Anda di halaman 1dari 6

1.

Model pembelajaran Picture and picture

Menurut Wilantara dkk (2016,) yang mengutip dari Suprihatiningrum


(2014:131) “istilah model mempuyai makna yamg lebih luas dari pada
strategi,metode atau prosedure. Kedua model dapat pula berfungsi sebagai sarana
komunikasiyang penting dalam mengajar di kelas”. (Suprihatiningrum, 2014:143)
Modelpembelajaran memiliki komponen yang mendukung yaitu konsep,
tujuanpembelajaran, materi atau tema, langkah-langkah atau prosedure, metode, alat
atau sumber belajar, dan teknik evaluasi (Mutiah, 2010:120). Pada kegiatan
pembelajaranyang sedang berlangsung dengan menetapkan suatu model pembelajaran
yang sesuaiuntuk mengoptimalkan perkembangan anak memberikan suatu perubahan
dalam diri anak maupun dalam suasana kegiatan pembelajaran. Sehingga model
pembelajaranadalah suatu pola atau rancangan yang lebih luas strategi, metode atau
proseduresebagai sarana komunikasi dalam pembelajaran.
Model pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran
pictureand picture. Menurut Kurniasih, Imas dan Berlin Sani (2015:44) “picture and
pictureadalah model pembelajaran yang kooperatif dan mengutamakan adanya kerja
samadengan menggunakan media gambar yang diurutkan dan dipasangkan menjadi
urutanyang logis.” Selain itu menurut Huda (2013:236) “picture and picture adalah
strategipembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran,
gambar yangdigunakan sebagai media dipasangkan dan dirutkan secara logis”.
Modelpembelajaran ini melibatkan anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
yangmemiliki karakteristik inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Inovatif adalah
setiappembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda, dan selalu
menarikperhatian anak. Sedangkan kreatif adalah setiap pembelajaran harus
menimbulkanminat kepada anak untuk menghasilkan sesuatu atau dapat
menyelesaikan masalahdengan menggunakan cara-cara yang telah dipilih atau
ditentukan. Sehingga dapat disimpulkan pengertian model pembelajaran picture and
picture adalah modelpembelajaran dengan menggunakan media gambar, gambar yang
disajikan dalammedia pembelajaran tersebut disusun secara logis atau berurutan
model pembelajaran picture and picture memiliki karakteristik inovatif dan
menyenangkan (wilantara dkk.2016).
Menurut Wilantara dkk (2016) yang mengutip dari Shoimin (2014:125)
menyebutkan beberapa dari kelebihan model pembelajaran picture and picture yaitu:
memudahkan anak untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru, anak dapat
memahami lebih cepat materi yang disajikan dengan gambar, anak dapat membaca
gambar satu persatu sesuai dengan gambar-gambar yang ada, anak dapat
berkonsentrasi karena anak bermain dengan gambar, Anak dapat lebih kuat dalam
mengingat konsep-konsep yang ada pada gambar, menarik perhatian anak dalam
audio dan visual anak dalam bentuk gambar-gambar. Sehingga dapat disimpulkan
dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dalam kegiatan
pembelajaran anak dapat lebih konsentrasi dalam audio dan visual dan dapat membuat
kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan. Dalam kegiatan pembelajaran selain
menerapkan model pembelajaran juga di terapkan dengan media pembelajaran.
Dikutip dari Fansury (2017, 75) Model Pembelajaran Picture and Picture
adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran Picture and
Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkaatau
diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif,
dan Menyenangkan. Model Pembelajaran Picture and Picture, mengandalkan gambar
sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama
dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah
menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau
dalam bentuk cerita dalam ukuran besar.
a. Menurut Zaenal (dalam Fansury, 2017: 76) model pembelajaran
kooperatif
Picture and Picture adalah model pembelajaran yang ditekankan pada gambar yang
diurutkan menjadi urutan yang logis, mengembangkan interaksi antar siswa yang
saling asah, silih asih, dan silih asu.
Mengutip Fansury (2017, 76) Model pembelajaran picture and picture mempunyai
kelebihan dan kekurangan :
1) Kelebihan Picture and Picture
Menurut Johonson (dalam Trianto, 2009: 12) menyatakan: 1). Guru lebih
mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 2). Melatih berpikir logis dan
sistematis 3). Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang
suatu subjek bahasa dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik
berpikir. 4). Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik. 5).
Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
2) Kekurangan Picture and Picture
Menurut Johonson (dalam Trianto, 2009: 12) menyatakan: 1. Memakai banyak
waktu 2. Banyak siswa yang pasif 3. Guru khawatir akan terjadi kekacauan di
kelas. 4. Banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan
yang 5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai
Untuk mengatasi kekurangan tersebut di atas, pembentukan kelompok
dilakukan secara heterogen agar anak yang kurang aktif berinteraksi dengan
anak yang aktif, begitu juga dengan anak yang kurang pandai dicampur
dengan anak yang pandai.
Sintak picture and picture :
 Penyampaian Kompetensi
Pada tahap ini, gurudiharapkan menyampaikan kompetensi dasar
pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian, siswa dapat mengukur sampai
sejauh mana kompetensi yang harus mreka kuasai. Di samping itu, guru harus
menyampaikan indikator-indikator ketercapaian kompetensi tersebut untuk
mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapainya.

 Presentasi Materi
Pada tahap penyajian materi, guru telah menciptakan momen awal
pembelajaran,. Keberhasilan pembelajaran dapat dimulai dari sini. Pada tahap
inilah, guru harus berhasil memberikan motovasi pada beberapa siswa yang
kemungkinan masih belum siap.
 Penyajian Gambar
Pada tahap ini, guru menyajikan gambar dan mengajak siswa untuk terlibat
aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang
ditujukkan. Dengan gambar, pengajar akan lebih hemat energi, dan siswa juga
akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam pengemmbangan
selanjutnya, guru dapat memodifikaasi gambar atau menggantinya dengan video
atau demonstrasi kegiatan tertentu.
2.Project Based Learning
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang
menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu
maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga
bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000) Tujuan PBL adalah untuk
meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsepkonsep pada permasalahan
baru/nyata, pengintegrasian konsep Higher Order Thinking Skills (HOTS), keinginan
dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri, dan keterampilan (Norman and
Schmidt).Karakteristik yang tercakup dalam PBL menurut Tan (dalam Amir, 2009)
antara lain: (1) masalah digunakan sebagai awal pembelajaran; (2) biasanya masalah
yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang
(illstructured); (3) masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple-
perspective); (4) masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan
pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru; (5) sangat mengutamakan belajar
mandiri; (6) memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu
sumber saja, dan (7) pembelajarannya kolaboratif, komunikatif dan kooperatif.
Karakteristik ini menuntut peserta didik untuk dapat menggunakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi, terutama kemampuan pemecahan masalah. Pada PBL guru
berperan sebagai guide on the side dari pada sage on the stage. Hal ini menegaskan
pentingnya bantuan belajar pada tahap awal pembelajaran. Peserta didik
mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun yang belum berdasarkan informasi
dari buku teks atau sumber informasi lainnya.
Sintak model Problem-based Learning menurut Arends (2012) sebagai berikut:
a. Orientasi peserta didik pada masalah
b. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
c. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learnig (PBL) di kelas rendah
khususnya pada muatan pelajaran Matematika diharapkan akan mencapai tujuan
pembejaran secara maksimal. Dengan menggunakan sintak PBL yang berurutan dan
sesuai akan menggugah minat belajar peserta didik untuk berpikir ke tingkat yang
lebih tinggi dan peserta didik akan lebih aktif dalam kegiatan belajar karena
pembelajaran berpusat pada peserta didik.

Kelebihan model ini menurut Akinoglu & Tandogan antara lain:


a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik;
b. Mengembangkan pengendalian diri peserta didik;
c. Memungkinkan peserta didik mempelajari peristiwa secara multidimensi
dan mendalam
d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah;
e. Mendorong peserta didik mempelajari materi dan konsep baru ketika
memecahkan masalah
f. Mengembangkan kemampuan sosial dan keterampilan berkomunikasi yang
memungkinkan mereka belajar dan bekerja dalam tim;
g. Mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah tingkat tinggi/kritis
h. Mengintegrasikan teori dan praktek yang memungkinkan peserta didik
menggabungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru;
i.Memotivasi pembelajaran
J.Peserta didik memeroleh keterampilan mengelola waktu
k. Pembelajaran membantu cara peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.

Kekurangan model pembelajaran :


1) Menghabiskan Banyak Waktu
Metode ini membuat pengajar harus menyediakan banyak waktu untuk
menyiapkan materi pelajaran dan menilai pembelajaran peserta didik.
Ditambah lagi peserta didik harus mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Ini membuat satu materi pelajaran menghabiskan cukup banyak waktu.

2) Kesulitan Mengikuti Ujian Akhir


Ada kemungkinan peserta didik tidak bisa mengikuti ujian akhir
dengan baik karena terlalu banyak menghabiskan waktu dalam kegiatan
Problem Based Learning. Waktu untuk belajar materi lain menjadi berkurang.
Mereka mungkin tidak punya pengetahuan yang cukup untuk mencapai nilai
tinggi.

3) Ketidaksiapan Pengajar

Pengajar mungkin saja tidak siap dengan cara belajar Problem Based
Learning karena terbiasa dengan pengajaran tradisional. Tugas pengajar
adalah membimbing peserta didik dalam penelitian mereka, memberi petunjuk
agar peserta didik bisa memperbaiki kesalahan secara mandiri, mengajukan
pertanyaan untuk menguji pengetahuan peserta didik, dan sebagainya. Hal-hal
seperti ini mungkin asing bagi sebagian pengajar.

4) Sulit Mencari Masalah yang Relevan

Dalam Problem Based Learning, siswa belajar melalui masalah yang ada
di kehidupan nyata. Namun, mencari masalah yang bisa dipahami peserta didik
tidaklah mudah. Apalagi masalah tersebut harus dikaitkan dengan materi
pelajaran.
5) Tidak Semua Mata Pelajaran Cocok dengan PBL
Metode ini lebih cocok untuk mata pelajaran yang tidak memerlukan banyak
pengetahuan dasar peserta didik. Dalam PBL, peserta didik tidak diberikan banyak
fakta atau teori dibandingkan metode pembelajaran tradisional. Karena itulah, PBL
lebih cocok diterapkan pada pelajaran sastra atau kesenian.
3.Problem solving
Problem solving adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan
mengambil keputusan yang sulit.problem solving sendiri merupakan salah satu soft
skill yang harus dimiliki oleh setiap orang karena sangat berguna saat sudah bekerja
disebuah perusahaan.Menurut buku The Executive Guide to Improvement and
Change, pengertian problem solving adalah kemampuan mendefinisikan masalah,
menentukan sumbernya, membuat skala prioritas, menyusun alternatif-alternatif
solusi, dan mengimplementasikannya sesuai kebutuhan. Singkatnya, problem solving
adalah kemampuan menemukan masalah dan memecahkannya dengan baik.Metode
problem solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara melatih para murid
menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama
(Alipandie, 1984:105). Menurut Sudirman (1987:146) metode problem solvingadalah
cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak
pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan
atau jawabannya oleh siswa.Menurut  Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem
solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan
penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Menurut Djamarah
(2006:92) metode pemecahan masalah (Problem Solving) adalah penggunaan metode
dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Menurut Hadian ( 2008:3 ), metode problem solving dapat diartikan sebagai:
1) Tujuan ( Goal ). Sebagai tujuan, problem solving adalah target akhir dalam suatu
pembelajaran matematika, dalam arti dengan mempelajari matematika maka kita
dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan lebih bijak, sistematis, efektif, dan
efisien. 2) Proses ( Process ). Sebgai proses, problem solving diartikan sebagai proses
yang bias ditempuh untuk menyelesaikan masalah atau soal dalam matematika dengan
lebih sistematis dan akuarat. 3) Kemampuan dasar ( Basic ). Sebagai kemampuan
problem solving diartikan sebagai kemampuan dasar karena inilah dasar yang harus
dikuasai oleh kita sebagai pemecahan masalah, baik itu masalah atau soal dalam
matematika maupun maslah dalam kehiduapan sehari-hari.Oleh sebab itu, problem
solving adalah metode yang harus dikenal oleh setiap orang untuk dapat
menyelesaikan masalah atau soal matematika dengan lebih sistematis, terukur, dan
efisien.
Menurut Tabrani ( 2008:5 ) kelebihan metode problem solving dapat
diidentifikasikan sebagai berikut : 1) Metode pemecahan masalah memungkinkan
menghubungkan pengajaran dengan kehidupan sehari-hari, karena masalah-masalah
yang diangkat dalam kegiatan belajar bias diambil dari kehidupan sehari-hari, atau
dari apa yang dialaminya. 2) Metode ini dapat merangsang kemampuan intelektual
dan daya pikir peserta didik, karena dalam berfikir menggunakan problem solving
mereka menyoroti permasalahan dari berbagai segi. 3) Metode ini dapat melatih dan
membiasakan peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara
cermat. 4) Metode ini mampu melatih peserta didik untuk berfikir secara sistematis
dan menghubungkannya dengan masalah-masalah lainnya.

Kekurangan dari problem solving :


1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat
berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman
yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
Sering orang beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok
SLTP, SLTA dan PT saja.Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan
dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan
berpikir anak.

2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan


waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain. 3)
Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan
permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai
sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. (Djamarah, 2013: 92-
93)

Langkah-langkah penggunaan metode problem solving menurut Djamarah (2013:


91-92) adalah sebagai berikut:
1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa
sesuai dengan taraf kemampuannya.
2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah yang muncul. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti,
bertanya, dan berdiskusi.
3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban tentu
saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini peserta
pelatihan harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa
jawaban tersebut betul-betul cocok.
5) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir
tentang jawaban dari masalah tadi.

Anda mungkin juga menyukai