Anda di halaman 1dari 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


MATEMATIKA SISWA PADA MATERI STATISTIKA
(Penelitian Tindakan Kelas Pada siswa Kelas XI SMA N 1 Abung Timur)

LAPORAN

Disusun Oleh
Nama : Ardyasih,S.Pd
NIP : 19820731 2005012005

SMAN 1 ABUNG TIMUR


DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan nasional


Bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pencapaian tujuan nasional untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dilakukan melalui jalur pendidikan. Dalam
upaya menumbuhkan, memajukan, serta mencerdaskan kehidupan bangsa
penyelenggaraan dan pelaksanaan proses pendidikan harus terus ditingkatkan.
Pendidikan melibatkan kegiatan belajar dan proses pembelajaran.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan interaktif, inspiratif,
menyenangkan, dan menantang. Upaya untuk mengoptimalkan pembelajaran,
merupakan tugas dan tanggung jawab yang pokok bagi seorang guru.
Tuntutan untuk meningkatkan profesionalisme bagi guru bukan saja sekedar
memenuhi amanat perundangan tetapi merupakan bagian yang terpenting
dalam mengembangkan idealisme dan profesionalisme. Maka guru tetap
berusaha meningkatkan kinerjanya sebagai tanggung jawab moral. Salah satu
bukti bahwa guru berorientasi pada peningkatan kinerja adalah dengan
senantiasa mencari solusi bagi persoalan pembelajaran. Upaya upaya
mengkaji dan menemukan model, strategi dan pendekatan pembelajaran,
menjadi sebuah keharusan, seiring dengan perkembangan dunia pendidikan
yang senantiasa diwarnai dinamika dan perubahan. Tentu saja tidak semua
guru memiliki kemampuan untuk menemukan sesuatu yang baru atau
membuat inovasi dalam pembelajaran, namun paling tidak ia berupaya untuk
mencoba mengimplementasikan model-model baru yang tentu saja telah
melalui berbagai kajian dan telah dibuktikan keunggulannya..

Selanjutnya berdasarkan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang


standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa
mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari
Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, kreatif maupun
kemampuan dalam bekerja sama. Matematika merupakan ilmu yang
mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Matematika menjadi alat bantu ilmu-ilmu lainnya, baik untuk
kepentingan teoritis maupun aplikasi. Matematika merupakan subyek yang
sangat penting dalam sistem pendidikan di seluruh negara di dunia ini.
Negara yang mengabaikan pendidikan matematika sebagai prioritas utama
akan tertinggal di segala bidang. Matematika terdapat dalam semua cabang
ilmu. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola serta memanfaatkan informasi untuk kelangsungan
hidup dalam bermasyarakat yang selalu berubah dan kompetitif.

Matematika mempunyai objek benda-benda yang bersifat abstrak,


sehingga untuk memahaminya diperlukan kemampuan berpikir dan bernalar
secara logis. Tetapi masalah klasik dalam pendidikan matematika terutama di
SMAN 1 Abung Timur yaitu rendahnya prestasi belajar matematika siswa.
Proses pembelajaran yang terjadi satu arah, yang hanya menekankan pada
aspek kognitif siswa saja, sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor
siswa kurang diperhatikan. Siswa hanya mengetahui dan tidak
mengalami apa yang dipelajarinya. Prestasi belajar matematika dipengaruhi
beberapa faktor, dua diantaranya adalah kreativitas siswa dan model
pembelajaran guru. Beberapa model pembelajaran interaktif diharapkan
mampu mengatasi permasalahan dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMAN 1 Abung Timur


khususnya kelas XI IPA, di ketahui hasil belajar siswa masih rendah, hal ini
berdasarkan pre test atau tes awal yang dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana mereka mengingat materi di SMP. Berdasarkan test tersebut dapat
dilihat dari persentase jumlah siswa yang nilainya dibawah KKM mencapai
65%. Rendahnya aktifitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pencapain
KKM pembelajaran serta kurang tepatnya model pembelajaran yang
digunakan oleh guru merupakan faktor yang menjadi pemicunya. Faktor lain
yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa tidak menyukai
pelajaran matematika, dan rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep
matematika. Banyak siswa sering mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan permasalahannya pada suatu materi kepada guru saat proses
belajar mengajar. Mereka lebih mudah mengungkapkan permasalahan
tersebut kepada teman mereka dan dengan bahasa mereka sendiri sehingga
dapat saling memahami dan membantu satu sama lain, hal ini menunjukkan
bahwa siswa butuh belajar dalam kelompok kecil yang bersifat kolaborasi.
Para siswa dibagi dalam kelompok kelompok kecil diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.

Keadaan ini mendorong peneliti untuk dilakukan penelitian melalui


pengembangan pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dipilih
karena merupakan jenis pembelajaran kooperatif dengan pendekatan
konstruktifisme (membangun). Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar
siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa
dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari
materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran kooperatif
adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif di antara anggota
kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas
pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran,
berdiskusi untuk memecahkan masalah. Dengan interaksi yang efektif
dimungkinkan semua kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang
relatif sama tingkat kesulitannya. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif, menurut
Ismail (2003) adalah: (1). belajar dengan teman, (2). tatap muka antar teman,
(3). mendengarkan antar anggota, (4). belajar dari teman sendiri dalam
kelompok, (5). belajar dalam kelompok kecil, (6). produktif berbicara atau
mengemukakan pendapat/ gagasan, (7). siswa membuat keputusan, dan, (8).
siswa aktif. Selanjutnya disebutkan pula oleh Ismail (2003), bahwa belajar
kooperatif mempunyai ciri-ciri: (1). saling ketergantungan yang positif, (2).
dapat dipertanggung jawabkan secara individu, (3). heterogen, (4). berbagi
kepepimpinan, (5). berbagi tanggung jawab, (6). ditekankan pada tugas dan
kebersamaan, (7). mempunyai ketrampilan dalam berhubungan sosial, (8).
.guru mengamati dan,(9). efektivitas tergantung pada kelompok.

Dengan demikian dapat diringkas bahwa pembelajaran kooperatif


mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1). siswa belajar dalam kelompok,
produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan
secara bersama, (2). Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswi yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3) Jika dalam kelas terdapat siswa-
mahasisi yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama, budaya, dan jenis
kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok pun
terdapat terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula, (4).
Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada kerja
perorangan.

Model pembelajaran koparatif type Jigsaw pertama kali dikembangkan


dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas,
dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John
Hopkins (Arends, 1997). Model pembelajaran type Jigsaw didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri
dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi
yang diberikan, tetapi juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Para anggota tim-tim yang
berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling
membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada
mereka. Kemudian para siswa itu kembali pada kelompok asal untuk
menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah
mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin meneliti penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa pada materi statistika kelas XI SMAN 1 ABUNG TIMUR
Tp 2015/2016 semester 1.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1. Apakah pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw pada pokok bahasan statistika di kelas XI
dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
2. Apakah pembelajaran matematika model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw pada pokok bahasan statistika di kelas XI dapat
meningkatkan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut.
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada
pokok bahasan statistika di kelas XI.
2. Untuk meningkatkan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya
pada pembelajaran matematika model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw pada pokok bahasan statistiska di kelas XI.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi siswa: Siswa menjadi terlatih untuk dapat menghubungkan materi
abstrak matematika dengan kehidupan sehari-hari. Mereka mempunyai
kebiasaan mandiri dalam memecahkan masalah dan ada keberanian
mengemukakan pendapat.
2. Bagi guru: Guru mempunyai cara bagaimana membuat pembelajaran
berpusat pada siswa, guru memiliki variasi dalam memilih metode
pembelajaran.
3. Bagi sekolah: diperolehnya pengembangan pembelajaran dan
pengembangan kurikulum.
BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran


1. Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki prilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian. Witherington (1952) seperti dikutip oleh
sukmadinata (2004:155) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan
dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola respon yang baru
yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan
kecakapan.
Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh sebuah perubahan
tingkah laku yang menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak
dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan
atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan (Roziqin, 2007:
62).
Dari berbagai definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya
beberapa ciri belajar, yaitu:
1. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change
behavior).
2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan
tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan
tetap atau tidak berubah-ubah.
3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat
proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut
bersifat potensial
4. Perubahan tingkah laku merupakan hasillatihan atau pengalaman
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
2. Pembelajaran
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian
demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta
didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang
dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana
suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu
secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar
yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan
mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).

Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa


pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh
antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses
pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), dan bukan
pengajaran oleh guru (teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34).
Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran
yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang
terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi
juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif,
tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar
tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik
tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam
dirinya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta


didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah
yang lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan
agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk
membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator
yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung
peningkatan kemampuan belajar peserta didik.

Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:

Pembelajaran sebagai sistem


Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang
terorganisir antara lain tujuan pembelajaran , materi pembelajaran ,
strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga ,
pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan).
Pembelajaran sebagai proses
Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau
kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:
1. Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester,
dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan
perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi,
buku atau media cetak lainnya.

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada


persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi
oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran
yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja
dan komitmen guru , persepsi, dan sikapnya terhadap siswa;

3. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan


pasca pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan),
dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa
yang berkesulitan belajar.

Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :


1. Merupakan upaya sadar dan disengaja
2. Pembelajaran harus membuat siswa belajar

3. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses


dilaksanakan
4. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun
hasil
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative learning merupakan model
pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan
tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok
kecil (Saptono, 2003:32). Kepada siswa diajarkan keterampilan keterampilan
khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti
menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman,
berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah,
dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik strategi ini dilengkapi dengan
LKS yang berisi tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Selama
bekerja dalam kelompok, setiap anggota kelompok berkesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya dan memberikan respon terhadap pendapat
temannya. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, masing-masing
menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk didiskusikan dengan
seluruh siswa.

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:


untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara bekerja sama
kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah
jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya,
dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat
keheterogenan tersebut.
penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm


tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam
membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-
temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.
Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan
keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau
mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan


cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi
konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman
agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri
dari 4 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control
dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan
atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-
strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil
kelompok, dan pelaporan

C. Jigsaw

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengajak siswa


berfikir secara aktif dan kreatif adalam model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw. Model pembelajaran koparatif type Jigsaw pertama kali
dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di
Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins (Arends, 1997). Model pembelajaran type Jigsaw
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Para
anggota tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi
(tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang
ditugaskan kepada mereka. Kemudian para siswa itu kembali pada kelompok
asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang
telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Stephen, Sikes, dan Snapp (Rusman, 2011: 220) menyebutkan langkah-


langkah model pembelajaran kooperatif Jigsaw, sebagai berikut:

a. Siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim.


b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ subbab
yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan subbab yang sama.
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim kelompok asal
tentang subbab yang siswa kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan seksama.
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
g. Guru memberi evaluasi.

Gambar dibawah ini menunjukkan hubungan antara kelompok asal dan


kelompok ahli.
KEL 1 KEL 2 KEL 3 KEL 4 KEL 5
ABCDE FGHIJ KLMNO PQRST UVWXY

KEL 6 KEL 7 KEL 8 KEL 9 KEL 10


AFKPU BGLQV CHRMW DINSX EJOTY

KEL 1 KEL 2 KEL 3 KEL 4 KEL 5


ABCDE FGHIJ KLMNO PQRST UVWXY

Gambar 2.1 Hubungan antara kelompok ahli dan kelompok asal

Berdasarkan pada gambar hubungan tersebut, kelompok 1,2,3,4,5 adalah


kelompok asal yang didalamnya tergabung 5 siswa yang dpilih secara
heterogen baik akademik maupun suku ras dan gender. Kelima siswa dalam
tiap kelompok memiliki tanggung jawab materi dan soal yang telah diberikan
oleh guru selaku fasilitator. Kemudian dari kelima siswa tersebut, mereka
berpencar membentuk kelompok baru. Mereka yang memiliki materi yang
sama akan bergabung dalam sebuah kelompok yang disebut dengan
kelompok ahli dalam hal ini di tunjukkan dengan keterangan kelompok
6,7,8,9,10. Sebagai contoh kelompok asal 1 adalah A B C D E, diberi tugas
yang berbeda tiap anak. Kemudian A akan bergabung dengan anggota
kelompok lain yaitu F, K, P dan U yang memiliki tugas materi yang sama,
dalam kelompok ahli. Begitu juga dengan anggota kelompok asal 1 yang lain
akan bergabung dengan anggota kelompok lainnya yang memiliki topik atau
masalah yang sama. Kemudian setelah mereka berdiskusi dalam kelompok
ahli, mereka kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar atau saling
memberikan informasi.

Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran Cooperative


Learning. Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran Cooperative Learning ini
benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat
meningkatkan kemampuan akademik/kognitif siswa.

D. Pembelajaran Matematika
Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah
yaitu yang diajarkan di pendidikan dasar (SD dan SMP) dan pendidikan
menengah (SMA/ SMK). Sedangkan yang dimaksud kurikulum
matematika adalah kurikulum pelajaran matematika yang diberikan di
jenjang pendidikan menengah ke bawah bukan di jenjang perguruan tinggi.
Fungsi mata pelajaran matematika sebagai alat, pola pikir, dan
ilmu atau pengetahuan. Siswa diberikan pengalaman menggunakan
matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu
informasi misalnya melalui persamaan - persamaan / tabel-tabel dalam
model matematika merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita/
soal uraian matematika lainnya. Belajar matematika bagi para siswa,
juga merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu
pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara penalaran-
penalaran itu. Selain itu matematika berfungsi sebagai ilmu atau
pengetahuan, sehingga tentunya pengajaran matematika di sekolah harus
diwarnai oleh fungsi tersebut.(Erman Suherman, 2003: 55-56)
Tujuan umum pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah yaitu memberikan penekanan pada keterampilan
dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.
Menurut Erman Suherman (2003: 58) tujuan pembelajaran
matematika di SMP adalah agar:
1) siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui
kegiatan matematika;
2) siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk
melanjutkan ke pendidikan menengah;
3) siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan
perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari;
4) siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap
logis, kritis,
5) cermat, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika
Karakteristik pembelajaran matematika di sekolah sebagai berikut
(Erman Suherman, 2003: 68-69).
1) Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap).
Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang/ bertahap, yang
dimulai dari hal yang konkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal
yang sederhana ke hal yang kompleks atau dari konsep yang mudah ke
konsep yang lebih sukar.
2) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral.
Dalam setiap memperkenalkan konsep dan bahan yang baru perlu
memperhatikan konsep/ bahan yang dipelajari siswa sebelumnya. Bahan
yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajarinya dan
sekaligus untuk mengingatkannya kembali.
3) Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif.
Pemahaman konsep-konsep matematika melalui contoh-contoh
dengan sifat yang sama yang dimiliki dan yang tidak dimiliki oleh
konsep-konsep tersebut merupakan tuntutan pembelajaran matematika.
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.
Kebenaran dalam matematika sesuai dengan struktur deduktif
aksiomatiknya. Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya
merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara
kebenaran suatu konsep dengan konsep lainnya.
Penilaian pembelajaran matematika ditekankan pada proses dan hasil
berpikir. Dalam proses berpikir perlu dilihat tata nalar, alasan (reasoning)
dan kreativitas. Proses dan hasil berpikir tersebut dinilai dari segi
kelogisan, kecermatan, efisiensi dan ketepatan (efektifitas). Penilaian
pembelajaran perlu diusahakan menyeluruh dalam arti meliputi langkah
kerja dan hasil kerja.
Menurut Erman Suherman (2003:72) cara menilai dapat dilakukan
antara lain melalui:
1. pengamatan terhadap siswa sewaktu bekerja, mengajukan pertanyaan,
berdialog dengan teman yang lain ;
2. mendengarkan dengan cermat apa yang sedang diperbincangkan siswa;
3. mendengarakan dengan cermat pendapat siswa;
4. menganalisis hasil kerja siswa;
5. melalui tes

E. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah
proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku
baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar
berupa:
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar prilaku.
Menurut Bloom, hasil belajar atau tingkat kemampuan yang dapat dikuasai
oleh siswa mencakup tiga aspek yaitu:
a. Kemampuan Kognitif (Cognitive domaian) adalah kawasan yang
berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang
biasa diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari:
1) Pengetahuan (Knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang
pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
2) Pemahaman (Comprehension), mengacu pada kemampuan
memahami makna materi.
3) Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan
menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari
pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan
prinsip.
4) Analisis (Analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan
materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya,
dan mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu
dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat
lebih dimengerti.
5) Sintetis (Synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan
konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu
pola struktur atau bentuk baru.
6) Evaluasi (Evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan
pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.
b. Kemampuan Afektif (The affective domain) adalah kawasan yang
berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat,
sikap, kepatuhan terhadap moral. Kawasan ini terdiri dari:
1) Kemampuan Menerima (Receiving), mengacu pada
kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon terhadap
stimulasi yang tepat.
2) Sambutan (Responding), merupakan sikap siswa dalam
memberikan respon aktif terhadap stimulus yang datang dari
luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan
partisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penghargaan (Valving), mengacu pada penilaian atau pentingnya
kita mengaitkan diri pada objek pada kejadian tertentu dengan
reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak
memperhitungkan.
4) Pengorganisasian (Organization), mengacu pada penyatuan nilai
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
5) Karakteristik nilai (Characterization by value), mencakup
kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian
rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi
pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya
c. Kemampuan Psikomotorik (The psikomotor domain) adalah kawasan
yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan
fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi
psikis. Kawasan ini terdiri dari:
1) Persepsi (Perseption), mencakup kemampuan untuk
mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau
lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas
pada masing-masing rangsangan.
2) Kesiapan (Ready), mencakup kemampuan untuk menempatkan
dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau
rangkaian gerakan.
3) Gerakan Terbimbing (Guidance response), mencakup
kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik,
sesuai dengan contoh yang diberikan.
4) Gerakan yang Terbiasa (Mechanical response), mencakup
kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak-gerik
dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa
memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
5) Gerakan Kompleks (Complexs response), mencakup
kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang
terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat, dan efisien.
6) Penyesuaian Pola Gerak (Adjusment), mencakup kemampuan
untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik
dengan kondisi setempat.
7) Kreatifitas (Creativity), mencakup kemampuan untuk
melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru atas dasar diri
sendiri21.

Dari ketiga kemampuan ini dijadikan dasar sebagai kemampuan yang


harus dimiliki oleh siswa untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam
menempuh pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan pengertian di atas, peneliti
berpendapat bahwa hasil belajar merupakan perubahan prilaku, tingkah laku,
sifat, maupun sikap yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan siswa dalam hal penguasaan
materi yang telah dipelajari.
F. Statistika
Pengertian Statistika selalu dihubungkan dengan ilmu yang berhubungan
dengan angka atau sekumpulan angka yang dikenal dengan data.Di sekitar
lingkungan kita berada selalu berkaitan dengan Statistik.
Statistik dipakai untuk menyatakan ukuran sebagai wakil dari kumpulan
data (hasil pengukuran) mengenai sesuatu hal.Statistik dapat digunakan
sebagai penduga parameter, sedangkan ilmu yang mempelajari pendugaan
parameter dinamakan Statistika.
Dalam pengertian yang luas Statistika diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari dan mengusahakan agar data mempunyai makna. Mau tidak mau
setiap orang akan selalu berhubungan dengan data. Data yang dikumpulkan
tentunya akan bergantung pada macam data serta sarana dan prasarana yang
tersedia. Seringkali sarana dan prasarana yang tersedia memiliki keterbatasan
sehingga tidak mungkin kita dapat mengumpulkan data tersebut secara
keseluruhan.Keterbatasannya bisa juga disebabkan dari waktu yang tersedia,
biaya yang tersedia, atau kemampuan manusia yang terbatas.Oleh karena itu,
biasanya kita hanya dapat mengumpulkan sebagian data yang diharapkan
dapat mewakili keseluruhan data yang ada. Keseluruhan data yang akan
dipantau disebut populasi, sedangkan sebagian dari seluruh data yang
dipantau disebut sample dari populasi tersebut. Populasi mempunyai ciri yang
khas yang disebut parameter, sample juga mempunyai cirri sebagai penduga
dari parameter yang disebut Statistik. Sekelompok objek atau orang disebut
populasi.Sample adalah sebagian dari populasi.
Penyajian data tidak hanya dengan tabel atau daftar, tetapi dapat pula
dalam bentuk diagram.Missal diagram batang, diagram garis, atau diagram
lingkaran.Diagram batang dapat digunakan untuk membandingkan
jumlah.Diagram garis digunakan untuk menggambarkan keadaan yang
bersifat terus-menerus.Diagram lingkaran adalah sajian data dalam bertuk
lingkaran yang digunakan untuk menyatakan bagian dari keseluruhan jika
data dinyatakan dalam persen dengan jumlah total 100%.
Histogram adalah suatu jenis khusus dari diagram batang. Histogram
digunakan untuk menunjukan sebaran atau distribusi frekuensi data
tersebut.Dalam histogram tidak terdapat ruang diantara batang-
batangnya.Tinggi dari masing-masing batang menunjukan frekuensi dat
tersebut. Pada histogram lebar tiap persegi panjang mungkin tidak sama.
Dalam hal demikian, luas tiap persegipanjang menyatakan frekuensi kelas
yang bersangkutan.
Ukuran penyebaran data memberikan gambaran seberapa besar data
menyebar dalam kumpulannya.Melalui ukuran penyebaran kita dapat
mengetahui seberapa jauh data-data menyebar dari titik pemusatannya.
Ukuran-ukuran penyebaran yang sering digunakan antara lain: range,
jangkauanantar kuartil, dan varian.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Abung Timur, yang beralamatkan


Jalan Raya Abung Timur Desa Bumi Agung Marga, Kecamatan Abung Timur
Kabupaten Lampung Utara. Penelitian yang dilakukan di kelas XI IPA pada
tahun ajaran 2015/2016 semester ganjil ini pelaksanaannya dilakukan di bulan
Agustus tahun 2015. Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus. Dimana tiap
siklus nya memiliki dua kali pertemuan dan setiap pertemuan memiliki
waktu 2 x 45 menit. Selama pelaksanaan penelitian, untuk mengamati proses
pembelajaran, dan membantu pengumpulan data, peneliti dibantu oleh guru
SMAN 1 Abung Timur selaku observer teman sejawat.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian kali ini adalah siswa/i SMAN 1 Abung Timur
khususnya di kelas XI IPA yang berjumlah 23 orang. Diantaranya terdapat 12
siswa laki laki dan 11 siswa perempuan.

C. Prosedur (Langkah-langkah Penelitian)

1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
(classroom action research) dengan penekanan terhadap perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, sistem evaluasi dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran matematika . PTK adalah sebuah
penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan
merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif
dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Menurut Iskandar (2009:20). Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan bagian dari penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dan
dosen dikelas tempat ia mengajar yang bertujuan memperbaiki kualitas
dan kuantitas proses pembelajaran dikelas. Selanjutnya Sanjaya
(2009:26), menyatakan bahwa arti penelitian tindakan kelas (PTK) itu
sendiri adalah proses pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas
melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi
nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, dimana tiap siklusnya dua
kali pertemuan. Pengelompokan pada siklus 1, berdasarkan nilai awal
para siswa. Tiap pergantian siklus, pengelompokan juga berganti,
disesuaikan dengan nilai akhir siklus. Indikator keberhasilan dalam
penelitian tindakan kelas ini secara umum menitikberatkan pada aspek
prestasi belajar siswa yang meningkat. Peningkatan prestasi belajar
dinyatakan berhasil bila terjadi peningkatan jumlah siswa yang memenuhi
nilai KKM 75 pada setiap siklusnya dan siklus akan dihentikan bila
jumlah siswa yang memenuhi KKM mencapai 70%. Siklus dihentikan bila
semua indikator keberhasilan telah tercapai atau siklus sudah mencapai
tingkat jenuh.
Materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah Statistika, yang
didalamnya mencakup sub Bab : Menyajikan Data, Ukuran Pemusatan
dan Letak Data, serta Ukuran Penyebaran Data.

2. Langkah-langkah Penelitian
a. Perencanaan,
Dalam Proses perencanaan, peneliti mempersiapkan instrumen
pembelajaran untuk mendukung penelitian ini. Diantaranya Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar instrumen Latihan Kerja
Siswa untuk kelompok ahli, instrumen observasi dan instrumen evaluasi
akhir
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan harus sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Materi yang diajarkan berbeda tiap siklusnya.
Pembagian Kelompok juga beerganti tiap siklusnya.
Dengen mengacu pada Rencana pelaksanaan pembelajaran, maka
tahapan pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Memberikan tes awal (pre test) kepada siswa
2. Pembagian kelompok berdasarkan nilai pre test
3. Pembagian Tugas
Setelah Pembagian Tugas, siswa yang mendapat tugas yang sama
berkumpul dalam satu kelompok. Selanjutnya kelompok itu
diberikan lembar ahli yang berisikan materi materi yang terdapat
pada materi Statistika.
4. Membaca
Siswa dalam setiap kelompok ahli menerima materi yang terdapat
pada materi statistika dan membaca bahan yang digunakan untuk
mencari informasi terhadap materi yang dituhaskan.
5. Diskusi kelompok
Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu mendiskusikan
informasi tentang materi yang terdapat pada materi statistika dalam
kelompok ahli
6. Laporan Tim
Setelah selesai berdiskusi, para ahli kembali ke kelompok asal
mereka untuk mengajarkan topik topik mereka pada teman satu
kelompok.
7. Evaluasi
Siswa mengerjakan soal individu yang mencakup seluruh topik.
Evaluasi dalam hal ini dikatakan juga sebagai tes akhir (post test)
pada siklus 1
8. Penghargaan tim
Guru member ikan penghargaan kepada kelompok yang bagus.
Dalam artian kelompok yang aktif diskusi dan yang memperoleh
nilai individu nya tinggi.
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan, dilakukan pengumpulan data berupa non tes
melalui lembar observasi dengan cara mengamati kegiatan siswa di
dalam kelas dan mencatat hal baru yang dianggap masalah setelah
diberikan tindakan tiap satu kali pertemuan dalam proses belajar
mengajar.
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi proses pembelajaran yang telah berlangsung
dengan tahapan sebagai berikut :
1. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh pada tiap siklus
(pre test, post test, dan lembar observasi).
2. Menarik kesimpulan berdasarkan data yang telah di olah dan
analisis
3. Merefleksikan kekurangan pada siklus tersebut
4. Menarik kesimpulan
Dari hasil data siklus I yang telah direfleksikan, dapat diberikan
hasil keputusan tentang kegiatan penelitian dilanjutkan pada siklus
berikutnya atau di hentikan.

D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini pengumpulan data mengenai pelaksanaan dan hasil
dari program tindakannya akan dilakukan dengan menggunakan beberapa
instrumen penelitian yang terdiri dari :
1. Silabus, Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Yaitu merupakan perangkat
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan
disusun untuk tiap putaran. Masing - masingRPP berisi kompetensi dasar,
indikator pencapaian hasil belajar,tujuan pembelajaran khusus, dan
kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Lembar kegiatan ini yang dipergunakan
siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran jigsaw, untuk
mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
b. Lembar observasi siswa, untuk mengetahui daya serap siswa dan
ketercapaian ketuntasan belajar siswa.
5. Tes Formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes
formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan
adalah isian singkat (objektif).

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis
deskriptif. Teknik analisis data deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan
hasil belajar matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. Menurut Elfis (2010d), analisis data hasil pencapaian
hasil belajar matematika siswa dilakukan dengan melihat: a) daya serap, b)
ketuntasan individu, dan c) ketuntasan klasikal
(1) Daya serap
Untuk mengetahui daya serap siswa dari hasil belajar dianalisis dengan
mengunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah skor yang diperoleh siswa
Daya Serap= 100
jumlah skor maksimum
Berikut ini tabel mengenai interval dan daya serap siswa dalam suatu
materi yang telah disesuaikan dengan kepentingan pihak sekolah dan
para dewan guru.
Tabel 3. Interval dan Kategori Daya Serap Siswa
% Interval Kategori
86 100 Sangat baik
75 85 Baik
70 75 Cukup
<70 Kurang
Sumber: Modifikasi Peneliti sesuai KKM sekolah
(2) Ketuntasan Belajar Siswa
(i) Ketuntasan Individu Siswa
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis
(2010d), seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar apabila
memperoleh nilai minimal dari KKM yang ditetapkan oleh sekolah.
Di SMAN 1 Abung Timur, nilai KKM ditetapkanyaitu 75
(ii) Ketuntasan Klasikal
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis
(2010d), suatu ketuntasan belajar jika sekurang-kurangnya 85% dari
siswa tuntas belajar. Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
JST
KK = 100
JS
Keterangan:
KK = Persentase ketuntasan belajar klasikal
JST = Jumlah siswa yang tuntas
JS= Jumlah seluruh siswa
BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Berdasarkan observasi awal pada siswa kelas XI IPA di SMAN 1 Abung
Timur semester 1, ditemukan hasil yang kurang memuaskan dalam tes
formatif pada mata pembelajaran matematika, yaitu terdapat 15 siswa (65%)
dari 23 siswa yang belum mencapai nilai batas tuntas yaitu 75. Dengan nilai
tertinggi 79, nilai terendah 40 dan nilai rata-rata kelas 65,4.
Berikut adalah nilai hasil belajar siswa kelas XI IPA saat masih duduk
di kelas X
Tabel 4.1
Daftar Hasil Belajar Pra siklus
Nilai
No Nama keterangan
Pre test
1 ABDURRAHMAN 55 tidak Tuntas
2 AHMAD VIRGIAWAN 70 tidak Tuntas
3 ANDREANSYAH 70 tidak Tuntas
4 ANDRIANSYAH 77 TuntaS
5 ARIF RAHMAN HAKIM 55 tidak Tuntas
6 CITRA MAYANG SARI 77 TuntaS
7 ERNA SARI 65 tidak Tuntas
8 PEBRIAN TAMA 74 tidak Tuntas
9 HENDRA JAYA 77 TuntaS
10 JUNAIDI ISKANDAR 77 TuntaS
11 MIA SARI 65 tidak Tuntas
12 MIRANDA SUBRATA 40 tidak Tuntas
13 MOYLISA NAFA URBA 79 TuntaS
14 NURI TIKA S 55 tidak Tuntas
15 REPLI 40 tidak Tuntas
16 RONALDI 55 tidak Tuntas
17 ROSITA 75 TuntaS
18 RIA YULIANDA 65 tidak Tuntas
19 RISKA A 55 tidak Tuntas
20 SATRIA YUDA 77 TuntaS
21 SUBAIDAH 70 tidak Tuntas
22 YUNI ERVITA S 55 tidak Tuntas
23 YUNI PRATIWI 77 TuntaS
Nilai
No Nama keterangan
Pre test
Nilai Maksimum 79
Nilai Minimum 40
Rata Rata 65,4
Ketuntasan Klasikal 35%
Persentase siswa tak tuntas 65%

Setelah didapat hasil belajar siswa pada pra siklus, maka hasil belajar
ini yang menjadi acuan untuk membagi siswa dalam kelompok kecil.
Sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru menjelaskan kepada
siswa mengenai teknik NHT dan cara penilaian yang digunakan kepada
siswa, guru juga mengumumkan pembagian kelompok dan sikap- sikap yang
harus dikembangkan oleh siswa selama berdiskusi dalam pembelajaran
kooperatif dengan teknik NHT. Pembagian kelompok seperti tercantum
dibawah ini :
Berkut adalah daftar nama kelompok belajar untuk siklus 1
Tabel 4. 2 Daftar nama kelompok
Nomor Kelompok Nama Anggota Kelompok
1) MOYLISA NAFA URBA
2) AHMAD VIRGIAWAN
KELOMPOK A 3) ANDREANSYAH
4) RISKA A
1) ANDRIANSYAH
2) PEBRIAN TAMA
KELOMPOK B 3) SUBAIDAH
4) RONALDI
1) CITRA MAYANG SARI
2) ROSITA
KELOMPOK C 3) ERNA SARI
4) NURI TIKA S
5) YUNI ERVITA S
1) HENDRA JAYA
2) YUNI PRATIWI
KELOMPOK D 3) MIA SARI
4) ARIF RAHMAN HAKIM
5) MIRANDA SUBRATA
1. JUNAIDI ISKANDAR
2. SATRIA YUDA
KELOMPOK E 3. RIA YULIANDA
4. ABDURRAHMAN
5. REPLI
B. Pembahasan
1. Hasil Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini kompetensi dasar yang akan dikuasai siswa adalah
Membaca data dalam bentuk table dan diagram batang, garis,
lingkaran, dan ogive. Dengan Indikator :
Mampu membaca sajian data dalam bentuk table, diagram batang,
diagram garis, diagram lingkaran, dan ogive
Mampu mengidentifikasikan nilai suatu data yang ditampilkan pada
tabel dan diagram
Secara garis besar rencana tindakan yang akan diberikan pada Siklus
1 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Rencana Tindakan Siklus 1


No. Tahapan Kegiatan Waktu Kegiatan

1. Kegiatan (10 menit ) Salam pembuka, perkenalan, presensi.


Awal/Pendahuluan Menginformasikan SK, KD dan
materi yang harus dicapai.
Apersepsi: dengan bimbingan guru
membahas kegunaan statistika
dalam pemecahan masalah dalam
(10 menit) kehidupan sehari-hari.
Motivasi: mendorong siswa untuk
memahami statistika.
2 Kegiatan inti: (60 menit) 1) Eksplorasi
Mengamati dan
mengidentifikasi tentang data-
data di sekitar sekolah.
Mencari sejumlah data
yang disajikan dalam bentuk
diagram batang, garis dan
lingkaran yang ada di lingkungan
sekolah.
Secara berkelompok
siswa menafsirkan/membaca
diagram tersebut.
2) Elaborasi
Guru membagi kelas dalam 5
kelompok (4 hingga 5 peserta
didik tiap kelompok). Adapun
cara pengelompokkan secara
acak dan merata baik siswa laki
maupun perempuan maupun yang
cerdasnya.
Setelah berkelompok, membahas
lembar diskusi yang telah
disiapkan oleh guru.
Diskusi kelas dengan cara
No. Tahapan Kegiatan Waktu Kegiatan

pemanggilan nomor diri dari tiap


anggota kelompok.
Saat penunjukkan anggota
kelompok dilakukan dengan
menyebutkan/ memanggil nomor
diri yang terdapat ditiap-tiap
kelompok masing-masing.
Seperti untuk kelompok satu
silahkan bacakan hasil studi
pustakanya tentang tenaga kerja
dn seterusnya.
Saat diskusi kelas dipandu oleh
guru membahas soal-soal yang
terdapat dalam lembar diskusi
dilakukan seperi cara diatas.Dan
setiap jawaban benar diberi
penghargaan skor dan dicatat
sebagai skor kelompok masing-
masing. Dan pembagian soal
dibuat sesuai dengan jumlah
kelompok siswa
3) Konfirmasi
Tanya jawab tentang cara sajian
data dalam bentuk table, diagram
batang, diagram garis, diagram
lingkaran, dan ogive

3 Kegiatan Akhir/ Penutup ( 15 Menit) Kelompok yang mempunyai nilai


tertinggi diumumkan dan diberi
pujian.
Membuat rangkuman
Memberi penguatan tentang
(10 Menit) materi yang telah diajarkan
berbagai macam diagram
Siswa mengikuti Post Test
Penugasan
b. Pelaksanaan Tindakan
1. Kegiatan awal
Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan memberikan salam dan
menanyakan kabar serta mengecek kehadiran siswa. Kemudian
dilanjutkan presentasi kelas oleh guru, Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran dan mengungkapkan pentingnya belajar matematika,
memberikan motivasi kepada siswa agar menyenangi pembelajaran
matematika karna sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi dengan
contoh kehidupan sehari-hari. Kemudian menjelaskan sistem
penilaian dan mempersiapkan untuk test awal. Kemudian
dilanjutkan dengan mempersilahkan bergabung dengan
kelompoknya sesuai yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Kegiatan Inti
Siswa diberi penjelasan tentang materi secara sepintas, kemudian
dilanjutkan dengan diskusi kelompok membahas lembar diskusi
yang telah disiapkan oleh guru dalam waktu 20 menit. Kemudian
selama 40 menit siswa dibimbing oleh guru untuk berdiskusi
membahas hal hal yang berkaitan dengan materi diskusi dengan
cara NHT. Yaitu dengan cara guru melemparkan pertanyaan kepada
tiap kelompok dengan memanggil nomor diri dari masing-masing
kelompok yang tergambar sebagai berikut :

Tabel 4.4. Daftar Sebaran Siswa yang Menjawab


No Diri siswa yang
Jumlah
menjawab/menanggapi
No Kelompok
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 A V V 1 1
2 B V V 1 1
3 C V V 1 1
4 D V V 1 1
5 E V V 1 1
Setiap jawaban benar diberi skor dan nilai perolehan kelompok
terpampang di papan tulis.
3. Kegiatan Penutup
Pada tahap ini guru menutup kegiatan dengan membuat rangkuman
dan memberi penguatan pada materi yang sudah dipelajari dan
kelompok yang memperoleh nilai tertinggi diberi pujian.
Kemudian siswa mempersiapkan untuk test akhir secara individu
tertulis selama 10 menit , dan terakhir guru memberi tugas untuk
pertemuan minggu depan.
c. Hasil Pengamatan
Hasil perolehan pre test akan dibandingkan dengan hasil perolehan
pada siklus 1 dapat digambarkan sebagai berikut :

Pre Test Siklus 1


No Nama Nilai Nilai Keterangan
keterangan Siklus 1
Pre test

1 ABDURRAHMAN 55 tidak Tuntas 68 BelumTuntas

2 AHMAD VIRGIAWAN 70 tidak Tuntas 80 Tuntas

3 ANDREANSYAH 70 tidak Tuntas 80 Tuntas

4 ANDRIANSYAH 77 TuntaS 86 Tuntas

5 ARIF RAHMAN HAKIM 55 tidak Tuntas 68 BelumTuntas

6 CITRA MAYANG SARI 77 TuntaS 86 Tuntas

7 ERNA SARI 65 tidak Tuntas 76 Tuntas

8 PEBRIAN TAMA 74 tidak Tuntas 83 Tuntas

9 HENDRA JAYA 77 TuntaS 86 Tuntas

10 JUNAIDI ISKANDAR 77 TuntaS 86 Tuntas

11 MIA SARI 65 tidak Tuntas 76 Tuntas

12 MIRANDA SUBRATA 40 tidak Tuntas 56 BelumTuntas

13 MOYLISA NAFA URBA 79 TuntaS 87 Tuntas

14 NURI TIKA S 55 tidak Tuntas 68 BelumTuntas

15 REPLI 40 tidak Tuntas 56 BelumTuntas

16 RONALDI 55 tidak Tuntas 68 BelumTuntas

17 ROSITA 75 TuntaS 84 Tuntas


Pre Test Siklus 1
No Nama Nilai Nilai Keterangan
keterangan Siklus 1
Pre test

18 RIA YULIANDA 65 tidak Tuntas 76 Tuntas

19 RISKA A 55 tidak Tuntas 68 BelumTuntas

20 SATRIA YUDA 77 TuntaS 86 Tuntas

21 SUBAIDAH 70 tidak Tuntas 80 Tuntas

22 YUNI ERVITA S 55 tidak Tuntas 68 BelumTuntas

23 YUNI PRATIWI 77 TuntaS 86 Tuntas

Nilai Maksimum 79 87

Nilai Minimum 40 56

Rata Rata 65,4 76

Ketuntasan Klasikal 35% 65%

Persentase siswa tak tuntas 65% 35%

d. Refleksi Siklus I
Berdasarkan tes pada sklus 1 diperoleh nilai yang kemudian di
bandingkan dengan nilai pre test. Pada siklus 1 diketahui bahwa
jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar dalam hal ini siswa
yang mendapat nilai diatas 75, berjumlah 15 siswa (65%) dan yang
mendapat nilai dibawah 75 berjumlah 8 siswa (35%). Dengan nilai
rata rata mencapai 76 pada siklus 1 ini diperoleh data bahwa ada
kemajuan hasil belajar matematika siswa pada kelas XI IPA. Namun
masih ada kendala yang dihadapi peneliti, dalam hal ini mengenai
sikap keberanian menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan
belum tumbuh, terlebih jika ditunjuk maju ke depan umumnya siswa
tidak ada keberanian. Hal ini menggambarkan tingkat partisipasi aktif
siswa dalam mengikuti pelajaran masih rendah. Dikarenakan hal
tersebut dank arena belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal maka
perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus ke 2.
2. Hasil Siklus II
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Hasil Pengamatan
d. Refleksi Siklus II
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai