Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KONSEP EVALUASI PEMBELAJARAN MEMBACA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Keterampilan Membaca

Dosen Pengampu : Rani Jayanti, S.Pd., M.Hum

Disusun Oleh :

1. Arni Yuniar Prastika (52106130003)


2. Muhitotun Nadhifah (52106130006)
3. Uut Istianah (52106130016)

UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PERIODE 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP EVALUASI
PEMBELAJARAN MEMBACA”.

Makalah “KONSEP EVALUASI PEMBELAJARAN MEMBACA”. Disusun


guna memenuhi tugas dari dosen Rani Jayanti, S.Pd., M.Hum pada bidang studi/mata
kuliah Keterampilan Membaca di Universitas Islam Majapahit. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
“KONSEP EVALUASI PEMBELAJARAN MEMBACA”. Penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Rani Jayanti, S.Pd., M.Hum. selaku dosen
mata kuliah Keterampilan Membaca. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 18 Mei 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB 1.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................................................4

B.Rumusan Masalah...........................................................................................................6

C.Tujuan.............................................................................................................................6

BAB II........................................................................................................................................7

PEMBAHASAN........................................................................................................................7

A. Mengklasifikasikan Konsep Pembelajaran Membaca..............................................7

B. Pengertian Evaluasi.....................................................................................................16

C. Pengertian Membaca...................................................................................................17

D. Pengertian Evaluasi Membaca.....................................................................................18

E. Jenis-jenis Evaluasi Membaca .....................................................................................18

F. Mengaplikasikan Evaluasi Membaca...........................................................................19

BAB III.....................................................................................................................................21

PENUTUP................................................................................................................................21

A.KESIMPULAN ............................................................................................................21

B. SARAN........................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membaca adalah suatu  kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh setiap
orang yang ingin mengetahui tentang sesuatu. Dengan membaca, seseorang
akan dapat mengetahui bermacam – macam informasi penting yang diperlukan
dalam berbagai aspek kehidupan. Informasi yang  penting   menyangkut
kebutuhan hidup seseorang atau kelompok orang, seperti sandang, pangan,
papan, kesehatan, pendidikan, pencapaian cita-cita, dan estetika. Dalam
kebutuhan–kebutuhan hidup tersebut, diperlukan baik secara langsung maupun
tidak langsung yang berkaitan erat  dengan kemampuan dan hasil membaca.
Para pakar dari berbagai bidang ilmu pengatahuan misalnya, mustahil akan
menguasai dalam bidangnya tanpa membaca. Para teknokrat tidak mungkin
menguasai keahhliannya tanpa membaca. Para wartawan, karyawan, bahkan ibu
rumah tangga pun tidak mungkin dapat berperan secara baiak dan maksimal
dalam melakukan tugasnya tanpa membaca. Karena itu, membaca adalah
bagian yang   penting dan vital di dalam kehidupan manusia. Sungguh tepat  
seorang nabi dan rasul terakhir yang  bernama Muhammad, menerima wahyu
yang pertama adala perintah untuk membaca ( Q.S:96:1) Pemerintah telah
berupaya meningkatkan mutu dan kompetensi membaca siswa sejak usia
sekolah dasar. Karena itu, komponen dasar utama yang harus dikuasai siswa SD
selama bersekolah di SD adalah kemampuan membaca, menulis, dan berhitung,
yang dikenal dengan istilah 3R ( reading, writing, and arithmetic). Artinya,
pemerintah sadar bahwa tanpa penguasaan ketiga kemampuan dasar tersebut,
tidak mungkin bangsa kita menjadi maju, untuk mengejar ketinggalan atau
menyamakan kedudukan dengan negara lain yang sanngat pesat kemajuan
teknologinya dewasa ini. Melihat kenyataan  kehidupan sekarang banyak anak
– anak sekolah masih malas untuk membaca. Hal itu dapat kita lihat sekolah –
sekolah, terutama sekola di desa – desa. Dengan demikian pemerintah harus
menyediakan anggaran yang sangat besar untuk menyelenggarakan kegiatan
sarana prasarana bagi sekolah, terutama buku – buku bacaan. Walaupun
demikian, secara realita kemampuan dasar yang dicanangkan pemerintah belum
begitu teralisasi secara membanggakan. Karena kemampuan bangsa Indonesia
dari ketiga bidang tersebut masih rendah, bahkan masihh sekian perseratus yang
belum melek baca, tulis, dan hitung. Adapun penyebabnya sangat kompleks,
misalnya kurangnya kemampuan guru, gaji guru belum   memadai untuk

4
memenuhi kebutuan hidup sehari-hari yang layak, imprasktruktur dan fasilitas
pendidikan masih kurang, minat belajar siswa belum optimal, orang tua siswa
kurang mengerti pentinnya pendidikan, dan ekonomi orang tua siswa tidak
sanggup untuk membiayai sekola anak – anak mereka. Di samping faktor –
faktor tersebut, masih banyak faktor lain yang membuat para siswa kurang
menguasai kemampuan dasar, terutama membaca, yakni budaya dan
lingkungan siswa yang kurang kondusif. Tentang pengaruh buadaya yang tidak
suka membaca secara turun temurun, suka menerima informasi melalui mulut
ke mulut atau dengar cerita dari orang ke orang. Fenomina menerima informasi
hanya mulut ke mulut ini sangnat mengganggu dalam melatih kemahiran
membacasiswa / anak. Karena, sejak dijajah selama lebih dari tiga setengah
abad di negeri ini, para penjajah sengaja membuat anak bangsa ini jauh dari
ilmu pengetahuan dan kemajuan. Di dalam  era reformasi dan kemajuan
teknologi saat ini, sudah saatnya bangsa kita berlomba – lomba meraih
kemajuan di segal bidang sebagaimana bangsa – bangsa lainya. Kemajuan itu,
tidak  terlepas dari peran para guru yang ada di sekolah – sekolah. Guna untuk
peningkatan kemampuan siswa sesuai dengan bidang yang dipercayakan
kepada masing – masing guru. Khusus bagi guru – guru bahasa dan sastra
Indonesia  ini harus siap untuk meningkatkan berbagai pengetahuan dan
ketrampilan berbahasa Indonesia terutama bagi guru semuanya. Dalam
ketrampilan bahasa Indonesia di tuntut siswa bisa membaca dan menulis, maka
guru harus siap dengan program pembelajaran membaca sesuai dengan filosofi,
pendekatan, teknik yang telah disepakati, pengetahuan tentang membaca,
terampil melatih siswa dalam membaca, dan mampu membangkitkan minat
serta motivasi siswa untuk suka dan mampu membaca sesuai dengan  tuntutan
zaman. Siswa saat ini perlu dituntut untuk bisa mengembangkan sistem
membaca secara tepat dan guna. Perkembangan  ilmu dan arus informasi yang
semakin deras akhhir – akhir ini mengharuskan pencari informasi menemukan
cara paling jitu atau tepat, agar dengan mudah memahami setiap informasi yang
tersaji dalam media tulis.

Evaluasi merupakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar.


Sebagai suatu komponen, maka evaluasi tidak dapat dipisahkan dari komponen-
kompenen yang lain. Artinya setiap kali kegiatan itu diselenggarakan maka
evaluasi juga diadakan. Salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan
pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu
faktor penting untuk efektifitas pembelajaran adalah faktor evaluasi baik

5
terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Evaluasi dapat mendorong siswa
untuk giat belajar secara terus menerus dan juga mendorong guru untuk lebih
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan juga mendorong sekolah untuk
lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak
hanya mampu mengajar dengan baik tetapi juga dapat melakukan evaluasi
dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu
lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar
tetapi juga perlu penilaian terhadap input, output, maupun kualitas proses
pembelajaran itu sendiri. Manfaat utama dari evaluasi adalah meningkatkan
kualitas pembelajaran dan selanjutnya akan terjadi peningkatan kualitas
pendidikan.

B.     Rumusan Masalah

1. Bagaimana Mengklasifikasikan Konsep Pembelajaran Membaca?


2. Apakah yang dimaksud pengertian evaluasi?
3. Apakah yang dimaksud Evaluasi Pembelajaran Membaca?
4. Apakah yang dimaksud Jenis Evaluasi Membaca?
5. Bagaimana  Mengaplikasikan Evaluasi Membaca?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Klasifikasikan Konsep Pembelajaran Membaca.
2. Menjelaskan pengertian evaluasi
3. Menjelaskan Tentang Evaluasi Pembelajaran Membaca
4. Menjelaskan Tentang Jenis Evaluasi Membaca
5. Mengaplikasikan Evaluasi Membaca

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengklasifikasikan Konsep Pembelajaran Membaca

1. Konsep Pembelajaran Membaca

Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berhubungan dengan


keterampilan berbahasa yang lain. Membaca merupakan suatu proses aktif yang
bertujuan dan memerlukan strategi. Hal ini didukung oleh beberapa definisi
berikut ini. Hodgson (dalam Tarigan, 1985:7) mengemukakan bahwa membaca
ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis.
Dalam hal ini, membaca selain sebagai suatu proses, juga bertujuan.

Membaca merupakan suatu proses dinamis untuk rekonstruksi suatu pesan


yang secara grafis dikehendaki oleh penulis (Goodman 1996). Dalam
pendekatan Buttom-Up, membaca sebagai proses dekoding berbagai simbol
tertulis kedalam berbagai ekuivalen pendengaran dalam bentuk linear (Nunan,
1999). Dengan demikian, dalam kegiatan membaca, pertama kali seseorang
membedakan masing-masing huruf saat ditemukan, menyembunyikan,
mencocokan simbol-simbol tertulis dengan ekuivalen-ekuivalen pendengaran,
mencampurkannya untuk membentuk kata-kata, dan memperoleh makna. Oleh
karena itu, menemukan makna sebuah kata merupakan langkah terahir dalam
proses itu.

Depdikbud (1985:11) menuliskan bahwa membaca ialah proses pengolahan


bacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh
pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian
terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai
dengan membaca pada tingkat lanjut, yakni membaca kritis dan membaca
kreatif.

Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa


membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, rumit, yang mencakup
atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil.
Dengan perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen,
yaitu: (a) pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca; (b) korelasi aksara
beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal; (c)

7
hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna
atau meaning (Broghton, dalam Tarigan 1979:11).

Keterampilan A merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-


bentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar, gambar di atas
suatu lembaran, lengkungan-lengkungan, garis-garis, dan titik-titik dalam
hubungan-hubungan berpola yang teratur rapi.

Keterampilan B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-


tanda hitam di atas kertas-yaitu gambar-gambar berpola tersebut-dengan
bahasa. Adalah tidak mungkin belajar membaca tanpa kemampuan belajar
memperoleh serta memahami bahasa. Hubungan-hubungan itu jelas sekali
terlihat terjadi antara unsur-unsur dari pola-pola tersebut di atas kertas dan
unsur-unsur bahasa yang formal.

Keterampilan ketiga atau C yang mencakup keseluruhan keterampilan


membaca, pada hakikatnya merupakan keterampilan intelektual; ini merupakan
kemampuan atau abilitas untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas
kertas melalui unsur-unsur bahasa yang formal, yaitu kata-kata sebagai bunyi,
dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut (Broghton, Tarigan
1979:12).

2. Karakteristik Pembelajaran Membaca

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar di lakukan


oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta
didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986:195) dalam
Sagala (2003:61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap
situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Pembelajaran membaca mengandung arti karena setiap kegiatan membaca


dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan membaca
dan memperoleh nilai-nilai yang baru. Proses pembelajaran membaca pada
awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh
siswa. Hal tersebut meliputi kemampuan dasar, motivasi, latar belakang
akademis, latar belakang sosial ekonomi, dan lain sebagainya. Kesiapan guru
untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran membaca merupakan
modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya

8
pelaksanaan pembelajaran. Jadi, belajar dan pembelajaran membaca diarahkan
untuk membangun kemampuan berfikir dan kemampuan menguasai materi
pelajaran, dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksi
dalam diri individu siswa.

Pembelajaran membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang


melibatkan serangkaian keterampilan lebih kecil lainnya. Secara garis besar,
terdapat dua karakteristik yang penting dalam pembelajaran
membaca.Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Keterampilan yang bersifat mekanis dapat dianggap berada pada urutan yang


lebih rendah. Hal ini mencakup: (a) pengenalan bentuk huruf; (b) pengenalan
unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan
lain-lain); (c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis); (d) kecepatan membaca ke taraf
lambat.
b. Keterampilan bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada pada urutan
yang lebih tinggi. Hal ini mencakup: (a) memahami pengertian sederhana
(leksikal, gramatikal, retorikal); (b) memahami signifikansi atau makna (a.l.
maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi
pembaca); (c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk); (d) kecepatan membaca
yang fleksibel, mudah disesuaikan dengan keadaan (Broghton, Tarigan
1978:12 – 13).
3. Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Membaca

Untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam penyajian pembelajaran


membaca, guru sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut: (1) Pemeriksaan
awal. (2) Persiapan lingkungan. (3) Persiapan siswa. (4) Penyajian bahan
pengajaran.

Broghton, dalam Tarigan (1978:12-13) menyebutkan ada beberapa hal yang


perlu diperhatikan dalam menetapkan bahan pembelajaran membaca.

1. Sesuai dengan atau dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.


2. Sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa pada umumnya.
3. Terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan.
4. Mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.     

9
Materi dan bahan pembelajaran membaca ditetapkan dengan mengacu pada
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bahan pembelajaran yang diberikan
bermakna bagi para siswa, dan merupakan bahan yang betul-betul penting, baik
dilihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari
bahan berikutnya. 

4.  Metode Pembelajaran Membaca

Dalam kenyataan sehari-hari seorang siswa perlu menggunakan kemampuan


membaca cepat untuk mengambil makna bahan bacaan secara efektif dan efisien.
Menurut Broghton (et.al) 1978 dalam Tarigan (1978. 22) ada beberapa cara
untuk meningkatkan kecepatan membaca yang dimiliki siswa hingga sampai
pada taraf yang efektif. Beberapa metode yang pernah dikembangkan untuk
meningkatkan hal ini adalah: a. metode kosakata, b. metode motivasi (minat),c.
metode bantuan alat, dan d. metode gerak mata. Untuk lebih jelasnya metode-
metode tersebut akan dibahas satu persatu.

a. Metode kosakata adalah metode yang mengembangkan kecepatan membaca


melalui pengembangan kosakata. Artinya, metode ini mengembangkan
perhatian pada aspek perbendaharaan kata seorang pembaca. Bagaimana
caranya? Kosakata seseorang itu terbatas jumlahnya, dan akan selalu
berkembang terus sesuai dengan kemampuannya menambah kosakata itu
setiap hari. Latihan meningkatkan dan menambah kosakata baru dengan dan
dalam jumlah yang banyak inilah prinsip metode kosakata. Dasar pikiran
metode ini sudah jelas, yaitu semakin besar dan semakin banyak
perbendaharaan kata siswa, semakin tinggi kecepatan membacanya. Inilah
yang diajarkan kepada siswa.

b. Cara kerja metode motivasi (minat) ialah memotivasi para pemula (pembaca


yang mengalami hambatan dalam kecepatan membacanya) dengan berbagai
macam rangsangan bacaan yang menarik, sehingga tumbuh minat
membacanya. Dari sini kemudian diharapkan muncul kebiasaan membaca
tinggi, yang pada akhirnya meningkat pula kecepatan dan pemahamannya
terhadap bacaan. Pikiran yang mendasari lahirnya metode ini adalah semakin
tertarik atau berminatnya seseorang pada jenis buku tertentu, semakin tinggi
kecepatan dan pemahaman seseorang.

10
c. Metode bantuan alat merupakan metode yang dapat membantu pembaca dalam
membaca (melihat baris-baris bacaan), gerak matanya dipercepat dengan
bantuan alat yang berupa ujung pensil, ujung jari, atau alat petunjuk khusus
dari kayu. Semula dengan kecepatan rendah, kemudian dipercepat, dan
semakin dipercepat. Jadi, kecepatan mata mengikuti kecepatan gerak alat.

d. Metode gerak mata adalah metode yang paling banyak dipakai dan


dikembangkan orang saat ini, baik untuk pembelajaran membaca permulaan,
maupun bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kecepatan membacanya.
Cara melatihnya yaitu mengembangkan kecepatan membaca dengan
meningkatkan kecepatan gerak mata, karena kecepatan membaca itu sendiri
berarti kecepatan gerak mata dalam menyelusuri unit-unit bahasa. Pokok
pikiran yang melandasi metode ini adalah semakin panjang dan semakin luas
jangkauan mata (eye span) dalam melihat unit-unit bahasa, semakin cepat pula
kemampuan membacanya. Logikanya, jika kita hanya membaca unit-unit
bahasa yang paling kecil, maka yang harus dibaca itu jumlahnya semakin
besar sehingga menghambat kecepatan membaca. Sebaliknya, jika yang
dibaca itu hanya unit-unit bahasa yang lebih besar, misalnya frase, frase
kompleks, klausa, atau bahkan hanya unit-unit pikiran saja, maka kecepatan
membaca akan terlipat ganda.

Dalam pelaksanaannya, membaca pemahaman ini dapat dilakukan dengan berbagai


pendekatan, seperti: bottom up, top down, dan interactive approach. Berikut adalah
penjelasannya: 

a. Pembelajaran membaca pemahaman dengan pendekatan bottom up (dari bawah ke


atas) dimulai dari pemahaman terkecil sampai terbesar.
b. Pemahamannya dapat dimulai dari kata, struktur kalimat, paragraf, sampai
wacana. Pendekatan top down (dari atas ke bawah) dimulai dari pemahaman
secara global (keseluruhan) hingga ke bagian-bagian terkecil. Pemahaman dapat
dimulai dari garis besar wacana, paragraf, struktur kalimat, sampai kata.
Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengaktifkan skemata siswa.
c. Pendekatan interactive approach (perpaduan bottom up dan top down)
dimaksudkan untuk mendapatkan hal-hal positif dan menghindari hal-hal yang
negatif dari kedua pendekatan sebelumnya, sehingga sesuai dengan situasi dan
kondisi.

11
5.  Media Pembelajaran Membaca

Media pembelajaran pada dasarnya merupakan alat bantu yang dapat


mempermudah pembelajaran. Dalam pembelajaran membaca, media
pembelajaran dapat berupa gambar (peta, tabel, grafik, bagan, dan lain
sebagainya), film asing, teks bacaan sastra dan non sastra. Fungsi media tersebut
adalah untuk memperjelas pemahaman siswa dalam memahami informasi yang
dibaca.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi media dalam
pembelajaran membaca sangatlah penting. Dengan menggunakan media siswa
akan tertarik dan mudah dalam memahami informasi.

Berkaitan dengan penjelasan di atas, berikut dikemukakan beberapa prinsip


yang dapat digunakan untuk memilih dan menentukan media pembelajaran
membaca. Menurut Sumadi (2001:35–36) mengatakan prinsip untuk menentukan
media dalam bahasa adalah sebagai berikut:

a. Fungsional, artinya cocok dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan dan


benar-benar menunjang ketercapaian tersebut.
b. Tersedia, artinya media yang akan digunakan ada dan sudah disiapkan.
c. Murah, artinya media yang digunakan tidak harus mahal tetapi terjangkau dan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
d. Menarik, artinya media yang digunakan adalah media menarik dan sesuai
dengan kebutuhan siswa. Setidaknya ada beberapa kriteria untuk menentukan
media yang menarik bagi siswa yaitu: 1) sesuai dengan kebutuhan siswa, 2)
sesuai dengan dunia siswa, 3) baru, dan 4) menantang.

6.  Jenis- jenis membaca

Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu melakukan
kegiatan membaca, maka proses membaca dapat dibedakan menjadi :

a.  Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan


tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar
pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh
penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman
penulis. Ketrampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai
kemampuan, diantaranya adalah:

12
1) Menggunakan ucapan yang tepat,
2) Menggunakan frase yang tepat,
3) Menggunakan intonasi suara yang wajar,
4) Dalam posisi sikap yang baik,
5) Menguasai tanda-tanda baca,
6) Membaca dengan terang dan jelas,
7) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,
8) Membaca dengan tidak terbata-bata,
9) Kengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,
10) kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,
11) Membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,
12) Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.

b.   Membaca Dalam Hati

Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa
menyuarakan isi bacaan yang dibacanya. Ketrampilan yang dituntut dalam
membaca dalam hati antara lain sebagai berikut:

1) Membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun,
2) Membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala.
3) Membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring,
4) Tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk,
5) Mengerti dan memahami bahan bacaan,
6) Dituntut kecepatan mata dalam membaca,
7) Membaca dengan pemahaman yang baik,
8) Dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat
dalam bacaan.

Secara garis besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua (1)
membaca ekstensif dan (2) membaca intensif. Berikut penjelasan secara rinci
kedua jenis membaca tersebut :

1)  Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi


sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Membaca ekstensif meliputi :

13
a)  Membaca Survai (Survey Reading)

Membaca survai adalah kegiatan membaca untuk mengetahui


secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan dibaca lebih
mendalam. Kegiatan membaca survai merupakan pendahuluan
dalam membaca ekstensif.

Yang dilakukan seseorang ketika membaca survai adalah sebagai


berikut :

(1). Memeriksa judul bacaan/buku, kata pengantar, daftar isi dan


malihat abstrak(jika ada).

(2). Memeriksa bagian terahkir dari isi (kesimpulan) jika ada,

(3).  Memeriksa indeks dan apendiks (jika ada).

b) Membaca Sekilas

Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca


dengan mengandalakan kecepatan gerak mata dalam melihat dan
memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi secara cepat. Metode yang digunakan
dalam melatihkan membaca cepat adalah :

(1).   Metode kosakata; metode yang berusaha untuk menambah


kosakata.

(2).   Metode motivasi; metode yang berusaha memotivasi


pembaca(pemula) yang mengalami hambatan.

(3). Metode gerak mata; metode yang mengembangkan kecepatan


membaca dengan menigkatkan kecepatan gerak mata.

c)  Membaca Dangkal (Superficial Reading)

Membaca dangkal pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh


pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak
mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca jenis ini biasanya
dilakukan seseorang membaca demi kesenangan, membaca bacaan
ringan yang mendatangkan kesenangan, kegembiraan sebagai
pengisi waktu senggang.

14
2) Membaca Intensif

Membaca intensif atau intensive reading adalah membaca dengan penuh


penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai. Yang
termasuk dalam membaca intensif adalah :

a) Membaca Telaah Isi

(1) Membaca Teliti

Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas,


maka sering kali seseorang perlu membaca dengan teliti bahan-
bahan yang disukai.

(2)  Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman (reading for understanding) adalah sejenis


membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-
standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi
kritis (critical review), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).

(3)   Membaca Kritis

Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara


bijakasana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan
keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antar
baris, maupun makna balik baris.

(4)  Membaca Ide

Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin


mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat
pada bacaan.

(5)   Membaca Kreatif

Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya


sekedar menagkap makna tersurat, makna antar baris, tetapi juga
mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk
kehidupan sehari-hari.

b) Membaca Telaah Bahasa

Membaca Bahasa (Foreign Language Reading)

15
B. Pengertian Evaluasi

Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “the


process of delineating, obtaining, and providing useful information for
judging decision alternatives”, Artinya evaluasi merupakan proses
menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna
untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.

Sedangkan, Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai "setiap usaha


atau proses dalam menentukan nilai". Secara khusus evaluasi atau penilaian
juga diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif
hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. Dan menurut
Anne Anastasi (1978) mengartikan evaluasi sebagai "a systematic process of
determining the extent to which instructional objective are achieved by
pupils".

Evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang


bertarti value, yang secara secara harfiah dapat diartikan sebagai
penilaian. Namun, dari sisi terminologis ada beberapa definisi yang dapat
dikemukakan, yakni:

1. Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.


2. Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan
terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.
3. Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran
untuk keperluan pengambilan keputusan.

Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai,


atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-
solusi atas permasalahan yang ditemukan

Evaluasi bersifat analitik dan kooperatif dengan obyek evaluasi (evaluatan),


sedangkan audit lebih menekankan pada pengujian-pengujian bukti dan
independen terhadap obyek audit (auditan). Keduanya tetap mengedepankan
obyektivitas evaluator/auditor.

16
C. Pengertian Membaca

Membaca merupakan suatu kegiatan yang bersifat reseptif,dalam proses


membaca si pembaca akan mendapat ide-ide dan informasi yang dituangkan
oleh penulis dalam tulisannya tersebut. Setiap orang mempunyai
kemampuan membaca yang berbeda-beda, tergantung faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya. Begitu pula minat baca yang berbeda-beda. Menurut
Tarigan, Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui
kata-kata atau bahasa tulis.

Pengertian membaca menurut para ahli :

1. Menurut Ny. Aliah Abdullah. Membaca adalah proses menyusun


kembali pola-pola kalimat yang terletak pada halaman dimana ide-ide
infomasi dan pesan itu dituangkan oleh penulis agar mudah dimengerti.
2. Menurut Rizanur Gani. Membaca yaitu suatu aktifitas yang komplek,
Yang merupakan usaha untuk mendapatkan yang ingin kita ketahui,
mempelajari yang ingin kita lakukan atau mendapatkan kesenangan
dan pengalaman.
3. Menurut Tarigan. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
disampaikan penulis melalui kata-kata atau bahasa tulis.
4. Menurut Harjasujana. Membaca merupakan kegiatan yang komplek,
yang menyebabkn terjadinya interaksi langsung melainkan bersifat
komunikatif. Pembaca akan berusaha mencari makna dan lambang
tulisan.
5. Menurut Hafni. Membaca adalah memahami bahasa tulisan tanpa
melafalkan dan menanggap pesan yang disampaikan oleh penulis,
namun terjadi komunikasi antara pembaca dan penulis, walaup
bagaimanapun mahirnya seseorang melafalkan maka tidak terjadi
komunikasi langsung.
6. Menurut Nurhadi. Membaca merupakan kegiatan yang kompleks dan
rumit yang melibatkan pikiran untuk mengingat, memahami,
membedakan, dan menerapkan apapun yang terkandung dalam bacaan
itu.

17
D. Pengertian Evaluasi Membaca

Evaluasi pembelajaran membaca adalah suatu kegiatan untuk memperoleh


informasi tentang hasil pembelajaran membaca, kemudian mengolah dan
menafsirkannya dengan tolok ukur tertentu.

E.  Jenis-Jenis Evaluasi Membaca

Alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan membaca dapat


digolongkan menjadi dua bagian. Pertama, tes membaca permulaan yang
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa (sekoah dasar) dalam
mengenali dan menyuarakan lambang-lambang bunyi dengan intonasi yang
benar dalam kalimat. Tes ini bersifat individual dan ditekankan pada
kemampuan teknis membaca seperti, lafal, frasing, kelancaran, perhatian
terhadap tanda baca, dan intonansi. Untuk dapat menilai digunakan teknik
nontes misalnya lembar observasi. Alat evaluasi yang kedua, disebut dengan
tes membaca lanjut atau tes memahami bacaan.

Ada dua jenis yang dapat digunakan dalam pengukuran kemampuan


membaca :

1. Tes pemahaman kalimat

Tes pemahaman kalimat digunakan untuk siswa yang belum dapat


membaca secara lancar. Ada dua teknik yang dapat dalam tes
pemahaman kalimat yaitu dengan memberikan gambar atau
menyajikan kata. Frase dan pilihan jawaban. Dalam tes ini biasanya
diukur kemampuan siswa dalam menguasai kosa kata dan tata bahasa.

2.      Tes Pemahaman

Tes pemahaman wacana merupakan tes kemampuan membaca yang


intergratif atau terpadu. Dalam tes ini banyak kemampuan yang bisa
diukur seperti, struktur, kosa kata, pemahaman isi bacaan, gagasan,
gaya penulisan bacaan, paragraf. Tes ini dapat diberikan kepada
siswa tingkat keterbacaan yang wacana yang diinginkan tingkat
kesulitan soal. Tingkat keterbacaan yang rendah dapat diberikan pada
siswa pemula.

18
Ada dua bentuk tes pemahaman wacana :

a.       Tes pilihan ganda biasa.

Tes pilihan ganda harus diperhatikan panjangnya wacana


yang digunakan biasanya 35-75 kata untuk wacana pendek
dan 100 sampai 300 kata untuk wacana panjang. Butir
pertanyaan yang dibuat dapat berkaitan dengan topic wacana,
jenis wacana, judul wacana, informasi wacana, topic paragraf,
kalimat topic, jenis paragraf, kosa kata, dan struktur.

b.      Tes rumpang

Adalah tes yang didalamnya terdapat kata-kata yang


dirumpangkan. Siswa dapat mengisi bagian yang dihilangkan
itu jika memahami seluruh wacana. Penghilangan kata dapat
diatur dengan jarak yang sama atau tidak tetap mengatur jarak
kata yang dirumpangkan.

F. Mengaplikasikan Evaluasi Membaca

Dalam suatu proses pembelajaran, keterampilan membaca dapat


diaplikasikan dalam beberapa metode antara lain:

1. Metode eja

Metode eja adalah awal dalam pembejaran membaca yang


pengajarannya dimulai dengan pengenalan huruf-huruf secara alfbetis.
Kemudian anak diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara
merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Proses
selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana.

2.  Metode bunyi

Prinsif dasar dari proses pembelajaran dalam metode bunyi tidak jauh
berbeda dengan metode eja atau abjad.

3. Metode suku kata

Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti: ba, bi, bu, be,
bo dan seterusnya. Kemudian suku-suku kata tersebut dirangkai menjadi
kata-kata yang bermakna.

19
4. Metode kata

Metode kata adalah metode yang menjadikan kata sebagai dasar untuk
pengenalan suku kata atau huruf.

5. Metode global

Metode global adalah metode dalam pengajaran bahasa Indonesia untuk


mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menyajikan
satuan bahasa secara untuh dan menyeluruh sehingga siswa dapat
mengenal dan menyalinnya secara keseluruhan. Misalnya
memperkenalkan gambar.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada


hakikatnya membaca adalah memahami isi bacaan, meskipun demikian, untuk
sampai pada kemampuan memahami isi bacaan, ada tahapan- tahapan
kemampuan membaca yang perlu dilalui. Dengan memahami adanya tahapan-
tahapan kemampuan orang membaca tersebut maka guru diharapkan dapat
menyesuaikan tujuan- tujuan pembelajaran dengan tahapan kemampuan belajar
membaca.
Pembelajaran membaca dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang
dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan membaca. Pembelajaran
membaca bukan semata- mata dilakukan agar siswa mampu membaca,
melainkan sebuah proses yang melibatkan seluruh aktivitas mental dan
kemampuan berfikir siswa dalam memahami, mengkritisi, dan memproduksi
sebuah wacana tertulis. Membaca dan pengajaran membaca sangat terkait erat.
Kemampuan seseorang dalam membaca sangat bergantung pada bagaimana ia
berhasil dalam belajar membaca sangat bergantung pada bagaaimana ia berhasil
dalam belajar membaca, secara langsung atau tidak langsung. Kemampuan dan
kaepandaian membaca akan mendorong oarang suka  membaca merupakan
kunci untuk dapat meraih kesuksesan dalam berbagai fenomena dalam
kehidupan, yang akan dinikmati kapan dan dimana saja ia berada.
Oleh karena itu, kedudukan membaca dan pembelajaran membaca sangat
diperiotaskan bagi siswa sejak sekolah dasar sampai ke sekolah menengah.
Sebab, apabila  siswa gagal, akan mempengaruhi berbagai kemampuan di
bidang lain. Untuk itu, tugas guru bahasa indonesia teradap pembelajaran
membaca di sekolah tidak dipandang sebelah mata, karena kemampuan
membaca akan mempengaruhi prestasi belajar siswa pada bidang-bidang
pelajaran yang lain.
Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai,
atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi
atas permasalahan yang ditemukan jadi dapat di katakana bahwa Evaluasi
pembelajaran membaca itu sendiri adalah suatu kegiatan untuk memperoleh
informasi tentang hasil pembelajaran membaca, kemudian mengolah dan

21
menafsirkannya dengan tolok ukur tertentu. Dalam evaluasi membaca pun
memiliki dua jenis yang dapat digunakan dalam pengukuran kemampuan
membaca diantaranya. Yang pertama, Tes pemahaman kalimat. tes pemahaman
kalimat yaitu dengan memberikan gambar atau menyajikan kata. Frase dan
pilihan jawaban. Yang kedua Tes pemahaman wacana merupakan tes
kemampuan membaca yang intergratif atau terpadu.

Dalam evaluasi juga dapat kita aplikasikan keterampilan membaca dengan


beberapa metode yaitu metode eja, metode bunyi, metode suku kata, metode
global dan metode kata.

B.     Saran

Makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran
untuk membangun sangat kami harapkan dari para pembaca sekalian demi
tercapainnya kesempurnaan dari makalah kami ini kedepannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Yunus Abidin, Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter, PT Refika


Aditama, Bandung, 2016.

http://soddis.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-dan-tujuan-keterampilan. (Diakses
pada hari rabu tanggal 18 Mei 2022).

http://belajarbahasa-bahasaindonesia.blogspot.co.id/2012/05/jenis-jenis-
membaca.html (Diakses pada hari rabu tanggal 18 Mei 2022).

http://pgmi-iain.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-pembelajaran- membaca.
(Diakses pada hari rabu tanggal 18 Mei 2022).

https://khusnin.wordpress.com/2012/09/03/konsep-dasar-ketrampilan-membaca-
dalam-pembelajaran-bahasa-indonesia-mutakhir. (Diakses pada hari rabu tanggal 18
Mei 2022)

http://pgmi-iain.blogspot.co.id/2011/10/konsep-dasar-pembelajaran-membaca. (Diaks
es pada hari rabu tanggal 18 Mei 2022)

http://dwicahyadiwibowo.blogspot.co.id/2014/04/tujuan-membaca-fungsi-membaca-
dan. (Diakses pada hari rabu tanggal 18 Mei 2022).

Zuchdi, Darmiyati. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Rendah. PAS:


Yogyakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai