LAPORAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
SWADANA JURUSAN
TIM PENGUSUL
0
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI .................................................................................... 1
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 4
BAB III METODE KEGIATAN ................................................... 7
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI .................. 9
BAB V PEMBAHASAN ............................................................. 11
BAB VI KESIMPULAN ............................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 15
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi di SDLB Wira Kusuma, maka rumusan masalah PPM ini
adalah bagaimana penerapan pembiasaan Gerakan Literasi yang ditujukan kepada Kepala
Sekolah, guru, dan tenaga kependidikan di SDLB Wira Kusuma Ngemplak, Prigen
2
C. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan PKM ini adalah untuk melakukan pendampingan penerapan
pembiasaan Gerakan Literasi yang ditujukan kepada Kepala Sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan di SDLB Wira Kusuma Ngemplak, Prigen
Manfaat Kegiatan
1. Potensi ekonomi produk
pengenalan gerakan literasi pada guru SDLB merupakan dasar untuk
menumbuhkan minat baca siswa. Pertumbuhan minat baca siswa selanjutnya
menjadi landasan tersedianya akses buku khususnya bagi para siswa SDLB.
Dengan adanya sudut baca dan mekanisme pengadaan buku secara bersama,
warga sekolah bisa tetap meningkatkan kebiasaan membaca tanpa dana besar.
menyumbang 1 buku, mendapat kesempatan membaca puluhan buku melalui
rotasi buku
2. Nilai tambah produk dari sisi Ipteks
minat baca tinggi akan mendongkrak kompetensi warga sekolah (guru, kepala
sekolah, siswa)
meningkatkan prestasi akademik siswa
3. Dampak sosial secara nasional
Minat dan kebiasaan membaca yang tinggi akan berdampak pada jati diri bangsa
yang lebih kuat dan bermartabat di dunia global.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Literasi
Literasi seringkali hanya dimaknai sebagai kegiatan membaca dan menulis.
Namun sejalan dengan perkembangan jaman dan semakin besarnya tantangan yang kita
hadapi, pengertian literasi berkembang menjadi literasi informasi. Menurut Deklarasi
Praha, literasi informasi terdiri atas 5 komponen, yakni: Literasi Dasar, Literasi
Perpustakaan, Literasi Teknologi, Literasi Media, dan Literasi Visual. Dalam kelima
komponen ini, praktik membaca secara bebas dan mandiri menjadi kegiatan kunci agar
dapat menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan membaca yang baik akan menjadi dasar
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang apapun.
Membaca bebas dan mandiri berarti bahwa kita membaca buku apapun yang kita
inginkan, tanpa beban tugas dan tagihan atau pertanyaan yang harus dijawab, dan bahkan
tanpa keharusan untuk menyelesaikan buku tersebut bila buku itu membosankan atau
terlalu sulit. Stephen Krashen (2000, viii) menyatakan bahwa ada banyak bukti hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa membaca mandiri memberikan kontribusi terhadap
perkembangan bahasa dan literasi. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, pemerintah
semakin menyadari pentingnya literasi sebagai salah satu solusi untuk mengatasi
terpuruknya kualitas pendidikan di tanah air yang dianggap belum menjawab masalah
karakter bangsa. Permendikbud nomor 23/2015 tentang penumbuhan budi pekerti tegas
menyebutkan pentingnya pembiasaan 15 menit membaca setiap hari. Untuk memberikan
panduan implementasinya di lapangan, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah
Kemdikbud telah menerbitkan seperangkat dokumen, yakni Disain Induk Gerakan
Literasi Sekolah (GLS), Buku Saku GLS, dan Panduan GLS untuk setiap jenjang
pendidikan.
Di dalam Desain Induk disebutkan peran Perguruan Tinggi sebagai salah satu
bagian dari alur peran pelibatan publik untuk membantu agar GLS di semua sekolah di
tanah air dapat terlaksana dengan baik. Salah satu unsur publik adalah keterlibatan
Perguruan Tinggi dalam memberikan pelatihan dan pendampingan pelaksanaan GLS.
Dengan demikian proposal PKM ini diajukan sebagai contoh nyata pelibatan publik
dalam GLS.
4
B. Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan nama resmi gerakan yang digulirkan
pemerintah melalui Kemdikbud, dan berada dalam koordinasi Direktorat Pendidikan
Dasar dan Menengah. Dalam Desain Induk GLS dijelaskan bahwa GLS merupakan:
suatu usaha atau kegiatan yang bersifatpartisipatif dengan melibatkan warga
sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah,tenaga kependidikan, pengawas
sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali muridpeserta didik), akademisi, penerbit,
media massa, masyarakat (tokoh masyarakatyang dapat merepresentasikan
keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangkukepentingan di bawah koordinasi
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. (Desain Induk GLS, 2016: 7)
Dari penjelasan di atas jelas tercermin bahwa GLS membutuhkan kolaborasi dari
berbagai elemen masyarakat, di mana salah satunya adalah peran aktif perguruan tinggi
untuk memberikan pendampingan secara akademik dan berbasis riset ke semua sekolah
di setiap jenjang pendidikan, agar GLS bisa terlaksana secara sistematis dan
berkelanjutan.
Dalam Desain Induk juga dipaparkan perlunya melakukan GLS secara bertahap.
Hal ini penting untuk dipahami, karena meningkatkan minat baca seluruh warga sekolah
(tidak hanya peserta didik) membutuhkan perencanaan, kesabaran, dan komitmen dari
semua pihak. Untuk itu GLS dilakukan dalam tiga tahap, yakni: Pembiasaan,
Pengembangan, dan Pembelajaran.
5
Rentang waktu pelaksanaan ketiga tahap ini bergantung pada kondisi sekolah masing-
masing. Khusus untuk tahap pembiasaan di tingkat SDLB, Panduan Pelaksanaan GLS di
SDLB menyebutkan serangkaian indikator, yang salah satunya adalah minimal 1
semester. Di bawah ini akan dijelaskan kegiatan literasi dalam tahap pembiasaan yang
menjadi prioritas dalam kegiatan PKM ini.
6
BAB III
METODE KEGIATAN
B. Metode Kegiatan
Kegiatan PKM ini terlaksana dengan lancar dan sistematis dengan mengikuti kerangka
pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Studi Pendahuluan atau identifikasi khalayak sasaran, yaitu mendata hal-hal yang
diperlukan oleh pihak manajemen SDLB Wira Kusuma Ngemplak, Prigen. Bentuk
kegiatan dalam tahap pendahuluan ini adalah menggunakan indikator keberhasilan tahap
pembiasaan GLS yang tercantum di Panduan GLS SDLB untuk menilai iklim literasi
sekolah yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi mana saja yang
sudah dan belum ditemukan di khalayak sasaran.
2. Persiapan materi kegiatan, yaitu setelah kondisi masyarakat yang menjadi khalayak
sasaran dapat diketahui karakteristiknya, selanjutnya membuat persiapan materi PKM.
Hal ini dilakukan semata-mata untuk memudahkan pembagian tugas tiap-tiap anggota,
selain itu juga mendatangi langsung lokasi kegiatan dan mengadakan diskusi dengan para
peserta tersebut. Kegitan tersebut dilakukan untuk mendapatkan kecocokan materi yang
akan disiapkan, dengan harapan agar materi atau model yang akan diterapkan dapat
berguna bagi khalayak sasaran.
3. Penentuan jadwal dan tempat pelaksanaan kegiatan PKM, yaitu membicarakan jadwal
yang tepat antara kedua belah pihak. Dalam hal ini yang dimaksud sama-sama tidak
mengganggu kegiatan antara pelaksana dan khalayak sasaran. Dari hasil diskusi baik
lewat telepon maupun tatap muka langsung, disepakati kegiatan rencananya akan
dilaksanakan pada bulan Mei 2017. Tempat kegiatan direncanakan di SDLB Wira
Kusuma Ngemplak, Prigen. Pelaksanaan kegiatan diharapkan sesuai dengan jadwal dan
tempat yang telah disepakati.
7
a. Gambar penerapan Model/Metode/Ipteks yang diterapkan dalam PKM
Pengenalan Literasi
Bagi Guru SDLB
Wira Kusuma
Prigen
Membacakan
Membaca dalam Memilih buku
Nyaring
hati bacaan
Identifikasi Persiapan
khalayak materi
sasaran: kegiatan:
Mendata - Pandua
kondisi awal n 14
Pendamping
Pelatihan di
an
lokasi
pelaksanaan
15 menit
8
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Saat ini pendidikan di Indonesia baru menciptakan peserta didik yang pandai, bukan
cerdas. Kebanyakan baru berada pada tahap menghafal, bukan berpikir. Untuk itu, perlu
ketegasan dan keberanian dalam menata ulang sistem manajemen pendidikan yang salah satunya
berujud kurikulum. Kurikulum sebagai pengejawantahan orientasi pendidikan negara harus
mampu mencetak generasi andal yang cerdas, kreatif, dan mandiri sebagaimana diamanatkan
dalam pasal 3 UU Nomor 20/2003. Salah satu upaya yang realistis adalah menumbuhkan budaya
literasi.
Universitas Negeri Surabaya (Unesa) adalah salah satu LPTK yang menjadi pionir dalam
gerakan Literasi. Unesa telah berkomitmen menjadi pusat (kajian) literasi nasional, dengan
rencana dan rintisan program ke dalam dan keluar. Diyakiini, dengan komitmen yang kokoh,
impian mewujudkan masyarakat kampus dan masyarakat umum yang literat berpeluang tercapai.
Unesa sebagai pusat literasi dicanangkan pada Juni 2014 dengan deklarasi “PPPG
sebagai Penggerak Literasi Unesa” oleh direktur PPPG Unesa Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela
M.Pd, dan pendatanganan prasasti dilengkapi oleh para narasumber, yakni Sirikit Syah, Much.
Khoiri, Satria Dharma, dan Achmad Wahju. Tanda tangan itu simbol kepedulian dan komitmen
untuk membudayakan literasi di Indonesia. Unesa juga berperan sebagai pusat gerakan literasi.
Dalam konteks ini, Unesa akan membudayakan literasi secara internal terlebih dahulu, termasuk
membudayakan membaca-menulis bagi dosen, mahasiswa, dan (jika perlu) karyawan. Program-
program dengan target capaian terukur sedang dimatangkan, agar ketercapaiannya memuaskan.
Ibaratnya, warga Unesa harus mendidik diri sebelum melancarkan gerakan pembudayaan literasi
bagi masyarakat luas. Prinsip keteladanan ini diharapkan bisa mempercepat terwujudnya impian
literasi. Unesa sedang dan akan berkolaborasi dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam
bidang gerakan pembudayaan literasi. Yang terkini, Pemkot Surabaya sedang sosialisasi
“Surabaya sebagai Kota Literasi” ke seluruh kepala sekolah dan kepala perpustakaan se-
Surabaya. Dalam rencananya, Unesa akan berkolaborasi dengan program ini.
Dalam rangka ikut mendorong gerakan literasi di sekolah dan masyarakat, pada semester
genap tahun 2017 ini Unesa akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Literasi. Fakultas
Bahasa dan Seni menjadi pionir alias generasi pertama pelaksanaan KKN Literasi. KKN PM
Pusat di LPPM Unesa bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya
9
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Kuliah Kerja Nyata-Literasi Universitas Negeri
Surabaya di Auditorium FBS Kampus Lidah Wetan. Kegiatan diikuti sekitar 250 mahasiswa
FBS. KKN literasi akan mendorong pergerakan literasi di sekolah dan masyarakat. Dalam
pelaksanaannya mahasiswa akan disebar di 100 sekolah dan 100 Taman Baca Masyarakat
(TBM) di area kota Surabaya. Sepanjang semester, pada Sabtu pagi mahasiswa akan
melaksanakan program KKN di sekolah selama 4 jam, dan sorenya di TBM selama 4 jam.
Tim pelaksana kegiatan PPM ini adalah dosen pendidikan dan sastra Inggris yang memiliki
kepakaran dalam bidang literasi. Oleh karena itu, dalam bidang kepakaran, berikut adalah bidang
kepakaran masing-masing :
a. Ayunita Leliana, S.S. M.Pd.: Pengenalan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) untuk SDLB.
b. Zainul Aminin, S.Pd., M.Pd. dan Adam Damanhuri, S.S., M.Hum.: Pelaksanaan membaca
dan simulasi
c. Hujuala Rika Ayu, S.S., M.A. dan Fitriyah Inda N.A., S.S., M.Pd.: Kegiatan pendukung
GLS yaitu penjenjangan buku dan pengaturan sudut baca.
10
BAB V
PEMBAHASAN
Sekitar bulan Mei 2017, tim bertemu dengan Kepala Sekolah SDLB Wira Kusuma
Ngemplak, Prigen untuk mengetahui kondisi awal dan analisis kebutuhan terkait dengan
pelaksanaan GLS di sekolah tersebut. Kepala Sekolah menyampaikan bahwa sekolah telah
mendapat bantuan dana dari pemerintah pusat untuk membeli sejumlah buku dan
melaksanakan GLS. Namun pada kenyataannya, setelah membeli buku-buku sesuai dengan
kebutuhan, pihak sekolah masih mengahadapi beberapa masalah, yaitu buku-buku tersebut
belum dilabeli dan dijenjangkan dan belum dapat melaksanakan GLS di sekolah.
Sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati bersama dengan Kepala Sekolah,
maka pada tanggal 19 Agustus 2017 dilaksanakan pendampingan pembiasaan GLS yang
ditujukan kepada Kepala Sekolah, guru, dan tenaga kependidikan di SDLB Wira Kusuma
Ngemplak, Prigen.
A. Pendampingan pembiasaan GLS untuk Kepala Sekolah
1. Menjelaskan konsep literasi dan pentingnya pelaksanaan gerakan literasi di SLB
secara umum dan merancangan program pelaksanaan gerakan literasi di SDLB yang
sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan ini bertujuan agar Kepala Sekolah
memahami konsep literasi dan rancangan program pelaksanaan gerakan literasi di
SLB.
2. Membuat skenario yang tepat agar sudut baca dapat berdiri di beberapa kelas. Dengan
memperkenalkan teknik library reading, yaitu melakukan orientasi buku sebelum
membaca buku, kepada siswa akan membuat siswa mengenal lebih baik apa yang
harus mereka lakukan terhadap buku dan menstimulus rasa ingin tahu terhadap isi
buku, sehingga mereka tidak lagi merusak buku saat berinteraksi dengan buku.
Pengenalan library reading kepada Kepala sekolah bertujuan agar Kepala Sekolah
dapat berperan serta dalam mengaktifkan GLS.
3. Mengelola sarana dan prasarana yang telah dimiliki sekolah untuk menunjang
pelaksanaan GLS. Beberapa poster-poster GLS ditempelkan di beberapa titik di dalam
kelas (Gambar 5.2) karena di luar kelas telah terpasang poster GLS dan poster kaya
literasi (Gambar 5.3 dan 5.4).
11
4. Melakukan penjenjangan buku yang telah dibeli pihak sekolah terkait dengan
penggiatan GLS di SDLB agar Kepala Sekolah dapat melakukan analisis kebutuhan
siswa atas buku.
Gambar 5.1 Bersama Kepala Sekolah: Diskusi tentang Gambar 5.2 Poster GLS di dalam kelas
peran Kepala Sekolah dalam GLS
12
3. Mengelola dan memanfaatkan sarana dan prasarana, misalnya poster-poster yang
ada di dinding kelas, untuk mendukung GLS dalam proses pembelajaran. Dengan
kegiatan ini para guru dapat menciptakan kelas kaya teks dan dapat menarik
perhatian para siswa untuk belajar dengan menyenangkan tentang pesan-pesan
yang terkandung dalam poster-poster tersebut.
4. Melakukan penjenjangan buku agar para guru dapat membacakan buku yang
sesuai dengan kondisi siswa. Jika buku yang dibaca tepat, maka siswa akan dapat
menikmati kandungan buku. Saat mereka dapat menikmati isi buku, maka mereka
akan dapat ditenangkan dengan buku.
Gambar 5.5 Sarasehan dengan para guru Gambar 5.6 Praktek library reading
C. Pendampingan pembiasaan GLS untuk tenaga kependidikan
Tenaga kependidikan di SDLB Wira Kusuma Ngemplak, Prigen merupakan beberapa
guru yang memiliki tugas tambahan setelah mengajar. Di luar jam mengajar, mereka
berperan sebagai pustakawan, maka sangat penting untuk memberikan pendampingan
kepada para guru bertugas ganda ini untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana yang
dimiliki sekolah untuk menggalakkan GLS di lingkungan sekolah.
Mengatur sudut baca yang aman namun tetap dapat diakses dengan mudah dan memilah
buku yang bisa diakses langsung oleh siswa atau buku yang harus digunakan dengan
didampingi oleh guru atau pustakawan. Dengan melakukan peranan sebagai pustakawan,
guru dapat memfasilitasi para siswa di luar jam belajar.
13
BAB VI
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Wiedarti, Pangesti, dkk. (2016). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Dirjen
Dikdasmen Kemendikbud.
Wahyuning, Sri, dkk. (2016). Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Luar Biasa. Jakarta:
Dirjen Dikdasmen Kemendikbud.
15
LAMPIRAN 1 Biodata (Ketua)
FORM BIODATA (Ketua)
a. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ayunita Leliana, S.S., M.Pd.
2 Jabatan fungsional Asisten Ahli
3 Jabatan Struktural -
4 NIP/NIK/Identittas lainnya 198208272008122002
5 NIDN 0027088250
6 Tempat dan Tanggal lahir Surabaya, 27 Agustus 1982
7 Alamat Rumah Gunungsari Indah XX/14 Surabaya
8 Nomor Telepon/Fkas/HP 0317532192
9 Alamat Kantor Kampus Unesa Lidah Wetan
10 Nomor HP 081232915373
11 Alamat email ayunitaleliana@gmail.com
12 Mata Kuliah yang diampu 1. Intensive Course
2. Introduction to Linguistics
3. English Phonology
4. Paragraph Writing
5. Descriptive and Narrative Writing
b. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Negeri Universitas Negeri
Tinggi Surabaya Surabaya
Bidang Ilmu Sastra Linguistik Terapan
Inggris/Linguistik
Tahun Masuk-Lulus 2000-2005 2005-2008
Judul Analysis of English
Skripsi/Thesis/Disertasi Rhythm Produced by
the Springboard 8
Students
Nama Pembinbing/ Drs. Slamet Setiawan, Prof. Soekemi
Promotor M.A., Ph. Drs. Suwono, M.A.,
Ph.D
*Tuliskan sumber pendanaan : Fundamental, Hibah bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana,
Hukum, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas,
dan sumber lainnya
16
untuk Mengoptimalkan Peran
Laboratorium Bahasa dalam
Meningkatkan Kulaitas Pembelajaran
Bahasa di Sekolah Mitra Unesa
*Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan Ipteks, Vucer, Vucer Multitahun, Uji, Sibermas dan
sumber lainnya
f. Pengalaman Penyampaian Makalah secara Oral pada pertemuan Ilmiah dalam 5 tahun terakhir
NO Nama Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
Pertemuan
Ilmiah/
Seminar
1 UTIC Using Student-Centered Approach in 2014, Universitas
Writing Class Ahmad Dahlan
Yogyakarta
2 Paramasastra Penerapan Strategi 5 Effective Traits untuk 2017
5 Meningkatkan Kemampuan Menulis FBS Unesa
17
j. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 tahun terakhir (dari Pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah bernar dan dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan
Penelitian Swadana Fakultas/ Jurusan/ Prodi atau Swadana mandiri.
18
LAMPIRAN 2 Profil sekolah dan Peta Lokasi
PROFIL SEKOLAH
Organisasi Sekolah
Pengawas : Dra. Endang Widiati M.Pd
NIK : 196211061987102001
NUPTK : 9438740641300023
Kepala Sekolah : Yanti Hendrawati, S.Pd.
Jumlah guru : 8 orang
PETA LOKASI
19
LAMPIRAN 3 Materi Pengenalan GLS untuk SDLB
A. Tujuan
Gerakan literasi di SLB bertujuan untuk menciptakan iklim literasi SLB, yang
meliputi: a) lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana literasi); b)
lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua warga sekolah) dalam
melaksanakan kegiatan literasi SLB, dan c) lingkungan akademik (adanya program literasi
yang nyata dan bisa dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah).
Tujuan umum program pelaksanaan literasi di SLB adalah menjadikan sekolah
sabagai organisasi pembelajaran (learning organization) yang mampu mempraktikkan
kegiatan-kegiatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) agar warga sekolah
dapat menjadi individu pembelajar yang mampu belajar sepanjang hayat dan
berkolaborasi dalam perkembangan peradaban dunia sesuai dengan arah kompetensi abad
ke 21.
B. Ruang Lingkup
Petunjuk teknis ini berisi penjelasan pelaksanaan kegiatan literasi di SLB yang
terbagi pada jenjang SDLB, SMPLB, dan SMALB untuk untuk masing-masing kelainan:
Tunanetra (A), Tunarungu (B), Tunagrahita (C), Tunadaksa (D), dan Autism (F).
C. Sasaran
Petunjuk teknis ini ditujukan bagi guru sebagai pendidik dan pustakawan sebagai
tenaga kependidikan untuk membantu mereka meningkatkan kapasitas literasi peserta
didik di lingkungan sekolah. Selain itu, kepala sekolah perlu mengetahui isi petunjuk teknis
ini guna memfasilitasi guru dan pustakawan untuk menjalankan peran mereka dalam
kegiatan literasi sekolah.
D. Konsep Dasar Gerakan Literasi Sekolah
Pada dasarnya kegiatan literasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
membaca dan menulis. Akan tetapi, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa
literasi tidak hanya berkaitan dengan dua aktivitas tersebut. “Literasi juga mencakup
bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik
dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya” (UNESCO,
2003). Secara sederhana, dalam konteks peserta didik, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
20
literasi merupakan cara peserta didik mengakses, memahami, dan menggunakan informasi
yang berada di sekitarnya untuk mengatasi berbagai permasalahan hidupnya.
21
2) Kepala sekolah memahami rancangan program pelaksanaan gerakan literasi di SLB
(desain induk).
3) Kepala sekolah dapat menjalankan perannya dalam pelaksanaan gerakan literasi di SLB
(termasuk dalam pengembangan sudut baca di kelas dan perpustakaan serta kegiatan
pembiasaan lainnya: gerakan membaca 10-15 menit).
4) Kepala sekolah dapat menganalisis kebutuhan sarana prasarana untuk pelaksanaan
gerakan literasi di SLB.
5) Kepala sekolah dapat mengelola dan memanfaatkan sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan gerakan literasi di SLB.
Materi
1) Konsep literasi dan pentingnya pelaksanaan gerakan literasi di SLB secara umum.
2) Rancangan program pelaksanaan gerakan literasi di SLB (desain induk).
3) Peran dalam pelaksanaan gerakan literasi di SLB (termasuk dalam pengembangan sudut
baca di kelas dan perpustakaan serta kegiatan pembiasaan lainnya: gerakan membaca 10-
15 menit).
4) Analisis kebutuhan sarana prasarana sekolah.
5) Pengelolaan dan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana.
6) Memilih buku yang tepat.
7) Menjenjang buku dan kemampuan membaca (leveling book dan leveling reading).
8) Membuat bahan kaya teks (print rich materials).
9) Cara melatih peserta didik untuk memilih buku yang sesuai dengan kemampuan
bacanya.
10) Cara mengukur kemampuan membaca peserta didik (reading assesment).
Lokakarya Guru
Tujuan
1) Guru memahami konsep literasi dan pentingnya pelaksanaan literasi di SLB secara
umum.
2) Guru memahami rancangan program pelaksanaan gerakan literasi di SLB (desain induk).
3) Guru dapat memenuhi perannya dalam pelaksanaan gerakan literasi di SLB (termasuk
dalam pengembangan perpustakaan, sudut baca di kelas dan perpustakaan serta kegiatan
pembiasaan lainnya: gerakan membaca 10-15 menit).
22
4) Guru dapat mengelola dan memanfaatkan sarana dan prasarana untuk mendukung
pembelajaran.
5) Guru dapat menyusun dan mengintegrasikan ke dalam rencana pembelajaran yang
mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik.
Materi
1) Konsep literasi dan pentingnya pelaksanaan literasi di SLB.
2) Rancangan program pelaksanaan gerakan literasi di SLB (desain induk).
3) Peran guru dalam pelaksanaan gerakan literasi di SLB (termasuk dalam pengembangan
sudut baca di kelas dan perpustakaan serta kegiatan pembiasaan lainnya: gerakan
membaca 10-15 menit).
4) Pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana untuk mendukung gerakan literasi
dalam proses pembelajaran.
5) Penyusunan dan pengintegrasian literasi ke dalam rencana pembelajaran yang mampu
meningkatkan kemampuan peserta didik.
6) Memilih buku yang tepat untuk pembelajaran (buku teks, buku referensi, dan buku
pengayaan).
7) Penjenjangan buku dan kemampuan membaca (leveling books dan levelling readings).
8) Pembuatan bahan kaya teks (print rich materials).
9) Cara melatih peserta didik untuk memilih buku yang sesuai dengan kemampuan
bacanya.
10) Cara mengetahui kemampuan membaca peserta didik.
23