Anda di halaman 1dari 30

TUGAS

KETERAMPILAN MEMBACA

DOSEN PENGAMPU : Dr. RIKA NINGSIH, S.Pd, M.Pd

KELOMPOK 9

VINORITA SAFITRI KL 217310156

YAHYA KURNIAWAN 217310006

YOGA YUSTIORIAWAN 217310079

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmad dan

hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah untuk

memenuhi studi mata kuliah Bahasa Indonesia. Shalawat beriring salam kita

kirimkan kepada jujungan kita Nabi Besar Muhammad SAW dengan ucapan

Allah humma shalli’ala syaidina Muhammad wa’ala’ali syaidina

Muhammad.

Kami ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada dosen

pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yaitu Ibu Dr. Rika Ningsih, S.Pd,

M.Pd atas tugas pembuatan makalah ini dengan judul “Keterampilan

membaca”.

Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini

masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh sebab itu kami dari penulis makalah ini memohon

maaf. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi bagi para

pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, 4 Nopember 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………...2
1.3. Tujuan ……………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………3
2.1. Keterampilan Membaca ……………………………………..3
2.1.1. Pengertian keterampilan membaca…………………...3
2.1.2. Keeterampilan………………………………………...4
2.1.3. Membaca ……………………………………………..5
2.1.4. Tujuan membaca …………………………………….6
2.1.5. Teori membaca ………………………………………6
2.2. Membaca Pemahaman ……………………………………….7
2.2.1. Tujuan membaca pemahaman ……………………….8
2.2.2. Prinsip-prinsip membaca pemahaman ……………..10
2.2.3. Faktor yang mempengaruhi membaca pemahaman...11
2.3. Membaca Kritis …………………………………………….12
2.3.1. Hakekat membaca kritis ……………………………12
2.3.2. Keterampilan membaca kritis ……………………...14
2.3.3. Prosedur pembelajaran membaca kritis ……………15
BAB III PENUTUP ……………………………………………………...18
3.1. Kesimpulan …………………………………………………18
3.2. Saran ………………………………………………………..18
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat.

Seperti perkembangan kemajuan teknologi baik melalui media masa maupun cetak atau

buku. Tentunya semakin tinggi informasi yang ada dimedia atau buku tersebut. Mulai

dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan jenjang pendidikan tinggi, keterampilan

membaca menjadi sekala prioritas yang harus dikuasai oleh seseorang. Dari sana akan

didapat berbagai informasi yang semula belum pernah diperoleh. Semakin tinggi

keterampilan membaca maka semakin tinggi pula informasi yang didapatkan.

Oleh sebab itu keterampilan membaca merupakan suatu hal yang sangat

diperlukan. Dari keterampilan membaca tersebut dapat mengetahui semua yang terjadi.

Apakah peristiwa yang sedang terjadi maupun peristiwa di masa yang lalu dan peristiwa

yang akan datang.

Sangat banyak yang diperoleh dari kegiatan keterampilan membaca, oleh sebab

itu sewajarnyalah melakukannya dengan dasar kebutuhan. Bila mana banyak membaca

maka ia akan memperoleh semua informasi yang diperlukan. Keterampiulan Membaca

merupakan kemampuan yang sangat luas. Keterampilan membaca tidak hannya melihat

gambar-gambar atau lambang-lambang yang ada, dengan berbagai kemampuan seorang

pembaca supaya ia dapat memahami materi yang ia baca.

Kegiatan keterampilan membaca sangat perlu dibiasakan setiap hari. Sehingga

membaca sebagai menjadi suatu kebutuhan dan menajadikan suatu hal yang sangat
menyenangkan. Membaca bisa dilakukan mana saja yang diiringan dengan keinginan

dan semangat. Bila mana hal ini dapat diwujudkan dengan harapan membaca menjadi

bagian dari kehidupan dengan slogan tiada hari tanpa membaca.

Hal ini memerlukan latihan keterampilan ketekunan membaca yang berterusan

atau berkesinambungan dalam berlatih kebiasaan membaca suapaya kemampuan

membaca terutama membaca dan memahami isi secara keseluruhan.

Untuk mencapai keterampilan membaca dengan baik serta bisa memahami apa

yang dimaksud dalam bacaan secara keseluruhan harus dilakukan membiasakan

membaca. Sering terjadi adanya keterlambatan dalam menyelesaikan jawaban dari

beberapa pertanyaan yang sangat panjang, sehingga jawabannya tidak sesuai dengan apa

yang diharapkan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian keterampilan membaca ?

2. Apa yang dimaksud membaca pemahaman?

3. Bagaimana cara membaca kritis ?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian keterampilan membaca

2. Mengetahui maksud membaca pemahaman

3. Mengetahui cara membaca kritis


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Keterampilan membaca

1. Pengertian keterampilan membaca

Keterampilan membaca merupakan perbuatan yang berjalinan dengan

melibatkan berbagai alasan yang datangnya dari dalam diri si pembaca dan alasan dari

luar. Keterampilan membaca juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan manusia

sebagai perbuatan belajar dari lingkungan ,akan tetapi bukan kemampuan dari naluriah

sejak lahir. Oleh sebab itu cara membaca yang dilakukan oleh setiap orang bisa

membaca merupakan usaha mengerjakan dan menghasilkan sesuatu dengan

menggunakan bekal atau modal tertentu. Membaca merupakan cara penerapan yang

menghasilkan pengetahuan dan pengalaman.

Menurut Heri Guntur Tarigan Keterampilan membaca adalah keterampilan

reseptif bahasa tulis, membaca sebagai suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta

memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis. Membaca sebagai

suatu proses yang diakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh

pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.

Dari pendapat tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa keterampilan membaca

yaitu kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang untuk mendapatkan pesan berita yang

diberikan oleh penulis lewat media dengan menulis sebagai bahasa.

Secara garis besar, aktifitas membaca berkaitan dengan dua hal pokok, yaitu

pembaca dan bahan bacaan. Untuk memproses membaca, seorang pembaca harus

memiliki modal sebagai berikut :


1. Pengetahuan dan pengalaman

2. Kemampuan berbahasa

3. Pengetahuan tentang tekhnik membaca

4. Tujuan membaca.

2. Keterampilan.

Setiap orang memiliki keterampilan yang merupakan suatu talenta dari yang

maha kuasa . Sebagian orang menyadari akan keterampilan dalam dirinya sendiri.

Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam dalam mengubah sesuatu hal

menjadi lebih bernilai dan memiliki makna. Menggunakan keterampilan bisa saja

dengan pikiran, akal dan kreatifitas jika keterampilan itu diasah, tidak menutup

kemungkinan akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan.

Menurut Robbins Keterampilan dibagi 4 kategogi sebagai berikut :

- Basic Liiteracy skill (keahlian dasar) : keahlian dasar yang sudah pasti harus

dimiliki oleh setiap orang seperti membaca, menulis, berhitung serta

mendengarkan

- Technical skill (keahlian secara teknis) : keahlian secara teknis yang didapat

melalui pembelajaran dalam bidang teknik seperti mengperasikan computer dan

alat digital lainnya.

- Interpersonal skill (keahlian secara perorangan) : keahlian setiap orang dalam

melakukan komunikasi satu sama lain seperti mendengarkan seseorang, memberi

pendapat dan bekerja secara tim/kelompok.


- Problem solving (pemecahan masalah) : keahlian seseorang dalam memecahkan

masalah dengan menggunakan logikanya.

Menurut Gordon keterampilan merupakan sebuah kemampuan dalam

mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat. Dari pendapat ahli tersebut

dapat diambil suatu pengertian bahwa keterampilan setiap orang harus diasah melalui

program taining atau bimbingan lain. Training dan sebaginya pun di dukung oleh

kemampuan dasar yang sudah dimiliki seseorang dalam dirinya. Jika kemampuan

dasar digabung dengan bimbingan secara insentif tentu akan dapat menhasilkan

seseuatu yang bermanfaat dan bernilai bagi diri sendiri dan orang lain.

3. Membaca

Menurut Crawley dan Montain membaca pada hakekatnya adalah suatu yang

rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan tetapi juga

melibatkan aktivitas visual, berfikir psikologuistik, dan metakognitif. Sebagai

prosesvisual membaca merupakan proses menerjemahkan symbol tulis kedalam kata-

kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan

kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif.

Membaca merupakan proses memahami dan merekontruksi makna yang

terkandung dalam bahan bacaan. Pesan atau makna yang terkandung dalam teks

bacaaan merupakan interaksi timbal balik, interaksi aktif, dan interaksi dinamis antara

pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca dengan kalimat-kalimat, fakta,dan informasi

yang tertuang dalam sebuah bacaan. Informasi yang terdapat dalam bacaan merupakan

informasi yang kasat mata atau dapat disebut dengan sumber informasi visual.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa membaca

adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan pembaca untuk memperoleh

pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata bahasa tulis. Dari segi

linguistic, membaca merupakan suatu proses penyandian kembali dan pembacaan

sandi. Jadi membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya.

4. Tujuan membaca

Tujuan membaca sebagai modal dalam membaca. Hubungan antara tujuan

membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Hal-hal yang berkaitan

antara tujuan membaca dengan proses membaca yaitu :

a. Memahami adanya berbagai macam dan variasi tujuan membaca

b. Perlunya membangkitkan atau mendorong timbulnya berbagai tujuan membaca

c. Perlunya membina dan mengembangkan berbagai strategi membaca selaras dengan

ragam tujuan membaca

e. Perlunya membangun perangkat tujuan membaca yang terbimbing untuk

meningkatkan kemampuan membaca tentang tujuan membaca itu banyak urusan

yang bisa dibuat, tergantung dari mana kita melihatnya

5. Teori membaca

Berdasarkan pendekatan konseptual, muncul teori membaca Goodman

yangmemandang bahwa membaca” sebagai proses komunikasi” dengan dasar titik


tolaknya pada linguistic terapan, yaitu sebagai sesuatu yang mengandung pesan,prinsip

pengajarannya adalah :

a. Membaca selalu melibatkan level karena membaca selalu mengungkapkan sesuatu.

b. Paparan bahasa dalam tulisan harus diperhatikan

c. Membaca dan menulis permulaan tidak diperkenankan menggunakan kosa

kata

yang terlalu rumit

d. Bahasa yang digunakan sudah dikenal.

e. Hindari penggunaan gambar untuk menerangkan makna.

2.2. Membaca pemahaman

Membaca pemahaman adalah aktifitas membaca yang memfokuskan pada bahasa

yang digunakan oleh penulis dan memahami symbol grafik tulisan. Dimana symbol-

simbol itulah yang memiliki muatan informasi. Dengan kata lain, pembaca dituntut untuk

memahami pesan dan kalimat yang disampaikan oleh penulis.

Membaca pemahaman sebagai upaya untuk memahami isi bacaan dengan baik.

Salah satu cara bisa membaca dengan baik adalah memiliki kemmpuan membaca dengan

baik pula. Bagaimanapun juga, pemahaman sebagai aspek utama dalam membaca.

Kemampuan pemahaman ini pula yang akan mengasah keterampilan. Lewat

keterampilan yang dimiliki itulah, nantinya akan menghasilkan pencapaian yang

diinginkan. Jadi yang perlu digaris bawahi, membaca tidak sekedar kecepatan, melainkan

memahami isi dan pesan. ( H.G. Tarigan ).


Menurut Aminuddin (2018 : 15) mengemukakan bahwa membaca disebut sebagai

kegiatan memberikan reaksi karena dalam membaca seseorang terlebih dahulu tanda

penulisan lainnya. Reaksi itu lebih lanjut terjadi kegiatan rekognesi, yakni pengenalan

bentuk dalam kaitannya dengan makna yang dikandungnya serta pemahaman yang

keseluruhannya masih harus melalui tahap kegiatan tertentu.

Sedangkan Nurhadi (1995 : 340) menyatakan bahwa secara umum orang

menyatakan membaca adalah suatu interpretasi symbol-simbol tertulis atau mambaca

adalah menangkap makna dari rangkaian huruf tertentu. Membaca dalah

mengindentifikasikan symbol-simbol dan mengasosiasikannya makna. Membaca juga

dapat diterjemahkan sebagai proses mengindetifikasi dan komprehensi yang menelusuri

pesan yang disampaikan melalui system bahasa tulis.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa membaca

adalah suatu tindakan membangun makna berintraksi dengan teks. Sama seprti kita

menggunakan informasi yang disimpan dalam skema untuk memahami berinteraksi

dengan dunia sekitar kita, jadi kita menggunakan pengetahuan ini untuk memhmi kata-

kata yang dicetak.

Membaca bila dilihat berdasarkan keterampilan pembacanya diklafisikasikan

menjadi membaca pemahaman, membaca ekstensif, dan membaca cepat. Sedangkan

secara praktis, membaca juga dapat dibedakan menjadi membaca lisan dan membaca

dalam hati (Aleka A dan Ahmad, H.P, 2010 : 77 ).


Dalam memahami suatu bacaan yang pling tepat adalah menggunkan membaca

dalam hati (H.G. tarigan, 1995 : 10 ). Membaca dalam hati sendiri dapat diklafisikasikan

seperti berikut :

a. Membaca ekstensif.

Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas,

bahan bacaan yang gunakan bermacam-macam dan waktu yang digunakan singkat dan

tepat.

b. Membaca intensif

Membaca intensif merupakan membaca bacaan teliti dan seksama dengan tujuan

memahaminya secara rinci. Membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk

menumbuhkan dan mengasah kemampuan membac secara kritis. Membaca intensif

dibagi menjadi membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa.

1. Tujuan membaca pemahaman

Menurut Samsu Sumadayo (2011: 11) menyatakan bahwa tujuan utama

membaca pemahaman adalah memperoleh pemahaman. Membaca pemahaman adalah

kegiatan membaca yang berusaha memahami isi bacaan/teks secara menyeluruh.

Seseorang dikatakan memahami bacaan secara baik apabila memilki

kemampuan sebagai berikut :

a. Kemampuan menangkap arti kata dan ungkapan yang digunakan penulis.

b. Kemampuan menangkap makna tersurat dan tersirat.


c. Kemampuan membuat simpulan.

Semua aspek-aspek kemampuan membaca tersebut dapat dimiliki oleh seorang

pembaca yang telah memiliki tingkat kemampuan membaca tinggi. Namun, tingkat

pemahamannya tentu saja terbatas. Artinya, mereka belum dapat menangkap

maksud persis sama dengan yang dimaksud penulis.

Menurut Anderson (Samsu Somadayo,2011: 12) menyatakan bahwa membaca

pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan itu

sebagai berikut.

a. Membaca untuk memperoleh rincian-rincian dan fakta-fakta.

b. Membaca untuk menadapatkan ide pokok.

c. Membaca untuk mendapatkan urutan organisasi teks.

d. Membaca untuk mendapatkan kesimpulan.

e. Membaca untuk mendapatkan klasifikasi.

f. Membaca untuk membuat perbandingan atau pertentangan.

H.G Tarigan (1986: 117) mengungkapkan bahwa tujuan utama membaca

pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang

disediakan oleh pembaca berdasarkan pada teks bacaa. Untuk pertanyaan-

pertanyaan tersebut adalah mengapa hal itu merupakan judul atau topic, masalah

apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut, dan hal-hal apa

yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.


Bersarkan penjelasan di atas maka dapat diambil suatu pengertian bahwa

membaca pemahaman mempunyai tujuan untuk memahami suatu bacaan secara

menyeluruh. Pemahaman menyeluruh meliputi mendapat ide pokok, mampu

menangkap makna tersirat maupun tersurat, memperoleh rincian dan fakta dalam

bacaan, menetukan judul atau topic, membuat perbandingan atau membuat

kesimpulan.

2. Perinsip membaca pemahaman

Menurut Mc Laughlin dan Allen (Farida Rahim, 2005: 4) Mengungkapkan

bahwa perinsip-perinsip membaca pemahaman didasarkan pada penelitian yang

paling mempengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan

berikut ini.

a. Pemahaman merupakan proses kontruktivis social

b. Keseimbangan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan

pemahaman.

c. Guru membaca yang profosional (unggul) mempengaruhi belajar siswa.

d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam

proses membaca.

e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

f. Siswa menemukan manfaat membaca berasal dari berbagai teks pada berbagai

tingkat kelas.
g. Perkembangan kosa kota dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman

membaca.

h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.

i. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.

j. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.

Berdasarkan perinsip-perinsip yang telah dikemukakan diatas maka tugas guru

sangatlah besar dalam mensukseskan pembelajaran yang dilakukannya, kususnya pada

siswa agar dapat memahami wacana atau yang dibacanya dengan dengan baik dan

benar. Jika guru mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip membaca pemahaman dan

menjadikan prinsip-prinsip tersebut sebagai rambu rambu dalam pelajaran bahasa

Indonesia pada materi membaca pemahaman maka guru akan lebih mudah dalam

mengajarkan membaca pemahaman kepada siswa dan akan berdampak pada

keterampilan siswa dalam membaca pemahaman akan menjadi lebih baik.

3. Faktor yang mempengaruhi keterampilan membaca pemahaman.

Menurut syafi’I (samsu Somadayo, 2011:27) mengemukakan bahwa faktor yang

berpengaruh terhadap proses pemahaman siswa terhadap suatu bacaan adalah

penguasaan struktur wacana/teks bacaan. Setiap jenis wacana(deskripsi, narasi,

eksposisi, argumentasi) mempunyai struktur yang khas. Struktur wacana tersebut

dengan berdasarkan apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan. Pemahaman terhadap

bacaan sangat ditentukan oleh aktivitas pembaca untuk memperoleh pemahaman

tersebut. Artinya proses pemahaman itu tidak datang dengan sendirinya, melainkan
memerlukan aktifitas berfikir yang terjadi melalui kegiatan menghubungkan

pengetahuan-pengetahuan yang relevan yang dimiliki sebelumnya.

Lamb dan Amold (Samsu Somadayo, 2011:27) menyatakan bahwa faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi membaca pemahaman adalah faktor lingkungan, intlektual,

psikologis, dan faktor fisiologis. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak

menguntungkan bagi siswa untuk belajar, khususnya belajar membaca. Gangguan

pada alat bicara, alat pendengar, dan alat penglihatan bisa bisa memperlambat

kemajuan belajar membaca siswa. Guru hendaknya cepat menemukan tanda-tanda

yang disebutkan di atas. Faktor lingkungan mencakup latar belakang, pengalaman

siswa, dan keadaan social ekonomi. Faktor intelektual mencakup metode mengajar

guru, prosedur, kemampuan guru dan siswa menguasai kosakata. Faktor fisikologis

mencakup motivasi, minat, kematangan social,emosi dan penyesuanian diri,

sedangkan faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik dan pertimbangan neurologis.

Ebel (Samsu Somadayo, 2011: 28) mengungkapkan bahwa faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapat dicapai

oleh siswa dan perkembangan minat baca tergantung pada faktor siswa yang

bersangkutan, keluarganya, kebudayaannya, dan situasi sekolah, Begitu pula

Omagio(Samsu Somadayo, 2011: 28) berpendapat pemahaman bacaan bergantung

pada gabungan pengetahuan bahasa, gaya kognitif, dan pengalaman membaca.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui banyak faktor yang

mempengaruhi keterampilan membaca pemahaman siswa. Faktor tersebut meliputi

program pengajaran membaca, kepribadian sisw itu sendiri, motivasi dari siswa itu
sendiri dan dari lingkungannya, kebiasaan membaca siswa tersebut, dan lingkungan

social.

2.3. Membaca kritis

Membaca kritis adalah tahapan lebih tinggi dari membaca intensif, sebab ide

bacaan yang telah dipahami secara baik perlu di respon bahkan dianalisis. Dalam

membaca kritis pembaca harus memiliki sikap cermat, teliti, dan korektif baik dilihat dari

sudut isi maupun bahasanya. Pembaca harus bisa mampu membetulkan kesalahan yang

ada dalam bacaan itu. Biasanya dibutuhkan untuk resensi buku, kritik sastra, analisa

bacaan ilmiah dan makalah studi banding.(purwanti,2014).

Menurut Sudarso membaca kritis adalah membaca dengan cara melihat motif dari

penulis dan menilainya, dalam hal ini pembaca tidak hannya sekedar membaca saja tetapi

juga ikut berfikir bersama penulis mengenai masalah yang ditulisnya. Dalam membaca

kritis pembaca harus membaca secara analisis dan penilaian. Membaca kritis dilakukan

dengan adanyainteraksi antara penulis dan pembaca yang saling mempengaruhi sehingga

menghasilkan pengertian baru, disini juga melibatkan emosi pembaca.

Membaca dengan kritis membantu kita untuk memahami suatu tulisan dengan

menyeluruh. Dengan membaca kritis, kita melatih diri untuk mengenali tujuan si penulis.

Membaca kritis adalah kegiatan membaca dengan aktif, reflektif, hati-hati dan analitis.

Membaca kritis berarti pembaca mampu merefleksikan isi dan maksud tulisan dengan

memeriksa struktur dan gaya penulisan, bahasa yang digunakan, juga ide-ide yang

disampaikan.

1. Arti penting membaca kritis


Keterampilan membaca merupakan aspek penting dalam pengembangan kemampuan

berfikir setiap individu. Melalui aktivitas membaca, pembaca dapat memperoleh

pengetahuan yang kelak dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas berfikirnya.

Proses membaca pada dasarnya pada dasarnya merupakan aktivitas berfikir (Burns,

Roe, dan Ross, 1996). Membaca melibatkan aktivitas memahami, menginterpretasi,

dan menilai informasi serta memberikan respons terhadap beragam bacaan. Beragam

aktivitas membaca tersebut melibatkan proses berfikir.

Para ahli dibidang membaca membagi aktivitas membaca dalam beberapa

jenjang berbeda berdasarkan intensitas proses berfikir yang dilibatkan. Jenjang

membaca dibagi dalam empat tingkatan, yakni (1) membaca literal, (2) membaca

interpretative, (3) membaca kritis, dan (4) membaca kreatif (Turner, 1979; Burns,

Betty, dan Roos, 1996; dan Nurhadi, 2009). Tingkatan membaca literal merupakan

level membaca paling dasar. Proses membaca pada level ini berorenintasi menemukan

informasi yang dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaan. Tingkatan membaca

interpretative melibatkan kemampuan memperoleh informasi yang diimplementasikan

dari pernyataan antar baris. Dalam proses membaca, pembaca dituntut menarik

inferensi dari pernyataan-pernyataan yang dikemukakan dalam bacaan. Tingkatan

membaca kritis melibatkan kemampuan memperoleh informasi melalui proses

berfikir kritis. Dalam membaca kritis, pembaca dituntut menganalisis, menyintesis,

dan mengevaluasi isi bacaan. Tingkatan membaca kreatif melibatkan kemampuan

berimajinasi dan berkreasi untuk memproduksi ide. Level kegiatan membaca

diperoleh melalui pemhaman dan aktivitas secara berjenjang. Artinya, untuk


pemahaman membaca pada level tinggi, pembaca harus memulai dengan aktivitas

membaca yang berada level lebih rendah.

Keterampilan Membaca kritis merupakan tingkatan membaca yang dibutuhkan

dewasa ini. Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang semakin cepat

berimplikasi terhadap ketersedian sember-sumber dan danbahan bacaan yang vareatif.

Beragam informasi tersedia dengan mudah yang dapat diperoleh dari berbagai media.

Namun demikian, bacaan-bacaan tersebut tidak semua relevan dengan kebutuhan

pembaca. Para pembaca harus mampu memilah dan memilih serta menganalisis dan

menilai informasi yang disajikan sebelum memanfaatkannya. Beragam bahan bacaan

yang beredar dengan beragam media disajikan dengan tujuan-tujuan tertentu, tidak

semata-mata memberikan informasi.

Bahan bacaan yang disajikan itu memiliki beragam tujuan, seperti

mempengaruhi pandangan, membujuk, atau menanamkan keyakinan/ideology tertentu.

Setiap teks dikontruksi dan diproduksi dengan cara pandang tertentu (Fairclough, 1989

dan 1992). Pentingnya keterampilan membaca kritis dipengaruhi kareterristik teks,

yang meliputi : (1) setiap teks dibuat untuk mewakili ide-ide tertentu, (2) Setiap teks

tidak memiliki satu makna yang pasti, (3) setiap teks memiliki versi/penekanan

tertentu dan memiliki kesenjangan terhadap hal lainnya, dan (4) setiap teks

memberikan cara pandang untuk menerimannya sebagai kebenaran (Morgan, 1997).

Idealnya, setiap pembaca harus dapat merespon bacaan secara kritis yang

ditunjukkan dengan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan merespon gagasan

berbasis informasi bacaan. Namun demikian, sebagian pembaca tidak memiliki daya
kritis yang memadai, sebaliknya hanya bersikap pasif menerima informasi yang

disampaikan dari teks yang dibaca. Prilaku membaca yang tidak memiliki daya kritis

ditandai dengan kecendrungan; (1) pembaca memiliki sikap patuh dan diyakini

sepenuhnya informasi yang diperoleh dari teks, (2) pemabaca tidak siap bertahan dari

pengaruh teks yang dibaca, dan (3) kecendrungan pembaca hanya berusaha memahami

pesan proposinal teks dan mengabaikan pesan ideologinya, (Wallace),1992). Perilaku

membaca yang menunjukkan kecendrungan terhadap bacaan merupakan dampak dari

kebiasaan membaca yang terbentuk selama ini. Aktivitas membaca dimaknai sebagai

proses memahami informasi yang terkandung dalam satu teks.

2. Hakekat membaca kritis

Membaca kritis merupakan proses membaca yang dilakukan untuk memahami

secara mendalam informasi yang terkandung dalam bacaan, baik informasi tersurat

dari pesan tertulis, maupun maksud terkandung yang berada di balik teks. Ahuja

(2010) mengemukakan bahwa membaca kritis adalah penerapan proses berfikir kritis

terhadap bacaan. Aktivitas membaca kritis melibatkan proses kogneif tingkat tinggi.

Pembaca dituntut menerapkan proses berfikir analitik, sintetik, dan evaluatif.

Membaca kritis adalah tingkatan keterampilan membaca yang bertujuan

memahami makna teks secara mendalam dengan mengaplikasikan proses berfikir

kritis, melibatkan kemampuan analisis dan evaluasi untuk memahami makna secara

menyeluruh, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Berkaitan dengan proses

kognetif yang dilibatkan dalam aktivitas membaca, Nurhadi(2010) menguraikan lima

aspek keterampilan membaca kritis yang mencakup : (1) menginterpretasi, (2)


menganalisis, (3) mengorganisasi, (4) menilai, dan (5) menerapkan. Membaca kritis

sebagai aktualisasi dari berfikir kritis merupakan proses yang terarah dalam kegiatan

mental untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis, dan

mengevaluasi secara sistimatis suatu pendapat (Johnson, 2007).

Membaca kritis merupakan usaha pelibatan kemampuan berfikir kritis terhadap

isi bacaan. Priyatni (2011) mengembangkan keterampilan membaca kritis secara

berjenjang berdasarkan keterampilan berfikir utama marzano. Keterampilan membaca

kritis itu mencakup kemampuan memfokuskan, (2) mengumpulkan informasi, (3)

mengingat, (4) mengorganisasi, (5) menganalisis, (6) mengegeneralisasi, (7)

mengintegrasikan, dan (8) mengevaluasi. Membaca kritis juga melibatkan

aktivitasuntuk memhami dan menilai pesan ideologis dan tujuan tertentu penulis yang

tidak tampak dipermukaan. Membaca kritis adalah proses membaca yang melibatkan

kesadaran bahwa bahasa tidak hanya membawa pesan proporsional teks, tetapi juga

membawa pesan ideologis (Wallace, 1992). Membaca kritis merupakan aktivitas yang

mengarahkan pembaca memahami secara mendalam makna terselubung dari suatu

teks. Mc Whorter(1993) mendefinisikan membaca kritis sebagai aktivitas yang

berfokus pada kegiatan untuk memahami maksud penulis yang berada di balik teks,

bukan sekedar memahami informasi tertulis. Berdasarkan beberapa devinisi yang telah

dikemukakan, disimpulkan bahwa membaca kritis adalah tingkatan keterampilan

membaca yang bertujuan memahami makna teks secara mendalam dengan

mengaplikasikan proses berfikir kritis, melibatkan kemampuan analis, sintesis, dan

evaluasi untuk memahami makna secara menyeluruh, naik yang tersurat mapun yang
tersirat. Membaca kritis disusun atas keterampilan-keterampilan yang menunjukkan

jenjang berfikir secara kontinum.

3. Keterampilan membaca kritis

Berfikir kritis merupakan kompetensi inti dalam membaca kritis. Aktivitas

membaca dibangun dari keterampilan-keterampilan berfikir kritis. Berdasarkan level

kognetif dalam proses berfikir kritis, keterampilan membaca kritis dapat dibagi

menjadi enam tingkatan secara berjenjang, yakni : (1) keterampilan menginterpretasi,

(2) keterampilan menganalisis, (3) keterampilan menginferensi, (4) keterampilan

mengevaluasi diri Facione (1990, 2013, dan 2015). Setiap keterampilan tersebut

memiliki subketerampilan dan sejumlah indicator. Berikut diuraikan keterampilan-

keterampilan tersebut yang didasarkan pada konsep Facione.

Pertama, keterampilan menginterfretasi adalah keterampilan yang digunakan untuk

memahami dan mengungkap makna atau arti secara luas dari berbagi situasi, data, atau

peristiwa. Keterampilan menginterpretasi terdiri atas subketerampilan : (1)

mengategorikan, (2) menjelaskan arti, dan (3) mengklasifikasikan makna. Indikator

mengatagorikan terdiri atas : (a) merumuskan kategori secara tepat dan

pristiwa/informasi dalam teks; dan (b) menggambarkan situasi, keyakinan, sudut

pandang tertentu. Indikator menjelaskan arti terdiri atas; (a) mendeksi pilihan

bahasa(kosakota/kalimat) yang menggambarkan tujuan, nilai-nilai, atau pandangan

yang terkandung dalam teks; dan (b) menjelaskan imlikasi pilihan bahasa tertentu.

Indikator yang mengklasifikasi makna terdiri atas; (a) membuat parafrasa yang

terkandung dari pilihan bahasa, ide, konsep, pernyataan tujuan, prilaku atau pristiwa
tertentu; dan (b) menggunakan deskripsi untuk menanggapi tujuan, niai-nilai,

pandangan yang disajikan dalam teks.

Kedua, keterampilan menganalisis adalah ketermpilan untuk mengindentifikasi dan

menghubungkan pernyataan, pertanyaan, konsep, atau diskripsi untuk

mengekspresikan keyakinan, penilaian, alasan, atau openi. Keterampilan menganalisis

teridiri atas subketerampilan (1) mendeteksi gagasan, (2) mendeteksi argument, dan

(3) menganalisis argument. Indikator mendeteksi gagasan terdiri atas : (a) menentukan

maksud terselubung/tersembunyi dari suatu persuasi; (b) membandingkan atau

mengontraskan ide, konsep atau pernyataan; dan (c) mengindentifikasi isu atau

masalah dan menentukan hubungan antar bagian. Indikator mendeteksi argument,

yakni menentukan pernyataan yang mendukung atau yang bertetangan dengan klaim,

pendapat, atau sudut pandang.

Ketiga,Keterampilan menginferensi adalah keeterampilan mengindentifikasi dengan

elemen yang diperlukan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal, menbuat dugaan

dan hipotesis, dan mempertimbangkan infomasi yang relevan. Keterampilan

menginferensi terdiri atas subketerampilan (1) menarik kesimpulan, (2)

mempertimbangkan bukti, yakni memformulasikan informasi yang mendukung

pernyataan. Indikator mengajukan alternative terdiri atas; (a) menilai informasi yang

relevan ddengan menentukan akseptabilitas; (b) merumuskan alternative unutk

penyelesaian masalah; dan (c) memproyeksikan berbagai kemungkinan konsekuensi,

kebijakan, atau keyakinan.


Keempat, keterapilan mengevaluasi adalah keterampilan untuk menilai kridibilitas

pernyataan yang didasarkan persepsi, situasi, keyakinan, atau pendapat. Keterampilan

mengevaluasi terdiri atas subketerampilan (1) menilai klaim da (2) menilai argument.

Indikator menilai klaim terdiri atas;(a) menilai kredibilitas/pendapat; dan (b) menilai

faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya pandangan/klaim tertentu. Indikator

menilai argument terdiri atas : (a) mengungkapkan kelemahan dari argument tertentu;

dan (b) menilai kelemahan kesimpulan/argument yang digunakan untuk mendukung

sudut pandang.

Kelima, keterampilan mengeksplanasi adalah keterampilan untuk

menyatakan/memberikan penjelasan tentang informasi/data/gagasan berbasis bukti,

konsep,metode, dan kreteria. Keterampilan mengeksplanasi terdiri atas; (1)

subketerampilan menyatakan hasil, (2) membenarkan prosedur, dan (3) menyajikan

argument. Indikator menyatakan hasil terdiri atas : (a) memproduksi pernyataan yang

akurat sebagai analisis, evaluasi, dan inferensi; dan (b) menyajikan konsep dan

pertimbangan kontekstual ynag digunakan untuk memperbaiki kekurangan. Indikator

membedakan prosedur terdiri atas; (a) menilai cara penyajian informasi untuk

mengungkap subjektivitas/okjektivitas penulis; dan 9b) membenarkan/ menolak cara

penulis menyajikan informasi. Indikator menyajikan argument, yakni menyajikan

gagasan untuk menerima/menolak pendapat/pandangan/dominasi tertentu.

Keenam, keterampilan meregulasi diri adalah keterampilan untuk memantau kegiatan

kognitif melalui analisis dan evaluasi terhadap diri sendiri. Keterampilan meregulasi

diri terdiri atas subketerampilan; (1) penilaian diri dan (2) koreksi diri. Indikator

penilaian terdiri atas: (a) merefleksikan pandangan/tindakan pribadi yang dilandasi


prasangka/stereotipe/tindakan diminatif; dan (b) mengungkap faktor-faktor dalam diri

sendiri yang dapat mempengaruhi untuk menerima/menolak tindakan tertentu.

Indicator koreksi diri, yakni merumuskan solusi mengatasi pemikiran dan tindakan diri

sendiri yang dilandasi streotipe/perangka tindak dominatif.

4. Prosedur pembelajaran membaca kritis

Pembelajaran membaca merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan

sejak sebelum memulai membaca sampai pada kontruksi makna teks setelah proses

membaca berlangsung. Pembelajaran membaca kritis dapat diorganisasikan dalam

tahapan pembelajaran membaca secara umum. Nuttall (1985;152-165 & 2005; 154-

167) membagi tahapan pembelajaran membaca menjadi tiga, yakni aktivitas sebelum

membaca.

Pertama, aktivitas sebelum membaca merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan

untuk membentuk sekema pembaca terhadap topik teks yang akan dibaca (Rahim,

2008:99-100). Pembangkitan skema bertujuan menghubungkan anatara pengetahuan

dan pengalaman pembaca dengan topic yang akan dibaca. Nuttall (1985 : 152 & 2005 :

154) mengemukakan aktivitas yang diberikan pada tahab sebelum membaca, meliputi

mengemukakan alasan untuk membaca, memperkenalkan teks, memberikan tugas,

membagi teks dalam beberapa bagian, memahami istilah baru, dan mengajukan

pertanyaan.
Kedua, aktivitas saat membaca. Aktivitas saat membaca berkaitan dengan pengelolaan

peserta didik/organisasi kelas. Nuttall (1985 : 159-164 & 2005 : 161-162)

menegemukakan tiga model pengelolaan kelas pada aktivitas membaca, yakni secara

individual (individual mode), pendekatan berfusat pengajar (teacher centrered class),

dan pengorganisasian secara berkelompok (group work). Pengorganisasian secara

individual menekankan pada proses pemahaman pembacaan yang dilakukan secara

individual menekankan pada proses pemahaman bacaan yang dilakukan secara

individu yang memungkinkan membaca teks berbeda antara beberapa pembaca.

Seluruh aktivitas membaca ini dikontrol oleh pembaca secara mandiri.

Pengorganisasian kelas yang berpusat pada pengajar hanya menggunakan satu teks

untuk keseluruhan pembaca dengan seluruh rangkaian aktivitas dikontrol oleh

pengajar, seperti dalam pemberian tugas, dan partisipasi pembaca. Pengorganisasian

kelas secara berkelompok menekankan pada aktivitas membaca yang dikendalikan

oleh sesame pembaca. Pemahaman terhadap teks dilakukan melalui aktivitas diskusi

antar pembaca untuk menghasilkan interpretasi isi bacaan.

Ketiga, aktivitas setelah membaca. Kegiatan pasca baca merupakan kegiatan

pemantapan hasil membaca untuk memadukan informasi baru dengan pengetahuan

pembaca sebelumnya (Abidin; 2012;24 & Rahim, 2008;105). Aktivitas utama yang

dilakukan pembaca pada tahapan adalah mengevaluasi isi bacaan dan memberikan

respon personal (Nuttall, 1985: 164-165 & 2005:166-167. Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan pada tahapan ini, diantaranya menghubungkan isi bacaan dengan

pengalaman pembaca, membandingkan isi bacaan dengan pengalaman pembaca,

membandingkan isi bacaan dengan bacaan lainnya, mencontohkan aplikasi dari teori
atau perinsip yang diuraikan dalam bacaan, mengevaluasi logika dan argumentasi, dan

menilai bias.

Marschall dan Davis (2012:65-66) mengadaptasikan model membaca Harvey

dan Goudvis kedalam tahapan pembelajaran membaca kritis bagi pembelajar dewsa.

Tahapam pembaca dilakukan melalui aktivitas mengaktifkan dan menghubungkan

pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan teks yang dibaca. Aktivitas membaca

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, memvisualisasikan, dan menyimpulkan isi

bacaan. Aktivitas pasca membaca dilakukan menyaring dan menyintesis ide esensial

kemudian mengembangkan menjadi ide baru.

Pembelajaran membaca memiliki tujuan utama memahami isi dan memberikan

respon terhadap teks. Proses membangun makna terhadap bacaan dilakukan secara

berjenjang dari proses persepsi, pemaknaan, hingga perluasan pemahaman. Tompkins

dan Hoskisson (1995:200-206) mengembangkan proses membaca yang terdiri atas

lima tahapan, yakni prabaca, membaca, mengenali teks, merespon, dan memperluas

interpretasi. Tahap prabaca dilakukan melalui aktivitas menghubungkan pengalaman

pribadi dan pengalaman membaca teks, memprediksi, dan mengadakan tinjauan isi

teks. Aktivitas membaca dilakukan dengan beragam model membaca, yakni

membaaca nyaring, membaca bersama, membaca berpasangan, membaca terbimbing,

dan membaca bebas. Tahap merespon dilakukan melalui aktivitas untuk menanggapi

kegiatan membaca yang dilakukan dan memahami isi teks. Pada tahap menggali teks,

pembaca melakukan aktivitas membaca ulang, menganalisis penggunaan bahasa, dan

menilai penulis. Tahap memperluas pemahaman interprets dan pemahaman,

merefleksikan pemahaman, dan menilai pemahaman membaca.


Dalam pembelajaran membaca kritis, Tomasek (2009:128-131)

mengembangkan aktivitas pembelajaran membaca kritis yang dikembangkan dari

proses membaca. Untuk membentuk pemahaman kritis, rangkaian pembelajaran

diorganisasikan dalam enam tingkatan aktivitas, yakni (1) indentifikasi masalah/isu;

tahapan ini bertujuan membantu pembaca menemukan permasalahan utama yang

diungkapkan dalam teks, menganalisis kompleksitas masalah, dan pihak-pihak yang

memiliki keterkaitan dengan topic, (2) membuat koneksi; aktivitas mahasiswa pada

tahap ini adalah menghubungkan antara pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki

dengan teks yang dibaca, (3) menginterpretasi bukti; aktivitas pembaca pda tahapan ini

adalah mengindentifikasi dan menginterpretasi bukti-bukti yang diajukan oleh untuk

mendukung argument, asumsi dan sudut pandang penulis, (4) menantang asumsi;

pembaca menilai dan menguji argument dan validitas argument dan validitas

argument penulis, (5) membuat aplikai; pembaca menerakan konsep/ pengetahuan

yang didapatkan dari teks yang dibaca dalam situasi yang dihadapi, dan (6) mengambil

sudut pandang yang berbeda; pembaca mengembangkan ide/gagasan/pandangan yang

berlawanan dengan sudut pandang yang digunakan penulis dari teks yang dibaca.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab II , maka
dalam tulisan makalah ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Keterampilam membaca adalah proses produksi yang menhasilkan pengetahuan,


pengalaman, dan sikap-sikap baru. Membaca juga dapat diartikan bahwa
membaca itu merupakan aktivitas yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor
yang dtang dari dalam diri pembaca dan faktor dari luar pemabaca.

2. Dalam membaca terdapat beberapa tingkatan pemahaman salah satunya membaca


pemahaman literal yang merupakan salah satu pemahaman bacaan secara
eksplisit. Ketika proses membaca terdapat juga faktor-faktor yang dapat
mempengruhi tigkatan pemahaman seseorang.

3. Membaca kritis merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh informasi yang


dibutuhkan secara relevan yang kemudian diberi penilaian dan dikembangkan.
Kegiatan membaca kritis dapat diterapkan dalam membaca karya ilmiah, artikel
popoler, media elektronik maupun cetak.

3.2. Saran

1. Para pembaca dapat mengetahui dari pengertian dan jenis-jenis keterampilan


membaca

2. Setelah mengetahui tentang membaca pemahaman, pembaca diharapkan mampu


menerapkannya dalam prose belajar-mengajar maupun dalam kehidupan sehari
hari.

3. Diharapkan para pembaca dapat mengetahui lebih rinci langkah-langkah membaca


kritis untuk menulis sebuah karya ilmiah yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Tarigan. H.G. 2008. Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung :


Angkasa.

Nurhadi. Membaca cepat dan efektif. Bandung; C.V Sinar Baru. 1987.

Rahim, F. 2008. Pengajaran membaca di sekolah dasar. Jakarta : Bumi aksara

Haryadi dan Zamzani. 1996/1997. Peningkatan keterampilan berbahasa


Indonesia Depdikbud Dirjen dikti bagian proyek Pengembangan
pendidikan guru Sekolah Dasar Bandung : Angkasa.

Tarigan. H.G. 1986. Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung :


Aksra.

Anda mungkin juga menyukai