Oleh
Ni Putu Suyasmini
SD Negeri 2 Sukasada
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
matematika pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukasada melalui Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Penelitian ini melibatkan siswa kelas V
semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 21 orang. Obyek
penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar matematika melalui penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa
yang dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar. Metode analisis data
yang digunakan adalah statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa hasil belajar mata pelajaran matematika melalui penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini dibuktikan dengan terjadi
peningkatan hasil belajar antara siklus I yaitu jumlah skor hasil belajar 1370, rata-
rata 65, daya serap 65%, ketuntasan belajar 76% menjadi jumlah skor hasil
belajar 1565, rata-rata 75, daya serap 75%, dan ketuntasan belajar 90% pada
siklus II. Besarnya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke Siklus II yaitu
kenaikan rata-rata daya serap 10% dan pada ketuntasan belajar mengalami
kenaikan sebesar 14%. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukasada
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat meningkatkan hasil belajar
pendidikan matematika.
ABSTRACT
PENDAHULUAN
3
terdiri atas 4-6 orang. Para siswa di dalam kelompok-kelompok kecil diarahkan
untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi
pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas).
Metode Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan rekan-rekannya (1978) dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
teman-temannya di Universitas John Hopkins (Arends, 2001: 137). Metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan metode pembelajaran dimana
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen
dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997: 120). Jigsaw
pada hakikatnya melibatkan tugas yang memungkinkan siswa saling membantu
dan mendukung satu sama lain dalam menyelesaikan tugas. Dalam metode
pembelajaran ini siswa akan memiliki persepsi yang sama, mempunyai tanggung
jawab individual dan kelompok dalam mempelajari materi yang diberikan, saling
membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya dalam kelompok, serta
dapat belajar kepemimpinan.
Hal utama yang membedakan jigsaw dengan diskusi kelompok biasa
adalah bahwa dalam metode jigsaw masing-masing individu mempelajari bagian
masing-masing dan kemudian bertukar pengetahuan dengan temannya, sehingga
akan terjadi ketergantungan positif antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
Di dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, kelas dibagi
ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Kelompok asal adalah kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan
kemampuan yang berbeda. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri
dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan
mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan
dengan topik untuk kemudian dijelaskan kepada kelompok asal. Arends
menggambarkan hubungan antara kelompok ahli dengan kelompok asal bahwa
anggota dari kelompok asal yang berbeda bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada
4
masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk
mempelajari topik tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok
kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat di kelompok ahli.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa metode kooperatife tipe jigsaw
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, yaitu bertanggung jawab
terhadap anggota kelompok dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Siswa
juga dituntut saling ketergantungan positif terhadap kelompoknya. Peran guru
sebagai fasilitator kagiatan belajar, bukan sebagai pusat atau sumber segala
informasi, dengan demikian siswa akan memiliki kesempatan untuk berkembang
dalam berbagai kemampuan dan juga akan meningkatkan kreativitas siswa.
Dengan menerapkan metode kooperatife tipe jigsaw di dalam proses
pembelajaran matematika diharapkan konsentrasi siswa menjadi lebih terfokus
terhadap proses pembelajaran, motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran
matematika dapat lebih ditingkatkan, mendorong peningkatan kualitas proses
pembelajaran, dan tentu kualitas hasil belajar siswa akan semakin meningkat.
Dengan demikian dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini untuk meneliti
penerapan metode kooperatif tipe jigsaw sebagai sarana untuk meningkatkan hasil
belajar matematika. Penelitian sederhana ini berjudul “Penerapan Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukasada semester II tahun pelajaran
2015/2016”. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam
kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah “Apakah penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika
pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukasada semester II tahun pelajaran
2015/2016?”
Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukasada semester II tahun
pelajaran 2015/2016 melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Manfaat bagi siswa yaitu dapat memberikan pengalaman belajar,
5
karena dilibatkan secara langsung, maka siswa dapat bertukar pendapat atau
pikiran dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan pemahaman siswa
tentang konsep-konsep matematika, untuk mendorong mereka belajar secara aktif,
kreatif dan inovatif dan mampu meningkatkan minat belajar siswa dalam
mengikuti pelajaran matematika. Manfaat bagi guru adalah dengan dilaksanakan
penelitian tindakan kelas ini guru memiliki wawasan kemampuan untuk
meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran matematika serta informasi yang
diperoleh dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperoleh formulasi
baru dalam pengembangan metode pembelajaran yang lebih berorientasi pada
peserta didik. Manfaat bagi sekolah adalah hasil penelitian ini akan memberikan
sumbangan perbaikan proses pembelajaran matematika bagi sekolah tempat
penelitian. Manfaat bagi Peneliti lain diharapkan laporan penelitian ini dapat
digunakan sebagai referensi ketika ingin meneliti masalah yang sejenis.
METODE PENELITIAN
6
Pada tahap perencanaan siklus I peneliti mempersiapkan materi yang
akan menjadi pokok bahasan pada pertemuan, menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan sintaks pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw, mensosialisasikan mengenai penerapan metode kooperatif tife jigsaw saat
pembelajaran matematika kepada siswa kelas V, dan menyusun instrument
penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus I.
Pada tahap pelaksanaan siklus I peneliti melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu diawali dengan
membuka pembelajaran dengan melaksanakan pengelolaan kelas seperti absensi,
pengaturan tempat duduk, dan apersepsi. Selanjutnya menginformasikan
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, membentuk
kelompok jigsaw yang terdiri atas 5 atau 6 siswa. Anggota kelompok dibentuk
secara heterogen baik secara kelamin, agama, dan kemampuan. Menunjuk salah
satu siswa dari masing-masing kelompok sebagai ketua kelompok. Ketua
kelompok hendaknya dipilih yang paling dewasa diantara yang lain, meminta
siswa untuk mempelajari satu bagian materi, memberi waktu pada siswa untuk
membaca dan latihan bagiannya agar mereka tahu apa yang harus mereka
lakukan. Dalam langkah ini siswa tidak perlu menghafal materinya. Dilanjutkan
dengan membentuk kelompok sesaat (kelompok ini disebut kelompok ahli. Siswa
yang memiliki bagian yang sama membentuk satu kelompok dan mendiskusikan
agar mereka benar-benar paham), mengembalikan siswa dalam kelompok asalnya
(kelompok jigsaw) masing-masing, memberi waktu kepada siswa (wakil
kelompok sebagai kelompok ahli) untuk menjelaskan apa yang mereka peroleh
dalam diskusi kelompok ahli dan siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan
meminta penjelasan. Guru dapat berkeliling dari kelompok satu ke kelompok
untuk mengawasi prosesnya. Guru dapat memberikan bantuan penjelasan atau
mengintervensi secara tidak langsung. Guru meminta masing-masing kelompok
asal merumuskan keseluruhan topik dan bersama siswa menyimpulkan hasil
diskusi. Pada akhir pelajaran siswa diminta untuk mengerjakan tes atau kuis agar
mereka sadar bahwa pelajaran berlangsung serius, bukan hanya bermain.
Pada tahap observasi dan evaluasi, peneliti melakukan pemantauan
terhadap setiap langkah sesuai dengan pedoman dan rencana yang disusun.
7
Peneliti melakukan pengamatan minat dan keaktifan belajar pada siswa dalam
proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, peneliti juga melakukan kegiatan
mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada setiap langkah secara
rinci dan melakukan tes hasil belajar sesuai dengan pedoman dan rencana yang
dibahas dengan peneliti, memonitoring dampak metode pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw yang berupa hasil belajar siswa menggunakan soal tes objektif.
Tahap refleksi dengan berpedoman pada hasil evaluasi, maka peneliti
mengkaji kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pada
siklus I. Disamping itu, peneliti juga mengkaji usaha-usaha perbaikan pada siklus
II berdasarkan kekuatan-kekuatan yang muncul dalam penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Hasil reflefsi pada siklus I akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan
penelitian pada siklus II. Siklus II merupakan penyempurnaan dari tindakan yang
telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Kekurangan-kekurangan dan kelemahan-
kelemahan yang ditemui pada siklus I diadakan perbaikan sehingga pada siklus II
pembelajaran menjadi lebih baik dan menarik bagi siswa sehingga bisa
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V. Siklus II dilakukan selama
tiga kali pertemuan sesuai dengan program semester yang telah disusun oleh
peneliti, yaitu dua kali pertemuan untuk membahas materi pelajaran dan pada
pertemuan terakhir diadakan evaluasi pada akhir pembelajaran.
Pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan teknik Tes Hasil
Belajar. Tes diberikan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberikan
perlakuan pada penelitian tindakan kelas. Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan pada
setiap akhir siklus. Pemberian tes digunakan untuk mengumpulkan data yang
digunakan untuk membedakan antara kondisi awal dan sesudah dberi tindakan.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, tes yang digunakan adalah tes
obyektif yang terdiri dari 20 soal tes dengan empat pilihan jawaban. Adapun skor
yang diperoleh siswa jika menjawab dengan benar adalan satu, sedangkan skor
nol diberikan jika siswa menjawab salah.
Data yang terkumpul pada akhir siklus kemudian dianalisi menggunakan
analisis deskriptif sebagai pengambilan keputusan akhir. Untuk mendapatkan data
yang digunakan untuk mengambil kesimpulan maka dilakukan analisis kuantitatif
8
sederhana dengan mencari rerata skor instrumen yang disusun. Adapun kriteria
keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila nilai daya serap yang dicapai
pada penelitian ini adalah 60% dan 85% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai
minimal 60.
Tabel 01. Rekapitulasi Data Hasil Penilaian Hasil Belajar Matematika Pra
Siklus, Siklus I dan Siklus II
Peningkatan
Indikator Pra Siklus Siklus I Siklus II siklus I ke
siklus II
Jumlah skor 1185 1370 1565 195
Rata-rata 56 65 75 10
Daya serap 56% 65% 75% 10%
Ketuntasan belajar 43% 76% 90% 14
9
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Sukasada dari
pada metode mengajar secara tradisional yang digunakan pada pra siklus.
11
meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan, Slavin (dalam https://mahirbelajar.wordpress.com).
12
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di
atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD
Negeri 2 Sukasada. Hal ini terbukti dengan peningkatan nilai rata-rata kelas
mengalami peningkatan dari 56 pada hasil belajar pra siklus menjadi 65 pada
siklus I, kemudian meningkat menjadi 75 pada siklus II. Sedangkan nilai daya
serap siswa juga mengalami peningkatan dari 56% pada pra siklus meningkat
menjadi 65% pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 75% pada siklus II.
Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan dari 43% pada hasil belajar pra
siklus, naik menjadi 76% pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 90% pada
siklus II.
Pelaksanaan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
memerlukan peran guru sebagai fasilitator yang baik dalam kegiatan
pembelajaran, oleh karena itu hendaknya guru selalu memantau aktifitas siswa
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung agar kegiatan pembelajaran dapat
berjalan dengan kondusif dan efektif, guru diharapkan dapat menerapkan strategi,
metode atau model pembelajaran yang bervariasi, dan dapat melibatkan siswa
dalam proses kegiatan pembelajaran agar siswa tidak bosan, semangat dalam
belajar, dan kegiatan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika.
13
DAFTAR PUSTAKA
Slavin, Robert E.. 2006. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktek).
Bandung: Nusa Media.
14