Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“MEMBACA KRITIS”

Dosen Pengampu:

Nanang Bustanul Fauzi, S.S., M.Pd.

Disusun Oleh:

Sullahuddin Ahmad Rafif 205090201111025

Mely Nur Yuli Yanti 205090201111027

Riski Hadi Sapitri 205090200111044

Anginette Gabriella M.S. 205090207111035

Program Studi Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Brawijaya

Malang

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….... 1

DAFTAR ISI…………………………………………………………….............................
2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah………………………………............................................................3

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………..........................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Membaca​……………………………............................................................... 5

2.2 Empat Jenjang Membaca Menurut Para Ahli​……………………….....................................5

2.3 Pengertian Membaca Kritis​…………………......................................................................5

2.4 Keterampilan Membaca Kritis Dipengaruhi Karakteristik Teks​…………………..................6

2.5 Karakteristik Pembaca yang Tidak Memiliki Daya Kritis​…………………...........................6

2.6 Tujuan Membaca kritis​…………………............................................................................7

2.7 Aspek Membaca Kritis Kritis menurut beberapa Ahli​…………………................................ 7

2.8 Keterampilan Membaca Kritis​…………………................................................................. 8

2.9 Prosedur Pembelajaran Membaca Kritis​…………………................................................... 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………….................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….......................11

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Membaca dapat menambah pengetahuan yang Anda miliki, dan Anda dapat memperoleh
banyak manfaat dari kegiatan membaca kritis. Dengan bertambahnya ilmu yang dimiliki maka
manusia akan menjadi manusia yang cerdas, dan kualitas manusia juga akan meningkat. Khusus
bagi mahasiswa yang merupakan agen perubahan perlu memiliki wawasan yang luas sebelum
dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang minat, salah satunya adalah menyelesaikan tugas mata
kuliah.
Namun sayangnya minat baca masyarakat Indonesia sangat kurang. Hasil penelitian
International Student Assessment Program (PISA) menunjukkan bahwa budaya baca masyarakat
Indonesia menempati urutan kedua dari 65 negara di dunia pada tahun 2012. Indonesia
menempati urutan ke 64 dari 65 negara. Apalagi menurut survei UNESCO, minat baca
masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari seribu masyarakat hanya ada satu yang
berminat membaca.
Dengan demikian, kemampuan membaca kritis merupakan bagian dari kegiatan berpikir
kritis menjadi skill utama untuk menunjang kegiatan profesional dan aktivitas sehari-hari di era
informasi. Kemampuan membaca untuk mencegah pembaca menggunakan informasi yang
menyesatkan dan menyesatkan, sangat penting menggunakan berbagai bacaan untuk
mengevaluasi dengan benar dan benar. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
pesat memudahkan masyarakat dalam memperoleh bahan bacaan.
Kini segala macam informasi dapat diperoleh melalui berbagai media cetak maupun
elektronik. Memperkenalkan berbagai bahan bacaan ada banyak kegunaannya. Teks apa pun yang
disajikan kepada pembaca ada tujuan tertentu. Banyak teks diusulkan untuk mempengaruhi
pembaca, seperti propaganda dan persuasif. Padahal, teks pendahuluan juga bisa digunakan
sebagai media lakukan perilaku dominan pada pembaca.
Keterampilan membaca kritis diperlukan untuk mengklasifikasikan dan memilih berbagai
jenis informasi Dan membuat keputusan yang tepat tentang penggunaannya. Melalui
keterampilan membaca kritis, pembaca dapat terlibat dalam proses berpikir Menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi konten bacaan.

1.2 Rumusan Masalah


❏ Bagaimana jenjang dalam aktivitas Membaca ?
❏ Bagaimana cara memahami pola pikir membaca kritis ?
❏ Faktor apa sajakah yang bisa meningkatkan kekritisan orang terhadap bacaan ?
❏ Apa saja aspek yang mempengaruhi keterampilan membaca kritis?
❏ Bagaimana Prosedur pembelajaran Membaca Kritis?
❏ Apa saja Karakteristik Pembaca yang Tidak Memiliki Daya Kritis ?
1.3 Tujuan

❏ Untuk Mengetahui apa saja jenjang dalam aktivitas Membaca.


❏ Untuk mengetahui cara memahami pola pikir membaca kritis.
❏ Mendeskripsikan Faktor apa saja yang bisa meningkatkan kekritisan orang terhadap
bacaan.
❏ Untuk mengetahui aspek yang mempengaruhi keterampilan membaca kritis
❏ Untuk memahami Prosedur pembelajaran Membaca Kritis.
❏ Untuk mengetahui Karakteristik Pembaca yang Tidak Memiliki Daya Kritis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Membaca


Membaca ialah aktivitas memandang tulisan teks serta proses menguasai isi bacaan dengan
bersuara ataupun dalam hati. Membaca merupakan mengatakan sesuatu imajinasi terhadap sesuatu
pembaca yang disukai khalayak ramai serta pula dipahami oleh seorang yang dicintai.

2.2 Empat Jenjang Membaca Menurut Para Ahli


Para ahli Turner, 1979; Burns, Betty, dan Ross, 1996; dan Nurhadi, 2009 di bidang membaca
membagi aktivitas membaca dalam beberapa jenjang berbeda berdasarkan intensitas proses berpikir yang
dilibatkan. Jenjang membaca dibagi dalam empat tingkatan, yakni :
(1) membaca literal
(2) membaca interpretatif
(3) membaca kritis
(4) membaca kreatif
Tingkatan membaca literal merupakan level membaca paling dasar. Proses membaca pada level ini
berorientasi menemukan informasi yang dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaan. Tingkatan membaca
interpretatif melibatkan kemampuan memperoleh informasi yang diimplikasikan dari pernyataan
antarbaris. Dalam proses membaca, pembaca dituntut menarik inferensi dari pernyataan-pernyataan yang
dikemukakan dalam bacaan.
Tingkatan membaca kritis melibatkan kemampuan memperoleh informasi melalui proses berpikir
kritis. Dalam membaca kritis, pembaca dituntut menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi isi bacaan.
Tingkatan membaca kreatif melibatkan kemampuan berimajinasi dan berkreasi untuk memproduksi ide.
Level kegiatan membaca diperoleh melalui pemahaman dan aktivitas secara berjenjang. Artinya, untuk
pemahaman membaca pada level tinggi, pembaca harus memulai dengan aktivitas membaca yang berada
level lebih rendah.

2.3 Pengertian Membaca Kritis


Membaca kritis merupakan membaca yang bertujuan buat mengenali fakta- fakta yang ada dalam
teks setelah itu memberikan evaluasi terhadap kenyataan itu. Pembaca tidak cuma hanya meresap
permasalahan yang terdapat, namun dia bersama- sama penulis berpikir tentang permasalahan yang
dibahas.
Keahlian membaca kritis ialah salah satu bentuk keahlian membaca yang menampilkan tingkat
uraian yang besar. Lewat keahlian membaca kritis, pembaca diharapkan mempunyai keahlian menguasai
arti secara komprehensif, tercantum arti yang terletak di balik bacaan. Keahlian membaca kritis
mengaitkan keahlian menganalisis, mensintesis, serta mengevaluasi teks.
Keahlian membaca ialah aspek berarti dalam pengembangan keahlian berpikir tiap orang. Lewat
aktivitas membaca, pembaca bisa mendapatkan pengetahuan yang kelak bisa digunakan buat tingkatkan
kapasitas berpikirnya. Proses membaca pada dasarnya ialah kegiatan berpikir( Burns, Roe, serta Ross,
1996). Membaca mengaitkan kegiatan menguasai, menginterpretasi, serta memperhitungkan data dan
membagikan respons terhadap bermacam- macam teks. Bermacam- macam kegiatan membaca tersebut
melibatkan proses berpikir. Para pakar di bidang membaca membagi kegiatan membaca dalam sebagian
jenjang berbeda bersumber pada keseriusan proses berpikir yang dilibatkan. Jenjang membaca dipecah
dalam 4 tingkatan, yakni ( 1) membaca literal,( 2) membaca interpretatif,( 3) membaca kritis, dan ( 4)
membaca kreatif ( Turner, 1979; Burns, Betty, dan Ross, 1996; dan Nurhadi, 2009). Tingkatan membaca
literal ialah level membaca paling dasar. Proses membaca pada tingkat ini berorientasi menemukan data
yang dinyatakan secara eksplisit di dalam teks. Tingkatan membaca interpretatif mengaitkan keahlian
memperoleh informasi yang diimplikasikan dari statment antarbaris. Dalam proses membaca, pembaca
dituntut menarik inferensi dari pernyataan- pernyataan yang dikemukakan dalam teks. Tingkatan
membaca kritis mengaitkan keahlian mendapatkan data lewat proses berpikir kritis. Dalam membaca
kritis, pembaca dituntut menganalisis, menyintesis, serta mengevaluasi isi teks. Tingkatan membaca
kreatif mengaitkan keahlian berimajinasi serta berkreasi untuk memproduksi ide. Level kegiatan
membaca diperoleh melalui pemahaman dan aktivitas secara berjenjang. Artinya, untuk pemahaman
membaca pada level tinggi, pembaca harus memulai dengan aktivitas membaca yang berada level lebih
rendah.

2.4 Keterampilan membaca kritis dipengaruhi karakteristik teks


Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang semakin cepat berimplikasi terhadap
ketersediaan sumber-sumber dan bahan bacaan yang variatif. Beragam informasi tersedia dengan mudah
yang dapat diperoleh dari berbagai media. Namun demikian, bacaan-bacaan tersebut tidak semua relevan
dengan kebutuhan pembaca. Para pembaca harus mampu memilah dan memilih serta menganalisis dan
menilai informasi yang disajikan sebelum memanfaatkannya.
Berbagai bahan bacaan yang beredar dengan beragam media disajikan dengan tujuan-tujuan
tertentu, tidak semata-mata hanya memberikan informasi. Bahan bacaan yang disajikan itu memiliki
beragam tujuan, seperti Memengaruhi pandangan, Membujuk, atau menanamkan keyakinan/ideologi
tertentu. Setiap teks dikonstruksi dan diproduksi dengan cara pandang tertentu (Fairclough, 19rampila89
dan 1992). Pentingnya keterampilan membaca kritis dipengaruhi karakteristik teks, yang meliputi:
a. Setiap teks dibuat untuk mewakili ide-ide tertentu.
b. Setiap teks tidak memiliki satu makna yang pasti.
c. Setiap teks memiliki versi/ penekanan tertentu dan memiliki kesenjangan terhadap hal lainnya,
dan
d. Setiap teks memberikan cara pandang untuk menerimanya sebagai kebenaran (Morgan, 1997).

2.5 Karakteristik Pembaca yang Tidak Memiliki Daya Kritis


Idealnya, setiap pembaca harus dapat merespons bacaan secara kritis yang ditunjukkan dengan
kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan merespons gagasan berbasis informasi bacaan. Namun
demikian, sebagian pembaca tidak memiliki daya kritis yang memadai, sebaliknya hanya bersikap pasif
menerima informasi yang disampaikan dari teks yang dibaca. Perilaku membaca yang tidak memiliki
daya kritis ditandai dengan kecenderungan :
(1) pembaca sikap patuh dan meyakini sepenuhnya informasi yang diperoleh dari teks
(2) pembaca tidak siap bertahan dari pengaruh teks yang dibaca
(3) kecenderungan pembaca hanya berusaha memahami pesan proposional teks dan mengabaikan
pesan ideologisnya.
Perilaku membaca yang menunjukkan kecenderungan rendahnya sikap kritis terhadap bacaan merupakan
dampak dari kebiasaan membaca yang terbentuk selama ini. Aktivitas membaca dimaknai sebagai proses
memahami informasi yang terkandung dalam satu teks.

2.6 Tujuan Membaca kritis


1. Memahami tujuan penulis atau pengarang
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam membaca kritis adalah menentukan serta memahami
maksud dan tujuan penulis. ​Adapun tujuan penulis menulis buku itu antara lain : (1) memberi informasi
kepada pembaca, (2) menghibur pembaca, (3) meyakinkan pembaca, (4) mengajak pembaca. Sebagai
pembaca yang kritis harus berusaha mencari serta mendapatkan maksud yang tersembunyi
2. Memanfaatkan kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan berpikir kritis
Kemampuan membaca dan berpikir kritis menuntut agar pembaca sadar akan sikap-sikap serta
prasangkanya sendiri, dan unsur-unsur lain dalam latar belakang pribadi yang mungkin mempengaruhi
kegiatan membaca dan berpikir
3. Memahami organisasi tulisan atau bacaan
Maksud penulisan dalam menulis suatu bacaan sebagian besar menentukan sifat dan lingkup
pembicaraan, rangka dasarnya, serta pendekatan. Biasanya, penyajian seorang penulis dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan kesimpulan
4. Memberikan Penilaian terhadap penyajian penulis atau pengarang
Pembaca kritis harus mampu menilai dan mengevaluasi penyajian bahan penulis. Sebagai tambahan
adalah memperhatikan maksud dan cara penulis menyusun bahan tersebut. Pembaca yang kritis harus
dapat menentukan apakah penulis telah mencakup pokok masalahnya secara memuaskan atau tidak.
Pembaca dapat menilai dari logika, bahasa, dan sumber informasi
5. Menerapkan prinsip-prinsip kritis terhadap bacaan
Pembaca yang kritis dan teliti terus menerus mengevaluasi ide-ide yang disajikan oleh penulis, terutama
untuk melihat apakah ide-ide tersebut menarik perhatian, memberikan pertimbangan dan penilaian serta
mengambil pendapat-pendapat mengenai hal-hal yang penting.

2.7 Aspek Membaca Kritis Kritis menurut beberapa Ahli

a. Nurhadi (2010)
Berkaitan dengan proses kognitif yang dilibatkan dalam aktivitas membaca, Nurhadi menguraikan lima
aspek keterampilan membaca kritis yang mencakup: Menginterpretasi, Menganalisis, Mengorganisasi,
Menilai, dan Menerapkan.

b. Priyatni (2011)
Membaca kritis merupakan usaha pelibatan kemampuan berpikir kritis terhadap isi bacaan. Priyatni
mengembangkan keterampilan membaca kritis secara berjenjang berdasarkan keterampilan berpikir utama
Marzano. Keterampilan membaca kritis itu mencakup : Kemampuan memfokuskan, Mengumpulkan
informasi, Mengingat, Mengorganisasi, Menganalisis, Menggeneralisasi, Mengintegrasikan, dan
Mengevaluasi.
c. Johnson (2007)
Membaca kritis sebagai aktualisasi dari berpikir kritis merupakan proses yang terarah dalam kegiatan
mental untuk Memecahkan masalah, Mengambil keputusan, Menganalisis, dan Mengevaluasi secara
sistematis suatu pendapat.

2.8 Keterampilan Membaca Kritis

Berdasarkan level kognitif dalam proses berpikir kritis, keterampilan membaca kritis dapat dibagi menjadi
tingkatan secara berjenjang, yaitu :

(1)​ K
​ eterampilan menginterpretasi

Keterampilan menginterpretasi adalah keterampilan yang digunakan untuk memahami dan mengungkap
makna atau arti secara luas dari berbagai situasi, data, atau peristiwa. Keterampilan menginterpretasi
terdiri atas sub keterampilan: Mengategorikan, Menjelaskan arti, dan Mengklasifikasikan makna.

(2)​ K
​ eterampilan menganalisis

Keterampilan menganalisis adalah keterampilan untuk mengidentifikasi dan menghubungkan pernyataan,


pertanyaan, konsep, atau deskripsi untuk mengekspresikan keyakinan, penilaian, alasan, atau opini.
Keterampilan menganalisis terdiri atas sub keterampilan : Mendeteksi gagasan, Mendeteksi argumen, dan
Menganalisis argumen.

(3)​ K
​ eterampilan menginferensi

Keterampilan menginferensi adalah keterampilan mengidentifikasi elemen yang diperlukan untuk


menarik kesimpulan yang masuk akal, membuat dugaan dan hipotesis, dan mempertimbangkan informasi
yang relevan. Keterampilan menginferensi terdiri atas sub keterampilan : Menarik kesimpulan,
Mempertimbangkan bukti, dan Mengajukan alternatif.

(4)​ K
​ eterampilan mengevaluasi

Keterampilan mengevaluasi adalah keterampilan untuk menilai kredibilitas pernyataan yang didasarkan
persepsi, situasi, keyakinan, atau pendapat. Keterampilan mengevaluasi terdiri atas sub keterampilan
Menilai klaim dan Menilai argumen.

(5)​ K
​ eterampilan mengeksplanasi

Keterampilan mengeksplanasi adalah keterampilan untuk menyatakan/memberikan penjelasan tentang


informasi/data/ gagasan berbasis bukti, konsep, metode, dan kriteria.Keterampilan mengeksplanasi terdiri
atas sub keterampilan: Menyatakan hasil, Membenarkan prosedur, dan Menyajikan argumen.

(6)​ K
​ eterampilan meregulasi diri
keterampilan meregulasi diri adalah keterampilan untuk memantau kegiatan kognitif melalui analisis dan
evaluasi terhadap diri sendiri. ​Keterampilan meregulasi diri terdiri atas subketerampilan: Penilaian diri
dan Koreksi diri.

2.9 Prosedur Pembelajaran Membaca Kritis

1. Menurut Nuttal ( (1985:152–165 & 2005:154–167) membagi tahapan pembelajaran membaca


menjadi tiga yaitu:

Pertama, aktivitas sebelum membaca merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membentuk skemata pembaca terhadap topik teks yang akan dibaca (Rahim, 2008:99–100).
Pembangkitan skemata bertujuan menghubungkan antara pengetahuan dan pengalaman pembaca
dengan topik yang akan dibaca. Kedua, aktivitas saat membaca. Aktivitas saat membaca berkaitan
dengan pengelolaan peserta didik/organisasi kelas. Nuttall (1985:159–164 & 2005:161–162)
mengemukakan tiga model pengelolaan kelas pada aktivitas membaca, yakni secara individual
(individual mode), pendekatan berpusat pengajar (teacher centered class), dan pengorganisasian
secara berkelompok (group work). Pengorganisasian secara individual menekankan pada proses
pemahaman bacaan yang dilakukan secara individu yang memungkinkan membaca teks berbeda
antara beberapa pembaca. Seluruh aktivitas membaca ini dikontrol oleh pembaca secara mandiri.
Pengorganisasian kelas yang berpusat pada pengajar hanya menggunakan satu teks untuk
keseluruhan pembaca dengan seluruh rangkaian aktivitas dikontrol oleh pengajar, seperti dalam
pemberian tugas, pengecekan pemahaman, dan partisipasi pembaca. Pengorganisasian kelas
secara berkelompok menekankan pada aktivitas membaca yang dikendalikan oleh sesama
pembaca. Ketiga, aktivitas setelah membaca. Kegiatan pascabaca merupakan kegiatan
pemantapan hasil membaca untuk memadukan informasi baru dengan pengetahuan pembaca
sebelumnya (Abidin; 2012:24 & Rahim, 2008:105). Aktivitas utama yang dilakukan pembaca
pada tahapan ini adalah mengevaluasi isi bacaan dan memberikan respons personal (Nuttall,
1985:164–165 & 2005:166–167).

2. Marschall dan Davis (2012:65–66) mengadaptasikan model membaca Harvey and Goudvis ke
dalam tahapan pembelajaran membaca kritis yaitu :

Tahapan prabaca dilakukan melalui aktivitas mengaktifkan dan menghubungkan pengetahuan dan
pengalaman pembaca dengan teks yang dibaca. Aktivitas membaca dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan, memvisualisasikan, dan menyimpulkan isi bacaan. Aktivitas pascabaca
dilakukan menyaring dan mensintesis ide esensial kemudian mengembangkan menjadi ide baru

3. Tompkins dan Hoskisson (1995:200–206) mengembangkan proses membaca yang terdiri atas
lima tahapan, yakni prabaca, membaca, menggali teks, merespons, dan memperluas interpretasi
yaitu:

Tahap prabaca dilakukan melalui aktivitas menghubungkan pengalaman pribadi dan pengalaman
membaca dengan teks, memprediksi, dan mengadakan tinjauan isi teks. Aktivitas membaca
dilakukan dengan berbagai model membaca, yakni membaca nyaring, membaca bersama,
membaca berpasangan, membaca terbimbing, dan membaca bebas. Tahap merespons dilakukan
melalui aktivitas untuk menanggapi kegiatan membaca yang dilakukan dan memahami isi teks.
Pada tahap menggali teks, pembaca melakukan aktivitas membaca ulang, menganalisis
penggunaan bahasa, dan menilai penulis. Tahap memperluas pemahaman mencakup aktivitas
memperluas interpretasi dan pemahaman, merefleksikan pemahaman, dan menilai pengalaman
membaca

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Membaca kritis merupakan membaca yang bertujuan buat mengenali fakta- fakta yang ada dalam
teks setelah itu memberikan evaluasi terhadap kenyataan itu. Pembaca tidak cuma hanya meresap
permasalahan yang terdapat, namun dia bersama- sama penulis berpikir tentang permasalahan yang
dibahas.
Di era teknologi informasi yang berkembang dengan cepat, keterampilan membaca kritis
dibutuhkan untuk memahami, menginterpretasi, dan menilai informasi serta memberikan respons kritis
terhadap beragam bacaan. Melalui aktivitas membaca kritis, pembaca dapat memperoleh pengetahuan
yang kelak dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas berpikirnya sekaligus menjadikan pembaca
yang berdaya.
Membaca kritis adalah tingkatan keterampilan membaca yang bertujuan memahami makna teks
secara mendalam dengan mengaplikasikan proses berpikir kritis, melibatkan kemampuan analisis,
sintesis, dan evaluasi untuk memahami makna secara menyeluruh, baik yang tersurat maupun yang
tersirat. Keterampilan membaca kritis memiliki enam tingkatan. Keenam tingkatan membaca kritis itu,
yakni;
1. keterampilan menginterpretasi,
2. keterampilan menganalisis.
3. keterampilan menginferensi.
4. keterampilan mengevaluasi.
5. keterampilan mengeksplanasi, dan
6. keterampilan meregulasi diri.

Setiap keterampilan tersebut memiliki sub keterampilan dan sejumlah indikator. Keenam tingkatan
keterampilan membaca kritis merupakan satu rangkaian kegiatan yang berjenjang dan berkesinambungan
(kontinum). Tahapan pembelajaran membaca kritis terbagi dalam tiga tahapan, yakni aktivitas sebelum
membaca, aktivitas saat membaca, dan aktivitas setelah membaca.
DAFTAR PUSTAKA

Suwartini, Iis & Fujiastuti, Ariesty. (2017). TEKNIK PEMBUATAN BUKU AJAR MEMBACA KRITIS
DAN KREATIF BERBASIS ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONVIDENCE, SATISFACTION)
UNTUK MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA. BAHASTRA. 37. 138.
10.26555/bahastra.v37i2.7610.
Arifah, Rahmawati. (2019). Membaca Kritis. 10.31227/osf.io/psqrv.
Nopitaningrum, Dewi. (2019). Membaca Kritis. 10.31227/osf.io/a2qgy.
http://eprints.unm.ac.id/13027/1/Membaca%20Kritis%20full%20cover.pdf

Anda mungkin juga menyukai