Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan untuk menyiapkan

peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan serta

untuk membantu individu mencapai tingkat kedewasaan secara

optimal. Pengertian kedewasaan secara oftimal, menitikberatkan pada

kedewasaan secara psikis,bukan kedewasaan pisik.

Kurikulum yang berlaku di Sekolah Dasar disusun untuk

mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional dengan memperhatikan

tahap perkembangan siswa dan kesesuaian lingkungan, kebutuhan

pembangunan nasional, perkembangan pengetahuan dan teknologi

Mata pelajaran matematika termasuk yang diamanatkan dan

dicantumkan dalam kurikulum serta memiliki porsi yang cukup

dominan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. “Pelajaran matematika

perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar

untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir

logis,analitis,sistematis,kritis dan kreatif, serta kemampuan

bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik

memiliki kemampuan memperoleh,mengelola dan memanfaatkan

informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu

berubah,tidak pasti dan kompetitif” BNSP(29:2006).


Permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran matematika di

kelas IV SDN Cipatangga antara lain siswa masih kesulitan dalam

menentukan KPK suatu pasangan bilangan. Hal ini tergambar pada

hasil Ulangan Tengah Semester Ganjil Tahun Pelajaran

2011/2012 ,bahwa pada umumnya kesalahan jawaban siswa dalam

mengerjakan soal matematika adalah pada materi menentukan

Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Setelah guru melakukan

refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan,dimungkinkan bahwa kesulitan yang dialami siswa sebagai

dampak dari penerapan model pembelajaran yang kurang relevan.

Berangkat dari hasil refleksi tersebut , maka guru merencanakan untuk

melakukan penelitian Tindakan kelas dengan judul :

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam

Upaya Meningkatkan Pemahaman Matematik Peserta Didik Pada

Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)”( Penelitian Tindakan

Kelas terhadap Peserta Didik Kelas 1V SD Negeri Cipatangga

Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012).

Banyak model dan tipe pembelajaran sebagai alternative pilihan,

namun sesuai karakteristik materi yang dijadikan objek penelitian,

peneliti tertarik untuk memilih model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw. Penulis memprediksi bahwa melalui penerapan model

Kooperatif tipe Jigsaw bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik

pada mata pelajaran matematika di Kelas IV SD Negeri Cipatangga


tahun pelajaran 2011/2012, karena melalui model pembelajaran ini

siswa terlibat langsung untuk berkonurnikasi dan berinteraksi sosial

dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan pendapat Isjoni (2010:5) yang mengemukakan:

“Siswa diberi kesempatan untuk berkonurnikasi dan berinteraksi sosial

dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara

guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa artinya

dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan pengetahuan di bangun

sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab atas hasil

pembelajarannya”.

Selain itu, Lie, Anita (2007:30) mengemukakan:

“Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka

juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada

anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian siswa saling

tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara

kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”.

B. Identifikasi Masalah
Secara sederhana identifikasi masalah dapat dirumuskan sebagai

proses mencari dan menentukan permasalahan yang dihadapi dalam

pembelajaran, dengan merefleksi diri tentang kegiatan pembelajaran


yang pernah dilaksanakan.

Identifikasi masalah yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini

berkenaan dengan mata pelajaran matematika di kelas IV SDN

Cipatangga Tahun Pelajaran 2011/2012 pada materi Kelipatan

Persekutuan Terkecil (KPK). Adapun hasil identifikasi masalah

tersebut adalah :

1. Dari 28 orang peserta didik Kelas IV SDN Cipatangga Tahun

Pelajaran 2011/2012, pada pelaksanaan UTS semester ganjil baru

10 orang yang mengerjakan dengan benar soal matematika pada

materi kelipatan persekutuan Terkecil.

2. Nilai rata-rata UTS peserta didik Kelas IV SDN Cipatangga Tahun

Pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran matematika masih di

bawah KKM yang ditentukan.

3. Dalam mengikuti Pembelajaran matematika pada materi Kelipatan

Persekutuan Terkecil(KPK), peserta didik Kelas IV SDN

Cipatangga Tahun Pelajaran 2011/2012, tampak kurang antusias.

C. Pembatasan Masalah

Sesuai hasil identifikasi masalah, maka pembatasan masalah dalam

Penelitian Tindakan Kelas ini adalah :

Tingkat pemahaman peserta didik kelas IV SD Negeri Cipatangga

Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran matematika pada

materi Kelipatan Persekutuan Terkecil(KPK), dilihat dari hasil


Ulangan Tengah Semester(UTS) pada semester ganjil Tahun

Pelajaran 2011/2012.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan malasah

dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah :

Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

dapat meningkatkan pemahaman peserta didik kelas IV SD Negeri

Cipatangga Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran

matematika pada materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman peserta didik kelas IV

SD Negeri Cipatangga Tahun pelajaran 2011/2012 dalam

pembelajaran matematika pada materi Kelipatan Persekutuan Terkecil

(KPK)

F. Manfaat Hasil Penelitian :


Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :

1. Bagi Peserta Didik


Memperbaiki kelemahan proses pembelajaran yang pernah

dilakukan khususnya pada materi KPK sehingga hasil belajar

meningkat.

2. Bagi Guru

Menambah wawasan guru dalam penggunaan model

pembelajaran yang relevan sehingga kualitas pembelajaran lebih

meningkat.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan perbaikan dalam mengatasi kesulitan yang di alami

dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran Matematika

di Sekolah Dasar.
BAB II

KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR,

DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teoretik

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Karli, Hilda dan Margaretha, SY (2002: 70), “Model

pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar

yang menekankan pada sikap atau prilaku bersama dalam bekerja

atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang

teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.” Hal

ini sejalan dengan gambaran dari Tim MKPBM (2001: 218)

“Pembelajaran Kooperatif mencakupi suatu kelompok kecil, siswa

yang bekerja sama sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan

sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengajarkan

sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.”

Model pembelajaran Kooperatif tipe ini dikembangkan oleh

Aronson. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim, Muslimin, et.al

(2000: 2), “Jjgsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot

Aronson dan teman-teman di Universitas Texas dan kemudian

diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John

Hopkins.”

Jadi, model pembelajaran Kooperatif merupakan strategi

belajar mengajar yang menekankan kerja sama kelompok dalam


memecahkan dan menyelesaikan masalah yang diberikan. Akan

tetapi, tidak semua kelompok belajar dapat dikatakan pembelajaran

Kooperatif.

Tim MKPBM (2001: 218), menjelaskan tidak cukup

menunjukkan Cooperative Learning jika para peserta didik duduk

bersama di dalam kelompok-kelompok kecil, tetapi menyelesaikan

masalah secara sendiri-sendiri. Bukanlah Cooperative Learning jika

para peserta didik duduk bersama dalam kelompok-kelompok dan

mempersilakan salah seorang di antaranya untuk menyelesaikan

seluruh pelajaran kelompok Cooperative Learning menekankan

pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya

sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu

masalah atau tugas.

Selanjutnya Roger dan David (Lie, Anita, 2002: 30)

menyatakan, “Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap

pembelajaran Kooperatif. Untuk mencapai hasil maksimal ada 5

unsur yang harus diterapkan yaitu: saling ketergantungan positif,

tanggung jawab perorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota

evaluasi proses kelompok.” Mengenai hal ini Wardani, Sri (2006: 4)

berpendapat bahwa dalam pembelajaran Kooperatif terdapat empat

dasar yaitu : 1) Saling ketergantungan positif; 2) Adanya interaksi

tatap muka langsung; 3) Adanya akuntabilitas/tanggung jawab

individu; 4) Komunikasi keterampilan menjamin hubungan personal.


Dari beberapa pendapat di atas, Nampak bahwa kelompok

belajar dalam pembelajaran Kooperatif berbeda dengan

pembelajaran biasa. Dalam kelompok pembelajaran Kooperatif,

ada unsur-unsur yang harus diterapkan dan elemen yang

mendasarinya. Selain itu, Tim MKPBM (2001: 218) mengemukakan

bahwa ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam Cooperatif

Learning agar para peserta didik bekerja secara Kooperatif. Hal-hal

tersebut meliputi:

a. Para siswa yang Tergabung dalam suatu kelompok harus

merasa bahwa mereka bagian dari sebuah tim dan

mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai;

b. Para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus

menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah

masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya

kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh

seluruh anggota kelompok itu;

c. Untuk mencapai hasil yang maksimal, para siswa yang

tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama

lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.

Sejalan dengan pendapat di atas, Ibrahim, Muslimin, et.al

(2000: 6) menyatakan bahwa unsur-unsur dasar pembelajaran

Kooperatif adalah sebagai berikut:


a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa

mereka sehidup sepenanggungan bersama;

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam

kelompoknya seperti mereka sendiri;

c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam

kelompoknya;

d. Siswa haruslah membagi tugas dan bertanggung jawab

yang sama di antara kelompoknya;

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan

hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk

semua anggota kelompoknya;

f. Siswa berbagai kepemimpinan dan mereka membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya;

g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok Kooperatif.

Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa pembelajaran

Kooperatif melatih peserta didik untuk bekerja sama, saling

membantu, bertanggung jawab untuk mencapai hasil yang

maksimal. Selain itu juga. Pembelajaran Kooperatif mengajarkan

peserta didik agar memiliki jiwa sosial yang tinggi.


Pada prosesnya, pembelajaran Kooperatif mempunyai

langkah-langkah yang harus diperhatikan. langkah-langkah

menurut Ibrahim Muslimin, et.al (2000: 10) adalah sebagai berikut:

Tabel 1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
Menyampaikan tujuan dan yang dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa memotivasi siswa belajar.
Fase-2 Guru menyajikan kepada siswa dengan jalan
Menyajikan informasi demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3 Guru menjelaskan kepada siswa caranya
Mengorganisasikan siswa ke membentuk kelompok belajar dan membantu
dalam kelompok-kelompok setiap kelompok agar transisi secara efisien.
belajar
Fase-4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
dan belajar
Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi yang telah dipelajari atau masing-masing
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai
Memberikan Penghargaan upaya atau hasil belajar individu maupun
kelompok.

Sumber : Ibrahim, Muslimin, et.al (2000 : 10)


2. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

a. Teori Piaget

Piaget terkenal dengan teori konstruktivisme. Ide pokok

dari konstruktivisme adalah peserta didik secara aktif

membangun pengetahuan sendiri. Pandangan konstruktivisme

tentang pembelajaran sebagai proses yang aktif artinya

pengetahuan tidak diberikan kepada peserta didik dalam

“bentuk jadi”, tetapi peserta didik membentuk proses asimilasi

dan akomodasi. Prinsip-prinsip dalam pembelajaran yang

berlandaskan paham konstruktivisme dikemukakan oleh Driver

(Suparno, Paul, 1997: 49):

1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara


personal maupun kelompok;
2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa
kecuali hanya dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk
menalar;
3) siswa aktif mengonstruksi terus menerus sehingga selalu
terjadi perabahan konsep menuju ke konsep yang lebih
rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah;
4) guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi
agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.

Prinsip-prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan

dalam pendidikan sains dan matematika. Suparno, Paul (1997:

73) menyatakan prinsip-prinsip yang sering diambil adalah

sebagai berikut:

1) pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa secara aktif;


2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa;
3) mengajar adalah membantu siswa belajar;
4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan
pada hasil akhir;
5) kurikulum menekankan partisipasi siswa;
6) guru adalah fasilitator.

Menurut Piaget pikiran manusia mempunyai struktur

yang disebut skemata yang sering disebut struktur kognitif.

Dengan menggunakan skemata, seseorang beradaptasi dan

mengoordinasi lingkungannya. sehingga. terbentuk skemata

yang baru, yaitu proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi

merupakan proses penyertaan informasi baru ke dalam pikiran,

sedangkan akomodasi adalah proses penelusuran kembali

struktur pikiran karma adanya informasi baru, sehingga

informasi itu mempunyai tempat.

Berdasarkan dengan hal tersebut, Budiningsih, C. Asri

(2005: 49) mengemukakan bahwa menurut Piaget, hanya

dengan mengaktifkan siswa secara optimal, maka proses

asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat

terjadi dengan baik.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah

dikemukakan di atas, bahwa teori konstruktivisme sejalan

dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, karena

peserta didik dituntut untuk membangun secara aktif

pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya dan

menghubungkannya dengan materi yang sedang mereka


pelajari baik secara personal maupun secara kelompok,

sedangkan guru sekedar membantu menyediakan sarana dan

situasi agar proses konstruksi peserta didik berjalan mulus.

b. Teori Vygotsky

Vygotsky mengemukakan konsep tentang Zone of

Proximal Development (ZPD), Ratnaningsih, Nani (2006: 1),

menyatakan: Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan

jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang

didefinisikan sebagai kemampuan masalah secara mandiri dan

tingkat perkembangan potensial yang perkembangan

sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan masalah

secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang

didefinisikan sebagai kemampuan masalah di bawah bimbingan

orang dewasa atau melalui kerja sama dengan teman yang

lebih mampu.

Selain itu, Vygotsky mengemukakan konsep Scaffoding,

Ratnaningsih, Nani (2006: 17) mengatakan:

Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan


kepada siswa pada tahap-tahap pembelajaran, kemudian
mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar
setelah siswa dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat
berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan
masalah ke dalam langkah-langkah memberikan contoh
dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa
belajar mandiri.
Mengenai pendapat di atas, Budiningsili, C. Asri (2005:
105) menjelaskan:
Bimbingan atau bantuan dari orang dewasa atau teman
yang lebih kompeten sangat efektif untuk meningkatkan
produktivitas belajar. Bantuan-bantuan tersebut tentunya
harus sesuai dengan konteks sosiokultural atau karakteristik
anak. Bimbingan oleh orang dewasa atau oleh teman
sebaya yang lebih kompeten bermanfaat untuk memahami
alas-alas semiotik seperti bahasa, tanda, dan lambang-
lambang.

Teori ini erat kaitannya dengan pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw karena dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

bekerja sama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.

Keberhasilan dalam belajar peserta didik selain guru, teman

sebaya juga ikut terlibat.

B. Kerangka Berpikir

Model Pembeiajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah proses

pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif dengan

kelompok asal kemudian pindah ke kelompok akhli dan kembali lagi ke

kelompok asal dengan kewajiban menjelaskan hasil diskusi di

kelompok akhli kepada teman-temannya di kelompok asal.

Model Pembeiajaran Kooperatif Tipe Jigsaw tepat digunakan

dalam pembelajaran matematika pada materi kelipatan persekutuan

Terkecil (KPK), Karena proses pembelajaran menggunakan interaksi

antara peserta didik dengan peserta didik dan antara peserta didik

dengan guru, sehingga dapat merangsang partisipasi aktif peserta


didik dalam pembelajaran matematika pada materi Kelipatan

Persekutuan Terkecil (KPK).

C. Hipotesis Tindakan

Sudarsono, F. X (Kasbolah, E. S. Kasihani, 1998:65) berpendapat,

“Hipotesis tindakan adalah suatu dugaan tentang suatu hal yang akan

terjadi jika suatu tindakan dilakukan.” Berdasarkan rumusan masalah,

anggapan dasar dan kajian teori yang telah dikemukakan di atas,

peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi

kelipatan Persekutuan Terkecil dapat meningkatkan pemahaman

matematik peserta didik kelas IV SD Negeri Cipatangga Tasikmalaya

Tahun Pelajaran 2011/2012.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Cipatangga Kecamatan

Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya dengan subjek penelitian seluruh

peserta didik kelas IV yang berjumlah 28 orang, terdiri dari 13 orang

peserta didik laki-laki dan 15 orang peserta didik perempuan. Objek

penelitiannya adalah mata pelajaran matematika pada materi Kelipatan

Persekutuan terkecil(KPK)

B. Desain Penelitian

Menurut Arikunto Suharsimi (1996: 44), “Disain penelitian adalah

rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar

kegiatan yang akan dilaksanakan.”

Sementara Kasbolah, ES. Kasihani (1998: 27) berpendapat

bahwa, “Guru melaksanakan PTK untuk memperbaiki belajar

mengajar, jadi bukan untuk mengganggu kelancaran pembelajaran di

kelas.”

Mengacu pada pendapat di atas, maka desain yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu desain penelitian menurut Hopkins (Tim

Pelatih Proyek PGSM, 1997) yang disajikan pada gambar 1


Gambar 1
Spiral Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Hopkins dalam
Arikunto, Suharsimi (2006: 50)
C. Rencana Tindakan

1. Perencanaan

Dalam perencanaan (planning) terdapat beberapa kegiatan

yang akan dilakukan yaitu:

a. Menyusun rencana kegiatan yang dirancang dalam bentuk

Rencana Perbaikan Pembelajaran(RPP) dan menetapkan

waktu penyajiannya.

b. Membuat lembar observasi sebagai bahan refleksi untuk

melihat situasi pembelajaran berlangsung.

c. Menentukan alternatif tindakan yang dapat dilakukan;

d. Menyiapkan alat dan teknis analisis data.

e. Mengadakan koordinasi dengan tim kolaborasi , berkenaan

dengan tugas dan fungsi masing-masing dalam pelaksanaan

penelitian.
2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan (action),ditempuh melalui proses

pembelajaran sesuai Rencana Perbaikan Pembelajaran yang telah

dibuat. Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai

dengan skenario pembelajaran yang tertuang dalam Rencana

perbaikan Pembelajaran (RPP). Untuk memperoleh data hasil

penelitian yang lebih valid maka tahap ini dilaksanakan melalui dua

siklus pembelajaran.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh tim kolaborasi yang terdiri

dari dua orang teman sejawat yang bertindak sebagai observer ,

terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

Hasil observasi dijadikan sebagai bahan refleksi pada tahap

selanjutnya.

4. Refleksi

Tahap refleksi (reflection) merupakan tahap akhir dari siklus

penelitian tindakan kelas. Pada tahap refleksi peneliti bersama

observer (guru) mendiskusikan hasil dari tindakan yang telah

dilaksanakan serta permasalahan yang timbul di kelas penelitian.

Refleksi dapat ditentukan setelah adanya implementasi

tindakan dan hasil observasi, dan biasanya muncul masalah atas

pemikiran baru, sehingga merasa perlu melaksanakan


perencanaan ulang, tindakan ulang serta pengamatan ulang dan

diikuti dengan refleksi yang akan dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Agar dalam penelitian ini diperoleh data yang diharapkan,

maka haruslah menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Memberikan Tes Pemahaman Matematik, setelah selesai

pembelajaran Setiap siklus.

b. Melaksanakan Pengamatan oleh observer selama proses

pembelajaran berlangsung.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Soal Tes Pemahaman Matematik

Soal tes pemahaman matematik berbentuk uraian dengan

maksud untuk melihat proses pembelajaran yang dilakukan

peserta didik, agar diketahui tingkat kemampuan peserta didik

dalam pemahaman matematika. Soal terdiri dari 5 item dengan

Skor Maksimal Ideal untuk tiap item soal adalah 20. Soal-soal
dibuat sesuai Standar Kompetensi dan Kopetensi Dasar yang

tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Lembar observasi.

Lembar observasi digunakan oleh tim kolaborasi yang

bertindak sebagai observer selama peneliti malaksanakan

proses pembelajaran. Hasil observasi dijadikan sebagai bahan

refleksi yang memungkinkan munculnya gagasan baru atau

pembelajaran harus dilanjutkan pada siklus berikutnya.

F. Analisis Data

1. Penskoran tes Kemampuan Pemahaman Matematik

Sumarmo, Utari (2006:16) mengemukakan pedoman penskoran

tes pemahaman yang disajikan pada tabel 2.

Tabel 2
Pedoman Penskoran Tes Pemahaman

Skor Level Skor Level Skor Level Skor Level Skor Level
4 3 2 1 0
Math. Math. Math. Math. Math.
Knowledge: Knowledge: Knowledge: Knowledge: Knowledge:
Pemahaman Pemahaman Pemahaman Pemahaman Tidak ada
Konsep Konsep Konsep Konsep pemahama
prinsip, prinsip, prinsip, prinsip, n
menggunaka menggunaka menggunaka menggunaka
n terminologi n terminologi n terminologi n terminologi
dan notasi dan notasi dan notasi dan notasi
Matematika Matematika sebagian sangat
secara hampir benar, minim,
benar, benar, perhitungan perhitungan
menghitung logaritma memuat error memuat error
dengan benar, serius serius
benar dan perhitungan
tepat sedikit error
Sumber: Sumarmo, Utari (2006: 16)
Soal-soal tes kemampuan pemahaman matematika merupakan soal

bentuk uraian dengan Skor Maksimal Ideal (SMI) 100, untuk

memperoleh skor dipergunakan rumus menurut Depdiknas (Widaningsih,

Dedeh, 2009:3)

SBS = a x c
b
Keterangan:

SBS = Skor Butir Soal

a = Skor mentah yang diperoleh

b = Skor mentah maksimum soal

c = Bobot soal

2. Lembar Observasi

Untuk mengetahui aktivitas perseta didik selama pembelajaran

digunakan lembar observasi yang diisi oleh observer. Caranya

adalah dengan menjumlahkan aktivitas yang muncul dan untuk

setiap aktivitas yang muncul tersebut dipresentasikan dengan

menggunakan rumus:

Jumlah tiap kategori aktivitas per 5 menit


x 100%
Prosentase = Jumlah seluruh kategori aktivitas per 5 menit

(Swantika, Ika, 2006:49)

G. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dianggap berhasil jika memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Rata-rata hasil belajar peserta didik telah mencapai KKM yang
ditentukan, yaitu 65.
2. Terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik .

H. Tim Kolaborasi

Karena Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian kolaboratif

,maka dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan tim kolaborasi yang

terdiri dari peneliti dan 2 orang guru yang sudah berpengalaman dan

memiliki kewenangan untuk bertindak sebagai observer.

Tim kolaborasi Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari :

Peneliti, yaitu :

Nama : Enin Darningsih

NIM : 0381101321

Dibantu oleh observer yang terdiri dari 2 orang guru SD Negeri

Cipatangga Tasikmalaya, yaitu :

1. Nama : ………………………

NIP : ………………………

2. Nama : ………………………

NIP : ……………………….

I. Jadwal Kegiatan Penelitian

Penelitian direncanakan mulai bulan Oktober minggu ke-3 , s.d bulan

Desember minggu ke-2. Agar lebih jelas jadwal penelitian dapat dilihat

pada tabel di bawah ini


Tabel 3
Jadwal Kegiatan Penelitian

Oktober November Desemb


er
Kegiatan Minggu Minggu ke Minggu
ke ke
3 4 1 2 3 4 1 2
Studi Pustaka X
Mengajukan judul X
Menyusun proposal penelitian X
Mengajukan surat perizinan penelitian X
Revisi proposal penelitian X
Seminar proposal penelitian X
Melakukan observasi tempat penelitian X
Penyusunan perangkat KBM penelitian X
Melaksanakan KBM X
Pengumpulan data X
Pengolahan data X
Penyusunan dan penyelesaian Laporan PTK X X

Anda mungkin juga menyukai