Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 2 SUKASADA SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh
Ni Putu Suyasmini
SD Negeri 2 Sukasada

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
matematika pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukasada melalui Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Penelitian ini melibatkan siswa kelas V
semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 21 orang. Obyek
penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar matematika melalui penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa
yang dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar. Metode analisis data
yang digunakan adalah statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa hasil belajar mata pelajaran matematika melalui penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini dibuktikan dengan terjadi
peningkatan hasil belajar antara siklus I yaitu jumlah skor hasil belajar 1370, rata-
rata 65, daya serap 65%, ketuntasan belajar 76% menjadi jumlah skor hasil
belajar 1565, rata-rata 75, daya serap 75%, dan ketuntasan belajar 90% pada
siklus II. Besarnya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke Siklus II yaitu
kenaikan rata-rata daya serap 10% dan pada ketuntasan belajar mengalami
kenaikan sebesar 14%. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukasada
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat meningkatkan hasil belajar
pendidikan matematika.

Kata kunci: Kooperatif Tipe Jigsaw, Hasil Belajar.

ABSTRACT

Classroom Action Research aimed at improving the results of mathematics


learning in class V students at SD Negeri 2 Sukasada through Cooperative
Learning Method Jigsaw Type. This research involved 21 students of class V
second semester in the academic year 2015/2016. The object of this research was
the improvement of mathematics learning outcomes through the application of
Jigsaw type cooperative learning method. This research was done in two cycles.
1
The data which used in this research was the data of student learning outcomes
that were collected by using the test of learning outcomes. The method of data
analysis was descriptive quantitative statistics. The results of this research
showed that the learning outcomes of mathematics subjects through the
application of cooperative learning methods jigsaw type on students in class V
increased from cycle I to cycle II. This was proven by the increase in learning
outcomes between the first cycle with second cycle. In first cycle, the total score of
learning outcomes was 1370, the average was 65, the students absorption was
65%, and the learning mastery was 76%, while in second cycle the total score of
learning outcomes was 1565, the average was 75, the students absorption was
75%, and the learning mastery in cycle II was 90%. The increase of learning
outcomes from cycle I to Cycle II was the average of students’ absorption was
increased by 10% and the learning mastery was increased by 14%. So it could be
concluded that the implementation of cooperative learning method of jigsaw type
at class V students SD Negeri 2 Sukasada on second semester in the academic
year 2015/2016 could improve learning outcomes of mathematics education.

Keywords : Cooperative Type Jigsaw, Learning Outcomes

PENDAHULUAN

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dinyatakan bahwa


tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat,
efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
(4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).
Di sisi lain, matematika merupakan mata pelajaran yang kurang diminati
oleh sebagian besar anak didik. Kecilnya minat siswa terhadap materi pelajaran
matematika tentu berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan
2
kenyataaan bahwa banyak siswa yang dijadikan subyek pada penelitian ini
memiliki masalah dengan hasil belajarnya. Hal ini dapat diketahui dari hasil tes
harian yang diberikan oleh guru pada tanggal 18 Januari 2016 tentang materi
pecahan senilai diperoleh rata-rata kelas sebesar 56, daya serap 56%, ketuntasan
klasikal 43% dan ketidak tuntasan 57%.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, rendahnya hasil belajar
matematika siswa di kelas V SD N 2 Sukasada tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu siswa kurang berminat pada pelajaran matematika. Sebagian besar
siswa menyatakan bahwa pembelajaran matematika merupakan mata pelajaran
yang tidak menyenangkan, pelajaran matematika sangat sukar untuk dipahami,
selain itu siswa juga mengatakan cara mengajar guru dalam pembelajaran kurang
menarik, karena hanya menjelaskan dan memberi contoh di depan kelas kemudian
memberi tugas pada siswa untuk menyelesaikan soal-soal latihan.
Pembelajaran matematika hendaknya bermakna, yaitu pembelajaran
yang mengutamakan pengertian atau pemahaman konsep dan penerapannya dalam
kehidupan. Agar suatu kegiatan belajar mengajar menjadi suatu pembelajaran
yang bermakna maka kegiatan belajar mengajar harus bertumpu pada cara belajar
siswa aktif (CBSA). Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan CBSA guru harus
berusaha mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif belajar.
Merefleksi fenomena di atas peneliti menetapkan untuk menerapkan
metode kooperatif tipe jigsaw pada kegiatan pengajaran matematika dalam bentuk
penelitian tindakan kelas. Adapun alasan pemilihan strategi tersebut sebagai
berikut, metode kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu unit dari metode
cooperative learning dimana siswa belajar dalam bentuk kelompok-kelompok.
Tujuan utama dalam penerapan metode belajar mengajar cooperative learning
adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-
temannya dengan saling menghargai pendapat dan memberi kesempatan kepada
orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat
mereka secara kelompok. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik
cooperative learning yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu
dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Prosedur cooperative learning
didesain untuk mengaktifkan siswa melalui diskusi dalam kelompok kecil yang

3
terdiri atas 4-6 orang. Para siswa di dalam kelompok-kelompok kecil diarahkan
untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi
pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas).
Metode Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan rekan-rekannya (1978) dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
teman-temannya di Universitas John Hopkins (Arends, 2001: 137). Metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan metode pembelajaran dimana
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen
dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997: 120). Jigsaw
pada hakikatnya melibatkan tugas yang memungkinkan siswa saling membantu
dan mendukung satu sama lain dalam menyelesaikan tugas. Dalam metode
pembelajaran ini siswa akan memiliki persepsi yang sama, mempunyai tanggung
jawab individual dan kelompok dalam mempelajari materi yang diberikan, saling
membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya dalam kelompok, serta
dapat belajar kepemimpinan.
Hal utama yang membedakan jigsaw dengan diskusi kelompok biasa
adalah bahwa dalam metode jigsaw masing-masing individu mempelajari bagian
masing-masing dan kemudian bertukar pengetahuan dengan temannya, sehingga
akan terjadi ketergantungan positif antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
Di dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, kelas dibagi
ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Kelompok asal adalah kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan
kemampuan yang berbeda. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri
dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan
mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan
dengan topik untuk kemudian dijelaskan kepada kelompok asal. Arends
menggambarkan hubungan antara kelompok ahli dengan kelompok asal bahwa
anggota dari kelompok asal yang berbeda bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada

4
masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk
mempelajari topik tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok
kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat di kelompok ahli.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa metode kooperatife tipe jigsaw
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, yaitu bertanggung jawab
terhadap anggota kelompok dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Siswa
juga dituntut saling ketergantungan positif terhadap kelompoknya. Peran guru
sebagai fasilitator kagiatan belajar, bukan sebagai pusat atau sumber segala
informasi, dengan demikian siswa akan memiliki kesempatan untuk berkembang
dalam berbagai kemampuan dan juga akan meningkatkan kreativitas siswa.
Dengan menerapkan metode kooperatife tipe jigsaw di dalam proses
pembelajaran matematika diharapkan konsentrasi siswa menjadi lebih terfokus
terhadap proses pembelajaran, motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran
matematika dapat lebih ditingkatkan, mendorong peningkatan kualitas proses
pembelajaran, dan tentu kualitas hasil belajar siswa akan semakin meningkat.
Dengan demikian dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini untuk meneliti
penerapan metode kooperatif tipe jigsaw sebagai sarana untuk meningkatkan hasil
belajar matematika. Penelitian sederhana ini berjudul “Penerapan Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukasada semester II tahun pelajaran
2015/2016”. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam
kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah “Apakah penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika
pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukasada semester II tahun pelajaran
2015/2016?”
Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukasada semester II tahun
pelajaran 2015/2016 melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Manfaat bagi siswa yaitu dapat memberikan pengalaman belajar,

5
karena dilibatkan secara langsung, maka siswa dapat bertukar pendapat atau
pikiran dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan pemahaman siswa
tentang konsep-konsep matematika, untuk mendorong mereka belajar secara aktif,
kreatif dan inovatif dan mampu meningkatkan minat belajar siswa dalam
mengikuti pelajaran matematika. Manfaat bagi guru adalah dengan dilaksanakan
penelitian tindakan kelas ini guru memiliki wawasan kemampuan untuk
meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran matematika serta informasi yang
diperoleh dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperoleh formulasi
baru dalam pengembangan metode pembelajaran yang lebih berorientasi pada
peserta didik. Manfaat bagi sekolah adalah hasil penelitian ini akan memberikan
sumbangan perbaikan proses pembelajaran matematika bagi sekolah tempat
penelitian. Manfaat bagi Peneliti lain diharapkan laporan penelitian ini dapat
digunakan sebagai referensi ketika ingin meneliti masalah yang sejenis.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Sukasada dengan alamat


Desa Bakung kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng. Subyek penelitian adalah
siswa-siswi kelas V yang berjumlah 21 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada
semester II tahun pelajaran 2015/2016 selama 4 bulan dari bulan Januari sampai
dengan April 2016.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dimulai dari
pelaksanaan observasi, kemudian siklus I dan siklus II, masing-masing siklus
terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Observasi awal
dilakukan dengan melihat hasil ulangan matematika siswa pada awal semester dan
melakukan pengamatan peserta didik untuk mengetahui dan memahami
permasalahan yang terjadi secara obyektif.
Siklus I dilakukan selama tiga kali pertemuan sesuai dengan program
semester yang telah disusun oleh peneliti, yaitu dua kali pertemuan untuk
membahas materi pelajaran dengan menerapkan metode kooperatife tipe jigsaw
dan satu kali pertemuan terakhir diadakan evaluasi akhir pembelajaran.

6
Pada tahap perencanaan siklus I peneliti mempersiapkan materi yang
akan menjadi pokok bahasan pada pertemuan, menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan sintaks pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw, mensosialisasikan mengenai penerapan metode kooperatif tife jigsaw saat
pembelajaran matematika kepada siswa kelas V, dan menyusun instrument
penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus I.
Pada tahap pelaksanaan siklus I peneliti melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu diawali dengan
membuka pembelajaran dengan melaksanakan pengelolaan kelas seperti absensi,
pengaturan tempat duduk, dan apersepsi. Selanjutnya menginformasikan
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, membentuk
kelompok jigsaw yang terdiri atas 5 atau 6 siswa. Anggota kelompok dibentuk
secara heterogen baik secara kelamin, agama, dan kemampuan. Menunjuk salah
satu siswa dari masing-masing kelompok sebagai ketua kelompok. Ketua
kelompok hendaknya dipilih yang paling dewasa diantara yang lain, meminta
siswa untuk mempelajari satu bagian materi, memberi waktu pada siswa untuk
membaca dan latihan bagiannya agar mereka tahu apa yang harus mereka
lakukan. Dalam langkah ini siswa tidak perlu menghafal materinya. Dilanjutkan
dengan membentuk kelompok sesaat (kelompok ini disebut kelompok ahli. Siswa
yang memiliki bagian yang sama membentuk satu kelompok dan mendiskusikan
agar mereka benar-benar paham), mengembalikan siswa dalam kelompok asalnya
(kelompok jigsaw) masing-masing, memberi waktu kepada siswa (wakil
kelompok sebagai kelompok ahli) untuk menjelaskan apa yang mereka peroleh
dalam diskusi kelompok ahli dan siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan
meminta penjelasan. Guru dapat berkeliling dari kelompok satu ke kelompok
untuk mengawasi prosesnya. Guru dapat memberikan bantuan penjelasan atau
mengintervensi secara tidak langsung. Guru meminta masing-masing kelompok
asal merumuskan keseluruhan topik dan bersama siswa menyimpulkan hasil
diskusi. Pada akhir pelajaran siswa diminta untuk mengerjakan tes atau kuis agar
mereka sadar bahwa pelajaran berlangsung serius, bukan hanya bermain.
Pada tahap observasi dan evaluasi, peneliti melakukan pemantauan
terhadap setiap langkah sesuai dengan pedoman dan rencana yang disusun.

7
Peneliti melakukan pengamatan minat dan keaktifan belajar pada siswa dalam
proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, peneliti juga melakukan kegiatan
mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada setiap langkah secara
rinci dan melakukan tes hasil belajar sesuai dengan pedoman dan rencana yang
dibahas dengan peneliti, memonitoring dampak metode pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw yang berupa hasil belajar siswa menggunakan soal tes objektif.
Tahap refleksi dengan berpedoman pada hasil evaluasi, maka peneliti
mengkaji kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pada
siklus I. Disamping itu, peneliti juga mengkaji usaha-usaha perbaikan pada siklus
II berdasarkan kekuatan-kekuatan yang muncul dalam penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Hasil reflefsi pada siklus I akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan
penelitian pada siklus II. Siklus II merupakan penyempurnaan dari tindakan yang
telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Kekurangan-kekurangan dan kelemahan-
kelemahan yang ditemui pada siklus I diadakan perbaikan sehingga pada siklus II
pembelajaran menjadi lebih baik dan menarik bagi siswa sehingga bisa
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V. Siklus II dilakukan selama
tiga kali pertemuan sesuai dengan program semester yang telah disusun oleh
peneliti, yaitu dua kali pertemuan untuk membahas materi pelajaran dan pada
pertemuan terakhir diadakan evaluasi pada akhir pembelajaran.
Pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan teknik Tes Hasil
Belajar. Tes diberikan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberikan
perlakuan pada penelitian tindakan kelas. Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan pada
setiap akhir siklus. Pemberian tes digunakan untuk mengumpulkan data yang
digunakan untuk membedakan antara kondisi awal dan sesudah dberi tindakan.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, tes yang digunakan adalah tes
obyektif yang terdiri dari 20 soal tes dengan empat pilihan jawaban. Adapun skor
yang diperoleh siswa jika menjawab dengan benar adalan satu, sedangkan skor
nol diberikan jika siswa menjawab salah.
Data yang terkumpul pada akhir siklus kemudian dianalisi menggunakan
analisis deskriptif sebagai pengambilan keputusan akhir. Untuk mendapatkan data
yang digunakan untuk mengambil kesimpulan maka dilakukan analisis kuantitatif

8
sederhana dengan mencari rerata skor instrumen yang disusun. Adapun kriteria
keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila nilai daya serap yang dicapai
pada penelitian ini adalah 60% dan 85% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai
minimal 60.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Rekapitulasi hasil penelitian dengan menerapkan metode kooperatif tipe
jigsaw pada siswa SD Negeri 2 Sukasada semester II Tahun Pelajaran 2015/2016
disampaikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 01. Rekapitulasi Data Hasil Penilaian Hasil Belajar Matematika Pra
Siklus, Siklus I dan Siklus II
Peningkatan
Indikator Pra Siklus Siklus I Siklus II siklus I ke
siklus II
Jumlah skor 1185 1370 1565 195
Rata-rata 56 65 75 10
Daya serap 56% 65% 75% 10%
Ketuntasan belajar 43% 76% 90% 14

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata kelas


mengalami peningkatan dari 56 pada hasil belajar pra siklus menjadi 65 pada
siklus I, kemudian meningkat menjadi 75 pada siklus II. Sedangkan nilai daya
serap siswa juga mengalami peningkatan dari 56% pada pra siklus meningkat
menjadi 65% pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 75% pada siklus II.
Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan dari 43% pada hasil belajar pra
siklus, naik menjadi 76% pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 90% pada
siklus II.

Membandingkan hasil analisis pada prasiklus dengan hasil analisis data


pada siklus I, menunjukkan peningkatan nilai rata-rata kelas dari 56 pada hasil
belajar prasiklus menjadi 65 pada siklus I, demikian pula daya serap mengalami
peningkatan dari 56 % pada prasiklus menjadi 76% pada siklus II dan ketuntasan
belajar dari 43% pada spra siklus menjadi 76% pada siklus II. Hal ini
menunjukkan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih dapat

9
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Sukasada dari
pada metode mengajar secara tradisional yang digunakan pada pra siklus.

Senada dengan pendapat Aronson (2000), bahwa jika dibandingkan dengan


metode mengajar secara tradisional, kelas jigsaw memiliki beberapa kelebihan: 1)
kebanyakan guru menilai metode kooperatif tipe jigsaw mudah dipelajari, 2)
kebanyakan guru menikmati mengajar dengan metode kooperatif tipe jigsaw,
pembelajaran menjadi kreatif dan meningkatkan minat anak belajar, 3) dapat
digabungkan dengan strategi metode mengajar lainnya, 4) dapat berhasil
meskipun alokasi waktunya hanya satu jam per hari, dan 5) bebas dalam
penerapannya.
Penelitian pada siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus
I. Siklus II merupakan penyempurnaan dari tindakan yang telah dilakukan pada
tahap sebelumnya. Hasil refleksi pada siklus I, terdapat beberapa kendala yang
menjadi penyebab masih rendahnya tingkat hasil belajar siswa antara lain: (1)
sebagian besar siswa belum memahami tahapan-tahapan pembelajaran dengan
metode kooperatif tipe jigsaw yang digunakan, terutama pada saat pembentukan
kelompok ahli, siswa masih bingung dengan pembagian materi yang harus mereka
pahami, (2) kebiasaan belajar siswa selama ini cenderung sebagai penerima
informasi menyebabkan siswa masih kurang aktif untuk mencari dan menemukan
informasi terkait dengan materi bagian masing masing, (3) perhatian dan
pembimbingan belum merata terutama pada anak dengan kemampuan berpikir
kurang, (4) siswa masih merasa kurang percaya diri menjelaskan apa yang mereka
peroleh dalam diskusi kelompok ahli kepada teman temannya di kelompok asal,
(5). kekurangan waktu saat merumuskan keseluruhan topik dan menarik
kesimpulan hasil diskusi.
Kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan yang ditemui pada
siklus I merupakan masukan dan pertimbangan untuk mengadakan perbaikan pada
siklus II. Upaya-upaya perbaikan yang dilakukan pada siklus II ini adalah sebagai
berikut. (1) Diperlukan penjelasan kembali tentang tahapan-tahapan pembelajaran
dengan metode kooperatif tipe jigsaw yang digunakan, terutama pada saat
pembentukan kelompok ahli, siswa masih bingung dengan pembagian materi yang
harus mereka pahami, (2) Diperlukan perubahan kebiasaan belajar siswa dari
10
penerima informasi menjadi kebiasaan belajar dengan mencari dan mengolah
informasi secara mandiri, (3) Hasil belajar yang belum optimal dicapai siswa
pada siklus I perlu ditingkatkan dengan pemberian perhatian dan pembimbingan
secara merata terutama pada anak dengan kemampuan berpikir kurang, (4)
memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa agar mampu dan percaya diri
menyampaikan materi yang diperoleh pada saat diskusi kelompok ahli kepada
teman teman kelompok asalnya, (5) Kekurangan waktu saat merumuskan
keseluruhan topik dan menarik kesimpulan hasil diskusi dapat diatasi dengan
mengefisienkan waktu pada setiap tahapan kerja kelompok, dan guru selalu
mengarahkan siswa.
Perbaikan tindakan pada siklus II dilakukan sehingga pada siklus II
pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa, siswa diarahkan bekerja mandiri
dengan langkah-langkah kegiatan sesuai dengan metode kooperatif tipe jigsaw
agar seluruh siswa secara bertahap mampu beraktivitas dan berinteraksi dengan
baik dalam situasi belajar yang nyaman dan terarah. Siklus II dilakukan selama
tiga kali pertemuan sesuai dengan program semester yang telah disusun oleh
peneliti, yaitu dua kali pertemuan untuk membahas materi pelajaran dan pada
pertemuan terakhir diadakan evaluasi akhir pembelajaran.
Hasil analisis data antara siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel
01. Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan dari 65
pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 75 pada siklus II. Sedangkan nilai
daya serap siswa juga mengalami peningkatan dari 65% pada siklus I, kemudian
meningkat menjadi 75% pada siklus II. Ketuntasan belajar juga mengalami
peningkatan dari 76% pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 90% pada
siklus II.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika disebabkan
karena pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dikembangkan memperhatikan
beberapa hal berikut, seperti: 1) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, (Ratunamen, dalam
Purniasih. 2009: 8) dan 2) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

11
meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan, Slavin (dalam https://mahirbelajar.wordpress.com).

Secara umum penelitian ini dikatakan berhasil, karena kriteria


keberhasilan yang ditetapkan sudah tercapai. Hasil belajar matematika siswa kelas
v SD Negeri 2 Sukasada meningkat setelah diterapkan metode kooperatif tipe
jigsaw. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ismiarti (2013: viii), bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas X3 SMA Negeri 1
Sukasada dan Penelitian yang dilakukan oleh Parna (2015: xi), bahwa penerapan
model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS
Kelas V Semester II SD Negeri 2 Tianyar Tengah Tahun Ajaran 2014/2015.
Keberhasilan yang diperoleh dalam penelitian ini disebabkan adanya
kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh metode kooperatif tipe jigsaw. Penerapan
metode kooperatif tipe jigsaw merubah pembelajaran dari bentuk pemindahan
ilmu (transfer of knowledge) yang pasif menjadi pembelajaran siswa aktif, siswa
berusaha menggali informasi dan mengolah informasi setelah menerima bagian
materi yang harus dikuasai sebelum siswa tersebut bergabung ke dalam kelompok
ahli, siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik, selain itu kelas
jigsaw melatih kemampuan pendengaran (audio), dedikasi dan empati dengan
cara memberikan peran penting kepada setiap anggota kelompok dalam aktifitas
akademik hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri pada siswa.
Selain itu beberapa kelebihan pembelajaran yang menerapkan metode
kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan pendapatnya Aronson sebagai berikut 1)
metode kooperatif tipe jigsaw mudah dipelajari, 2) kebanyakan guru menikmati
mengajar dengan metode kooperatif tipe jigsaw, 3) dapat digabungkan dengan
strategi metode mengajar lainnya, 4) dapat berhasil meskipun alokasi waktunya
hanya satu jam per hari, 5) bebas dalam penerapannya. Ini berarti menerapkan
metode kooperatif tipe jigsaw merupakan upaya mengatasi permasalahan
rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas V SD N 2 Sukasada.

12
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di
atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD
Negeri 2 Sukasada. Hal ini terbukti dengan peningkatan nilai rata-rata kelas
mengalami peningkatan dari 56 pada hasil belajar pra siklus menjadi 65 pada
siklus I, kemudian meningkat menjadi 75 pada siklus II. Sedangkan nilai daya
serap siswa juga mengalami peningkatan dari 56% pada pra siklus meningkat
menjadi 65% pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 75% pada siklus II.
Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan dari 43% pada hasil belajar pra
siklus, naik menjadi 76% pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 90% pada
siklus II.
Pelaksanaan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
memerlukan peran guru sebagai fasilitator yang baik dalam kegiatan
pembelajaran, oleh karena itu hendaknya guru selalu memantau aktifitas siswa
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung agar kegiatan pembelajaran dapat
berjalan dengan kondusif dan efektif, guru diharapkan dapat menerapkan strategi,
metode atau model pembelajaran yang bervariasi, dan dapat melibatkan siswa
dalam proses kegiatan pembelajaran agar siswa tidak bosan, semangat dalam
belajar, dan kegiatan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2001. Classroom Instruction and Management. New York:


McGraw Hill Companies.

Aronson. 2000. Jigsaw in 10 steps. www.jigsaw.org. Diakses pada 5 Agustus


2016

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata


Pelajaran Matematika SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Slavin, Robert E.. 2006. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktek).
Bandung: Nusa Media.

14

Anda mungkin juga menyukai