Anda di halaman 1dari 186

KUMPULAN KISAH SUKSES

KEPALA SEKOLAH SD

EDITOR:
Prof. Dr. Baso Intang Sappaile, M.Pd

Penerbit:
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

ii
KUMPULAN KISAH SUKSES EPALA SEKOLAH SD

Editor:
Prof. Dr. Baso Intang Sappaile, M.Pd

ISBN:
978-602-52537-0-6

Desain Sampul dan Tata


Letak: Hasbullah

Redaksi:
Ged. D Lt. 14 Jl. Pintu 1, Senayan Jakarta Pusat, Indonesia
Telp. (021) 57974125
Email: kesharlindung.tendik@kemdikbud.go.id

Cetakan I, November 2019

Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan


Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang


memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

iii
PRAKATA

Gelombang peradaban keempat yang sering kita sebut


sebagai era Revolusi Industri 4.0 telah menghadirkan
tantangan-tantangan baru bagi dunia pendidikan. Bahkan
tantangan-tantangan tersebut bergulir secara cepat setiap
saat, semakin kompleks dan kadang sulit diprediksi.
Karenanya di era ini, setiap orang yang menggeluti profesi di
bidang pendidikan, apapun posisi dan perannya dituntut
untuk memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Secara
khusus bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai
pemegang kunci eksistensi dunia pendidikan pada level
praksis. Mereka dituntut untuk senantiasa secara kritis
merefleksikan gagasan-gagasan, cara-cara kerja dan hasil-
hasil pendidikan yang telah mereka lakoni dan yang telah
diraihnya selama ini.
Tantangan khusus bagi kepala sekolah dan pengawas
sekolah adalah bagaimana membangun visi, menggeser
paradigma dan menyesuaikan kerangka kerja mereka dalam
menggeluti tugas-tugas profesi di era millenial ini. Mereka
dihadapkan pada tantangan dan problem yang tidak linier
yang membutuhkan kreativitas yang tinggi untuk
menemukan solusi yang akurat. Bagian akhir dari dinamika
tantangan tersebut adalah bagaimana seorang kepala sekolah
maupun pengawas sekolah melakukan konversi seluruh
sumber daya termasuk ekosistem sekolah dengan penetrasi
teknologi menjadi sebuah layanan pendidikan yang bermutu
dan berdaya saing.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menempuh kebijakan strategis dengan melakukan reposisi
atau transformasi peran dan tugas seorang kepala sekolah.
Reposisi ini pada hakikatnya adalah upaya pemerintah untuk
mengoptimalkan tata kelola satuan pendidikan dan sekaligus
memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada kepala
sekolah untuk berinovasi. Peran baru dimaksud, juga
bermakna sebagai peningkatan level otoritas yang
memungkinkan seorang kepala sekolah lebih percaya diri
mengerahkan seluruh sumber daya pendidikan yang
dimilikinya dalam rangka mewujudkan visi sekolahnya.
Buku Kumpulan Kisah Sukses yang merupakan karya
kolaboratif ini patut mendapatkan apresiasi. Terlepas dari
kelebihan maupun kekurangannya, buku ini telah

iv
menghadirkan perspektif praksis yang beragam sekaligus
unik tentunya. Untuk itu, kami atas nama Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan terima kasih
kepada para penulis, editor dan semua pihak yang telah
mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaga hingga terbitnya
buku Kumpulan Kisah Sukses ini.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan


Dr. Supriano

v
KATA PENGANTAR

Menulis pada dasarnya mengasah nalar dan merapikan


gagasan-gagasan kreatif. Menulis juga merupakan produk
kreativitas karena aktivitas ini merupakan bauran yang
kompleks antara dimensi-dimensi kualitas kemanusiaan
seseorang. Di dalamnya tercakup kemampuan berpikir kritis,
kualitas literasi informasi, dan pemecahan masalah. Selain
sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri, bagi seorang
profesional, menulis adalah salah satu cara efektif untuk
merawat keprofesian. Tak terkecuali tentunya kepala sekolah
dan pengawas sekolah. Mereka menempati posisi kunci dalam
urusan tata kelola pendidikan pada level satuan pendidikan.
Karenanya, menulis memiliki relevansi yang tinggi terhadap
profesi kepala sekolah maupun pengawas sekolah.
Sebagai Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan, saya
memberikan apresiasi yang tinggi atas karya kreatif kepala
sekolah dan pengawas sekolah yang dikemas dalam buku
Kumpulan Kisah Sukses ini. Disadari bahwa saat ini, semakin
kuat kecenderungan model hipertext mendominasi dunia
literasi melalui apa yang disebut dengan kultur digital.
Namun dinamika itu tentu saja tidak akan menegasikan sama
sekali keberadaan buku konvensional. Karya ini diharapkan
dapat memberikan pencerahan profesional di kalangan tenaga
kependidikan khususnya kepala sekolah dan pengawas
sekolah.
Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada para
penulis, editor, Tim Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan, serta semua pihak yang telah berkontribusi
dalam seluruh rangkaian proses penerbitan buku ini. Semoga
buku ini memberikan manfaat dan nilai tambah dalam
memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada
masyarakat.

Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan


Dr. Santi Ambarrukmi, M.Ed

vi
DAFTAR ISI

PRAKATA ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................ vi
DAFTAR ISI ................................................................... vii

Menigkatkan Minat Baca Siswa Melalui


Pemberdayaan Perpustakaan sekolah… ........................ 1
Suryani, S.Pd

Meningkatkan Karakter Siswa Melalui


Budaya Literasi Difital……….. ...................................... 20
Deswita

Membangun Kemitraan Melalui Menejemen


Musyawarah Menuju sekolah literat ............................ 34
Dharmawati

Strategi Sweet Love Membangun Komunitas


Belajar Profesional….. ................................................... 48
Wawat Karwati

Menciptakan Label Sekolah Unggul Melalui


Kegiatan Literasi…….. ................................................... 64
Agung Rahmanto

Gerakan Kantin Kelas Berbasis Karakter ...................... 80


Jeni S. Kumisi

Optimalisasi Lorong Kelas Menjadi Lorong Literasi ......... 95


Walisa tri agustiningsih

Pelaksanaan Tahfidz Al-Quran Melalui


Program Supercamp ....................................................... 110
Alfian

Tim Kewirausahaan Mendukung Pembiayaan


Di SDN Bubutan IV…........ ............................................. 125
Sastro

vii
Sekolah Sahabat Keluarga Dalam Mengembangkan
Sekklah Unggul……………….………………………………… . 140
Wahyuningsih Rahayu

Dengan Menejemen Pembiasaan, Partisipasif,


Tauladan Kolaboratif Dapat Melangkah Menjadi
Sekolah Biru ................................................................... 159
Rohimah

viii
MENINGKATKAN MINAT BACA
SISWA MELALUI PEMBERDAYAAN
PERPUSTAKAAN SEKOLAH

Suryani
Kepala SDN 105855 PTPN II Tanjung Morawa Deli Serdang Sumatera Utara
Email: suryanijalaluddin@gmail.com

Pendidikan merupakan bentuk perwujudan


kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat
perkembangan. Perubahan dan perkembangan
pendidikan merupakan hal yang seharusnya terjadi
sejalan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam
arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus
menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa
depan (Trianto, 2009 : 1). Sementara Mulyasa (2010 : 27),
menuturkan sosok manusia Indonesia lulusan
pendidikan dasar harus memiliki penalaran yang baik
yaitu mau belajar, ingin tahu, senang membaca, memiliki
inovasi, berinisiatif, dan bertanggungjawab. Sebagaimana
kompetensi lulusan pendidikan dasar yang diharapkan
menunjukkan kegemaran membaca dan menulis serta
memiliki keterampilan membaca (PPRI 19 Tahun 2005).
Membaca belum menjadi budaya bagi masyarakat
kita. Baik di rumah, di sekolah, maupun di tempat-
tempat umum. Kebiasaan orang tua tidak menjadi
contoh baik bagi anak-anaknya. Suasana rumah yang
tidak menyediakan buku membuat anak jauh dari
tumbuhnya minat baca. Pembelajaran yang dilakukan
guru di kelas cenderung membuat siswa menjadi pasif
dan hanya mendengarkan ceramah dari guru, tanpa
membiasakan siswa untuk membaca. Salah satu masalah
yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran, siswa kurang didorong untuk membaca
(Sanjaya, 2009 : 1). Dampak tehnologi seperti televisi,
gadget, dan game online yang makin variatif serta menarik

1
membuat siswa semakin jauh dari buku. Fenomena
inilah yang mengakibatkan minat baca masyarakat,
khususnya para siswa menjadi rendah.
Rendahnya minat baca seperti diuraikan di atas,
juga menjadi permasalahan yang serius di SDN 105855
PTPN II Tanjungmorawa. Hal ini tampak jelas dari
aktivitas siswa sehari-hari yang lebih senang
menghabiskan waktunya untuk bermain dibandingkan
dengan membaca. Masalah yang sama juga terjadi di
perpustakaan sekolah. Suasana perpustakaan sekolah
terlihat sepi pengunjung. Siswa yang berkunjung ke
perpustakaan merupakan orang yang sama setiap
harinya. Berdasarkan buku catatan pengunjung, rata-rata
kunjungan setiap bulan berkisar 30% dari jumlah siswa
seluruhnya. Berikut ini data kunjungan perpustakaan
sebelum upaya pemberdayaan perpustakaan dengan
Tujuh Langkah Jitu dilakukan.

Tabel 1. Data Pengunjung Perpustakaan


Tahun Kunjungan Peminjaman
Semester Semester Jumlah Semester Semester Jumlah
I II I II
2015 565 2048 2.613 464 871 1.335
2016 4000 1056 4.390 1092 1126 2.218

Berdasarkan tabel 1. terlihat data pengunjung


perpustakaan pada 2015 sangat rendah dibandingkan
dengan jumlah siswa sebanyak 646 orang. Jumlah
kunjungan hanya 2.613 dan peminjam hanya 1.335. Jika
dilihat dari jumlah siswa dan hari efektif kunjungan,
maka rata-rata pengunjung setiap hari hanya 0,02%. Pada
2016, menunjukkan peningkatan kunjungan dua kali
lipat yaitu 4.390. Namun peningkatan tersebut belum
seperti yang diharapkan. Demikian juga dengan aktivitas
siswa di pojok baca kelas, menurut catatan guru hanya
beberapa siswa saja yang membaca di pojok baca saat
istirahat atau waktu luang lainnya. Dengan demikian
penulis menyimpulkan bahwa minat baca siswa di SDN
105855 PTPN II masih rendah.
Berdasarkan temuan dan fakta-fakta di lapangan

2
bersama petugas perpustakaan dan para guru tentang
penyebab masalah tersebut. Beberapa penyebab bahwa
minat baca siswa masih rendah adalah 1) pengelolaaan
dan pelayanan perpustakaan sekolah belum efektif, 2)
kurangnya buku – buku yang menarik bagi siswa di
perpustakaan atau pojok baca kelas, 3) para guru dan
orang kurang terlibat dalam mendorong siswa untuk
membaca, 4) belum maksimalnya kebijakan kepala
sekolah untuk mendorong siswa membaca, dan 5)
kondisi lingkungan sekolah belum memberikan fasilitas
yang menarik siswa untuk membaca.
Keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan
dari peradaban dan budaya umat manusia. Tinggi
rendahnya peradaban dan budaya suatu bangsa dapat
dilihat dari kondisi perpustakaan yang dimiliki. Oleh
karena itu, masalah rendahnya minat ini perlu segera
diatasi dengan pemberdayaan perpustakaan sekolah.
Sekolah memiliki perpustakaan sejak tahun 2008,
dengan bangunan permanen dan memiliki luas 84 m².
Letaknya yang mudah dijangkau dan strategis seharusnya
menjadi sarana belajar bagi siswa. Namun, kenyataannya
tidak seperti yang diharapkan. Untuk itu, harus segera
dilakukan pemberdayaan terhadap perpustakaan sekolah.

Minat Baca dan Faktor yang Mempengaruhinya.


Membaca termasuk salah satu tuntutan dalam
masyarakat modern. Dengan membaca, dapat
mengetahui dan menguasai berbagai hal. Berikut ini
terdapat beberapa tujuan membaca, antara lain untuk: a)
mendapatkan informasi, mencakup tentang fakta dan
kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tinggi
tentang teori-teori penemuan; b) meningkatkan citra
diri, agar orang memberi nilai positif; c) melepaskan diri
dari kenyataan, yaitu saat lelah, jenuh, sedih membaca
dapat sebagai penyalur pesan positif; d) tujuan rekreatif,
yaitu mendapatkan kesenangan dan hiburan, dan e)
mencari nilai-nilai keindahan, yaitu dipilih adalah karya
sastra.
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat
3
mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat
yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih, serius,
dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi
tantangan. Minat memiliki beberapa unsur yaitu
perhatian, perasaan, dan motif. Minat baca harus
ditumbuhkan sejak dini bagi peserta didik. “Pendidikan
adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu
tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup anak-anak kita,” kata Ki Hadjar
Dewantara.
Hasanah, dkk (2011:34) menyatakan bahwa minat
baca merupakan hasrat yang kuat seseorang baik disadari
ataupun tidak yang terpuaskan lewat perilaku
membacanya. Minat menentukan kegiatan dan frekuensi
membaca, mendorong pembaca untuk memilih jenis
bacaan yang dibaca, menentukan tingkat partisipasi di
kelas dalam mengerjakan tugas, bertanya-jawab, dan
kesanggupan membaca di luar kelas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca,
antara lain: (a) Motivasi, dalam kegiatan membaca
sering sekali terjadi suatu kegagalan karena seseorang
pembaca tidak mempunyai motivasi yang tinggi, (b)
Lingkungan keluarga, orang tua yang memiliki
kesadaran akan pentingnya membaca akan berusaha
menciptakan suasana rumah yang mendukung
kesempatan anak membaca, (c) Bahan bacaan, dalam
kegiatan membaca harus didukung dengan ketersediaan
buku-buku bacaan yang menarik bagi siswa sesuai
dengan kehidupan kanak-kanaknya, dan (d) Lingkungan
sekolah, sekolah mempunyai kewajiban untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk
gemar membaca. Sikap dan perilaku guru yang
mendorong siswa untuk gemar membaca dalam
keseharian di sekolah, khususnya dalam pembelajaran di
kelas sangat penting ditumbuhkan. Sekolah menyediakan
sarana pendukung seperti adanya perpustakaan sekolah ,
pojok baca kelas, dan area baca. Menciptakan lingkungan
sekolah yang kaya teks, misalnya di koridor, kantin
4
sekolah, ruang UKS, toilet, tempat ibadah, dan tempat
lain yang di anggap perlu.

Perpustakaan Sekolah
UURI Nomor 43 Tahun 2007 menjelaskan bahwa
perpustakaan merupakan institusi pengelola koleksi
karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara
professional dengan sistem yang baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi,
dan rekreasi para pemustaka. Setiap sekolah hendaknya
menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi
standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan
Standar Nasional Pendidikan (SNP). Perpustakaan
sekolah wajib memiliki koleksi buku teks pelajaran yang
mencukupi sesuai jumlah siswa, memiliki koleksi lain
yang mendukung pelaksanaan kurikulum.
Pasal 3 UURI tersebut, dinyatakan perpustakaan
berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan
kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Lebih lanjut
dijelaskan beberapa fungsi perpustakaan antara lain: (a)
Melestarikan hasil budaya umat manusia, khususnya
yang berbentuk dokumen karya cetak dan karya rekam,
(b) Menyampaikan gagasan, pemikiran , dan pengetahun
kepada generasi selanjutnya, dan (c) Pusat sumber
informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, dan
kebudayaan.
Perpustakaan SD Negeri 105855 PTPN II
Tanjungmorawa berdiri sejak sepuluh tahun yang lalu di
bawah pembinaan kepala sekolah. Agar pengelolaannya
berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka dibentuk
pengelola perpustakaan yang terdiri dari kepala
perpustakaan dan anggota. Kepala Perpustakaan dibantu
oleh tiga bidang layanan yaitu administrasi, informasi,
dan pembaca. Perpustakaan melayani sirkulasi
peminjaman bahan pustaka untuk seluruh warga sekolah.
Visi Perpustakaan SD Negeri 105855 PTPN II
Tanjungmorawa adalah: "Perpustakaan sebagai pusat ilmu
pengetahuan, informasi, dan rekreasi edukatif bagi siswa SD
5
Negeri 105855 PTPN II Tanjungmorawa". Adapun misi
Perpustakaan Sekolah adalah: a) Memberikan pelayanan
terbaik kepada pemustaka dengan memberikan
pelayanan yang cepat, mudah, dan ramah; b)
Menyediakan sumber informasi dan ilmu pengetahuan
yang terbaru dan terbaik dalam berbagai bentuk (buku,
majalah, dan koleksi lainnya) untuk mendukung
suksesnya pembelajaran dan pendidikan di sekolah; c)
Menyediakan sarana-prasarana penunjang untuk
meningkatkan pelayanan; d) Melaksanakan program
kerja yang kreatif, rekreatif, dan edukatif; e)
Meningkatkan kualitas SDM pengelola
perpustakaan dengan pengikutsertaan pengelola dalam
setiap even kegiatan kepustakawanan; f) Mengadakan
perlombaan kegiatan gemar membaca dan menulis; dan
g) Memberi penghargaan kepada pengunjung
perpustakaan.

Gambar 1. Suasana di Ruang Perpustakaan

Tujuh Langkah Jitu Pemberdayaan Perpustakaan


Sekolah
Mengatasi masalah rendahnya minat baca di SD
Negeri 105855 PTPN II Tanjung Morawa diperlukan
suatu komitmen dari kepala sekolah, guru dan para
orangtua siswa. Diperlukan kerjasama yang baik untuk
mencapai tujuan tersebut. Maka solusi terhadap masalah
tersebut yaitu dengan pemberdayaan sarana

6
perpustakaan yang melibatkan semua pihak.
Pemberdayaan perpustakaan meliputi 7 (tujuh) langkah
jitu, seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Tujuh Langkah Jitu Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah

Pertama, Penataan Ruangan. Penataan ruangan yang


dilakukan adalah membuat ruangan selalu bersih,
ruangan dicat dengan warna-warna cerah, perabotan
diatur yang rapi, koleksi ditata dengan rapi, memasang
gambar-gambar di dinding ruangan. Hal ini dilakuakn
untuk memeberikan kenyamanan kepada para
pengunjung. Ruangan yang ditata tidak terbatas pada
perpustakaan saja, tetapi juga lingkungan sekolah secara
keseluruhan.

Gambar 3. Ruang Perpustakaan

7
Kedua, Pengadaan Koleksi yang Menarik. Pengadaan
koleksi meliputi buku-buku referensi, cerita fiksi, cerita
nonfiksi, kamus, globe, majalah, surat kabar, CD dan
Video. Koleksi selain dilakukan dengan pembelian juga
dapat dibuat sendiri seperti kumpulan karya siswa dan
guru.

Gambar 4. Ruang Baca dengan Koleksi Buku yang Tertata Rapi

Ketiga, Pelayanan yang Ramah. Hal yang paling penting


selanjutnya adalah pelayanan yang ramah. Petugas
perpustakaan harus menampilkan diri dengan ramah,
murah senyum, siap menjawab pertanyaan, siap mencari
dan koleksi yang dibutuhkan siswa. Tutur kata dan
sapaan yang sopan dan penuh kasih sayang membuat
siswa akan tertarik dan merasa perpustakaan adalah
tempat yang nyaman.

8
Gambar 5. Petugas Membantu Siswa dalam Layanan Membaca

Keempat, Penggunaan Pojok Baca Kelas. Pojok baca yang


ada di ruang kelas selalau dijaga kebersihan dan
kerapiannya. Dalam hal ini guru kelas diberikan tugas
untuk itu. Pengadaan buku-buku untuk pojok baca dapat
diperoleh dari sekolah dan juga dapat disumbangkan
oleh siswa.

Gambar 6. Pojok Baca di Setiap Ruang Kelas

Kelima, Pelibatan Peran Serta Orangtua. Sekolah tidak


dapat sukses dalam meningkatkan mutu layanan
pendidikan kepada siswa, jika tidak bekerjasama dengan
pihak lain, dalam hal ini orangtua siswa. karena salah
satu ciri pembelajaran abad 4.0 adalah adanya kolaborasi

9
(collaborative). Peran orangtua diperlukan untuk turut
mendukung program sekolah dengan beberapa cara
yaitu: 1) sikap orangtua untuk memotivasi siswa untuk
membaca, 2) menyediakan buku untuk dibaca siswa, 3)
menyediakan lingkungan rumah yang ramah buku.

Keenam, Pelaksanaan Lomba dan Penampilan Siswa.


Untuk membuat siswa lebih bersemangat maka
dilakukan perlombaan – perlombaan yang berkaitan
dengan kegiatan perpustakaan atau membaca.
Perpustakaan membuat program perlombaan siswa. jenis
perlombaan meliputi mendongeng atau bercerita,
membaca puisi, menulis puisi, mencipta pantun,
membuat cerpen, menulis synopsis, membuat madding.
Selain lomba, juga diadakan penampilan siswa untuk
kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan membaca.

Ketujuh, Pemberian Reward. Pemberian reward


dilakukan untuk menghargai segala aktivitas yang telah
dilakukan siswa. Hal ini, akan memberikan kesan bahwa
apa yang dilakukan siswa tidak sia-sia. Reward diberikan
kepada siswa yang berkunjung ke perpustakaan paling
banyak, peminjam buku paling banyak, sikapnya paling
baik ketika di perpustakaan. Reward juga diberikan
kepada siswa yang dapat menceritakan isi buku yang
dibaca kepada temannya, dan menulis madding terbaik.
Ini diberikan setiap bulan. Reward dan penghargaan juga
diberikan kepada siswa – siswa yang memperoleh juara
pada kegiatan perlombaan.

10
Gambar 7. Pemberian Hadiah Bagi Siswa

Selain kepada siswa, reward juga diberikan kepada


guru. Reward karena guru menggunakan perpustakaan
sebagai sumber belajar. Guru membimbing siswa ke
perpustakaan untuk mencari bahan ajar untuk
didiskusikan di dalam kelompok belajar.

Hasil
Pemberdayaan perpustakaan sekolah melalui tujuh
langkah jitu yaitu: (1) penataan ruangan, (2) pengadaan
koleksi yang menarik, (3) pelayanan yang ramah, (4)
penggunaan pojok baca kelas, (5) pelibatan peran
orangtua, (6) pengadakan lomba dan kegiatan literasi, dan
(6) pemberian reward memberikan dampak positif
terhadap peningkatan mutu pendidikan di SD Negeri
105855 PTPN II Tanjung Morawa sebagai berikut:

Pertama, Pengunjung dan Peminjam Buku di


Perpustakaan Meningkat. Peningkatan minat baca siswa
terlihat pada meningkatnya jumlah kunjungan siswa di
perpustakaan sekolah. Kunjungan siswa ke perpustakaan
untuk membaca buku terus bertambah. Berdasarkan
catatan Buku Daftar Kunjungan dari 2016, 2017, dan 2018
seperti terlihat pada gambar 8 berikut.

11
J u ml a h P e n gu n j u n g P e r p u s t a ka a n
2016 2017 2018

19878
12977
4390

Gambar 8. Jumlah Pengunjung Perpustakaan Selama 3 Tahun Terakhir

Gambar 8. memperlihatkan bahwa kunjungan


siswa di perpustakaan sekolah meningkatkan dari 2016
sampai 2018. Dari 4.390 pengunjung pada 2016 menjadi
12.977 pengunjung pada 2017 serta 19.878 pada 2018.
Peningkatan kunjungan ini sangat signifikan.
Indikator lainnya yang menunjukkan
peningkatan minat baca yaitu jumlah peminjam buku di
perpustakaan sekolah. Jumlah peminjam selama tiga
tahun terakhir dicatat pada buku daftar peminjam
perpustakaan. Jumlah siswa yang meminjam buku
tampak meningkat dari tahun ke tahun. Seperti terlihat
pada gambar 9 berikut.

12
J umla h P e minja m B uku P e r pust akaan
2016 2017 2018

5333
2623
2218

Gambar 9. Jumlah Peminjam Buku Perpustakaan Selama 3 Tahun Terakhir

Gambar 9. memperlihatkan bahwa siswa yang


meminjam buku di perpustakaan sekolah meningkatkan
dari 2.214 peminjam pada 2016 menjadi 2.623
peminjam pada 2017 serta 5.333 pada 2018. Peningkatan
peminjam yang terjadi sudah signifikan.
Kedua, Antusiasnya Siswa di Pojok Baca Kelas. Hasil
catatan setiap guru kelas terhadap penggunaan pojok
baca kelas selama 3 tahun terakhir terlihat pada gambar
10. berikut.

13
Gambar 10. Jumlah Pembaca di Pojok Baca

Gambar 10. memperlihatkan bahwa siswa yang


membaca buku di pojok baca kelas meningkatkan dari
1.441 pembaca pada 2016 menjadi 12/407 peminjam
pada 2017 serta 23.161 pada 2018. Peningkatan pembaca
di pojok baca kelas terjadi secara signifikan.
Indikator lainnya adalah jumlah siswa yang
menyumbang buku di pojok baca kelas juga
menunjukkan peningkatan. Berikut ini data penyumbang
buku di pojok baca kelas selama 3 tiga tahun terakhir.

J u ml a h P e n yu mb a n g D i P o j o k B a c a
2016 2017 2018
1317
942
103

Gambar 11. Jumlah Penyumbang Buku


14
Gambar 11. memperlihatkan bahwa siswa yang
menyumbang buku di pojok baca kelas meningkatkan
dari 103 siswa pada 2016 menjadi 942 penyumbang
pada 2017 serta 1317 pada 2018. Peningkatan jumlah
penyumbang buku di pojok baca kelas menunjukkan
bahwa antusis siswa dalam membaca meningkat. Siswa
sudah memiliki koleksi buku di rumah yang tersedia.
Ketiga, Prestasi Siswa dan Sekolah Meningkat.
Tumbuhnya gemar membaca di kalangan siswa
berdampak kepada meningkatnya prestasi. Tidak hanya
prestasi siswa, tetapi juga prestasi sekolah. Berikut ini
prestasi siswa dan sekolah yang diperoleh berkaitan
dengan pemberdayaan perpustakaan adalah:

Tabel 2. Data Pengunjung Perpustakaan


No Nama Prestasi Juara Tahun Tingkat

1 FL2N kategori baca puisi Harapan 2 2018 Nasional

2 Lomba Bercerita Tingkat SD 1 2018 Kabupaten

3 Lomba FLS2N kategori 3 2018 Kabupaten


mendongeng

4 Lomba FLS2N kategori 2 2018 Kabupaten


mendongeng

5 Lomba FLS2N kategori baca Puisi 3 2018 Kabupaten

6 Lomba FLS2N kategori baca Puisi Harapan 1 2018 Kabupaten

7 Lomba Bercerita Kategori Putra 2 2017 Kabupaten

8 Lomba Bercerita Kategori Putra Harapan 3 2017 Kabupaten

9 Lomba Bercerita Kategori Putri Harapan 1 2017 Kabupaten

10 Lomba FLS2N cabang cipta pantun 3 2017 Kabupaten

11 Lomba OSN Mapel IPA 2 2019 Kecamatan

12 Lomba OSN Mapel Matematika 1 2019 Kecamatan

13 Lomba Cerdas Cermat 3 2018 Kabupaten

14 Lomba OSN Mapel IPA 1 2018 Kecamatan

15 Lomba OSN Mapel Matematika 3 2017 Kabupaten

16 Lomba OSN Mapel Matematika 2 2017 Kecamatan

17 Lomba OSN Mapel IPA 2 2017 Kecamatan

18 Lomba OSN Mapel IPA 1 2017 Kecamatan

19 Lomba Perpustakaan Terbaik Tkt 1 2018 Provinsi


SD

15
20 Lomba Perpustakaan Terbaik Tkt 3 2017 Provinsi
SD

Gambar 12. Juara Harapan II Festival Literasi Siswa Tingkat Nasional

Gambar 13. Perpustakaan Terbaik Tingkat Provinsi

Keempat, Tumbuhnya Karakter Siswa. Dampak positif


yang lain terlihat pada perilaku siswa sehari – hari.
Biasanya siswa suka mengganggu teman. Dengan adanya
aktivitas membaca pada waktu luang baik di
16
perpustakaan maupun di pojok baca, sikap siswa yang
suka mengganggu teman berkurang. Siswa disibukkan
dengan membaca. Sehingga tumbuh karakter gemar
membaca. Kebiasaan ini diharapkan terus tumbuh dan
berkembang di kalangan siswa, sehingga menjadi
pembelajar yang literat sepanjang hayat.

Gambar 14. Perpustakaan Terbaik Tingkat Provinsi

Kelima, Sarana Prasarana Sekolah yang Memenuhi


Standar Tersedia. Upaya peningkatan minat baca juga
memberikan dampak terhadap tersedianya sarana
pendukung pembelajaran seperti perpustakaan sekolah
dan pojok baca kelas. Sekolah memiliki perpustakaan
dengan koleksi dan referensi yang dapat dimanfaatkan
oleh siswa dan guru dalam mendukung pembelajaran.
Ruang-ruang kelas dengan pojok baca kelas yang ditata
rapi dan diisi buku-buku yang menarik bagi siswa serta
sesuai dengan tingkat usianya.

Kesimpulan
Upaya yang dilakukan untuk pemberdayaan
perpustakaan sekolah dengan tujuh langkah jitu yaitu: (1)
Penataan Ruangan, (2) Pengadaan Koleksi yang
Menarik, (3) Pelayanan yang Ramah, (4) Penggunaan

17
Pojok Baca Kelas, (5) Pelibatan Peran Serta Orangtua dan
Masyarakat, (6) Pengadaan Kegiatan Lomba dan Literasi
Siswa, dan (7) Pemberian Reward. Pemberdayaan
perpustakaan dengan tujuh langkah jitu tersebut dapat
meningkatkan minat baca siswa di SD Negeri 105855
PTPN II Tanjung Morawa.. Hal ini terbukti dari
meningkatnya: a) kunjungan di perpustakaan, b)
peminjam buku di perpustakaan, c) pembaca di pojok
baca, d) penyumbang buku di pojok baca kelas. Oleh
karena itu, kepala sekolah harus menerapkan ketujuh
langkah jitu tersebut untuk meningkatkan minat baca
dan penumbuhan karakter siswa sebagai salah satu
alternatif peningkatan mutu sekolah.

Daftar Pustaka
Hasanah, Muakibatul, Nurchasanah & Hamidah, S. C.
2011. Membaca Ekstensif: Teori, Praktik, dan
Pembelajaran. Malang: Pustaka Kaiswaran
Mulyasa. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah.
Jakarta. Rineka Cipta
Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta. Prenada Media Group.
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-
Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Prenada Media Group.
Perpustakaan Nasional RI. 2007. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan. Jakarta. PNRI

18
Tentang Penulis
SURYANI, S.Pd.,M.Pd. Lahir di
Bayu Aceh Utara, 24 Juli 1972.
Menyelesaikan D2 PGSD IKIP
Negeri Medan 1994, S1 Pendidikan
Matematika FKIP Universitas Islam
Sumatera Utara 2006, dan S2
Program Pascasarjana (PPs)
Universitas Negeri Medan
Program Studi Pendidikan Dasar
2013. Menjadi guru sejak 1995 dan
sekarang dipercaya sebagai Kepala
SDN 105855 PTPN II Tanjungmorawa Kabupaten
Deliserdang Sumatera Utara. Selain bertugas sebagai
guru, penulis juga aktif sebagai pengurus Ikatan Guru
Indonesia (IGI) Kabupaten Deliserdang. Serius menulis
sejak 2018 dan telah memiliki buku karya tunggal
pertama berjudul “Perkalian Itu Mudah” terinspirasi dari
pengalaman penulis sebagai guru selama lebih 2 dekade
tentang pembelajaran matematika. Penulis bisa
dihubungi di suryanijalaluddin@gmail.com. HP.
085261351908

19
MENINGKATKAN KARAKTER
SISWA MELALUI BUDAYA
LITERASI DIGITAL
Deswita
Kepala SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi
Email: deswita181266@gmail.com

Pentingnya Budaya Literasi digital


Perkembangan literasi dewasa ini kian hari kian
meningkat. Kemampuan seseorang dalam berliterasi
bukan hanya saja dipengaruhi oleh perkembangan orang
tersebut akan tetapi juga ditentukan oleh kompetensi
yang ia miliki. Pada dasarnya literasi bukan hanya
sekedar membaca dan menulis saja, namun lebih dari itu
literasi merupakan buah pikiran dan perasaan seseorang
yang dituangkan dalam bentuk karya, cipta dan sebuah
pemikiran. Literasi memang sebuah program yang
sedang digalakkan oleh pemerintah yang pelaksanaanya
difokuskan kepada lembaga pendidikan tak terkecuali
sekolah dasar. Hal ini bertujuan secara sederhana agar
masyarakat Indonesia nantinya memiliki budaya
membaca dan menulis, karena memang membaca dan
menulis belumlah menjadi budaya di Indonesia.
Sekolah sebagai salah satu pengembang program
literasi haruslah memilih beragam kegiatan yang dapat
meningkatkan budaya literasi di sekolah tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar literasi bukan lagi menjadi kegiatan
yang membosankan bagi warga sekolah terutama siswa
akan tetapi bagaimana kegiatan literasi itu dapat
meningkatkan kompetensi warga sekolah namun dalam
bentuk yang menyenangkan. Pengembangan program
literasi dapat dilakukan dengan berbagai inovasi kegiatan
yang kreatif dan bersifat kekinian. Literasi tidak memiliki
batasan, akan tetapi lebih daripada itu literasi sangat luas.
Misalnya saja literasi digital, hal ini merupakan
20
ketertarikan seseorang yang memiliki kemampuan
dalam menggunakan, mengakses dan bahkan
berkomunikasi dengan menggunakan teknologi sehingga
mampu berinteraksi dengan baik di tengah masyarakat.
Jika ditilik dari defenisi literasi digital, tentulah
literasi satu ini sangat menarik untuk diterapkan di
sekolah, mengingat siswa sekarang merupakan siswa
millennial yang memang teknologi dan gadged menjadi
pakaian bagi mereka. Akan tetapi sayangnya penggunaan
teknologi bukanlah seperti halnya yang dimaksud oleh
tujuan literasi digital. Saat ini masyarakat Indonesia
cenderung mengunaakan teknologi digital hanya untuk
kesenangan semata. Tidak jarang pengguna sosial media
menggunakan akunya secara tidak bertanggung jawab,
berkomentar tidak bijak dan cenderung menyalahkan.
Dari satu sisi memang masyarakat telah mampu
menggunakan teknologi akan tetapi belum memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang baik dalam
penggunaanya sehingga manfaat dari dunia digital
tersebut belum termaknai dengan baik bagi
penggunanya.
Siswa sebagai salah satu bagian dari sasaran
kesuksesan program pembelajaran abad 21, Salah satu ciri
abad 21 adalah tersedianya informasi dengan
menggunakan tehnologi, dimana pada zaman ini peserta
didik diharapkan mampu untuk menggunakannya
dengan baik dan mengarah kepada hal yang positif. Abad
ini memerlukan transformasi pendidikan secara
menyeluruh sehingga terbangun kualitas guru yang
mampu memajukan pengetahuan, pelatihan, ekuitas
siswa dan prestasi siswa tentu harus dipersiapkan
secepat mungkin dalam menggunakan teknologi. Literasi
digital merupakan salah satu program yang pas untuk
mengusung pembelajaran pada era industri 4.0 bila
masih ada guru yang tidak mampu melaksanakan
tehnologi atau berkomunikasi dengan menggunakan
tehnologi maka sangat memungkinkan tidak akan terjadi
perubahan dalam pembalajaran.
Saat ini siswa telah mengenal teknologi, akan
21
tetapi mereka masih melek digital. Artinya apa, siswa
hanya mampu mengakses teknologi tersebut namun
belum mampu menganalisa degan baik, berpartisipasi
dengan bijak, mengelola dengan benar dan bahkan
belum mampu memunculkan komunikasi yang efektif
dan beretika. Kecenderungan siswa adalah untuk
kesenangan semata, bagaimana mereka menggunakan
gadged untuk bermain game, berpacu trendi di sosial
media bahkan berkomentar seenaknya tanpa
memperhatikan norma-norma. Tentu hal ini akan
menjadi pengaruh buruk bagi perkembangan siswa
nantinya terutama dalam peningkatan kompetensi serta
penanaman nilai-nilai karakter pada mereka.
Harapannya adalah bagaimana teknologi dan
digital ini dapat menciptakan generasi-generasi yang
canggih, mampu mengakses dan mengelola teknologi
dengan baik, memiliki karakter yang baik pula serta
mampu meningkatkan minat literasi terutama membaca
dan menulis. Fenomena yang terjadi di SD Negeri 01
Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi adalah, kemampuan
warga sekolah termasuk siswa dan guru dalam
mengunakan teknologi belumlah bermuara pada hal-hal
yang bermanfaat terutama dalam peningkatan literasi
digital di sekolah. Siswa dan guru cenderung
menggunakan teknologi hanya untuk kesenangan
semata. Selain itu kemampuan berkomunikasi siswa dan
guru belum terasah dengan baik. Hal ini terlihat dari
bagaimana siswa dan guru tersebut dalam
mempersentasikan sesuatu cenderung belum seperti
yang diharapkan apalagi kalau berbicara dihadapan
orang banyak dan ditambah pula ada kamera. Selain itu
minat baca dan tulis baik siswa mapun guru masih
rendah. Menulis bukanlah suatu budaya begitu juga
membaca, padahal teknologi sekarang memungkinkan
untuk warga sekolah mengaskses beraram tulisan di
media internet namun mereka cenderung malas
melakukan hal tersebut. Selanjutnya kemampun dalam
menanggapi suatu dan memberi tanggapan terhadap
sesuatu juga belum terasah dengan baik. Hal ini terlihat
22
dari komentar-komentar baik di dunia nyata maupun
dunia maya belumlah bijak. Mereka cenderung
berkomentar seenaknya saja, tidak memperhatikan
norma dan etika.
Jika hal tersebut di atas dibiarkan begitu saja, maka
penulis sebagai kepala sekolah di SD Negeri 01 Benteng
Pasar Atas Kota Bukittinggi merasa khawatir akan terjadi
kegagalan dalam penerapan literasi digital, serta guru dan
siswa tidak memiliki budaya yang baik dalam
penggunaan teknologi. Selanjutnya karakter yang baik
tentu akan sulit diterapkan, maka dalam hal ini penulis
membuat sebuah program sekolah yang diberi judul “
Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Budaya Literasi
Digital di SD Negeri 01 Benteng Pasar Atas Kota
Bukittinggi”
Menurut Davis & Shaw dalam Daryono (2017: 92)
literasi digital merupakan bantuan yang menggunkan
computer untuk berhubungan dengan berbagai
informasi dan bacaan yang tidak berurut. Informasi ini
berupa hipertekstual. Sedangkan Gilster dalam Daryono
(2017: 92) mengatakan bahwa literasi digital adalah
kemampuan untuk memahami berbagai informasi yang
disajikan dalam bentuk digital serta kemampuan untuk
menggunakan informasi tersebut baik untuk membaca
maupun menulis sesuatu yang berhubungan dengan
informasi tersebut dan formatnya disesuaikan dengan
kebutuhan pada masanya.
Pendidikan karakter menurut Kertajaya dalam
Muhdar (2013:108) bagaimana seseorang memiliki
sebuah bentuk sikap, berucap, bertindak, serta merespon
sesuatu yang menjadi ciri khas dirinya dan menjadi
kebiasaan bagi kepribadiannya. Suyanto mengatakan
pendidikan karakter adalah ciri khas seseorang individu
yang terkait dengan cara berfikir dan bersikap serta
merespon sesuatu dalam kehidupan interaksi sosial yang
diwujudkan dengan tanggung jawab.

Literasi Digital dan Nilai Karakter


Untuk memudahkan berbagai akses yang
23
diperlukan oleh masyarakat, teknologi memang sangat
diperlukan namun tidak bisa dipungkiri pada
kenyataannya teknologi juga dapat menghadirkan efek
negatif bagi penggunanya. Hal ini dikarenakan
ketidakseimbangan antara karakter yang dimiliki
masyarakat dengan perkembangan teknologi tersebut
sehingga penyalahgunaan teknologi kerap terjadi. Untuk
mengatasi masalah tersebut diperlukan kemampuan
yang baik dalam mengakses, menggunakan serta
memanfaatkan teknologi agar pembetukan karakter juga
dapat dilakukan sejalan dengan perkembangan zaman
(Kompasiana.com).
Budaya Literasi Digital di SD Negeri 01 Benteng
Pasar Atas merupakan program, yang sangat penting
untuk dilaksanakan, dimana sekolah dan kepala sekolah
haruslah bijak dalam menanggapi isu-isu global seperti
teknologi digital. Kepala sekolah mustilah memiliki
kemampuan dalam mengembangkan program, dapat
mempertimbangkan baik dan buruk program tersebut
serta memiliki kompetensi dalam mengukur kekuatan
dan kelemahan yang ada disekolah. Ketelitian inilah yang
nantinya akan menjadi salah satu indikator keberhasilan
sekolah terutama dalam bidang literasi digital.
Budaya Literasi Digital memiliki tiga program
kegiatan yaitu:1. Kids Vlogger, 2. Menulis Opini 3. Satu
Minggu Satu Puisi
A.Pelaksanaan Program
1. Kids Vlogger
Kids Vlogger merupakan kegiatan siswa yang
diarahkan untuk membuat video dokumentasi jurnalistik
yang berisi tentang konten-konten budaya atau
ketertarikan terhadap suatu objek, tentu kegiatan ini
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan fasilitas yang
dimiliki oleh siswa dan sekolah. Kepala sekolah dan guru
merencanakan dan merancang bentuk kegiatan. Guru
memberikan arahan bagaimana cara membuat vlog
melalui berbagai contoh atau pemodelan yang
ditayangkan kepada siswa. Kemudian siswa bersama guru
merancang konten-konten dan scenario vlog yang akan
24
di buat. Siswa dibagi atas beberapa kelompok kecil yang
terdiri dari 4 orang, satu orang nantinya akan berperan
sebagai pengarah, satu orang sebagai cameramen, satu
orang sebagai vlogger dan satu orang lagi berperan
sebagai kontrol scenario. Setelah mereka mempersiapkan
secara matang seperti peralatan yang akan digunakan,
latar pengambilan gambar, personil, dan waktu yang
tepat, maka mereka melakukan pengambilan video
dengan diawasi oleh guru guna untuk menjaga hal-hal
yang tidak kita ingginkan.

Gambar 1. Siswa Membuat Vlog Benteng Ford Dekok

Gambar 2. Siswa Membuat Vlog Kebun Binatang

Vlog yang telah dihasilkan kemudian di upload di


akun media sosial masing-masing siswa. Setiap video
yang di upload tersebut di informasikan kepada seluruh
siswa untuk ditonton dan diberikan like and subscriber
atau siswa diminta untuk memberikan komentar positif
yang berkaitan dengan arah pengembangan dan
perbaikan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih
25
kemampuan public speaking bagi siswa, literasi
kemudian bekerja dalam tim, selanjutnya melatih
ketelitian siswa dalam menyiapkan sesuatu keperluan
dalam pelaksanaan kegiatan. Selain itu juga melatih siswa
dalam meningkatkan kepercayaan diri, tanggung jawab
dan berani dalam bertindak serta mampu menghargai
hasil karya orang lain.

2. Menulis Opini
Menulis Opini merupakan kemampuan yang bijak
dalam memberikan tanggapan dan komentar terhadap
suatu informasi. Kegiatan ini diawali dengan guru
ataupun siswa membuat sebuah pernyataan atau sebuah
informasi baru atau opini yang berkaitan dengan situasi
dan isu-isu global yang perlu terlebih dahulu diberi
batasan kepada guru dan siswa sejauh mana mereka akan
menulis konten tersebut. Kemudian guru dan siswa
menuliskan dengan sebaik mungkin opini yang mereka
buat dalam format yang telah disediakan. Selanjutnya
tulisan tersebut di upload di media sosial mereka, yang
nantinya tulisan tersebut dikomentari oleh teman-
temannya dengan bahasa yang positif dan bersifat
membangun. Kumpulan opini yang telah dibuat juga
akan di terbitkan pada media cetak.

Gambar 3. Guru Membuat Opini

26
Gambar 4. Siswa Membuat Opini
Tujuan dari kegiatan ini adalah melatih
kemampuan guru dan siswa dalam menulis dan
memberikan pandangan terhadap suatu informasi serta
mampu memberikan komentar yang bijak terhadap
informasi tersebut.
1. Satu Minggu Satu Puisi
Kepala sekolah menyusun program bersama guru.
Kegiatan ini dilaksanakan satu kali dalam seminggu.
Sasaran dari program adalah guru dan siswa. Kegiatan ini
dilakukan satu kali dalam satu minggu. Dimana diawali
dengan guru melakukan pemodelan bagaimana
membuat puisi yang sederhana. Baik siswa dan guru
setiap minggu menulis satu puisi. Penulisan puisi ini
dimulai dari membimbing dan membina guru dalam
penulisan puisi, selanjutnya guru melatih dan
membimbing siswa untuk menulis puisi. Puisi yang
ditulis adalah hasil karya sendiri. Puisi ditulis dalam
sebuah buku tulis yang disediakan khusus oleh siswa dan
guru.

Gambar 5. Siswa Membuat Puisi

27
Setiap minggu siswa mengumpulkan puisi mereka
kepada guru, dan guru nantinya memberikan tanda
tangan pada setiap karya siswa. Buku puisi dikumpulkan
dikelas yang nantinya puisi tersebut diketik komputer.
Puisi yang telah terkumpul tersebut diseleksi dan diambil
yang baik penulisannya untuk dibukukan dan berISBN.
Setiap siswa menunggu giliran puisi mereka akan
diterbitkan menjadi sebuah buku.

Hasil

Kids Vlogger
Dari pelaksanaan Kids Vlogger didapatlah hasil
sebagai berikut.
1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dan public speaking.
2. Meningkatnya kemampuan literasi siswa
3. Meningkatnya kemampuan siswa dalam bekerja
bersama tim.
4. Dihasilkannya vlogger-vlogger cilik yang memiliki
konten edukasi.
5. Tertanamnya sikap positif seperti tanggung jawab,
percaya diri, menghargai orang lain dan berani
dalam mengambil tindakan

Gambar 6. Vlogger Siswa

Menulis Opini
Dari kegiatan program menulis Opini ini didapatlah hasil
sebagai berikut.

28
1. Terkumpulnya opini siswa dan guru
2. Meningkatnya kemampuan literasi tulis dan baca bagi
siswa dan guru.
3. Diterbitkannya opini guru pada media cetak.
4. Terlatihnya kemampuan guru dan siswa dalam
meberikan komentar yang bijak terhadap suatu
informasi.
5. Tertanamnya karakter positif bagi siswa dan guru
terutama dalam hal merespon suatu informasi dan
menggunakan teknologi secara bijak.

Gambar 7. Opini Guru Diterbitkan di Media Cetak

Gambar 8. Opini yang Telah Terbit di Media Sosial

Satu Minggu Satu Puisi


Hasil dari Satu Minggu Satu Puisi antara lain:
1. Meningkatnya kemampuan siswa dan guru dalam
membuat puisi.
2. Terkumpulnya karya puisi siswa dan guru dalam
bentuk buku dan portofolio.
29
3. Terlatihnya kemampuan guru dan siswa dalam
pemilihan kosa kata dan diksi pada pembuatan puisi.
4. Diterbitkannya buku kumpulan puisi yang telah
memiliki ISBN

Gambar 9. Kumpulan Puisi yang Sudah Memiliki ISBN

Banyak cara yang dapat dilakukan sekolah dalam


mengembangkan program literasi, salah satunya adalah
literasi digital. Pada dasarnya literasi digital bertujuan
untuk bagaimana seseorang dapat menggunakan
teknologi digital bukan hanya sekedar kesenangan
semata, akan tetapi lebih dari itu orang tersebut dapat
menggunakan teknologi sebagai media literasi dan
memiliki kemampuan yang bijak dalam penggunaan
teknologi yang merupakan sebuah program literasi
digital yang dilakukan di SD Negeri 01 Benteng Pasar
Atas Kota Bukittinggi. Melalui program yang inovatif ini
diharapkan siswa dan guru dapat menggunakan
teknologi secara bijak dan menjadikan literasi digital
sebagai budaya di sekolah.
Budaya Literasi Digital juga dilaksanakan untuk
meningkatkan karakter di SD Negeri 01 Benteng Pasar
Atas, karena memang perlu penanaman nilai-nilai
karakter yang positif bagi warga sekolah terutama dalam
berliterasi secara digita. BudayaLiterasi Digital memiliki
tiga program kegiatan yang kreatif. Ketiga program ini

30
bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas guru dan siswa
serta menunjang terbentuknya karakter yang baik. Dari
ketiga program kegiatan tersebut,Budaya Literasi Digital
telah memberikan hasil dalam pelaksanaanya. Hasil
tersebut diantaranya yaitu meningkatkan kemampuan
literasi digital baik guru maupun siswa, selain itu
tertanamnya nilai karakter seperti percaya diri,
menghargai orang lain, berkomentar dengan bijak, serta
berani dalam bertindak. Tidak hanya itu, Budaya Literasi
Digital telah meningkatkan minat baca dan tulis bagi
siswa dan guru sehingga telah lahirnya berbagai karya
literasi yang telah juga memanfaatkan media sosial dan
cetak sebagai sarana dalam berliterasi tersebut.

Rekomendasi
1. Untuk kepala sekolah, lebih meningkatkan inovasi
program terhadap pengembangan budaya lietasi
terutama literasi digital.
2. Untuk guru sekolah, agar mampu menjadi pelaksana
program yang mengarahkan siswa kepada nilai-nilai
yang lebih baik.
3. Untuk tim pelaksana program sekolah, agar lebih
memperhatikan analisa kebutuhan sekolah dan
administrasi program sekolah
4. Untuk dinas pendidikan, agar terus memberikan
bimtek dan sosialisasi tentang pengelolaan program
sekolah.
5. Untuk pemerintah, agar memfasilitasi sekolah
khususnya dalam bidang pengelolaan program
pemenuhan kebutuhan sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.

Harapan dengan adanya Budaya Literasi Digital ini


adalah bagaimana teknologi dan digital ini dapat
menciptakan generasi-generasi yang canggih, mampu
mengakses dan mengelola teknologi dengan baik,
memiliki karakter yang baik pula serta mampu
meningkatkan minat literasi terutama membaca dan
menulis. Fenomena yang terjadi di SD Negeri 01 Benteng
31
Pasar Atas Kota Bukittinggi adalah, kemampuan warga
sekolah termasuk siswa dan guru dalam mengunakan
teknologi belumlah bermuara pada hal-hal yang
bermanfaat terutama dalam peningkatan literasi digital
di sekolah. Siswa dan guru cenderung menggunakan
teknologi hanya untuk kesenangan semata. Selain itu
kemampuan berkomunikasi siswa dan guru belum
terasah dengan baik. Hal ini terlihat dari bagaimana siswa
dan guru tersebut dalam mempersentasikan sesuatu
cenderung belum seperti yang diharapkan apalagi kalau
berbicara dihadapan orang banyak dan ditambah pula
ada kamera. Selain itu minat baca dan tulis baik siswa
mapun guru masih rendah. Menulis bukanlah suatu
budaya begitu juga

Daftar Pustaka
Daryono. 2017. Literasi Informasi Digital: Sebuah
tantangan bagi pustakawan. TIK. Ilmeu:
Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan
STAIN Curup, Vol 1, No 2, hlm 89-102.
Muhdar HM. 2013. Pendidikan Karakter menuju SDM
Paripurna. Jurnal
Pen Alulum, volume.13 nomor1,hlm.103-128
Suyanto. 2010. Aktualisasi Pendidikan Karakter, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan Nasional,
Jakarta
https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com
/amp/rulimustafa/5a533bc15e137379
2c793e92/literasi-digital-dan-manfaatnya
( diakses tanggal 5 Juni 2019)

32
Tentang Penulis
Deswita, lahir di Bukittinggi 53
tahun yang lalu tepatnya 18
Desember 1966 .Pendidikan
Sekolah Dasar ditamatkan di SDN
05 Bukittingg pada tahun 1979.
Kemudian melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMP 2 Bukittinggi
tamat tahun 1982. Setelah itu
melanjutkan pendidikan ke SPG
Bukittinggi tamat tahun1985.Pada tahun 1987
melanjutkan pendidikan SI di FKIP Muhammadiyah
Padang Panjang tamat tahun 1992.Mengajar Pertama kali
di tahun 1986 di SD Inpres Balay Banyak Bukittinggi
dipindah tugaskan ke SDN 02 Percontohan Tahun 2004.
Tahun 2012 Guru berprestasi tingkat Nasional utusan
Sumatera Barat dan mendapat Networking ke Turki
tahun 2013. Tahun 2014 diangkat sebagai kepala sekolah
di SDN 01 Campago Ipuh Bukittinggi. Akhir tahun 2016
pindah tugas sebagai kepala sekolah SDN 01 Benteng
Pasar Atas Bukittinggi sampai sekarang. Alhamdulillah
tahun 2019 ini membawa nama baik SDN 01 Benteng
Pasar Atas dalam ajang lomba kepala sekolah berprestasi
mendapat peringkat 3 tingkat nasional. HP.
082169733700

33
MEMBANGUN KEMITRAAN
MELALUI MANAJEMEN
MUSYAWARAH MENUJU
SEKOLAH LITERAT
Dharmawati
Kepala SDN 037 Tarakan, Kalimantan Utara
Email: dharmasastra2010@yahoo.com

Sesuai dengan amanat undang-undang, pendidikan


adalah tanggung-jawab bersama antara keluarga,
masyarakat, lembaga dan sekolah. Sayangnya kesadaran
akan hal ini belum tumbuh dengan baik pada masyarakat
kita. Keluarga menyerahkan urusan pendidikan
sepenuhnya kepada sekolah. Padahal kerjasama antara
keluarga dan sekolah sangat diperlukan untuk kemajuan
pendidikan siswa.
Hidayat, dkk (2016:17) menjelaskan bahwa
kemitraan pendidikan adalah kerjasama antara satuan
pendidikan, keluarga dan masyarakat yang berlandaskan
pada asas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling
percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk
berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan
yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi anak.
Ekosistem pendidikan yang dimaksud adalah tatanan
kesatuan secara utuh dan menyeluruh dari semua unsur
pendidikan sehingga menghasilkan lingkungan belajar
yang kondusif bagi tumbuh kembang anak secara
optimal.
Namun kesenjangan pendidikan terjadi di SDN
037 Tarakan. Awal penulis mutasi pada bulan Mei 2016.
Sekolah kecil dengan jumlah siswa 187 pada waktu itu,
orang tua sangat tak peduli dengan pendidikan anaknya.
Pada saat itu kondisi SDN 037 sangat memprihatinkan,
bahkan di bawah Standar Pelayanan Minimal. Bangunan

34
semi permanen dan sebagian adalah bangunan asli dari
peninggalan SD inpres sejak tahun 1982 yang sudah
bolong dan bocor di beberapa tempat. Ruang kelas hanya
ada 6 padahal jumlah rombel ada 9. Sehingga ada shif
pagi dan siang. Buku teks tak memadai. Ruang Musolla,
UKS dan kantin tak ada. Perpustakaan hanyanya ruang
kelas yang disekat seadanya.

Gambar 1. Ruang Kelas Gambar 2. Ruang Perpustakaan

Jumlah siswa setiap tahun ajaran baru terus


menurun, untuk mendapatkan satu kelas saja susah.
Padahal sekolah ini berada di pemukiman padat
penduduk, sekolah lain di sekitarnya bahkan sampai
menolak siswa. Bahkan untuk mengikat siswa agar
tetap bersekolah di SDN 037, panitia penerimaan
murid baru sampai membuat surat perjanjian tak
memindahkan anaknya sampai lulus kelas 6.
Setelah melalui diskusi dengan guru dan
pengawas, serta berbagai pertimbangan, akhirnya
disepakati pembenahan sekolah dimulai dari
mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah. GLS
di harapkan menjadi jalan untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah ini. Sehingga terciptalah sekolah
literat.
Dalam buku panduan gerakan literasi sekolah
(2016: 3) sekolah literat adalah ekosistem pendidikan
di sekolah yang sehat. Ekosistem pendidikan yang
literat adalah lingkungan yang :
1. Menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga
menumbuhkan semangat warganya dalam belajar.
2. Semua warganya menunjukkan empati, peduli,
dan menghargai.

35
3. Menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta
pengetahuan.
4. Memampukan warganya cakap berkomunikasi
dan dapat berkontribusi kepada lingkungan
sosialnya.
5. Mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah
dan lingkungan eksternal SD.
Sehingga dapat disimpulkan literat adalah sikap
dan perilaku yang dihasilkan dari dari proses literasi
yang baik di sekolah dan masyarakat.
Tarakan adalah pulau yang penduduknya
beragam, tetapi penduduk asli pulau ini adalah suku
Tidung. Suku Tidung senang berkumpul untuk
mengerjakan sesuatu . Budaya itu di sebut Intimung.
Berdasarkan latar-belakang dan pemikiran
tersebut penulis membuat program yang
mengutamakan bermusyawarah dengan semua
pemangku kepentingan, demi terlaksananya perbaikan
mutu pendidikan di SDN 037.

Kondisi Awal SDN 037 Tarakan


Keadaan awal SDN 037 Tarakan terbagi dalam
kondisi sapras, program sekolah, karakter siswa dan
pelaksanaan program kemitraan.
Tabel 1. Profil Sekolah dan Kondisi Sapras
Nama Sekolah : SDN 037
1. Status Sekolah : Negeri
2. Alamat : Jl. KH. Agus Salim,
Kelurahan Selumit, Kecamatan Tarakan Tengah,
Kota Tarakan
3. Tahun Pendirian : 1980
4. Jumlah Rombel : 9/276
5. Jumlah Kelas/Jamban : 6/4
6. Jumlah PTK : Guru 12 TU 2 CS 2
7. Ruang Perpustakaan,UKS, : Perpustakaan ruang
kelas yang disekat, UKS, Musholla, dan kantin
musholla dan kantin tidak ada
8. Bangunan/Keadaan Bangunan : Semi permanen
dan kayu/ Rusak sedang dan rusak berat
9. Akreditasi :C

36
Tabel 2. Program Sekolah
1. Sekolah Adiwiyata Belum Melaksanakan
2. Gerakan Literasi Sekolah Belum Melaksanakan
3. Sekolah Ramah Anak Belum Melaksanakan
4. Sekolah Penguatan Pendidikan Karakter Belum
Melaksanakan
5. Gerakan Pramuka Belum Melaksanakan

Tabel 3. Catatan Pelanggaran Siswa Sebelum Pelaksanaan


Program
1. Terlambat kesekolah 69 siswa 25%
2. Tidak memakai seragam 111 siswa 40%
Dan atribut lengkap
3. Berkelahi dan berkata kasar 41 siswa 15%
4. Tidak masuk sekolah 82 siswa 30%
Tanpa izin
5. Membuang sampah 33 siswa 12%
Sembarangan
6. Tidak mengerjakan PR 71 siswa 26%

Tabel 4. Program Kemitraan


1. Komite Sekolah Hanya penandatanganan RKAS
2. Lembaga Pemerintah Tidak ada
3. DUDI/Komunitas/Lembaga dan LSM Tidak ada

Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah


Program Gerakan Literasi Sekolah mulai
dilaksanakan pada bulan Juli 2017 setelah melaui rapat
dengan dewan Guru dan tenaga kependidikan. Adapun
langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut.
1. Merevisi Visi dan Misi Sekolah
Perubahan visi dan misi dilakukan dalam rapat antara
dewan Guru, pengawas dan komite sekolah. Visi
misi di revisi dengan memasukkan unsur gerakan
literasi sekolah sekaligus beberapa program sekolah
yang ingin di capai. Seperti Sekolah Ramah Anak,
37
Sekolah Pendidikan Karakter dan Sekolah Adiwiyata
2. Penerbitan SK
Untuk menjamin keberlangsungan program dengan
uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas maka di
terbitkanlah Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang
Tim literasi dengan uraian tugas yang jelas.
3. Sosialisasi Literasi
Nara sumber Bapak DR. M. Yunus Abbas Dekan FKIP
Universitas Borneo Tarakan yang menguasai materi
Gerakan Literasi Sekolah untuk memberikan
penguatan
4. Memetakan Program Bersama Komite Sekolah
Sesuai dengan komitmen tim literasi SDN 037,
bahwa komite adalah perantara yang menjembatani
keterlaksanaan program yang akan bermitra dengan
pihak lain. Maka tim rapat bersama dengan komite
sekolah. Hasil rapat dengan komite di sepakati untuk
:
a. Membentuk Intimung Taka di setiap kelas yang
berasal dari orang-tua siswa. Intimung Taka
berasal dari bahasa Tidung, bahasa penduduk asli
pulau Tarakan yang artinya “berkumpul kita”.
Tujuannya agar program bisa terlaksana dengan
cepat dengan bantuan Intimung Taka di setiap
kelas
b. Membuat sudut baca setiap kelas dengan
memberdayakan Intimung Taka di setiap
kelas. Sudut baca di targetkan berbiaya rendah
dan dari bahan daur ulang sehingga sekaligus
dapat program sekolah adiwiyata yang sedang di
rintis juga.
c. Membuat kampaye membaca seperti lukisan,
poster dan kata-kata motivasi sehingga siswa
tertarik untuk membaca.
d. Untuk sarana baca di lingkungan sekolah (di luar
kelas) yang tak bisa dihindari biayanya, maka
sekolah membuat proposal kepada komite
sekolah. Komite menghimpun dana dan tenaga
dari orang tua sesuai dengan kesanggupan orang
38
tua. Yang tak memiliki dana tetapi memiliki
keahlian maka menyumbangkan keahliannya.
Seperti tukang kayu, tukang batu, pelukis dan
pekerja seni lainnya. Semua dana dan proses
pengerjaan dikelola oleh komite.
5. Pelaksanaan Program Bersama Intimung Taka
Wali kelas bersama dengan orang tua tiap kelas
Intimung, kami memakai strategi banyak mendengar
saran dan pendapat dari orang-tua siswa. Di luar
dugaan orang tua siswa bersemangat memberikan
masukan untuk kemajuan pendidikan anaknya.
Langkah selanjutnya masing-masing wali kelas
menyampaikan program. Orang-tua diajak menata
kelas menjadi kelas kaya literasi. Model dari sudut
baca bermacam-macam tergantung kemampuan
orang tua pada kelas itu. Akhirnya terciptalah sudut
baca yang unik ada yang dari pipa paralon, talang air,
jerigen, kain perca dan potongan kayu.

6. Memulai Tahap Pembiasaan Membaca 15 Menit


Sebelum Pembelajaran.
Sesuai dengan Panduan dan Desain Induk Gerakan
Literasi Sekolah yang diterbitkan oleh kemdikbud,
maka SDN 037 memulai program Gerakan Literasi
Sekolah pada tahap pembiasaan.Tahap pembiasan ini
kami mulai dengan membaca 15 menit buku non teks
setiap hari sebelum KBM. Buku non teks pada tahap
awal ini bersumber dari perpustakaan sekolah yang
di bagi ke tiap sudut baca di kelas.

Gambar 3. Kegiatan Membaca Gambar 4. Perpustakaan Sekolah

39
Pada jam istirahat siswa juga bisa memanfaatkan
waktu membaca buku di areal baca sekolah yang di
buat oleh komite seperti Taman Baca, Lorong Literasi,
dan Lapak Buku dengan suasana yang nyaman dan
menyenangkan.
7. Kantong Sedekah Buku
Untuk memenuhi ketersediaan buku bacaan, tim
bekerjasama dengan program GISS ( Gerakan Infaq
Seribu perSiswa) yang sudah berjalan di sekolah.
Biasanya dana GISS ini dimanfaatkan untuk
membantu perlengkapan sekolah untuk siswa yang
kurang mampu. Dana GISS ini dikumpulkan setiap
hari Jumat, setiap siswa seribu rupiah. Sekolah
menyisihkan di Jumat minggu ke empat atau minggu
terakhir untuk membeli buku bacaan.
8. Program Pinjam Pakai Buku
Strategi lain untuk mengatasi kekurangan buku
adalah program PIPA. Yang merupakan akronim dari
pinjam pakai. Jadi kami mengajukan surat
permohonan bertukar pinjam buku kepada Kantor
Perpustakaan dan Kearsipan dan Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) dalam kurun waktu tertentu,
kemudian dikembalikan lagi. Ide ini disambut baik
oleh mereka. Kami saling bertukar buku. Distribusi
ini ternyata cukup efektif untuk mengatasi
kekurangan buku bacaan.

Gambar 5a. Program PIPA dengan Sekolah Gambar 5b. Program PIPA dengan TBM

40
9. Relawan Jaga Baca
Banyaknya areal baca di lingkungan sekolah butuh
kerja ekstra pustakawan sekolah yang cuma satu
orang. Penulis berfikir siswa perlu ada rasa tanggung-
jawab dan memiliki sehingga buku-buku terdistribusi
dan terawat dengan baik. Maka dibentuklah relawan
yang terdiri dari siswa kelas tinggi, relawan ini diberi
nama “Jaga Baca” tugas mereka mengikuti jadwal
piket kelas.

Gambar 6a. Relawan Membacakan Buku Gambar 6b. Tim Relawan

10. Menjalin Kemitraan


Untuk menjaga keberlangsungan dan pengembangan
program literasi, Tim literasi SDN 037 menjalin
kemitraan dengan cara menjemput bola, tim
merawarkan program, yang sifatnya kerjasama.
Kemitraan ini telah berjalan dengan :
a. Universitas Borneo Tarakan
Sebagai Satu-satunya universitas negeri di
Kalimantan Utara yang mempunyai LPTK. Tim
literasi menawarkan beberapa program
kerjasama, diantaranya membuka kesempatan
untuk mahasiswa dan dosen untuk mengadakan
penelitian literasi.
b. Bank Indonesia
Bank Indonesia mempunyai program BI Corner,
yaitu pengadaan buku bacaan beserta
prasarananya ke beberapa sekolah dan kantor
perpustakaan. Tim literasi menawarkan diri

41
menjadi relawan untuk membantu terlaksanaan
program BI Corner. Program kerjasama ini telah
berjalan 1 tahun.

Gambar 7a. MoU dengan Perpustakaan Gambar 7b. Kerjasama dengan BI

11. Literasi di Tahap Pengembangan.


Memasuki tahun ajaran 2017/2018 Literasi memasuki
tahap pengembangan dan pembelajaran. Inovasi dan
kreativitas yang dilakukan tim literasi pada tahap ini
adalah :
a. Menambah ruang baca dan sarana baca yang
menarik dan ramah anak.
b. Menghadirkan perpustakaan ramah anak yang
nyaman untuk membaca.
c. RPP berstrategi literasi dan Big Book yang unik
karya guru dan siswa.
d. Mendatangkan guru tamu untuk membacakan
cerita setiap hari Jumat.

Gambar 8a. Big Book karya Guru dan Siswa Gambar 8b. Guru membacakan Buku

42
Hasil Akhir
Capaian yang diperoleh dari dampak pelaksanaan
program literasi adalah

1. Keadaan Sapras
Program literasi mendapat apresiasi dari
Kemdikbud, beberpa tim satgas GLS pusat datang ke
SDN 037 untuk melihat praktik literasi. Pada tahun
2018 SDN 037 mendapat dana takola sebesar
1.597.575.000,- untuk rehab ruang kelas dan renovasi
3 ruang kelas baru, ruang musolla, UKS, perpustakan 4
Wc dan gudang. Bersamaan dengan itu jumlah siswa
SDN 037 juga meningkat drastis, karena telah tumbuh
kepercayaan (trust) orang- tua.

Tabel 5. Perubahan keadaan Sapras Setelah Program


Sahabat Literasi

25
20
20 16 Jumlah Jamban
15 11
9 8
10 Jumlah PTK
4
5
0 Jumlah Ruang
Sebelum Literasi Sesudah Literasi Layanan

2. Keterlaksanaan Program Sekolah


SDN 037 pun bisa melaksanakan beberapa
program sekolah karena dikolaborasikan dengan
program literasi
Tabel 6. Sekolah Keterlaksanaan Program
No. Nama Program Keterlaksanaan
1. Sekolah Adiwiyata Pada Bulan Desember 2018 telah
mendapat penghargaan Sekolah
Adiwiyata Nasional
2. Gerakan Literasi Sekolah Telah melaksanakan GLS di 3
tahap. Yaitu pembiasaan,
Pengembangan dan Pembelajaran.
3. Sekolah Ramah Anak Sebagai pelaksana Sekolah Ramah
Anak

43
4. Sekolah penguatan Terpilih menjadi sekolah Piloting
pendidikan Karakter Penguatan Pendidikan Karakter
5. Gerakan Pramuka Terpilih Menjadi Gudep Unggul
provinsi Kaltara, dan akan
mengikuti pemilihan gudep unggul
nasional pada bulan Agustus 2019.

3. Perubahan karakter Siswa.


Karakter siswa berubah drastis, ini diyakini dari
buku bacaan yang mengandung nilai- nilai kebaikan
menjadikan siswa literat. Perubahan karakter siswa ini
di ambil dari catatan pelanggaran dan sanksi selama
satu semester sebelum pelaksanaan program, dan satu
semester setelah pelaksanaan program.
Perubahan perilaku/karakter siswa menunjukkan
hasil yang membaik pelanggaran menurun sebagai
berikut; terlambat 22%, tidak memakai atribur 40%,
berkelahi 15 %, alpa 26 %, membuang sampah
sembarangan 10% dan tidak mengerjakan PR 24 %.

Tabel 8. Program Kemitraan


No. Nama Mitra Keterlaksanaan
1. Komite Sekolah Terbentuknya kepengurusan
komite sekolah dan paguyuban
orang tua di setiap kelas
2. Lembaga pemerintah 1.Bekerjasama dengan Kantor
perpustakaan dan kearsipan.
2. Bekerjasama dengan Universitas
Borneo Tarakan Pada Program
kajian Literasi seperti penelitian
skripsi mahasiswa, Penugasan
Dosen Disekolah pada Program
Literasi Kelas Awal, Pengabdian
Kepada Masyarakat di SDN 045
Pantai amal. Penulis selaku kepala
sekolah berbagi praktik baik GLS.
Mendapat bantuan pojok literasi
sains Dari FKIP PGSD Universitas
Borneo.
3. DUDI/komunitas/Lembaga 1. Bekerjasama Dengan TBM Forum
dan LSM Guru Tapal Batas, TBM Lisan
pada program PIPA
2. Tim literasi yang tergabung dalam
relawan Jaga Baca membantu
program BI Corner Bank
Indonesia

44
4. Melejitnya Literasi Sebagai Brand Sekolah
Pada bulan November tahun 2016 penulis
mendapat penghargaan Guru Teladan oleh yayasan
Ayo membaca Indonesia dari MEDCO Foundation
bekerjasama dengan kemdikbud.

Gambar 9a. Penerima Penghargaan AMIND Gambar 9b. Penghargaan Literasi

Pada bulan September 2017 penulis selaku kepala


SDN 037 diberi kesempatan Kemdikbud menuliskan
perjalanan literasi di SDN 037 pada buku “Merayakan
Literasi, Menata Masa Depan”. Dan membedah buku
tersebut di ajang Festival Literasi Sekolah pada bulan
oktober 2017.
Karena dianggap berhasil dengan program literasi
penulis yang merupakan Kepala Sekolah di undang
berbagi praktik baik ke beberapa wilayah di Indonesia.
Diantaranya Jakarta, Palembang, Dompu, dan beberapa
daerah lokal di Kalimantan Utara.
Sekolah yang bermitra dengan SDN 037
menuliskan praktik baik literasi di sekolah dalam buku “
Kisah Dari Tapal Batas Negeri” dan buku ini berhasil di
bedah di Universitas Borneo Tarakan dan pada Festival
Literasi Sekolah ke 2 pada tahun 2018 di Gedung A
Kemdikbud

Gambar 10a. Menghadiri FLS Gambar 10b. Berbagi Praktik Baik Literasi

45
Dampaknya Bagi Warga Sekolah
Dari semua pecapaian itu dampaknya bagi warga
sekolah adalah tumbuh kepercayaan diri pendidik dan
tenaga kependidikan dalam mendidik dan melaksanakan
program sekolah karena telah tumbuh trust dari orang
tua dan masyarakan kepada sekolah serta tumbuhnya
budaya mutu dan persaingan yang sehat antar siswa,
guru dan warga sekolah lainnya. Dampak lainnya Guru
semakin bersemangat meningkatkan potensi diri sebagai
guru pembelajar.

Daftar Pustaka
Kemdikbud. 2015. Panduan Gerakan Literasi Sekolah
Dasar. Jakarta
Hidayat, dkk. 2016. Kemitraan Sekolah dengan Keluarga
dan Masyarakat, Jakarta : Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat
Kemdikbud. 2016. Desain Induk GLS. Jakarta

46
Biodata Penulis
Dharmawati, lahir di Teluk Bayur
Kalimantan Timur 10 oktober 1973,
memulai karier sebagai guru SD 20
tahun yang lalu dan sebagai kepala
sekolah 7 tahun yang lalu. Sejak kecil
sangat suka membaca buku dan
menulis. Ketika Gerakan Literasi
Sekolah di canangkan pada tahun
2015 ibu dari 3 anak ini menyambut
dengan suka cita karena percaya Gerakan Literasi
Sekolah dapat membantu meningkatkan mutu sekolah.
Pada tahun 2016 terpilih menjadi salah satu guru teladan
versi yayasan Ayo Membaca Indonesia. Penghargaan itu
semakin mematik semangatnya untuk berjuang lewat
literasi dan membina relawan literasi Forum Guru Tapal
Batas. Penulis bisa dihubungi pada nomor HP.
081351319743

47
STRATEGI SWEET LOVE
MEMBANGUN KOMUNITAS
BELAJAR PROFESIONAL
Wawat Karwati
SDN Santaka, Jawa Barat
Email: wawatkarwati22@gmail.com

Pentingnya Komunitas Belajar Profesional bagi Guru


Komunitas Belajar Profesional merupakan
sekumpulan orang yang tergabung berdasarkan ikatan
profesi yang secara bersama-sama melakukan perubahan
dan perbaikan keprofesian dalam rangka meningkatkan
kualitas diri sendiri serta kualitas organisasi profesi.
Komunitas Belajar Profesional dibangun dengan
berlandaskan pada prinsip kolaborasi, kolegial, dan
mutualisme dengan mengembangkan kemampuan
refleksi diri. Dengan demikian, Komunitas Belajar
Profesional bisa menjadi wadah yang tepat bagi guru
untuk meningkatkan kompetensi. Hal ini berdasarkan
fakta bahwa profesi guru berkaitan dengan upaya
menyiapkan peserta didik agar mampu bersaing dalam
dunia yang berubah dengan sangat cepat.
Salah satu ciri dari Komunitas Belajar Profesional
yaitu adanya refleksi dari guru secara teratur yang
digunakan sebagai dasar untuk melakukan upaya
meningkatkan kompetensi diri. Komunitas Belajar
Profesional juga memberikan kesempatan kepada guru
untuk bersama-sama mengembangkan kompetensi
dengan prinsip kolegialitas, kolaboratif, dan mutualisme.
Komunitas Belajar Profesional menawarkan sebuah cara
yang dahsyat untuk menjamin guru-guru dalam
merefleksi proses kerja dan kemudian memperbaikinya.
Harris & Jones(2010:174). Berdasarkan pendapat tersebut,
48
Komunitas Belajar Profesional adalah suatu pembaruan
dalam paradigma yang dikembangkan di antara anggota
komunitas mengenai bagaimana melakukan upaya
memperbaiki kompetensi.
Bentuk kegiatan dalam Komunitas Belajar
Profesional terdiri atas dua macam, yaitu yang bersifat
formal dan informal. Kegiatan yang bersifat formal dan
informal tersebut berguna untuk lebih mempererat
hubungan antarguru dalam membangun kolegialitas
serta kesepahaman yang lebih mendalam tentang sebuah
permasalahan, sehingga mampu mengembangkan
wawasan guru tentang pengetahuan yang baru. Hal ini
sejalan dengan pendapat Triatna (2015:38) bahwa
pengembangan belajar bersama dalam membangun visi,
misi, dan tujuan sekolah berkembang secara alamiah
dalam proses mengelola sekolah hari demi hari melalui
dialog keseharian dan dialog formal dalam rapat sekolah/
panitia.
Kegiatan dalam Komunitas Belajar Profesional pada
dasarnya merupakan proses interaksi dalam komunitas.
Perbedaan antara interaksi dalam komunitas belajar
dengan interaksi pada umumnya adalah bahwa dalam
komunitas belajar interaksi dilakukan berdasarkan pada
refleksi diri sehingga timbul keinginan untuk
memperbaiki diri. Hal ini tidak terdapat pada kelompok
yang bukan komunitas belajar. Sebagaimana dinyatakan
oleh Triatna (2015:43) bahwa semua PTK mengalami
proses interaksi, tetapi tidak semua interaksi
mengakibatkan hasil belajar. Pengalaman yang
dievaluasi, dicari logikanya, dan direfleksi akan
menjadikan seseorang berubah dan lebih
berpengalaman.
Pembentukan komunitas belajar di sekolah
memerlukan peran kepala sekolah dalam mengatur alur
komunikasi sehingga tetap berjalan dengan lancar serta
menjamin bahwa kegiatan dalam komunitas belajar tetap
mengarah pada tujuan yang ditetapkan. Kepala sekolah
juga harus berperan sebagai role model bagi spirit dalam
melakukan perbaikan kompetensi melalui partisipasinya
49
dalam Komunitas Belajar Profesional. Komunikasi yang
dikembangkan di sekolah sejauh mungkin menerapkan
sistem demokratis. Hal ini sejalan dengan pendapat
Triatna (2015 : 43) yang menyatakan bahwa proses dialog
dalam konteks pengembangan sekolah harus terhindar
dari mengistimewakan orang tertentu dari pada orang
lainnya dalam komunitas.
Kesabaran dan konsistensi dari semua anggota
komunitas sangat diperlukan bagi keberlangsungan
Komunitas Belajar Profesional. Hal ini disebabkan
Komunitas Belajar Profesional bukanlah sebuah proses
sekali jalan, tetapi merupakan sesuatu yang harus terus-
menerus dikembangkan sejalan dengan proses proses
perkembangan guru sebagai bagian dari organisasi
sekolah. Dukungan utama dalam pengembangan
kapasitas sekolah melalui belajar bersama dalam
komunitas profesional mensyaratkan perubahan pada
budaya organisasi, yaitu perubahan yang berjalan dalam
waktu setahap demi setahap dan berkembang sesuai
dengan perjalanan refleksi warga sekolah.Triatna
(2015:44).
Keberhasilan dalam membangun Komunitas Belajar
Profesional dapat dilihat dari pencapaian indikator-
indikator yang ditetapkan. Berikut ini adalah indikator-
indikator Komunitas Belajar Profesional yang dirangkum
dari pendapat Harris & Jones (2010:176-177) dan Dehdary
(2017:647), yaitu (a) terdiri atas guru-guru dengan
keahlian yang berbeda, (b) adanya partisipasi secara
kolegial di antara peserta, (c) adanya penyediaan fasilitas
oleh pimpinan, (d) tindakan dilaksanakan berdasarkan
orientasi kebutuhan dan selalu dilihat
perkembangannya), (e) fokus terhadap perbaikan proses
pembelajaran serta memaksimalkan dampaknya
terhadap hasil belajar siswa, (f) adanya rasa saling
menghormati dan mempercayai di antara anggota
komunitas, dan (g) adanya kegiatan berbagi pengetahuan
di antara anggota komunitas.
Kenyataan di lapangan, tidak mudah membangun
Komunitas Belajar Profesional. Salah satu contoh adalah
50
kondisi di SDN Santaka. Sebagian besar guru di SDN
Santaka belum mampu mengatur waktu dengan baik
untuk melakukan kegiatan yang bersifat membangun
kebersamaan dalam sebuah komunitas belajar. Waktu
setelah jam mengajar selesai cenderung dihabiskan
untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya
dengan upaya untuk meningkatkan kompetensi.
Guru merupakan anggota komunitas di sekolah yang
keberadaanya sangat memengaruhi kualitas layanan
pendidikan dan pembelajaran. Sebagai pendidik, sudah
selayaknya guru menjadi suri tauladan bagi peserta didik
terutama dalam membangun kebiasaan belajar yang
mandiri. Kemandirian dalam konteks guru sebagai
pembelajar dewasa adalah kesadaran untuk melakukan
refleksi mengenai kompetensi yang dimiliki serta
berusaha untuk memperbaikinya. Hal ini sejalan dengan
Peraturan Presiden Nomor 87/2017 tentang pendidikan
karakter.
Langkah awal yang dilakukan oleh kepala sekolah
dalam menghadapi masalah berupa belum terbentuknya
Komunitas Belajar Profesional di SDN Santaka adalah
melakukan refleksi diri. Dari hasil refleksi tersebut
diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan
selama ini masih bersifat konvensional, mengedepankan
instruksi dari pada persuasi. Dengan gaya tersebut,
kepatuhan guru untuk mengikuti kegiatan komunitas
belajar hanya bersifat temporer, belum sampai pada
tumbuhnya kesadaran. Keadaan ini berdampak pada
rendahnya kompetensi profesional dan pedagogik guru
yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran.
Hasil supervisi menunjukan bahwa sebagian besar guru
belum membuat perangkat pembelajaran yang memadai,
sehingga proses pembelajaran kurang terencana dengan
baik. Pada proses pembelajaran di kelas, sangat sedikit
guru yang menerapkan model- model pembelajaran. Di
samping itu, penggunaan media IT masih kurang, baik
sebagai media pembelajaran maupun sebagai alat bantu
dalam membuat perangkat pembelajaran. Sebagai akibat
kurangnya inovasi dalam pembelajaran, maka guru
51
kekurangan bahan untuk menyusun karya tulis, sehingga
sampai dengan akhir tahun 2017 sangat sedikit KTI yang
dihasilkan oleh guru dan disimpan di perpustakaan.
Keadaan ini membuat kepala sekolah berpikir bahwa
diperlukan sebuah strategi yang inovatif dalam
memotivasi guru membentuk Komunitas Belajar
Profesional. Strategi yang dipilih oleh kepala sekolah
sebagai upaya untuk membangun Komunitas Belajar
Profesional di kalangan guru-guru SDN Santaka
kemudian diberi nama strategi SWEET LOVE.

Strategi SWEET LOVE, Arti dan Implementasinya


Secara harfiah kata sweet dapat diartikan manis dan
kata love diartikan cinta dalam Bahasa Indonesia. Kata
“manis” memiliki pengertian (1) rasa seperti rasa gula, (2)
elok/mungil, (3) sangat menarik hati, dan (4) indah/
menyenangkan. Kata cinta mengandung pengertian (1)
suka sekali, sayang benar, (2) kasih sekali, terpikat,(3)
ingin sekali/berharap sekali, dan (4) susah hati/ risau
(http: kbbi .kemdikb.id/). Berdasarkan uraian tersebut,
frase sweet love mengandung pengertian sebagai sesuatu
yang indah, cantik, dan menarik. Dengan demikian,
penggunaan kata sweet love sebagai sebuah strategi
diharapkan memberikan kesan yang menarik,
menyenangkan, dan mengandung nilai-nilai humanis.
Strategi SWEET LOVE pada dasarnya merupakan
serangkaian langkah konkret yang dilakukan oleh kepala
sekolah terhadap guru supaya memiliki kepedulian
terhadap upaya meningkatkan kompetensi. Salah satu
aspek yang sangat penting dari strategi SWEET LOVE
adalah kerjasama yang dikembangkan di kalangan guru
dalam melaksanakan kegiatan. Di samping itu, konsep
mutualitas menjamin bahwa guru berada pada posisi
yang sama dalam melaksanakan kegiatan belajar.
(Karwati & Prawiyogi,2019:74). Berdasarkan uraian
tersebut, strategi SWEET LOVE bukanlah bentuk
perlakuan tunggal, tapi merupakan satu rangkaian secara
keseluruhan.
Strategi SWEET LOVE bisa juga dikatakan sebagai
52
serangkaian pendekatan yang dilakukan oleh kepala
sekolah dalam rangka meningkatkan partisipasi guru
terhadap program peningkatan kompetensi. (Karwati &
Prawiyogi,2019:76). Nilai-nilai humanis, kebersamaan,
rasa percaya diri, serta penghargaan terhadap kinerja
merupakan karakter dasar dari pendekatan SWEET
LOVE .Pengertian ini digunakan untuk merefleksikan
nama sweet love itu sendiri yang di dalamnya
mengandung unsur-unsur rasa cinta kasih dari kepala
sekolah kepada guru. Penggunaan kata atau frase yang
berkonotasi baik dengan proporsi yang tepat akan
mampu meningkatkan rasa memiliki di kalangan guru
sehingga kemungkinan bagi berhasilnya sebuah program
dapat lebih diperbesar.
Langkah-langkah dalam menerapkan strategi
SWEET LOVE untuk membangun Komunitas Belajar
Profesional adalah sebagai berikut.
1. Set the Goals
Penentuan tujuan merupakan dasar bagi
dilaksanakannya seluruh program kegiatan. Adapun
tujuan yang ditetapkan adalah (a) membangun
Komunitas Belajar Profesional sebagai tujuan utama
dikembangkan dengan berdasarkan pada indikator-
indikator yang telah ditetapkan, (b) meningkatkan
kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik guru,
dan (c) meningkatkan pemenuhan perangkat
pembelajaran.

Gambar 1. Membangun Komunikasi

53
2. Write Down the Plan
Membangun Komunitas Belajar Profesional
dirumuskan dalam sebuah program perencanaan.
Program perencanaan yang dimaksud berupa rancangan
kegiatan yang mendukung terbangunnya Komunitas
Belajar Profesional dengan menggunakan strategi
SWEET LOVE. Pada langkah ini sekaligus ditetapkan
aturan-aturan yang harus ditaati dalam membangun
Komunitas Belajar Profesional.

3. Encourage the Teachers to Participate.


Hal paling penting untuk diterapkan oleh kepala
sekolah dalam langkah ini adalah bagaimana membuat
guru untuk berani berpartisipasi, baik sebagai peserta
yang aktif maupun sebagai pemateri. Keberanian yang
memang bukan tumbuh dengan sendirinya, tetapi perlu
dorongan terutama dari kepala sekolah sebagai
pimpinan. Pada tahap awal, kepala sekolah memberikan
contoh tentang bagaimana menjadi narasumber,
sedangkan tahap selanjutnya guru didorong untuk
memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk tampil.

Gambar 2. Kepala sekolah menginspirasi guru

4. Ensure the Teachers that They Have Capabilities


Meyakinkan guru-guru bahwa mereka memiliki
kapabilitas yang memadai dilakukan kepala sekolah
dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk

54
menjadi narasumber pada kegiatan yang bersifat formal
maupun informal. Kepala sekolah memberikan contoh
tentang menjadi narasumber pada kegiatan sharing
kemudian memberikan kesempatan kepada guru untuk
menunjukan kapasitasnya di hadapan rekan-rekan.

Gambar 3. Guru menjadi narasumber

5. Treat the Teachers Just Like What You Want to be


Treated
Kepala sekolah harus memahami karakter dari setiap
guru yang berbeda-beda sehingga mereka nyaman dalam
mengikuti kegiatan. Pemahaman yang baik mengenai
karakter guru membuat perlakuan yang diberikan oleh
kepala sekolah menjadi lebih efektif. Kebiasaan senyum,
sapa, salam, memberi masukan yang membangun tanpa
merendahkan martabat merupakan langkah yang sangat
tepat diberikan oleh kepala sekolah. Pendekatan tersebut
mengembangkan sikap saling menghargai di antara
semua anggota komunitas guru.

6. Let the Teachers Work Together


Sebagai sebuah komunitas, keterampilan untuk
bekerja sama menjadi ciri yang tidak dapat dilepaskan.
Kerjasama / kolaborasi juga menjadi wadah yang tepat

55
bagi guru untuk saling bertukar pikiran, bekerjasama
dalam memecahkan permasalahan. Kegiatan komunitas
belajar yang dikembangkan bersifat formal dan informal.
Bentuk Kegiatan formal antara lain (a) KKG berbasis
sekolah tentang implementasi kurikulum 2013, (b) IHT
tentang model- model pembelajaran, (c) pelatihan
komputer/ IT, (d) IHT tentang penyusunan KTI, (e)
diskusi tentang pengembangan materi pembelajaran, (f)
mengobservasi pelaksanaan pembelajaran, (g) evaluasi
pelaksanaan pembelajaran. Adapun kegiatan informal
adalah (a) SAJAGO (Sajam Ngobrol) berisi obrolan santai
tentang isu-isu pendidikan dan pembelajaran, dan (b)
GARENG (Gawe Bareng), di mana guru secara kolaboratif
membuat perangkat dan media pembelajaran yang
inovatif.

Gambar 4. Guru Berkolaborasi dalam Meningkatkan Kompetensi

7. Obey the Rules that Have been Made


Membangun Komunitas Belajar Profesional
memerlukan aturan yang harus ditaati bersama. Aturan
yang diberlakukan pada Komunitas Belajar Profesional di
SDN Santaka yaitu: (1) guru harus bersedia untuk
membagikan pengetahuan yang dimiliki kepada sesama
rekan, (2) tingkat kehadiran guru dalam kegiatan
Komunitas Belajar Profesional harus maksimal, (3)
pendapat harus disampaikan dengan cara bijaksana dan
sopan, serta (4) selalu mengembangkan sikap
kekeluargaan. Ketaatan terhadap aturan merupakan

56
sebuah keniscayaan sehingga Komunitas Belajar
Profesional dapat berjalan secara efektif dan efisien.

8. Value All the Teachers’ Work


Pemberian penghargaan bisa menjadi motivasi yang
luar biasa bagi guru untuk terus berkarya. Pemberian
penghargaan terhadap kinerja guru bisa dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan pujian, maupun
dengan pemberian kesempatan kepada guru untuk
menjadi narasumber kegiatan. Perasaan dihargai sebagai
guru, ditempatkan sebagai manusia yang memiliki
kemampuan memberikan energi yang luar biasa bagi
guru untuk berbuat lebih baik.

Gambar 5. Pemberian penghargaan terhadap kinerja guru

9. Evaluate and Reflect


Evaluasi dilakukan secara kualitatif dengan
memberikan tanggapan terhadap proses dan hasil
kegiatan. Proses evaluasi dilakukan kepada semua
anggota komunitas, baik kepala sekolah maupun guru.
Refleksi merupakan kegiatan bersama untuk melihat
berbagai kekurangan yang masih ada baik personal,
maupun keseluruhan anggota komunitas.

Terbangunnya Komunitas Belajar Profesional


Berdasarkan hasil pembinaan, pemantauan,
pengamatan, supervisi, dan wawancara terhadap strategi

57
SWEET LOVE dalam membangun Komunitas Belajar
Profesional, beberapa hal dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Komunitas Belajar Profesional telah terbangun di
SDN Santaka. Hal ini berdasarkan analisis
ketercapaian indikator-indikator Komunitas Belajar
Profesional yang mencapai 94. Motivasi guru untuk
membangun Komunitas Belajar Profesional semakin
meningkat, yang ditandai dengan tingkat kehadiran
guru mencapai 92%. Hasil pengamatan juga
menunjukan bahwa sejak digunakannya strategi
SWEET LOVE, kesadaran guru tentang pentingnya
peningkatan kompetensi meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari topik pembicaraan dalam komunitas guru
lebih mengarah pada hal- hal yang ada relevansinya
dengan tugas fungsi guru. Indikasi lainnya yang
berhubungan dengan motivasi belajar adalah
masuknya guru pada komunitas PKB on line Rumah
Belajar yang berjalan di bawah naungan kemdikbud.

Gambar 6. Sebelum dan Sesudah Terbentuknya PLC

2. Kompetensi profesional dan pedagogik guru


meningkat, yaitu yang berkaitan dengan penguasaan
IT, penyusunan KTI berupa PTK, dan penggunaan
model-model pembelajaran. Capaian nilai rata-rata
58
dari kompetensi di atas adalah 87, 86, dan 88. Di
bawah ini contoh judul PTK yang disusun oleh dua
orang guru

1 Penggunaan Metoda Demonstrasi Dalam Upaya


Meningkatkan Prestasi Siswa Mata Pelajaran IPA
Pada Konsep Perubahan Pada Benda di Kelas VI
Guru 1 SDN Santaka Kecamatan Cimanggung Kabupaten
Sumedang Tahun 2014/2015
2. Meningkatkan Prestasi Siswa Pada Materi
Bilangan Pecahan Dan Desimal Matematika
Dengan Menerapkan Model Kooperatif Student
Teams Achievment Division (STAD) Di Kelas VI
SDN Santaka Kecamatan Cimanggung Kabupaten
Sumedang Tahun 2016/2017

1. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Teknik 3b


Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Percakapan di
Kelas 3 SDN Santaka Kecamatan Cimanggung Kabupaten
Sumedang Tahun 2017
2. Penggunaan Media Konkrit Untuk Meningkatkan Pemahaman
Guru 2
Siswa Pada Materi Pecahan di Kelas 2 SDN Santaka
Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang Tahun 2018
3. Penggunan Media Konkrit Untuk Pemahaman Siswa Tentang
Materi Penjumlahan di Kelas 2 SDN Santaka Kecamatan
Cimanggung Kabupaten Sumedang Tahun 2018

Gambar 7. Contoh Judul PTK

3. Sebagian besar guru telah menerapkan model-model


pembelajaran pada tahun pelajaran 2018/2019.

59
Gambar 8. Guru Menerapkan Model Pembelajaran

4. Pemenuhan perangkat pembelajaran mencapai 98%


pada tahun pelajaran 2018/2019.
5. Hasil wawancara dengan guru menunjukan bahwa,
100% guru memahami dan menyatakan bahwa
Komunitas Belajar Profesional sangat bermanfaat
bagi pengembangan kompetensi, merasa dihargai
dengan diberikan kesempatan untuk berbagi
pengetahuan, dan strategi SWEET LOVE sangat
efektif dalam membangun Komunitas Belajar
Profesional.
Implementasi strategi SWEET LOVE selain
memberikan hasil sebagaimana diuraikan pada bagian
terdahulu, juga memberikan dampak sebagai berikut.
1. Guru
Dampak menerapkan strategi SWEET LOVE
terhadap guru adalah:
a. pada tahun 2018, salah seorang guru di SDN
Santaka memperoleh peringkat ke-2 sebagai guru
berprestasi tingkat Kecamatan Cimanggung;
b. semua guru pada tahun 2019 mendapat nilai PKB
dengan predikat “Baik”.
2. Peserta Didik
Dampak bagi peserta didik adalah:
a. perolehan nilai rata-rata USBN terjadi kenaikan
yang cukup signifikan sebagaimana terlihat pada
tabel berikut, yaitu 85,06 pada tahun pelajaran

60
2016/2017; 86,61 pada tahun pelajaran 2017/2018
dan 95,74 pada tahun pelajaran 2018/2019
b. Capaian nilai tarap serap kurikulum adalah 77 dan
78 pada semester 1 dan 2 tahun pelajaran 2017/2018
serta 80 dan 81 pada semester 1 dan 2 tahun
pelajaran 2018/2019.
3. Sekolah
Meningkatnya kompetensi profesional dan
pedagogik telah berdampak terhadap meningkatnya
pemahaman guru mengenai berbagai program
sekolah lainnya sehingga partisipasi guru pada
program-program tersebut meningkat. Hal ini
berimbas pada peningkatan nilai akreditasi sekolah,
yaitu dari nilai 81 pada tahun 2011 menjadi 87 pada
tahun 2017.
Berdasarkan uraian di atas, strategi SWEET LOVE
terbukti mampu membangun Komunitas Belajar
Profesional di SDN Santaka serta meningkatkan
kompetensi profesional dan pedagogik guru. Strategi
SWEET LOVE dapat digunakan oleh kepala sekolah
lainnya yang tertarik untuk mengaplikasikan strategi ini
sesuai dengan kondisi masing-masing. Beberapa
rekomendasi dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Pada langkah Set the Goals, harus ditambahkan
dengan keterlibatan ahli misalnya pengawas sekolah,
atau unsur-unsur dari komite sekolah maupun dunia
usaha, sehingga muatan dalam kegiatan Komunitas
Belajar Profesional dapat lebih ditingkatkan.
b. Pada langkah Write Down the Plan kepala sekolah
harus memberikan porsi yang lebih besar kepada guru
untuk meningkatkan self-belonging mereka terhadap
program kegiatan, sehingga tingkat ketercapaian
program dapat lebih ditingkakan lagi.
c. Meningkatkan pengetahuan tentang seni-seni
membangun kepercayaan diri pada bawahan,
terutama dalam melaksanakan melaksanakan
pendekatan Encourage the Teachers to Participate dan
Ensure the Teachers that they Have Capabilities.

61
Daftar Pustaka
Dehdary. (2017). A Look Into Professional Learning
Community. http :/ / www .academy publication
.com/ ojs/ index .php/ jltr/ article/view/
jltr0804645654. Volume 8 Number 4. Pp 647
Harris, A. dan Jones, M. (2010). Professional Learning
Communities And System Improvement.
https://www.researchgate.net/publication/
249752354_Professional_learning_communities_a
nd_system_improvement Volume 13 Number 2 July
2010 172–181. Pp 172 – 181.
Karwati,W dan Prawiyogi,A. (2019) Guru dan
Membelajarkan Guru. Karawang FBIS Publishing.
Triatna, Cepi (2015). Membangun Komunitas Belajar
Profesional untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Sekolah http://ejournal.upi edu/index
.php/JPSPs/article/view/5918

62
Tentang Penulis
Wawat Karwati, M.Pd. lahir di
Bandung pada tanggal 22 November
1971. Pendidikan terakhir S2
Pendidikan Dasar di Universitas
Pendidikan Indonesia. Ibu dari tiga
orang anak ini sekarang bekerja
sebagai Kepala SDN Santaka
Kecamatan Cimanggung Kabupaten
Sumedang. Sejauh ini buku yang
telah dihasilkan ada dua, yaitu
Remaja dan Permasalahannya pada tahun 2015 yang
ditulis bersama rekan-rekannya di Universitas
Pendidikan Indonesia. Buku kedua terbit pada tahun
2019 dengan judul Guru dan Membelajarkan Guru.
Nomor HP 081220595958.

63
MENCIPTAKAN LABEL SEKOLAH
UNGGUL MELALUI KEGIATAN
LITERASI
Agung Rahmanto
Kepala Sekolah SD Muhamamdiyah Sapen Yogyakarta
Email: agoeng.spn@gmail.com

Sekolah Unggul Dalam Paradigma SD Muhammadiyah


Sapen Yogyakarta
Sekolah unggul merupakan dambaan setiap
institusi pendidikan. Menciptakan label sebagai sekolah
unggul bagi SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta
adalah hal penting yang harus dilakukan. Keunggulan
sekolah yang dimiliki akan menjadi daya saing bagi
sekolah dalam memperoleh kepercayaan dari
masyarakat untuk menyekolahkan putra putrinya ke SD
Muhammadiyah Sapen.
Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen Yogyakarta
merupakan institusi pendidikan yang dalam pengelolaan
dan kebijakannya sangat memperhatikan keunggulan
sekolah sebagai jaminan kualitas layanan yang diberikan.
Kesungguhan tersebut tertuang dalam roadmap sekolah
yang berisi program inovasi layanan antara lain, sekolah
multitalent, sekolah berkarakter, dan sekolah digital.
Keunggulan sebagai sekolah multitalent
terinspirasi dari makna anak multitalenta yaitu anak
dengan kemampuan dan menguasai beberapa bakat
sekaligus baik akademis dan bakat khusus (Widiasworo,
2018: 3). keunggulan sekolah multitalent muncul sebagai
jawaban bahwa potensi siswa yang beragam tidak bisa
ditangani secara sama. Berbagai potensi siswa harus
dilayani sesuai dengan minat dan bakatnya.
Sekolah karakter yaitu sekolah yang
mengedepankan penumbuhan nilai-nilai karakter siswa.
64
Pembentukan karakter di sekolah dasar merupakan hal
penting untuk dilakukan agar pada diri siswa
berkembang nilai-nilai yang baik(Akbar, dkk., 2014: 139).
Keunggulan sebagai sekolah karakter ini mengacu pada
Permendikbud Nomor 20 tahun 2018 pasal 2 (1) tentang
Penguatan Pendidikan Karakter. Terkait dengan kegiatan
literasi indikator pencapaian untuk sekolah karakter
meliputi nilai jujur, disiplin, bertanggung jawab, gemar
membaca, bekerja keras, menghargai prestasi,
komunikatif.
Sekolah digital merupakan keunggulan yang akan
diwujudkan sekolah berbasis digital. Implementasi
sebagai sekolah digital ini dengan mengintegrasikan
seluruh layanan sekolah dalam satu sistem informasi,
sehingga seluruh elemen sekolah dapat berkomunikasi
secara otomatis. Keunggulan sebagai sekolah digital saat
ini memprioritaskan pada meningkatkan efektifitas
layanan pendidikan khususnya pembelajaran.
Melalui keunggulan yang disandangnya SD
Muhammadiyah Sapen Yogyakarta berharap kompetensi
siswa yang dihasilkan akan mampu bersaing di era global
secara optimal. Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen
dalam kebijakannya tidak hanya berorientasi
mengembangkan potensi siswa dari aspek kognitif saja,
tetapi juga menumbuhkan aspek sikap dan keterampilan
untuk mampu berkembang optimal.

Pentingnya Kegiatan Literasi Untuk Menciptakan


Sekolah Unggul
Nilai keunggulan sebuah sekolah merupakn
keunikan yang menjadi daya pembeda dengan institusi
sekolah lainnya. Salah satu cara untuk menciptakan label
sekolah unggul adalah melalui kegiatan literasi. Alasan
mendasar memilih program literasi yaitu, melalui
kegiatan bermuatan literasi diharapkan mampu
mengembangkan berbagai potensi siswa agar dapat
mengukir berbagai prestasi di berbagai bidang,
berkarakter serta mampu mengembangkan potensi di
era yang serba digital. Program literasi ini berupa
65
aktivitas yang terintegrasi dalam proses pembelajaran,
sehingga memungkinkan seorang siswa lebih cepat
menyelesaikan permasalahan.
Lebih jauh lagi literasi bermanfaat untuk
mengembangkan pengetahuan, potensi dan
berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.
Literasi awalnya bermakna proses memperoleh
keterampilan kognitif dasar dengan cara membaca dan
menulis teks cetak. Seiring perubahan kebutuhan
masyarakat literasi juga termasuk kemampuan
komunikasi yang diitegrasikan dengan dalam tindakan
yang bermakna. Tindakan yang bermakna ini diharapkan
berkontribusi dalam kegiatan sosial dan ekonomi sebagai
dasar perubahan pribadi dan sosial.
Sesuai dengan konsep literasi di era modern ini,
SD Muhammadiyah Sapen telah melakukan
pembenahan terkait dengan kegiatan yang berhubungan
dengan literasi. Literasi menjadi tugas seluruh ekosistem
sekolah yaitu pendidik, tenaga kependidikan, masyarakat
hingga dunia usaha. Istilah literasi belum begitu familiar
di kalangan SD Muhammadiyah Sapen. Awalnya guna
memunculkan budaya baca, pada tahun 2007 SD
Muhammadiyah Sapen membangun perpustakaan
sebagai pusat belajar dengan desain rekreatif dari segi
fisik dan koleksinya. Ketertarikan siswa untuk membaca
mulai terlihat dengan meningkatnya kunjungan siswa di
perpustakaan.
Keseriusan melaksanakan kegiatan literasi di SD
Muhammadiyah Sapen membuahkan hasil yang sangat
mendukung tercapainya sebagian cita-cita yang tertuang
di roadmap sekolah. Kebijakan pengembangan literasi SD
Muhammadiyah Sapen meliputi beragam kegiatan
literasi yang terintegrasi dalam pembelajaran
ekstrakurikuler maupun intrakurikuler sekolah.
Kebijakan lain yang diterapkan yaitu, keterlibatan pihak
lain yaitu masyarakat dan dunia usaha. Kegiatan literasi
terbukti mampu menciptakan SD Muhammadiyah
Sapen menjadi sekolah yang unggul dalam karakter,
digital, dan multitalent.
66
Literasi sebagai sarana untuk menciptakan
keunggulan sekolah dilaksanakan dalam tiga tahapan,
yaitu pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran
(Kemdikbud, 2016: 5). Pada tahap pembiasaan literasi
dilaksanakan guna membiasakan siswa memiliki budaya
literasi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah a)
lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam
pelajaran, b) membangun lingkungan fisik sekolah yang
kaya literasi.
Pada tahap pengembangan literasi dilakukan
dengan memberikan tagihan sederhana, guna dilakukan
penilaian non akademik. Kegiatan yang dapat dilakukan
meliputi a) lima belas menit membaca setiap hari.
Tagihan non akademik di bagian ini dapat berupa
membuat peta cerita (story map), atau karya lain; b)
mengembangan lingkungan fisik yang kaya literasi serta
mengembangkan ekosistem sekolah yang menghargai
keterbukaan dan kegemaran terhadap pengetahuan. c)
pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di
perpustakaan sekolah/perpustakaan kota/daerah atau
taman bacaan masyarakat atau sudut baca kelas.
Literasi pada tahap pembelajaran dilakukan
dengan cara menghubungkan kegiatan literasi dengan
kegiatan belajar mengajar. Aktivitas literasi yang dapat
dilakukan adalah 1) lima belas menit membaca setiap hari
sebelum jam pelajaran, 2) kegiatan literasi dalam
pembelajaran tagihan akademik disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku, 3) menggunakan berbagai
strategi untuk memahami teks dalam semua muatan
pelajaran, 4) menggunakan lingkungan fisik, sosial
afektif, dan akademik disertai beragam bacaan yang kaya
literasi di luar buku teks pelajaran
Akbar, dkk (2017: 1060) menjelaskan bahwa
implementasi GLS dan suasana literasi di sekolah dasar
mampu membangun karakter pada siswa melalui
tahapan pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.
Karakter yang dapat ditumbuhkan antara lain karakter
religius, menghargai prestasi, kerja keras, mandiri,
semangat kebangsaan, kreatif, dan cinta tanah air. Hasil
67
penelitian lain dituliskan Gantari (2016: 23) menjelasakan
bahwa kemampuan membaca siswa akan meningkat jika
budaya literasi terbangun dengan baik. Kemampuan baca
ini akan dapat mempengaruhi kemampuan-kemampuan
siswa dalam segala aktivitas termasuk pemecahan
masalah.
Pentingnya literasi di sekolah dasar juga
disampaikan oleh Abidin, Mulyati, dan Yunansah (2017:
156) bahwa, pembelajaran berbasis literasi terbukti
signifikan untuk meningkatkan kemampuan literasi
menulis siswa. Iklim literasi yang dikemas dalam
pembelajaran akan meningkatkan kompetensi siswa
dalam berliterasi.

Strategi Menciptakan Sekolah Unggul di SD


Muhammadiyah Sapen Yogyakarta
Kepala sekolah melakukan pembenahan program
literasi yang selama ini dimaknai dengan kegiatan
membaca dan menulis. Seiring kebutuhan sistem
pembelajaran yang berkembang, makna literasi kini
sudah menjadi lebih kompleks dan bermakna. Beers dan
Smith (2010: 39-40) menjelaskan budaya literasi yang
perlu dikembangkan di sekolah meliputi: 1) membangun
lingkungan fisik yang ramah literasi, 2) membangun
lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi
literate, dan 3) mengupayakan sekolah menjadi
lingkungan akademik yang literate. Selanjutnya untuk
pengembangan literasi merujuk pada tahapan GLS untuk
Sekolah Dasar yaitu (Kemdikbud, 2016:5): 1) tahap
pembiasaan; 2) tahap pengembangan;3) tahap
pembelajaran.
Iklim literasi menjadi dasar utama pengembangan
literasi yang dilakukan untuk menciptakan keunggulan
SD Muhammadiyah Sapen. Adapun tahapan
pengembangan literasi melalui tahapan yang terbagi
kedalam 5 (lima) desain yaitu 1) Desain Kebijakan
Literasi, 2) Desain Literasi dalam Kegiatan, 3) Desain
Literasi dalam Pembelajaran, 4) Desain Literasi dalam
Budaya Sekolah, dan 5) Desain Literasi dalam
68
Keterlibatan Masyarakat.

Desain Kebijakan Literasi


Kebijakan menentukan tingkat ketercapaian
daripada sebuah program. Kebijakan dalam kegiatan
literasi SD Muhammadiyah Sapen dengan membentuk
Tim Literasi Sapen. Kepala sekolah memberikan mandat
kepada tim dengan menerbitkan surat tugas serta
pembagian kerja. Tim Literasi Sapen terdiri dari kepala
sekolah dan komite sebagai pihak pembina. Ketua 1 yang
membawahi penangggungjawab literasi baca tulis, literasi
sains dan literasi kewargaan. Ketua 2 membawahi
penanggungjawab literasi digital, numerik dan literasi
finansial.
Dalam melaksanakan fungsi dan tugas, masing-
masing koordinator literasi membuat program
pelaksanaan kegiatan terdiri dari jenis kegiatan, target
sasaran, waktu hingga pembiayaaan. Program ini dapat
terlaksana optimal secara internal karena peran dan
kerjsama serta guru dan karyawan sekolah.
Selain itu kepala sekolah mewajibkan kegiatan
pembelajaran menekankan penanaman karakter dan
literasi dengan jelas, dengan mencantumkan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kegiatan
literasi dalam RPP meliputi materi, metode, tahapan
pembelajaran serta penilaian pembelajaran.
Kebijakan yang tidak kalah penting adalah
penyiapan sarana dan prasarana hingga pendanaan untuk
mensukseskan kegiatan literasi. Hasil desain literasi
dalam bentuk kebijakan ini terdapat dalam desain
kegiatan literasi. Desain literasi dalam bentuk kebijakan
kepala sekolah ini membawa pengaruh terhadap
peningkatan atmosfer literasi pada lingkungan fisik,
sosial, afektif bahkan akademik

Desain Literasi dalam Kegiatan


Literasi dalam bentuk kegiatan, secara praktis
berdasarkan program yang telah disusun oleh Tim
Literasi Sapen. Kegiatan literasi terbagi dalam kegiatan
69
ekstrakulikuler maupun intrakulikuler, yang meliputi
literasi baca tulis, literasi finansial, numerik, digital,
kewargaan dan literasi sains.
1) Pembentukan Lingkungan Fisik Literasi
Pengembangan sarana literasi guna membentuk
lingkungan fisik literate dilakukan di beberapa area
sekolah seperti perpustakaan, Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS), kantin, dan area outdoor sekolah. Area UKS
diberikan berbagai poster yang berkaitan dengan
informasi kesehatan.
Penciptaan lingkungan fisik literasi yang lainnya
dilakukan dengan penyediaan informasi di beberapa titik
sekolah,seperti menyediakan televisi agar bisa diakses
warga sekolah. Selain itu tersedia komputer di setiap
kelas untuk digunakan memperlancar proses belajar yang
dapat diakses baik oleh guru dan siswa di kelas tersebut.
Beberapa koleksi juga dikembangkan oleh guru-guru,
misalnya video pembelajaran, bahan pendamping belajar
siswa, dan media visual yang dapat digunakan siswa.
Budaya literasi juga terlihat dari iklim sekolah
yang literate. Sejak masuk halaman sekolah siswa akan
melihat mural tentang literasi yang sangat menarik.
Pemutaran lagu daerah, lagu nasional, lagu khas
organisasi otonom yayasan setiap pagi diperdengarkan di
komplek sekolah. Atmosfer seperti ini akan membangun
pikirannya siswa untuk melaksanakan kegiatan literasi.
2) Pemberdayaan Perpustakan sebagai Agen Literasi
Perpustakaan SD Muhammadiyah Sapen telah
memenuhi standar perpustakaan sekolah, setelah
diterbitkannya surat akreditasi dengan predikat A oleh
Perpustakaan Nasional. Perpustakaan sekolah dilengkapi
dengan buku-buku yang sangat bervariasi, baik
ensiklopedi, buku cerita, kamus, maupun jenis yang lain.
Kegiatan literasi dilakukan oleh pustakawan seperti
menerapkan wajib kunjung dan wajib pinjam baik untuk
kelas dan pribadi siswa. Untuk kelas atas, pinjaman wajib
ini dilanjutkan dengan tagihan ringkasan buku.
Penyediaan koleksi yang beragam jenis semakin
menambah daya tarik siswa untuk membaca di
70
perpustakaan. Perpustakaan telah memberikan
kemudahan dengan layanan koleksi digital yang dapat
diakses melalui smartphone.
3) Pengelolaan Sudut Baca
Pengelolaan sudut baca kelas dilakukan untuk
membiasakan siswa membaca di kelas. Para siswa
diperbolehkan membawa buku bacaan untuk saling
ditukar dengan temannya guna memenuhi variasi bacaan
yang dibaca siswa. Kegiatan lima belas menit membaca
dilakukan untuk membiasakan anak-anak gemar
membaca. Pada tahap ini tidak dilakukan tagihan apapun
setelah aktivitas selesai. Anak-anak hanya dibiasakan saja
untuk membaca.

Gambar 1. Salah Satu Sudut Baca di Kelas

4) Club Sains
Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi
keterampilan ilmiah siswa guna mendapat dan
memperdalam pegetahuan baru. Dengan demikian akan
menumbuhkan kepedulian di dunia sains dan teknologi.
Siswa terbagi menjadi beberapa kelompok kelas dengan
materi berbasis eksperimen secara langsung. Hasil akhir
dari setiap percobaan ditulis dalam bentuk laporan
sederhana berdasarkan pengalaman.
5) Dol tinuku (Jual Beli) dan Celengan Impian
Dol tinuku menjadi salah satu icon SD
Muhammadiyah Sapen dalam menerapkan literasi
keuangan. Kegiatan ini menjadi praktik langsung siswa

71
kelas 5 yang sedang mempelajari materi jual beli. Siswa
merencanakan usaha jual beli mulai dari promosi,
penyiapan produk yang akan dijual, perhitungan laba
rugi dan pelaporan. Sedangkan kelas lain mendapatkan
tugas berbelanja menggunakan uang yang ditentukan
dan kemudian mencatat barang yang telah dibelanjakan.
Dalam kegiatan ini terjadi transaksi jual beli alamiah oleh
siswa, guru bahkan orang tua, seperti negosiasi kedua
belah pihak.
Program literasi keuangan juga terlihat pada
pembiasaan perencanaan keuangan sederhana oleh siswa
kelas 2 dalam bentuk celengan impian. Setiap siswa
dengan kreatif membuat tempat penyimpanan uang dari
bahan bekas berhias, yang bertuliskan impian siswa jika
uang sudah terkumpul.

Gambar 2. Praktik Jual Beli

6) Kelas Sastra dan Kelas Seni


Kelas sastra menjadi alternatif pilihan para siswa
dalam menuangkan ide dan imajinasi. Beragam jenis
yang ditawarkan antara lain pelatihan menulis dan
membaca puisi dan pantun, kelas dongeng, menulis
cerita. Pihak sekolah mengundang para sastrawan untuk
mengampu kelas sastra. Dengan demikian anak dapat
memperdalam dunia sastra bersama para praktisi
berpengalaman. Adapun kelas seni berperan
mengakselerasikan potensi seni yang dimiliki para siswa.

72
Desain Literasi dalam Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran tentu memerlukan
beragam sumber. Literasi dalam pembelajaran di SD
Muhammadiyah Sapen dengan mengintegrasikan literasi
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
mencakup materi pembelajaran yang relevan, metode,
langkah pembelajaran, dan metode penilaian yang sesuai
kebutuhan.
Pembelajaran untuk kelas atas terdapat
pembiasaan membaca dengan tagihan aktivitas akademik
siswa, dalam artian penilaian yang ada kaitannya dengan
kurikulum, namun lebih kepada tagihan berupa
pengembangan kreativitas. Tagihan yang diberikan
misalnya kreativitas pembuatan mini book, poster, mind
mapping, puisi, atau peta cerita menurut kreativitas
masing-masing. Isi dari produk yang dibuat siswa
disesuaikan dengan bahan literasi yang dibaca atau
ditonton siswa. (baca tulis, disiplin,
Desain literasi dalam pembelajaran ini juga
dilakukan dengan mengkolaborasikan materi dengan
pihak lain dalam bentuk kegiatan:
1) Pustakawan Mengajar
Program ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan
siswa dalam menggali informasi dari berbagai sumber,
seperti buku pengayaan (buku teks, kamus, ensiklopedia,
atlas), hingga keterampian menggunakan media digital
(materi search enggine skills). Pustakawan berkolaborasi
dengan guru yang telah tercantum dalam RPP kolaborasi
tematik integratif.
2) Orang tua Mengajar
Program orang tua mengajar sering dikenal
dengan istilah parent day. Pelibatan orang tua dalam
proses pembelajaran terkait dengan pengenalan sebuah
profesi. Sinergi ini memberikan motivasi kepada anak
akan pentingnya cita-cita serta bagaimana proses meraih
dan mewujudkannya.
Desain literasi dalam pembelajaran SD
Muhammadiyah Sapen juga memanfaatkan lingkungan
73
fisik maupun sosial untuk mendukung kegiatan literasi.
Lingkungan fisik yang digunakan antara lain Lapangan
Kelurahan guna mengetahui sistem pemerintahan desa,
lapangan ini digunakan untuk kegiatan kepanduan Hizbul
Wathan (HW). Lingkungan fisik yang lain yaitu dengan
memanfaatkan Bhumi Krida Gambiran. Fasilitas
lingkungan outing class yang dimiliki sekolah ini, akan
memeperkenalkan siswa dengan berbagai jenis tanaman
lengkap dengan jenis akar, batang, dan tulang daunnya.
Hal ini untuk menunjang kompetensi pada muatan
pembelajaran IPA kelas V.

Desain Literasi dalam Budaya Sekolah


1) Outing Class
Penyelenggaraan outing class diselenggarakan tiap
semester di setiap jenjang kelas. Pembelajaran di luar
kelas dalam rangka menciptakan suasana berbeda dari
kegiatan rutinitas di dalam kelas.Selain itu mampu
memunculkan kreatifitas untuk memecahkan
permasalahan. Bentuk kegiatan yang dikemas dalam
beragam permainan akan menumbukan rasa peduli
terhadap lingkungan dan kemampuan kerjasama antar
siswa.
Penentuan tempat outing class disesuaikan dengan
materi yang sedang berjalan, misalnya budaya daerah
siswa berkunjung ke Kraton, untuk penumbuhan budaya
baca siswa berkunjung ke Ghratama Pustaka, sejarah,
pembangkit listrik dengan energi alternatif berknjung ke
pantai Baru Bantul.
Sekolah Dasar Muhammadyah Sapen memiliki
kebun sekolah Bhumi Kridha Gambiran (BKG) yang
digunakan sebagai sarana outing class. Kegiatan outing class
juga sering dilakukan di berbagai wahana outbond yang
sudah memiliki kerjasama dengan sekolah.

74
Kegiatan outing class ini juga telah dikembangkan
sekolah sampai ke luar negeri dengan istilah student
exchange (studex). Kegiatan ini memberikan pengalaman
kepada siswa melatih kemadirian, perencanaan untuk
perjalanan, hingga mengenalkan budaya Indonesia.

Gambar 3. Kegiatan Pembelajaran di Luar Kelas

2) Gebyar Literasi
Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen senantiasa
bergerak memfasilitasi dan mewadahi peserta didik
menjadi pribadi muslim yang berkemajuan.
Berkemajuan diartikan sebagai pribadi idaman yang
berpijak pada pengalaman guna memecahkan masalah.
Kegiatan bernuansa literasi tersebut tertuang dalam
agenda Gebyar Literasi. Kegiatan ini diselenggarakan
setiap tahun melibatkan siswa, guru, pegawai serta
orangtua sebagai bentuk praktik baik literasi bersifat
masif yang diharapkan nantinya dapat membudaya di
sekolah.
Kegiatan mencakup 6 dasar literasi dalam bentuk
aneka ragam lomba literasi seperti poster digital, grand
prix perahu othok-othok, menulis cerpen dan puisi, kreasi
sudut baca, percobaan sains sederhana. Selain lomba
terdapat agenda pemajangan hasil karya siswa, seperti

pameran sains, pameran lukisan dan fotografi.


Selain itu siswa diberikan kesempatan menampilkan
kebolehannya dalam bentuk performance art di panggung

75
talenta terbuka. Kegiatan ini dilakukan dengan
memberikan piagam penghargaan bagi siswa berprestasi,
piagam penghargaan bagi siswa yang berkarakter,
penghargaan berupa trophy bagi siswa yang memperoleh
capaian tertentu.

Gambar 4. Kegiatan Gebyar Literasi

3) International Supercamp
Perhelatan akbar 2 tahunan ini diselenggarakan
oleh kepanduan Hisbul Wathon (HW) SD
Muhammadiyah Sapen. Internasional Supercamp
diselenggarakan di bumi perkemahan Rhama Shinta
Prambanan yang melibatkan peserta dari sekolah dasar
Muhammadiyah di wilayah Indonesia dan juga negara
Malaysia. Selain melatih kemandiarian dan kepedulian
sosial, terdapat kegiatan pawai budaya bertemakan
Bangga Budaya Daerah. Seluruh peserta tergabung dalam
kelompok regu menunjukkan beragam budaya daerah
masing-masing.
4) Sapenvaganza
Kegiatan yang menjadi budaya sekolah setiap 2
tahun sekali ini bertujuan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menampilakan bakat hasil dari
berbagai kegiatan literasi di sekolah. Bakat tersebut
seperti pembacaan puisi, aneka kesenian musik baik
modern dan tradisional dalam orkesra sekolah, seni
peran, pantomim, beraham tarian, broadcasting, yang
kesemuanya disajikan dalam bentuk kolosal.

76
Desain Literasi dalam Keterlibatan Masyarakat
Pelibatan instansi pemerintah dilakukan guna
mendapatkan informasi kebijakan terkait dengan
pelaksanaan keenam literasi dasar yang relevan. Selain
itu instansi pemerintah mensinergikan program edukasi
pendidikan bidang tertentu, misalnya penggunaan
internet sehat (Balai Tekkomdik DIY), Pembinaan
perpustakaan sekolah (DPAD DIY), Kesehatan Sekolah
(Puskesmas), terkait dengan pengembangan bakat
olahraga (Fakultas Keolahragaan UNY), Pembelajaran
sains dan psikologi (berbagai fakultas di UGM).
Sedangkan instansi swasta yang terlibat dalam beberapa
bidang seperti bidang broadcasting (Jogja TV, ADI TV,
RRI).
Komite sekolah sebagai masyarakat perwakilan
orangtua melakukan monitoring terhadap kegiatan
literasi SD Muhammadiyah Sapen. Hasil tindak lanjut
monitoring secara terstruktur dengan memberi masukan
dan support kegiatan. Bentuk monitoring berkaitan
dengan bidang akademik yang berhubungan dengan
proses kegiatan literasi, sedangkan bidang non akademik
berkaitan dengan penyediaan sarana prasarana kegiatan
literasi.
Kehadiran tokoh masyarakat dalam kegiatan
literasi SD Muhammadiyah Sapen menambah warna
pada setiap kegiatan. Mereka hadir memberikan
pelatihan singkat dalam beberapa kegiatan, seperti
sastrawan dalam menulis cerita dan puisi, pelukis dalam
kegiatan seni lukis hingga tokoh pantomim.
Sukses dan lancarnya kegiatan literasi tentu tak
lepas dari pendanaan. Meskipun sekolah telah
mengalokasikan anggaran baik dari swadaya sekolah atau
dana dari pemerintah yaitu dana BOS, SD
Muhammadiyah Sapen melakukan kerjasama dengan
dunia usaha dan industri. Beberapa dunia usaha yang
bermitra dengan SD Muhammadiyah Sapen dalam hal
literasi adalah Bank Syariah Mandiri, BTPN, PT
77
Gramedia, Penerbit Mizan, Erlangga serta penerbit Tiga
Serangkai.
Demikian lima desain kegiatan literasi yang telah
dilaksanakan di SD Muhammadiyah Sapen telah
memberikan memberikan dampak positif. Hasil yang
ditunjukkan bahwa, kegiatan literasi dengan lima desain
ini mendukung terciptanya keunggulan sekolah seperti
yang tertuang dalam roadmap pengembangan sekolah
yaitu sekolah multitalent, sekolah karakter, dan sekolah
digital.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y., Mulyati, T., & Yunansah, H. 2017. Developing
Literacy Learning Model Based On Multi Literacy,
Integrated, And Differentiated Concept At Primary
School. Cakrawala Pendidikan, Vol XXXVI, No. 2, pp.
156-166.
Akbar, S., dkk. 2014. Model Pendidikan Karakter Yang Baik
(Studi Lintas Situs Best Practices) Pendidikan
Karakter di SD. Sekolah Dasar, vol. 23, No. 2, pp. 139-
151.
Beers, C.S., Beers, J.W., Smith, J.O. 2009. A Principal’s
Guide to Literacy Instruction. London: The Guilford
Press.
Gantari, R. 2016. Pembelajaran Membaca Dengan
Pendekatan Proses Untuk Meningkatkan Budaya Literasi
Siswa Di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Guru “COPE”,
Vol. XX, No.02, pp. 24-31.
Kemdikbud. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Menengah Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan
Rahayu, R.A., Degeng, S.N., Akbar, S. 2017. Gerakan
Literasi Sekolah Sebagai Upaya Penumbuhan Karakter
Siswa Sekolah Dasar. Prosiding TEP & PDs
Transformasi Pendidikan Abad 21, Vol. 7 No. 15,
pp. 1060 – 1067.
Widiasworo, Erwin. 2018. Mencetak Generasi
Multitalenta. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
78
Tentang Penulis:
Agung Rahmanto dilahirkan di
Sleman 7 September 1974. Ia
menyelesaikan studi jenjang
sarjana pada jurusan Ilmu Hukum
Universitas Islam Indonesia tahun
1997, dan jenjang Magister
Pendidikan Dasar di Universitas
Negeri Yogyakarta tahun 2017.
Mulai mengabdikan diri sejak
tahun 2000 di SD Muhammadiyah
Sapen, dan pada tahun 2015
diangkat menjadi kepala sekolah di instansi tersebut.
Peran kemasyarakatan dibuktikan dengan keaktifannya
mengikuti beberapa organisasi seperti, Majelis
Dikdasmen PP Muhammadiyah, Forum Guru
Muhammadiyah DIY, Ketua KKKS Yogyakarta Wilayah
Utara, PGRI Cabang Gondokusuman, BKS Kota
Yogyakarta. Prestasi baik nasional maupun
internasional yang telah diraih selama menjadi kepala
sekolah antara lain: (1) Juara satu Lomba Kepala Sekolah
Berprestasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (
2019) (2) Terbaik kedua Simposium Nasional Tenaga
Kependidikan Dasar dan Menengah (2018); (3) Medali
Emas Lomba Penelitian Tindakan Sekolah (2017).
Kontak person: 08122755405

79
GERAKAN KANTIN KELAS
BERBASIS KARAKTER
Jeni S Kumisi
Kepala SD Negeri 44 Hulontalangi, Kota Gorontalon Provinsi Gorontalo
Email : jenisk24@gmail.com

Tujuan Pendidikan Nasional menjadikan peserta


didik manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, sehingga menjadi warga negara yang memiliki
sikap demokratis serta bertanggung jawab. Peran tersebut
dinahkodai oleh lembaga pendidikan disebut sekolah.
Sekolah telah berupaya melakukan berbagai karya
inovasi bukan saja pada mengembangkan kompetensi
bidang akademik, tetapi juga pada pembinaan akhlak
telah mendapat perhatian. Tentunya hal ini sangat
signifikan dengan peran seorang pemimpin dan Guru.
Sebagai Pendidik mampu memiliki kesadaran terhadap
tugas dan kewajiban untuk mendidik.
Kepala sekolah dan Guru mempunyai peran
penting dalam membentuk dasar-dasar masa depan
yakni membangun manusia seutuhnya manusia yang
beriman, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
disiplin, percaya diri, bermoral, bertanggungjawab dan
memiliki nurani kebangsaan yang kuat.
Menelaah hal tersebut, sangat dituntut peran
kepala sekolah dan guru dalam tugasnya menumbuhkan
karakter peserta didik. Berbagai strategi dan inovasi telah
dilakukan, namun kenyataan yang terjadi peserta didik
belum begitu menerapkan nilai prilaku akhlak yang
diharapkan. Hasil pengamatan di SDN No. 44

80
Hulontalangi menunjukan beberapa temuan yaitu; (1)
Kepedulian lingkungan sekolah masih rendah, (2) pada
saat program membaca riang terlihat minat baca kurang
dan sikap dan prilaku terhadap guru yang kurang sopan,
(3) Peserta didik dan Guru selalu kehilangan di kelas, (4)
peserta didik tidak berani tampil didepan teman teman,
(5) masih terlihat sebagian peserta didik yang membuang
sampah sembarangan, (6) masih terdapat peserta didik
tidak mengerjakan tugas.
Berdasarkan beberapa temuan masalah yang
berhasil diidentifikasi tersebut, penulis tergerak untuk
membuat karya/inovasi baru melalui program kegiatan
yang kreatif yang dapat membangun karakter dan
Literasi peserta didik yaitu “ Gerakan Kantin Kelas
Berbasis Karakter (G. KKBK)”. Gerakan KKBK adalah
akronim dari gerakan kantin kelas berbasis karakter.
Gerakan KKBK merupakan penanaman karakter yang
perlu diterapkan sebagai upaya prepentif bagi generasi
muda untuk mengembangkan karakter dalam dirinya
kearah yang lebih baik.
Program ini diharapkan sekolah dapat
memberikan pendidikan keberanian, kejujuran, berilmu,
tanggung jawab dan Literasi terhadap peserta didik.
Pelaksanaan Gerakan KKBK di SDN No.44 Hulontalangi
berjalan sukses dengan dukungan bersama dari warga
sekolah. Program ini pada faktanya tidak menambah
beban kerja bagi sekolah maupun bagi guru. Dengan
adanya program ini justru menguntungkan guru untuk
implementasi penanaman karakter dan mendidik akhlak
peserta didik. Sebab, sebagai pendidik tugas guru tidak
sekedar melaksanakan proses pembelajaran di dalam
kelas, tetapi turut bertanggung jawab dalam membina
kepribadian peserta didik.
Gerakan KKBK sangat diharapkan memberikan
manfaat secara teoritis dan praktis sebagai berikut; 1)
secara teoretis diharapkan best practice Gerakan Kantin
Kelas Berbasis Karakter menjadi acuan ilmiah untuk
menerapkan pendidikan karakter di sekolah; 2) secara
praktis best practice ini diharapkan bermanfaat bagi; a)
81
bagi guru; melalui program Gerakan Kantin Kelas
Berbasis Karakter diharapkan dapat meningkatkan pula
tingkat profesionalitas guru dalam kegiatan mendidik
sehingga menunjang karirnya dan meningkatkan
kompetensinya, b) bagi Kepala Sekolah; menjadi wujud
tindakan riil sehingga dapat memecahkan masalah
tentang pelaksanaan nilai-nilai karkater di sekolah; c)
bagi Sekolah; diharapkan berguna bagi kegiatan
pendidikan dan mampu membina akhlak dan melatih
keberanian, kejujuran, berilmu, tanggung jawab dan
Literasi peserta didik di sekolah.

Karakter yang Dikembangkan


a. Sikap Berani
Prasetyo (2015: 1) mengemukakan bahwa
keberanian memiliki arti mempunyai hati yang mantap
dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi
bahaya, kesulitan, dsb; tidak takut (gentar, kecut) dalam
mempertahankan kebenaran. Disisi lain, Irons (2003: 12)
mengemukakan bahwa keberanian adalah suatu tindakan
memperjuangkan sesuatu yang dianggap penting dan
mampu menghadapi segala sesuatu yang dapat
menghalanginya karena percaya kebenarannya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut,
disimpulkan berani mempunyai arti hati yang teguh
serta kemampuan yang besar dalam menghadapi bahaya
atau kesulitan serta mampu berperilaku bijaksana dan
sanggup menguatkan mimpi-mimpi tanpa dibayang-
bayangi oleh rasa takut.
b. Sikap Jujur
Kesuma, dkk (2012: 16) mendefinisikan jujur
merupakan keputusan seorang untuk mengungkapkan
perasaannya, kata-katanya atau perbuatannya bahwa
realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara
berbohong atau meniru orang lain untuk keuntungan
dirinya. Sementara itu, Maksudin (2013: 13-15)
memandang bahwa jujur suatu sikap yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik
82
terhadap dirinya ataupun pihak lain.
Berdasarkan kedua pendapat btersebut,
disimpulkan jujur artinya perilaku manusia yang lurus
hati tidak berbohong (misalnya dengan berkata apa
adanya); tidak curang (misalnya dalam permainan,
dengan mengikuti aturan yang berlaku) tulus; ikhlas
berbudi mulia dan tentunya beriman.
c. Berilmu
Muzzam (2013: 3) mengemukakan bahwa ilmu
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu. Sejalan dengan yang dikemukakan
Enstein “ilmu tanpa agama adalah buta” sedangkan
“agama tanpa ilmu adalah lumpuh”.
Berdasarkan uraian pendapat tersebut disimpulkan
Ilmu adalah kemampuan seseorang dalam memahami
konsep pengetahuan yang diperoleh dengan sebenar-
benarnya dan sesuai menurut kaidah-kaidah yang telah
ditemukan.

d. Tanggung jawab
Tanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia
adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.
Anonimus (2017: 2) mengemukakan bahwa Tanggung
jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya
sudah menjadi bagian hidup manusia, bahwa setiap
manusia dibebani dengan tanggung jawab.
Berdasarkan uraian pendapat tersebut disimpulkan
tanggung jawab adalah sikap dan perbuatan individu baik
yang nampak maupun yang tidak nampak dan siap
menanggung segala dampak dari perbuatannya tersebut.
e. Literasi
Menurut Sulzby (1986)
https://www.dosenpendidikan.com/pengertian -
literasi-menurut-para ahli-tujuan-manfaat-jenis-
prinsip/. Literasi adalah kemampuan berbahasa yang
83
dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi (membaca,
berbicara, menyimak, dan menulis) dengan cara yang
berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan
secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan menulis
dan membaca. Sedangkan Graff (2006) https://
www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-literasi-
adalah.html arti literasi adalah suatu kemampuan dalam
diri seseorang untuk menulis dan membaca dan
mengkomunikasikan.
Berdasarkan uraian pendapat tersebut,
disimpulkan bahwa Literasi adalah kemampuan dalam
membaca, menulis, menyimak, dan berhitung sehingga
dapat mengkomunikasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara efektif kepada orang lain.

Gerakan KKBK
Gerakan KKBK adalah kegiatan yang menyediakan
keperluan mendesak peserta didik berupa alat tulis
menulis, minuman dan makanan kecil, Gerakan KKBK
tidak ada yang berlaku sebagai penjual dan tidak dijaga
maupun diawasi. Alat tulis menulis dan minuman atau
makanan diletakkan pada rak yang sudah disediakan di
kelas masing-masing, selain itu juga tersersedia kotak
uang serta buku jujur dan polpen jujur, kotak uang
berguna untuk meletakkan pembayaran dari peserta
didik yang membutuhkan alat tulis, minuman atau
makanan. Jika ada kembaliannya, peserta didik
mengambil dan menukar uang kembaliannya dari kotak
jujur tersebut.
Sementara buku jujur dan polpen jujur digunakan
peserta didik untuk menuliskan nama barang yang
peserta didik butuhkan beserta harganya. Kesadaran
peseta didik dituntut untuk melakukan transaksi/jual beli
dengan membayar dan mengambil uang kembaliannya,
tidak harus dijaga oleh Guru dan peserta didik lainnya
dan dilanjutkan dengan kemampuan peserta didik
menceritakan dan mengkomunuikasikan kepada teman-
temannya pengalamannya menjadi penanggung jawab
Gerakan KKBK. Motto yang dikembangkan pada
84
Gerakan KKBK adalah Allah Melihat Malaikat Mencatat.
Tujuan utama adalah mengukur keberanian,
kejujuran, berilmu, bertanggungjawab dan literasi peseta
didik sehingga dengan pengalaman tersebut peserta didik
diharapkan menjadi warga masyarakat yang jujur
kedepannya. Gerakan KKBK adalah bentuk program
kegiatan sekolah menerapkan karakter yang ditanamkan
sejak dini. Untuk itu dengan berbagai upaya kita terus
menumbuh kembangkan karakter peserta didik dan
warga sekolah demi mencapai tujuan pendidikan
nasional menciptakan generasi bangsa yang berilmu dan
berahlak mulia.
Kondisi awal karakter peserta didik di SDN No. 44
Hulontalangi masih perlu dioptimalkan seperti karakter
berani, jujur, berilmu, tanggung jawab, dan lain-lainnya
masih belum berkembang dengan baik. Selain itu peserta
didik belum terbiasa dengan literasi sehingga
pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik
masih rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh tentang hasil
belajar peserta didik, nampak bahwa setiap semester
terdapat peserta didik yang tidak tuntas pada Aspek
Pengetahuan utamanya pada aspek sikap dan aspek
ketrampilan. Berikut adalah data observasi hasil belajar
peserta didik pada semester genap tahun pelajaran
2016/2017.

Tabel 1. Data Hasil Belajar Peserta Didik (Aspek


Pengetahun) SDN 44 Hulontalangi
No Kelas Tuntas Tidak Tuntas Jumlah
1 I 78% 22% 100%
2 II 82% 18% 100%
3 III 80% 20% 100%
4 IV 76% 24% 100%
5 V 82% 18% 100%
6 VI 84% 16% 100%

Tabel 2. Data Sebagian Karakter Peserta Didik ( Aspek


Sikap) SDN 44 Hulontalangi
85
No Kelas Berani Jujur Tanggung
jawab
1 I 35% 78% 54%
2 II 30% 75% 58%
3 III 35% 72% 55%
4 IV 42% 65% 50%
5 V 54% 68% 50%
6 VI 56% 64% 55%

Tabel 3. Data Sebagian Karakter Peserta Didik ( Aspek


Ketrampilan ) SDN 44 Hulontalangi
No Kelas Berilmu Literasi
1 I 54% 35%
2 II 68% 30%
3 III 65% 35%
4 IV 70% 42%
5 V 70% 54%
6 VI 68% 56%

Berdasarkan table 1, 2 dan 3 dapat dikemukakan


bahwa hasil belajar dan karakter peserta didik masih
harus dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan nyata
dalam pelaksanaan pembelajaran.

Pelaksanaan Gerakan KKBK


Ilustrasi ketika peserta didik membutuhkan satu
jenis barang, peserta didik meletakan uangnya dikotak
uang dan jika ada uang kembalian peserta didik dapat
mengambil sendiri sisa uang tersebut. Lalu mencatat apa
yang dia beli.

86
Gambar 1. Kotak Uang, Buku Jujur, Polpen Jujur

Gerakan KKBK tersedia di depan kelas masing


masing. Gerakan KKBK menggunakan konsep terbuka.
Mereka meletakkan beragam barang kebutuhan
mendesak peserta didik dirak lemari yang sudah
disediakan di depan kelas dan barang-barang disusun
dengan rapi. Peserta didik dapat mengambil kebutuhan
yang dibutuhkan dan meletakkan uang sesuai dengan
harga yang tercatat pada barang tersebut. Peserta didik
dapat memilih barang yang dibutuhkan.

Gambar 2. Gerakan KKBK

87
Gambar 3. Definisi Gerakan KKBK

Gerakan KKBK adalah program karakter dan


literasi yang diarahkan ke sekolah. Pada dasarnya
Gerakan KKBK arahnya ke peserta didik bukan hanya
karakter akhlak, moral, dan budi pekerti yang
ditanamkan, tetapi kemampuan Literasi juga yang
dikembangkan, Gerakan KKBK juga dilengkapi dengan
Motto yang sengaja dicetak dalam bentuk pengumuman
atau berupa poster, spanduk dan media pendukung
lainnya.
Selanjutnya secara operasional teknik yang
digunakan dalam pelaksanaan Gerakan KKBK diuraikan
sebagai berikut: https://www.youtube.com
/watch?v=pOwF8c8YESI&t=102s

1. Peserta didik yang ingin memenuhi kebutuhannya di


kelas dapat Gerakan Gerakan

mengambil sendiri KKBK KKBK

barang yang
dibutuhkan.
Umumnya barang
yang tersedia adalah
barang kebutuhan
peserta didik yang
mendesak dalam
proses pembelajaran.
Gambar 4. Pengembangan Karakter Berani

88
2. Selanjutnya peserta
didik memilih dan
menentukan barang
yang dibutuhkan serta
menuliskan barang
tersebut pada buku
jujur

Gambar 5. Pengembangan Karakter Tanggung Jawab dan Jujur

3. Langkah selanjutnya
peserta didik
membayar harga
barang sesuai dengan
harga yang tertera
pada barang tersebut
dan meletakan uang
tersebut kedalam kotak
uang dan mengambil
sendiri uang
kembaliannya. Gambar 6. Pengembangan Karakter Jujur

4. Setiap hari secara


bergilir peserta didik
diberi tugas menjadi
penanggung jawab
pada gerakan ini dari
mengatur barang
hingga menghitung
jumlah barang dan
uang setelah pulang
sekolah.

Gambar 7. Pengembangan Karakter Tanggung Jawab dan Literasi

89
5. Pada besok harinya peserta
didik yang menjadi
penanggung jawab
melaporkan/menceritakan di
depan kelas kepada teman-
teman tentang
pengalamannya menjadi
penanggung jawab Gerakan
KKBK
Gambar 8. Pengembangan Karakter Berani dan Literasi

6. Kegiatan ini oleh guru


diintegrasikan kesemua
mata pelajaran
penguatan utamanyan
pada Bahasa Indonesia
dan Matematika yang
ada hubungan dengan
standar kompetensi/
kompetensi dasar/
Materi pembelajaran (
Berilmu)
Gambar 9. Pengembangan Karakter pada Keilmuan

Hasil yang diperoleh dan manfaat yang dirasakan


oleh warga sekolah dalam pelaksanaan Gerakan KKBK
diantaranya; 1) dengan adanya Gerakan KKBK dapat
membantu ketersedian setiap keperluan peserta didik,
contohnya apabila ada peserta didik yang tidak memiliki
polpen tidak perlu lagi jauh-jauh pergi kekantin karena
telah tersedia di kelas, 2) penerapan Gerakan KKBK
melatih peserta didik berprilaku jujur, melatih untuk taat
dan patuh terhadap norma, tata tertib dan ketentuan
yang berlaku baik di sekolah maupun di masyarakat, 3)
selain itu juga dapat membantu peserta didik dalam
belajar mengelola keuangan kelas dan
mengomunikasikan (literasi) pengalaman menjadi
penanggungjawab dalam gerakan ini, 4) pembantu guru
menanamkan karakter peserta didik dan membantu
90
dalam proses pembelajaran karena dapat diintegrasikan
pada semua mata pelajaran dan penguatannya lebih pada
Bahasa Indonesia dan Matematika yang berkesesuaian
dengan materi, 5) peserta didik terlatih untuk jujur dan
bertanggungjawab dalam setiap tindakan sehingga
terbentuk sikap Tanggung jawab pada kepedulian
lingkungan dan berprilaku jujur di sekolah, 6) peserta
didik semakin termotivasi keberaniannya seperti
menjadi imam dalam sholat dhuha, 7) peserta didik
semakin hebat dalam berinteraksi dengan stakeholder
sehingga berhasil meraih predikat sekolah sehat, 8)
peserta semakin kreatif dalam mengelola wirausaha
dengan bimbingan guru dan orang tua sehingga berhasil
mendaur ulang bahan bekas menjadi sebuah kerajinan
bernilai tinggi, 9) telah menghasilkan peserta didik yang
tidak lagi bermasalah karena kontrol yang rutin
dilakukan oleh pihak sekolah dengan pihak orang
tua peserta didik, 10) melatih Guru dan peserta didik
berwirausaha.
Dampak pelaksanaan Gerakan KKBK di SDN
Nomor 44 Hulondhalangi adalah memberikan nilai-nilai
penting sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah; 1) mengembangkan kemampuan
dalam kepemimpinan terutama dalam pelaksanaan
inovasi-inovasi pada bidang pendidikan; 2)
meningkatkan integritas kepala sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan
pendidikan berbasis karakter
2. Guru; 1) memotivasi guru untuk selalu meningkatkan
kinerjanya dalam pelaksanaan pembelajaran; 2)
memudahkan guru dalam pembinaan dan
pengembangan karakter peserta didik di lingkungan
sekolah; 3) meningkatkan kerjasama guru dalam
pelaksanaan pembelajaran; 4) memberikan
pembelajaran bagi guru tentang pentingnya
pengembangan karakter peserta didik melalui
kegiatan nyata
3. Peserta Didik; 1) gerakan kantin kelas berbasis
karakter ini telah dapat mengembangkan karakter
91
siswa pada aspek: berperilaku berani, jujur, berilmu,
tanggung jawab dan literasi.
Gerakan KKBK di SDN Nomor 44 Hulondalangi
Kota Gorontalo telah berhasil dilaksanakan dan
memberikan banyak manfaat kepada komunitas sekolah.
Direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1) Dinas
Pendidikan Kota Gorontalo dapat mengadopsi gerakan
KKBK untuk diterapkan secara local di seluruh satuan
pendidikan di Kota Gorontalo yang penerapannya bukan
hanya untuk peserta didik tapi untuk guru dan
komunitas lainnya di sekolah, 2) Kepala Sekolah
seyogyanya secara terus menerus meningkatkan
kinerjanya dalam memimpin satuan pendidikan, karena
keberhasilan pendidikan tergantung dari
keberhasilannya mengembangkan inovasi-inovasi dalam
pengelolaan sekolah. Gerakan KKBK ini dapat
dikembangkan pada aspek-aspek tertentu dengan
melihat kelemahan-kelemahan pelaksanaannya, 3) guru
seyogyanya meningkatkan kerjasama dalam
mengembangkan Gerakan KKBK, karena gerakan ini
telah terbukti meningkatkan karakter perserta didik
dalam proses pembelajaran, 4) peserta didik seyogyanya
mentaati peraturan sekolah dan berusaha memanfaatkan
gerakan KKBK yang dilaksanakan oleh sekolah dalam
melatih dan mengembangkan karakternya dalam
pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menulis karya kreatif, semoga
bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

92
Daftar Pustaka
Anonimus. 2017. Kumpulan teori skripsi.
http://kumpulan-teori-skripsi.
blogspot.com/2017/11/teori-tanggung-jawab.html
Sulzby (1986)
https://www.dosenpendidikan.com/pengertian-
literasi-menurut-para-ahli-tujuan-manfaat-jenis-
prinsip/
Graff (2006).
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-
literasi-adalah. html
Irons, Peter. 2003. Keberanian Mereka yang Berpendirian.
Bandung: Angkasa
Kesuma Dharma. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori
dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik.
Yogyakarta. Pustaka Pel
Muzzam. 2013. Makalah Hakikat Ilmu dan jenis-jenisnya
https://muzzam.
wordpress.com/2013/09/28/makalah-hakikat-
ilmu/
Prasetyo Eko. 2015. Hakikat tentang seorang Pemberani
https://www.
kompasiana.com/prasetyo_pirates/5535ba9f6ea8
341a2cda430c/hakiat-tentang-pemberani

93
Tentang Penulis:
Jeni S Kumisi, M.Pd, dilahirkan
di Bonepantai pada
tanggal 12 Agustus 1971.
Pendidikan Sekolah Dasar
ditamatkan di SDN 1 Taludaa pada
tahun 1985. Melanjutkan
pendidikan menengah pertama di
SMP Taludaa, tamat tahun 1987.
Setelah itu melanjutkan di SPG
Negeri 1 Gorontalo, tamat tahun
1990. Pada tahun 1991 melanjutkan studi D2 PGSD di
Ikip Manado, tamat tahun 1994. Pada tahun 2007
melanjutkan S1 di Universitas Terbuka Gorontalo,
Tamat tahun 2009. Selanjutnya menyelesaikan studi S2
Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri
Gorontalo tamat pada tahun 2015. Kontak Person
081244100095

94
OPTIMALISASI LORONG KELAS
MENJADI LORONG LITERASI
Walisa Tri Agustiningsih
Kepala SD Negari Tugu Utara 19 Jakarta Utara
Email : walisa3a@gmail.com

Pentingnya Optimalisasi Sarana dan Prasarana


Sekolah
Literasi adalah salah satu kemampuan penting dan
utama bagi peserta didik. Pentingnya literasi pada abad
ke-21 sekarang bagi peserta didik di sekolah terlihat dari
dukungan pemerintah dengan mulai diwujudkannya
Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS di Sekolah Dasar
(SD) dilaksanakan secara bertahap dengan
mempertimbangkan kesiapan masing-masing sekolah.
Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas fisik sekolah
dalam hal ini sarana dan prasarana yang tersedia
(ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana literasi),
kesiapan warga sekolah (peserta didik, tenaga guru atau
pendidik, orang tua dan komponen masyarakat lain), dan
kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik,
dukungan kelembagaan dan kebijakan yang relevan).
(Sambodo. 2019: 20). Sarana dan prasarana yang tersedia
dan mendukung sangat berpengaruh pada
keterlaksanaan program sekolah.
Berbicara mengenai literasi dalam konteks GLS
adalah kemampuan untuk mengakses, memahami, dan
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai
kegiatan, termasuk membaca, melihat, mendengarkan,
menulis, dan atau berbicara. Berdasarkan kebijakan atau
peraturan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan tertuang dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23

95
tahun 2015 tentang tumbuhnya karakter di mana
implikasi gerakan literasi yang harus dilaksanakan di
setiap sekolah disebut dengan gerakan literasi sekolah.
(Faizah. 2016: iii). Gerakan Literasi Sekolah memperkuat
gerakan pengembangan karakter yang sekarang dikenal
sebagai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Berbicara tentang masalah utama dan situasi
dalam kepemimpinan yang penulis hadapi saat ini di
sekolah, salah satunya adalah kemampuan peserta didik
dalam hal membaca. Setidaknya meningkatkan minat
baca anak-anak, yang belum didukung oleh program
sekolah dan juga oleh orang tua di rumah. Sehingga
tingkat keaksaraan atau literasi baca tulis peserta didik
sangat kurang. Penulis mengimplementasikan isu atau
masalah yang dihadapi disekolah tersebut dalam bentuk
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu untuk
mengoptimalkan koridor kelas atau pengaturan koridor
setiap lantai, dimana lorong kelas yang sebelumnya berisi
lemari guru yang berantakan sehingga dapat digunakan
menjadi lorong literasi yang berfungsi sebagai tempat
menunggu siswa yang paralel (siswa kelas 1 dan 2) yaitu
siswa yang menunggu shift jam belajar selanjutnya untuk
masuk ke kelas, mereka bisa menunggu sambil
membaca buku di koridor atau lorong literasi. Hal ini
terkait erat dengan peningkatan kemampuan membaca
atau literasi siswa (Gerakan Literasi Sekolah) dengan
melakukan pembiasaan membaca di samping kegiatan
membaca 15 menit sebelum dimulainya waktu belajar.
Permasalahan yang paling utama di sekolah
penulis di atas adalah optimalisasi pemanfaatan lorong
kelas menjadi lorong literasi yang berfungsi maksimal
dan mempunyai nilai kebermanfaatan yang tinggi untuk
peserta didik dan tentunya bagi bapak ibu guru. Kondisi
tersebut menuntut kepala sekolah untuk menerapkan
prinsip kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi
salah satu ciri dari kepala sekolah sebagai pemimpin
perubahan dimana mampu membawa atau membuat
perubahan agar lebih bermanfaat dan pembelajaran di
sekolah menjadi bermanfaat. (Cahyono. dkk, 2019: 1).
96
Selain menjadi seorang pemimpin perubahan, kepala
sekolah harus memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan
selalu tidak puas dengan apa yang dicapainya dalam
mengembangkan, mengelola sekolah dan dapat
mencapai keberhasilan sekolah. (Suwithi. 2019: 2).
Sehingga seorang pemimpin perubahan dalam hal
seorang kepala sekolah harus mampu berkreasi dan
berinovasi tanpa henti, karena dengan berkreasi dan
berinovasilah semua peluang dapat diperolehnya.
Situasi dan permasalahan di sekolah berkaitan
dengan kemampuan membaca peserta didik yang rendah
dan dibutuhkan sarana prasarana yang optimal di
sekolah guna mendukung GLS. Dari permasalahan
tersebut maka diperlukan solusi berupa optimalisasi
lorong kelas menjadi lorong literasi bertujuan sebagai
ruang baca terbuka yang dapat meningkatkan
pembiasaan kemampuan membaca (literacy habit) peserta
didik SDN Tugu Utara 19 Jakarta. Sedangkan manfaat
yang akan diperoleh adalah meningkatkan literasi dalam
hal minat dan kemampuan membaca peserta didik,
penggunaan waktu luang yang positif dan terjalin
kelekatan emosi dan komunikasi antara peserta didik dan
guru SDN Tugu Utara 19 Jakarta.

Strategi Optimalisasi Lorong Kelas Menjadi Lorong


Literasi
Gerakan Literasi Sekolah atau keterbacaan literasi
sebagai pembelajaran penting kompetensi di Abad 21
dan bagaimana menata fasilitas dan infrastruktur
sekolah sebagai bentuk implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah dalam bentuk pemanfaatan atau
optimalisasi area membaca. Dalam buku Panduan
Pemanfaatan dan Pengembangan Sudut Baca Kelas dan
Area Baca Sekolah di SD dijelaskan bahwa setidaknya
sekolah mampu mengakomodasi ruang yang dapat
diubah menjadi ruang baca yang tepat untuk peserta
didik di setiap sudut atau koridor kelas. (Kemdikbud.
2017: 19).
Berdasarkan fakta dan kebutuhan tersebut
97
dibuatlah solusi optimalisasi lorong kelas menjadi
Lorong Literasi (Cognitive Corridor). Tujuan dari
program ini adalah mengoptimalisasi lorong kelas yang
tidak berfungsi optimal menjadi lorong literasi yang
mempunyai fungsi untuk meningkatkan pembiasaan
membaca peserta didik di sekolah.
Sementara dalam jangka panjang, hasil yang
diinginkan bukan hanya memiliki kebiasaan membaca
tetapi dapat meningkatkan minat peserta didik dalam
membaca. Peserta didik memiliki kesempatan untuk
menggunakan waktu luang secara lebih efektif dan lebih
banyak interaksi antara guru dan peserta didik. Kepala
sekolah memungkinkan untuk mengoptimalkan
penggunaan lorong atau koridor sekolah menjadi area
membaca. Dalam Buku Panduan tentang Penggunaan
dan Pengembangan Sudut Baca Kelas dan Area Baca
Sekolah untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di
Sekolah Dasar bahwa pemahaman tentang Area
Membaca Sekolah adalah suatu tempat atau area di
dalam sekolah atau di luar kelas yang diatur sedemikian
rupa untuk mengakomodasi kegiatan membaca
menumbuhkan minat membaca peserta didik.
Lorong literasi ini dibuat berdasarkan kondisi
aktual koridor kelas di sekolah yang sebelumnya
dipenuhi dengan lemari guru yang berada di luar dan
sangat berantakan. Dengan mengoptimalkan penggunaan
koridor atau lorong menjadi lorong yang bermanfaat dan
memiliki fungsi sebagai ruang tunggu peserta didik
sebelum jam belajar paralel dimulai, dan juga merupakan
salah satu cara dan upaya untuk mendorong kebiasaan
membaca siswa.

Hasil dan Dampak


Hasil Lorong Literasi di sekolah terlihat dengan
adanya perubahan awal sebelum, proses dan setelah
perubahan optimalisasi penggunaan lorong kelas
menjadi lorong literasi. Lorong literasi merupakan salah
satu inovasi literasi yang dikembangkan di SDN Tugu
Utara 19 Jakarta.
98
Gambar 1a. Gambar Sebelum Lorong Literasi Gambar 1b. Gambar Proses Lorong Literasi

Pada gambar 1a dapat dilihat lorong kelas sebelum


menjadi lorong baca literasi, dimana hanya berisi lemari
guru yang tidak digunakan. Sedangkan pada gambar 1b
adalah proses perubahan lorong kelas menjadi lorong
baca literasi. Dari tahapan membuat sketsa, merapihkan
lorong dengan memindahkan lemari-lemari guru yang
sudah tidak digunakan dan menseting lorong kelas
menjadi lorong baca literasi yang ramah anak.

Gambar 1c. Gambar Proses Lorong Literasi

Pada gambar 1c adalah lorong kelas yang telah


diubah menjadi lorong baca literasi. Dari gambar
99
sebelum-proses-sesudah memperlihatkan proses
pembuatan lorong kelas menjadi lorong literasi dimana
terlihat adanya perubahan dari lorong kelas yang berisi
lemari-lemari guru yang tidak terpakai, dilanjutkan
pembuatan sketsa dan pengaturan serta penataan lorong
menjadi lorong baca literasi yang bermanfaat untuk
kegiatan literasi peserta didik di SDN Tugu Utara 19
Jakarta.
Setelah penataan lorong kelas menjadi lorong baca
literasi selesai, maka lorong baca literasi bisa digunakan
untuk peserta didik dalam kegiatan literasi bersama
teman dan bapak ibu guru kelas. Berikut adalah aktivitas
peserta didik di lorong baca literasi. Aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan di lorong baca literasi akan
dijelaskan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2a. Rak Buku Berisi Buku Cerita Anak di Lorong Literasi

Pada Gambar 2a terlihat gambar adanya


penempatan rak buku yang berisi buku cerita anak. Buku
cerita anak disesuaikan dengan usia peserta didik usia
Sekolah Dasar.

100
Gambar 2b. Membaca Buku Bersama Gambar 2c. Menonton Film Anak Bersama

Berdasarkan gambar 2b dan 2c berupa aktifitas di


lorong literasi, peserta didik memanfaatkan lorong
literasi untuk kegiatan literasi sebelum atau saat jam
istirahat berlangsung dengan membaca buku anak yang
telah disediakan atau menonton film pendidikan daan
menonton film atau cerita anak dengan bimbingan guru.
Adapun aktifitas atau kegiatan di lorong literasi dapat
dilihat di :
Link video youtube:
https://www.youtube.com/watch?v=AQ9ZVO6Ji-U_
Kegiatan di Lorong Literasi kelas SDN Tugu Utara 19
Bukti transformasi atau perubahan dari lorong
literasi ini adalah adanya perubahan lorong kelas di
sekolah yang berubah menjadi lorong literasi (Cognitive
Corridor), di mana bukti dari perubahan ini dapat dilihat
langsung pada hasil akhir atau keluaran yaitu : (1)
Penataan koridor atau lorong kelas yang sebelumnya
berisi lemari guru yang tidak terpakai menjadi tempat
baca peserta didik, (2) Lorong literasi sebagai ruang
tunggu dan ruang baca terbuka, (3) Tersedianya buku
cerita anak, dan (4) Menonton cerita anak bersama guru.
Hasil capaian yang diperoleh dari lorong literasi
adalah sebagai berikut : (1) Peningkatan minat peserta
didik dalam membaca, (2) Kesempatan peserta didik
untuk menggunakan waktu luang lebih efektif dan lebih

101
banyak interaksi antara guru dan peserta didik. Hasil
capaian kegiatan di lorong literasi dapat dilihat di :
Link video youtube:
https://www.youtube.com/watch?v=R9sBx-nW1aM_
Lorong Literasi SDN Tugu Utara 19
http://www.youtube.com/watch?v=NnI2HdBijOs _
Kegiatan Menonton Film Cerita Rakyat Kelas I di Lorong
Literasi SDN Tugu Utara 19

Evaluasi dan Tindak Lanjut


Evaluasi dan tindak lanjut dalam bentuk laporan
umpan balik, berupa laporan bertahap dari awal - proses
– tahap akhir. Evaluasi dan umpan balik ini didapat dari
guru dan tenaga kependidikan di SDN Tugu Utara 19.
Evaluasi dan umpan balik dalam bentuk kuesioner
mengenai hasil dan implementasi lorong literasi di
sekolah. Serta saran dan masukan dari guru dan tenaga
kependidikan untuk kelanjutan proyek atau masukan
untuk gagasan proyek lainnya di masa depan. Adapun
evaluasi tanggapan jawaban kuesioner guru dan tenaga
kependidikan dalam bentuk google form survey :
http://gg.gg/KUESIONER-LORONG-LITERASI
Hasil survei yang diberikan dalam bentuk
kuesioner kepada guru dan tenaga kependidikan
sebanyak 26 orang. Adapun hasilnya adalah sebagai
berikut:

1. Apakah anda senang dengan adanya Cognitive


Corridor (Lorong Literasi) di Lantai 2 Sekolah
30

20

10 100 % 0%
0
Grafik Kuesioner Lorong Literasi
YA TIDAK

Grafik 1. Jawaban Kuesioner Nomor 1

Pertanyaan pertama adalah tentang keberadaan


lorong literasi (Cognitive Corridor) di sekolah. Guru dan
tenaga kependidikan sebanyak 26 responden, 100%

102
menjawab respon Ya dengan kata lain mereka senang
dengan adanya lorong literasi di sekolah.

2. Menjadikan lorong kelas yang tidak terpakai menjadi


Cognitive Corridor (Lorong Literasi) merupakan inovasi
dan kreatifitas Kepala Sekolah
30
20 100 % 0%
10
0
Grafik Kuesioner Lorong Literasi
YA TIDAK

Grafik 2. Jawaban Kuesioner Nomor 2

Pertanyaan ke-2 adalah pendapat guru dan tenaga


kependidikan tentang mengubah lorong kelas menjadi
lorong literasi sebagai salah satu inovasi atau kreatifitas
kepala sekolah. Sebanyak 26 guru dan tenaga
kependidikan menjawab Ya dengan persentase 100%.
Bahwa mereka sangat puas tentang perubahan koridor
atau lorong kelas yang dahulu berisi lemari guru dan
sangat berantakan menjadi lorong literasi. Lorong literasi
memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah sebagai
ruang tunggu paralel untuk peserta didik (shift siang).
Adanya perubahan lorong kelas menjadi lorong literasi
menjadi terlihat lebih bersih dan rapi.

3. Guru dan peserta didik dapat memanfaatkan Cognitive


Corridor (Lorong Literasi) untuk kegiatan literasi selain
di dalam kelas
30
80,8 %
20
10
19,2 %
0
Grafik Kuesioner Lorong Literasi
YA TIDAK
Grafik 3. Jawaban Kuesioner Nomor 3

103
Pertanyaan ke-3 adalah tentang pemanfaatan
lorong literasi untuk kegiatan literasi selain di dalam
kelas. Hasil yang didapat adalah responden menjawab Ya
sebanyak 80,8% dan menjawab tidak 19,2%. Lokasi lorong
literasi berada di lantai 2 jadi peserta didik kelas 6 dan
sebagian kelas 5 yang kelasnya berada di lantai 3 belum
bisa maksimal menggunakan atau berkunjung ke lorong
literasi yang berada di lantai 2 sekolah. Selain itu karena
peserta didik kelas 6 sudah padat jadwal pembelajaran
sampai dengan siang hari, ini yang menjadikan kurang
partisipasinya peserta didik kelas 6 di lorong literasi
sekolah lantai 2.

4. Apakah menginginkan inovasi literasi berikutnya selain


Cognitive Corridor (Lorong Literasi)
30 100 %
25
20
15
10
0%
5
0
Grafik Kuesioner Lorong Literasi
YA TIDAK

Grafik 4. Jawaban Kuesioner Nomor 4

Pertanyaan ke-4 adalah berupa saran dan umpan


balik tinjauan keseluruhan tentang lorong literasi sekolah
berikutnya. Apakah menginginkan inovasi literasi
berikutnya atau tidak. Untuk jawaban semua responden
menjawab 100% dengan Ya. Maka dapat disimpulkan
bahwa guru dan tenaga kependidikan menginginkan
adanya inovasi berikutnya setelah lorong literasi yang
berfungsi juga sebagai sarana literasi untuk melakukan
kegiatan literasi di luar kelas. Inovasi yang mendukung
kegiatan literasi di sekolah dan dapat menumbuhkan
104
minat baca peserta didik. di SDN Tugu Utara 19 Jakarta.
Survei dalam bentuk kuesioner yang telah
diberikan oleh guru dan tenaga kependidikan dalam
bentuk isian google form di buatkan rekapan hasil.
Adapun hasil rekapitulasi dari evaluasi yang diberikan
berupa kuesioner kepada guru dan tenaga kependidikan
SDN Tugu Utara 19 berkenaan dengan adanya Lorong
Literasi di sekolah dapat dilihat dalam grafik di bawah
ini :

Grafik Hasil Kuesioner tentang Cognitive Corridor (Lorong


Literasi) SDN Tugu Utara 19
120
100 100 100
100
80,8
80
60
40
19,2
20
0 0 0
0
1. Apakah anda senang dengan 2. Menjadikan ruang lorong kelas 3. Guru dan peserta didik dapat 4. Apakah Menginginkan inovasi
adanya Cognitive Corridor ( Lorongyang tidak terpakai optimal menjadi memanfaatkan Cognitive Corridor literasi berikutnya disekolah, selain
Literasi) di lantai 2 sekolah Cognitive Corridor ( Lorong (Lorong Literasi) Untuk kegiatan Cognitive Corridor (Lorong
Literasi) merupakan salah satu literasi selain di dalam kelas Literasi)
inovasi dan kreativitas kepala
sekolah

MENJAWAB YA MENJAWAB TIDAK

Grafik 5. Grafik Rekapitulasi Hasil Kuesioner Lorong Literasi

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan


bahwa perubahan dalam bentuk optimalisasi lorong kelas
menjadi lorong literasi ini merupakan sebuah tantangan.
Ketika harus memilih prioritas perubahan yang harus
segera ditindaklanjuti di sekolah. Membuat strategi yang
pasti untuk mengimplementasikan program lorong
literasi yang akan berjalan di sekolah. Sehingga pada
kegiatan inti awal penulis mengkhususkan diri
membentuk tim inti literasi sekolah dan
mengikutsertakan dewan guru dan tenaga kependidikan
di SDN Tugu Utara 19 Jakarta. Peran wakil kepala sekolah
bidang kurikulum dan kesiswaan pun turut ikut serta
membantu dan melaksanakan program ini.

105
Pemilihan program lorong literasi ini
membutuhkan pemikiran yang panjang. Program ini
harus didukung oleh guru dan tenaga kependidikan serta
mudah dilaksanakan dan pemanfaatan atau nilai
penggunaan untuk guru dan peserta didik harus terlihat
dan bermanfaat. Pilihan fokus program ini terkait
dengan gerakan literasi sekolah yang sangat dianjurkan
oleh pemerintah. Gerakan literasi juga merupakan
komponen yang mendukung penguatan pendidikan
karakter peserta didik, termasuk kegiatan membaca buku
di sekolah. Didukung oleh sebuah ruangan yang terdapat
banyak lemari guru ditempatkan di luar ruang kelas atau
lebih tepatnya di setiap koridor atau lorong kelas.
Sehingga membuat koridor atau lorong terlihat sangat
berantakan dan tidak nyaman.
Pelaksanaan program lorong literasi berjalan
dengan lancar meskipun masih dibutuhkan banyak buku
cerita khusus untuk anak sekolah dasar yang akan
diletakkan di lorong literasi dan tempat atau lorong yang
kurang luas juga menjadi kendala. Diperlukan kegiatan
yang dimodifikasi atau jika waktu memungkinkan
peserta didik bias menonton film atau cerita anak-anak
dengan guru kelas mereka sambil menunggu giliran
mereka ke kelas sore hari.
Penulis menyadari bahwa ketika
mengimplementasikan lorong literasi ini banyak
tantangan dan kendala. Namun penulis selalu menerima
masukan serta saran positif kearah kebaikan atau
perubahan dari semua dewan guru dan tenaga
kependidikan. Membutuhkan kerja sama dan kerja tim,
berbagi pengalaman dan keterampilan yang positif dan
efisien dengan tujuan yang sama tentunya mampu
meningkatkan keterampilan literasi peserta didik di
tingkat pendidikan dasar.
Keterampilan yang dibutuhkan peserta didik
sekolah dasar awal adalah literasi yang mengembangkan
minat membaca sehingga dapat bersaing di abad ke-21
dalam hal keterampilan komunikasi yang baik dengan
siapa pun. Sebagai pemimpin yang menjadi agen
106
perubahan atau menjadi pemimpin pembelajar yang
inovatif dan kreatif. Semoga lorong literasi yang sudah
ada di sekolah kami dapat menginspirasi sekolah lain
untuk dapat memanfaatkan lorong kelas yang belum
dioptimalkan dan berdaya guna.
Program lorong literasi sudah dilaksanakan
dengan baik di sekolah. Saat ini guru juga telah mulai
memainkan peran aktif dalam kegiatan literasi baik di
kelas sebelum pembelajaran dimulai atau ketika peserta
didik sedang menunggu giliran kelas di lorong literasi.
Mengubah lorong kelas menjadi lorong literasi
membawa suasana yang lebih baik untuk peserta didik
dan guru. Peran aktif guru terlihat dengan mulai mencari
di internet dan mengunduh film atau cerita anak-anak
yang akan digunakan ketika menonton film bersama di
lorong literasi.
Rencana ke depan untuk kelanjutan program
lorong literasi di sekolah adalah membuat lorong literasi
berikutnya di lantai 3 untuk siswa di kelas 4, kelas 5 dan
kelas 6, membuat taman baca di halaman sekolah,
mengundang orang tua dan komite sekolah untuk
memainkan peran aktif dalam mendukung kegiatan
literasi sekolah dengan mengadakan sumbangan atau
donasi buku literasi yang menyumbangkan buku cerita
anak-anak yang layak sesuai dengan usia anak-anak
sekolah dasa. Serta menyebarkan virus keaksaraan
melalui lorong literasiyang bermakna di setiap sekolah
dimulai dengan sekolah terdekat atau wilayah gugus,
mengundang pendongeng anak ke sekolah sesuai jadwal,
melakukan tur dan kunjungan literasi (kegiatan rutin
bulanan siswa secara bergiliran per kelas mengunjungi
perpustakaan sekolah terdekat dengan bimbingan guru
kelas mereka), dan program satu cerita satu kelas,
dimana setiap guru kelas memberikan bimbingan dan
arahan kepada peserta didik kelas 1 sampai dengan kelas
6 di SDN Tugu Utara 19 Jakarta untuk mulai mencoba
membuat cerita pendek baik fiksi dan non-fiksi yang
akan digabungkan menjadi satu buku.
Akhirnya penulis menyampaikan ucapan terima
107
kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktorat
Pembinaan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menulis artikel
praktik baik (best practice) di sekolah berupa lorong
literasi. Semoga bermanfaat untuk kemajuan
pendidikan di tanah air. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Daftar Pustaka
Cahyono, Yuli, dkk. 2019. Kepemimpinan Perubahan
(MPPKS-PIM) (Modul Pelatihan Kepala Sekolah),
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Faizah, Dewi Utama,dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi
Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017.
Panduan Pemanfaatan dan Pengembangan Sudut Baca
Kelas dan Area Baca Sekolah Untuk Meningkatkan
Mutu Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sambodo, Djoko.2019. Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Sekolah (MPPKS-SAR) (Modul Pelatihan Penguatan
Kepala Sekolah), Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Suwithi, Ni Wayan. 2019. Pengembangan Kewirausahaan
(MPPKS-KWU) (Modul Pelatihan Penguatan Kepala
Sekolah), Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

108
Tentang Penulis:
Walisa Tri Agustiningsih, M.Pd,
dilahirkan di Jakarta pada
tanggal 16 Agustus 1981.
Pendidikan Sekolah Dasar
ditamatkan di SDN Cakung
Timur 04 Pagi Jakarta Timur
pada tahun 1993. Kemudian
melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMPN 262
Jakarta Timur, tamat tahun 1996.
Setelah itu melanjutkan pendidikan menengah atas di
SMUN 89 Jakarta Timur, tamat tahun 1999. Pada tahun
yang sama melanjutkan studi S1 Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jakarta,
tamat tahun 2004. Selanjutnya menyelesaikan studi S2
Magister Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana UNJ
Jakarta pada tahun 2015. Penulis saat ini bertugas sebagai
Kepala Sekolah di SDN Tugu Utara 19 Jakarta Provinsi
DKI Jakarta dari tahun 2016 sampai dengan sekarang.
Penulis merupakan Juara I Kepala Sekolah Dasar
Berprestasi tingkat Provinsi DKI Jakarta tahun 2019, dan
saat ini bergabung dengan Tim Penulis BKG Erlangga
membuat karya buku pelajaran “Hello Jakarta” Muatan
Lokal (Mulok) Bahasa Inggris untuk jenjang SD kelas 5.
Penulis adalah Instruktur Kota Kurikulum 2013 dari
2014 sampai dengan sekarang. Di tahun 2018 penulis
meraih juara I Lomba Presentasi Literasi Tingkat
Provinsi DKI Jakarta dan menjadi salah satu perwakilan
Kepala SD Negeri di Provinsi DKI Jakarta mendapatkan
beasiswa Shortcourse CESL (Certificate In Educational
Studies In Leadership) kerjasama UNJ-Jakarta, The Head
Foundation-Singapura dan The University of
Queensland-Australia dengan sistem pembelajaran
Blended-Learning selama 6 bulan. Telpon: 082111601171
walisa3a@gmail.com

109
PELAKSANAAN TAHFIDZ AL
QURAN MELALUI PROGRAM
SUPERCAMP

Alfian
SD Negeri 28 Peusangan, Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh
Email : alfianalehba83@gmail.com

Tahfidz Al Quran
Tahfidz Al-Qur’an adalah suatu prooses untuk
memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-
Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw diluar
kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta
dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan
ataupun sebagiannya dengan hafalan. Generasi muda dan
pelajar adalah bagian dari anggota masyarakat yang akan
menjadi pemimpin dimasa depan, serta pelaku
pembangunan pada masa yang akan datang. Peranan
sekolah dalam menciptakan generasi terbaik sangat
berpengaruh, karena lembaga sekolah dan guru
berfungsi mengarahkan, membimbing dan membina
potensi dasar yang ada pada manusia.
Dalam Islam, profil guru diantaranya penghafal Al
Quran dan hadits, berkepribadian islam, faqih fiddin,
menguasai keterampilan dan IPTEK, berakhlak mulia,
ahli ibadah, memahami tumbuh kembang anak, berjiwa
pendidik dan menjadi teladan. Baca tulis Al Quran dan
Tahfidz menjadi beberapa cara untuk menguatkan
karakter peserta didik dan melahirkan generasi unggul
yang qurani. Dalam salah satu hadistnya rasulullah
pernah bersabda bahwa “Sebaik-baik kalian adalah orang
yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR.
Bukhari). Selain itu, hadist tersebut juga menegaskan

110
keutamaan Al Quran yang harus dipelajari dengan
berbagai pendekatan, dibaca hingga dihafalkan,
kemudian diamalkan. Pembelajan Al Quran melalui
tahfid menjadi salah satu indicator perbaikan karakter
siswa dalam dunia pendidikan.

Pelaksanaan Tahfidz Al Quran


Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk
membangun dan meningkatkan mutu Sumber Daya
Manusia (SDM) menuju era globalisasi yang penuh
dengan tantangan, sehingga disadari bahwa pendidikan
merupakan sesuatu yang sangat fundamental bagi setiap
individu. Oleh karena itu, kegiatan pen-didikan tidak
dapat diabaikan begitu saja, terutama dalam era
persaingan industri 4.0 yang semakin ketat, tajam, berat
pada zaman milenial ini.Disamping kemampuan
kognitif, kemampuan afektif atau karakter juga
merupakan hal yang lebih penting.Pendidikan karakter
bukan hal baru dalam tradisi pendidikan di Indonesia.
Beberapa pendidik Indonesia modern yang kita kenal
seperti soekarno telah mencoba menerapkan semangat
pendidikan karakter sebagai pembentuk kepribadian dan
identitas bangsa yang bertujuan
menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
berkarakter.
Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin
mencerminkan tanggung jawab kepala sekolah untuk
menggerakkan seluruh Sumber Daya Manusia (SDM)
yang ada di sekolah, sehingga lahir etos kerja dan
produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan salah
satunya adalah pembentukan karakter siswa. Fungsi
kepemimpinan ini amat penting sebab disamping
sebagai penggerak juga berperan untuk melakukan
kontrol segala aktifitas guru (dalam rangka meningkatkan
professional mengajar), staf dan Peserta didik dan
sekaligus untuk meneliti persoalan-persoalan yang
timbul dilingkungan sekolah.
Untuk menjalankan tugasnya tersebut, seorang
kepala sekolah wajib memiliki 5 (lima) kompetensi yaitu
111
kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial. Berkaitandengan kompetensi
kewirausahaan sebagaimana yang termuat dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
Menurut Mutohar (2013: 354) seorang kepala sekolah
yang berjiwa kewirausahaan adalah mereka yang
memiliki keberanian, berjiwa kepahlawanan dan
mengembangkan cara-cara kerja yang mandiri.
Suyanto dan Abbas (20014: 169) juga menjelaskan
kompetensi kewirausahaan dalam lembaga pendidikan
mengandung dua pengertian dan penerapan, yaitu: 1)
upaya menerapkan nilai-nilai kewirausahaan dalam
mengelola lembaga pendidikan; 2) memanfaatkan
potensi yang dimiliki/dapat diupayakan oleh suatu
lembaga pendidikan.
Visi SD Negeri 28 Peusangan adalah Terwujudnya
sekolah unggul dalam prestasi berbasis IPTEK,
berlandaskan IMTAQ, berakhlak Mulia, Qurani, dan
peduli terhadap lingkungan. Pada visi Qurani, artinya
bagaimana sekolah bisa melahirkan generasi qurani,
Sekolah menjalankan program tahfidz dimana program
tahfidz Al Quran ini dapat menjadi program unggulan
sekolah. Hasil observasi dan wawancara dengan guru
agama agama, selama ini program tahfidz tidak berjalan
karena rendahnya minat siswa dalam menghafal . karena
mayoritas anak anak lebih senang bermain di dari pada
belajar dengan formal sehingga perlu adanya program
inovatif sekolah, Kompetensi kewirausahaan yang
dimiliki seorang kepala sekolah akan sangat menentukan
kegiatan inovasi sekolah yang dipimpinnya dalam rangka
pengembangan sekolah, dan peningkatan mutu sekolah.
Terlebih saat kepala sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan lainnya diajak untuk memperhatikan
perubahan yang terjadi pada sekolah, kian terpacu untuk
mengeksplorasi kewirausahaan sekolah, yang dapat
dimanfaatkan Peserta didik untuk memiliki
kemampuan/kompetensi yang memadai. Belajar
membaca dan menghafal Al Quran yang menyenangkan
112
tidak mudah dilakukan. Perlu berbagai cara agar
program belajar Al Quran tidak tersendat apalagi putus
ditengah jalan. Melalui Program Supercamp ini adalah
upaya Peningkatan motivasi Peserta didik dan
peningkatan hasilkelulusan peserta Tahfidz.Kegiatan ini
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut. Bagi
Sekolah. Sebagai bahan pertimbangan menyusun
program sekolah dan mementukan metode yang tepat
dalam pengembangan peserta didik.Bagi Kepala Sekolah.
kepala sekolah dapat dijadikan acuan untuk mengetahui
bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan
kompetensi kewirausahaan di sekolah.Bagi Guru. Sebagai
bahan informasi perencanaan, pelaksanaan program
Tahfidz melalui Program Quranic Supercamp di
sekolah.Bagi Peserta Didik. Peningkatan minat dan
Kemampuan Peserta didik Tahfidz melalui Program
Quranic Supercamp dapat menjadi alternatif dalam
meningkatkan lulusan Pesertadidik tahfidz di sekolah.

Dinas Pendidikan. Kepada Dinas Pendidikan dapat


menjadikan program inovasi ini sebagai acuan untuk
melakukan pelatihan Tahfidz bagi sekolah.

Pengertian Kepala Sekolah


Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah pada Bab I pasal
1 bahwa kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas
tambahan untuk memimpin dan mengelola satuan
pendidikan yang meliputi taman Kanak-Kanak (TK),
taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas (SMA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), atau Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) atau sekolah
Indonesia di Luar Negeri.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah jabatan
pimpinan, yaitu tenaga fungsional guru yang diberi tugas
113
dan tanggung jawab serta mempunyai ke-mampuan
untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada
suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara
maksimal untuk mencapai tujuan bersama.Kepala
sekolah dalam periode tertentu biasanya 4 (empat) tahun
memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil
keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan
sekolah. Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki kepala
sekolah dalam pengambilan keputusan perlu
dilaksanakan dengan demokratis antara lain dengan
melibatkan semua pihak, khususnya guru dan orang tua
murid,membentuk tim kecil di tingkat sekolah yang
diberi kewenangan untuk mengambil keputusan yang
relevan dengan tugasnya. Dan menjalin kerjasama
dengan organisasi di luar sekolah.

Peran Kepala sekolah


Peran kepala sekolah adalah mengelola
penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran
di sekolah.Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang
pendidikan haruslah mengetahui dan memahami serta
mengaplikasikan fungsi dan tugasnya dengan baik.Secara
lebih operasional tugas pokok kepala sekolah mencakup
kegiatan menggali dan mendayagunakan seluruh sumber
daya sekolah secara terpadu dalam kerangka pencapaian
tujuan sekolah.Jika seorang kepala sekolah mengetahui
secara jelas tugas pokok dan fungsinya, maka seterusnya
juga harus mampu mengembangkan konsep pelaksanaan
tugas tersebut secara baik, agar dinamika tugas yang
dilakukan berlangsung secara variatif dan didasarkan
pada situasi dan kondisinya.
Kepala sekolah sebagai penentu kebijakan di
sekolah harus memfungsikan perannya secara maksimal
dan mampu memimpin sekolah dengan bijak dan
terarah serta mengarah kepada pencapaian tujuan yang
maksimal demi meningkatkan kualitas dan mutu
pendidikan di sekolahnya yang tentu saja akan berimbas
pada kualitas lulusan anak didik, sehingga dapat
membanggakan dan mencapai masa depan yang cerah.
114
Sebagaimana yang dikatakan mantan Mendiknas
Bambang Sudibyo, bahwa kualitas Peserta didik lulusan
suatu sekolah ditentukan oleh mutu proses pengajaran
maupun pengelolaan sekolah secarakeseluruhan
(Trianto, 2008: 35-36).
Sejumlah pakar sepakat bahwa kepala sekolah
harus mampu melaksanakan pekerjaannya sesuai
kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman
sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor
serta mampu berperan sebagai leader, inovatordan
motivatordi sekolahnya, yang disingkat EMASLIM. Dan
berkembang menjadi EMASLIM karena kepala sekolah
juga sebagai pejabat formal.

Kompetensi Kepala Sekolah


Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
kepala sekolah yaitu: Kompetensi memiliki jiwa
kepemimpinan karena hubungan antara mutu
kepemimpinan kepala sekolah dengan berbagai aspek
kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya
sekolah, dan menurunnya perilaku nakal Peserta didik
sangat erat sekali. Disamping 5 (lima) kompetensi yaitu:
Kompetensi Kepribadian, managerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial.
Wacana menciptakan inovasidi sekolah tidak
terlepas dari peran kompetensi kewirausahaan kepala
sekolah tersebut. Kompetensi kewirausahaan yang
dimiliki seorang kepala sekolah akan sangat menentukan
kegiatan inovasi sekolah yang dipimpinnya dalam rangka
pengembangan sekolah, dan peningkatan mutu sekolah.
Terlebih saat kepala sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan lainnya diajak untuk memperhatikan
perubahan yang terjadi pada sekolah, kian terpacu untuk
mengeksplorasi kewirausahaan sekolah, yang dapat
dimanfaatkan Peserta didik untuk memiliki
kemampuan/kompetensi yang memadai.
Menurut Mulyasa, (20014: 38), yang dimaksud
dengan kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu
tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan
115
untuk menunjang keberhasilan. Hal itu menunjukkan
bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan sikap
dan apresiasi yang harus dimiliki kepala sekolah, untuk
dapat melaksanakan tugas sesuai dengan jenis pekerjaan
tertentu termasuk menciptakan inovasi-inovasi dan
program-program untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah

Program Supercamp
Belajar membaca dan menghafal Al Quran yang
menyenangkan tidak mudah dilakukan. Perlu berbagai
cara agar program belajar Al Quran tidak tersendat
apalagi putus ditengah jalan. Program Supercamp adalah
kegiatan untuk membantu para anak-anak untuk
senantiasa memuliakan Al Quran dalam kegiatan
membaca, menghafal dan mempelajari Al Quran dengan
menyenangkan di alam terbuka.Dengan metode yang
tidak boleh memaksa anak, kecuali dengan alasan
misalnya watak anak ‘pemalas’.
Depoter dan Hernacki (2010:6) mengatakan " Sejumlah
besar dari mereka mengikuti jejak sukses pertama
mereka dengan pengalaman mereka di Supercamp”.
Bobbi De Porter Mike Henarcki juga yang pertama kali
mengenalkan model pendidikan Quantum secara
terprogram dengan nama Supercamp yaitu sebuah
program pembelajaran dan pelatihan bagi Peserta didik
agar kecerdasannya bertambah dua kali lipat dari
sebelumnya. Supercamp menggabungkan Neuro
Linguistik Programming(NLP), sugestologi, accelerated
learning (teori pemercepatan belajar), dan beberapa
metode yang diciptakan sendiri oleh Bobbi DePorter.
Melalui Supercamp peserta didik lebih leluasa
memanifestasikan subyektifitasnya di perkemahan yang
sangat jarang ditemukan dalam praktik pendidikan
konvensional dalam kelas di sekolah.
Jika di dalam kelas subyektifitas peserta didik
tertekan oleh otoritas guru, maka di alam, guru dan
peserta didik dapat dengan leluasa menciptakan
hubungan yang lebih akrab satu sama lain. Dari
116
hubungan yang akrab ini lebih lanjut terjadi hubungan
emosional yang mendalam antara guru dengan peserta
didiknya. Dalam kondisi seperti ini, subyektifitas peserta
didik dengan sendirinya akan mengalir dalam diskusi
dengan guru di mana telah tercipta suasana belajar yang
kondusif.
Kurikulum di supercamp adalah kombinasi dari
berbagai unsur yang di kembangkan dari suatu falsafah
belajar dapat dan harus menyenangkan. Artinya yang
mendasari kurikulum ini adalah falsafah belajar efektif
dan belajar menyenangkan, dengan kata lain bahwa
proses belajar adalah seumur hidup yang dapat dilakukan
dengan menyenangkan dan berhasil.

Biasanya penerapan metode yang banyak di


gunakan dalam supercamp adalah penggunaan model
Quantum learning. Oleh karena itu dalam menerapkan
model quantum learning pada program supercamp,
games dan diskusi serta lingkungan belajar harus betul-
betul ditata sedemikian rupa agar membuat peserta
supercamp menjadi senang mengikuti semua materi
yang disampaikan. Karena pada dasarnya proses
pembelajar di supercamp itu adalah usaha untuk
membuat belajar menjadi menyenangkan, baik oleh
pembelajar maupun terhadap pebelajar, maka semua.
Selain itu, supercamp juga baik untuk merangsang
kecerdasan natural (naturalist intelligence) anak.Sebab,
membiarkan anak berada di ruang terbuka dan alam
bebas dapat mendorong anak mengetahui banyak
informasi dan pengetahuan tentang bentuk-bentuk alam
yang ada di sekitarnya.

117
Gambar 1. Kegiatan Tahfidz Supercamp

Berdasarkan evaluasi Kemampuan peserta didik dalam


program tahfidz yang rendah sehingga perlu merancang
program inovasi untuk meningkatkan kinerja guru dan
kemampuan Peserta didik dan itu merupakan salah satu
peran seorang kepala sekolah.Program awal sekolah
mereka akan diwisuda pada tahun depan namun jumlah
hafalan mereka sangat rendah Tahapan yang dilakukan
adalah berkolaborasi bersama semua guru serta komite
sekolah mengadakan rencana tindakan yang akan
dilakukan. Tindakan itu berupa menyusun program yang
sesuai dengan visi dan misi sekolah. Kegiatan ini dimulai
dengan merumuskan rancangan tindakan untuk
mewujudkan sekolah berkarakter yaitu dengan kegiatan
sebagai berikut.
1. Menetapkan jadual Kegiatan.
2. Mengkaji dan menganalisis permasalahan yang
terjadi di sekolah.
3. Kepala Sekolah menentukan agenda/ jadual rapat
dengan guru dan komite Sekolah untuk membahas
program inovasi yang akan di kembangkan di
sekolah.
4. Menyusun rancangan tindakan berupa program
inovasi kepala sekolah dalam meningkatkan

118
kemampuan tahfidzpeserta didik di SD Negeri 28
Peusangan.
5. Kepala sekolah, komite bersama Guru merancang
tahapan program Quantum learning model
Supercamp.
6. Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat
bagaimana kondisi awal warga sekolah ketika
pelaksanaan program. Lembar pengamatan ini
digunakan untuk mengetahui apakah rencana yang
disusun sudah sesuai dan tepat.
7. Menentukan dan menghubungi mitra kerja yang
sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kegiatan.
8. Memberdayakan dan menyiapkan guru non PNS
menjadi guru hafidz.
9. Merekrut siswa-siswi peserta hafidz
10. Menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan
11. Kegiatan Kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal yaitu
pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 dan
2018/2019 pada semester genap , dimulai awal bulan
januari 2018 sampai dengan akhir bulan Desember
2018.
12. Tim Diberi pemahaman tentang tahapan program
quranic supercamp
13. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jam pulang sekolah
selama 3 jam pada hari Sabtu pada 6 bulan pertama
semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Pada 6 bulan
berikut nya tahun ajaran 2018/2019 pada semester
genap kegiatan ini dilaksanakan pada hari sabtu jam
15.00 Wib sampai dengan hari minggu jam 12.00 wib
dengan pola siswa bermalam di sekolah.
14. Peserta tahfidz dalam program ini sebanyak 30 siswa.
15. Memantau kegiatan Peserta didik dalam
menghafal dan menyetor ayat .
16. Melaksanakan rancangan program inovasi yang telah
disusun dan disepakati oleh seluruh pihak sekolah.
17. Kepala Sekolahmelakukan melakukan monev sesuai
dengan instrumen observasi yang telah disusun.

119
18. Menetukan petugas piket kegiatan.

Gambar 2. Siswa Bersama Pembimbing Berpose.

Hal-hal yang dinilai dalam penulisan ini yaitu sejauh


mana pelaksanaan program tahfidz di SD Negeri 28
Peusangan telah dilaksanakan. Penilaian dilakukan
dengan inisiatif, objektif dan sistematis. Dalam kegiatan
ini penulis mencatat semua indikator dari hasil
pengamatan proses pelaksanaan program tahfid melalui
model supercamp. Keseluruhan hasil pengamatan
direkam dalam bentuk lembar pengamatan.

Gambar 3. Pengarahan Kegiatan Supercamp oleh Kepala Sekolah.

120
Berdasarkan perencanaan dan proses pelaksanaan
program kewirausahaan dalam menciptakan inovasi
yang berguna bagi pengembangan sekolah program
tahfidz di SD Negeri 28 Peusangan, maka hasil yang
dicapai adalah sebagai berikut.
1. Rencana pelaksanaan Tahfidz melalui Program
Supercamp di SD Negeri 28 Peusangan disusun dalam
bentukprogram inovasi kepala sekolah yang terukur
dan dapat dicapai.
2. Pelaksanaan program Tahfidz melalui Program
Supercamp di SD Negeri 28 Peusangan berjalan
dengan lancar dan sistematis sesuai dengan
perencanaan.
3. Hasil dari program inovasi kepala sekolah dalam
meningkatkan minat Peserta didik Tahfidz melalui
Program Supercamp di SD Negeri 28 Peusangan
sudah mampu meningkatkan kemampuan dengan
lulusnya 96,7% Peserta didik.

Gambar 4. Kegiatan Tahfidz pada malam hari

Program dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi


pengembangan sekolah program tahfidz melalui model
quranic supercamp di SD Negeri 28 Peusangan telah
dilaksanakan.
1. Kegiatan merencanakan berkaitan dengan menetapkan
tujuan dan strategi untuk mencapai tujuan. Yaitu

121
menetapkan jadual Kegiatan, mengkaji dan
menganalisis permasalahan yang terjadi di sekolah,
Kepala Sekolah menentukan agenda/ jadwal rapat
dengan guru, orang tua Peserta didik dan komite
Sekolah untuk membahas program inovasi yang akan
di kembangkan di sekolah, Menyusun rancangan
tindakan berupa program inovasi kepala sekolah
dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah program tahfidz melalui
program supercamp di SD Negeri 28 Peusangan.
Program Supercamp di SD Negeri 28 Peusangan
disusun dalam bentukprogram inovasi kepala sekolah
yang terukur dan dapat dicapai.
2. Berdasarkan tahapan perencanaan dan proses
pelaksanaan serta evaluasi program tahfidz melalui
model quranic supercamp di SD Negeri 28 Peusangan
dapat meningkatkan lulusan hafidz, Pelaksanaan
program Tahfidz melalui Program Quranic
Supercamp di SD Negeri 28 Peusangan berjalan
dengan lancar dan sistematis sesuai dengan
perencanaan.
3. Hasil dari program inovasi kepala sekolah dalam
meningkatkan Peningkatan Kemampuan Peserta didik
Tahfidz melalui Program Supercamp di SD Negeri 28
Peusangan sudah mampu meningkatkan kemampuan
dengan lulusnya 96,7% Peserta didik. Sudah tercapai
program dengan lulusnya, hanya 1 orang yang belum
tuntas.

Gambar 5. Wisuda Peserta Tahfidz Al Quran Angkatan Pertama

122
DAFTAR PUSTAKA
Depotter dan Hernacki. 2010 Quantum learning
membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan.
Bandung : Mizan.
Mulyasa. 2014.Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam
konteks menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Tirtanto. 2013. Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Rineka Cipta.

123
Tentang Penulis :
Alfian, M.Pd dilahir di Bireuen
Pendidikan Sekolah dasar di
tamatkan di MIN Krueng Baroe
Mesjid Pada tahun 1989,
Kemudian
melanjutkanpendidikan
menengah pertama di MTsS
Ulumuddin, Tamat tahun 1998,
Setelah itu melanjutkan
pendidikan menengahnatas di
SMA Negeri 2 Peusangan,tamat
tahun 2001, Tahun yang sama melanjutkan studi D- II
PGSD di Universitas Syish Kuala (Unsyiah) Banda Aceh
Tamat tahun 2004. Tahun 2006 melanjutkan lagi studi
S-1 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Serambi
Mekkah Banda Aceh, tamat tahun 2010, Selanjutnya
menyelesaikan S2 Administrasi Pendidikan Pasca Sarjana
Unsyiah pada tahun 2016. Kontak Person 085223432341.

124
TIM KEWIRAUSAHAAN
MENDUKUNG PEMBIAYAAN
SEKOLAH di SDN BUBUTAN IV
Sastro
Kepala SDN Bubutan IV Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur
Email:sastros729@gmail.com

Pentingnya Tim Kewirausahaan


Menurut letak geografisnya, seharusnya Sekolah
Dasar Negeri Bubutan IV Surabaya memiliki banyak
prestasi baik akademik maupun non akademik, karena
di dukung oleh lokasi yang berada di pusat kota, akses
transportasi yang cukup mudah, dekat dengan
pertokoan, fasilitas umum, pusat perbelanjaan, toko
buku, stasiun dan komunikasi yang mudah, serta
sarana yang menunjang dalam pembelajaran dapat
digunakan sebagai sumber belajar dan menunjang
kegiatan sekolah. Tetapi prestasi sekolah mengalami
penurunan sangat drastis utamanya dalam kurun
waktu tahun 2012 sampai dengan 2016, hampir tidak
ada prestasi baik akademik maupun non akademik
yang diperoleh.
Minimnya prestasi tidak terlepas dari sumber
daya manusia dan sumber pembiayaan. Sebuah
lembaga pendidikan yang sukses tidak terlepas dari
sokongan biaya pendidikan yang tinggi, karena pada
hakikatnya mutu pendidikan akan berbanding lurus
dengan biaya pendidikan yang dikeluarkan, semakin
tinggi dan mahal biaya pendidikan yang digunakan
dan dikeluarkan maka semakin baik pula layanan
pendidikan tersebut dan mampu menghasilkan
lulusan-lulusan yang bermutu dengan hasil belajar
yang tinggi. Sepertinya akan sulit merealisasikan mutu
125
pendidikan apabila tidak didukung oleh biaya
pendidikan yang tinggi pula.
Di sekolah ini sumber dana pendidikan berasal
dari Bantuan Opersional Sekolah Pusat dan Bantuan
Operasional Daerah. Jika dibandingkan dengan
kegiatan-kegiatan yang menjadi target sekolah maka
tidak imbang, sehingga perlu dibutuhkan pencarian
dana dari sumber lain. Berbagai upaya telah dilakukan
untuk peningkatan sumber dana sekolah adalah : (1)
membentuk paguyuban kelas, (2) Program donatur
bagi orang tua yang mampu,(3) forum ikatan
alumni,(4) program Tim Kewirausahaan,(5) kemitraan
dengan lembaga peduli pendidikan. Menurut
Suparyanto (2013: 5) berpendapat bahwa wirausahawan
merupakan orang yang dinamis senantiasa mencari
peluang, dan memanfaatkannya untuk menghasilkan
sesuatu yang mempunyai nilai tambah. Disisi lain juga
Kasmir (2006: 21) mendefinisikan kewirausahaan
sebagai kemampuan dalam menciptakan memerlukan
adanya kreativitas dan inovasi yang terus menerus
untuk menemukan sesuatu yang berbeda.
Dari beberapa upaya yang telah dilakukan,
upaya yang paling berhasil dilaksanakan dan sampai
tahun 2019 ini masih dilaksanakan dan merupakan
program unggulan di Sekolah adalah program
pembentukan tim Kewirausahaan.Tim ini didampingi
oleh guru pendamping yang diberi tugas dan dibekali
dengan ketrampilan kewirausahaan. Tim
kewirausahaan tersebut lebih lanjut dikenal dengan
Tim Kewirausahaan SDN Bubutan IV.
Program ini dilaksanakan sesuai dengan anak Usia
Sekolah Dasar secara umum karakteristik usia sekolah
dasar masih senang bermain, senang bekerja dalam
kelompok, senang bergerak dan melaksanakan sesuatu
secara langsung Faris Nur Khulafa (2017). Program
Tim Kewirausahaan ini dilaksanakan dengan cara
pembentukan tim Tim Kewirausahaan dibimbing guru
dan narasumber. Tim Kewirausahaan terdiri dari
divisi-divisi. Sebelum tim melakukan kegiatan Tim
126
Kewirausahaan diadakan pelatihan oleh narasumber.
Materi pelatihan disesuaikan dengan bidang divisi
proyek yang akan dilaksankan dalam usahanya. Ada
tujuh divisi dalam menjalankan program tersebut
yaitu: 1) divisi takakura, 2) komposter, 3) biopori, 4)
hidroponik, 5) pengolahan sampah, 6) makanan dan
minuman, serta 7) hemat energi.
Manfaat yang diperoleh dengan adanya
program Tim Kewirausahaan antara lain:
Bagi siswa
a. Menumbuhkan minat dan skill siswa dalam
bidang kewirausahaan
b. Siwa memiliki keterampilan dasar
kewirausahaan sebagai bekal kemandirian untuk
kehidupan kelak.
Bagi guru
a. Memberikan kebebasan guru dalam
menerapkan pembelajaran berbasis lingkungan.
c. Memotivasi guru dalam mengembangkan
Pendidikan Karakter.
d. Mendorong guru untuk menerapkan
keterampilan mengajar yang diharapkan pada
abad 21.
Bagi Sekolah
a. Mendukung pembiayaan kegiatan sekolah.
b. Sekolah lebih diminati masyarakat karena
program yang bermanfaat.
c. Meningkatkan image masyarakat terhadap
sekolah karena program kewirausahan belum
banyak dilakukan di Sekolah Dasar.

Prosedur dalam Pemecahan Masalah dari Tim


Kewirausahaan
Dalam pemecahan masalah dari program Tim
Kewirausahaan ini disusun melalui tiga tahapan, yaitu
tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, seperti
digambar dalam kerangka berpikir sebagai berikut

127
1. Pembiayaan Kegiatan
Sekolah Belum
Tercukupi Tim
2. Pembiayaan kegiatan Kewirausahaan
sekolah belum
mencukupi

Pelaksanaan
Perencanaan
1. Dibimbing oleh
1. Workshop /
pakar/narasumber
mengundang
2. Pemilihan kader
narasumber
3. Pembimbingan
2. Pembentukan Tim
4. Praktek kantin
3. Penyusunan
sekolah
program
5. Pembiayaan
4. Sosialisasi
6. Monitoring

Evaluasi

Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Program Tim Kewirausahaan

Pada tahap perencanaan terdapat beberapa


kegiatan yang dilakukan. Pertama, pembentukan tim
siswa dan guru dengan forum diskusi dewan guru.
Sehingga untuk mengembangkan kewirausahaan
dibutuhkan sebuah Motivasi, kenali peluang,
perencanaan dan operasional hingga perencanaan
strategi untuk dapat mengembangkan Kewirausahaan
siswa ( Suharyadi, 2007). Kedua, penyusunan program
paguyuban dilaksanakan melalui forum diskusi antara

128
kepala sekolah, guru, komite dan paguyuban sekolah.
Ketiga, sosialisasi. Program yang telah tersusun
disosialisasikan melalui berbagai sosial media seperti
instagram, facebook, web sekolah, buletin dan radio
sekolah. Program kewirausahaan yang telah tersusun
diharapkan dapat memberikan dampak positif kepada
seluruh warga sekolah. Tahap yang kedua adalah
pelaksanaan, kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini
ada empat tahap yaitu pemilihan kader,
pembimbingan, praktek kewirausahaan, dan
monitoring. Pada tahap pemilihan kader dilakukuan
dengan cara diskusi dewan guru. Dari 319 siswa pada
tahun 2018/2019 kader lingkungan yang terpilih
sebanyak 15% yang terdiri dari kelas IV dan V. Tahap
yang kedua adalah pembimbingan. Pembimbingan
dilaksanakan langsung oleh guru penangunggjawab
setiap Pokja dalam kewirausahaan. Pokja yang
dimaksud seperti pengolahan produk-produk yaitu
pengolahan sibilu. Di Sekolah Dasar Negeri Bubutan IV
terdapat program unggulan sibilu. Sibilu yaitu sirup
belimbing wuluh. Selain sibilu Tim Kewirausahaan
juga mempunyai program unggulan Stilla, Stilla yaitu
stick lidah buaya.
Setelah adanya pembimbingan langkah
selanjutnya adalah Praktek Kewirausahaan. Praktek
Kewirasusahaan di sini siswa dibimbing langsung oleh
guru penanggung jawab untuk membuat produk
unggulan yang ada di sekolah. Siswa oleh guru
pendamping dikenalkan dengan bahan-bahan sampai
menjadi produk unggulan. Produk unggulan ini pada
akhirnya akan dipromosikan oleh tim Tim
Kewirausahaan. Dengan adanya praktek langsung 100%
siswa yang tergabung dalam tim Tim Kewirausahaan
diharapkan memiliki jiwa kerwirausahaan, dan dapat
memasarkan produk dengan baik.
Langkah selanjutnya adalah monitoring.
Monitoring ini dilakukan agar kekurangan dari tahap
sebelumnya dapat segera diketahui dan dapat
dilakukan tindakan perbaikan, sehingga mengurangi
129
resiko yang lebih besar. Guru pembimbing melakukan
pengamatan secara langsung tiap perkembangan
kegiatan Tim Kewirausahaan sesuai dengan program
yang telah disusun.
Pada tahap akhir program dilaksanakan evaluasi.
Evaluasi dilaksanakan melalui forum diskusi dewan
guru berdasarkan catatan pengamatan, dokumentasi
prestasi, dan kendala-kendala yang dihadapi selama
proses berlangsung. Hasil evaluasi digunakan sebagai
bahan untuk menentukan rencana tindak lanjut.

Proses Kegiatan dari Tim Kewirausahaan


Tahapan awal program Tim Kewirausahaan
yaitu diadakannya workshop dan pendampingan dari
Tunas Hijau pada bulan Februari tahun 2017dan 2018.
Di dalam pelatihan tersebut diikuti oleh guru dan siswa
yang diajarkan cara pengolahan sampah dan
pelestarian lingkungan. Setelah itu pihak sekolah
ditantang untuk mengembangkan kegiatan tersebut.
Namun karena keterbatasan dana untuk mendukung
kegiatan tersebut, maka tim Tim Kewirausahaan
berupaya mencari solusi agar tetap terlaksana sesuai
dengan program yang telah dibuat.

Gambar 2. Promosi Proyek Tim Kewirausahaan

130
Kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan
produk oleh tim Tim Kewirausahaan Sekolah Dasar
Negeri Bubutan IV kemudian dipasarkan pada saat
grebeg pasar ke pasar tradisional, pameran dan bazar
yang dilakukan baik di luar maupun di dalam sekolah.
Dengan adanya pemasaran tersebut maka Tim
Kewirausahaan SDN Bubutan IV mendapatkan income.
Sekolah meberikan reward bagi tim yang
menghasilkan produk paling banyak dengan
pemasaran dan penjualan terbaik.

Gambar 3. Panen Hidroponik

Setelah adanya pembinaan dari guru


pembimbing Tim Kewirausahaan SDN Bubutan IV
dapat diketahui Keterampilan dasar kewirausahaan
siswa SDN Bubutan tahun 2017 adalah sebagai berikut:

131
Keterampilan Dasar Kewirausahaan
siswa SDN Bubutan IV 2017

10% 11%

16%
28%

34%

Takakura
Komposter
Biopori
Pengolahan sampah
Makanan dan minuman
Diagram 1. Ketrampilan Dasar Kewirausahaan Siswa SDN Bubutan IV
Tahun 2017

132
Keterampilan Dasar Kewirausahaan
siswa SDN Bubutan IV 2018

12% 10%

15% 20%

12%
24%
19%

Takakura Komposter
Biopori Hidroponik
Pengolahan sampah Makanan dan minuman
Hemat energi
Diagram 2. Ketrampilan Dasar Kewirausahaan Siswa SDN Bubutan IV
Tahun 2018

Diagram 1 dan Diagram 2 di atas menunjukkan


ada lima divisi di tahun 2017 berkembang menjadi
tujuh di tahun 2018 yaitu divisi hidroponik, dan
hemat energi. Selain itu dapat kita ketahui hasil
produk inovasi siswa semakin meningkat pada tahun
2018. Peningkatan hasil ini berkisar 25%. Hal ini
dikarenakan keterampilan siswa untuk
mengembangkan jiwa kewirausahaan semakin besar.

Gambar 4. Pembuatan Biopori Bersama Warga Sekitar

133
Kegiatan awal yang dilakukan tim Tim
Kewirausahaan untuk mencari modal awal kegiatan
yaitu pengolahan sampah. Tim Tim Kewirausahaan
mengumpulkan koran bekas, botol bekas, dan minyak
jelantah untuk dijual kepada bank sampah yang
kurang lebih sudah tiga tahun terjalin kerja sama
dengan Sekolah Dasar Negeri Bubutan IV. Dari hasil
penjualan pengolahan sampah tersebut didapatkan
modal awal sebesar Rp.5.000.000,-. Kegiatan kedua
hasil penjualan sampah sebesar Rp.3.300.000,-. Divisi
makanan dan minuman memulai pembuatan produk
sibilu (sirup belimbing wuluh), dan es cincau. Dari
penjualan ini, didapat tambahan hasil sebesar
Rp.13.200.000,-. Divisi kantin sehat mendapatan laba
Rp. 28.600.000,- setiap tahunnya.

Gambar 5. Pemasaran hasil Tim Kewirausahaan

Dari keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan


tim Tim Kewirausahaan pada tahun 2017 telah
berhasil mengumpulkan modal sebesar Rp
50.100.000,-. Seluruh modal tersebut digunakan
untuk: 1) pembelian alat untuk kegiatan
134
kewirausahaan, 2) perawatan sarpras, 3) pembiayaan
kegiatan, 4) pemberian jasa pada tukang kebersihan,
dan 5) penambahan gizi siswa yang diberikan setiap
tiga bulan sekali. Modal yang digunakan untuk
kegiatan ecopreneur di atas digunakan untuk tahun
2017 dengan total pengeluaran Rp 23.565.000,-
dengan sisa modal Rp 26.534.000,- yang digunakan
untuk melanjutkan kegiatan ecopreneur pada tahun
2018.
Dari keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan
tim Tim Kewirausahaan pada tahun 2018 telah
berhasil mengumpulkan hasil penjualan sebesar Rp
50.000.000,-. Seluruh hasil penjulan tersebut
digunakan untuk: 1). pembelian alat untuk kegiatan
kewirausahaan ; 2). perawatan sarpras; 3). pembiayaan
kegiatan; 4). pemberian jasa pada tukang kebersihan;
dan 5). penambahan gizi siswa yang diberikan setiap
tiga bulan sekali.
Hasil penjualan yang digunakan untuk kegiatan
di atas digunakan untuk tahun 2018 dengan total
pengeluaran Rp 37.200.000,- dengan sisa hasil
penjualan Rp 39.334.000,- yang digunakan untuk
melanjutkan kegiatan kesiswaan yang mendukung
dalam lomba prestasi akademik dan non akademik.

Gambar 6. Talkshow Produk Unggulan

135
Hasil penjualan untuk kegiatan ecopreneur yang
digunakan pada tahun 2017 dengan total pengeluaran
Rp 23.565.000,- dan hasil penjualan Rp 26.534.000,-.
Sedangkan Modal yang digunakan untuk kegiatan
ecopreneur tahun 2018 dengan total pengeluaran Rp
37.200.000,- dan sisa modal Rp 39.334.000,-. Dari sisa
modal tahun 2017 dan 2018 sebesar Rp 39.334.000,-
yang digunakan untuk mendukung kegiatan
kesiswaan dalam lomba akademi dan non akademik.
Hasil kegiatan yang dilakukan tim Tim
Kewirausahaan dalam mendukung pembiayaan
sekolah dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini
Tabel 1. Laporan Keuangan Program Tim Kewirausahaan
tahun 2017 s/d 2018
No Kegiatan Pemasukan Pengeluaran Saldo Penanggung jawab

1 Olahan sampah Rp. - Rp. Nasrullah Intidhom


5.000.000,- 5.000.000,-
2 Penjualan Rp. - Rp. Yohana Permana
sampah 3.300.000,- 8.300.000,-
3 Minuman sibilu Rp. - Rp. 14.900.000,- Suheni
6.600.000,-
4 Minuman cincau Rp. - RP. 21.500.000,- Krisni Putu Wiyanti
6.600.000,-
5 Laba kantin sehat Rp. - Rp. 50.100.000,- Siti Rahayu
28.600.000,-
6 Belanja Sarpras Rp. 2.765.000,- Rp. 47.334.000,- Mujiono
7 Perawatan Rp. Rp. 45.334.000,- Sudjono
Peralatan 2.000.000,-
8 Lingkungan Rp. Rp. Rinda Kuswati
10.000.000,- 35.334.000.,-
9 Tukang Rp. 5.500.000,- Rp. 29.834.000,- Sri Wahyuni
Kebersihan
10 Tambahan gizi Rp. Rp. 26.534.000,- Diaharti
Siswa 3.300.000,-
Sisa Pejualan Tim Tim Kewirausahaan Tahun 2017 Rp.
26.534.000,-
1 Saldo Pejualan Rp. Rp. 26.534.000,- Ayda Mukti
2017 26.534.000,-
2 Penjualan daur Rp. Rp. 32.534.000,- Nasrullah Intidhom
ulang 6.000.000,-
3 Penjualan Rp. Rp. 36.934.000,- Yohana Permana
sampah 4.400.000,-
4 Minuman sibilu Rp. Rp. 43.534.000,- Suheni
6.600.000,-
5 Minuman cincau Rp. Rp. 47.934.000,- Krisni Putu Wiyanti
4.400.000,-
6 Laba kantin sehat Rp. Rp. 76.534.000,- Siti Rahayu
28.600.000,-
7 Pembelian Rp. Rp. 68.534.000,- Mujiono
Sarpras 8.000.000,-
8 Perawatan Rp. Rp. 65.034.000,- Sudjono
Peralatan 3.500.000,-
9 Biaya Kegiatan Rp. 12.500.000,- Rp. 52.534.000,- Rinda Kuswati

136
10 Jasa Kebersihan Rp. Rp. 45.934.000,- Sri Wahyuni
6.600.000,-
11 Tambahan gizi Rp. Rp. 39.334.000,- Diaharti
Siswa 6.600.000,-
Sisa Hasil Penjulan Tahun 2018 Rp.
39.334.000,-

Dari hasil penjualan Tim Kewirausahaan tahun


2018 sebesar Rp. 39.334.000,- digunakan untuk
membiayai lomba yang berhubungan dengan akademik
dan non akademik. Dana yang dibutuhkan untuk lomba
akademik dan non akadmik pada tahun 2018 sebesar Rp.
40.000.000,-. Sehingga dapat dihitung prosentase hasil
penjualan Tim Kewirausahaan yang dapat digunakan
untuk membiayai lomba di bidang kesiswaan sebesar
98%.
Dengan adanya pemasaran yang dilakukan oleh
tim Tim Kewirausahaan dan guru pembimbing melatih
siswa untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Selain
itu kemandirian dan percaya diri siswa juga meningkat.
Sehingga hasil penjualan produk kewirausahaan dapat
maksimal untuk mendukung pembiayaan sekolah.

Dampak dari Kegiatan Tim Kewirausahaan


Program yang sudah tersusun oleh tim Tim
Kewirausahaan telah terbukti dapat membiayai kegiatan
yang ada di Sekolah Dasar Negeri Bubutan IV serta
memberikan keterampilan dasar kewirausahaan siswa
Sekolah Dasar Negeri Bubutan IV. Dampak yang
dihasilkan dari kegiatan tersebut ada dua, yaitu: 1).
dampak secara langsung untuk meningkatnya sumber
dana untuk pembiayaan sekolah, dan dampak secara
tidak langsung untuk meningkatkan brand sekolah
menjadi lebih di kenal masyarakat. Sumber dana dari
program Tim Kewirausahaan dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan lingkungan hingga mencapai
prestasi, seperti tabel berikut:
Tabel 2. Penghargaan Prestasi Sekolah Tingkat
Kota Surabaya
No Nama Kegiatan Tahun Tempat Prestasi Bukti fisik
yang diraih
1 Putri Lingkungan Hidup an. 2018 Dinas Runner Up I Piagam
Anindya Kirana Maheswari Pendidikan penghargaan
Surabaya dan

137
Piala
2 Pangeran Lingkungan 2018 Dinas Runner Up Piagam
Hidup, an. Galang Pendidikan IV Penghargaan
SatriyoUtomo Surabaya dan Piala
3 Lomba jingle “Kendalikan 2018 Dinas Juara 2 Piagam
Sampah Plastik” Pendidikan Penghargaan
Surabaya dan Piala
4 Honorable mention lomba 2018 Dinas Peringkat ke Piagam
yel-yel “Kendalikan Pendidikan 10 Penghargaan
Sampah Plastik” Surabaya
5 Keluarga Zero Waste dalam 2018 Dinas penghargaan Piagam
tema Surabaya Eco School Pendidikan Penghargaan
2018 “Kendalikan Sampah Surabaya dan Piala
Plastik”.An. Priyo Utomo
6 Honorable mention : Lomba 2018 Dinas Sekolah Piala
Hidroponik Tk SD se- Pendidikan terbaik
Surabaya Surabaya
7 Ecopreuner 2018 Dinas Juara 2 Piala dan
Pendidikan Piagam
Surabaya penghargaan
8 Surabaya Eco school 2017 2017 Walikota Sekolah Piagam
“Zero Waste” Surabaya Terbaik IV Penghargaan
9 Kostum terunik dalam 2017 Walikota Kostum Piagam
rangka bersih-bersih pantai Surabaya Terunik Penghargaan
kenjeran 2017 dan Piala
10 Lomba Yel-yel Lingkungan 2017 Walikota Juara V Piagam
Hidup Surabaya Penghargaan
Surabaya Eco School
11 Penganugerahan Pangeran 2017 Walikota Kepala Piagam
dan Putri Lingkungan Surabaya sekolah terbaik Penghargaan
Hidup

DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada .
Khulafa. Faris Nur, Fahry Zatul Umami dan Ratna
HapsariPutri2017. Pengembangan Pendidikan
Kewirausahaan di Sekolah Dasar. Semarang : Jurnal
Jurusan PGSD.
Suharyadi, dkk 2007. Kewirausahaan Membangun Usaha
Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta: Salemba Empat.
Suprayanto. 2013. Kewirausahaan (Konsep dan Realita pada
Usaha Kecil). Bandung :Alfabeta.
Tridhornanto. Al 2015. Jangan Katakan Bodoh! 3.Panduan
Untuk Orang Tuadan Guru. Jakarta : Bisakimia.
Yasar Iftida. 2010. From Zero to Hero (Rahasia Menciptakan
Pribadi Unggul di Pekerjaan dan Kehidupan). Jakarta
:Gramedia.

138
Tentang Penulis
Sastro, M.Pd, dilahirkan di
Lamongan pada tanggal 4
September 1969. Pendidikan
Sekolah Dasar di Tamatkan di SDN
Glagah I Lamongan pada tahun
1982. Kemudian melanjutkan
pendidikan menengah pertama di
SMP PGRI 3 Glagah
Lamongan,tamat tahun 1985.
Setelah itu melanjutkan Sekolah
Pendidikan Guru Negeri
Lamongan, tamat tahun 1989. Pada tahun 1993
melanjutkan D-II PGSD di IKIP Surabaya tamat pada
tahun 1996, Pendidikan S1 Bahasa Indonesia di
Universitas Widya Dharma diselesaikan pada tahun
2005.Untuk memperoleh kualifikasi bidang Sekolah
Dasar maka menempuh kuliah di Universitas terbuka
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar lulus pada tahun
2010, Selanjutnya menyelesaikan studi S2 Teknologi
Pendidikan Pasca Sarjana Universitas PGRI Adi Buana
Surabaya pada tahun 2012. Bekerja sebagai guru di SDN
Pasi I Glagah Lamongan tahun 1989 – 1993, pada tahun
1993-1999 mengajar di SD Hang Tuah II Surabaya,
sebagai Guru PNS pada tahun 1999-2010 di SDN Gundih
I Surabaya, pada tahun 2010-2012 di SDN Kandangan III
Surabaya, pada tahun 2012-2014 di SDN Kandangan I
Surabaya. Bertugas sebagai Kepala Sekolah di SD Negeri
Babatan V Surabaya pada tahun 2014-2017 dan pada
tahun 2017. Sekarang aktif bertugas sebagai Kepala SD
Negeri di Bubutan IV kota Surabaya.Peraih Juara II guru
Berprestasi Tingkat Nasional Jenjang SD tahun
2013,Penerima Penghargaan Satyalancana Pendidikan
Presiden 2015, Peraih Juara II Kepala Sekolah SD
Berprestasi Jenjang SD Tahun 2019 No Hp :
085854141606
139
SEKOLAH SAHABAT KELUARGA
DALAM MENGEMBANGKAN
SEKOLAH UNGGUL
Wahyuningsih Rahayu
Kepala SD Negeri Batursari 5 Demak Jawa Tengah
Email: rahayning@gmail.com

Sekolah Sahabat Keluarga


Sekolah unggul menjadi dambaan masyarakat era
sekarang ini. Sekolah unggul jaman milenial ini apabila
dapat mewujudkan warga sekolah yang berkarakter Oh
Darling (Orang Hebat Sadar Lingkungan) dan Ok Darsi
(Orang Keren Sadar Prestasi). Untuk menjadikan warga
sekolah berkarakter Oh Darling dan Ok Darsi perlu
adanya kerja sama yang baik antara pihak sekolah, orang
tua, masyarakat, dan instansi terkait. Karakter Oh Darling
dan Ok Darsi dapat dikembangkan dengan
memperdayakan keluarga yang menjadi bagian dari
sekolah tersebut. Pemberdayaan sekolah sahabat
keluarga dalam berbagai program sekolah akan
menciptakan sekolah unggul yang membanggakan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan análisis
penulis, warga SD Negeri Batursari 5 dalam hal karakter
Oh Darling masih perlu ditingkatkan. Peran serta warga
sekolah dalam pelestarian, pengelolaan, dan
perlindungan lingkungan masih belum maksimal.
Perkembangan sekolah ramah lingkungan yang dilihat
dari aspek penghijauan, kebersihan, maupun tata kelola
sampah masih berjalan statis. Sampah plastik maupun
sampah anorganik lainnya masih banyak dijumpai di
sekitar sekolah. Kepedulian warga sekolah masih kurang
dalam membuang sampah pada tempat sampah sesuai
dengan kategori sampah (organik, anorganik, dan pecah
140
belah). Selain itu, kegiatan daur ulang sampah juga belum
dilakukan dengan maksimal.
Karakter Ok Darsi juga masih pada tataran yang
minimalis. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
prestasi peserta didik masih di kurang sepadan apabila
dibandingkan dengan prestasi sekolah lain di sekitarnya,
terutama SD Inti yaitu SD Negeri Batursari 6. Kejuaraan
lomba akademik maupun non akademik, nilai ujian
sekolah masih, prestasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
belum diraih dengan maksimal. Data selengkapnya dapat
dilihat pada grafik 1 berikut ini.

7 6
6
5
4 3 3
3 2
2 1 1 1
1 0 0
0
Kecamatan Kabupaten Provinsi

2014/2015 2015/2016 2016/2017

Grafik 1. Perkembangan Prestasi Peserta Didik

Berdasarkan grafik tersebut dapat dipaparkan


bahwa prestasi SD Negeri Batursari 5 semakin dari tahun
ke tahun semakin menurun. Kejuaraan sampai tingkat
Provinsi Jawa Tengah diraih pada tahun 2015. Kejuaraan
yang bisa sampai tingkat Kabupaten hanya cabang bola
voly dan renang. Ini saja sebatas “nemu” yakni anak-anak
yang meraih kejuaraan karena les privat di luar sekolah.
Sebagai kepala sekolah yang baru di SD ini,
menganálisis rendahnya karakter Oh Darling dan Ok
Darsi di SD Negeri Batursari 5, anatara lain masih
kurangnya peran serta warga sekolah untuk kemajuan
sekolah. Orang tua dan komite sekolah kurang
diperdayakan untuk berpartisipasi secara material

141
maupun ide-ide untuk memajukan sekolah. Bahkan
pengurus komite dari sejak SD ini berdiri belum pernah
reorganisasi. Keterlibatan orang tua untuk kegiatan
sekolah masih sangat jarang.
Berkaitan dengan pendanaan, masih terfokus
pada satu sumber dana. Semua kegiatan operasional
sekolah mengandalkan dana bantuan operasional sekolah
(BOS). Sehingga secara otomatis pengembangan sekolah
akan terhambat pada keterbatasan pembiayaan. Hal ini
menyebabkan sekolah menjadi serba minimalis,
termasuk prestasi sekolah.
Kepala SD Negeri Batursari 5, mencari alternatif
solusi untuk menjadikan SD Negeri Batursrai 5 sebagai
sekolah unggul. Disusun program unggulan sekolah yaitu
sekolah ramah lingkunngan yang berkarakter Oh Darling
dan OK Darsi dengan memberdayakan sekolah sahabat
keluarga. Keluara peserta didik sangata memegaruhi
penerapan program sekolah sahabat keluarga. Peran
orang tua dan komite sekolah diberdayakan agar mampu
meningkatkan kemajuan sekolah. Maka dari itu
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga dengan
kolaborasi berbagai pihak diharapkan dapat mendukung
kemajuan untuk mencapai sekolah unggul.
Pemberdayaan sekolah sahabat keluarga
diharapkan menjadi keunggulan SD Negeri Batursari 5
untuk mengembangkan sekolah unggul dengan karakter
Oh Darling dan Ok Darsi. Rasa “handarbeni” dan
kekeluargaan antara sekolah dengan orang tua serta
masyarakat akan membuat sekolah dari tataran
minimalis menjadi sekolah unggul yang berkarakter Oh
Darling dan Ok Darsi yang mampu berprestasi dari
bidang akademik maupun non akademik. Adanya rasa
keakraban dan peduli antara warga sekolah, keluarga
peserta didik, masyarakat dengan kebutuhan peserta
didik menjadi tujuan utama untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki peserta didik SD Negeri Batursari 5
menjadi sekolah unggul yang berkarakter Oh Darling
dan Ok Darsi.
Berdasarkan paparan dalam latar belakang
142
masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: 1) bagaimanakah
pelaksanaan program sekolah unggul melalui
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga di SD Negeri
Batursari 5 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak?; 2)
bagaimanakah hasil dari pelaksanaan program sekolah
unggul melalui pemberdayaan sekolah sahabat keluarga
di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak?; dan 3) bagaimanakah tindak lanjut
pengembangan sekolah berprestasi unggul melalui
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga di SD Negeri
Batursari 5 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak?
Tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1) mendeskripsikan pelaksanaan program sekolah unggul
melalui pemberdayaan sekolah sahabat keluarga di SD
Negeri Batursari 5 Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak; 2) memaparkan hasil dari pelaksanaan program
sekolah unggul melalui pemberdayaan sekolah sahabat
keluarga di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak; dan 3) memaparkan tindak lanjut
pengembangan sekolah unggul melalui pemberdayaan
sekolah sahabat keluarga di SD Negeri Batursari 5
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan
masukan pada guru sekolah dasar sebagai refleksi diri
atas kinerjanya dan untuk dapat melaksanakan
pembelajaran yang menghasilkan berkarakter Oh
Darling dan Ok Darsi pada`warga sekolah, menambah
wawasan baru bagi kepala sekolah tentang bentuk
manajemen untuk mengembangkan sekolah unggul yang
memiliki karakter Oh Darling dan Ok Darsi, dan ini
diharapkan memberikan wawasan bagi dunia pendidikan
khususnya pendidikan dasar untuk memberikan
pedoman, arahan, bimbingan dan bantuan untuk
mengembangkan sekolah unggul berkarakter Oh Darling
dan OK Darsi.

Hakikat Sekolah Sahabat Keluarga


Pengelolaan sekolah mulai dari perencanaan,
143
pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, hingga tindak lanjut
diperlukan adanya kerja sama yang baik antara semua
warga sekolah dan masyarakat. Maka dari itu peran
sekolah sahabat keluarga sangat mendukung kemajuan
sekolah. Sekolah sahabat keluarga menurut Sukirman
(2017: 2) adalah satuan pendidikan (formal dan non
formal) yang memiliki program inovatif dengan
melibatkan keluarga dan masyarakat untuk terciptanya
lingkungan belajar yang ramah, aman, nyaman dan
menyenangkan dalam mendukung penguatan
pendidikan karakter dan budaya prestasi.
Pelibatan sekolah terhadap keluarga sesuai dengan
Permendikbud No. 30 Tahun 2017 yang menyatakan
bahwa pelibatan keluarga adalah proses dan/atau cara
keluarga untuk berperan serta dalam penyelenggaraan
pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sesuai dengan pendapat tersebut, dapat diuraikan bahwa
pelibatan keluarga dalam kemajuan sekolah sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional, yang akan
memberikan peluang pada sekolah untuk lebih maju dan
berkarakter.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa sekolah sahabat keluarga adalah sekolah yang
dalam melaksanakan program sekolah dilakukan dengan
melibatkan peran serta keluarga (orang tua siswa) yang
dikoordinasikan oleh komite sekolah. Program sekolah
dilakukan dengan menampung ide-ide dan gagasan
untuk memajukan sekolah dari orang tua/komite secara
kekeluargaan dan keakraban sehingga tercipta rasa
handarbeni dan kewajiban untuk ikut serta meningkatkan
karakter Oh Darling dan Ok Darsi. Sekolah sahabat
keluarga dikembangkan dengan:

Pengembangan Karakter Oh Darling dan Ok Darsi


Sekolah berupaya untuk melakukan pengelolaan,
pelestarian, dan perlindungan lingkungan. Kepedulian
terhadap lingkungan sekitar diharapkan menanamkan
karakter Oh Darling (Orang Hebat sadar lingkungan) dan
OK Ddarsi (Orang Keren Sadar Prestasi).
144
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05
tahun 2013 tentang pedoman program pelaksanaan
adiwiyata, yang menyatakan bahwa sekolah adiwiyata
adalah sekolah yang peduli tentang lingkungan sekolah.
Karakter yang ditanamkan dalam kegiatan ini adalah
karakter Oh Darling pada warga sekolah.
Pembinaan karakter pada semua warga sekolah di
SD Negeri Batursari 5, menekankan pada karakter Oh
Darling dan Ok Darsi. Pembinaan karakter dilakukan
dengan pembiasaan dan keeladanan. Hal ini untuk
mencapai tujuan sekolah yaitu sekolah berprestasi unggul
yang membanggakan.

Pengembangan Sekolah Unggul melalui Pemberdayaan


Sekolah Sahabat Keluarga
Pengembangan Sekolah unggul melalui
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga dilakukan di SD
Negeri Batursari 5 secara berkesinambungan sejak tahun
2017 sampai sekarang. Sejak ditugaskan di SD Negeri
Batursari 5, mulai diterapkan pemberdayaan sekolah
sahabat keluarga untuk meningkatkan kualitas SD
Negeri Batursari 5 (D’Bama) agar bisa menjadi sekolah
unggul yang memiliki berkarakter Oh Darling dan Ok
Darsi.
Pemberdayaan Sekolah sahabat keluarga ini
menurut hemat penulis dapat mewujudkan kemajuan di
SD Negeri Batursari 5. Keluarga yang peduli dan
memiliki rasa “handarbeni“ sekolah untuk
mengembangkan sekolah akan lebih efektif untuk
menumbuhkan karakter Oh Darling dan Ok Darsi.
Dukungan dan peran serta keluarga dalam semua
program sekolah akan berdampak positif terhadap
keberhasilan program yang dilakukan. Berikut ini
tahapan yang dilakukan secara bersama-sama.

Kolaborasi dengan Stakeholder dalam Pemberdayaan


Sekolah Sahabat Keluarga
Kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan di SD
Negeri Batursari 5 berupaya mengikutsertakan semua
145
warga sekolah dalam semua kegiatan yang dilakukan
mulai dari tahapan perencanaan yaitu dengan
bermusyawarah antara guru, orang tua/keluarga, komite,
pengawas sekolah, serta dinas pendidikan untuk
menentukan kebijakan sekolah yang mendukung
pencapaian sekolah berprestasi unggul. Langkah ini
dengan pertimbangan bahwa apabila satu batang lidi
tidak akan bisa berdiri kokoh dan mudah dipatahkan,
tetapi apabila lidi itu disatukan dari beberapa batang,
akan berdiri tegak dan kuat sehingga tidak mudah
dipatahkan. Demikian pula kebersamaan warga sekolah
SD Negeri Batursrai 5, dengan semua pihak berperan
serta maka akan menciptakan kondisi yang luar biasa
sehingga karakter Oh Darling dan Ok Darsi akan tercipta
pada warga sekolah.
Langkah awal yang dilakukan adalah pembentukan
paguyuban kelas. Paguyuban kelas dipilih oleh orang tua
dalam satu kelas untuk mewakili aspirasi mereka dalam
pertemuan dengan komite sekolah. Paguyuban kelas
terdiri atas ketua, sekretaris, dan bendahara. Pengurus
paguyuban kelas ini akan mewakili tiap-tiap kelas dalam
pertemuan dengan komite. Setelah dibentuk paguyuban
kelas, mereka berkoordinasi membentuk paguyuban
sekolah. Paguyuban sekolah ini akan bekerja sama
dengan pihak sekolah menjadi panitia reorganisasi
pengurus komite. Pengurus Komite terbentuk dengan
ketua Eko Budiono, SE. Semua kegiatan dan program
sekolah dikonsultasikan dengan komite sekolah untuk
disosialisasikan pada orang tua. Saran dan masukan dari
orang tua/keluarga akan digunakan untuk memutuskan
program yang akan dilaksanakan setelah diadakan
sambung rasa antara orang tua, pengurus komite, dan
pihak sekolah. Berikut rekaman gambar kegiatan
sambung rasa antara paguyuban kelas, komite, dan
sekolah.

146
Gambar 1. Kegiatan Sambung Rasa dengan

Warga Sekolah
Kegiatan sambung rasa dilakukan di aula SD Negeri
Batursari 5 maupun di kafe dekat sekolah. Musyawarah
ini untuk mensosialisasikan program sekolah dan
mengharapkan ide-ide baru serta dukungan dari
masyarakat dan komite baik dalam segi dukungan
material maupun spiritual.

Penyusunan Program Sekolah Sahabat Keluarga


Musyawarah dengan masyarakat dalam penyusunan
program sekolah saahabat keluarga diadakan secara
bertahap. Tahap satu dengan pengurus komite sekolah,
tahap duapertemuan
dengan paguyuban
sekolah (wakil-wakil
dari tiap kelas tiga
orang tua/wali
peserta didik), dan
tahap tiga
pertemuan pleno
dengan semua orang
tua/wali peserta
didik, komite, dan
Gambar 2. Sosialisasi Program Sekolah Sahabat Keluarga
paguyuban. Dari
sambung rasa yang diadakan membahas program
Sekolah sahabat keluarga untuk berprestasi unggul
selama satu tahun dan pengembangan sekolah untuk
mendapatkan prestasi yang membanggakan.

147
Program yang telah disusun disosialisasikan kepada
semua warga sekolah dan orang tua untuk dilaksanakan
dengan partisipasi semua pihak. Program tersebut juga
tercantum dalam rencana kerja sekolah, yang dijabarkan
dalam komponen-komponen yang jelas serta sumber
pendanaannya.

Partisipasi untuk Mendukung Sekolah Sahabat


Keluarga
Hasil sambung rasa dilakukan oleh semua warga
sekolah dengan menjalankan program sekolah sahabat
keluarga sebagai fokus kegiatan. Peran keluarga/orang
tua yang dilakukan di SD Negeri Batursari 5 sesuai
dengan kesepakatan pada waktu sambung rasa, 1) orang
tua membantu pembiayaan sekolah secara sukarela; 2)
mendistribusikan proposal bantuan untuk kegiatan
lomba marchingband; 3) Orang tua mendampingi dan
mengurusi latihan marchingband sampai dengan lomba;
4) orang tua berpartisipasi pada kebersihan sekolah; 5)
Orang tua terlibat dalam penanaman dan penghijauan
sekolah; 6) orang tua menyediakan pojok baca dan bahan
bacaan; 7) Orang tua melengkapi seragam marchingband
dan alat-alat marchingband; 8) Orang tua memantau
kegiatan 10 cabang ekstrakurikuler di sekolah dan
membantu pembiayaan pelatihnya; 9) Orang tua, warga
sekolah, pengurus komite, dan pihak sponsor
mengadakan kegiatan keakraban; 10) kegiatan akhir
tahun dibiayai dari dana suka rela dari orang tua.
Keterlibatan keluarga
peserta didik
dilakukan dalam hal
inovasi segala
kegiatan di sekolah,
meliputi: 1)
penyediaan pojok
baca di tiap-tiap kelas
Gambar 3. Keterlibatan Orang Tua dalam Penghijauan Sekolah

148
oleh paguyuban kelaas; 2) program sekolah mendapatkan
pengharaan adiwiyata nasional, orang tua peserta didik
berpartisipasi dalam kegiatan kebersihan, penghijauan,
dan daur ulang untuk pemanfataan barang bekas; 3)
Orang tua yang memiliki kompeten berperan serta
dalam pembinaan intensif bagi peserta didik yang
terpilih mewakili lomba setiap hari Rabu dan Kamis
pukul 13.00-15.00; 4) orang tua secara sukarela
membantu pembiayaan adanya program wajib
mengikuti sedikitnya dua ekstrakurikuer yangdisediakan
sekolah, yaitu ekstrakurikuler marchingband, seni dan
pertunjukan, pramuka, seni tari, seni lukis, seni musik
(pianika), voly, bulu tangkis, basket, dan baca tulis
Al’quran (BTQ), 5) orang tua terlibat dalam program
membawa bekal dari rumah serta larangan membuang
sampah plastik di tempat sampah sekolah; 6) orang tua
berperan serta dalam pemanfaatan sampah plastik untuk
pembuatan daur ulang (ecobrig) agar tercipta “zero
sampah plastik di tempat sampah”; 7) orang tua
memberikan pembiayaan secara sukarela untuk program
reward bagi warga sekolah yang berhasil meraih
kejuaraan tingkat Kecamatan, kabupaten, provinsi,
maupun tingkat nasional; 8) orang tua peserta
marchingband secara sukarela memberikan dan
mencarikan pembiayaan untuk program meraih juara
lomba marchingband dan FL2N tingkat nasional; 9)
paguyuban kelas secara sukarela melaksanakan
pengecatan ruang kelas dengan warna cerah; 10) orang
tua membantu penyediaan tempat sampah tiga jenis
yaitu sampah organik, sampah non organik, dan sampah
pecah belah, 11) penghijauan halaman sekolah atas peran
serta peserta didik, guru, komite, dan orang tua, 12)
penyediaan seragam gratis untuk peserta didik miskin;
13) Orang tua berperan untuk penyediaaan konstum
marchingband untuk pemain dan bendera, 14) Orang tua
berupaya dalam penambahan alat marchingband sebagai
pelengkap pertunjukkan (marima, bas konser, simbal
drum, Barcamp); dan 15) Orang tua yang berkompeten
berperan dalam kerja sama dalam kegiatan
149
ekstrakurikuler voly, basket, bulu tangkis, seni dan
pertunjukan, seni tari, seni lukis, seni musik, baca tulis Al
quaran, pramuka. Berikut sebagian dokumentasi perans
peran serta orang tua, dalam kegiatan inovasi.

Gambar 4. Pojok Baca yang Disediakan Orang Tua

Memperdayakan peran komite sekolah dan


kolaborasi yang mendukung sekolah sahabat keluarga
untuk meraih Sekolah berprestasi unggul. Kolaborasi
sekolah dengan berbagai pihak agar program sekolah
bisa berjalan lancar dilakukan mulai dari tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, evaluasi,
dan tindak lanjut. Bentuk kolaborasi yang dilakukan
dengan melibatkan lembaga lain yang mendukung
peningkatan prestasi unnggu di SD Negeri Batursari 5,
yaitu: 1) kerja sama dengan bank BTN dalam kegiatan
menabung yang dilakukan setiap hari Kamis; 2) dengan
SMA Negeri Mranggen 2 dalam peminjaman aula untuk
latihan marchingband; 3) Lokananta Group Musik dalam
latihan marching bank; 4) puskesmas dalam penyuluhan
kesehatan; 5) lembaga tes psikologi untuk melaksanakan
tes psikologi peserta didik; IMA dalam bimbingan belajar
Matematika; 6) Universits Semarang dalam layanan
pendidikan dan penyuluhan; 7) Poltekes dalam seminar

150
gizi masyarakat; 8) UPGRIS dalam bimbingan dan
penyuluhan cara belajar; 8) Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Demak dalam pengelolaan, pelestarian, dan
perlindungan lingkungan; 9) PT Dart Air Exspressindo
dalam pembiayaan lomba marchingband; 9) Paguyuban
Marchingand dalam penggalian dana untuk pembiayaan
lomba; 10) PT Sumber Hidup dalam penggunaan bahan
bangunan untuk perawatan sekolah; 11) Koemank Studio
Semarang dalam pelatihan seni dan pertunjukkan; 12)
PT. Nutrifood Semarang dalam Drawing Competision;
13) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi dalam edukasi
kesehatan anak; 14)SMP Islam Sultan Agung 1 dalam
penerimaan peserta didik baru; 15) PT Iris dalam seminar
gizi; 16) PT Milo dalam olahraga dan minum susu
bersama Milo; 17) PT Anugerah Mitra Globalindo dalam
edukasi kesehatan dan minum bersama susu Boneto; 18)
Kartika GE dalam kegiatan pendidikan di luar sekolah
(Out Bond); dan 19) Martha Thilaar dalam kegiatan
beauty clas guru dan orang tua peserta didik.

Hasil
Pemberdayaan sekolah sahabat keluarga yang
dilaksanakan di SD Negeri Batursari 5 dalam
mengembangkan sekolah unggul, berhasil dengan
gemilang. Berikut ini uraian dari hasil yang dicapai
selama dua tahun penerapan pemberdayaan sekolah
sahabat keluarga di SD Negeri Batursari 5.
Kolaborasi dengan stakeholder dalam
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga untuk
mengembangkan sekolah unggul berhasil membentuk
paguyuban kelas pada tahun 2017. Terdapat sejumlah 14
paguyubuna kelas yang tiap-tiap paguyuban diwakili tiga
orang untuk membentuk paguyuban sekolah yang
diketuai oleh Ninik Suryani, S.Pd.
Reorganisasi pengurus komite berhasil dilakukan
pada bulan Januari 2017 dengan ketua komite Eko
Budiono, SE. Terbentuknya ketua pengurus komite, yang
dipilih oleh waki-wakil dari paguyuban kelas.
151
Penyusunan program sekolah sahabat keluarga
berhasil dilakukan di SD Batursari 5, dengan melibatkan
semua warga sekolah untuk berpartisipasi dalam
mewujudkan sekolah unggul. Pengembangan sekolah
berprestasi unggul di SD Negeri Batursari 5 melalui
pemberdayaan sekolah sahabat keluarga, dilakukan
dengan baik dan smart.
Partisipasi semua unsur warga sekolah dengan
memberdayakan sekolah sahabat keluarga mewujudkan
sekolah unggul di
SD Negeri
Batursrai 5. Hasil
dari penerapan
pemberdayaan
Sekolah sahabat
keluarga ini
antara lain: 1)
tercipta karakter
Oh Darling
Gambar 5. Terbaik 3 Simposium Nasional
sehingga
mendapatkan
penghargaan
adiwiyata
nasional tahun
2018; 2) Karakter
Ok Darsi
tertanam
sehingga meraih
juara umum 2
dalam lomba
Marchingband
tingkat Provinsi
Gambar 6. Adiwiyata Nasional Jawa Tengah
tahun 2017 dan
meraih juara 3 divisi musik brass dan juara 3 colour
guard tingkat nasional tahun 2018; 3) juara harapan 2
untuk Festival Lomba dan Literasi Nasional (FL2N)
kategori cipta pantun dan finalis tingkat nasional untuk

152
cipta syair; 4) juara 1 marchingband tingkat Kabupaten
Demak tahun 2018; 4) meraih juara 1 dalam FLS2N
cabang pantomim tingkat Kabupaten Demak tahun 2018;
5) Juara 1 Popda voli tingkat Kabupaten Demak tahun
2018; 6) Juara 1 Popda Bulu Tangkis tingkat Kabupaten
Demak; 7) juara 2 Pantomim tingkat Kabupaten Demak
tahun 2017; 8) juara 3 lomba cipta puisi tingkat kabupaten
Demak tahun 2017; 9) juara berbagai cabang lomba di
tigkat kecamatan Mranggen (terlampir); 10) prestasi
dalam ranking nilai USBN/US meningkat; 11) peserta
didik baru tahun 2017/2018 dan 2018/2019 meningkat
menjadi 3 rombel; 13) terbaik 1 dalam kursus mahir
lanjutan bagi kepala sekolah; 14) meriah terbaik 3
simposium nasional bagi kepala sekolah; dan lain-lain.

Hasil Pengembangan prestasi unggul di SD Negeri


Batursari 5 dapat dilihat dalam grafik 3 berikut.

150 142

100 88 81 77

50 38
19
6 11 1 2 0 0
10
0
Kecamatan Kabupaten Provinsi Nasional

2015/2016 2016/2017 2017/2018 2018/2019

Grafik 3. Perbandingan Prestasi Lomba

Berdasarkan grafik 3 tersebut dapat dipaparkan


bahwa terjadi peningkatan prestasi Prestasi
Grafik 1 Perbandingan yangLomba
luar biasa tahun
pelajaran 2017/2018 dan 2018/2019 baik tingkat
kecamatan, kabupaten, maupun provinsi. Bahkan tahun
pelajaran 2018/2019 berhasil mengumpulkan 77 piagam
kejuaraan tingkat nasional. Selain itu, guru juga meraih
prestasi dalam berbagai kejuaraan, antara lain dalam
karya tulis ilmiah, penyusunan laporan PTK, dan
kejuaraan olahraga.
153
Pemberdayaan Sekolah sahabat keluarga ini juga
berdampak dalam peningkatan peminat peserta didik
baru tahun pelajaran 2017/2108 dan 2018/2019. Hal ini
dapat dilihat dari perkembangan peserta didik tahun
2017/2018 dan 2018/2019 dapat dilihat dalam
perbandingan sebelum pemberdayaan Sekolah sahabat
keluarga. Data perkembangan peningkatan peserta didik
baru tersebut dapat dilihat dalam grafik 4 berikut ini.

600 530
476 470 497
500

400

300

200 161
126 105 100
100 63 58 61 58

0
Pendaftar Yang Diterima Jumlah Semua
2015/2016 2016/2017 2017/2018 2018/2019

Grafik 4. Perbandingan Peserta Didik Baru

Berdasarkan grafik tersebut dapat dipaparkan


bahwa terjadi peningkatan yang pesat jumlah pendaftar
peserta didik baru tahun pelajaran 2017/2018 dan
2018/2019. Demikian pula jumlah peserta didik semakin
banyak, menjadi 530 peserta didik yang dibagi dalam 14
rombel.
Dampak lainnya pemberdayaan Sekolah sahabat
keluarga terciptanya kerja sama dengan pihak lain yang
membuat SD Negeri Batursari 5 semakin baik dan maju.
Bantuan dari pihak lain baik lembaga pemerintah
maupun lembaga swasta. Bantuan itu berupa seperangkat
marching band, LCD, makanan dan minuman, tanaman,
serta dalam hal jasa pemeriksaan kesehatan dan
psikologis peserta didik, kegiata outbond bersama, serta
beauty class yang dapat mengikat rasa handarbeni

154
terhadap SD Negeri Batursari 5.

Tindak Lanjut Pengembangan Pemberdayaan Sekolah


Sahabat Keluarga
Pengembangan sekolah berprestasi unggul
diperlukan peran serta keluarga sehingga bisa
memahami, menerima, dan mendukung dengan tulus.
Di samping itu, membangun kebersamaan dan
keakraban dengan warga sekolah, orang tua,
menciptakan transparansi, dan akuntabilitas kinerja akan
memantapkan sistem yang sudah disepakati dalam
mencapai sekolah berprestasi unggul.
Tindak lanjut yang perlu dikembangkan adalah
meningkatkan peran serta semua keluarga peserta didik,
melakukan kegiatan yang mampu memikat hati orang
tua yang bermanfaat bagi keluarga. Kegiatan kekakraban
sehingga pengurus komite maupun orang tua merasa
handarbeni sekolah, kerasan, dan ada rasa berat bila akan
meninggalkan sekolah karena rasa cintanya terhadap
sekolah. Peningkatan karakter Oh Darling dan Ok Darsi
bagi semua warga sekolah untuk mencapai peenghargaan
adiwiyata mandiri dan kejuaraan lomba tingkat nasional
dalam bidang akademik maupun non akademik.
Menjalin dan menjaga hubungan baik dengan
pihak-pihak yang bekerja sama dengan sekolah sehingga
tercipta kekeluargaan yang sinergi. Pihak luar merasa
senantiasa perlu dan penting bekerja sama dengan pihak
sekolah dan saling menguntungkan. Memperkuat kinerja
tim work dengan senantiasa menganalisa SWOT tiap
tahun demi bersama anggota komite, paguyuban
sekolah, dan pihak-pihak terkait untuk kemajuan sekolah
unggul.
Uraian pengalaman mengelola sekolah sebagaimana
diuraikan pada bab-bab terdahulu dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1) Pelaksanaan pemberdayaan sekolah
sahabat keluarga untuk mengembangkan sekolah unggul
di SD Negeri Batursari 5, dilakukan mulai perencanaan,
pelaksanaan, pengorganisasian, pengawasan, analisis dan
tindak lanjut. Langkah kegiatannya 1) kolaborasi dengan
155
stakeholder, 2) Penyusunan program sekolah sahabat
keluarga untuk mewujudkan sekolah unggul; 3)
Partisipasi Pelaksanaan program pengembangan sekolah
unggul bersama paguyuban; dan 4) evaluasi dan tindak
lanjut; 2) Hasil dari pelaksanaan pemberdayaan sekolah
sahabat keluarga di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak, adalah: 1) terwujudnya
sekolah ramah lingkungan, 2) memiliki prestasi yang
membanggakan bidang akademik maupun non
akademik serta ekstrakurikuler; 3) nilai ujian sekolah
bagus rata-rata diatas 77; 4) sarana dan prasarana di atas
standar pelayanan minimal; dan 5) dipercaya oleh orang
tua/masyarakat. Dampakya terbentuknya kesadaran
warga sekolah untuk peduli dan handarbeni sekolah,
adanya keakraban dan kekeluargaan antara sekolah,
orang tua, komite dan masyaraka, 2) terwujudnya
karakter Oh Darling dan Ok Darsi sehingga terjadi
peningkatan prestasi sekolah dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor, dan 3) meningkatnya
kepercayaan masyarakat sehingga jumlah peserta didik
baru meningkat; dan 3) tindak lanjut dari pemberdayaan
sekolah sahabat keluarga harus dilakukan guna
meningkatkan kinerja warga sekolah, melestarikan
sekolah ramah lingkungan, memberikan peluang kepada
warga sekolah untuk meningkatkan kariernya dan
prestasi SD Negeri Batursari 5 dalam semua aspek yang
mendukung peningkatan mutu pendidikan.
Berdasarkan dampak dari pemberdayaan Sekolah
sahabat keluarga maka direkomendasikan: 1) kepala
sekolah perlu memperdayakan keluarga dan menjalin
kolaborasi dengan pihak lain sehingga pencapaian visi
dan misi sekolah menjadi tanggung jawab bersama dan 2)
sekolah perlu membentuk tim work untuk mewujudkan
sekolah unggul.

156
Daftar Pustaka
Handoko, Hani. 2010. Manajemen Personalia dan Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE
Kemendikbud. 2017. Permendikbud Nomor 30. Tentang
Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan.
Jakarta: Kemdikbud.
Permen Lingkungan Hidup Nomor 05.2013.Pedoman
Program Pelaksanaan Adiwiyata. Jakarta. Kemenlh.
Sukirman. 2017. Sekolah Sahabat Keluarga. Jakarta:
Kemdikbud.

157
Tentang Penulis
Wahyuningsih Rahayu, S.Pd.,M.Pd.
lahir di Boyolali tahun 1971 puteri
dari seorang ibu dan ayah yang
juga pernah menjadi Kepala SD.
Tinggal di Jl. Pucang Asri 2 No 12
Perpumnas Pucanggading, Demak
Jawa Tengah. Pernah belajar di
SDN Sangub 2 Musuk Boyolali,
SMPN 1 Boyolali, SPGN Boyolali,
D2 PGSD IKIP Negeri Semarang,
S1 dan S 2 UNNES. Sebagai PNS sejak tahun 1995,
menjadi Kepala SD sejak tahun 2013 di SDN Batursari 3
dan tahun 2016 di SDN Batursari 5 Mranggen Demak.
Buku ber-ISBN yang pernah ditulis Telur-telur
Kehidupan, Model Pembelajaran Komeks, Indahnya
Persahabatan, Manajemen Parli Korea untuk
Mendongkrak Sekolah Unggul dalam Succses Story
Kepala Sekolah SD. Prestasi yang pernah diraih juara 1
penulisan PTS tingkat Provinsi Jawa Tengah (2014), juara
2 Kepala Sekolah Prestasi tingkat Provinsi Jawa Tengah
(2015), terbaik 3 simposium nasional Kemdikbud (2017),
dan juara 1 Kepala Sekolah Prestasi Provinis Jawa tengah
tahun 2019. HP. 081325442803

158
DENGAN MANAJEMEN
PEMBIASAAN, PARTISIPASIF,
TAULADAN DAN KOLABORATIF
DAPAT MELANGKAH MENJADI
SEKOLAH BIRU
Rohimah
Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Pancor, Nusa tenggara Barat
Email : rohimah23@gmail.com

Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan


Memperhatikan kondisi awal saat pertama kali
ditugaskan di SDN 2 Pancor pada bulan Maret 2016
diperoleh gambaran secara umum kalau SDN 2 Pancor
merupakan sekolah yang paling memiliki banyak
kekurangan dibandingkan ketiga sekolah negeri yang ada
di gugusnya. Kekurangan tersebut antara lain, ruang
belajar hanya memiliki 6 dari 9 rombel yang ada, guru
kelas PNS hanya 4 dan seorang guru PAI sisanya diisi
oleh guru honor. Masih banyak siswa yang tidak disiplin
dalam kedatangan, perkelahian, cara berpakaian dan
rambut.
Dari hasil identifikasi awal permasalahan yang ada
maka langkah awal yang saya proiritaskan adalah
membangun karakter siswa dengan mengangkat brand
sekolah BIRU sebagai manifestasi dari visi misi SDN 2
Pancor yakni Cerdas, Trampil dan Religius. Gerakan
sekolah buru merupakan akronim dari cita cita sekolah
untuk mewujudkan generasi yang Berkarakter, Inovatif,
Religius dan Unggul.
Empat faktor penting dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan yakni sarana prasarana, proses
pembelajaran, kebijakan, dan kepala sekolah. Dari
159
keempat faktor tersebut banyak sekali kekurangan yang
dimiliki SDN 2 Pancor terutama dalam hal sarana
prasarana, dari sembilan rombel yang ada kami hanya
memiliki enam ruang kelas. Kondisi awal seperti itu
berkaitan pula dengan faktor yang lainnya. Demi
kelancaran proses pembelajaran maka upaya yang saya
lakukan di SDN 2 Pancor dalam mengatasi kekurangan
sarana prasarana ini dengan cara memanfaatkan fasilitas
yang ada. Terkait dengan kebijakan dari pemerintah dari
tingkat terendah hingga ke tingkat yang paling tinggi
yang meliputi kurikulum, standar nasional pendidikan
hingga perekrutan guru dan tenaga kependidikan.
Terkait proses pembelajaran dengan kekurangan guru
yang ada (5 orang guru kelas PNS) berusaha
memenuhinya dengan tenaga honorer yang digaji dari
BOS. Upaya peningkatan mutu dalam proses
pembelajaran dilakukan dengan pembinaan guru secara
terus menerus terutama terkait dengan empat
kompetensi sesuai tuntutan pendidikan abad 21 yang
dikenal dengan 4C yang meliputi Critical Thinking
(berpikir kritis), Collaboration (kerja sama),
Communication (komunikasi) dan Creativity
(kreativitas). Dalam hal ini inovasi dan leadership
(kepemimpinan) seorang kepala sekolah sangat
diharapkan agar mampu menciptakan suasana dan
ekosistem yang baik di lingkungan sekolah dan juga
sekitarnya.
Dalam upaya peningkatan mutu dan prestasi
sebagai seorang kepala sekolah, saya dituntut untuk
memiliki kreativitas dan inovasi yang diharapkan bisa
menjadikan sekolah yang saya pimpin menjadi sekolah
yang bagus, maju dan berprestasi. Mengusung P2TK
yang merupakan akronim dari (Partisipatif, Pembiasaan,
Tauladan dan Kerjasama), sebagai suatu program yang
diterapkan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan
dan penguatan pendidikan karakter.

Memperkenalkan sekolah melalui Brand Sekolah


Seperti barang, sekolah juga perlu diperkenalkan
160
kepada masyarakat luas agar dikenal lebih dekat semua
hal yang terkait dengan sekolah tersebut. Memperhatikan
tujuan yang ingin dicapai di SDN 2 Pancor, maka
disusunlah brand yang kira-kira pas setelah melakukan
analisis swot terhadap sekolah dan seperti apa tujuan
yang ingin dicapai oleh sekolah sebagaimana tertuang
dalam visi misi sekolah. Terkait hal tersebut bersama
jajarannya penulis (kepala SDN 2 Pancor) membranding
sekolah agar mudah dikenal dengan dengan brand
sekolah “BIRU” yang merupakan akronim dari
berkarakter, inovatif, religius dan unggul.
Sebagai perwujudan dari visi SDN 2 Pancor yaitu
cerdas, inovatif dan religius dengan misi (1) Menyiapkan
generasi unggul yang memiliki potensi dibidang IMTAQ
dan IPTEK. (2) Membentuk sumber daya manusia yang
kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangan zaman.
(3) Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercaya di
masyarakat. (4) Menuju sekolah dasar bersih dan sehat.
(5) Mewujudkan Sekolah Berbudaya Lingkungan
(Adiwiyata). Menggunakan brand sekolah biru SDN 2
Pancor berusaha memperkenalkan keunggulan maupun
kekhasan yang dimilikinya proses pembinaan siswanya.
Biru memiliki beragam makna dan penafsiran
akan tetapi pada brand SDN 2 Pancor dimaksudkan
sebagai kata yang mudah diingat dan akrab dengan anak
anak dan lingkungan sekolah. Adapun jika diuraikan
secara mendetil makna dari brand biru pada SDN 2
Pancor adalah sebagai berikut.
B mewakili kata Berkarakter pada brand biru yang
menjadi bran SDN 2 Pancor. Berpedoman pada
Perpres Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter yang menekankan pada
pendidikan karakter yang meliputi lima karakter
yaitu Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong royong
dan Integritas jika dilihat tujuannya secara umum
dapat digambarkan secara singkat adalah untuk
membangun generasi emas tahun 2045 yang berjiwa
Pancasila dan berkarakter dalam menghadapi
dinamika perubahan masa dengan melibatkan peran
161
serta semua pihak melalui jalir formal, informal dan
non formal dengan memperhatikan keragaman
masyarakat. Salah satu langkah yang ditempuh
adalah dengan merevitalisasi dan memperkuat
potensi peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan,
lingkungan dan keluarga dalam
mengimplementasikan PPK.
I mewakili kata Inovatif sebagai salah satu manifestasi
dari visi misi SDN 2 Pancor.
R mewakili kata Religious dalam usaha menggapai visi
misi SDN 2 Pancor.
U mewakili kata Unggul pada brand sekolah yang
merupaka upaya mewujudkan agar output SDN 2
Pancor kelak dapat menjadi generasi unggul yang
akan mampu bersaing dalam masyarakat.
Terkait upaya untuk menjadikan output yang
unggul maka kami di SDN 2 Pancor menerapkan sistem
pembinaan yang kami istilahkan asah berlian. Kegiatan
asah berlian ini adalah upaya peningkatan prestasi
peserta didik kami di SDN 2 Pancor yakni berusaha
mengasah dan membina kemampuan minat dan bakat
yang mereka miliki.
Brand SDN 2 Pancor yang merupakan manifestasi
dari visi misi sekolah yakni ‘Cerdas, Kreatif dan Religius’
menjadi sekolah ‘biru’. Brand yang diusung itu bukan
karena sekolah yang catnya berwarna biru akan tetapi
biru itu sebagai sebuah akronim dari tujuan yang ingin
dicapai oleh sekolah terhadap outputnya yakni setamat
dari SDN 2 Pancor agar outputnya menjadi anak yang
BIRU (Berkarakter, Inovatif, Religius dan Unggul.)
Dalam upaya memperkenalkan brand tersebut,
ada banyak cara yang ditempuh, di antaranya melalui
pengenalan oleh guru di kelas, rapat wali murid maupun
komite sekolah, pada kegiatan pagi dilapangan sehingga
peserta didik menjadi akrab dengan brand tersebut.
Merekalah yang mengenalkannya kepada orang tua dan
masyarakat sekitarnya. Sambil soaialisasi juga sedikit
demi sedikit diperkenalkan akan pelaksanaan /
manajemen P2TK (Partisifasi, Pembiasaan, Tauladan dan
162
Kolaborasi) sebagai langkah yang dirasa tepat untuk
mewujudnyan dalam upaya pembangunan karakter dan
pembinaan prestasi siswa selama menempuh pendidikan
di SDN 2 Pancor. Untuk mengenalkan kepada
masyarakat luas, visi misi dan brand sekolah,
diperkenalkan juga melalui tulisan di gerbang sekolah.

Gambar 1a. Visi Misi Sekolah

Gambar 1b. Brand Sekolah

Penguatan Pendidikan Karakter


Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Peserta
didik dalam manajemen Partisipatif, Pembiasaan,
Tauladan dan Kolaboratif (P2TK) dilakukan melalui
pembiasaan dalam kegiatan di sekolah, partisifasi semua
pihak terkait, tauladan dari guru dan orang tua serta kerja
sama semua unsur terkait tersebut. Beberapa kegiatan
yang dilakukan dalam upaya mewujudkan sekolah biru
dalam upaya penguatan karakter peserta didik maka di
SDN 2 Pancor dilakukan beberapa kegiatan di antaranya.
Karakter Religius diwujudkan melalui beberapa kegiatan
di sekolah seperti kegiatan pagi, kegiatan ekstrakurikuler

163
dan terintegrasi dalam pembelajaran. Karakter religius
juga ditanamkan melalui contoh tauladan dari guru
sebagai tokoh utama dalam tauladan di sekolah.
Karakter Nasionalis ditanamkan melalui kegiatan
pagi upacara hari Senin, kegiatan pagi di dalam kelas
sebelum belajar seperti manyanyikan lagu Indonesia
Raya dan juga dengan menintegrasikannya ke dalam
kegiatan pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler.
Karakter Mandiri ditanamkan melalui latihan disiplin
baik kedatangan, keadaan di kelas dan diluar kelas, berani
bertanggung jawab dan berani. Karakter Gotong royong
ditanamkan melalui kegiatan piket pagi, gerakan kakak
pembimbing sebagai embrio dari sekolah aman dan
ramah anak, kerja sama dan kekeluarga sedangkan
penanaman karakter Integritas melalui tauladan dan
bimbingan yang terus menerus secara
berkesinambungan serta lingkungan yang mendukung
tumbuhnya integritas yang tinggi pada siswa melalui
pembiasaan dan tauladan oleh semua pihak. Inovatif
diwujudkan dengan berusaha menggali bakat minat
peserta didik, membimbing peserta didik untuk
menciptakan karya inovatif sesuai dengan bakat dan
kemampuan mereka. Karakter Religius ditanamkan
dengan menyelipkan nilai-nilai religious dalam setiap
kegiatan di sekolah. Untuk membentuk siswa yang
Unggul, melalui pembinaan kepada peserta didik dengan
memberika pembinaan sesuai dengan bakat yang mereka
miliki dan kemampuan pendidik sebagai pembinanya
bahkan jika sangat mendesak kami terkadang
mendatangkan pelatih khusus dari luar sekolah.
Dalam upaya penguatan pendidikan karakter di
SDN 2 Pancor ada beberapa langkah yang ditempuh, di
antaranya:
a. Mengoptimalkan peran guru dalam kegiatan
pembelajaran dan berusaha mengintegrasikan
materi penguatan pendidikan karakter dalam
kegiatan pembelajaran.
b. Guru sebagai tokoh utama di sekolah berusaha
menjadu tauladan dalam disiplin, ucapan, sikap
164
maupun tindakan. (Megawangi,Ratna.2004)
c. Menanamkan disiplin dan taat peraturan terhadap
semua warga sekolah.
d. Menjalin komunikasi yang harmonis dengan orang
tua/wali murid.
e. Menjalin kerjasama dengan dinas/instansi terkait,
dunia usaha, alumni maupun masyarakat sekitar
lingkungan sekolah.
f. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif,
aman dan menyenangkan sebagai tempat belajar.
Untuk memperoleh hasil yang optimal
sebagaimana tuntutan dalam penguatan pendidikan
karakter maka di SDN 2 Pancor saya berusaha
menempuh beberapa cara, yang diistilahkan dengan
manajemen P2TK (Pembiasaan, Partisipatif, Tauladan
dan Kolaboratif).
1. Pembiasaan dan Tauladan
Pembiasaan dan Tauladan yang dilakukan secara terus
menerus di lakukan dengan melibatkan semua pihak
terkait. Pembiasaan yang dilakukan dalam penguatan
pendidikan karakter di SDN 2 Pancor di antaranya:
a. Salam pagi
Salam pagi adalah istilah saat pagi-pagi ketika anak
datang bertemu bapak ibu guru yang berdiri di
depan kelas menyambut kedatangan mereka.
selain sebagai ajang untuk bersilaturrahmi dan
saling mengenal lebih dekat dengan wali murid
yang mengantarkan putra putri mereka ke sekolah.
Bagi peserta didik yang kebagian piket datang
sebelum pk 07.00 di bawah bimbingan guru piket
membersihkan lingkungan sekolah sesuai dengan
jadwal pembagian mereka. Begitu pk 07.00 bel
berbunyi semua sudah bersih semua warga sekolah
mengikuti kegiatan pagi 15 menit di halaman
sekolah.

165
Gambar 2. Salam Pagi

b. Sapu Bersih Lima Menit Sampah


Sapu bersih lima menit sampah (Saber limit
sampah) adalah kegiatan yang dilakukan begitu bel
masuk setelah istirahat. Lima menit waktu yang
digunakan untuk bersama memunguti sampah
yang berserakan di halaman maupun teras sekolah
di bawah pantauan bapak/ibu guru. Saber limit
sampah kami istilahkan dalam rangka
menanamkan kesadaran kebersihan lingkungan
kepada peserta didik. Awalnya susah tapi lama-
lama mereka menjadi terbiasa. Tujuannya untuk
melatih tanggung jawab semua warga sekolah
terhadap kebersihan lingkungan sekolah.

Gambar 3a. Sapu Bersih Lima Menit Sampah

166
Gambar 3b. Hasil Sapu Bersih Lima Menit Sampah

c. Implementasi PPK dalam Pembelajaran


Penguatan pendidikan karakter tidak diajarkan
pada jam pelajaran khusus akan tetapi terintegrasi
dalam proses pembelajaran. Dalam
pengintegrasian PPK pada proses pembelajaran
guru dituntut pleksibel alam menentukan metode
dan media pembelajaran yang bisa menunjang
pembelajaran dan suksesnya PPK.
Contoh sederhana penerapan PPK dalam
pembelajaran di SDN 2 Pancor. Masuk kelas siswa
berdoa sebelum memulai pembelajaran sebagai
implementasi dari karakter religius. Dilanjutkan
dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai
pembentukan karakter Nasionalis. Memberikan
tanggung jawab piket melatih karakter mandiri
dan gotong royong dan karakter integritas
ditanamkan saat anak menyelesaikan soal ujian
dengan jujur. Dalam pembinaan untuk
memperoleh hasil yang sesuai dengan target maka
perlu dilaksanakan secara berkesinambungan dan
tanpa hentinya guru memberikan tauladan dan
memantau teus pembiasaan serta pelibatan semua
unsur terkait.

167
Gambar 4a. Nasionalis Gambar 4b. Gotong Royong

Gambar 4c. Integritas

Implementasi PPK dalam Pembelajaran

d. Implementasi PPK dalam kegiatan


ekstrakurikuler
Pembentukan karakter melalui kegiatan
ekstrakurikuler pilihan peserta didik sesuai dengan
bakat dan kemampuan yang mereka miliki.
Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang kami
tawarkan kepada peserta didik kami di SDN 2
Pancor sebagai langakah dalam penguatan
pendidikan karakter di antaranya pramuka, tahfiz,
dokter kecil, drumband, seni lukis, seni tari seni
musik tungkek, pantomim, pasupera, pidato
olimpiade mipa dan kegiatan literasi
(mendongeng, baca puisi, cipta pantun, cipta syair
dan menulis cerpen).

168
Gambar 5a. Seni Gambar 5b. Seni Gambar 5c. Puisi Gambar 5d. Menulis

Pembinaan bakat siswa


2. Partisipatif dan Kolaboratif
a. Pelibatan Masyarakat Sekolah
Untuk mewujudkan visi misi sekolah
menjadi sekolah biru maka peran serta semua
unsur terkait di sekolah ikut berpartisifasi
dalam memberikan tauladan, membangun
kerja sama secara terus menerus dan
berkesinambungan sesuai dengan prinsip
manajemen P2TK.
Setiap warga sekolah menjalankan peran dan
bertanggung jawab terhadap tugas mereka
sesuai dengan pembagian tugas yang sudah
ditetapkan dan membantu yang lain jika
mengalami kesulitan.
b. Pelibatan Komite Sekolah dan Wali Murid dan
pihak lain terkait
Komite sebagai salah satu unsur yang
berperan dalam pengembangan sekolah.
Komite sekolah bukan hanya berperan
membantu dalam pengembangan mutu
namun juga bagaimana melengkapi sarana.
Komite sekolah di SDN 2 Pancor bersama
beberapa instansi terkait, alumni dan
masyarakat sekitar sekolah telah berupaya
membantu sekolah dengan membangunkan
sebuah ruangan kecil yang saya sebut sebagai
ruang serbaguna, namun karena kekurangan
ruang belajar maka ruangan itupun saya ubah

169
menjadi ruang belajar.
c. Gerbang Samalas
Gerbang samalas yang erupakan akronim
dari Gerakan Alumni Membangun Sekolah
adalah sebuah gerakan yang saya lakukan dalam
upaya mengetuk hati para alumni untuk
kembali ke sekolahnya untuk membantu
pelaksanaan pendidikan di sekolah mereka
sesuai dengan kemampuan dan bakat mereka.
Melalui gerbang samalas para alumni
memberikan sumbangsihnya kepada sekolah
untuk kemajuan sekolah yang dulu pernah
menjadi tempat mereka menuntut ilmu. Salah
satu hasil dari gerbang samalas adalah
membantu terwujudnya sebuah ruang
serbaguna yang karena kekurangan kelas saya
ubah menjadi ruang belajar.

Kegiatan Literasi
Sejak dicanangkannya pembiasaan literasi yang
terkait dengan PPK yang terintegrasi dengan
pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Mulanya kegiatan literasi hanya sebatas membaca
sebelum jam pelajaran dimulai, namun ternyata hasilnya
belum memuaskan, terbukti dengan belum adanya
kesadaran peserta didik akan kegiatan literasi tersebut
dan rendahnya pemahaman akan literasi yang terbatas
hanya pada kegiatan membaca saja.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka diadakanlah
inovasi dalam pelaksanaan kegiatan literasi di sekolah
dengan harapan melalui gerakan literasi sekolah dapat
mengangkat prestasi sekolah dan membentuk karakter
siswa dan menjadikan budaya yang menjadi ciri khas
sekolah. Melalui kegiatan literasi pagi yang dilaksanakan
secara berkesinambungan dan melibatkan semua pihak
terkait pembentukan karakter peserta didik kami
selipkan sekaligus untuk menjaring bakat dan minat
mereka agar dalam pembinaan sesuai dengan bakat
mereka.
170
Dalam pelaksanaannya kegiatan pagi di SDN 2
Pancor dilakukan selain untuk pembentukan karakter
juga pembentukan budaya literasi. Kegiatan pagi sebagai
pembiasaan dan melatih disiplin peserta didik maka SDN
2 Pancor memulai kegiatan sejak pukul 07.00. jika ada
siswa yang terlambat maka sebagai sangsinya mereka
akan mengikuti kegiatan pagi di pos depan (gerbang
sekolah). Setelah kegiatan pagi di halaman berakhir
barulah ditanya alasan keterlambatan mereka dan
menasehati untuk tidak mengulang lagi selanjutnya
mengikuti kegiatan literasi di kelas lima belas menit
sebelum pelajaran dimulai. Adapun kegiatan pagi secara
bersamaan di halaman sekolah kami lakukan berbeda di
setiap harinya. Kegiatan tersebut saya tampilkan pada
tabel sebagai berikut.

Tabel. 2 Kegiatan Literasi


Hari Kegiatan Karakter yang ditanamkan Ketr
Senin Upacara hari Melatih disiplin dan sikap nasionalis Kegiatan
senin kegiatan upacara hari senin dengan dilakukan
petugasnya bergilir dari siswa kelas di
empat sampai kelas enam halaman
Selasa Senam pagi Menanamkan karakter mandiri dan sekolah
integritas melalui sikap tanggung
jawab
Rabu Membaca Menanamkan karakter religious
Juz Amma
Kamis Pidato /dai Menanamkan karakter mandiri dan
cilik percaya diri
Jumat Imtaq Menanamkan karakter religious,
mandiri dan gotong royong
Sabtu Pentas Seni Menanamkan karakter mandiri dan
percaya diri

Hasil nyata dari program literasi di SDN 2 Pancor


adalah, telah tersusunnya dua buah buku ontologi karya
peserta didik di SDN 2 Pancor berupa satu buku
kumpulan cerpen dan satu lagi kumpulan syair dan
pantun karya mereka. di samping itu selama tiga tahun
berturut- turut 2017, 2018 dan 2019 siswa SDN 2 Pancor
selalu lolos menjadi Finalis Festifal dan Lomba Literasi
Sekolah tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh

171
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Tahun 2018 meraih juara 3 tingkat nasional
dalam ajang ini.

Program Adiwiyata
1. Menguragi sampah plastik
Program mengurangi sampah di SDN 2 Pancor
melakukan upaya untuk menanamkan kesadaran
pada peserta didik akan kondisi sampah plastik yang
tidak bisa kita hindari. Memulai dari lingkungan
sekolah kami mengajarkan kepada peserta didik kami
tentang langkah-langkah mengantisipasi sampah
plastik yang mudah mereka lakukan.
Salah satu hal yang mulai kami ajarkan dalam
kegiatan ini dengan cara mengarahkan mereka agar
membawa makanan/bekal menggunakan wadah dari
rumah untuk mengurangi sampah plastik.

Gambar 6. Mengurangi Sampah Plastik

2. Pemanfaatan Ulang Sampah


Cara lain dalam menanggulangi sampah plastik
adalah dengan pemanfaatan ulang sampah plastik
menjadi barang yang berguna.

Gambar 7a.Pot Dari Botol Gambar 7b. Pot dari Botol Gambar 7c. Pot Ban

172
3. Sampah Organik
Sampah organik kami upayakan menjadi
kompos sebagai pembelajaran kepada peserta
didik akan cara menangani sampah agar
bermanfaat bagi lingkungan. Pembuatan sampah
di sekolah kami menghasilkan dua jenis pupuk
yaitu kompos dan pupuk cair.

Gambar 8a. Pembuatan Pupuk Cair Gambar 8b. Pembuatan Kompos

4. Kebun Sekolah
Di sekolah juga diberikan contoh bagaimana
memanfaatkan halaman sekolah kami yang
sempit.

Gambar 9. Kebun sekolah

D. Perubahan yang Terlihat


Prestasi yang Dicapai Secara Keseluruhan Oleh SDN
173
2 Pancor Dalam Tiga Tahun Terakhir setelah penerapan
manajemen P2TK dalam upaya mewujudkan mutu
sekolah dan prestasi siswa menjadi sekolah biru sesuai
dengan brand SDN 2 Pancor ada banyak peningkatan
terutama dalam prestasi siswa baik dalam bidang
akademik maupun ekstrakurikuler.
Perubahan yang terlihat sebagai perbandingan antara
sebelum dan sesudah pelaksanaan P2TK dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 1. Data Perubahan
NO MASALAH TEMUAN AWAL PERUBAHAN YANG TERJADI
- Jumlah siswa yang terlambat sedikit demi
sedikit berkurang malah lebih sering tidak
ada yang terlambat.
- Siswa dan guru - Guru yang datag terlambat lama kelamaan
Disiplin
1 banyak yang malu datang terlambat.
Kedatangan
datang semaunya. - Pk.07.00 bel sudah berbunyi dan gerbang
sudah ditutup.
- Jika terlambat konsekwensinya boleh masuk
setelah kegiatan pagi di halaman selesai
- Sering terjadi
bulliying anatar
- Tidak pernah terjadi lagi perkelahian
Pergaulan di sesama siswa.
maupun bully di sekolah
2 lingkungan - Perkelahian
- Kakak pendamping berperan membimbing
sekolah hamper tiap
adek kelasnya saat menemui kesulitan.
istirahat,

- Rambut gondrog
dan warna warni - Sedikit demi sedikit dengan pemantauan dan
- Seragam tidak pembinaan secara terus menerus siswa rapi
3 Kerapian
lengkap dalam berpakaian, rambut rapi digunting dan
- Baju acak acakan. tidak ada lagi rambut warna warni.

- Terbiasa
membuang
sampah di
sembarang
tempat
- Selesai jam
Lingkungan
4 istirahat sampah - Lingkungan sekolah bersih malah dua kali
sekolah
berserakan di meraih Juara I sekolah yang diselenggarakan
lingkungan oleh Dinas BLHP Kab. Lombok timur dan
sekolah. satu kali juara 3
- Sering merusak - Siswa merawat tanaman sekolah secara
bunga di taman berkelompok.
sekolah.
- Perpustakaan
Gerakan sering hanya
5
Literasi dijadikan tempat - Peserta didik banyak yang ke perpustakaan
bermain untuk membaca dan meminjam buku.
- Juara I Lomba Kompetesi Mata Pelajaran yag
di selenggarakan SMPN 3 Selong
- Belum banyak
- Meraih peringkat I nilai UAS tahun 2017
muncul siswa
Prestasi - Juara 2 cerdas cermat di SMP Lab,
6 dengan prestasi
akademik Hamzanwadi Tahun 2017
akademik yang
- Pada tahun 2018 menempati peringkat 5 nilai
menonjol
rata rata USBN di kecamatan dari semula
peringkat 12 pada tahun 2017
Seni - Siswa mulai - Memiliki dan mampu memainkan kesenian
7 Budaya melupakan tradisional Tungkek. Alat musik Khas Pancor
Lokal budaya nya. kecamatan Selong.
8 Prestasi - Siswa yang - Peserta didik bersemangat mengikuti
ekstrakurikuler semula kurang kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan bakat

174
apresiatif mereka terlebih jika melihat keberhasilan
terhadap kegiatan teman-teman mereka yang sukses hingga ke
ekstrakurikuler tingkat nasional.

Gambar 10a. Juara FL2N Gambar 10b. Seni Tungkek Gambar 10c. Juara FL2N

Gambar 10d. Pameran Seni Gambar 10e. Drumband Gambar 10f. Juara Pantomim

Demikian uraian pelaksanaan praktik baik di


sekolah saya pada upaya peningkatan mutu dan prestasi
siswa melalui penguatan pendidikan karakter yang saya
sebut dengan istilah manajemen Pembiasaan, Partisipatif,
Tauladan dan Kolaboratif (P2TK) yang dapat
menghasilkan peningkatan pada sekolah dan siswa SDN 2
Pancor. Beberapa rekomendasi yang bisa penulis
sampaikan dari tulisan ini di antaranya: (1) Pembiasaan
yang terus menerus dengan memberikan tauladan serta
mengaktifkan semua komponen sekolah dapat
mempercepat tercapainya Penguatan Pendidikan
Karakter. (2) Pembinaan bakat dan minat peserta didik
disesuaikan dengan kemampuan dan bakat minat

175
mereka. (3) Pelibatan dan kolaborasi dengan semua pihak
melalui manajemen P2TK membantu suksesnya
pencapaian sekolah biru.
Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya saya sampaikan kepada kepada Direktorat
Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menulis
karya kami dalam bentuk artikel dengan harapan semoga
apa yang telah saya tulis ini dapat bermanfaat untuk
kemajuan pendidikan di negeri tercinta ini. Terima kasih
juga kepada Prof. Dr. Baso Indang

Daftar Pustaka
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter, Jakarta :
Indonesia Heritage Fondation
Kemdikbud. 2017. Peraturan Presiden (Perpres) nomor 87
tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
Tim Pustaka Phoenix. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta. PT Media Pustaka Phoenix
Tim Pengembang Kurikulum. 2019. Kurikulum Sekolah
Dasar Negeri 2 Pancor. Pancor

176
Tentang Penulis
Rohimah,S.Pd.M.Pd dilahirkan di
Kalijaga, Lombok Timur NTB pada
tanggal 23 Agustus 1972.
Pendidikan guru diperolehnya
sejak bersekolah di SPGN Mataram.
Menyelesaikan pendidikan D2
PGSD di Universitas Udayana Bali
pada tahun 1992 selanjutnya mulai
mengajar pada tahun 1993 di SDN
2 Kotaraja. Pendidikan S1
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia diselesaikan di Universitas Muhammadiyah
Mataram pada tahun 2003, selanjutnya S2 Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia diselesaikan di Universitas
Mataram pada tahun 2014. Tahun 2016 menjadi kepala
Sekolah di SDN 2 Pancor. No Hp. 081339629135

177

Anda mungkin juga menyukai