“MEMBACA KRITIS”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Universitas Brawijaya
Malang
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….... 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………….............................
2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………….................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….......................11
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Membaca dapat menambah pengetahuan yang Anda miliki, dan Anda dapat memperoleh
banyak manfaat dari kegiatan membaca kritis. Dengan bertambahnya ilmu yang dimiliki maka
manusia akan menjadi manusia yang cerdas, dan kualitas manusia juga akan meningkat. Khusus
bagi mahasiswa yang merupakan agen perubahan perlu memiliki wawasan yang luas sebelum
dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang minat, salah satunya adalah menyelesaikan tugas mata
kuliah.
Namun sayangnya minat baca masyarakat Indonesia sangat kurang. Hasil penelitian
International Student Assessment Program (PISA) menunjukkan bahwa budaya baca masyarakat
Indonesia menempati urutan kedua dari 65 negara di dunia pada tahun 2012. Indonesia
menempati urutan ke 64 dari 65 negara. Apalagi menurut survei UNESCO, minat baca
masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari seribu masyarakat hanya ada satu yang
berminat membaca.
Dengan demikian, kemampuan membaca kritis merupakan bagian dari kegiatan berpikir
kritis menjadi skill utama untuk menunjang kegiatan profesional dan aktivitas sehari-hari di era
informasi. Kemampuan membaca untuk mencegah pembaca menggunakan informasi yang
menyesatkan dan menyesatkan, sangat penting menggunakan berbagai bacaan untuk
mengevaluasi dengan benar dan benar. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
pesat memudahkan masyarakat dalam memperoleh bahan bacaan.
Kini segala macam informasi dapat diperoleh melalui berbagai media cetak maupun
elektronik. Memperkenalkan berbagai bahan bacaan ada banyak kegunaannya. Teks apa pun yang
disajikan kepada pembaca ada tujuan tertentu. Banyak teks diusulkan untuk mempengaruhi
pembaca, seperti propaganda dan persuasif. Padahal, teks pendahuluan juga bisa digunakan
sebagai media lakukan perilaku dominan pada pembaca.
Keterampilan membaca kritis diperlukan untuk mengklasifikasikan dan memilih berbagai
jenis informasi Dan membuat keputusan yang tepat tentang penggunaannya. Melalui
keterampilan membaca kritis, pembaca dapat terlibat dalam proses berpikir Menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi konten bacaan.
a. Nurhadi (2010)
Berkaitan dengan proses kognitif yang dilibatkan dalam aktivitas membaca, Nurhadi menguraikan lima
aspek keterampilan membaca kritis yang mencakup: Menginterpretasi, Menganalisis, Mengorganisasi,
Menilai, dan Menerapkan.
b. Priyatni (2011)
Membaca kritis merupakan usaha pelibatan kemampuan berpikir kritis terhadap isi bacaan. Priyatni
mengembangkan keterampilan membaca kritis secara berjenjang berdasarkan keterampilan berpikir utama
Marzano. Keterampilan membaca kritis itu mencakup : Kemampuan memfokuskan, Mengumpulkan
informasi, Mengingat, Mengorganisasi, Menganalisis, Menggeneralisasi, Mengintegrasikan, dan
Mengevaluasi.
c. Johnson (2007)
Membaca kritis sebagai aktualisasi dari berpikir kritis merupakan proses yang terarah dalam kegiatan
mental untuk Memecahkan masalah, Mengambil keputusan, Menganalisis, dan Mengevaluasi secara
sistematis suatu pendapat.
Berdasarkan level kognitif dalam proses berpikir kritis, keterampilan membaca kritis dapat dibagi menjadi
tingkatan secara berjenjang, yaitu :
(1) K
eterampilan menginterpretasi
Keterampilan menginterpretasi adalah keterampilan yang digunakan untuk memahami dan mengungkap
makna atau arti secara luas dari berbagai situasi, data, atau peristiwa. Keterampilan menginterpretasi
terdiri atas sub keterampilan: Mengategorikan, Menjelaskan arti, dan Mengklasifikasikan makna.
(2) K
eterampilan menganalisis
(3) K
eterampilan menginferensi
(4) K
eterampilan mengevaluasi
Keterampilan mengevaluasi adalah keterampilan untuk menilai kredibilitas pernyataan yang didasarkan
persepsi, situasi, keyakinan, atau pendapat. Keterampilan mengevaluasi terdiri atas sub keterampilan
Menilai klaim dan Menilai argumen.
(5) K
eterampilan mengeksplanasi
(6) K
eterampilan meregulasi diri
keterampilan meregulasi diri adalah keterampilan untuk memantau kegiatan kognitif melalui analisis dan
evaluasi terhadap diri sendiri. Keterampilan meregulasi diri terdiri atas subketerampilan: Penilaian diri
dan Koreksi diri.
Pertama, aktivitas sebelum membaca merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membentuk skemata pembaca terhadap topik teks yang akan dibaca (Rahim, 2008:99–100).
Pembangkitan skemata bertujuan menghubungkan antara pengetahuan dan pengalaman pembaca
dengan topik yang akan dibaca. Kedua, aktivitas saat membaca. Aktivitas saat membaca berkaitan
dengan pengelolaan peserta didik/organisasi kelas. Nuttall (1985:159–164 & 2005:161–162)
mengemukakan tiga model pengelolaan kelas pada aktivitas membaca, yakni secara individual
(individual mode), pendekatan berpusat pengajar (teacher centered class), dan pengorganisasian
secara berkelompok (group work). Pengorganisasian secara individual menekankan pada proses
pemahaman bacaan yang dilakukan secara individu yang memungkinkan membaca teks berbeda
antara beberapa pembaca. Seluruh aktivitas membaca ini dikontrol oleh pembaca secara mandiri.
Pengorganisasian kelas yang berpusat pada pengajar hanya menggunakan satu teks untuk
keseluruhan pembaca dengan seluruh rangkaian aktivitas dikontrol oleh pengajar, seperti dalam
pemberian tugas, pengecekan pemahaman, dan partisipasi pembaca. Pengorganisasian kelas
secara berkelompok menekankan pada aktivitas membaca yang dikendalikan oleh sesama
pembaca. Ketiga, aktivitas setelah membaca. Kegiatan pascabaca merupakan kegiatan
pemantapan hasil membaca untuk memadukan informasi baru dengan pengetahuan pembaca
sebelumnya (Abidin; 2012:24 & Rahim, 2008:105). Aktivitas utama yang dilakukan pembaca
pada tahapan ini adalah mengevaluasi isi bacaan dan memberikan respons personal (Nuttall,
1985:164–165 & 2005:166–167).
2. Marschall dan Davis (2012:65–66) mengadaptasikan model membaca Harvey and Goudvis ke
dalam tahapan pembelajaran membaca kritis yaitu :
Tahapan prabaca dilakukan melalui aktivitas mengaktifkan dan menghubungkan pengetahuan dan
pengalaman pembaca dengan teks yang dibaca. Aktivitas membaca dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan, memvisualisasikan, dan menyimpulkan isi bacaan. Aktivitas pascabaca
dilakukan menyaring dan mensintesis ide esensial kemudian mengembangkan menjadi ide baru
3. Tompkins dan Hoskisson (1995:200–206) mengembangkan proses membaca yang terdiri atas
lima tahapan, yakni prabaca, membaca, menggali teks, merespons, dan memperluas interpretasi
yaitu:
Tahap prabaca dilakukan melalui aktivitas menghubungkan pengalaman pribadi dan pengalaman
membaca dengan teks, memprediksi, dan mengadakan tinjauan isi teks. Aktivitas membaca
dilakukan dengan berbagai model membaca, yakni membaca nyaring, membaca bersama,
membaca berpasangan, membaca terbimbing, dan membaca bebas. Tahap merespons dilakukan
melalui aktivitas untuk menanggapi kegiatan membaca yang dilakukan dan memahami isi teks.
Pada tahap menggali teks, pembaca melakukan aktivitas membaca ulang, menganalisis
penggunaan bahasa, dan menilai penulis. Tahap memperluas pemahaman mencakup aktivitas
memperluas interpretasi dan pemahaman, merefleksikan pemahaman, dan menilai pengalaman
membaca
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Membaca kritis merupakan membaca yang bertujuan buat mengenali fakta- fakta yang ada dalam
teks setelah itu memberikan evaluasi terhadap kenyataan itu. Pembaca tidak cuma hanya meresap
permasalahan yang terdapat, namun dia bersama- sama penulis berpikir tentang permasalahan yang
dibahas.
Di era teknologi informasi yang berkembang dengan cepat, keterampilan membaca kritis
dibutuhkan untuk memahami, menginterpretasi, dan menilai informasi serta memberikan respons kritis
terhadap beragam bacaan. Melalui aktivitas membaca kritis, pembaca dapat memperoleh pengetahuan
yang kelak dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas berpikirnya sekaligus menjadikan pembaca
yang berdaya.
Membaca kritis adalah tingkatan keterampilan membaca yang bertujuan memahami makna teks
secara mendalam dengan mengaplikasikan proses berpikir kritis, melibatkan kemampuan analisis,
sintesis, dan evaluasi untuk memahami makna secara menyeluruh, baik yang tersurat maupun yang
tersirat. Keterampilan membaca kritis memiliki enam tingkatan. Keenam tingkatan membaca kritis itu,
yakni;
1. keterampilan menginterpretasi,
2. keterampilan menganalisis.
3. keterampilan menginferensi.
4. keterampilan mengevaluasi.
5. keterampilan mengeksplanasi, dan
6. keterampilan meregulasi diri.
Setiap keterampilan tersebut memiliki sub keterampilan dan sejumlah indikator. Keenam tingkatan
keterampilan membaca kritis merupakan satu rangkaian kegiatan yang berjenjang dan berkesinambungan
(kontinum). Tahapan pembelajaran membaca kritis terbagi dalam tiga tahapan, yakni aktivitas sebelum
membaca, aktivitas saat membaca, dan aktivitas setelah membaca.
DAFTAR PUSTAKA
Suwartini, Iis & Fujiastuti, Ariesty. (2017). TEKNIK PEMBUATAN BUKU AJAR MEMBACA KRITIS
DAN KREATIF BERBASIS ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONVIDENCE, SATISFACTION)
UNTUK MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA. BAHASTRA. 37. 138.
10.26555/bahastra.v37i2.7610.
Arifah, Rahmawati. (2019). Membaca Kritis. 10.31227/osf.io/psqrv.
Nopitaningrum, Dewi. (2019). Membaca Kritis. 10.31227/osf.io/a2qgy.
http://eprints.unm.ac.id/13027/1/Membaca%20Kritis%20full%20cover.pdf