam melakukan penilaian,
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah : Prinsip Keterpaduan, kegiatan penilaian berkaitan dengan
kegiatan pengajaran lainnya. Dalam melakukan penilaian, guru harus memperhatikan tujuan-tujuan
instruksional dan ruang lingkup materi yang dipelajari siswa. Setiap soal yang dibuat tidak boleh
menyimpang dari aspek-aspek materi yang akan diungkap; Prinsip Kesinambungan, perlu dilakukan
suatu program penilaian yang berkelanjutan; Prinsip Objektivitas, hasil penilaian harus menggambarkan
apa adanya kemampuan siswa, artinya sesuai dengan kemampuan objektif siswa; Prinsip Relevansi,
bahwa pengambilan keputusan penilaian hendaknya didasarkan pada data yang relevan atau data
yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penilaian; Prinsip Keteraturan, dalam melakukan penilaian
perlu mengetahui dan memperhatikan prosedur dan langkah-langkah yang semestinya dilakukan.
Langkah-Langkah Penilaian
Prosedur pengukuran dan penilaian hasil belajar, pada dasarnya menempuh langkah-langkah :
Menetapkan tujuan, tujuan dijadikan dasar dan arah untuk melakukan kegiatan penilaian, juga
menetapkan sasaran/perubahan perilaku siswa yang ingin dicapai; Menentukan jenis data atau lingkup
materi yang harus diukur, penilaian hasil belajar di sekolah perlu menetapkan aspek-aspek perilaku
yang menggambarkan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan instruksionaldan lingkup materi
yang telah dipelajari; Menetapkan teknik pengukuran, setelah memperolah kejelasan tentang aspek-
aspek yang perlu diukur, selanjutnya ditetapkan teknik untuk mendapatkan data (teknik tes atau non
tes); Mengembangkan instrumen pengukuran, pemilihan instrumen sangat tergantung pada jenis
materi yang akan diukur, jenis materi yang berkaitan dengan aspek kognitif dapat diukur dengan
instrumen tes, aspek afektif diukur dengan skala sikap, aspek psikomotor diukur denga tes tindakan;
Melaksanakan pengukuran, dalam pelaksanaan pengukuran perlu memperhatikan ketertiban dan
kedisiplinan. Sebab, betapapun baiknya instrumen yang digunakan kalau pelaksanaannya tidak benar,
tetap saja akan menghasilkan data yang tidak dapat dipercaya; Mengolah dan menafsirkan hasil
pengukuran (mengambil keputusan), agar data menjadi bermakna perlu diolah dan ditafsirkan
menggunakan kriteria/stAndar tertentu.
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa belajar, efektifitas
penggunaan metoda dan media, kesulitan belajar yang dialami siswa, memberikan laporan kepada
orang tua siswa.
Fungsi penilaian adalah menetapkan kelulusan/kenaikan, perbaikan proses belajar mengajar,
melakukan diagnostikdan remedial, memotivasi siswa dan kepentingan bidang administrasi.
Prinsi-prinsip penilaian, keterpaduan, berkesimanbungan, objektivitas, relevansi, keteraturan.
Langkah-langkah pengukuran, menetapkan tujuan, jenis data atau lingkup materi, teknik
pengukuran, mengembangkan instrumen pengukuran, melaksanakan pengukuran, mengolah dan
menafsirkan hasil pengukuran.
Evaluasi Pembelajaran SD 11
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
12 Evaluasi Pembelajaran SD
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
8. Melaksanakan pengukuran dapat melalui tes dan non tes, yang dimaksud dengan tes adalah:
A. serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh testi.
B. serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.
C. serangkaian soal yang harus dijawab denga benar oleh testi.
D. serangkaian daftar isian yang harus dilengkapi oleh siswa.
Cocokanlah kasil jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 2, yang ada pada bagian
belakang Bahan Belajar Mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 2.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan dengan Bahan
Belajar Mandiri selanjutnya.! Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah
80% Anda harus mengulang kegiatan belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Evaluasi Pembelajaran SD 13
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
Tes Formatif 2
1. D
2. D
3. A
4. C
5. A
6. C
7. A
8. A
9. A
10. D
14 Evaluasi Pembelajaran SD
Konsep Dasar Pengukuran, Penilaian, Pengujian dan Peranannya dalam Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Surya, M. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Yayasan Bhakti Winaya. Bandung.
Lindgran, C.H. 1976. Educational Psychology in The Classroom, John Willey & Sons Inc. New
York.
Evaluasi Pembelajaran SD 15
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
P
elaksanaan penilaian di kelas / sekolah memerlukan rujukan / pedoman yang sesuai
dengan tujuan, cara pelaksanaan, waktu dan cara menginterpretasikan hasil penilaian.
Tujuan penilaian pada dasarnya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
penguasaan materi pelajaran dan proses pembelajaran / pengajaran. Cara pelaksanaan penilaian,
merujuk pada bagaimana penilaian itu dilakukan, apakah secara tertulis, lisan atau tindakan. Waktu
penilaian, merujuk pada kapan penilaian itu dilakukan, sebelum, selama, atau setelah poses belajar
mengajar berlangsung. Cara menginterpretasikan hasil penilaian, berkaitan dengan pendekatan yang
disesuaikan penggunaannya dengan perolehan skor tes siswa, apakah skor siswa akan dibandingkan
dengan kriteria tertentu yang telah ditentukan sebelum tes berlangsung atau skor siswa akan
dibandingkan dengan perolehan skor rata-rata kelompoknya (setelah tes berlangsung).
Ruang lingkup penilaian pengajaran, mencakup aspek-aspek perilaku yang harus / dapat diukur
dan dinilai pada siswa, perilaku itu terdiri dari perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik
Cara pelaksanaan penilaian dan waktu pelaksanaan penilaian akan dibahas pada BBM 3 dan
BBM 4. Cara menginterpretasikan hasil penilaian yang berkaitan dengan pendekatan dalam penilaian,
yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan) akan dibahas di BBM 2.
Secara umum modul 2 (BBM 2) ini menjelaskan mengenai: konsep PAN dan PAP, hal-hal
yang berhubungan dengan PAN ( yaitu: kriteria norma, tipe-tipe norma dan deskripsi statistik untuk
norma kelompok), hal-hal yang berhubungan dengan PAP (yaitu: persyaratan menentukan domain
yang akan diukur, bentuk-bentuk item / soal dan merumuskan tujuan pengajaran, konstruksi tes
buatan guru dan metoda untuk menentukan standar / kriteria / patokan) dan ruang lingkup penilaian
pengajaran, meliputi aspek-aspek perilaku yang dapat / harus diukur dari siswa. Aspek perilaku ini
meliputi: perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik.
16 Evaluasi Pembelajaran SD
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
Untuk membantu Anda mencapai tujuan, modul ini diorganisasikan menjadi dua kegiatan belajar
/ KB yaitu:
KB 1 :Konsep PAN dan PAP, beberapa hal yang berhubungan dengan PAN dan PAP.
KB2 :Tiga aspek perilaku yang harus diukur dalam penilaian, yaitu: perilaku kognitif, afektif
dan psikomotorik
Untuk membantu Anda dalam dalam mempelajari BBM ini, ada baiknya diperhatikan beberapa
petunjuk belajar berikut ini:
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang
apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari bahan belajar ini.
b. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kuci dari kata-kata yang di anggap
baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam kamus yang Anda miliki.
c. Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri dan lakukan tukar pikiran
dengan mahasiswa lain atau dengan Autor Anda.
d. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda
dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet.
e. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan melalui kegiatan diskusi dalam
Autorial dengan mahasiswa lainnya atau teman sejawat.
f. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir
kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda salah / belum memahami
kandungan bahan belajar ini.
Evaluasi Pembelajaran SD 17
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
P elaksanaan penilaian di kelas / sekolah memerlukan rujukan / pedoman yang sesuai dengan
tujuan, cara pelaksanaan, waktu dan cara menginterpretasikan hasil penilaian.
Cara menginterpretasikan hasil penilaian, berkaitan dengan pendekatan yang disesuaikan dengan
penggunaannya pada perolehan skor tes siswa, apakah skor siswa akan dibandingkan dengan
perolehan skor rata-rata kelompoknya, setelah tes berlangsung atau skor siswa akan dibandingkan
dengan kriteria tertentu yang telah ditentukan sebelum tes berlangsung. Cara yang pertama, disebut
dengan Penilaian Acuan Norma (PAN) atau Norm Referenced Evaluation dan yang kedua disebut
Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Evaluation.
18 Evaluasi Pembelajaran SD
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
Kiteria Norma
Kebanyakan penulis mengidentifikasikan ada tiga kriteria dasar untuk norma yang adekuat =
representativeness, relevance dan recency. Gronhand (1985:369) menambahkan dua kriteria
tambahan, yaitu bahwa norma harus dapat membandingkan (comparable) dan adekuat.
Representativeness, bahwa kriteria ini berkaitan dengan pemilihan sampel yang dapat
menggambarkan populasi, yang meliputi ukuran sampel dan metode sampling. Ukuran sampel yang
cukup besar memungkinkan untuk kestabilan skor dan kestabilan statistik. Metode sampling harus
melibatkan seleksi / random dan meminimalkan bias. Beberapa tipe stratifikasi relevan dengan variabel,
seperti misalnya: ras, jenis kelamin, bagian dari negara / provinsi dan tipe masyarakat. Kesulitan yang
mungkin akan dihadapi dalam menentukan representativeness adalah bagaimana men-judge norma
itu representatif atau tidak pada populasi. Informasi deskriptif mengenai tes harus meng-cover seluruh
faktor, seperti: prosedur sampling, karakteristik norma kelompok yang dipakai, jumlah karakteristik
sampel dan bagaimana, kapan, dalam kondisi bagaimana tes itu diadministrasikan. Ketiadaan informasi
yang seharusnya akan membuat kecurigaan / ketidakpercayaan terhadap norma yang representatif.
Relevance, berkaitan dengan kemampuan membandingkan norma kelompok dengan kelompok
yang dijadikan pembanding. Penggunaan norma kelompok yang tidak relevan akan menyebabkan
terjadi kesalahan penggunaan hasil tes.
Recency, penentuan norma, khususnya norma yang dapat diberlakukan secara nasional adalah
harus lebih luas dapat dipergunakan / ditetapkan, dalam jangka waktu diantara beberapa tahun
harus dilakukan renorming. Recency, sangat penting untuk norma tes prestasi belajar.
Tipe-Tipe Norma
Terdapat beberapa tipe norma yang berbeda pada seting pendidikan, untuk tes stAndard,
norma nasional lebih sering digunakan karena lebih banyak dapat dimanfaatkan. Berikut akan dibahas
3 jenis tipe norma, yaitu: Norma Nasional, Norma Lokal dan Norma sub kelompok.
Norma Nasional:
Tes stAndard prestasi belajar dan bakat lebih sering mempergunakan norma nasional, sebab
tes ini harus dapat dipergunakan diseluruh bagian negara. Norma nasional harus dibuat berdasarkan
uji coba pada kelompok yang besar, sampelnya representatif dan dapat mencakup faktor-faktor
usia, latar belakang etnik, sosial ekonomi, demografi dan sebagainya.
Manual tes harus berisi deskripsi lengkap mengenai norma kelompok yang digunakan untuk
menginterpretasikan skor tes, populasi dan sampel yang telah ditetapkan berdasarkan prosedur
sampling yang memadai dan cara penggunaan tes dan norma agar dapat mempunyai arti / bermakna
dapat membandingkan testi secara individual.
Norma Lokal:
Terdapat beberapa bagian negara atau komunitas (kelompok masyarakat) yang lebih cocok /
memadai / bermakna menggunakan norma lokal daripada menggunakan norma nasional. Norma
lokal dapat secara khusus dipergunakan antar sekolah, diantar kota / propinsi.
Evaluasi Pembelajaran SD 19
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
20 Evaluasi Pembelajaran SD
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
J 44 W 47
K 48 X 40
L 49 Y 48
M 40
Mean / Rata-rata:
Mean adalah skor-skor yang secara aritmatik (ilmu hitung) berada ditengah-tengah, didapatkan
dengan cara menjumlahkan skor yang ada kemudian dibagi dengan berapa banyak skor yang ada.
Evaluasi Pembelajaran SD 21
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
X =
X
Rumus: N
= Mean
X = simbol skor
= jumlah ( X = jumlah skor yang ada)
N = jumlah peserta tes (banyaknya skor)
Contoh:
X =
N
Median:
Median adalah skor yang berada setengah dari jumlah distribusi; bahwa skor itu adalah setengah
diatas median atau dibawah median. Untuk menemukan median, dibutuhkan kolom kumulatif frekuensi.
Tabel 2.3: Distribusi Frekuensi Kumulatif Frekuensi untuk skor dari Tabel 2.2.
Kumulatif Kumulatif
Skor Frekuensi Skor Frekuensi
Frekuensi Frekuensi
50 1 25 39 0 5
49 3 24 38 2 5
48 5 21 37 1 3
47 3 16 36 0 2
46 1 13 35 1 2
45 0 12 34 1 1
44 2 12
43 1 10
42 1 9
41 1 8
41 2 7
Pada contoh diatas dari distribusi 25 skor, setengahnya adalah pada skor ke 13, yaitu pada
skor 46, skor 46 merupakan median dan berarti setengah dari distribusi siswa mendapat skor diatas
46 dan setengahnya lagi mendapat skor dibawah 46.
22 Evaluasi Pembelajaran SD
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
Mode:
Mode adalah frekuensi yang terbanyak dari skor yang ada dalam suatu distribusi, dari contoh
pada Tabel 2.2., mode adalah pada skor 48, ada 5 orang siswa yang memperoleh skor 48.
Along such a continum of attainment a student score on a criterion referenced measure pro-
vides explicit information as to what the individual can or cannot do. Criterion referenced
measure indicate the content of the behavioral repertory and the correspondence betwen what
an individual does and underlying continum of achievement. Measure which asses achievement in
terms of a criterion stAndard thus provide information as to the degree of competence attained
by a particular student which is independent of reference to the performance of others.
Dengan PAP / CRE, skor siswa menginformasikan apa yang dapat atau tidak dapat dilakukan
oleh siswa, dan menggambarkan perilaku aktual sebagai suatu prestasi belajar serta tingkatan
kompetensi yang dimiliki yang tidak tergantung pada penampilan prestasi dari siswa lainnya. Berikut
akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan PAP / CRE, yaitu: persyaratan menentukan
domain yang akan diukur (domain specification), bentuk soal yang dipergunakan, dan merumuskan
tujuan pengajaran, konstruksi tes buatan guru dan metoda untuk menentukan stAndard / kriteria /
patokan.
Spesifikasi Domain:
Bahwa domain yang akan diukur atau perilaku-perilaku yang akan diidentifikasi dapat
dikembangkan melalui tes yang akan dikonstruksi. Tes harus dapat menggambarkan penguasaan
yang baik atas sekumpulan pengetahuan atau keterampilan.
Informasikan ini harus mempunyai nilai (value) untuk membuat keputusan mengenai pencapaian
tujuan pengajaran, keperluan pelaksanaan program remedial dan seterusnya. Tes dapat diberikan
sebelum atau sesudah proses belajar mengajar, yang bertujuan untuk melihat perubahan posisi siswa
dalam penguasaan materi pengajaran. Contoh: Diberikan informasi mengenai 26 huruf pada alfabet
kepada siswa kelas I SD, rumusan tujuan pengajaran diantaranya: agar siswa dapat menyebutkan
26 huruf pada alfabet, dengan berurutan dari depan, selang 5 huruf dan selang 10 huruf.
Evaluasi Pembelajaran SD 23
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
24 Evaluasi Pembelajaran SD
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
Ketiga, hasil penilaian dengan menggunakan PAP lebih menggambarkan taraf penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran, sedangkan hasil penilaian yang menggunakan PAN lebih menggambarkan
kedudukan siswa dalam kelompoknya, PAN juga didasarkan pada konsep kurva normal yang
menggambarkan pola persebaran populasi skor siswa.
Keempat, dalam penilaian yang menggunakan PAP, kemungkinan siswa lulus atau gagal semua
dapat terjadi, sebab patokan penilaian tidak tergantung atas skor-skor siswa. Apabila semua skor
yang didapat para siswa berada di bawah kriteria / patokan yang telah ditetapkan berarti semua
siswa gagal dan sebaliknya apabila semua skor yang didapat berada di atas kriteria / patokan yang
telah ditetapkan berarti semua siswa lulus. Dalam penilaian yang menggunakan PAN, kemungkinan
gagal atau lulus selalu ada betapapun tinggi atau rendahnya skor-skor yang didapat siswa.
Kelima, dalam penilaian yang menggunakan PAP, lebih menuntut keterpaduan antara pelaksanaan
program pengajaran dengan penilaian, karena PAP lebih didasarkan pada penguasaan materi atau
penguasaan kompetensi sesuai dengan tujuan instruksional. Dalam penilaian yang menggunakan PAN,
memang pengembangan instrumen didasarkan pada tujuan instruksional dan lingkup materi yang
dipelajari, namun pada saat menafsirkan / menginterpretasikan hasilnya tidak lagi menghiraukan tujuan-
tujuan instruksional.
Keenam, dalam penilaian yang menggunakan PAP, harus mempertimbangkan kompetensi-
kompetensi atau penguasaan materi yang merupakan prasyarat (prerequisite) untuk mengikuti pro-
gram berikutnya. Dalam penilaian yang menggunakan PAN, hal ini tidak perlu dipertimbangkan karena
asumsinya siswa sudah mempelajari semua materi pelajaran.
Untuk menjawab soal latihan secara lengkap, Anda dapat merujuk pada uraian materi: konsep
PAN dan PAP, beberapa hal yang berhubungan dengan PAP dan PAP.
Evaluasi Pembelajaran SD 25
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
26 Evaluasi Pembelajaran SD
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
4. Norma kelompok yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan berikut kecuali:
A. Representativeness C. Reliability
B. Relevance D. Recency
5. Yang mana pada berikut ini, tidak termasuk kecenderungan sentral pengukuran:
A. Mean C. Varian
B. Mode D. Median
8. Metoda untuk menentukan kriteria, yang lebih sering digunakan dalam seting kelas:
A. Professional judgment method C. Contrasting groups method
B. Nedelsky method D. Objective analysis method
10. PAP disebut juga stAndard absolut / mutlak sebab menginterpretasikan penguasaan siswa
pada:
A. Materi pelajaran yang diberikan
B. Pencapaian tujuan pengajaran khusus
C. Pencapaian tujuan pengajaran umum
D. Materi pelajaran berdasarkan penguasaan kelompoknya.
Evaluasi Pembelajaran SD 27
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat dibelakang
Bahan Belajar Mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah
ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan kepada
kegiatan belajar selanjutnya, bagus!! Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi kegiatan belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
28 Evaluasi Pembelajaran SD
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
R uang lingkup penilaian pengajaran, meliputi aspek- aspek perilaku yang dievaluasi. Penilaian
hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada diri
siswa dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Dewasa ini
dikenal tiga ranah/domain perilaku yang dapat dijadikan acuan untuk merumuskan tujuan pngajaran
dan untuk mengembangkan instrumen penilaiannya. Tiga ranah/domain perilaku itu adalah
perilakukognitif, efektif dan psikomotrik.
Perilaku Kognitif
Perilaku kognitif merupakan perilaku siswa dalam upaya mengenal dan memahami materi
pelajaran. Secara hierarkis, perilaku kognitif mencakup 6 tahapan kemampuan yakni: pengetahuan/
knowlegde, pemahaman/comprehension, penerapan/application, analisis/analysis, sintesis/
sysntesis, dan evaluasi/evaluation.
Pengetahuan/knowlegde, merupaka kemampuan pengetahuan jenjang yang paling rendah dalam
ranah kognitif. Kemampuan pengetahuan merupakan kemampuan siswa untuk mengingat atau
menghapal sesuatu yang pernah dipelajari sebelumnya. Yang ditentukan di sini adalah pengenalan
kembali terhadap sesuatu berupa: fakta, istilah, prinsip, teori, proses, dan pola struktur. Kata kerja
operasional yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan ini, diantaranya adalah
menyebutkan, mendefinisikan, melukiskan, mencocokkan, mengidentifikasikan, memberi nama,
membuat garis bsar dan menyatakan kembali.
Pemahaman/comprehension, jenjang kemampuan ini menunjukkan kepada kemampuan berfikir
siswa untuk memahami bahan-bahan atau materi yang dipelajari. Dengan kemampuan ini siswa mampu
menterjemahkan dan mengorganisasikan bahan-bahan yang diterima ke dalam bahasa sendiri. Kata-
kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan ini, diantaranya adalah menjelaskan,
merumuskan dengan kata-kata sndiri, mengubah, menyatakan secara luas, memberi contoh,
memperkirakan, membedakan, mengubah dan menarik kesimpulan.
Penerapan/application, kemampuan penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan
teori-teori, prinsip-prinsip, rumus-rumus dan abstraksi-abstraksi dalam situasi tertentu atau dalam
situasi yang kongkrit. Kata-kata kerja yang dapat digunakan untu mengukur kemampuan ini, di
antaranya adalah menghitung, menggunakan, mengapresiasikan, mendemostrasikan, membuat
modifikasi, menghubungkan, memecahkan dan menghasilkan.
Analisis/analysis, adalah kemampuan untuk menguraikan suatu keseluruhan atau suatu sistem
hubungan ke dalam unsur-unsur yang membentuknya, mengidentifikasi hubungan antara unsur-unsur
dan cara unsur-unsur itu diorganisasikan. Kata-kata kerja yang dapat digunakan untu mengukur
Evaluasi Pembelajaran SD 29
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
Perilaku Afektif
Ranah perilaku afektif, merupakan perilaku siswa dalam menerima/receiving, merespon/
responding, memberikan nilai/valuing, mengorganisasikan/organization dan karakterisasi/char-
acterization by value or value complex. Siswa menerima dan menginternalisasikan sesuatu yang
dikomunikasikan kepadanya, sehingga menjadi bagian yang menyatu dengan dirinya, jadi perilaku ini
merupakan perilaku yang menunjukkan asek penghayatan. Aspek perilaku ini biasanya berkenaan
dengan materi-materi pelajaran berupa nilai, moral, norma dan aturan-aturan berprilaku.
Penerimaan/receiving, merupakan tahap yang paling mendasar dari perilaku afektif, siswa
menyadari akan suatu fenomena yang menjadi stimulus baginya, ia menerima dan memperhatikan
stimulus tersebut. Kata-kata yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku penerimaan ini diantaranya
adalah mengikuti, memperhatikan, bertanya, memilih, menunjuk, melokalisir, melukiskan,
mengidentifikasi dan memberi nama.
Respon/responding, pada tahap ini, secara internal siswa melibatkan diri dan berpartisipasi
aktif terhadap sesuatu yang menjadi stimulus baginya. Siswa berkeinginan dan memiliki perasaan
untuk merespon, Kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku responding diantarnya
adalah menyambut, memperbincangkan, menyesuaikan, menyetujui, memberitahukan, melukiskan,
menjawab, mempraktekan, menghimpun.
Penghargaan/memberikan nilai/valuing, pada tahap ini siswa sudah memberikan nilai tertentu
pada sesuatu yang diterimanya. Siswa tidak hanya menerima atau menyetujui tetapi sudah memberikan
penghargaan dan makna tertentu serta menjalin keterikatan. Kata kerja yang dapat digunakan untuk
mengukur perilaku penghargaan diantarnya adalah mengusulkan, memprakarsai, mengidentifikasi
diri, melengkapi, menjelaskan, mempertimbangkan kebenaran, melaporkan, bertukar pengalaman,
bekerja sama dan mengikuti.
Pengorganisasian/mengorganisasikan/organization, setelah siswa memberikan penghargaan dan
makna tertentu terhadap sesuatu yang ia terima, kemudian siswa mengorganisasikan ke dalam sistem
dan struktur nilai yang ia sudah miliki. Jadi pada tahap ini, siswa mengekspresikan suatu nilai yang
sudah ada/ dimiliki. Kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku pengorganisasian
diantarnya adalah mengintegrasikan, mempertahankan, menyelaraskan, mengkombinasikan, menarik
kesimpulan umum, mengorganisir, membuat modifikai dan membuat sintesa.
30 Evaluasi Pembelajaran SD
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
Karakterisasi, pada tahap ini siswa mengintegrasikan dan menetapkan suatu nilai/value menjadi
bagian terpadu dalam dirinya. Hal ini akan tercermin dai pola-pola perilakunya, seperti: teguh dalam
pendiriannya, konsisten dalam bertindak, mempunyai keyakinan diri dan memperbaiki diri.
Prilaku Psikomotorik
Ranah perilaku psikomotorik menunjukkan pada segi keterampilan atau kemahiran untuk
meragakan suatu kegiatan atau memperluhatkan suatu tindakan. Peilaku ini lebih merupakan
keterampilan secara fisik. Aspek- aspek perilaku ini mencakup tahapan: menirukan, memanipulasi,
artikulasi dan maturalisasi.
Menirukan, pada tahap ini siswa berupaya untuk menirukan suatu tindakan seperti yang diajarkan,
tindakan ini baru sampai pada sistem otot- ototnya yang disorong oleh keinginan untuk meniru. Kata
kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kemamapuan ini, diantarnya adalah mengikuti, mengulangi
dan meniru.
Memanipulasi, pada tahap ini siswa sudah dapat meragakan suatu keterampilan seperti yang
diajarkan. Siswa sudah memilih tindakan- tindakan yang diperlukan dan mulai memiliki ketermapilan
memanipulasi tindakan. Kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kemamapuan ini, diantarnya
adalah mengikuti petunjuk dan mencoba sendiri.
Artikulasi, merupakan kemampuan untuk mengkoordinasikan tindakan- tindakan, siswa sudah
dapat mengkoordinasikan tindakannya secara teratur dengan menempuh langkah-langkah secara
tepat. Kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kemamapuan ini, melakukan dengan harmonis
dan meragakan secara teratur.
Naturalisasi, pada tahap ini siswa sudah mampu menggunakan suatu tindakan secara alami dan
dilakukan dengan menggunakan energi yang minimum, seperti : sopir yang sudah mahir/berpengalaman
atau pemain bola profesional.
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silahkan Anda mengerjakan
latihan berikut!
1. Jelaskan mengenai aspek-aspek perilaku kognitif !
2. Jelaskan mengenai aspek-aspek perilaku afektif !
3. Jelaskan mengenai aspek-aspek perilaku psikomotorik !
Evaluasi Pembelajaran SD 31
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
3. Kemampuan siswa untuk mengingat atau menghafal sesuatu yang pernah dipelajari
sebelumnya, disebut kemampuan yang berkaitan dengan:
A. Pengertahuan C. Penerapan
B. Pemahaman D. Analisis
4. Kemampuan siswa untuk menguraikan suatu keseluruhan ke dalam unsur- unsur yang
membentuknya, disebut kemampuan yang berkaitan dengan :
A. Pengertahuan C. Penerapan
B. Pemahaman D. Analisis
32 Evaluasi Pembelajaran SD
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
6. Apabila siswa sudah mempunyai kebiasaan baik, tidak telat lagi masuk ke kelas, ini merupakan
contoh perilaku afektif yang berkaitan dengan :
A. Penghargaan C. Pengorganisasian
B. Responding D. Karakterisasi
9. Jika seorang siswa sudah dapat melakukan suatu tindakan secara alami dan hanya
menggunakan energi yang minimum, maka kemampuannya sudah sampai pada tahap:
A. Meniru C. Artikulasi
B. Memanipulasi D. Naturalisasi
10. Penilaian perilaku psikomotorik , lebih seusai dan lebih sering dipergunakan pada bidang
studi:
A. Ilmu Pengetahuan Alam C. Geografi
B. Ilmu Pengetahuan Sosial D. Pendidikan Jasmani dan Olah Raga
Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di belakang
Bahan Belajar Mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 2.
Evaluasi Pembelajaran SD 33
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan kepada Bahan
Belajar Mandiri selanjutnya, bagus!! Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%,
Anda terus mengulangi kegiatan belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
34 Evaluasi Pembelajaran SD
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
Tes Formatif 2
1. A
2. C
3. A
4. D
5. D
6. D
7. C
8. C
9. D
10. D
Evaluasi Pembelajaran SD 35
Pendekatan dalam Penilaian Pendidikan dan Ruang Lingkup Penialaian Pengajaran
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S. 1997. Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Syah Muhibin. 1995. Psikologi Pendidikan; Suatu Pendekatan Baru. Penerbit Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Sudjana M., 1989, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
36 Evaluasi Pembelajaran SD
Penialian Teknik Tes
P
elaksanaan penilaian di kelas dapat dilakukan oleh guru dengan memperhatikan dari
aspek tujuan, cara pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan teknik pelaksanaan. Berdasarkan
tujuan, terdapat TPB, tes prestasi belajar untuk mengetahui prestasi belajar siswa; tes
psikologis, untuk mengetahui keadaan psikologis siswa, seperti : tes intelegensi, kepribadian, bakat,
minat; tes diagnostik, untuk mengetahui kelemahan penguasaan siswa pada bidang studi. Berdasarkan
cara pelaksanaan, terdapat tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Berdasarkan waktu pelaksanaan,
terdapat tes formatif, penilaian pada akhir proses belajar mengajar, tes sumatif, penilaian pada akhir
program pengajaran (akhir catur wulan, semester, tahun). Berdasarkan teknik pelaksanaan, terdapat
teknik tes dan teknik non-tes.
Dalam BBM 3 ini anda akan diperkenalkan dengan pelaksanaan penilaian dengan teknik tes.
Pembahasan materi akan difokuskan pada cara pelaksanaan dan alat penilaian teknik tes.
Setelah anda mempelajari modul ini (BBM 3) diharapkan dapat
a. merumuskan dalam kalimat sendiri yang dimaksud dengan teknik tes.
b. menyebutkan tiga cara pelaksanaan tes.
c. menyebutkan lima bentuk soal tes obyektif.
d. menyebutkan dua bentuk soal tes subyektif / uraian.
e. menjelaskan kelebihan dan kekurangan tes obyektif.
f. menjelaskan kelebihan dan kekurangan tes subyektif / uraian.
g. Menjelaskan aturan / kaidah penyusunan soal tes obyektif.
h. Menjelaskan aturan / kaidah penyusunan soal tes subyektif.
i. Membut contoh soal-soal tes obyektif dan tes subyektif.
j. Menjelaskan cara memberikan skor untuk soal-soal tes obyektif dan tes subyektif.
Untuk membantu anda mencapai tujuan, modul ini diorganisasikan menjadi satu kegiatan belajar
/ KB, yaitu :
KB = Penilaian Teknik Tes, yang akan membahas mengenai pengertian teknik tes, macam
tes obyektif dan tes subyektif.
Untuk membantu anda mempelajari modul ini (BBM 3), sebaiknya pelajari setiap kegiatan
belajar dengan cermat, sesuai petunjuk dan kerjakan semua latihan atau tugas serta tes formatif,
lihatlah kunci jawaban, gunakan rumus yang tersedia di setiap akhir kegiatan belajar dan ukurlah
tingkat penguasaan anda.
Evaluasi Pembelajaran SD 37
Penialian Teknik Tes
P enilaian oleh guru dapat dilakukan dengan teknik tes dan teknik non-tes. Teknik tes, adalah
pelaksanaan penilaian dengan menyajikan serangkaian pertanyaan, yang harus dijawab
dengan benar oleh testi. Teknik non-tes, adalah pelaksanaan penilaian dengan menyajikan serangkaian
pernyataan yang harus dijawab dengan jujur / apa adanya oleh responden. Alat penilaian teknik non-
tes meliputi tes obyektif, dengan bentuk soal Benar-Salah / True-False, Pilihan Ganda / Multiple
Choice, Menjodohkan / Matching, Melengkapi / Isian / Completion, dan Jawaban Singkat / Short
Answer dan tes subyektif / uraian, dengan bentuk soal uraian terbatas dan uraian bebas.
Cara pelaksanaan teknik tes, dapat dilakukan dengan tes tertulis / written tes, tes lisan / oral tes
dan tes tindakan / performance test.
38 Evaluasi Pembelajaran SD
Penialian Teknik Tes
Bentuk-bentuk soal tes obyektif : Benar-Salah / True-Flase : soal disajikan dalam bentuk
pernyataan atau kalimat berita yang mengandung dua kemungkinan, yaitu benar atau salah. Testi
diminta pendapat tentang pernyataan-pernyataan itu sesuai petunjuk yang ada, misalnya : testi
ditugaskan untuk melingkari huruf B jika pernyataan dianggap benar dan melingkari huruf S jika
pernyataan dianggap salah. Bentuk soal ini tepat digunakan untuk mengukur kemampuan
mengidentifikasi kebenaran fakta, prinsip dan sejenisnya. Kaidah-kaidah penyusunan soal bentuk
B-S adalah : hindarkan penggunaan kata-kata yang dapat mengganggu pilihan jawaban, misalnya :
kata hanya, selalu, tidak pernah; rumusan persoalan hendaknya disusun dalam kalimat yang sederhana
dan jelas, penggunaan kalimat yang panjang dan kompleks akan membingungkan testi dalam
memahami persoalan; susunlah persoalan dalam kalimat tunggal atau hanya mengandung satu ide;
jumlah pernyataan benar dan salah hendaknya seimbang.
Pilihan ganda / jamak / multiple choice, soal bentuk pilihan ganda terdiri dari pokok soal / stem
dan kemungkinan jawaban / option. Persoalan / pokok soal dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan
tidak lengkap atau dalam bentuk pertanyaan. Tipe soal ini mampu mengungkap jenjang kemampuan
siswa yang kompleks, peluang untuk menebak jawaban lebih kecil karena option dibuat lebih banyak.
Kaidah-kaidah penyusunan soal bentuk PG adalah persoalan yang digambarkan dalam stem harus
jelas dan tegas; kemungkinan jawaban disusun secara homogen; alternatif jawaban yang disediakan
hendaknya konsisten dengan pokok persoalan; jumlah jawaban yang benar pada setiap soal hendaknya
disediakan sesuai dengan petunjuk; hati-hati penggunaan kata-kata negatif.
Menjodohkan / matching, soal bentuk menjodohkan terdiri dari dua bagian, yaitu stem dan
option. Dalam bentuk menjodohkan tidak hanya ada satu persoalan yang harus dijawab oleh testi,
melainkan merupakan seperangkat persoalan dan jawaban yang telah disediakan. Hal-hal yang
dijodohkan dapat berupa peristiwa dengan tempat, peristiwa dengan orang, istilah dengan definisi,
peraturan dengan contoh. Kaidah-kaidah penyusunan soal dengan bentuk menjodohkan adalah kedua
kelompok yang akan dijodohkan, stem dengan option, harus homogen; bagian persoalan dan bagian
jawaban hendaknya dirumuskan dalam kalimat singkat; jumlah kemungkinan jawaban hendaknya
lebih banyak daripada jumlah persoalan; kemungkinan jawaban disusun menurut aturan tertentu,
misal secara kronologis, atau alfabetis; hindarkan kelompok soal yang lebih dari 10.
Isian / melengkapi / completion dan Jawaban Singkat / Short Answer. Antara soal bentuk isian
dengan jawaban singkat, pada dasarnya sama. Perbedaannya terletak dalam rumusan persoalan-
persoalan dalam bentuk jawaban singkat dirumuskan dalam kalimat pertanyaan, sedangkan bentuk
isian dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan yang tidak lengkap. Kelebihan bentuk soal ini,
tidak ada kesempatan untuk menebak, karena jawaban harus dicari oleh siswa / testi, walaupun
jawaban dicari oleh testi, tetapi jawabannya sudah pasti, tidak akan menimbulkan variasi jawaban
benar. Kaidah-kaidah penyusunan soal isian dan Jawaban singkat adalah jawaban yang diminta
harus jelas dan pasti, hindari pernyataan yang tidak terbatas; kata-kata yang harus diisikan hendaknya
merupakan suatu kata yang berarti dan penting; jika jawaban yang dituntut lebih dari satu, sebutkan
secara tegas; tempat jawaban yang disediakn harus seimbang dengan panjangnya jawaban.
Tes subyektif, memiliki ciri-ciri : jawabannya berupa uraian; jawaban harus disusun dengan
kata-kata sendiri; jumlah pertanyaan sangat terbatas; tingkat kebenaran jawaban adalah subyektif;
kemungkinan menebak, kecil; relatif lebih mudah dalam menyusun soal; proses berfikir testi dapat
terlihat; tepat untuk mengevaluasi analisis, menarik kesimpulan, menguraikan hubungan dsb.
Evaluasi Pembelajaran SD 39
Penialian Teknik Tes
Kelebihan dan kekurangan tes subyektif, kelebihannya adalah waktu yang diperlukan untuk
menyusun soal relatif tidak lama; proses berfikir testi dapat terlihat; kemungkinan menebak, kecil;
memberikan keleluasaan testi untuk menjawab. Kekurangannya, hanya dapat dibuat jumlah soal
sedikit / terbatas; materi pelajaran yang akan diungkap relatif lebh sedikit; pemeriksaan dan skoring
hanya dapat dilakukan oleh pembuat soal.
Dua bentuk soal tes subyektif / uraian, yaitu uraian terbatas dan uraian bebas. Bentuk soal
uraian terbatas dan uraian bebas adalah merupakan bentuk tes subyektif yang pada dasarnya sama-
sama merupakan tes uraian. Pada tes uraian testi mempunyai kesempatan yang luas untuk
mengemukakan pendapat dan analisisnya dalam menjawab persoalan. Sifat subyektifitas dalam tes
ini meliputi isi jawaban testi, dalam proses pemeriksaan dan pemikiran skoring. Penggunaan tes
uraian biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang tinggi dan kompleks. Hal lain
yang perlu diperkatikan dalam penggunaan tes uraian adalah segi kepraktisan, tes ini biasa digunakan
jika jumlah testi tidak terlalu banyak.
Perbedaan antara bentuk soal uraian terbatas dan uraian bebas, terletak pada kompleksitas
hal-hal yang harus dijawab oleh testi dan cara memberikan skor. Uraian terbatas, merupakan bentuk
soal yang disusun dengan ada batasan untuk hal-hal yang harus dijawab oleh testi, contoh : Jelaskan
pengaruh musim panas pada pertumbuhan tanaman tembakau !, pada contoh ini yang harus dijawab
oleh testi sudah terarah / terbatas, demikian juga pada saat testir / guru memeriksa. Uraian bebas,
merupakan bentuk soal yang disusun dan memungkinkan testi dapat menjawab seluas / sebebas,
sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman yang sudah ia miliki, tetapi tetap guru / pembuat soal
membuat kunci jawabannya, sehingga pada saat memeriksa jawaban testi ada acuan yang jelas,
contoh : Jelaskan mengapa terjadi krisis multidimensional di Indonesia !, pada contoh ini yang harus
dijawab oleh testi sangat kompleks, tetapi tetap guru harus dapat memeriksa jawaban tetsti dengan
baik, misalnya guru membuat kunci jawaban yang harus dijawab oleh testi adalah apa krisis multidi-
mensional ?, mengapa terjadi krisis multidimensional atau apa faktor-faktor yang menyebabkannya ?
bagaimana krisis multidimensional dapat diselesaikan ? atau jawaban testi harus mencakup konsep
mengenai krisis multidimensional. Faktor-faktor yang menyebabkan krisis multidimensional, dan upaya-
upaya untuk menyelesaikan krisis multidimensional.
Berikut akan disajikan contoh-contoh soal yang tidak memadai dan memadai untuk tes obyektif
dan tes subyektif / uraian.
Bentuk Benar Salah :
Tidak memadai
B S Agar tubuh menjadi sehat dan kuat harus mengkonsumsi makanan yang sehat
B S Struktur tulang manusia harus terdiri dari tengkorak, tulang badan dan tulang kaki
B S Gigi susu hanya dimiliki oleh anak-anak
Memadai
B S Agar tubuh menjadi sehat dan kuat sebaiknya kita mengkonsumsi makanan empat sehat
lima sempurna
B S Struktur tulang manusia terdiri dari tulang tengkorak, tulang badan dan tulang kaki
B S Gigi susu biasanya dimiliki oleh anak-anak
40 Evaluasi Pembelajaran SD
Penialian Teknik Tes
Memadai
1. Wakil Presiden Republik Indonesia pada pemerintahan periode 2004 2009 adalah
A. Hamzah Haz C. Hasyim Muzadi
B. Megawati D. Yusuf kalla
2. Nelayan pergi melaut pada saat bertiup angin darat. Angin darat terjadi pada
A. pagi hari C. sore hari
B. siang hari D. malam hari
3. Yang tidak termasuk lagi propinsi di Indonesia sejak tahun 2000 adalah.
A. Propinsi Banten C. Propinsi Maluku
B. Propinsi Jawa Barat D. Propinsi Timor Timur
Bentuk Menjodohkan :
Tidak memadai
Petunjuk : pasangkanlah pertanyaan dari dua kolom soal dan jawaban dibawah ini.
Pernyataan (A) Kemungkinan jawaban (B)
1.Kekurangan vitamin A akan menyebabkan penyakit. A. diare
2.Kelebihan protein akan menyebabkan B. obesitas
3.Sayur-sayuran akan lebih banyak mengandung vitamin. C. diubah menjadi energi / tenaga
4.Karbohidrat diperlukan tubuh untuk D. penyakit polio
5.Imunisasi adalah. E. penyakit mata
F. penyakit beri-beri
Evaluasi Pembelajaran SD 41
Penialian Teknik Tes
Memadai
Petunjuk : pasangkanlah pernyataan dari kolom B ke kolom A, dengan cara
menuliskan abjadnya.
Memadai
1. Upaya untuk mencegah penyakit polio pada anak-anak adalah dengan melakukan
..(imunisasi polio)
2. Pejuang wanita bangsa Indonesia, yang berusaha memperbaiki nasib wanitanya
adalah(R.A Kartini)
3. Cirebon adalah pelabuhan yang terletak di Propinsi(Jawa Barat)
Memadai
1. Siapakah nama Presiden RI yang memerintah pada periode tahun 2004-2009 ? (SBY)
2. Dimanakah letak ibu kota RI ? (jakarta)
3. Sebutkan dua nama hasil perkebunan ! ( kayu jati dan karet)
42 Evaluasi Pembelajaran SD
Penialian Teknik Tes
Memadai
1. Sebutkan dan berikan contohnya, makanan empat sehat lima sempurna !
2. Jelaskan proses terjadinya hujan !
3. Sebutkan dan jelaskan tiga cara untuk mencegah penyakit demam berdarah !
Memadai
1. Mengapa terjadi Tsunami ?
2. Mengapa balita perlu diberikan imunisasi ?
3. Mengapa pada sat musim hujan sering terjadi banjir di kota-kota besar ?
Cara memberikan skor untuk tes obyektif dan tes subyektif. Untuk tes obyektif, dengan lima
bentuk soal, apabila jawaban benar diberikan skor 1 dan apabila salah diberika skor 0. Pada tes
obyektif jawaban yang benar hanya satu, khusus untuk bentuk soal isian dan jawaban singkat,
hendaknya selalu dibuat soal bahwa yang dijawab benar oleh testi hanya satu jawaban benar. Untuk
tes subyektif / uraian, dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, langsung diberikan skor yang
berbeda untuk masing-masing tingkat kesukaran soal, soal yang sukar tentu diberikan skor lebih
tinggi daripada soal sedang dan mudah, nilai akhir diperoleh dengan menjumlahkan skor testi dibagi
dengan skor ideal kemudian dikonversikan dengan skala penilaian yang dipakai (skala 1-10 atau
10-100 atau 1-4). Kedua, diberikan skor yang sama untuk semua tingkat kesukaran soal, kemudian
diberikan bobot yang berbeda untuk masing-masing tingkat kesukaran soal, terakhir dijumlah skor x
bobot dan dikonversikan dengan skala penilaian yang dipakai.
Evaluasi Pembelajaran SD 43
Penialian Teknik Tes
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi pada Bahan Belajar Mandiri 3, silahkan
anda mengerjakan latihan berikut ini !
1. Jelaskan mengenai penilaian teknik tes !
2. Sebutkan dan jelaskan lima bentuk soal tes obyektif !
3. Sebutkan dan jelaskan dua bentuk soal tes subyektif !
4. Jelaskan cara memberikan skor pada tes obyektif dan tes subyektif !
44 Evaluasi Pembelajaran SD
Penialian Teknik Tes
Penilaian pengajaran dapa dilakukan dengan teknik tes dan teknik non-tes. Teknik
tes, adalah cara memberikan penilaian dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang
harus dijawab dengan benar oleh testi. Teknik non-tes, adalah cara memberikan penilaian
dengan menyajikan serangkaian pernyataan yang harus dijawab dengan jujur oleh responden.
Teknik tes, meliputi tes obyektif dan tes subyektif. Tes obyektif, terdiri dari bentuk
soal B-S, Pilihan Ganda, Menjodohkan, Isian dan Jawaban Singkat. Tes subyektif, terdiri
dari bentuk soal uraian terbatas dan uraian bebas.
Evaluasi Pembelajaran SD 45
Penialian Teknik Tes
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat dibelakang Bahan
Belajar Mandiri ini. Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus dibawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
46 Evaluasi Pembelajaran SD
Penialian Teknik Tes
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Anda dapat meneruskan kepada
Bahan Belajar Mandiri selanjutnya, bagus! Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80
% Anda harus mengulangi kegiatan belajar, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Evaluasi Pembelajaran SD 47
Penialian Teknik Tes
1. B
2. A
3. C
4. D
5. C
6. C
7. B
8. B
9. A
10. A
48 Evaluasi Pembelajaran SD
Penialian Teknik Tes
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S. 1997. Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Lindgran, C.H. 1976. Educational Psychology in The Classroom, John Willey & Sons Inc. New
York.
Subino dkk. 1976. Teknik-Teknik Evaluasi; Konstruksi dan Analisa Item. Jurusan BP FIP, IKIP
Bandung.
Sudjana M., 1989, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Surapratama, Sumarna. 2005. analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes.
Implementasi Kurikulum 2004. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Evaluasi Pembelajaran SD 49
Penilaian Teknik Non-Tes
P
elaksanaan penilaian di kelas dapat dilakukan oleh guru dengan memperhatikan dari
aspek tujuan, cara pelaksanaan, waktu pelasanaan dan teknik pelaksanaan. Berdasarkan
tujuan, cara dan waktu juga, sebagian dari teknik pelaksanaan, teknik tes, telah dibahas
pada BBM 3. Pada BBM 4 ini akan dibahas teknik pelaksanaan non-tes. Penilaian teknik non-tes,
merupakan pelaksanaan penilaian dengan cara bukan tes.
Setelah Anda mempelajari modul ini (BBM 4) diharapkan dapat
a. Merumuskan dalam kalimat sendiri yang dimaksud dengan teknik non-tes.
b. Menyebutkan empat teknik penilaian non-tes.
c. Menjelaskan empat teknik penilaian non-tes.
d. Menyebutkan sepuluh alat penilaian non-tes.
e. Menjelaskan sepuluh alat penilaian non-tes.
f. Memberikan contoh salah satu teknik penilaian non-tes.
g. Memberikan contoh salah satu alat penilaian non-tes.
h. Memberikan skoring pada salah satu alat penilaian non-tes.
Untuk membantu Anda mencapai tujuan, modul ini diorganisasikan menjadi satu kegiatan belajar
/ KB, yaitu: KB: Penilaian Teknik Non-Tes, yang akan membahas mengenai empat teknik penilaian
non-tes dan sepuluh alat penilaian non-tes.
Untuk membantu Anda mempelajari modul ini (BBM 4), sebaiknya pelajari setiap kegiatan
belajar dengan cermat, sesuai petunjuk dan kerjakan semua latihn atau tugas serta tes formatif,
lihatlah kunci jawaban. Gunakan rumus yang tersedia di setiap akhir kegiatan belajar dan ukurlah
tingkat penguasaan Anda.
50 Evaluasi Pembelajaran SD
Penilaian Teknik Non-Tes
H asil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai dengan tes, baik melalui bentuk soal tes
obyektif maupun tes subyketif, tetapi juga dapat dinilai oleh teknik dan alat penilaian
bukan tes atau non-tes. Teknik non-tes ini digunakan untuk menilai aspek-aspek pada diri siswa
yang sulit atau tidak dapat diukur dengan angka, misalnya: menilai minat, sikap, kerajinan, hubungan
sosial dan sebagainya. Teknik non-tes dilaksanakan melalui wawancara, observasi, angket / kuesioner
dan studi kasus, adapun alat penilaian yang dapat digunakan adalah pedoman observasi, pedoman
wawancara, angket, catatan anekdot, inventory, sosiometri, skala penilaian, skala sikap, buku pribadi,
buku laporan pendidikan.
Pelaksanaan wawancara, observasi, angket dan studi kasus dapat mempergunakan satu atau
lebih alat penilaian dari sepuluh yang ada, disesuaikan dengan kebutuha penilaian.
Pelaksanaan Penilaian Teknik Non-Tes
Observasi, merupakan kegiatan penilaian non-tes yang dilaksanakan melalui pengamatan /
mengamati perilaku siswa atau proses terjadinya suatu kegiatan, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur hasil dan proses belajar siswa yang tidak
dapat diukur dengan angka, misalnya: aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi, partisipasi siswa dalam
simulasi, sikap siswa pada saat belajar di kelas, aktivitas siswa dalam kegiatan kelompok dan
sebagainya.
Observasi, sebagai salah satu teknik penilaian non-tes dapat dilaksanakan dengan memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut: dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, didahului
dengan perencanaan yang baik dan penyediaan alat-alat yang diperlukan, hasilnya harus dicatat dan
diolah. Ada tiga jenis observasi, yaitu observasi partisipasif-non partisipasif, observasi sistematis,
dan observasi eksperimental.
Observasi partisipasif, pelaksanaan pengamatan, dimana pengamat / obeserver ikut terlibat
dalam kegiatan yang sedang diamati, dan observasi non-partisipasif adalah pengamatan dilakukan
tanpa keterlibatan langsung pengamat / observer pada kegiatan yang sedang diamati. Obervasi
sistematis, adalah pengamatan yang terlebih dahulu direncanakan segala sesuatunya dengan teliti
sampai bagaimana penggunaan hasil pengamatan, sebaliknya pengamatan yang tidak direncanakan
dengan baik disebut pengamatan non-sistematis. Observasi eksperimental, adalah pengamatan yang
terlebih dahulu dibuat situasi yang dengan sengaja diciptakan (situasi buatan) untuk memenuhi keperluan
penilaian.
Evaluasi Pembelajaran SD 51
Penilaian Teknik Non-Tes
52 Evaluasi Pembelajaran SD
Penilaian Teknik Non-Tes
Beberapa bentuk angket di atas akan diuraikan bahasannya pada uraian mengenai alat penilaian
teknik non-tes.
Studi kasus. Pada dasarnya studi kasus dilakukan dalam rangka memberikan penilaian pada
seorang individu / siswa yang dipAndang / diduga mengalami kesulitan, dipelajari dengan tujuan
untuk memberikan bantuan dalam penyembuhan misalnya: anak yang tidak bisa bergaul dengan
orang lain, anak yang selalu gagal belajar, anak yang nakal. Anak / siswa yang seperti tersebut diatas
dikatakan mengalami suatu kasus tertentu. Kasus-kasus dipelajari secara mendalam dan dalam kurun
waktu yang cukup lama. Mendalam artinya mengungkapkan semua variabel yang menyebabkan
terjadinya kasus dan dari berbagai aspek yang mempengaruhinya.
Untuk menyelesaikan persoalan / kasus, perlu dicari dan dikumpulkan data yang berkenaan
dengan keadaan individu / siswa pada masa lalu dan sekarang serta lingkungan yang mempengaruhinya.
Data diperoleh dari berbagai sumber, seperti orang tuanya, teman dekatnya, gurunya dan dirinya
sendiri. Teknik memperoleh data bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan observasi,
wawancara, analisis dokumenter, kunjungan rumah, mempelajari daftar diri, buku raport dan
sebagainya.
Kelebihan studi kasus adalah bahwa subyek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh,
dan kelemahannya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subyektif,
artinya hanya berlaku untuk individu / siswa yang bersangkutan dan belum tentu dapat dipakai untuk
kasus yang sama pada individu / siswa yang berbeda.
Beberapa petunjuk untuk melaksanakan studi kasus dalam seting pendidikan, yaitu menemukan
/ mengenali siswa sebagai kasus; menetapkan jenis masalah yang dihadapi individu / siswa;
mengumpulkan data atau bukti untuk meyakinkan kebenaran masalah yang dihadapi individu / siswa
melalui analisis hasil belajar, mengamati perilakunya, bertanya pada kawan sekelasnya; mencari faktor
penyebab; menentukan alternatif bantuan dan memberikan bantuan; terakhir mengamati perubahan
perilaku individu / siswa dam merencanakan langkah tindak lanjut.
Evaluasi Pembelajaran SD 53
Penilaian Teknik Non-Tes
bersangkutan atau disampaikan melalui pihak lain (via pos). Bentuk kuesioner ada macam, yaitu
kuesioner terbuka dan berstruktur, penjelasannya hampir sama dengan bentuk pedoman wawancara.
Alternatif jawaban yang ada dalam kuesioner dapat juga ditransformasikan kedalam bentuk simbol
kuantitatif agar menghasilkan data interval, caranya dengan memberi skor terhadap setiap jawaban
berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya: ditanyakan tingkat pendidikan responden makin tinggi jenjang
pendidikannya, makin besar skornya. Bila ditanyakan dukungan terhadap KB (Keluarga Berencana),
jawaban yang lebih menunjang keluarga kecil diberi skor tinggi, sebaliknya jawaban yang lebih
menunjang keluarga besar diberi skor rendah.
Catatan Anekdot, merupakan alat penilaian yang dapat digunakan saat guru melakukan
observasi. Guru bisa mencatat apa saja mengenai siswa yang sedang dalam pengamatannya, catatan
ini dilaksanakan dengan tidak formal, lebih bersifat melengkapi data / informasi yang telah ada.
Terdapat dua bentuk catatan anekdot, yaitu catatan anekdot deskriptif, mencatat apa adanya yang
diamati dan catatan anekdot interpretatif, catatan yang kemudian diberikan tafsiran / interpretasi oleh
yang mengamati. Penggunaan alat penilaian ini bisa dilakukan kapan saja, sesuai kebutuhan. Dalam
catatan oni guru bisa mencatat hal-hal tertentu atau istimewa dari perilaku sehari-hari siswa yang
sedang diamati.
Inventory, atau dapat juga disebut inventaris, sebagai alat penilaian non-tes, merupakan suatu
daftar yang lengkap, yang merupakan inventarisasi keterangan-keterangan yang diperlukan mengenai
siswa, untuk keperluan ini disusun sebuah daftar yang harus diisi oleh siswa. Isi daftar ini antara lain
Sosiometri. Sosiometri tidak dipergunakan untuk memperoleh data mengenai siswa sebagai
individu, tetapi untuk mempeoleh data yang menggambarkan mengenai hubungan sosial diantara
siswa dalam satu kelas. Dengan teknik sosiometri dapat diketahui, misalnya siswa yang terisolasi,
siswa yang paling disenangi teman-temannya, siswa yang akrab dengan beberapa teman saja dan
sebagainya. Hasil sosiometri dapat dipergunakan untuk pengelompokkan siswa dalam kegiatan belajar,
diskusi, tugas kelompok; untuk membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar, mempunyai
rasa rendah diri, pendiam. Hasil sosiometri berupa gambaran visual disebut sosiogram
Skala Penilaian. Skala adalah alat untuk mengukur nilai / value, sikap, minat perhatian dan
sebagainya, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden / siswa dan hasilnya
dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Skala penilaian disusun
untuk keperluan pencatatan hasil pengamatan / observasi, catatan ini menunjukkan tingkat pencapaian
dalam suatu kegiatan, misalnya dalam kegiatan permainan kelompok, kegiatan berkebun, yang dinilai
adalah setiap aspek yang merupakan ciri kegiatan yang bersangkutan, penilaian merupakan garis
skala dari kategori tertinggi sampai terendah. Garis skala / rentangan kategori bisa dalam bentuk
huruf (A,B,C,D), angka (4,3,2,1) atau 10,9,8,7,6,5, bisa juga dengan kata-kata tinggi, sedang,
rendah, atau baik, sedang, kurang.
Skala sikap. Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang / siswa terhadap obyek,
peristiwa atau nilai / value tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yaitu mendukung (positif), menolak
(negatif)dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Sikap
juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang kepadanya dirinya.
Ada tiga komponen sikap, yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi berkenaan dengan
pengetahuan seseorang tentang obyek atau stimulus yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan
perasaan dalam menanggapi obyek / stimulus tersebut. Konasi, berkenaan dengan kecenderungan
berbuat terhadap obyek / stimulus tersebut. Sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada obyek
54 Evaluasi Pembelajaran SD
Penilaian Teknik Non-Tes
tertentu, misalnya sikap siswa terhadap mata pelajaran, sikap siswa terhadap kinerja guru, sikap
siswa terhadap kegiatan ekstra kurikuler dan sebagainya.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan
itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan niali tertentu, dua kategori pernyataan, yaitu pernyataan
positif dan negatif, skor untuk pernyataan positif berbalik dengan skor untuk pernyataan negatif.
Contoh:
Buku Pribadi. Buku Pribadi atau cummulative Record, merupakan buku yang berisi catatan-
catatan keterangan yang lengkap mengenai seorang siswa. Ini merupakan kumpulan keterangan
untuk seorang siswa yang dihimpun sejak ia masuk sekolah. Isi buku pribadi, antara lain adalah
keterangan pribadi (nama tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, tempat tinggal, nama dan pekerjaan
orang tua, tanggal masuk sekolah); keterangan akademik (raport, hasil tes intelegensi, hasil kegiatan
ekstrakurikuler, prestasi yang pernah diraih, hasil tes bakat dan minat); keterangan keluarga (pekerjaan
orangtua, jumlah saudara, pendidikan orang tua, status sosial keluarga, keadaan lingkungan dan
suasana keluarga); keterangan lain-lain (hasil observasi, wawancara, kunjungan rumah, hasil sosiometri,
hasil pemeriksaan kesehatan dan lain lain.
Raport, Buku laporan Pendidikan, merupakan alat penilaian non-tes yangberisi mengenai hasil
dan kemajuan prestasi belajar siswa yang harus diketahui orangtua dan berfungsi juga sebagai data
dokumnetasi, yang sewaktu-waktu bisa dipergunakan.
Penyekoran tes lisan. Penyekoran tes lisan sama dengan penyekoran tes uraian, namun dalam
tes lisan, penyekorannya dapat dilakukan lebih akurat karena ada kesempatan untuk melakukan
pengecekkan jawaban testi. Agar penyekoran dalam tes lisan dapat dilakukan secara cermat,
perhatikan hal-hal berikut : gunakan pedoman penyekoran; penyekoran dilakukan segera setelah
testi selesai menjawab setiap pertanyaan / soal; penyekoran semata-mata diberikan pada mutu jawaban
testi.
1
Contoh Pedoman Penyekoran Tes Lisan.
Bidang Studi :
Nama Testi :
Kelas : ...
Tanggal :.
Evaluasi Pembelajaran SD 55
Penilaian Teknik Non-Tes
Penyekoran tes tindakan. Penyekoran tes tindakan didasarkan pada sejauh mana keterampilan
dan ketepatan testi meragakan tindakan / kegiatan sesuai dengan petunjuk / soal. Penguji harus
memiliki jawaban operasional mengenai penampilan yang diharapkan, para penguji harus mengetahui
pola penampilan yang seharusnya. Hal-hal yang dapat dijadikan acuan dalam pemberian skor adalah
: kecepatan penampilan, ketepatan cara melakukan, ketelitian keterampilan menggunakan alat,
kesesuaian dengan petunjuk / instruksi. Dalam proses penyekoran, sebaiknya menggunakan pedoman
pengamatan (pedoman penyekoran), skor akhir sama dengan rata-rata skor setiap pengamat (apabila
pengamat / penguji lebih dari satu orang).
PENGOLAHAN SKOR
Seperti telah dikemukakan, bahwa pengolahan skor disini dimaksudkan untuk menentukan
batas lulus / passing grade dan mengubah skor mentah menjadi skor matang / terjabar.
Langkah-langkah pengolahan skor adalah sebagai berikut :
Mengumpulkan / memiliki data hasil tes / skor mentah; menghitung rata-rata kelompok / mean
/ dan standard deviasi (SD); menetapkan batas lulus aktual dan (atau) ideal; mengkonversikan
skor mentah menjadi skor matang / terjabar ke dalam skala 1-10, skala 10-100, Cummulative
Percentile Rank (CPR) dan Percentile Rank (PR).
Berikut akan disajikan teknik-teknik dan contoh pengolahan skor :
1. Untuk data yang tidak dikelompokkan (jumlah testi kurang dari 30 orang) : menghitung dan
SD.
56 Evaluasi Pembelajaran SD
Penilaian Teknik Non-Tes
2. Untuk data yang dikelompokkan (jumlah testi lebih dari 30 orang) : menghitung dan SD.
Contoh :
Evaluasi Pembelajaran SD 57
Penilaian Teknik Non-Tes
1
Rumus = ideal = skor ideal
2
1
(
SD ideal = ideal
3
)
58 Evaluasi Pembelajaran SD
Penilaian Teknik Non-Tes
Keterangan :
Skor ideal adalah skor maksimum yang mungkin dicapai testi jika semua soal dijawab dengan
benar.
Contoh : misalnya skor ideal untuk tes IPA adalah 60, maka
1
= 60 = 30
2
1
SD = 30 = 10
3
Batas lulus = 30 + 0,25 10 = 30 + 2,5 = 32,5
Evaluasi Pembelajaran SD 59
Penilaian Teknik Non-Tes
Dengan menggunakan tabel konversi diatas, maka jika diketahui = 59,95 dan SD = 15,03,
pedoman konversinya adalah :
Jadi dengan menggunakan tabel konversi diatas, testi yang berada pada batas lulus atau diatas batas
lulus adalah yang mendapatkan skor 64 keatas.
Prosedur pengolahan seperti diatas, biasanya dilakukan pada penilaian sumatif, sedangkan pada
penilaian fomatif, penentuan batas lulus dietntukan secara purposif, misalnya menggunakan ukuran
persentase penguasaan materi, seperti kriteria berikut :
Dengan menggunakan criteria diatas, maka untuk mengkonversikan skor mentah menjadi skor
matang dilakukan dengan cara membagi skor mentah dengan skor ideal kali 100 %.
60 Evaluasi Pembelajaran SD
Penilaian Teknik Non-Tes
skor mentah
Nilai Akhir = 100%
skor ideal
Berikut akan disajika konversi skor mentah ke skor matang / terjabar, dengan skala 10-
100, Cummulative Percentile Rank dan Percentile Rank.
Evaluasi Pembelajaran SD 61
Penilaian Teknik Non-Tes
cum. fe
Rumus CPR = 100
CPR = Cummulative percentile Rank
Cum. Fe = Cummulative Frequency
N = jumlah testi
Jadi antara skor 45-54, menduduki CPR 37,55 - 64 = 45 dst.
Percentile Rank.
100 R 50
Rumus = PR = 100
PR = Percentile Rank yang dicari
R = Rank Skor yan bersangkutan
N = jumlah testi
100 dan 50 = bilangan tetap
Contoh :
62 Evaluasi Pembelajaran SD
Penilaian Teknik Non-Tes
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan
latihan berikut:
1. Jelakan cara memberikan skor pada tes obyektif !
2. Jelaskan cara memberikan skor pada tes subyektif !
3. Jelaskan cara mengolah skor untuk data yang dikelompokkan !
4. Jelaskan cara mnegubah skor ke dalam skala 10-100 !
Penyekoran pada tes tertulis, meliputi cara memberikan skor pada soal-soal
berbentuk B-S, Pilihan ganda, menjodohkan, Isian dan Jawaban Singkat juga pada soal
uraian.
Penyekoran pada tes lisan, dilakukan dengan menggunakan pedoman penyekoran
dan pada tes tindakan dengan menggunakan pedoman pengamatan.
Pengolahan skor, dimaksudkan untuk menentukan batas lulus dan mengubah skor
mentah menjdi skor matang / terjabar.
Langkah-langkah pengolahan skor, adalah : mengumpulkan data / skor mentah testi,
menghitung rata-rata kelompok / Mean / dan standar deviasi / SD, menetapkan batas
lulus actual dan (atau) ideal, terakhir mengkonversikan skor mentah menjadi skor matang /
terjabar ke dalam skala 1-10, skala 10-100, Cummulative Percentile rank dan Percentile
Rank.
Evaluasi Pembelajaran SD 63
Penilaian Teknik Non-Tes
4. Melalui tes tindakan, penguji dapat memberikan skor, diantaranya untuk hal-hal berikut,
kecuali ..
A. ketepatan cara melakukan C. ketetapan tindakan / cara melakukan
B. keterampilan menggunakan alat Bantu D. kesesuaian dengan petunjuk / instruksi
7. = , merupakan rumus untuk menghitung
A. rata-rata C. skor mentah
B. deviasi D. skor matang
64 Evaluasi Pembelajaran SD
Penilaian Teknik Non-Tes
8. Range adalah ..
A. mencari selisish antara skor tertinggi dengan terendah
B. mencari interval
C. mencari jumlah kels interval
D. mencari rata-rata
10. Jika ideal = 30, SDideal = 10, maka batas lulusnya adalah..
A. 32,75 C. 42,50
B. 37,50 D. 47,50
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif , yang terdapat dibagian akhir
Bahan Belajar Mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus dibawah
ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Anda dapat meneruskan kepada
Bahan Belajar Mandiri selanjutnya, bagus! Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%
Anda harus mengulangi kegiatan belajar , terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Evaluasi Pembelajaran SD 65
Penilaian Teknik Non-Tes
66 Evaluasi Pembelajaran SD
Penilaian Teknik Non-Tes
DAFTAR PUSTAKA
E. Woolfolk A. 1993. Educational Psychology. allyn Bacon. London.
Lindgran, C.H. 1976. Educational Psychology in The Classroom, John Willey & Sons Inc. New
York.
Syah Muhibin. 1995. Psikologi Pendidikan; Suatu Pendekatan Baru. Penerbit Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Sudjana M., 1989, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Evaluasi Pembelajaran SD 67
Pengolahan Skor
PENGOLAHAN SKOR
P
enilaian yang dilakukan guru di sekolah, akan melalui proses penyusunan tes,
pengadministrasian, penyekoran dan terakhir adalah pengolahan skor mentah menjadi
skor matang. Proses penyusunan tes, merupakan kegiatan yang dinilai dengan
mengidentifikasi tujuan instruksional dan lingkup materi yang akan diungkap sampai dengan
memperbanyak soal. Pengadministrasian tes, terdapat tiga cara pelaksanaan tes, yaitu tes tertulis,
tes lisan dan tes perbuatan. Penyekoran, adalah merupakan proses memberikan skor untuk masing-
masing bentuk soal obyektif dan subyektif. Pengolahan skor, merupakan proses untuk mengubah
skor mentah (tes obyektif dan tes subyektif) menjadi skor matang / nilai akhir.
Setelah Anda mempelajari modul ini (BBM 5) diharapkan Anda dapt
a. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan tes.
b. Menjelaskan pengadministrasian tes tertulis.
c. Menjelaskan pengadministrasian tes lisan.
d. Menjelaskan pengadministrasian tes perbuatan
e. Menjelaskan cara memberikan skor pada skor pada tes obyektif dan tes subyektif.
f. Menjelaskan cara mengolah skor mentah (tes obyektif dan tes subyektif) menjadi skor matang.
Untuk membantu Anda mencapai tujuan, modul ini (BBM 5) diorganisasikan menjadi dua
kegiatan belajar / KB, yaitu:
KB 1 : Langkah-langkah penyusunan tes dan pengadministrasian tes.
KB 2 : Penyekoran dan Pengolahan skor
Untuk membantu Anda mempelajari modul ini (BBM 5) sebaiknya pelajari setiap kegiatan
belajar dengan cermat, sesuai petunjuk dan kerjakan semua latihan atau tugas serta tes formatif,
lihatlah kunci jawaban. Gunakan rumus yang tersedia disetiap akhir kegiatan belajar dan ukurlah
tingkat penguasaan Anda.
68 Evaluasi Pembelajaran SD
Pengolahan Skor
A gar tes yang akan diberikan kepada siswa dapat sesuai mengukura aspek perilaku yang
akan diukur, pencapaian tujuan instruksional dan lingkup materi yang akan diungkap,
maka harus dilakukan langkah-langkah yang dimulai dengan mengidentifikasi tujuan instruksional
samapi dengan memperbanyak soal. Apabila soal sudah diberikan kepada peserta tes maka
pelaksanaan tes sudah dilakukan. Selesai tes, lembar jawaban testi harus diadministrasikan untuk
dapat diperiksa, diberikan skor dan skor diolah menjadi nilai akhir (mengolah skor mentah menjadi
skor matang).
Secara garis besar, langkah-langkah penyusunan tes hasl belajar adalah sebagai berikut:
Mengidentifikasi tujuan-tujuan instruksional dan lingkup materi yang akan diungkap. Pada awal
penyusunan tes hasil belajar, guru perlu mengidentifikasi tujuan-tujuan instruksional dan lingkup materi
yang akan diungkap. Hal ini penting dilakukan untuk menentukan lingkup persoalan yang akan diujikan.
Sumber-sumber yang dapat digunakan adalah GBPP / silabus, buku-buku sumber, catatan materi
pelajaran.
Menyusun kisi-kisi. Penyusunan kisi-kisi diperlukan sebagai pedoman penulisan soal. Dalam
kisi-kisi tes hasil belajar sekurang-kurangnya ada hal-hal berikut: lingkup materi persoalan, bentuk
soal, segi kedalaman perilaku yang akan diungkap, proporsi penyebaran dan jumlah soal.
Menulis soal dan kunci jawaban. Penulisan soal dilakukan berdasarkan kisi-kisi yang telah
dibuat, dengan memperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal, baik kaidah umum maupun kaidah
khusus untuk masing-masing tipe soal, untuk penulisan soal dianjurkan menggunakan format penulisan
soal dan dianjurkan untuk menulis soal lebih banyak dari jumlah yang ditentukan pada kisi-kisi,
sebagai cadangan jika terdapat soal yang tidak memadai. Kunci jawaban segera dibuat untuk mencegah
faktor lupa tentang jawaban yang diharapkan.
Men-judge setiap butir soal secara rasional. Setalah soal-soal selesai dibuat, sebaiknya diperiksa
kembali, pemeriksaan hendaknya tidak dilakukan langsung, tetapi setelah ada jarak tertentu untuk
mencegah agar pola pikir kita tidak terpengaruh oleh suasana pikiran saat menulis soal. Untuk tes
yang akan dibakukan, pemeriksaan biasanya dilakukan oleh orang-orang yang dipandang ahli dalam
bidang tes.
Mengorganisasikan tes menurut tipe-tipe soal yang dibuat. Setelah soal-soal selesai diperiksa,
selanjutnya soal-soal itu ditata atau disusun menurut tipe-tipenya, misalnya soal B-S menjadi satu
kelompok, soal PG satu kelompok dan seterusnya, apabila pembuatan soal hanya dalam satu tipe
berarti tinggal memadukan saja.
Evaluasi Pembelajaran SD 69
Pengolahan Skor
Membuat petunjuk pengerjaan soal. Petunjuk pengerjaan hendaknya dibuat sejelas mungkin,
dalam petunjuk hendaknya tergambarkan apa yang harus dikerjakan siswa dan bagaimana
mengerjakannya.
Menguji-coba soal. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kebaikan tes secara empirik.
Hal-hal yang dianalisis dalam uji-coba soal adalah validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya
pembeda dan kepraktisan penggunaan tes. Uji-coba empirik dilakukan untuk tes yang akan dibukukan,
untuk tes buatan guru, yang dipergunakan sehari-hari, jarang dilakukan uji-coba empirik ini.
Merevisi soal. Berdasarkan pada data empirik hasil uji-coba, dilakukan perbaikan terhadap
soal-soal yang dianggap kurang memadai atau mungkin membuang dan mengganti soal-soal yang
dianggap tidak memenuhi syarat.
Mengorganisasikan kembali soal dalam bentuk final. Soal-soal yang dianggap memadai untuk
digunakan, dipilih dan ditata kembali dalam bentuk final sesuai dengan jumlah dan proporsi soal yang
tertera pada kisi-kisi.
Memperbanyak soal. Jika soal sudah diorganisasikan dalam bentuk final, maka langkah berikutnya
adalah memperbanyak soal sesuai dengan jumlah peserta tes, dalam memperbanyak soal dianjurkan
untuk menyediakan soal cadangan.
Pengadministrasian Tes
Yang dimaksud dengan mengadministrasikan tes adalah mencakup kegiatan pelaksanaan atau
penyelenggaraan tes dan penyekorannya (pemberian skor). Berikut akan dijelaskan mengenai prosedur
pelaksanaan dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan tes tertulis, tes lisan dan tes
perbuatan. Kegiatan pemberian skor/penyekoran akan dibahas pada kegiatan belajar 2 yang akan
dilanjutkan dengan pengolahan skor.
Tes Tertulis. Pelaksanaan tes tertulis dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
Pengawas mempersilakan testi untuk menempati tempat duduk masing-masing dan
mempersiapkan diri, jika menggunakan nomor ujian, parapengawas dapat mengecek kesesuaian
nomor dengan tempat duduk yang telah disediakan; memberikan penjelasan umum tentang tata tertib
dan cara-cara mengikuti ujian; memberikan kesempatan kepada testi untuk untuk menanyakan hal-
hal yang belum dipahami; membagikan lembar jawaban dan lembar soal, jika lembar jawaban dan
lembar soal terpisah, sebaiknya lembar jawaban diberikan terlebih dahulu; masing-masing tasti
dipersilakan memeriksa kelengkapan soal dan lembar jawaban, apabila ada yang tidak lengkap
dapat diganti dengan yang utuh/lengkap; semua testi mengerjakan tes selama waktu yang telah
ditetapkan dan pangawas mengawasi jalannya tes dengan baik; bila waktu pelaksanaan tes sudah
habis, pengawas segera mengumpulkan lembar jawaban dan lembar soal (jika dipandang perlu,
lembar soal dikumpulkan kembali).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes tertulis, adalah sebagai berikut: memeriksa
soal terlebih dahulu sebelum digunakan, untuk menyeleksi kekeliruan yang terdapat dalam penulisan/
pengertian soal; apabila ada ralat, secepatnya dilakukan perbaikan sebelum tes dimulai; jarak duduk
antara peserta tes/ujian hendaknya tidak terlalu dekat, agar testi tidak dapat melihat jawaban temannya;
perbandingan antara pengawas dengan peserta ujian hendaknya seimbangan, sekitar 1:20 ; siapkan
soal cadangan, ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan adanya soal yang tidak lengkap.
70 Evaluasi Pembelajaran SD
Pengolahan Skor
Tes Lisan. Pelaksanaan tes lisan dapat menempuh langkah-langkah: menentukan jumlah penguji
dan testi, dengan kemungkinan: seorang penguji seoarang testi, sekelompok penguji seorang
testi, seorang penguji sekelompok testi, sekelompok penguji sekelompok testi; penguji menyiapkan
pokok-pokok pertanyaan dan pedoman penyekoran; penguji mempersilakan testi memasuki ruang
ujian dan memberikan petunjuk umum tentang jalannya ujian; penguji mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang sudah disiapkan dan testi menjawabnya; penguji segera memberikan skor/nilai setiap
testi selesai menjawab masing-masing pertanyaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan tes lisan adalah sebagai berikut: pertanyaan
yang diajukan penguji harus jelas dan singkat; pertanyaan diajukan satu demi satu; lingkup pertanyaan
berkisar pada soal-soal yang telah disiapkan; perhatikan porsi waktu untuk masing-masing pertanyaan
atau untuk masing-masing tasti.
Tes Tindakan. Pelaksanaan tes tindakan dilakukan melalui langkah-langkah berikut: mengecek
kelengkapan peralatan yang diperlukan, sebab ketidaklengkapan peralatan bisa mengakibatkan
gagalnya atau terhambatnya pelaksanaan ujian; menyiapkan pedoman pengamat/pedoman penyekoran;
memberikan petunjuk kepada testi mengenai apa yang harus dikerjakan, petunjuk bisa disampaikan
secara tertulis atau lisan; testi menjawab tes dengan meragakan tindakan/kegiatannya, penguji
mengamati secara seksama; penguji segera memberikan skor/angka terhadap setiap tindakan/kegiatan
yang selesai dilakukan testi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan tes tindakan adalah sebagai berikut: jika tes
tindakan tidak dilakukan dalam kondisi yang sebenarnya, perlu diupayakan suatu kondisi yang
menyerupai keadaan sebenarnya, waktu dalam bentuk mini; jika dipandang perlu, lakukan dalam
berbagai situasi, sehingga hasilnya representatis terhadap keseluruhan kegiatan/peristiwa yang akan
dinilai; tidak memberikan komentar apapun saat testi meragakan tindakan; agar hasilnya lebih efektif,
pengamat/penguji hendaknya lebih dari satu orang.
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan
latihan berikut ini.
1. Jelaskan langkah-langkah penyusunan tes!
2. Jelaskan proses pengadministrasian tes tertulis!
3. Jelaskan proses pengadministrasian tes lisan!
4. Jelaskan proses pengadminstrasian tes tindakan!
Agar dapat mengerjakan latihan diatas dengan baik, diskusikan dengan teman Anda.
Evaluasi Pembelajaran SD 71
Pengolahan Skor
72 Evaluasi Pembelajaran SD
Pengolahan Skor
4. Uji-coba soal harus dilakukan secara empirik, yaitu menganalisis validitas, reabilitas, tingkat
kesukaran, daya pembedaan kepraktisan soal / tes. Uji coba ini hanya berlaku untuk:
A. Tes buatan guru C. Tes yang akan dibakukan
B. Tes buatan kepala sekolah D. Tes yang akan di UN-kan
6. Setelah testi berada di ruangan tes, penguji/ pengawas mencocokkan nomor dengan tempat
duduk yang telah disediakan. Hal ini merupakan langkah dalam pelaksanaan:
A. Tes lisan C. Tes tindakan
B. Tes tertulis D. Tes seleksi
7. Perbandingan antara pengawas dengan peserta tes, adalah sekitar 1:20, ini merupakan salah
satu hal yang harus diperhatikan pada pelaksanaan:
A. Tes lisan C. Tes tindakan
B. Tes tertulis D. Tes seleksi
8. Seorang penguji sekelompok testi, ini merupakan proporsi jumlah penguji dan jumlah
testi pada pelaksanaan:
A. Tes lisan C. Tes tindakan
B. Tes tertulis D. Tes seleksi
Evaluasi Pembelajaran SD 73
Pengolahan Skor
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terdapat dibagian akhir
Bahan Belajar Mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah
ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, And dapat meneruskan ke Kegiatan
Belajar selanjutnya, bagus!!! Tapi bila penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi
Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
74 Evaluasi Pembelajaran SD
Pengolahan Skor
Penyekoran
Penyekoran tes tertulis. Penyekoran jawaban soal-soal tes objektif biasanya dilakukan secara
dikhatomi,yaitu jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0,skor akhir sama dengan
jawaban benar S = B
B= B - S
S
Dalam penyekoran soal-soal tes objektif,B-S,pilihan jamak dan menjodohkan,ada juga yang
menggunakan rumus tebakan (guessing formula). Penerapan rumus ini didasarkan pada asumsi bahwa
dalam tes objektif ada kesempatan bagi testi untuk menebak jawaban. Rumus tebakan untuk masing-
masing soal tes objektif adalah sebagai berikut:
Soal B-S : dimana:
S = Skor
= jumlah jawaban benar
S = jumlah jawaban salah / gagal
G
Soal Pilihan Jamak: S = B -
k-1
, dimana:
S = skor
B = jumlah jawaban benar
= jumlah jawaban salah / gagal
k = jumlah kemungkinan jawaban.
Evaluasi Pembelajaran SD 75
Pengolahan Skor
Menjodohkan : , dimana:
S = skor
B = jumlah jawaban benar
= jumlah jawaban salah / gagal
N = jumlah soal
Dalam penyekoran tes subyektif / uraian dapat dipergunakan sistem bobot (weighting system),
maksudnya adalah bahwa soal yang mudah, sedang dan sukar, masing-masing diberi bobot tertentu
dalam penyekorannya. Misalnya, soal mudah diberi boobt 2, soal sedang diberi bobot 3 dan soal
sukar diberi bobot 4. Cara penyekoran sistem bobot didasarkan bahwa untuk menjawab soal yang
sukar dituntut kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada menjawab soal yang sedang atau
mudah.
Contoh:
Jadi jumlah skor mentah tanpa bobot: Andi = 32, Bandi = 32, jumlah skor dengan bobot, Andi = 94
dan Bandi = 96
Penyekoran tes lisan. Penyekoran tes lisan sama dengan penyekoran tes uraian, namun dalam
tes lisan, penyekorannya dapat dilakukan lebih akurat karena ada kesempatan untuk melakukan
pengecekkan jawaban testi. Agar penyekoran dalam tes lisan dapat dilakukan secara cermat,
perhatikan hal-hal berikut : gunakan pedoman penyekoran; penyekoran dilakukan segera setelah
testi selesai menjawab setiap pertanyaan / soal; penyekoran semata-mata diberikan pada mutu jawaban
testi.
76 Evaluasi Pembelajaran SD
Pengolahan Skor
Penyekoran tes tindakan. Penyekoran tes tindakan didasarkan pada sejauh mana keterampilan
dan ketepatan testi meragakan tindakan / kegiatan sesuai dengan petunjuk / soal. Penguji harus
memiliki jawaban operasional mengenai penampilan yang diharapkan, para penguji harus mengetahui
pola penampilan yang seharusnya. Hal-hal yang dapat dijadikan acuan dalam pemberian skor adalah
: kecepatan penampilan, ketepatan cara melakukan, ketelitian keterampilan menggunakan alat,
kesesuaian dengan petunjuk / instruksi. Dalam proses penyekoran, sebaiknya menggunakan pedoman
pengamatan (pedoman penyekoran), skor akhir sama dengan rata-rata skor setiap pengamat (apabila
pengamat / penguji lebih dari satu orang).
Pengolahan Skor
Seperti telah dikemukakan, bahwa pengolahan skor disini dimaksudkan untuk menentukan
batas lulus / passing grade dan mengubah skor mentah menjadi skor matang / terjabar.
Evaluasi Pembelajaran SD 77
Pengolahan Skor
78 Evaluasi Pembelajaran SD
Pengolahan Skor
2. Untuk data yang dikelompokkan (jumlah testi lebih dari 30 orang) : menghitung dan SD.
Bagi data yang dikelompokkan, banyak jumlahnya, maka perlu dikelompokkan melalui
distribusi frekuensi, sebelumnya perlu didapatkan Range (selisih dari skor tertinggi dengan
skor terendah), jumlah kelas interval / KI dan interval / i.
Contoh :
fd
Rumus = t + i = rata-rata yang dicari
Mt = mean terduga
i = interval
N = jumlah testi
fd = jumlah frekuensi kali deviasi pada setiap kelas interval.
D = deviasi terduga
Evaluasi Pembelajaran SD 79
Pengolahan Skor
Keterangan :
Skor ideal adalah skor maksimum yang mungkin dicapai testi jika semua soal dijawab dengan benar.
Contoh : misalnya skor ideal untuk tes IPA adalah 60, maka
80 Evaluasi Pembelajaran SD
Pengolahan Skor
Dengan menggunakan tabel konversi diatas, maka jika diketahui = 59,95 dan SD = 15,03, pedoman
konversinya adalah :
Jadi dengan menggunakan tabel konversi diatas, testi yang berada pada batas lulus atau diatas batas
lulus adalah yang mendapatkan skor 64 keatas.
Evaluasi Pembelajaran SD 81
Pengolahan Skor
Prosedur pengolahan seperti diatas, biasanya dilakukan pada penilaian sumatif, sedangkan pada
penilaian fomatif, penentuan batas lulus dietntukan secara purposif, misalnya menggunakan ukuran
persentase penguasaan materi, seperti kriteria berikut :
Dengan menggunakan criteria diatas, maka untuk mengkonversikan skor mentah menjadi skor
matang dilakukan dengan cara membagi skor mentah dengan skor ideal kali 100 %.
Berikut akan disajika konversi skor mentah ke skor matang / terjabar, dengan skala 10-100,
Cummulative Percentile Rank dan Percentile Rank.
82 Evaluasi Pembelajaran SD
Pengolahan Skor
Evaluasi Pembelajaran SD 83
Pengolahan Skor
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan
latihan berikut:
1. Jelakan cara memberikan skor pada tes obyektif !
2. Jelaskan cara memberikan skor pada tes subyektif !
3. Jelaskan cara mengolah skor untuk data yang dikelompokkan !
4. Jelaskan cara mnegubah skor ke dalam skala 10-100 !
Penyekoran pada tes tertulis, meliputi cara memberikan skor pada soal-soal
berbentuk B-S, Pilihan ganda, menjodohkan, Isian dan Jawaban Singkat juga pada soal
uraian.
Penyekoran pada tes lisan, dilakukan dengan menggunakan pedoman penyekoran
dan pada tes tindakan dengan menggunakan pedoman pengamatan.
Pengolahan skor, dimaksudkan untuk menentukan batas lulus dan mengubah skor
mentah menjdi skor matang / terjabar.
Langkah-langkah pengolahan skor, adalah : mengumpulkan data / skor mentah testi,
menghitung rata-rata kelompok / Mean / dan standar deviasi / SD, menetapkan batas lulus
actual dan (atau) ideal, terakhir mengkonversikan skor mentah menjadi skor matang / terjabar
ke dalam skala 1-10, skala 10-100, Cummulative Percentile rank dan Percentile Rank.
84 Evaluasi Pembelajaran SD
Pengolahan Skor
4. Melalui tes tindakan, penguji dapat memberikan skor, diantaranya untuk hal-hal berikut,
kecuali ..
A. ketepatan cara melakukan
B. keterampilan menggunakan alat Bantu
C. ketetapan tindakan / cara melakukan
D. kesesuaian dengan petunjuk / instruksi
Evaluasi Pembelajaran SD 85
Pengolahan Skor
7. = , merupakan rumus untuk menghitung
A. rata-rata
B. deviasi
C. skor mentah
D. skor matang
8. Range adalah ..
A. mencari selisish antara skor tertinggi dengan terendah
B. mencari interval
C. mencari jumlah kels interval
D. mencari rata-rata
10. Jika ideal = 30, SDideal = 10, maka batas lulusnya adalah..
A. 32,75
B. 37,50
C. 42,50
D. 47,50
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 2, yang terdapat dibagian
akhir Bahan Belajar Mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
dibawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 2.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
86 Evaluasi Pembelajaran SD
Pengolahan Skor
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Anda dapat meneruskan kepada
kegiatan belajar selanjutnya, bagus! Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80 % Anda
harus mengulangi kegiatan belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Evaluasi Pembelajaran SD 87
Pengolahan Skor
Tes Formatif 2
1. A
2. B
3. B
4. C
5. C
6. A
7. A
8. A
9. C
10. A
88 Evaluasi Pembelajaran SD
Pengolahan Skor
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S. 1997. Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Subino dkk. 1976. Teknik-Teknik Evaluasi; Konstruksi dan Analisa Item. Jurusan BP FIP, IKIP
Bandung.
Sudjana M., 1989, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Surapratama, Sumarna. 2005. analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes.
Implementasi Kurikulum 2004. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Wiersma William & Jurs GS. Educational Measurment and Testing. Allyn and Bacon. Boston.
WJ Pophan. 1995. Classroom Assessment : What Teacher Need to Know. Allyn and Bacon.
Boston.
Evaluasi Pembelajaran SD 89
Analisa Butir Soal
A
dekuasi tes buatan guru dan konstribusi masing-masing soal/item dapat ditelaah/dianalisa
melalui penilaian tes (tes appraisal). Penilaian tes (appraisal tes) dilakukan melaui
analisa tes dan analisa butir soal/item. Analisa tes, meliputi : analisa validitas dan reliabilitas
tes, sedangkan analisa butir soal/item, meliputi analisa tingkat kesukaran dan daya pembeda soal/
item. Analisa Validitas dan analisa reliabilitas akan dibahas pada BBM 7.
Analisa butir soal/item, dilakukan dari jawaban testi setelah tes berlangsung, kegunaan analisa
butir soal adalah untuk mengetahui seberapa bagus masing-masing soal dapat berfungsi pada
pengukuran yang akurat. Analisa butir soal, merupakan pengkajian soal-soal/pertanyaan-pertanyaan
tes agar di peroleh soal/pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.
Dalam BBM 6 ini Anda akan diperkenalkan dengan pelaksanaan analisa butir soal yang meliputi
analisa tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan analisa daya pembeda soal (discriminating
power).
Setelah Anda mempelajari modul ini (BBM 6), diharapkan Anda dapat :
a. menjelaskan mengapa perlu dilakuakn penilaian tes, melalui analisa butir soal!
b. menjelaskan tiga karakteristik penting sebuah tes !
c. menjelaskan proses analisa butir soal untuk PAN !
d. menjelaskan cara menganalisa angket kesukaran soal !
e. menjelaskan cara menganalisa daya pembeda soal !
f. menjelaskan beberapa kegunaan hasil analisa butir soal !
Untuk membantu Anda mencapai tujuan, modil ini diorganisasikan menjadi satu kegiatan belajar
(1 KB), yaitu : Analisa Butir Soal, yang akan membahas mengenai : perlunya dilakukan penilaian tes
(appraisal tes), tiga karakteristik tes, proses analisa butir soal untuk PAN, cara menganalisa tingkat
kesukaran soal dan cara menganalisa daya pembeda soal.
90 Evaluasi Pembelajaran SD
Analisa Butir Soal
A nalisa butir soal/item, dilakukan dari hasil jawaban testi setelah tes berlangsung, merupakan
kegiatan pengkajian soal/item atau pertanyaan agar diperolah perangkat soal yang
berkualitas memadai/baik. Untuk memperoleh perangkat soal yang berkualitas baik perlu dilakukan
analisa tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda soal (discriminating power).
Analisa tingkat kesukaran soal, adalah mengkaji soal-soal dati segi kesulitannya sehingga dapat
diperoleh soal-soal yang termasuk soal mudah, sedang dan sukar. Analisa daya pembeda soal, adalah
mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupannya untuk membedakan siswa yang termasuk ke dalam
kelompok unggul (higher group) dan kelompok asor (lower group).
Evaluasi Pembelajaran SD 91
Analisa Butir Soal
Bahwa guru dan para guru besar akan lebih baik untuk secara kontinu meningkatkan keterampilan
mereka menyusun/membuat tes, dan kualitas tes yang mereka pergunakan, daripada menganalisa
tes secara sistematik dan membandingkan penemuannya dengan stAndar ideal kualitas tes.
Serdasarkan kutipan di atas, diharapkan bahwasanya dari hasil analidsa tes dan analisa butir soal,
guru dapat mempergunakan hasil itu untuk menjadi lebih terampil membuat soal untuk seperangkat
tes.
Jadi dengan demikian betapa pentingnya proses penilaian tes (appaisal test) untuk mendapatkan
kualitas tes, juga soal-soal yang baik/memadai dan untuk meningkatkan keterampilan guru membuat/
mengkonstruksi soal dan tes.
Karakteristik penting sebuah tes. Balance, specificity, dan objektivity, merupakan aspek-
aspek yang harus diperhatikan pada saat akan mengkonstruksi tes dan menseleksi soal untuk PAN
dan PAP. Balance dan specificity lebih berhubunganlangsung dengan validitas, objectivity
berhubungan langsung dengan reliabilitas. Balance/kesinambungan, berkaitan dengan bagaimana
soal/tes dapat merefleksikan isi materi pelajaran dan tujuan pengajaran; specificity/ketegasan,
berkaitan dengan bagaimana soal/tes dapat mempresentasikan tugas-tugas yang sesuai dengan yang
sudah dipelajari, dan objectivity/objektivitas, berkaitan dengan bagaimana soal/tes mempresentasikan
tugas-tugas yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa.
92 Evaluasi Pembelajaran SD
Penyusunan Alat Penilaian Teknik Tes dan Teknik Non-Tes
PENYUSUNAN ALAT
PENILAIAN TEKNIK TES DAN
TEKNIK NON-TES
M
ungkin sudah dijelaskan pada modul lain, bahwa instrumen penilaian pendidikan
(yang sering disebut dengan istilah tes) ada bermacam-macam. Kebermacam-
macaman itu tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Misalnya dapat dilihat dari
cara siswa mengerjakannya, dilihat dari bentuk soalnya, dilihat dari prosedur penyelenggaraannya,
dan sebagainya. Jika instrumen alat penilaian jika dilihat dari cara siswa mengerjakannya dapat
dibedakan menjadi tes lisan (oral test), tes tulisan atau tes tertulis (writen test) , dan tes perbuatan
atau tes penampilan (performance test). Jika dilihat dari bentuk soalnya, soal-soal tes itu ada yang
menuntut penguraian dan ada pula yang hanya menuntut memilih jawaban yang pasti, maka kita
mengenal istilah tes uraian (essay test) dan tes pilihan (objective test). Jika dilihat dari prosedur
penyelenggarannya, model alat penilaian itu ada yang disebut dengan istilah tes dan istilah non-tes.
Pembedaan bentuk instrumen penilaian menjadi tes dan non tes dasarnya adalah karakteristik
jawaban. Secara ekstrim suatu alat penilaian dikatakan berbentuk tes bila jawaban yang diminta
dari suatu soal menuntut adanya jawaban yang benar atau yang dianggap benar menurut aturan atau
hukum atau referensi. Sedangkan bentuk alat penilaian atau instrumen yang dikategorikan sebagai
bentuk soal non tes, kebenaran jawabannya adalah relatif, tidak mutlak benar atau salah.
Berikut ini adalah contoh dari masing-masing bentuk instrumen tes dan nontes.
Contoh soal tes dalam pelajaran matematika.
10 + 20 = ...... Jawabannya yang benar adalah 30. Kalau tidak 30 salah. Ini bener menurut teori
atau fakta atau referensi.
Contoh soal tes dalam pelajaran IPS Sejarah.
Presiden negara Republik Indonesia yang pertama pada masa reformasi ialah ....
a. Abdurahman Wahid (Gusdur)
b. Sukarno
c. B.J. Habibi
d. Megawati Sukarno Putri
Jawaban yang benar adalah C. B.J. Habibi. Hal ini benar menurut fakta sejarah.
Contoh-contoh di atas adalah contoh soal atau alat penilaian yang termasuk tes.
Contoh bentuk soal non tes
Angket
- Berapa meterkah tinggi badan anda ?
- Apa makanan kesukaan anda?
- Mengapa anda memilih menjadi guru ?
Jawaban untuk masing-masing pertanyaan di atas untuk masing-masing orang dapat berbeda, tetapi
semua jawaban bisa betul. Misalnya tinggi badan Tuan Bokir adalah 175 cm. Sedangkan tinggi
badan Tante Pegi adalah 160 cm. Dua jawaban atas satu soal di atas semuanya betul bila sesuai
dengan kenyataannya, dan jawabannya salah bila tidak sesuai dengan kenyataan. Demikian juga
jawaban atas pertanyaan yang lain, akan sangat bervariasi.
Dalam modul ini akan disajikan dua hal pokok, yaitu bagaimana mengembangkan alat penilaian
yang berbentuki tes dan bagaimana pula mengembangkan alat penilaian yang berbentuik non tes.
Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan dapat memahami kedua hal tersebut. Secara
khusus hal yang ingin dicapai dari uraian ini adalah :
1. memahami konsep tes dan konsep nontes secara benar,
2. memahami prosedur pengembangan alat penilaian yang berupa tes
3. memahami prosedur pengembangan alat penilaian yang berupa non tes
4. memahami aturan-aturan penulisan alat penilaian teknik tes
5. memahami aturan-aturan penulisan alat penilaian teknik non-tes
6. mampu mengembangan instrumen penilaian teknik tes
7. mampu mengembangkan beberapa instrumen penilaian jenis non-tes
Untuk mencapai tujuan tersebut, uraian materi dalam modul ini diorganisasikan kedalam tiga
kegiatan belajar.
Kegiatan Belajar : 1. Penyusunan Alat Penilaian Teknik Tes
Kegiatan Belajar : 2. Penyusunan Alat Penilaian Teknik Non-Tes
Kegiatan Belajar : 3. Praktek Penyusunan Alat Penilaian
Untuk membantu anda menguasai seluruh tujuan belajar yang telah dirumuskan di atas,
perhatikanlah beberapat prosedur belajar berikut.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami betul tujuan apa
yang ingin dicapai
2. Bacalah uraian materi dari setiap kegiatan belajar kemudian temukan kata-kata kunci dari uraian
tersebut.
3. Bila anda mengalami kesulitan untuk memahami materi yang disajikan, lakukan diskusi dengan
teman-teman anda. Bila dengan cara diskusi dengan teman belum mendapatkan pemahaman
hubungi tutor anda.
4. Untuk memperluas wawasan, bacalah beberapa buku sumber yang disarankan dalam setiap
kegiatan belajar
5. Bila anda merasa telah cukup memahami uraian setiap materi, kerjakanlah latihan dalam setiap
akhir kegiatan belajar.
6. Evaluasilah hasil kegiatan belajar anda dengan cara mencocokan hasil tes anda dengan kunci
jawaban. Hitunglah tingkat penguasaan anda seperti yang disarankan pada setiap akhir kegiatan
belajar.
PENYUSUNAN ALAT
PENILAIAN TEKNIK TES
a. Pengertian Tes dan Non-tes
2 . Menganalisis dokumen-dokumen
Setelah seorang guru menetapkan tujuan apa yang ingin dicapai dengan melakukan penilaian
tersebut adalah menelaah dokumen-dokumen. Dokumen yang dimaksud adalah:
a. GBPP atau silabus. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menelaah materi apa yang seharusnya
sudah disampaikan dalam kurun waktu tertentu (ruang lingkup materi pelajaran).
Misalnya sekarang sudah minggu ke dua bulan Agustus, PBM sudah berjalan 5 minggu
efektif. Telaah berdasarkan silabus atau GBPP materi apa saja yang harus sudah diajarkan
sampai bulan tersebut.
b. Rencana Pembelajaran (RP) atau satuan pelajaran. Dengan menganalisis rencana
pembelajaran (renpel) atau satuan pelajaran (satpel) guru akan tau tujuan pelajaran apa
saja yang sudah dirumuskan dalam setiap kegiatan relajar. Ini akan memberikan arah,
ranah atau tingkatan kognitif mana saja yang harus dungkap dalam merumuskan kisi-kisi
penilaian
c. Program Pembelajaran (program mingguan atau bulanan atau semesteran). Dengan
menganalisis dokumen ini, akan teridentifikasi ruang lingkup materi pelajaran sampai
kurun waktu tertentu. Jadi dokumen ini akan saling melengkap dengan silabus atau GBPP
yang ada.
d. Buku sumber. Dengan menganalisis buku sumber yang digunakan, baik buku sumber yang
dijadikan acuan oleh guru maupun buku pegangan siswa, guru akan mengetahui kedalaman
atau keluasan materi yang menjadi pokok bahan penyusunan soal
e. Agenda mengajar guru. Guru harus memiliki agenda mengajar. Buku agenda guru merupakan
dokumen otentik yang dapat dijadikan dasar dalam penyusunan soal. Dengan menganalisis
agenda mengajar yang dibuat guru, guru sendiri akan tahu materi pelajaran mana yang
nyata-nyata telah diajarkan di suatu kelas. Karena sampai kurun waktu tertentu, materi
yang diajarkan di suatu tingkat kelas dapat berbeda; terutama jika ada kelas paralel. Misalnya
materi X di kelas IVa dengan di kelas IVb dapat berbeda, karena terganggu oleh kegiatan
tertentu atau kondisi tertentu.
Dengan menganalisis berbagai dukumen di atas, salah satu jenis validitas instrumen (validitas
isi atau validitas kurikuler atau content validity) akan terjamin.
3. Mengembangkan kisi-kisi
Dari hasil analisis terhadap dokumen-dokumen di atas, guru atau penyusun instrumen akan
dapat menentukan isi kisi-kisi soal.
Kisi-kisi adalah format atau matrik yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman oleh
si peniulis soal untuk menulis soal atau merakit soal menjadi tes. Dengan berpedoman kepada kisi-
kisi ini penulis soal akan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes
dapat menyusun perangkat tes dengan mudah. Dengan kisi-kisi yang baik walau pun penulis soal
berbeda akan dapat menghasilkan soal-soal yang relatif sama, baik tingkat kedalaman maupun cakupan
materi yang harus diungkap.
Dalam kisi-kisi terdapat dua komponen utama, yaitu komponen identitas dan komponen matrik.
Komponen identitas dicantumkan di atas matriks sedangkan komponen matriks dicantumkan dalam
kolom-kolom yang sesuai.
Dalam pemilihan materi, selain harus memperhatikan kriteria pemilihan di atas, harus pula
diperhatikan bahwapenguasaan materi pokok bahasan terpilih harus dapat diukur dengan
menggunakan bentuk soal yang telah sitetapkan. Misalnya jenis soal untuk suatu tes itu adalah pilihan
ganda, maka penguasaan pokok bahasan yang dipilih harus dapat diukur dengan menggunakan
bentuk soal pilihan ganda. Demikian juga kalau bentuk soalnya uraian, penguasaan terhadap materi
itu harus dapat diukur dengan menggunakan dengan menggunakan tes uraian.
Selain itu materi dari pokok bahasan yang dipilih harus memiliki keterkaitan yang erat dengan
indikator hasil belajar yang telah dirumuskan. Jadi secara hierarkis antar kompetensi, indikator, pokok
bahasan dan materi yang diujikan dalam soal, harus terkait betul.
Dalam pembuatan kisi-kisi pencantuman komponen-komponen di atas bukan merupakan sesuatu
yang baku, yang harus seperti itu. Penyusun kisi-kisi dapat menambah atau mengurangi komponen
tersebut sesuai keperluan atau tujuan tes. Bahkan dalam ulangan yang sifatnya formatif kisi-kisi tidak
perlu dirumuskan. Yang penting soal-soal yang dibuat harus memiliki keterkaitan kuat dengan indikator
hasil belajar yang telah dirumuskan atau yang dipilih dari silabus yang diacu.
Model cantuman komponen identitas dan komponen matrik di atas adalah sebagai berikut.
4. Menulis soal
Setalah kisi-kisi dibuat, lang kah berikutnya adalah menulis soal. Dalam menulis soal ada dua
hal yang harus diperhatikan, yaitu kisi-kisi dan aturan atau kaidah penulisan soal. Dari kisi-kisi yang
harus diperhatikan betul adalah mengenai indikator hasil belajar. Dalam setiap indikator akan terdapat
ranah atau tingkatan kognitif yang ingin diungkap (misalnya menyebutkan, menjelaskan, memberi
contoh, menghitung, menguraikan, menyimpulkan, dan lain-lain. Perhatikan rumusan kata kerja
operasional yang dirumuskan Bloom).
Hal kedua yang harus diperhatikan adalah kaidah atau aturan penulisan soal. Kaidah-kaidah
penulisan soal merupakan petunjuk atau pedoman yang perlu diikuti, agar soal yang dihasilkan memiliki
mutu yang baik. Aturan penulisan soal tersebut ada yang berlaku untuk semua jenis soal (aturan
umum), ada juga aturan khusus yang berlaku untuk jenis soal tertentu. Berikut ini akan diuraikan
aturan-aturan penulisan soal bentuk soal pilihan ganda dan bentuk uraian.
Aturan Umum Penulisan Soal
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami, jangan berbelit-belit. Jangan menggunakan bahasa yang
hanya berlaku setempat (kecuali dalam pelajaran bahasa daerah).
2. Jangan mengutip langsung kalimat dari buku. Jika hal ini terjadi akan mendorong siswa untuk
nyontek atau membuka buku.
3. Bila merupakan pandangan seseorang, sebutkan pendapat siapakah itu. Misalnya: Perkembangan
manusia dipengaruhi oleh faktor ......
Soal tersebut lebih baik jika dirumuskan: menurut pendapat John Lock perkembangan manusia
dipengaruhi oleh faktor ...........
4. Soal tidak memberi isyarat jawaban bagi soal lain. Misalnya pada soal nomor 1 tertulis: Penulisan
singkatan yang tepat untuk Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah .
A. MPR
B. M.P.R
C. MPR.
D. EmPeEr
Kemudian pada bagian lain tertulis (soal lain) misalnya soal no 5 tertulis:
5. MPR paling sedikit bersidang .... kali dalam satu tahun.
Soal nomor 5 ini memberi jawaban pada soal nomor 1 di atas.
5. Hindarkan soal yang menanyakan hal-hal yang sepele. Artinya yang ditanyakan harus benar-
benar merupakan hal yang penting.
6. Hindarkan kebergantungan suatu soal pada soal lain. Misalnya:
1. Untuk bernapas kita memerlukan zat ............
Kemudia soal berikutnya berbunyi.
2. Rumus kimia untuk zat pada jawaban nomor 1 adalah ........
7. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas, tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda.
Contoh yang tidak tegas: Siapakah presiden Republik Indonesia?
Selain kaidah atau aturan yang berlaku untuk semua jenis soal seperti diatas, untuk setiap jenis
soal memiliki kaidah. Untuk soal pilihan ganda kaidah tersebut adalah:
Materi
1. Rumusan soal harus sesuai dengan indikator. Artinya harus menyatakan perilaku dan materi
yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator
2. Pengecoh harus berfungsi, jangan terlalu kelihatan salahnya. Untuk ini pengecoh harus
homogen.
3. Setiap soal harus hanya mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar. Artinya
satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban. Jika terdapat beberapa jawaban yang benar,
maka kunci jawaban adalah harus jawaban yang paling benar.
Konstruksi
4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya kemampuan atau materi yang
hendak diukur/diujikan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian dan penafsiran yang berbeda
dari yang dimaksud penulis, dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap nomor.
5. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan
saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan,
maka rumusan atau pernyataan tersebut dihilangkan saja. Artinya harus singkat, padat, jelas.
6. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya pada pokok soal
jangan sampai terdapat kata, frase atau ungkapan yang dapat memberi petunjuk kearah
jawaban yang benar.
Contoh:
Generator pembangkit listik di PLTA Saguling digerakan dengan tenaga....
A. Air
B. Uap
C. Gas
D. Sinar matahari
Pada soal di atas kata/frase PLTA mengarahkan ke jawaban yang benar.
7. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.. Artinya pada pokok
soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk
mencegah terjadinya kesalahan penafsiran siswa terhadap arti pernyataan yang dimaksud.
Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan, kalau yang ingin diukur
justru pengertian tentang negatif ganda tersebut.
Contoh.
Hewan yang hidup di air di bawah ini tidak berkembang biak dengan cara melahirkan,
kecuali .
a. ikan mujair
b. ikan gurami
c. ikan paus
d. ikan mas
8. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya semua pilihan
jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal,
penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
9. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Hal ini diperlukan karena adanya
kecenderungan siswa untuk memilih jawaban yang paling panjang, karena sering kali jawaban
yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
10. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan semua pilihan jawaban di atas salah atau
semua pilihan jawaban di atas benar. Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini,
maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu, karena pernyataan itu bukan merupakan
materi yang ditanyakan.
11. Pilihan jawaban yang berben tuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologis waktunya. Artinya pilihan jawaban yang
benbentuk angka harus disusun berdasarkan besarkecilnya nilai angka, dari nilai angka paling
kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan
jawaban yang menunjukkan pilihan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan
secara urutan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan siswa melihat pilihan jawaban.
12. Gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan
berfungsi. Artinya apa saja yang menyertai suatu soal yang dinyatakan harus jelas, terbaca
dan dapat dimengerti oleh siswa.
13. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal
sebelumnyamenyebabkan siswa yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan
dapat menjawab benar soal berikutnya.
Bahasa
14. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
15. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga mudah dimengerti siswa. Supaya mudah
dimengerti sesuaikan dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa.
16. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah
lain atau nasional
17. Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.
Letakan kata/frase tersebut pada pokok soal.
5. Analisis Rasional
Setelah soal di tulis langkah berikutnya adalah menganalisis soal secara rasional. Maksudnya
adalah soal yang telah dirumuskan dianalisis kembali, ditimbang (di judge) baik oleh sendiri, dengan
cara mengambil waktu (misalnya bila menulis soal dilakukan pada malam hari, kemudian pagi hari
atau malam berikutnya dilakukan pengecekan kembali; maupun oleh orang lain (silang dengan guru
lain) dengan berpedoman kepada kisi-kisi dan aturan penulisan soal seperti yang telah diuraikan di
atas. Untuk menganalisis tersebut dapat digunakan format berikut.
Catatan: Format ini digunakan untuk satu soal satu soal. Sehingga kalau ada 40 Soal maka ada 40
kali penelaahan (40 LEMBAR KARTU). Dalam prakteknya bentuk format diatas dapat dimodifikasi
seperti berikut.
6 Revisi Soal
Bila dalam satu rumusan soal terdapat tanda cek (V) pada kolom TIDAK, maka soal tersebut
harus diperbaiki sesuai dengan aspek tersebut. Misalnya terdapat tanda cek (V) pada kolom TIDAK
pada aspek no 15 (bahasa yang digunakan komunikatif), berarti soal harus diperbaiki masalah rumusan
vahasanya.
7. Merakit Soal
Setelah soal diperbaiki sesuai dengan aspek di atas, maka seluruh soal diorganisasikan kedalam
jenis atau kelompoknya. Misalnya soal-soal pilihan ganda semua dikelompokkan, kemudian diberi
petunjuk pengerjaan, dan siap digandakan
8 Uji Coba Lapangan
Setelah soal dianalisis kemudian di rakit berdasarkan kelompoknya, langkah berikutnya adalah
uji coba kepada sekelompok siswa. Uji coba ini dilakukan bila soal akan dibakukan dan digunakan
pada kelompok yang lebih luas. Misalnya soal akan digunakan untuk satu rayon atau satu kabupaten.
Bila tidak akan dibakukan, setelah dianalisis soal tersebut digandakan dan langsung diberikan kepada
testi.
9. Analisis hasil uji coba (Analisis Empiris)
Bila soal akan dibakukan, setelah uji coba lapangan soal dianalisis secara empiris. Hal yang
dianalisis mencakup analisis butir soal dan analisis tes secara keseluruhan. Analisis butir soal mencakup:
analisis daya pembeda, analisis tingkat kesukaran, analisis distraktor (pengecoh), dan analisis
keterkaitan (korelasi) antara satu butir soal terhadap soal-soal lain. Analisis tes meliputin analisis
validitas dan analisis reliabilitas.
10. Revisi dan Perakitan Ulang
Dari hasil analisis empiris memungkinkan masih adanya beberapa soal yang tidak valid. Soal-
soal tersebut direvisi dan di rakit kembali menjadi perangkat tes yang baku. Dari hasil uji coba ini
juga dapat dibuat perangkat tes yang baik, yaitu dibuatnya manual tentang tes tersebut.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas secara benar, telaah kembali uraian di muka
dan bacalah beberapa buku sumber yang disarankan
lakukan diskusi dengan teman-teman anda
Tes adalah kegiatan atau prosedur sistematis untuk mengukur kemampuan atau
kondisi seseorang.
Perbedaan antara tes dan nontes terletak dalam bentuk jawaban. Dimana dalam tes
ada jawaban yang dianggap benar atau paling benar, sedangkan dalam nontes kebenaran
jawaban sangat tergantung pada konteks soal itu. Pengertian tes dalam tulisan ini lebih
mengacu kepada alat bukan pada kegiatan.
Langkah pengembangan instrument tes secara umum adalah:
1. Menetapkan tujuan penilaian (tes)
2. Menganalisis dokumen-dokumen
3. Mengembangkan kisi-kisi
4. Menulis soal
5. Analisis rasional
6. Uji coba
7. Analisis empiris
8. Revisi
9. Perbanyakan instrumen
10. Pelaksanaan tes
11. Skoring
12. Pemanfaatan hasil
3. Tingkat kemampuan seseorang siswa/mahasiswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah
diajarkan kepadanya disebut ....
A. achievment C. learning outcome
B. inteligensi D. performance
4. Melalui cara non tes dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, kecuali ....
A. bentuk wawancara C. bentuk observasi
B. bentuk tes D. bentuk angket/skala
7. Evaluasi dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran disebut evaluasi ....
A. Sumatif C. Diagnostik
B. Formatif D. Penempatan
8. Format atau matrik yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman oleh si penulis soal
disebut ....
A. Kisi-kisi C. Non-tes
B. Tes D. Instrumen
9. Dalam kisi-kisi terdapat dua komponen utama yaitu komponen yaitu identitas dan matriks.
Komponen identitas mencakup aspek
A. bentuk soal C. alokasi waktu
B. nomor soal D. indikator hasil belajar
10. Pilihan jawaban harus homogen dan logis dari aspek ....
A. pilihan C. materi
B. pernyataan D. pokok soal
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar 1
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, Bagus ! Akan tetapi apa bila tingkat penguasaan anda masih dibawah 80% ,
anda harus mengulang kegiatan belajar 1, terutama bagian-bagian yang belum anda kuasai.
PENYUSUNAN ALAT
PENILAIAN TEKNIK NON-TES
T eknik non-tes seringkali kurang mendapat perhatian para guru, karena kurang dikenal
atau dianggap kurang handal dibandingkan dengan teknik tes. Namun teknik ini besar
kegunaannya yakni sebagai pelengkap teknik tes, terutama untuk menge-valuasi hasil belajar yang
sukar diukur dengan tes (kerajinan, ketekunan, kepemimpinan, keterampilan, dll). Para guru umumnya
sudah menggunakan teknik non-tes, walaupun kurang menyadari bahwa yang dilakukannya itu adalah
salah satu teknik evaluasi.
Seperti hanya tes, instrumen non-tes dapat juga menghasilkan angka atau skor, oleh sebab itu
dapat digunakan sebagai instrumen pengukuran. Namun pada umumnya teknik non-tes lebih
bermanfaat untuk mendapatkan gambaran siswa secara keseluruhan (gambaran kualitatif). Perbedaan
pokok teknik dan tes dan non-tes terletak pada jawaban siswa. Pada tes: jawaban siswa dinilai
benar atau salah, lulus atau gagal. Pada teknik non-tes: jawaban siswa dapat bersifat kesesuaian,
persetujuan, pilihan-minat, kecenderungan.
Banyak sekali manfaat instrumen non-tes dalam kegiatan evaluasi, maka semua guru perlu
mempelajari, mengembangkan, dan memanfaatkan alat non-tes dalam tugasnya sehar-hari.
Sebelum masuk pada bahasan yang lain, mari kita lihat dulu gambaran alat pengumpul data
secara keseluruhan. Secara keseluruhan alat pengumpul data itu dapat dibagi atau dikelompokkan
kedalam dua kategori, yaitu kelompok tes dan kelompok non tes. Kelompok tes dapat dibagi dalam
dua kategori, yaitu tes hasil belajar (achievement test) dan tes psikologis. Perhatikan bagan berikut.
Tiga macam instrumen tersebut di atas (THB, Psikotes, dan Non-Tes) diperlukan sebagai alat
pengumpul data untuk pengambilan keputusan dalam semua kegiatan evaluasi, hanya proporsinya
yang berbeda. Umumnya THB paling dominan, tetapi kadang-kadang Non-tes lebih diperlukan,
atau psikotes lebih dipentingkan. Masing-masing jenis digunakan untuk mengungkap hal yang berbeda,
sebagaimana berbedanya atau keberagamannya hasil belajar.
Sebagaimana sudah dipahami oleh para guru, bahwa hasil belajar itu jenisnya berbeda-beda.
Ada yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor. Instrumen tes lebih cocok untuk mengungkap
hasil belajar yang bersifat kognitif (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dll.). Untuk mengungkap
hasil belajar yang bersifat afektif dan psikomotor lebih tepat jika digunakan model non-tes. Serta
untuk mengungkap hal-hal yang potensial lebih tepat digunakan model-model psikotes.
Seperti halnya wawancara, kuesioner yang sering disebut dengan istilah angket, juga memiliki
kelebihan yaitu bersifat praktis, hemat waktu dan tenaga. Namun demikian, kuesioner memiliki
kelemahan yang mendasar, yaitu seringkali jawaban yang diberikan tidak objektif, siswa
memberi jawaban yang pura-pura. Kuesioner/angket juga ada dua macam, ada yang
berstruktur dan tidak berstruktur. Yang berstruktu adalah model angket yang setiap
pertanyaannya sudah disediakan jawabannya, siswa tinggal memilih/mencocokan jawaban
mana yang sesuai dengan dirinya. Sedangkan pada jenis angket yang tidak berstruktur
siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan jawabannya sendiri. Jadi pertanyaannya
atau masalahnya disajikan dalam pertanyaan yang terbuka.
Agar efektif teknik angket/kuesioner hendaknya:
a. Dilaksanakan dengan tujuan dan program yang jelas.
b. Isinya tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan.
c. Bahasanya sesuai dengan kemampuan dan kebiasaan peserta didik.
d. Penarikan kesimpulan harus hati-hati, bila perlu dengan pengecekan terlebih dahulu
b. Observasi
Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu
atau terjadinya suatu proses kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situsi buatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar
seperti:tingkah laku siswa pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain-lain.
Teknik ini baik untuk mengevaluasi hasil belajar aspek psikomotor, misalnya dalam praktek
keterampilan, diskusi, bermain, atletik, dan lain-lain. Beberapa sifat kadang-kadang hanya
dapat dievaluasi dengan observasi, seperti: sifat menyendiri, ulet, rajin, agresif, kepemimpinan,
kegotongroyongan.
Ada tiga jenis observasi yaitu observasi langsung, observasi dengan menggunakan alat (tidak
langsung) dan observasi partisipasi. Ketiga jenis observasi itu digunakan sesuai dengan tujuan
dan kebutuhan dari kegiatan observasi tersebut.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengembangkan penilaian dengan
menggunakan teknik observasi adalah sebagai berikut:
1. Tentukan aspek kegiatan yang akan diobservasi. Aspek kegiatan ini mungkin berkaitan
dengan kegiatan siswa secara individu, kegiatan siswa secara kelompok, interaksi guru
dengan siswa, interaksi antara siswa dengan siswa dan lain sebagainya.
2. Menentukan pedoman observasi yang akan digunakan. Tentukan bentuk pedoman
observasi yang akan digunakan, apakah bentuk bebas (tidak perlu ada jawaban, tetapi
mencatat apa yang nampak) atau pedoman yang berstruktur (memakai alternatif jawaban).
Bila dipakai bentuk yang berstruktur, tetapkan pilihan jawaban serta indikator-indikator
setiap jawaban sebagai pedoman dalam pelaksanaanya nanti.
3. Melaksanakan observasi, yaitu mencatat tingkah laku yang terjadi pada saat kegiatan
berlangsung. Cara dan teknik pencatatannya sesuai dengan format atau bentuk pedoman
observasi yang digunakan.
4. Mengolah hasil observasi.
FORMAT
VISUALISASI SOSIOMETRI KE DALAM SOSIOGRAM
25
25
x
125
50
+
175
Dari contoh hasil kerja di atas, apa yang dapat diambil atau dianalisa oleh guru matematika ?
Apakah anak tidak dapat mengalikan? Konsep apa yang mesti diajarkan kembali oleh guru
matematika tersebut kepada anak ?
Hal di atas adalah kegiatan evaluasi yang sesungguhnya (true evaluation) yang harus dilakukan
oleh setiap guru. Selama ini hal itu tidak atau jarang ditemukan dan dilakukan oleh guru.
f. Catatan Kejadian
Ialah catatan kejadian/peristiwa tentang peserta didik, yang dianggap sangat pent-ing bagi
peserta didik bersangkutan maupun bagi sekolah. Sebenarnya catatan ini merupakan hasil
observasi yang dilakukan tanpa rencana. Biasanya terhadap hal-hal yang sangat menonjol.
Misalnya seorang peserta didik dilaporkan mengantuk oleh beberapa guru dalam beberapa
pelajaran. Laporan ini memungkinkan wali-kelas atau petugas BK memanggil peserta didik
yang bersangkutan untuk mengetahui sebab-sebab dan membantu mengatasi masalah yang
sedang dihadapi peserta didik.
Prestasi luar biasa selain dalam bidang akademik, misalnya dalam bidang kemanusiaan antara
lain: berhasil mencegah terjadinya kebakaran di suatu tempat, menjadi donor darah yang ke-
25, atau berhasil mencegah terjadinya tawuran, merupakan tindakan positif yang patut dipuji.
Tindakan-tindakan yang sangat positif dari beberapa peserta didik seharusnya dicatat sebagai
bahan pertimbangan dalam pemberian beasiswa, penentuan siswa/mahasiswa teladan, atau
yang sejenis.
Penilaian portofolio mengharuskan semua perilaku siswa yang menonjol dicatat dan
didokumentasikan, serta dianalisis bersama data-data siswa lainnya.
g. Daftar Cek
Daftar cek lebih menunjukkan sebagai alat dari pada sebagai teknik evaluasi. Dapat digunakan
dalam observasi, wawancara, maupun dalam angket. Daftar cek adalah daftar aktivitas, sifat-
sifat, masalah, jenis kesukaan, dan lain-lain. Di depan setiap butir disediakan kolom cek (....)
yang diisi oleh peserta didik bersangkutan, atau oleh guru, tergantung pada tujuannya.
Contoh daftar cek tentang pilihan kegiatan olah raga :
(....) Sepakbola
(....) Bola voli
(....) Tenis meja
(....) Bulutangkis
(....) Lari 100 m
(....) Lari 1000 m
(....) Berenang
(....) dan seterusnya
Hal yang akan lebih dijelaskan dalam hal ini adalah berkenaan dengan skala.
Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat atau perhatian, yang disusun dalam
bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden yang hasilnya dalam bentuk rentangan nilai
sesuai dengan kriteria yang digunakan.
Ada dua jenis sekala yang sering digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar siswa,
yaitu sekala sikap dan sekala penilaian.
Sekala sikap,
Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan seseorang untuk berprilaku. Sikap juga dapat
diartikan reaksi seseorang terhadap stimulus yang datang pada dirinya. Skala sikap digunakan
untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa katagori sikap,
yakni mendukung, menolak atau netral.
Ada tiga komponen sikap yakni kognisi (berkenaan dengan pengetahuan tentang objek),
afeksi (berkaitan dengan perasaan terhadap objek), dan konasi (berkaitan dengan
kecenderungan berprilaku terhadap objek itu).
Ada beberapa bentuk skala yang biasa digunakan untuk menilai derajat sifat nilai sikap
seseorang terhadap suatu objek , antara lain :
Menggunakan bilangan , untuk menunjukan tingkat-tingkat dari sifat (objek) yang
dinilai. Misalnya, 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
Menggunakan frekuensi terjadinya/timbulnya sikap itu. Misalnya; selalu, seringkali,
kadang-kadang, pernah, dan tidak pernah.
Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif. Misalnya; bagus sekali, baik, sedang,
dan kurang. Atau istilah-istilah; sangat setuju, stuju, tidak punya pendapat, tidak stuju,
dan sangat tidak setuju.
Menggunakan istilah-istilah yang menunjukan status/ kedudukan. Misalnya; paling
rendah, di bawah rata-rata, di atas rata-rata, dan paling tinggi.
Menggunakan kode bilangan atau huruf. Misalnya; selalu diberi kode 5, kadang-
kadang 4, jarang, 3, jarang sekali 2, dan tidak pernah diberi kode bilangan 1.
Skala penilaian,
Skala penilaian mengukur penampilan atau prilaku siswa melalui pernyataan prilaku pada
sutu titik kontinum atau suatu katagori yang bermakna nilai. Titik atau kategori itu diberi
rentangan nilai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Rentangan ini bisa berupa hurup
abjad (A, B, C, D) atau angka (1,2,3 4). Hal yang harus diperhatikan adalah kriteria
sekala nilai, yakni penjelasan oprasional untuk setiap alternatif jawaban.
Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur suatu proses, misalnya proses belajar
pada siswa, atau hasil belajar yang berbentuk prilaku (performance), seperti hubungan
sosial diantara siswa atau cara-cara memecahkan masalah.
Beberapa teknik non-tes dapat dipergunakan oleh para guru agar dapat melakukan
evaluasi lebih obyektif dan adil. Guru perlu memiliki keterampilan menggunakan teknik-
non-tes, di samping kemampuan dalam teknik tes.
Pengetahuan tentang teknik non-tes dalam evaluasi memungkinkan guru memiliki
wawasan yang lebih luas, sehingga hasil belajar tidak hanya diketahui lewat tes/ulangan
saja. Dan yang dievaluasi tidak hanya penguasaan bahan pelajaran saja. Sebagian guru
tentu sudah melakukan evaluasi non-tes, diharapkan lebih banyak guru yang menggunakan
teknik ini secara terarah dan efektif. Bagi yang belum melakukan, sebaiknya mau mencoba
dan melihat manfaatnya.
2. Tes dan nontes diperlukan sebagai alat pengumpul data untuk pengambilan keputusan dalam
semua kegiatan evaluasi. Angket lebih tepat digunakan untuk keperluan ....
A. tes dan nontes C. nontes
B. tes D. seleksi
3. Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung secara verbal disebut
....
A. wawancara C. sosiometri
B. observasi D. angket
4. Untuk mengukur atau menilai hasil dan proses belajar seperti tingkah laku siswa pada waktu
belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain-lain disebut ....
A. angket C. observasi
B. anekdot D. wawancara
5. Untuk mempelajari individu secara intensif yang dipandang memiliki masalah atau kasus, lebih
tepat digunakan ....
A. studi kasus C. anekdot
B. sosiometri D. wawancara
6. Salah satu dokumen asli yang dibuat oleh testi (peserta didik) disebut ....
A. observasi C. wawancara
B. hasil karya D. anekdot
7. Catatan merupakan hasil observasi yang dilakukan tanpa rencana tentang peserta didik disebut
....
A. hasil karya C. observasi
B. catatan kejadian D. wawancara
8. Biasanya aspek hasil belajar yang diungkap dengan cara nontes berkenaan dengan ....
A. ranah kognitif dan efektif C. ranah afektif dan psikomotor
B. ranah kognitif dan psikomotor D. ranah competence dan skill
9. Mengungkap aspek psikologis contohnya kepribadian lebih tepat dengan alat ....
A. tes
B. non tes
C. formatif
D. sumatif
10. Alat untuk mengukur nilai, sikap, minat yang disusun dalam bentuk pernyataan yang dinilai oleh
responden, hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang digunakan disebut
....
A. skala C. tes kepribadian
B. skala sikap D. tes minat
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar 2
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, Bagus ! Akan tetapi apa bila tingkat penguasaan anda masih dibawah 80% ,
anda harus mengulang kegiatan belajar 2, terutama bagian-bagian yang belum anda kuasai.
PRAKTEK PENYUSUNAN
ALAT PENILAIAN TES DAN NON-TES
T ujuan kegiatan pada bagian ini adalah anda diharapkan terampil membuat instrumen baik
tes maupun non tes.
Lakukan semua kegiatan berikut ini. Apabila sudah selesai anda serahkan pada tutor anda
untuk mendapat penilaian. Bila mendapat kesulitan diskusikan dengan teman-teman anda.
Suatu tes atau alat ukur akan memiliki kualitas baik apabila dikembangkan melalui prosedur
tententu. Soal buatan guru pun dapat menjadi soal standar bila dikembangkan melalui langkah-
langkah pembakuan tes. Untuk itu cobalah ikuti kegiatan berikut.
Proyek 1
1. Pilihlah salah satu mata pelajaran yang anda kuasai dan anda senangi untuk tingkat kelas tertentu.
2. Rencanakanlah sebuah ulangan (tes sumatif)
3. Telaahlah silabus dan buku sumber untuk semester tententu
4. Buatlah kisi-kisi penulisan soal untuk pelaksanaan tes tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut
a. Jumlah soal 30 soal. Terdiri dari 25 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian terbatas
b. Pilihan ganda minimal 3 pilihan jawaban
5. Buatlah soal-soal sesuai dengan kisi-kisi tersebut. Perhatikan aturan penulisan soal yang telah
dikemukakan pada uraian materi!
Proyek 2
Anda sebagai seorang guru mendapat tugas dari kepala sekolah untuk mengkoordinasikan dan
menyelenggarakan ujian praktek kelas VI. Buatlah beberapa pedoman observasi atau pedoman
praktek untuk.
1. Pelajaran olah raga
2. Pelajaran Keterampilan
Tentukan:
1. Aspek-aspek yang akan anda nilai!
2. Cara penilaian terhadap masing-masing aspek
3. Cara memberi skor terhadap aspek-aspek itu
CONTOH-CONTOH
FORMAT NUMERICAL SCALE
Petunjuk : Nyatakanlah tingkatan dari prnyataan berikut ini dengan memberikan tanda cek
(V) di bawah angka-angka yang ada di depan pernyataan Angka tersebut mengandung makna;
1. = tidak memuaskan
2. = dibawah rata-rata
3. = rata-rata
4. = di atas rata-rata
5. = sempurna
SLTP : ..
Kelas : ..
Nama Siswa : ..
Tanggal : ..
Waktu : ..
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat ketaatan siswa
Daftar Cek
SLTP :
Kelas :
Nama Siswa :
Tanggal :
Waktu :
Tujuan :
Lembaran ini diisi oleh guru atau pengamat waktu istirahat ataupun setelah diskusi Berakhir.
Lembaran ini mencatat keefektifan setiap peserta diskusi dalam 4 kriteria. Tulislah angka-angka
yang tepat di belakang pernyataan-pernyataan di bawah ini. Arti angka-angka :
5 = baik sekali
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = kurang sekali
LATIHAN
RANGKUMAN
Dalam penyusunan alat penilaian tes dan nontes pertama kali harus menyusun kisi-kisi. Tidak menutup
kemungkinan tes buatan guru kalau terus dikembangkan sesuai dengan rambu-rambu (prosedur)
tertentu bisa menjadi soal standar (baku). Penyusun alat penilai tes dan nontes harus dilakukan oleh
para calon guru melalui praktek, karena merupakan suatu keterampilan yang memerlukan latihan
yang terbimbing.
2. Orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para peserta didik disebut...
A. tes C. testel
B. testing D. tester
3. Sebuah tes yang baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes adalah sebagai
berikut, kecuali...
A. validitas C. rasionalitas
B. reliabilitas D. objektivitas
5. Adanya Taifun di Kepulauan Filipina selalu diikuti oleh curah hujan cukup besar di Pulau Jawa.
SEBAB
Angin pasat tenggara tertarik ke utara khatulistiwa melalui Pulau Jawa yang memiliki banyak
hujan.
Soal tersebut termasuk ke dalam...
A. soal ingatan C. soal aplikasi
B. soal pemahaman D. soal analisis
6. Sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembabaran atau uraian
kata-kata disebut...
A. tes objektif C. tes formatif
B. tes subjektif D. tes sumatif
7. Kata-kata yang digunakan dalam soal atau kemampuan yang dituntut antara lain: menunjukkan
dan menggunakan.
Pernyataan tersebut bisa mengungkap dalam bentuk...
A. aplikasi C. ingatan
B. pemahaman D. sintesis
8. Kata-kata yang digunakan dalam pertanyaan seperti menyebutkan dan mendefinisikan. Soal
tersebut bisa mengungkap dalam bentuk...
A. sintesis C. evaluasi
B. ingatan D. analisis
10. Dalam menulis atau merumuskan soal, hal pertama yang harus diperhatikan oleh guru adalah...
A. jumlah soal C. kunci jawaban
B. jenis soal D. indikator/kompetensi
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar 3
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
Bila tingkat penguasaan anda telah mencapai 80 % atau lebih, anda dapat meneruskan dengan
Bahan Belajar Mandiri selanjutnya. Bagus! Tetapi nilai tingkat penguasaan anda masih di bawah
80%, anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang anda belum kuasai.
T
es adalah kegiatan atau proses sistematis mengukur kemam-puan/kondisi seseorang.
Kegiatan tes (testing) selalu menggunakan alat yang juga disebut tes (test). Dalam
tulisan ini pengertian tes lebih mengacu kepada alat bukan pada kegiatan.
Oleh sebab itu tes diar-tikan: sejumlah pertanyaan yang oleh subyek dijawab benar atau
salah, atau sejumlah tugas yang oleh subyek dilaksanaan dengan berhasil atau gagal, sehingga
kemampuan subyek dapat dinyatakan dengan skor atau dinilai berdasarkan acuan tertentu.
Ada dua macam tes, tes hasil belajar dan psikotes. THB (tes hasil belajar) digunakan
untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan / keterampilan yang telah dipelajari di
waktu yang lalu. Psikotes (tes psikologis) digunakan untuk mengetahui potensi individu yang
dapat dikembangkan/diwujudkan pada masa yang akan datang. Khusus pada THB, ada dua
bentuk soal yakni: (1) tes bentuk uraian atau tes dengan jawaban yang disusun oleh siswa sendiri,
dan (2) tes bentuk pilihan ganda atau tes yang jawabannya telah disediakan (dulu disebut tes
obyektif).
Analisis tes adalah salah satu kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan
mutu suatu tes, baik mutu keseluruhan tes maupun mutu tiap butir soal/tugas yang menjadi
bagian dari tes itu.
Tes sebagai alat seleksi maupun evaluasi diharapkan menghasilkan nilai atau skor yang
obyektif dan akurat. Bila tes yang digunakan guru kurang baik, maka nilai yang diperoleh
siswa tidak obyektif dan berarti siswa diperlakukan tidak adil. Oleh sebab itu perlu
diusahakan agar tes yang diberikan kepada siswa sedapat mungkin cukup baik dan bermutu
dilihat dari berbagai segi.
Tes hendaknya disusun sesuai dengan prosedur dan prinsip penyusunan tes. Setelah
digunakan, perlu diketahui apakah tes itu cukup obyektif dan efektif, atau tergolong buruk.
A nalisis tes adalah salah satu kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan
mutu suatu tes, baik mutu keseluruhan tes maupun mutu tiap butir soal/tugas yang
menjadi bagian dari tes itu.
Tes sebagai alat seleksi maupun evaluasi diharapkan menghasilkan nilai atau skor yang
obyektif dan akurat. Bila tes yang digunakan guru kurang baik, maka nilai yang diperoleh
siswa tidak obyektif dan berarti siswa diperlakukan tidak adil. Oleh sebab itu perlu
diusahakan agar tes yang diberikan kepada siswa sedapat mungkin cukup baik dan bermutu
dilihat dari berbagai segi.
Tes hendaknya disusun sesuai dengan prosedur dan prinsip penyusunan tes. Setelah
digunakan, perlu diketahui apakah tes itu cukup obyektif dan efektif, atau tergolong buruk.
A. Konsep Validitas
Validitas menunjukkan tingkat ketepatan suatu alat (tes) atau tingkat keabsahan. dalam
mengukur aspek yang hendak diukur, atau dalam mengungkap data yang hendak diungkap. Setiap
alat ukur harus hanya mengukur satu dimensi atau aspek saja.
Tes matematika kelas dua SMP, hendaknya benar-benar mengukur hasil belajar
matematika siswa SMP kelas dua; bukan siswa SMP kelas tiga atau siswa SD kelas enam.
Dan bukan mengukur hasil belajar dalam bidang studi lainnya. Tes yang disusun untuk
mengukur hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas tertentu, hendaknya tidak
menyimpang sehingga mengukur hasil belajar matematika, IPS, atau Bahasa Indonesia pada
tingkat/kelas lain.
Suatu tes hasil belajar dikatakan valid kalau hanya mengungkap hasil belajar tertentu saja.
Mistar hanya mengukur panjang atau jarak, timbangan hanya mengkur berat, tes matematika soal-
soalnya harus hanya mengukur pengetahuan matematika saja, dan sebagainya. Tidak mustahil, dalam
soal matematika terdapat unsur bahasa atau bentuk soal yang belum dikenal oleh siswa, sehingga
berhasil tidaknya siswa menjawab soal tersebut tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan di
bidang matematika, malainkan ditentukan pulan oleh kemampuan memahami bahasa, bentuk soal,
dsb. Tes seperti ini kurang valid. Suatu tes yang hanya mengukur satu dimansi, biasanya soal yang
satu dengan soal yang lain memiliki keterkaitan yang erat. Karena itu disyaratkan bahwa setiap
aspek/subtes/soal harus berkorelasi tinggi dengan satu sama lain sehingga dapat dijadikan bukti
bahwa semua aspek tersebut memang merupakan bagian dari aspek yang lebih luas. Jika tidak,
konsekwensinya skor-skor untuk masing-masing soal jangan dijumlahkan begitu saja sebagai skor
total.
Berdasarkan konsep di atas, maka validitas itu akan selalu terkait dengan pertanyaan: valid
dalam hal apa dan untuk siapa? Tes yang valid untuk mengukur bakat, tidak akan valid jika digunakan
untuk mengukur minat. Demikian juga tes yang valid untuk siswa SMU kelas III, tidak valid untuk
siswa sekolah dasar.
Dengan demikian, menguji validitas suatu tes berarti kita membandingkan tes yang kita buat
dengan suatu kriteria tertentu. Berdasarkan cara/prosedur pengujiannya kita akan mengenal validitas
rasional dan validitas empirik. Berdasarkan standar yang digunakan, kita akan mengenal validitas
permukaan (face validity), validitas isi (content validity), dan validitas kriteria (criterion validity)
yang terdiri dari construct validity dan predictive validity.
B. Macam-Macam Validitas
1. Validitas permukaan (face validity)
Tingkat validitas permukaan diketahui dengan melakukan Analisis rasional (semata-mata
berdasarkan pertimbangan logis, bukan pada hitungan angka-angka empirik). Berbagai
aspek berikut ini perlu dianalis/diperiksa kualitasnya.
a. Apakah bahasa dan susunan kalimat (redaksi) tiap butir soal cukup jelas dan
sesuai dengan kemampuan siswa ?
b. Apakah isi jawaban yang diminta tidak membingungkan ?
c. Apakah cara menjawab sudah dipahami siswa ?
d. Jangan sampai siswa tahu isi jawabannya tetapi tidak tahu bagaimana cara
menjawab soal bersangkutan.
e. Apakah tes itu telah disusun berdasar kaidah/prinsip penulisan butir soal?
Tes yang tidak mengikuti kaidah penulisan butir soal akan tampak semrawut sehingga
membingungkan siswa.
Setiap tes paling sedikit harus diperiksa melalui analisis validitas permukaan. Walaupun
analisis ini tergolong paling lemah, namun lebih baik daripada tidak ada analisis sama
sekali. Tentu saja akan lebih baik bila suatu tes dianalisis lebih lanjut.
Tingkat kesesuaian seluruh butir soal (dalam satu tes) dengan kisi-kisi
atau dengan bahan yang akan diteskan menunjukkan tingkat validitas isi.
b. Apakah terdapat butir soal yang menyimpang, atau menuntut jawaban di luar bahan
pelajaran bersangkutan ?
Penyimpangan yang tidak kentara perlu dihilangkan. Semakin banyak soal yang
menyimpang, semakin rendah tingkat validitas isi.
Analisis tes merupakan salah satu kegiatan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
mutu suatu tes, baik keseluruhan tes maupun mutu tiga butir soal/tugas yang menjadi
bagian dari tes itu.
Tes yang baik tentunya merupakan hasil dari analisis yang dilakukan oleh guru dan dapt
digunakan berulang-ulang dengan sedikit perubahan. Sebaiknya tes yang buruk
hendaknya dibuang (dibatalkan).
Validitas menunjukkan tingkat ketepatan suatu alat (tes) dalam mengukur aspek yang
hendak diukur. Validitas terdiri atas:
1. Validitas permukaan
2. Validitas isi
3. Validitas kriteria
4. Validitas ramalan
2. Soal ulangan yang disusun dengan mengacu kepada indikator dan kompetensi dasar yang telah
diajarkan, diprediksikan sudah memenuhi syarat validitas ...
A. isi C. prediktif/prediksi
B. konstruk D. bangun
3. Suatu tes hasil belajar diakatakan represntatif apabila keseluruhan pertanyaan tes tersebut ...
A. mengukur atau mengungkap aspek pengetahuan
B. menggambarkan seluruh materi yang diajarkan
C. dapat diandalkan untuk mengukur tingkah laku
D. memiliki daya prediktif yang tinggi
4. Walaupun Si Kardun telah beberapa kali mengerjakan tes intelegensi buatan Pak Karya, namun
skor yang diperolehnya tetap saja seperti itu 9 tidak berubah.
Tes yang demikian itu dalam pengukuran dikatakan memiliki ...
A. daya pembeda yang tinggi C. tingkat reliabilitas yang tinggi
B. tingkat kesukaran yang tinggi D. tingkat validitas yang tinggi
5. Salah satu kegiatan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu suatu tes, baik mutu keseluruhan
tes maupun mutu tiap butir soal disebut ...
A. analisis tes C. analisis tingkat kesukaran
B. analisis daya pembeda D. analisis item
6. Analisis validitas yang tergolong paling lemah, namun lebih baik daripada tidak ada analisis sama
sekali dapat dilakukan melalui ...
A. validitas isi C. validitas kriteria
B. validitas permukaan D. validitas ramalan
7. Tingkat kesesuaian seluruh baik soal dengan kisi-kisi atau dengan bahan yang akan diteskan
menunjukkan ...
A. tingkat validitas isi C. tingkat validitas ramalan
B. tingkat validitas permukaan D. tingkat validitas kriteria
8. Untuk melakukan analisis yang memerlukan adanya kisi-kisi tes yang disusun sebelum soal-soal
ditulis. Pernyataan tersebut diperlukan untuk ...
A. analisis validitas kriteria C. analisis validitas ramalan
B. analisis validitas isi D. analisis validitas permukaan
9. Hasil analisis menunjukkan sejauh mana skor tes bersangkutan dapat digunakan meramal
keberhasilan peserta didik di masa mendatang dalam bidang tertentu disebut ...
A. criterion validity C. content validity
B. predictive validity D. face validity
10. Berikut ini merupakan kaidah-kaidah penulisan soal pilihan ganda, kecuali ...
A. mengacu pada indikator penilaian yang akan diukur
B. semua alternatif jawaban harus homogen
C. soal hanya memiliki satu kunci jawaban
D. rumusan pokok soal mengandung jawaban diminta
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar 1
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar 2, Bagus ! Akan tetapi apa bila tingkat penguasaan anda masih dibawah 80% , anda harus
mengulang kegiatan belajar 1, terutama bagian-bagian yang belum anda kuasai.
S uatu alat instrumen dapat dinyatakan baik jika mampu memberikan data yang tetap.
Ketetapan atau konsistensi inilah yang disebut reliabilitas. Keajegan skor dari suatu alat
ukur (tes) akan menjadi jaminan bagi tes tersebut .
A. Konsep Reliabilitas
Reliabilitas tes menunjukkan tingkat keajegan suatu tes, yaitu sejauhmana tes tersebut dapat
dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten. Kecermatan hasil pengukuran ditentukan
oleh banyaknya informasi yang dihasilkan dan sangat berkaitan dengan satuan ukuran dan jarak
rentang (range) dari skala yang digunakan. Dalam mengukur berat sebuah cincin emas, pengukuran
dengan timbangan yang bersatuan miligram dan berjarak rentang antara 0 - 1000 mg, tentu akan
menghasilkan ukuran yang lebih teliti dari pada menggunakan timbangan dengan satuan kilogram
dengan berjarak rentang 0 100 kg. Begitu pula dengan tes prestasi belajar. Sebuah tes dengan
jumlah soal yang banyak dan seluruh soalnya bertaraf kesukaran sedang (on-target) bagi orang yang
menempuh, tentu akan menghasilkan informasi yang lebih teliti mengenai orang yang diukur, jika
dibandingkan dengan tes yang soalnya sedikit dan tingkat kesukarannya rendah (off-target). Dengan
kata lain soal-soal sebuah tes jangan terlalu di bawah atau di atas kemampuan tingkat pencapaian
belajar siswa, dan tingkat kesukaran butir soalnya harus relatif homogen.
Menurut Guilford dalam setiap pengukuran akan selalu terjadi kekeliruan. Sehingga skor yang
dihasilkan sebenarnya adalah skor yang sesungguhnya ditambah dengan kekeliruan. Kekeliruan tersebut
dapat berupa penambahan atau pun dapat berupa pengurangan. Semakin kecil kekeliruan, maka
semakin reliabelah pengukuran itu. Misalnya hasil pengukuran tinggi badan. Siswa A setelah diukur
tingginya 160 cm (observer score). Angka 160 tersebut mungkin yang sesungguhnya (true score)
adalah 158 cm. Terdapat kekeliruan (eror score) +2 cm dalam pengukuran tersebut. Siswa B tinggi
badannya 157 cm (observer score), padahal yang sesungguhnya (true score) misalnya adalah 159
cm. Terdapat kekeliruan (eror) -2 cm.
Semakin kecil kekeliruan tersebut, maka semakin relibelah alat ukur itu.
Menurut Balitbangdikbud (1998), mengenai keajegan (consistency) dari skor suatu tes, dapat
dibedakan menjadi keajegan internal dan keajegan eksternal. Keajegan internal ialah sejauhmana
butir-butir soal sebuah tes itu homogen baik dari segi tingkat kesukaran maupun dari segi bentuk
soal/prosedur menjawabnya. Jadi tingkat kesukaran soal harus sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa.Tingkat keterhandalan skor tes dalam arti (1) homogenitas butir soal dan (2) kehandalan butir-
butir soal dalam mengungkap perbedaan kemampuan yang terdapat di kalangan siswa, dapat diukur
dengan sebuah indeks yang disebut indeks alfa dari Cronbach yang telah disederhanakan oleh Kuder
dan Richardson.
Keajegan eksternal adalah sejauhmana skor yang dihasilkan dari tes tersebut kepada sekelompok
orang akan tetap sama sepanjang orang tersebut belum berubah. Hal ini dapat diuji dengan indkes
korelasi dari tes re-test atau dengan paralel form (disederhanakan dengan splithalp menthod).
Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan
skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi
dan waktu yang berbeda-beda.
Sebaliknya, tes yang tidak reliabel seperti karet untuk mengukur panjang, hasil pengukuran
dengan karet dapat berubah-ubah (tidak konsisten).
B. Cara mengetahui reliabilitas tes
Ada tiga cara mengetahui reliabilitas tes. Pada prinsipnya dipero-leh dengan menghitung
koefisien korelasi antara dua kelompok skor tes. Tiga cara itu sebagai berikut.
1. Test-retest method (metoda tes ulang).
Satu tes (yakni tes yang akan dihitung reliabilitasnya), dites-kan terhadap kelompok siswa
tertentu dua kali dengan jangka waktu tertentu (misalnya satu semester atau satu catur
wulan).
Skor hasil pengetesan pertama dikorelasikan dengan skor hasil pengetesan kedua. Koefisien
korelasi yang diperoleh menunjuk-kan koefisien reliabilitas tes tersebut.
2. Paralel test method (metoda tes paralel)
Cara ini mengharuskan adanya dua tes yang paralel, yakni dua tes yang disusun dengan
tujuan yang sama (hanya sedikit perbedaan redaksi, isi atau susunan kalimatnya). Dua tes
tersebut diadministrasikan pada satu kelompok siswa dengan perbedaan waktu beberapa
hari saja. Skor dari kedua macam tes tersebut dikorelasikan dengan teknik yang sama
seperti pada metode test- retest. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan tingkat
reliabilitas tes.
3. Split-half method (metode belah dua)
Cara ini paling mudah dan seyogyanya diterapkan oleh para guru pada semua tes yang
diberikan kepada siswanya. Tidak perlu mengulangi pelaksanaan tes atau menyusun tes
yang para-lel. Cukup satu tes dan diadministrasikan satu kali kepada seke-lompok siswa
(minimal 30 siswa).
Pada saat penyekoran, tes dibelah menjadi dua sehingga tiap siswa memperoleh dua
macam skor, yakni skor yang diperoleh dari soal-soal bernomor ganjil dan skor dari soal-
soal bernomor genap. Skor total diperoleh dengan menjumlah skor ganjil dan genap.
Selanjutnya skor-ganjil dikorelasikan dengan skor-genap, hasilnya adalah koefisien korelasi
rgg, atau koefisien korelasi ganjil-genap.
Karena tes dibelah jadi dua, maka koefisien korelasi ganjil-genap tersebut dikoreksi
sehingga menjadi koefisien reliabilitas. Rumusnya sebagai berikut:
2 x rgg
rtt =
1 + rgg
Keterangan:
rtt = koefisien reliabilitas tes
rgg = koefisien korelasi ganjil-genap (separoh tes tes dengan separoh lainnya)
CONTOH
PERHITUNGAN RELIABILITAS (METODA BELAH DUA)
Nama Skor Skor
Siswa Ganjil Genap
X Y X2 Y2 X.Y
2 x 0,88 1,72
Koef. reliabilitas (rtt) = = = 0,94
1 + 0,88 1,88
SEM = SD 1 - rtt
Misal tes A memiliki SD = 8,0 rtt = 0,80, skor maksimum = 50 dan rata-rata = 38, maka standar
erornya adalah
SEM = 8,0 1 0,8
= 8 x 0,45
= 3,6
Dengan SEM tersebut kita bisa memperkirakan skor seseorang jika menggunakan tes itu
lagi. Jika menggunanakan data di atas berarti skor seseorang jika naik diperkirakan akan bertambah
3,6 dan jika turun akan berkurang 3,6. Misal siswa Usro dapat skor 40, maka jika dia di tes dengan
tes itu lagi skor dia akan berkisar antara 36,4 sampai 43,6.
Contoh lain tes B memiliki SD = 8,0; rtt = 0,30, skor maksimum = 50 dan rata-rata = 38, maka
standar erornya adalah
SEM = 8,0 1 0,3
= 8 x 0,84
= 6,72
Bila tes C dengan SD = 8,0; rtt = 1,0 skor maksimum = 50 dan rata-rata = 38, maka
standar erornya adalah
SEM = 8,0 1 1
= 8 x0
= 0
Dari tiga contoh perhitungan di atas, dengan standar deviasi (SD) yang sama tetapi fluktuasi
skor berbeda, karena angka reliabilitas yang berbeda. Semakin kecil angka reliabilitas ternyata
penyimpangan senakin besar. Sebaliknya, semakin besar angka (indeks) reliabilitas maka semakin
kecil lah fluktuasi skor itu.
Dalam setiap pengukuran akan selalu ditemukan kesalahan atau kekeliruan, sehingga
hasil yang dicapai seseorang nerupakan penjumlahan dari skor yang sesungguhnya dengan
kesalahan tersebut. Kesalahan dalam pengukuran dapat menambah atau mengurangi skor
yang diperoleh.
Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan skor secara ajeg,
relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda.
Ada tiga model dalam pengujian reliabilitas tes, Test-retest method (metoda tes ulang),
Paralel test method (metoda tes paralel), dan Split-half method (metode belah
dua).
Semakin besar indeks reliabilitas akan semakin kecil angka fluktuasi skor.
2. Kekeliruan atau kesalahan yang terjadi dalam suatu pengukuran akan menyebabkan ....
A. pengurangan pada skor yang diperoleh C. penambahan atau pengurangan skor
B. penambahan pada skor yang diperoleh D. kegagalan dalam menjawab soal
6. Pa Ali pada bulan Januari 2006 memberikan suatu tes kepada murid kelas 6 A, kemudian pada
bulan Juli tes tersebut dia berikan lagi kepada murid-murid tersebut. Dilihat dari prosedur pengujian
reliabilitas pa Ali melakukan ..
A. split half method C. time series
B. paralel form D. test re-test
7. Pa Ahman dan Pa Jajat mengembangkan tes dari sebuah kisi-kisi. Kemudian mereka secara
bersama-sama pada hari yang sama mencobakan tes tersebut kepada siswa kelas 5. Dilihat dari
teknik pengujian reliabilitas, mereka sedang melakukan ...
A. split half method C. time series
B. paralel form D. test re-test
8. Sebuah tes yang dianalisis dengan cara membagi dua tes tersebut menjadi dua bagian (ganjil dan
genap), disebut metoda ...
A. split half method C. time series
B. paralel form D. test re-test
10. Dengan menguji SEM atau SGP kita seorang guru dapat ...
A. meningkatkan reliabilitas tes
B. memperkirakan reliabilitas tes di masa yang akan datang
C. memperkirakan berapa skor seseorang bila tes itu diulang
D. meningkatkan konsistensi skor secara nyata dalam tingkah laku siswa
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar 2
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar 3, Bagus ! Akan tetapi apa bila tingkat penguasaan anda masih dibawah 80% , anda harus
mengulang kegiatan belajar 2, terutama bagian-bagian yang belum anda kuasai.
D alam kegiatan belajar 3 ini anda akan diminta untuk melakukan sendiri menguji tingkat
kebaikan suatu tes, terutama validitas dan reliabilitas. Agar anda mendapat pemahaman
yang mendalam lakukan sendiri.
Yang harus kita pahami dalam analisis validitas dan reliabilitas adalah bahwa yang kita analisis
tersebut perangkat soal (tes secara keseluruhan, bukan soal persoal). Ada dua cara untuk melakukan
analisis validitas. Ada analisis rasional dan analisis empiris. Analisis rasional dilakukan dengan cara
judgemen, sedangkan analisis empiris adalah analisis dengan menggunakan data hasil uji coba atau
data empiris hasil di lapangan. Untuk reliabilitas hanya dapat dilakukan secara empiris dengan teknik
perhitungan korelasi.
Jenis validitas rasional yang dapat diuji adalah validitas tampilan (face validity) dan validitas isi (content
validity).
Intinya dalam pengujian validitas adalah membandingkan antara soal-soal yang kita buat dengan
kriteria tertentu. Untuk melakukan analisis validitas wajah atau validitas tampilan hal yang dapat
dijadikan kriteria adalah aturan penulisan soal. Indeks validitas yang didapat adalah prosentasi. Berapa
persen soal-soal yang kita buat sesuai dengan kriteria atau aturan penulisan soal. Semakin besar
prosentase yang kita dapatkan maka semakin validlah tes itu. Untuk analisis ini gunakan format
analisis soal yang ada di halaman berikut.
Misalnya suatu tes yang terdiri 40 soal. Setelah kita analisa dengan cara membandingkan soal
dengan kriteria penulisan soal, terdapat 10 soal yang tidak sesuai dengan kriteria. Maka validitas
tampilan tes tersebut adalah (30 : 40) x 100% = 75%. Ini artinya hanya 75% saja soal yang secara
tampilan valid.
Untuk validitas isi kriteria yang dapat digunakan adalah Silabus atau GBPP atau kisi-kisi penulisan
soal. Kriterianya adalah apakah soal sesuai dengan isi silabus? Atau apakah soal sesuai dengan kisi-
kisi?
Catatan: Format yang lengkap lihat pada modul 7 bagian penulisan soal
Misalnya terdapat rumusan soal pilihan ganda sebagai berikut:
1. Presiden Republik Indonesia adalah ....
a. Suharto
b. Megawati S Putri
c. BJ. Habibi
d. Susilo B. Yudoyono
Jika menggunakan kartu telaah di atas, sol ini melanggar aturan nomor 4 yang berbunyi, pokok soal
dirumuskan secara jelas dan tegas. Kenyataannya pokok soal di atas tidak jelas dan tidak tegas,
presiden yang keberapa? Sehingga pada nomor soal 1 pada aturan nomor 4 diberi tanda cek (V)
Semakin banyak soal yang keluar dari silabus atau GBPP atau kisi-kisi, perangkat tes tersebut dapat
dinyatakan tidak valid. Sebagai konsekwensinya soal atau tes tersebut tidak dapat digunakan untuk
mengambil keputusan. Mungkin soal-soal itu secara tampilan (face validity) baik, diatas 90%; tetapi
bila tidak sesuai dengan hal yang ingin diukur sesuai silabus atau kisi-kisi, maka perangkat soal
tersebut tidak dapat digunakan, dan dinyatakan tidak valid.
Untuk validitas prediktif, kriterianya adalah perilaku yang akan datang atau perilaku akhir setelah
beberapa waktu orang tersebut mengikuti suatu program. Teknik pengujiannya dilakukan dengan
menghitung indeks korelasi antara dua tes yang divalidasikan tersebut.
Misalnya pada akhir-akhir ini seleksi untuk masuk SMP digunakan hasil ujian nasional.
Pertanyaannya apakah nilai hasil ujian nasional tersebut bisa meramalkan kesuksesan atau keberhasilan
siswa di SMP. Secara rasional siswa yang mendapat nilai besar pada Unas, bila dia lulus dari SMP
juga nilainya harus lebih besar dibandingkan dengan siswa skor Unas nya kecil saat masuk. Bila
tidak ada korelasi atau korelasinya kecil, nilai Unas tersebut dikatakan daya prediksinya (validitas
prediktifnya) kecil. Sehingga pada tahun-tahun berikutnya bisa diambil keputusan untuk masuk SMP
jangan hanya digunakan nilai Unas, karena nilai unas tidak bisa memperkirakan atau tidak menjamin
keberhasilan seseorang di SMP. Gunakan cara seleksi model lain.
Cara menganalisa model ini adalah buat daftar nilai Unas sebagai variabel X, dan buat pula
daftar nilai hasil kelulusan di SMP atau prestasi akhir di SMP sebagai variabel Y. Hitung korelasinya
B. Pengujian Reliabilitas
1. Ambilab seperangkat soal (40 soal) untuk salah satu pelajaran yang anda senangi
2. Berikan/Ujikan soal tersebut pada sekelompok siswa (1klas)
3. Hasil ulangan tersebut skornya buat dalam tabel seperti berikut.
4. Jumlahkan skor jawaban benar pada soal-soal yang ganji sebagai variabel X
5. Jumlahkan pula skor jawaban pada soal-soal genap sebagai variabel Y
6. Hitung korelasinya berapa.
2. Tes dan nontes diperlukan sebagai alat pengumpul data untuk pengambilan keputusan dalam
semua kegiatan evaluasi. Sedangkan angket lebih tepat digunakan untuk keprluan ...
A. tes dan nontes C. nontes
B. tes D. seleksi
3. Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan berkomunikasi langsung secara verbal disebut
...
A. wawancara C. sosiometri
B. observasi D. angket
4. Untuk mengukur atau menilai hasil dan proses belajar seperti tingkah laku siswa pada waktu
belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain-lain disebut ...
A. angket C. observasi
B. anekdot D. wawancara
5. Untuk mempelajari individu secara intensif yang dipandang memiliki masalah atau kasus dilakukan
cara ...
A. studi C. wawancara
B. hasil karya D. anekdot
6. Salah satu dokumen asli yang dibuat oleh testi (peserta didik) disebut ...
A. observasi C. wawancara
B. hasil karya D. anekdot
7. Catatan hasil observasi yang dilakukan tanpa rencana tentang peserta didik disebu ..
A. hasil karya C. observasi
B. catatan kepribadian D. wawancara
8. Biasanya aspek hasil belajar yang diungkap dengan cara nontes berkenaan dengan ..
A. ranah cognitif dan afektif C. ranah afektif dan psikomotor
B. ranah cognitif dan psikomotor D. ranah competence dan skill
9. Mengungkap aspek psikologis contohnya kepribadian lebih tepat dengan alat ...
A. tes C. formatif
B. nontes D. sumatif
10. Alat untuk mengukur nilai, sikap, minat atau perhatian, yang disusun dalam bentuk pernyataan
yang dinilai oleh responden, hasilnya dalam bentuk nilai sesuai dengan kriteria yang digunakan
disebut ...
A. skala C. tes kepribadian
B. skala sikap D. tes minat
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar 3
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
Bila tingkat penguasaan anda telah mencapai 80 % atau lebih, anda dapat meneruskan dengan
Bahan Belajar Mandiri selanjutnya. Bagus! Tetapi nilai tingkat penguasaan anda masih di bawah
80%, anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang anda belum kuasai.
PENILAIAN PORTEFOLIO DI
SEKOLAH DASAR
S
istem pendekatan penilaian kognitif, afektif dan kinerja (performance) dalam pengelolaan
proses belajar mengajar di sekolah, juga dikenal pendekatan penilaian portefolio.
Pendekatan penilaian kognitif hanya semata-mata menilai sejauh mana kemampuan
pengetahuan seseorang yang telah dimiliki. Pendekatan penilaian kinerja atau performance sering
juga di sebut penilaian psikomotorik, artinya suatu pendekatan penilaian yang mengukur kemampuan
motorik seorang siswa dengan melibatkan penyiapan dan penggunaan alat-alat motorik, misalnya :
alat-alat laboratorium, permainan alat musik, olah raga, mengarang, menari, bercerita dsb. Pendekatan
penilaian afektif adalah suatu pendekatan penilaian yang mengukur tentang kemampuan bukan kognitif
dan bukan psikomotorik, tetapi pendekatan penilaian yang berhubungan dengan aspek yang menguur
sikap, perasaaan, minat, kesukaan, emosi, motivasi dari seorang siswa atau sekelompok siswa.
Informasi mengenai aspek afektif siswa banyak digunakan untuk membantu guru di kelas dalam
mengambil keputusan penting bagi siswa guna menunjang kemampuan lain dan menyelesaikan masalah
yang dihadapi siswa.
Pendekatan penilaian portefolia berbeda dengan pendekatan penilaian kognitif dan afektif.
Pendekatan penilaian portefolio adalah suatu penilaian yang mengukur sejauh mana kemampuan
siswa dalam mengkonstruksi suatu tugas atau pekerjaan atau karya dengan mengoleksi atau
mengumpulkan bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan siswa dan hasil kontruksi
tersebut dapat dinilai atau dikomentari oleh guru atau penilai lain dalam periode waktu tertentu.
Pada modul ini akan di bahas mengenai segala sesuatu yang berkenaan dengan pendekatan
penilaian portefolio. Dimulai dengan mengapa di pergunakan penilaian portefolio, apa konsep penilaian
portefolio, apa tujuan penilaian portefolio, apa konsep penilaian portefolio, apa tujuan dan prinsip
penilaian portefolio, apa tujuan dan prinsip penilaian portefolio, komponen-komponen portefolio,
bentuk portefolio, implementasi program penilaian portefolio dan evaluasi dalam penilaian portefolio.
Serta contoh penggunaan penilaian portefolio pada pelajaran membaca dan menulis di sekolah dasar.
Setelah Anda mempelajari mudul ini (BBM 9), diharapkan Anda dapat :
a. Menjelaskan mengapa di pergunakan penilaian portefolio.
b. Menjelaskan dengan kata-kata sendiri konsep penilaian portefolio.
c. Menjelaskan tujuan prinsip-prinsip penilaian portefolio.
d. Menjelaskan komponen-komponen penilaian portefolio.
e. Menjelaskan bentuk-bentuk portefolio.
f. Menjelaskan implementasi program penilaian portefolio.
P enilaian portefolio merupakan salah satu bentuk penilaian yang sedang berkembang di
negara maju sekarang ini. Ketika guru menggunakan penilaian ini di kelas, penilaian port-
folio merupakan salah satu bentuk penilaian yang dapat digunakan untuk melihat sejauh mana koleksi
pekerjaan siswa menggambarkan perubahan dan perkeembangan serta kemajuan proses dan hasil
belajar siswa.
Penilaian dengan bentuk portefolio dapat juga di gunakan untuk mengukur kemampuan intelektual
siswa, kemampuan proses belajar dan kemampuan menginformasikan kekuatan dan kelemahan siswa.
Mengapa dipergunakan penilaian portfolio? selama ini bahwa selalu dilakukan usaha-usaha
untuk membuat penilaian (secara tradisional, meliputi tes objektif dan tes subjektif) harus lebih efektif,
satu kritik terhadap penilaian secara tradisional atau stAndarisasi tes adalah berdasarkan pada
kurikulum yang berlaku dan mengutamakan menghafal fakta, berfikir dan pemecahan masalah, satu
hal lagi sangat memiliki keterbatsan. Dengan kondisi demikian, apa yang dapat dilakukan? satu
solusi adalah mengaplikasikan konsep penilaian autentik (authentic assesment) di kelas. Tes Autentik
adalah merupakan tes yang mengkondisikan siswa untuk mengkondisikan siswa untuk mengaplikasikan
keterampilan dan kemampuan nya dalam kehidupan nyata (real life). Apabila ada tujuan pengajaran
yang mengharuskan siswa dapat memperlihatkan berbagai kemampuan dan keterampilan, misalnya
menulis, bercakap-cakap, mendengar, memecahkan masalah, berfikir kritis dsb., maka akan terjadi
suatu proses penilaian yang memakan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Dengan Tes Autentik,
siswa dapat menjawab tes tadi dengan penampilan (performance), penampilan fisik, penampilan
kretaivitas dan bentuk-bentuk penampilan lainnya.
Tes autentik berkenaan dengan pendekatan yang berdasarkan tujuan pengajaran dalam konteks
penampilan. Pertanyaan tes berkisar pada pertanyaan-pertanyaan faktual yang di mulai dari satu
situasi nyata, dimana fakta di butuhkan siswa sebagai perangkat untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan nyata, misalnya : siswa menggunakan fakta tata bahasa (grammar) untuk menulis surat
sebagai perangkat lunak pada kelas komputer. Dua bentuk tes autentik, yaitu : penilaian portefolio
dan pameran (portfolios and exhibitions). Pada modul ini hanya akan dibahas mengenai penilaian
portefolio dan penggunaannya di sekolah dasar.