Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan usaha mengembangkan potensi diri dalam segala aspek.
Selaras dengan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mengembangkan potensi diri mencakup kekuatan spiritual, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. Untuk mewujudkan
pendidikan sesuai dengan harapan, maka dibutuhkan sebuah pijakan dalam
menyelenggarakan pendidikan. Kurikulum sebagai pijakan dalam menyelenggarakan
pendidikan memuat seperangkat alat seperti tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang
dijadikan pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan. (Pasal 1, Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003). Salah satu upaya pemerintah dalam mendukung tercapainya tujuan
pendidikan adalah senantiasa berupaya menyempurnakan kurikulum.

Saat ini, kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan dasar adalah
kurikulum 2013 menekankan pendekatan saintifik (saintific approach). Menurut
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, pendekatan saintifik diaktualisasikan dalam
kegiatan pembelajaran yang didalamnya mencakup lima langkah yaitu mengamati,
menanya, mencoba, menalar dan mengomunikasikan. Pendekatan saintifik memberikan
kesempatan siswa untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik lebih menekankan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sehingga pada saat pembelajaran dimulai, guru
dituntut untuk mampu menciptakan pembelajaran yang memacu perhatian dan motivasi
siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Untuk mewujudkan
situasi belajar yang sedemikian rupa, maka dibutuhkan kompetensi guru dalam
mengembangkan berbagai komponen sistem pembelajaran. Komponen sistem
pembelajaran menurut Wina Sanjaya dalam Salam (2018) memuat empat aspek yaitu
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode atau strategi pembelajaran, dan media
pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang meliputi


pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran, media
berfungsi untuk menyalurkan pesan (materi pelajaran) yang dapat merangsang perhatian,
minat, fikiran dan perasaan peserta didik sehingga mudah menyerap informasi dalam
proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat digunakan
sebagai penyampai pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Alat bantu yang
dimaksud berfungsi untuk memberikan pengalaman secara nyata sehinngga memotivasi
siswa dan memudahkan siswa memahami berbagai konsep. Terdapat beberapa jenis
media yang biasa digunakan dalam pembelajaran. Misalnya media dua dimensi dan
media tiga dimensi. Setyosari dan Sihkabuden mengklasifikasikan media pembelajaran
berdasarkan bentuk dan ciri fisiknya yang meliputi media pembelajaran dua dimensi,
media pembelajaran tiga dimensi, media pandang diam dan media pandang gerak. Salah
satu media yang dapat menarik perhatian dan motivasi belajar siswa yaitu media tiga
dimensi. Ciri-ciri media tiga dimensi yaitu memiliki tekstur, tinggi, lebar dan volume.
Media tiga dimensi dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup ataupun mati dan dapat
berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Ketika benda asli difungsikan sebagai
media pembelajaran, maka dapat dibawa langsung ke kelas atau siswa sekelas
dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya dimana benda asli itu berada. Apabila
benda asli sulit dibawa ke kelas dan tidak mungkin dihadapkan langsung ke tempat
dimana benda itu berada maka benda tiruannya dapat berfungsi sebagi media
pembelajaran yang efektif (Saiputri, 2017).

Salah satu media pembelajaran tiga dimensi yaitu Diorama. Diorama memiliki
tampilan visual yang lebih nyata dan hidup sehingga dapat digunakan untuk
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dalam bentuk miniatur tiga dimensi. Diorama
adalah jenis model berupa sebuah pemandangan tiga dimensi untuk menggambarkan
pemandangan yang sebenarnya. Sejalan dengan Prastowo dalam (Nadhliroh, dkk., 2018)
yang menjelaskan bahwa diorama adalah jenis model untuk menggambarkan keadaan
sebenarnya dalam sebuah pemandangan tiga dimensi mini. Dibandingkan dengan media
dua dimensi, media tiga dimensi memiliki tingkat konkretisitas yang lebih tinggi.

Pengembangan komponen sitem pembelajaran yang didalamnya termasuk media


pembelajaran bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang aktif. Permasalahan
muncul ketika media pembelajaran tidak tepenuhi secara optimal. Sejalan dengan
pernyataan Tafonao (2018) yang menyatakan bahwa apabila media pembelajaran tidak
terpenuhi dalam proses pembelajaran maka pembelajaran terasa monoton dan siswa
mudah bosan dengan apa yang diajar oleh pendidik. Pernyataan lain yang mendukung
diungkapkan oleh Amalia, dkk. (2018) bahwa proses pembelajaran yang tidak
menggunakan media pembelajaran mengakibatkan terjadinya pembelajaran yang kurang
kondusif, sehingga siswa kurang tertarik untuk belajar.

Seiring berkembangnya zaman yang ditandai dengan teknologi informasi (TI) yang
kian melesat, memberikan dampak pada dunia pendidikan. Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi memiliki pengaruh terhadap penggunaan media pembelajaran pada
lembaga pendidikan. Dewasa ini pembelajaran di sekolah-sekolah mulai disesuaikan
seiring berkembangnya teknologi informasi yang mengakibatkan terjadi pergeseran
paradigma pendidikan (Hujair, 2009). Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemanfaatan
teknologi informasi dalam proses pembelajaran, sudah menjadi suatu kebutuhan
sekaligus tuntutan. Sehingga pendidik pada era globalisasi ini dituntut untuk memiliki
kemampuan dalam mengintegrasikan media pembelajaran dengan berbagai kemajuan
teknologi yang ada.

Berdasarkan hasil pra penelitian melalui observasi tidak terstruktur dalam


pelaksanaan kegiatan Asistensi Mengajar (AM) di SDN Pisangcandi 1 Malang yang
dilaksanakan pada bulan Februari – Juli 2022 dengan pembelajaran tatap muka
ditemukan adanya fakta bahwa terdapat guru yang belum memanfaatkan media
pembelajaran secara optimal. Dengan penggunaan media pembelajaran yang belum
optimal menjadikan siswa kurang bersemangat dan tidak kondusif dalam mengikuti
pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas 5B yang dilaksanakan pada hari
Selasa, 11 Oktober 2022 diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru hanya
menggunakan buku tema dan buku penunjang bidang studi sebagai sumber belajar siswa.
Pemanfaatan media teks dan media gambar pada buku siswa belum cukup menunjang
aktivitas belajar siswa, karena hanya terdapat aktivitas mengamati. Keterbatasan guru
dalam menggunakan teknologi menjadi hambatan dalam berkembangnya sumber belajar
bagi siswa. Beliau menyampaikan bahwa pada pembelajaran kelas 5B ditemukan
kesulitan bagi siswa dalam menyerap materi-materi yang diajarkan, terlebih setelah
belajar dalam jaringan (daring) selama pandemi covid-19 yang mengakibatkan guru
harus mengulang serta mengaitkan kembali materi-materi yang sebelumnya dengan
materi-materi saat ini agar peserta didik memiliki pemahaman yang utuh terkait materi
yang diajarkan. Meskipun sudah terdapat beberapa guru yang sudah memanfaatkan
teknologi dalam pembelajaran seperti menampilkan gambar maupun video, namun pada
kenyataannya hanya terdapat aktivitas menyimak bagi siswa. Tidak terdapat aktivitas
lanjutan yang memacu keaktifan siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru kelas
5B setuju apabila dikembangkan media pembelajaran diorama berbantuan video animasi
karena dapat menjelaskan materi dengan benda konkrit namun tetap dipadukan dengan
teknologi sehingga diharapkan dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putra (2021) memperoleh
hasil bahwa produk media diorama layak digunakan serta dapat membantu siswa dan
guru dalam proses pembelajaran IPA. Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa
media pembelajaran berupa diorama memiliki kelebihan jika diterapkan dalam
pembelajaran yaitu dapat membuat siswa lebih aktif dalam melaksanakan pembelajaran
(Pratiwi, 2020). Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Amalia, dkk. (2018)
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN Panggang 01 Jepara
pada pembelajaran tematik terintegrasi tema indahnya negeriku.

Pengembangan media diorama yang akan peneliti kembangkan adalah diorama


berbantuan video animasi materi keragaman suku bangsa dan budaya kelas V sekolah
dasar. Media pembelajaran diorama berbantuan video animasi ini dilengkapi dengan
barcode di setiap sub pembahasan yang menghubungkan ke video animasi dan materi
pembelajaran. Media yang akan dikembangkan termasuk ke dalam jenis media tiga
dimensi berupa diorama.

Berangkat dari latar belakang masalah beserta solusi yang telah dipaparkan, peneliti
beranggapan bahwa media pembelajaran tiga dimensi dalam bentuk diorama layak untuk
dikembangkan karena dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung, penyajian
secara konkret dan dapat memaparkan objek secara utuh. Melihat kelebihan dan
efektivitas pada media pembelajaran diorama maka peneliti akan melakukan penelitian
yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Diorama Materi Berbantuan Video
Animasi Materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Kelas V Sekolah Dasar”.

I.2 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian berdasarkan latar belakang masalah adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan dan mengembangkan produk media pembelajaran berupa diorama


berbantuan video animasi materi keragaman suku bangsa dan budaya untuk siswa
yang layak (valid) menurut ahli media, ahli materi, efisien bagi pengguna (guru) dan
menarik bagi pengguna (siswa).
2. Menghasilkan dan mengembangkan produk media pembelajaran diorama berbantuan
video animasi materi keragaman suku bangsa dan budaya yang menarik dan
membantu proses pembelajaran bagi siswa kelas V sekolah dasar.

I.3 Spesifikasi Produk yang Diharapkan

I.4 Kegunaan Penelitian


Penelitian dan pengembangan yang dilakukan peneliti memiliki kegunaan bagi peserta
didik, guru, lembaga sekolah, dan juga bagi peneliti.

1. Bagi Peserta Didik


a. Membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajari khususnya
keragaman suku bangsa dan budaya muatan PPKn.
b. Membantu siswa mendapatkan pengalaman belajar secara langsung melalui
media diorama.
2. Bagi Guru
a. Memberikan motivasi dan referensi bagi guru untuk dapat mengembangkan
media pembelajaran yang menarik bagi siswa.
b. Membantu guru dalam menyampaikan pesan (materi).
3. Bagi Lembaga Sekolah
Produk yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan dapat dijadikan sebagai
tambahan media untuk memenuhi kebutuhan media pembelajaran di kelas V
sekolah dasar.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian dan pengembangan dapat dijadikan sumber dan bahan rujukan
dalam pengembangan produk yang akan datang.

I.5 Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan

I.6 Definisi Operasional


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

II.1 –
-

II.2 –
-

II.3 –
-
BAB III
METODE

III.1 Rancangan Penelitian


-

III.2 Data Penelitian


-

III.3 Analisis Data Penelitian


-

Anda mungkin juga menyukai