Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PTK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG SISI


DATAR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
SISWA KELAS VIII-E
SMP NEGERI 6 BANGKALAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : NUR AMIR ZAMRONI
NOMOR PESERTA : 13052918010084
KELAS / NOMOR ABSEN : 13 / 29

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU (PLPG)


RAYON 142 UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
TAHUN 2013
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya demi
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia
dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur. Sebagai upaya
mewujudkan pembangunan di bidang pendidikan antara lain diperlukan
peningkatan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses belajar mengajar,
dalam hal ini guru dan siswa. Sebagai pendidik guru harus selalu berusaha
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam memberikan materi dan
pengelolaan belajar mengajar. Sedangkan siswa berusaha memahami materi
dengan baik sehingga dapat menyelesaikan tugas dan dapat menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Matematika menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2003:6)
merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui
melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh
sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar
konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran
matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran induktif dapat
dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses
penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh
siswa.
Sebagai lembaga pendidikan formal, SMP Negeri 6 Bangkalan
mengalami masalah rendahnya hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah, khususnya siswa kelas
VIII-E. Selain masalah hasil belajar yang masih rendah, khususnya pada
kompetensi dasar bangun ruang sisi datar, terdapat pula kendala dalam proses
pembelajaran, contohnya selama proses pembelajaran berlangsung hanya sedikit
siswa yang berani bertanya kepada guru, hanya sedikit siswa yang berani
mengajukan diri untuk mengerjakan soal ke depan kelas kecuali ditunjuk oleh
guru, saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak tahu beberapa
istilah matematika atau pengetahuan prasyarat yang sebenarnya didapatkan pada
pelajaran sebelumnya, pembelajaran matematika di kelas masih berjalan
monoton, belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, belum ada
kolaborasi antara guru dan siswa, metode yang digunakan bersifat konvensional.

1
Menurut Suharta (2001:1) dalam pembelajaran matematika selama ini,
dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami
kesulitan belajar matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau
memahami konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk
mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
matematika di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep
matematika dengan pengalaman anak sehari-hari. Selain itu, perlu menerapkan
kembali konsep matematika yang telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari
atau pada bidang lain sangat penting dilakukan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang
positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain
(Arends: 1997). Menurut Lie, A. (1994), model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan
demikian ”siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Para anggota dari
kelompok-kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk
diskusi (kelompok ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu
kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang
lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan
kelompok ahli.
Oleh karena itu peneliti mengajukan penelitian dengan judul:
”Peningkatan Hasil Belajar Bangun Ruang Sisi Datar dengan
menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas
VIII-E SMP Negeri 6 Bangkalan” .

B. Rumusan Masalah
Permasalahan mendasar dalam penelitian ini adalah sebagian besar
siswa kelas VIII-E SMP Negeri Bangkalan kurang memahami konsep bangun
ruang sisi datar. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dirumuskan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut:

2
Apakah penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar bangun ruang sisi datar siswa
kelas VIII-E SMP Negeri 6 Bangkalan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :


Untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar bangun ruang sisi
datar siswa kelas VIII-E SMP Negeri 6 Bangkalan.

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi siswa, penelitian ini yaitu penggunaan kombinasi pendekatan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli, bermanfaat untuk
meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran, karena suasana
pembelajaran menyenangkan, motivasi belajar siswa meningkat, sehingga
pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya hasil
belajar bangun ruang sisi datar.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
meningkatkan proses pembelajaran pada materi bangun ruang sisi datar siswa
kelas VIII SMP Negeri 6 Bangkalan, dan menambah inovasi dan kreativitas
dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membuat
kebijakan tentang peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, melalui
pelatihan bagi guru tentang metode pengajaran dan media pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

E. Indikator Keberhasilan
Indikator dari keberhasilan penelitian tindakan kelas upaya peningkatan
hasil belajar bangun ruang sisi datar dengan menggunakan kombinasi pendekatan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli siswa kelas VIII-E
SMP Negeri 6 Bangkalan adalah:
a. Indikator Keberhasilan Proses
 Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar sudah mengarah ke
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw secara lebih baik. Siswa merasa
berminat, senang, dan puas dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Siswa perhatian terhadap kegiatan belajar mengajar. Siswa mampu

3
membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang
diberikan guru. Siswa mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat
waktu dalam melaksanakannya. Siswa mampu mempresentasikan hasil
kerja. Hasil observasi aktivitas siswa minimal mencapai 65%.
 Meningkatnya aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
didukung oleh meningkatnya prosedur kesesuaian guru dalam
mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang
mengarah pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Guru intensif
membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam
kegiatan belajar mengajar. Hasil observasi prosedur kesesuaian guru
dalam kegiatan belajar mengajar mencapai minimal 85%
b. Indikator Keberhasilan Hasil
 Meningkatnya hasil belajar siswa dalam melaksanakan evaluasi terhadap
kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran. Hasil belajar minimal
60.
 Meningkatnya ketuntasan belajar klasikal siswa dalam menguasai materi
pembelajaran minimal mencapai 85%, dari nilai kriteria ketuntasan
minimalnya 60.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Menurut Thompson (1995), pembelajaran kooperatif turut menambah
unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran
kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling
membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau
6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen
adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini
bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman
yang berbeda latar belakangnya.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus
agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi
pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau
tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).

B. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif


Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat
beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran
kooperatif (Arends, 2001). Pertama adalah Student Teams Achievement Division
(STAD), yang kedua adalah investigasi kelompok, yang ketiga adalah
pendekatan struktural dan yang terakhir adalah Jigsaw.

5
Tabel 2.1
Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

Pendekatan Pendekatan

Penyelidikan

STAD JIGSAW

Unsur Struktur

Kelompok

Informasi
akademik
Informasi Informasi tingkat Informasi

Tujuan

akademik akademik tinggi dan akademik

kognitif

sederhana sederhana keterampilan sederhana

inkuiri

Keterampilan

Kerja dalam

Tujuan

Kerja kelompok kelompok dan

Kerja kelompok

kelompok

Sosial

dan kerja sama sosial

dan kerja sama

kompleks

Kelompok
belajar
heterogen
dengan
Kelompok 5-6 orang Bervariasi,
Struktur belajar Kelompok berdua,

6
heterogen belajar
dengan anggota,
Tim dengan 5-6
orang bertiga,
4-5 orang menggunakan anggota
homogen kelompok 4-6
anggota pola “kelompok
orang anggota
asal” dan
“kelompok ahli”

Pemilihan
topik Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru
pelajaran

Siswa
mempelajari
Siswa dapat
materi dalam
menggunakan “kelompok Siswa
ahli”,
lembar kegiatan Siswa mengerjakan
Tugas kemudian
dan saling menyelesaikan tugas-tugas
utama membantu membantu inkuiri
untuk kompleks sosial dan
anggota
menuntaskan kognitif
materi “kelompok asal”
belajarnya
mempelajari
materi itu

Menyelesaikan
proyek dan
Bervariasi, dapat menulis
laporan,
Penilaian Tes mingguan berupa tes Bervariasi
dapat
mingguan menggunakan
tes
uraian.

(Sumber: Arends, 2001)

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

7
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,
1997).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model


pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang
positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain
(Arends,1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk
diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran
yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada
tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain
tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok
ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001).
Gambar : Ilustrasi Kelompok Jigsaw

8
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang
sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain
untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para
anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada
teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di
kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling
memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir
pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang
telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap
anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar
dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, disusun langkah-
langkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli,
(3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin,
1995):
a. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut
untuk mendapatkan informasi.
b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu
untuk mendiskusikan topik tersebut.
c. Diskusi kelompok asal: kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik
pada kelompoknya.
d. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.
e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan
penghargaan kelompok.
Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan
individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi
sumbangan pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada
kuis sebelumnya dengan skor terakhir. Arends (1997) memberikan petunjuk
perhitungan skor kelompok sebagaimana terlihat dalam Tabel berikut.
Tabel .2.2
Konversi Skor Perkembangan
Skor
Skor Kuis Individu Perkembangan

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5


2. 10 poin sampai 1 poin di bawah skor awal 10

9
3. Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20
4. Lebih dari 10 di atas skor awal 30
5. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

Untuk menentukan tingkat penghargaan yang diberikan untuk prestasi


kelompok, menurut Arends (1997) dapat dilihat dalam Tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.3
Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata- rata kelompok Penghargaan

15 Good Team (kelompok yang bagus)


20 Great Team (kelompok yang hebat)
25 Super Team (kelompok yang super)

D. Hakikat Hasil Belajar


Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses
belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun
secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan. Sedangkan
S.Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada
individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga
membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang
belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu
materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun
kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa
yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi
atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh
suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas
proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan (Cullen: 2003 dalam Fathul Himam: 2004).
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan hasil tes yang
berupa hasil nilai ulangan harian (formatif) dari tiga kompetensi dasar (KD),
yaitu (5.1) mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta
bagian-bagiannya; (5.2) membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas;
(5.3) menghitung luas permukaan dan volume kubus,balok, prisma dan limas.
Soal berupa, 20 soal pilihan ganda dan 5 soal essay, untuk masing-masing
kompetensi dasar (KD), dengan alasan rata-rata hasil nilai ulangan harian
(formatif) dari ketiga kompetensi dasar (KD) tersebut merupakan hasil belajar

10
bangun ruang sisi datar.
E. Hakikat Bangun Ruang Sisi Datar
Model bangun ruang sisi datar adalah media yang dibuat dengan ukuran
tiga dimensi sehingga menyerupai benda aslinya untuk menjelaskan hal-hal
yang tak mungkin kita peroleh dari benda yang sebenarnya. Model bangun
ruang sisi datar dapat dibuat dalam ukuran lebih besar atau lebih kecil dari
benda aslinya, atau memperlihatkan bagian-bagian yang rumit dari sebuah
benda yang sebenarnya keadaan tertutup.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, bangun ruang sisi datar yang akan
dibahas adalah kubus, balok, prisma, dan limas. Beberapa contoh bangun ruang
sisi datar dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Contoh bangun ruang sisi datar kubus

Contoh bangun ruang sisi datar balok :

11
12
Contoh bangun ruang sisi datar prisma :

Contoh bangun ruang sisi datar limas :

13
Contoh bangun ruang sisi datar yang berupa kubus, balok, prisma, dan
limas dalam bentuk kerangka.

F. Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses untuk menciptakan
lingkungan belajar siswa dengan menggunakan suatu rancangan pembelajaran
yang sesuai sehingga dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa yang
akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika
adalah pembentukan sifat, yaitu pola berpikir kritis dan kreatif. Pola pikir seperti
ini perlu dikembangkan, terlebih dalam menghadapi persaingan global. Dengan
pola pikir seperti ini diharapkan siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah
yang mereka hadapi dalam pembelajaran matematika, sehingga akhirnya prestasi
belajar mereka akan meningkat.
Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya matematika adalah sebagai
sarana dalam memecahkan masalah secara aktif dan berpikir logis. Dengan
begitu maka prestasi yang dicapai akan meningkat. Pembelajaran matematika
yang terjadi di SMP Negeri 6 Bangkalan cenderung berpusat pada guru dengan
menerapkan model pembelajaran konvensional. Dengan pembelajaran seperti ini,
maka partisipasi dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar masih
belum optimal Permasalahan lain yang dihadapi guru adalah rendahnya prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini semakin terlihat saat guru
memberikan soal dengan sedikit variasi yang membutuhkan penalaran lebih.
Hasilnya hanya beberapa siswa saja yang mampu menyelesaikan soal tersebut

14
dengan benar, sedangkan yang lain masih merasa kesulitan untuk
menyelesaikannya. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw.

G. Hipotesis Tindakan
Penelitian ini terbagi ke dalam tiga siklus, setiap sikklus dilaksanakan mengikuti
prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan
hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut :

Penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat


meningkatkan hasil belajar bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII-E SMP
Negeri 6 Bangkalan.

15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research), karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang lebih
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran,
meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, serta mencapai tujuan pembelajaran
atau pendidikan.
Penelitian ini dilaksanakan mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan
kelas (classroom action research) yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc
Taggart, dengan komponen tindakannya adalah perencanaan (planning), tindakan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang merupakan bentuk kajian
yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan
kematangan rasional dari tindakan-tindakan dalam melakukan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta
memperbaiki kondisi tempat praktik pembelajaran tersebut dilakukan.
Dalam penelitian ini memakai penelitian tindakan kelas karena
merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif. Pada penelitian ini disamping
untuk memantau permasalahan belajar yang dihadapi siswa juga membantu guru
dalam upaya memperbaiki cara mengajarnya selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif, untuk
kemantapan rasional dalam pelaksanaan tugas, serta memperbaiki kondisi tempat
praktik pembelajaran sendiri.

B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas
VIII-E SMP Negeri 6 Bangkalan. Jumlah siswa kelas VIII-E seluruhnya ada 40
siswa, terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Penelitian ini
dilaksanakan di Kelas VIII-E SMP Negeri 6 Bangkalan Semester 2 tahun
pelajaran 2013-2014, untuk mata pelajaran matematika pada materi bangun ruang
sisi datar.

C. Sumber Data
Sumber data dari penelitian tindakan kelas ini adalah hasil observasi dan
pengamatan, hasil angket, serta hasil tes siswa .

16
D. Jadwal Penelitian
Berikut ini adalah jadwal penelitian yang dilaksanakan pada semester 2
tahun pelajaran 2013-2014 ;

No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni


Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi √ √
pendahuluan
ke lokasi
2 Penyusunan √ √ √
rencana
(perencanaan)
3 Mengajukan √ √
proposal
penelitian
4 Penyusunan √ √ √
perangkat
pembelajaran
5 Pelaksanaan √ √ √
evaluasi
penelitian
6 Analisis hasil √ √ √ √ √
penelitian
7 Penyusunan √ √ √
laporan
penelitian
8 Melaporkan √ √ √
hasil
penelitian

E. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan tindakan kelas ini mengikuti model dari Kemmis dan Mc
Taggart (1999: 6) yang terdiri dari empat komponen utama yaitu: (a) perencanaan
tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi tindakan, (d) refleksi tindakan.
Selanjutnya disusunlah prosedur penelitian sebagai berikut :
1. Siklus Pertama
a) Rencana Tindakan (Planning)
Pada kegiatan penelitian tindakan kelas upaya peningkatan hasil belajar
bangun ruang sisi datar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw siswa kelas VIII-E SMP Negeri 6 Bangkalan,
peneliti membuat perencanaan yaitu :
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan peneliti
mengidentifikasi materi yang akan dilakukan dalam penelitian
tindakan kelas yaitu kompetensi dasar (KD): (5.1) mengidentifikasi
sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya;
(5.3) menghitung luas permukaan dan volume kubus,balok, prisma

17
dan limas.

2) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa


Guru menyiapkan lembar kerja siswa tentang kompetensi dasar (KD) :
(5.1) mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta
bagian-bagiannya; (5.3) menghitung luas permukaan dan volume
kubus,balok, prisma dan limas, untuk digunakan dalam diskusi pada
kelompok ahli dan juga pada kelompok asal.
3) Menyiapkan Instrumen Pengumpul Data
Sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan peneliti menyiapkan
(1) lembar pengamatan diskusi dalam pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw; (2) lembar observasi untuk siswa ; (3) lembar pengamatan
proses belajar mengajar responden guru; (4) pedoman wawancara
responden siswa; (5) pedoman wawancara responden teman sejawat
guru (6) lembar evaluasi kompetensi dasar 5.1 dan 5.3.
4) Penjelasan Prosedur Tindakan
Tahap pendahuluan
Di tahap pendahuluan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dan
memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang
pentingnya mempelajari materi yang akan disajikan.
Tahap inti
a. Dari empat puluh siswa, membagi siswa dalam delapan kelompok
asal yang tiap kelompoknya terdiri dari lima siswa secara
heterogen, dengan mempertimbangkan siswa yang berkemampuan
tinggi, sedang, dan rendah. Kelima siswa dari kelompok asal diberi
tugas masing-masing satu materi ahli, yaitu materi kubus, balok,
prisma, limas persegi, dan limas persegi panjang. Kemudian
masing-masing ahli membentuk lima kelompok ahli.
b. Menyajikan materi pelajaran berdasarkan RPP yang telah dibuat.
c. Kelima kelompok ahli masing-masing diberikan materi diskusi
tentang bangun ruang sisi datar kubus, balok, prisma, limas persegi,
dan limas persegi panjang. Jadi ada kelompok ahli kubus,
kelompok ahli balok, kelompok ahli prisma, kelompok ahli limas
persegi dan kelompok ahli limas persegi panjang.
d. Masing-masing siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok
asalnya untuk menjelaskan kepada teman di kelompok asalnya
tentang materi yang didiskusikan ketika di kelompok ahli.
e. Salah satu dari kelompok asal mempresentasikan hasil kerja dari

18
kelompoknya, dan ditanggapi oleh kelompok asal yang lain.
f. Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada siswa.
g. Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.
h. Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama
i. Melakukan pengamatan atau observasi.
Tahap penutup
Siswa membuat rangkuman subbab yang telah dipelajari, dan siswa
diberikan pekerjaan rumah.
b). Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pendahuluan : Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari


materi ini.

Kegiatan Inti

1) Peserta didik dibagi menjadi 5 kelompok ahli dalam bidang kubus, balok,
prisma, limas persegi, dan limas persegi panjang kemudian diberikan
stimulus berupa pemberian materi oleh guru mengenai unsur-unsur
kubus, balok, prisma, dan limas: titik sudut, rusuk-rusuk, bidang sisi,
diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal, tinggi, kemudian
antara peserta didik dan guru mendiskusikan materi tersebut . Setiap
kelompok ahli diberikan media benda asli sesuai dengan bidang
keahliannya, untuk didiskusikan dalam kelompoknya. Guru memberikan
Lembar Kerja Siswa, untuk dikerjakan dalam kelompok ahli. (Bahan:
buku paket, yaitu buku Matematika SMP dan MTs ESIS Kelas VIII
Semester 2, karangan Tatag Yuli Eko Siswono dan Netti Lastiningsih
hal. 213-217 mengenai mengenal unsur-unsur kubus dan balok, serta hal.
237-242 mengenai mengidentifikasi unsur-unsur prisma tegak dan limas
tegak). Peserta didik kembali dalam kelompok asalnya dan saling
bertukar pikiran, dan saling menjelaskan dari apa yang di peroleh ketika
berdiskusi di kelompok ahlinya masing-masing
2) Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau tiap kelompok
mempresentasikan mengenai unsur-unsur kubus, balok, prisma, dan
limas: titik sudut, rusuk-rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal
ruang, bidang diagonal, tinggi.
3) Peserta didik mengerjakan beberapa soal dari Lembar Kerja Siswa yang
diberikan guru, mengenai unsur-unsur kubus dan balok, dan mengenai
unsur-unsur prisma dan limas, kemudian peserta didik dan guru secara
bersama-sama membahas jawaban soal tersebut.
4) Peserta didik mengerjakan soal-soal dari“Cek Pemahaman“ dalam

19
Lembar Kerja Siswa mengenai mengenai unsur-unsur prisma segitiga
tegak dan prisma segiempat tegak.
5) Peserta didik mengerjakan beberapa soal “Quiz“ dari Lembar Kerja
Siswa yang diberikan guru atau dalam buku paket hal. 241.
6) Peserta didik mengerjakan beberapa soal dari Lembar Kerja Siswa yang
diberikan guru atau “Kompetensi Berkembang Melalui Latihan“ dalam
buku paket hal. 216-217 mengenai unsur-unsur kubus dan balok, serta
hal. 241-242 mengenai unsur-unsur prisma tegak dan limas tegak,
kemudian peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas
beberapa jawaban soal tersebut.
Penutup

Peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah dipelajari.

Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR) dari soal-soal “Kompetensi Berkembang
Melalui Latihan” dalam buku paket pada hal. 216-217 dan 241-242 yang belum
terselesaikan/dibahas di kelas

c) Refleksi (Reflecting)
Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa syarat
sebagai berikut :
1. Siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang terlihat dari
berani dan mampu menjawab pertanyaan dari guru.
2. Siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang terlihat dari
berani menanggapi dan mengemukakan pendapat tentang jawaban
siswa yang lain.

3. Siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang terlihat dari


berani dan mampu untuk bertanya tentang materi pelajaran pada hari
itu.
4. Siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang terlihat dari
setiap anggota kelompok aktif dalam mengerjakan tugas kelompoknya.
5. Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang disediakan.
6. Siswa mengalami peningkatan hasil belajar bangun ruang sisi datar,
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) perorangan sama dengan 60
untuk masing-masing kompetensi dasar (KD) dan secara klasikal untuk
masing kompetensi dasar (KD), hasil belajar bangun ruang sisi datar
siswa mencapai lebih atau sama dengan 85% dari seluruh siswa di kelas
itu mendapat nilai 60 atau lebih.

2 Siklus Kedua

20
a) Rencana Tindakan (Planning)
Seperti halnya siklus pertama, siklus keduapun terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
b) Pelaksanaan ( Acting )
Guru melaksanakan kombinasi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus
pertama.
c) Pengamatan ( Observation )
Tim peneliti (guru dan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap
aktivitas siswa saat diberi tindakan pendekatan pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw.
d) Refleksi ( Reflecting )
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan
menyusun rencana (replanning) untuk siklus ketiga.

3 Siklus Ketiga
a) Perencanaan ( Planning )
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus kedua.
b) Pelaksanaan ( Acting )
Guru melaksanakan kombinasi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus
kedua.

c) Pengamatan ( Observation )
Tim peneliti (guru dan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap
aktivitas siswa saat diberi tindakan pendekatan pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw.

d) Refleksi ( Reflecting )
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan
menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan kombinasi
pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam peningkatan
aktivitas siswa dan hasil belajar bangun ruang sisi datar.

F. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam melaksanakan

21
pembelajaran pada penelitian ini ;
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)
2. Sumber belajar
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

G. Instrumen Penelitian
Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Lembar observasi
- Lembar pengamatan aktivitas guru
- Lembar pengamatan aktivitas siswa
2. Lembar soal tes (evaluasi)
3. Lembar angket respons siswa

H. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
- Data aktivitas guru
- Data aktivitas siswa
2. Tes Tertulis
3. Angket

I. Teknik Analisis Data


a. Data hasil observasi dianalisis dengan rumus :

b. Data hasil tes yang berupa nilai siswa dianalisis dengan cara jumlah
keseluruhan nilai kelas dibagi dengan banyaknya siswa

c. Data dari angket tentang respons siswa dianalisis dengan menggunakan

22
persentase (%), yaitu jumlah siswa yang memberi respons dibagi jumlah
keseluruhan dikalikan 100%

J. Indikator Kinerja/ Keberhasilan


Komponen-komponen yang menjadi indikator keberhasilan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut

 Meningkatnya hasil belajar siswa dalam melaksanakan evaluasi terhadap


kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran. Hasil belajar minimal
60.
 Meningkatnya ketuntasan belajar klasikal siswa dalam menguasai materi
pembelajaran minimal mencapai 85%, dari nilai kriteria ketuntasan
minimalnya 60.

K.

23
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi


Aksara.

Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Budijastuti, Widowati. 2001. Strategi Pembelajaran Dalam Pelatihan. Surabaya:


Universitas Negeri Surabaya

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika


SMP & MTs Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kalender Pendidikan Nasional.

Dick, W & Carey, L. 1985. The Sistematic Design of Instruction. Illionis, CH: Scott,
Foreman & Company.

Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo. 2006. Materi Pengembangan Profesi Guru


Tahun 2006. Sidoarjo: Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta. Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar.Jakarta. PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka


Cipta.

Gagne, RM & Briggs, L. 1979. Principles of Instructional Design. Holt, Rinehart and
Winston.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.


Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem . Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara.

Heinch, Robert. 1996. Media and Technologies for Learning. Englewood Cliffs, N.J, :
Merrill, c 1996.

24

Anda mungkin juga menyukai