09E01232 donlod
rajab rajab
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Ujian Sarjana Psikologi
OLEH
041301099
FAKULTAS PSIKOLOGI
MEDAN
2009
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara
Februari 2009
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan berkat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
yang berjudul “ Penyesuaian Diri Orangtua yang Memiliki Anak Autis“. Tidak
lupa shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
ummatnya kepada peradaban ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Tiada kata
untuk melukiskan perasaan penulis atas terselesaikannya skripsi ini selain rasa
tercinta, Ayahanda Drs. H. Ali Usman Lubis dan Ibunda H. Mardiana Nasution
yang telah mencurahkan kasih sayangnya yang tulus kepada penulis sejak kecil
hingga sekarang ini, mendidik dan membimbing serta selalu mendoakan dalam
setiap langkah dan aktivitas penulis. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
diakhirat. Skripsi ini juga penulis persembahkan kepada abang dan kakak penulis,
Ir. Miswar Usmar Lubis, Ir. Nirwan Usmar, Nila Kesuma Usmar, S. Si., Nancy
Usmar, SP., Nanny Usmar, A.md., dan Hendra Usmar, ST. Terima kasih kepada
abang dan kakak atas dukungan, motivasi serta kasih sayang yang dicurahkan
selama ini kepada penulis. Semoga kita semua menjadi anak yang berbakti kepada
kedua orangtua dan berguna bagi bangsa dan agama. Tidak lupa juga penulis
ucapkan terima kasih kepada abang ipar dan kakak ipar penulis, Ir. Widodo, Ir.
Irwan Sholeh, Suryanto, Dermawan, S. Ag., dan Purnama Sri Dayang serta
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
keponakan – keponakan yang selalu menghibur penulis, Afa, Mawaddah, Ikhsan,
Fandi, Deni, Tofa, Aisyah, Nazwa, Bintang, Nanda, Anis dan Lukman.
Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi ini, tidak luput dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A (K) selaku Dekan Fakultas Psikologi
2. Ibu Elvi Andriani Yusuf, M. Si., selaku dosen pembimbing sripsi. Ucapan
terima kasih yang tiada putus penulis ucapkan kepada Ibu yang
bimbingan yang penulis lalui dan terima kasih atas setiap waktu yang Ibu
perkuliahan.
4. Ibu Etty Rahmawaty, M. Si., yang selalu siap memberikan saran dan kritik
yang membangun selama mengerjakan skripsi ini. Terima kasih Ibu atas
Wandika, kepada pihak Yayasan Anak Kita (Yakita), Kak Yunita Alfiana
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
dan kepada pimpinan Kidz Smile Therapy Centre, Ibu Rita Milianty yang
6. Bapak dan Ibu selaku dosen pengajar Psikologi yang telah mendidik dan
kasih atas semua ilmu dan saran yang penulis dapatkan dari Bapak dan
Ibu.
7. Semua staff administrasi, Pak Iskandar, Pak Aswan, Ibu Titi, Pak Anto
Kak Ari dan Kak Devi. Terima kasih atas bantuan yang telah diberikan
kalian.
9. Sahabat – sahabat penulis yang manis – manis Anita Zahra, Yunita Zahra,
Cahyanti dan Maeri. Penulis tidak akan melupakan setiap waktu yang kita
lalui sama – sama selama kuliah. Semoga tetap semangat, sukses selalu
dan kita tetap bisa menjaga persahabatan kita. Penulis merasa bersyukur
10. Spesial buat Alfian Teguh Rianto yang selalu ada buat penulis. Buat
canda tawa dan suka duka yang kita lalui bersama yang membuat hari –
penulis semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita tetap bisa
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
saling mendukung dan bersama – sama dalam setiap langkah yang kita
11. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Kak Ade dan Kak Wawa yang
selalu siap mendengar keluh kesah penulis, selalu siap menjadi tempat
pendapat.
12. Terima kasih buat sahabat penulis mulai dari SMP hingga sekarang, Nurul
Allah SWT akan memberikan seseorang yang terbaik. Terima kasih juga
buat Fida yang sudah seperti adik penulis. Semoga tetap semangat
menjalani perkuliahan.
13. Buat teman – teman seperjuangan seminar dan skripsi. Ari Sinta, Kak
Maya, Cici, Era dan teman – teman lainnya yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Semoga tetap semangat. Insyaallah Allah SWT akan
14. Kepada teman – teman angkatan 2004. Semoga tetap semangat dan sukses
15. Terima kasih juga penulis ucapkan atas bantuan yang diberikan baik
secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penelitian ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini
agar menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada Allah SWT jua penulis berserah
Penulis
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
E. Sistematika Penulisan..................................................................... 11
A. Penyesuaian Diri.............................................................................. 13
B. Autisme .......................................................................................... 22
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ....................................... 36
1. Validitas ............................................................................. 43
2. Reliabilitas .......................................................................... 43
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
4. Gambaran subjek berdasarkan pekerjaan ............................. 53
A. Kesimpulan .............................................................................................. 78
B. Diskusi ..................................................................................................... 84
C. Saran ........................................................................................................ 91
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap anak tentunya akan melalui masa tumbuh kembang dalam rentang
perubahan fisik yang dapat diukur secara kuantitas dari masa kemasa dan dari satu
secara kualitas dengan membandingkan sifat terdahulu dengan sifat yang sudah
juga berbeda-beda dari satu anak ke anak yang lain. Permasalahan yang muncul
yang menarik bagi orangtua. Namun jika dalam masa perkembangannya anak
mengalami suatu gangguan, maka orangtua akan menjadi sangat sedih. Salah satu
gangguan pada masa kanak-kanak yang menjadi ketakutan orangtua saat ini
perkembangan pada anak yang gejalanya tampak sebelum anak mencapai usia tiga
tahun. Sebagian dari anak autis gejalanya sudah ada sejak lahir namun seringkali
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Menurut Kanner (dalam Wenar, 2004) autisme yaitu, suatu gangguan yang
dicirikan dengan tiga ciri utama. Pertama, pengasingan yang ekstrim (extreme
kebutuhan patologis akan kesamaan. Sering kali aktivitas anak terlihat sederhana
misalnya duduk di lantai dan berguling-guling maju mundur dalam waktu yang
kadang perilaku anak autis terlihat seperti suatu ritual. Anak autis juga memiliki
makanan yang sama dengan piring yang sama. Ketiga, mutism atau cara berbicara
yang tidak komunikatif termasuk ecolalia dan kalimat-kalimat yang tidak sesuai
dengan situasi, misalnya ketika seorang anak autis sedang menyiram toilet, ia tiba-
aktivitas bermain yang repetitif dan stereotip, rute ingatan yang kuat, dan
autisme ini antara lain karena adanya keracunan logam berat ketika anak dalam
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
sklerosis tuberosa, lipidosis serebral, dan anomali kromosom X rapuh. Selain itu
cerebellum, otak tengah, otak kecil, batang otak, pons, hipotalamus, hipofisis,
medula dan saraf-saraf panca indera seperti saraf penglihatan atau saraf
pendengaran dan gejala umum yang bisa diamati pada anak autis adalah gangguan
pola tidur, gangguan pencernaan, gangguan fungsi kognisi, tidak adanya kontak
tantrum), tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dan
Saat ini kasus autisme pada anak (autisme infantile) semakin banyak
(Danuatmaja, 2003). Dalam kurun waktu 10 sampai 20 tahun terakhir ini jumlah
kelahiran di Indonesia tahun 1997 yaitu 4,6 juta per tahun. Jumlah penyandang
autisme akan bertambah per tahunnya sebanyak 2,15% dari 4,6 juta atau 9600
anak. Perbandingan anak laki-laki dan wanita penyandang autisme adalah empat
banding satu (Sutadi, 1997). Di Indonesia, diperkirakan lebih dari 400.000 anak
berbanding 5.000 kelahiran. Sepuluh tahun kemudian tahun 1997, angka itu
berubah menjadi 1 anak mengalami autisme per 500 kelahiran dan tahun 2000,
naik jadi 1:150 dan pada tahun 2001 perbandingan menjadi 1 berbanding 100
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Menurut Budhiman, seorang psikiater anak dan ketua Yayasan Autisme
Indonesia (dalam Sihombing, 1999), bila sepuluh tahun yang lalu jumlah
meningkat menjadi satu per 500 anak. Bukti lain yang menunjukkan peningkatan
jumlah anak penyandang autisme di Indonesia berasal dari salah satu tempat terapi
untuk anak autisme yang dikelola Yayasan Balita Mandiri. Sejak yayasan ini
dibuka dengan lima anak autis, dalam waktu empat bulan jumlahnya meningkat
samping itu, media cetak juga sudah mulai banyak membahas tentang autisme,
menjadi galau, antara penerimaan dan penolakan dan antara rasa syukur dan
amarah. Bahkan segala bentuk perasaan sedih, bingung, putus asa, pasrah
berganti-ganti dengan rasa kaget, senang dan suka cita (Puspita dalam Marijani,
2003).
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
pasti berbeda-beda reaksi emosinya. Beberapa reaksi emosi yang muncul ketika
kecemasan, perasaan menolak keadaan, perasaan tidak mampu dan malu, perasaan
marah, bahkan ada perasaan bersalah dan berdosa. Sesuai dengan apa yang
reaksi emosional individu ketika menghadapi cobaan dalam hidup yaitu menolak
Berbagai reaksi ini muncul disebabkan karena sewaktu anak masih berusia
kurang lebih 1 sampai 1,5 tahun, anak terlihat lucu dan menyenangkan namun
seiring dengan bertambahnya usia anak, mulai terlihat berbagai macam keanehan
misalnya jika diajak berkomunikasi anak seperti tidak menanggapi, acuh, bahkan
matanya menghindar jika ditatap dan derai tawanya hampir tidak terdengar seperti
khawatir, cemas, takut, dan marah ketika mengetahui diagnosis bahwa anaknya
dari berbagai sumber, kebanyakan orangtua dengan perasaan amat terpukul dan
proses perkembangan dan pertumbuhan. Orangtua baru sadar ketika mulai terlihat
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
berbagai macam keanehan dan kejanggalan dalam perilaku anaknya. Misalnya,
berdarah, memutar-mutar kepala atau tangannya dan perilaku aneh lainnya. bagi
orangtua, perilaku agresif dan menyakiti diri sendiri merupakan perilaku yang
paling berat untuk dihadapi. Anak sering berteriak dengan tidak jelas sehingga
tampak berbeda dari orangtua lainnya. Bagi orangtua yang memiliki anak autis,
inilah periode awal kehidupan anaknya yang merupakan masa-masa tersulit dan
paling membebani. Pada periode ini sering kali orangtua berhadapan dengan
begitu banyak permasalahan. Tidak saja berasal dari anaknya tetapi bercampur
orang beranggapan bahwa anak autis adalah anak-anak yang aneh dan ada juga
masyarakat bahkan tidak menerima dan mengakui keberadaan anak-anak autis ini.
Penolakan terhadap anak-anak autis ini terlihat ketika mereka sulit diterima untuk
menjadi beban bagi sebahagian orangtua anak autis. Ada perasaan malu dan juga
Menurut Hopes dan Harris (dalam Berkell, 1992), orangtua dengan anak
autis akan mengalami stress yang lebih besar dari pada orangtua dengan anak
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
yang mengalami keterbelakangan mental karena hilangnya respon interpersonal
pada anak-anak autisme tersebut. Selain itu tingkat keparahan dari gejala-gejala
pada anak autis secara ikhlas dan apa adanya sangat membantu proses penanganan
menuju kehidupan yang lebih baik. Adanya penerimaan dari orangtua dapat
kenyataan hasil diagnosa anak dan perilaku anak yang selalu berbeda dengan anak
lainnya agar orangtua mampu bereaksi untuk menyesuaikan diri dengan berbagai
permasalahan yang muncul baik dari anak itu sendiri, dari diri sendiri maupun
permasalahan yang timbul dari lingkungan sekitarnya. Stress, kecemasan dan rasa
tidak bahagia sering mengganggu kehidupan seseorang. Agar stress tersebut dapat
diri adalah memenuhi tuntutan dari dalam diri individu itu sendiri yaitu jumlah
keseluruhan dari apa yang telah ada pada individu itu sendiri, seperti perilaku
individu, tubuh individu, pemikiran dan perasaan individu. Penyesuaian diri juga
dipengaruhi oleh tuntutan dari orang lain. Pengaruh orang lain juga cukup besar
pada individu sebagaimana individu juga berpengaruh terhadap orang lain. Begitu
juga dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada sangat
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Menurut Schneiders (1964) penyesuaian diri adalah suatu proses yang
konflik serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam
diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada.
mempengaruhi penyesuaian diri orangtua itu sendiri. Begitu juga dengan anak.
mengembangkan rasa percaya diri, reaksi emosional yang positif dan kepatuhan.
Tidak mudah bagi orangtua untuk dapat hidup secara tenang dan damai ketika
berat seperti autisme. Berbagai macam reaksi emosi orangtua muncul dan
kebanyakan reaksi yang muncul tersebut adalah reaksi emosi yang negatif.
Gejolak emosi yang negatif ini dapat membawa dampak yang negatif pula, baik
dari segi fisik mapupun psikis sehingga diharapkan orangtua mampu untuk
2004).
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Umumnya orangtua yang memiliki anak autis akan mengalami stress. Hal
ini terjadi baik pada ayah maupun ibu. Ayah dan ibu juga menunjukkan
penampakan yang berbeda dari stress yang mereka alami yang berhubungan
dengan masalah-masalah anak autisnya. Ibu merupakan tokoh yang lebih rentan
terhadap masalah penyesuaian. Hal ini dikarenakan ibu berperan langsung dalam
kelahiran anak. Biasanya ibu cenderung mengalami perasaan bersalah dan depresi
terganggu secara emosional. Ibu juga merasa stress karena perilaku yang
ayah yang sebenarnya juga mengalami stress yang sama tetapi dampak stressnya
tidak seberat yang dialami oleh ibu. Ayah cenderung lebih stress karena stress
yang dialami oleh ibu. Hal ini dikarenakan oleh peran ayah sebagai pencari nafkah
utama dalam keluarga sehingga mereka tidak terlalu terlibat dalam pengasuhan
Orangtua juga harus mampu mengontrol reaksi emosinya terhadap perilaku anak
pergaulan sosial karena terkadang orang lain tidak mengetahui konteks perilaku
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Dari berbagai macam reaksi orangtua yang muncul ketika mengetahui
permasalahan yang dialami orangtua yang memiliki anak autis yang telah
diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melihat bagaimana penyesuaian diri
orangtua yang memiliki anak autis, baik itu penyesuaian dengan dirinya sendiri
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
2. Manfaat Praktis
b. Memberikan pemahaman kepada para guru atau pendidik anak autis tentang
D. Sistematika Penulisan
Bab I: Pendahuluan
diri, autisme dan penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
teknik pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, validitas dan
reliabilitas alat ukur, daya beda aitem, hasil uji coba alat ukur, poroses
Bab ini terdiri dari analisa data dan interpretasi yang berisikan mengenai
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENYESUAIAN DIRI
dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu penyesuaian diri sebagai bentuk
dan penyesuaian diri sebagai suatu usaha penguasaan (mastery). Pada mulanya
bentuk adaptasi pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian dalam arti fisik,
diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional.
sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar
adalah suatu proses mempelajari tindakan atau sikap yang baru untuk menghadapi
kepadanya, mampu mempelajari tindakan atau sikap yang baru untuk menghadapi
kualitas keselarasan dari dalam diri individu dengan tuntutan lingkungan sehingga
dunia sekitarnya.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
a. Tuntutan eksternal yang terdiri dari :
1). Tuntutan fisik (physical demand) yang berasal dari lingkungan seperti
2). Tuntutan sosial (social demands) seperti tuntutan orang lain agar
merasakan sesuatu.
2). Motif sosial seperti keinginan untuk ditemani, dihormati dan disayang
proses yang terjadi secara alami yang mempengaruhi konstitusi fisik itu
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Sistem tubuh adalah suatu kondisi yang mempengaruhi
adalah dasar dari proses mental. Gangguan pada sistem persyarafan dan
tubuh yang berfungsi dengan baik adalah suatu kondisi yang dapat
dilakukan ketika kondisi tubuh baik daripada ketika dalam keadaan sakit
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Faktor pembelajaran merupakan dasar yang paling penting pada
diri. Penyesuaian diri juga dapat diperoleh dari hasil latihan dan
adalah rumah dan keluarga. Hal ini dikarenakan keluarga adalah kesatuan
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
mempengaruhi penyesuaian diri orangtua itu sendiri. Begitu juga dengan
sesuai dengan konteks budaya dan adat istiadat yang mereka miliki.
Agama tidak dapat dipisahkan dari bagian budaya karena budaya memiliki
diri adalah keluarga, keadaan lingkungan, rasa aman, keadaan fisik, jenis kelamin,
Dari uraian diatas ada beberapa faktor yang menentukan penyesuaian diri
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
2) Keadaan fisik dan faktor keturunan. Seperti : sistem parsyarafan,
yang dapat memberi respon yang matang, bermanfaat, efisien dan memuaskan.
Penyesuaian diri yang normal dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu :
emotionality)
Penyesuaian diri yang normal dapat ditandai dengan tidak adanya emosi
yang relatif berlebihan atau tidak terdapat gangguan emosi yang merusak.
dengan cara yang normal akan merasa tenang dan memiliki kontrol emosi
yang baik. Emosinya akan tetap tenang dan tidak panik sehingga dapat
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
b. Tidak terdapat mekanisme psikologis (absence of psychological
mechanisms)
dihadapi individu akan lebih terlihat sebagai reaksi yang normal dari pada
frustration)
Adanya perasaan frustasi akan membuat individu sulit atau bahkan tidak
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
sehingga pengalaman-pengalaman yang diperoleh dapat digunakan dalam
direction)
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
individu tetap berusaha memodifikasi keterbatasan-keterbatasan tersebut
seoptimal mungkin.
B. AUTISME
1. Definisi Autisme
gangguan perkembangan pervasif yang dicirikan oleh tiga ciri utama, yaitu
dengan orang lain. Kedua, kebutuhan patologis akan kesamaan. Kebutuhan ini
berlaku untuk perilaku anak dan lingkungannya. Dan ketiga yaitu mutism atau
cara berbicara yang tidak komunikatif termasuk ecolalia dan kalimat-kalimat yang
tidak sesuai dengan situasi. Anak autis juga memiliki ketidakmampuan dalam
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
bermain yang repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan Keinginan
dengan orang lain, gangguan komunikasi dan bahasa seperti ecolalia, penggunaan
atau kata, gangguan ketertarikan dan aktivitas seperti adanya aktivitas bermain
2. Gejala Autisme
Menurut Acocella (1996) ada banyak tingkah laku yang tercakup dalam
a. Isolasi sosial
Banyak anak autis yang menarik diri dari segala kontak sosial kedalam
suatu keadaan yang disebut extreme autistic aloneness. Hal ini akan
semakin terlihat pada anak yang lebih besar, dan ia akan bertingkah laku
b. Kelemahan kognitif
70) tetapi anak autis sedikit lebih baik, contohnya dalam hal yang
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
autis meningkatkan hubungan sosial mereka tapi tidak menunjukkan
pengaruh apapun pada retardasi mental yang dialami. Oleh sebab itu,
retardasi mental pada anak autis terutama sekali disebabkan oleh masalah
Lebih dari setengah anak autis tidak dapat berbicara, yang lainnya hanya
menirukan apa yang dikatakan orang lain. Beberapa anak autis mengulang
potongan lagu, iklan TV atau potongan kata yang terdengar olehnya tanpa
tujuan. Beberapa anak autis menggunakan kata ganti dengan cara yang
aneh. Menyebut diri mereka sebagai orang kedua ”kamu” atau orang
ketiga ”dia”. Intinya anak autime tidak dapat berkomunikasi dua arah
aneh ini sangat kuat dalam diri mereka. Anak autis juga tertarik pada
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
mainan mobil-mobilannya. Anak autis juga menyukai keadaan lingkungan
3. Penyebab Autisme
kedokteran yang terus berkembang dan belum diketahui penyebabnya secara pasti
tertentu atau pengalaman yang kurang mendukung. Misalnya dibesarkan oleh ibu
yang tidak responsif atau pernah mengalami trauma dengan lingkungan sosialnya.
Ada pengaruh kondisi fisik pada saat hamil dan melahirkan yang mencakup
infeksi kongenital seperti Cytomegalovirus dan rubella. Faktor pasca natal yang
a. Perspektif Psikodinamika
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
responsif. Anak kemudian meyakini bahwa ia tidak memiliki dampak
b. Perspektif Biologis
1) Pendekatan biologis
2) Pendekatan kromosom
3) Pendekatan biokimia
gejala-gejala autisme.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
4) Gangguan bawaan dan komplikasi
5) Pendekatan neurological
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
c. Perspektif Kognitif
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
4. Kriteria Diagnostik Autisme
adalah :
a. Sejumlah enam hal atau lebih dari (1), (2) dan (3), paling sedikit dua dari
yang menarik.
meniru-niru)
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
b) Individu bicara secara adekuat, hendaya dalam menilai
kata-kata aneh.
b. Keterlambatan atau kelainan fungsi paling sedikit satu dari yang berikut
1) Interaksi sosial
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
c. Gangguan ini tidak disebabkan oleh gangguan Rett atau gangguan
Menjadi orangtua adalah suatu periode kehidupan yang akan dilalui setiap
individu. Individu yang sudah menjadi orangtua akan mengalami suatu perubahan
memiliki anak normal saja akan mengalami masalah penyesuaian diri dengan
kehadiran anak dalam keluarga begitu juga orangtua yang mempunyai anak yang
yang ditandai dengan tiga ciri utama, yaitu pengasingan yang ekstrim (extreme
patologis akan kesamaan dan mutism atau cara berbicara yang tidak komunikatif
termasuk ecolalia dan kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan situasi (Kanner
mengalami autisme. Ada perasaan menolak, malu, tidak percaya, sedih, cemas,
merasa bersalah dan berdosa, marah, terkejut, depresi hingga pada penerimaan.
Sesuai dengan apa yang dikatakan Kubbler – Ross (dalam Sarasvati, 2004) bahwa
ada beberapa reaksi yang dapat muncul ketika individu menghadapi cobaan dalam
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
anak tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya yaitu memiliki anak yang
Umumnya orangtua yang memiliki anak autis akan mengalami stress. Hal
ini terjadi baik pada ayah maupun ibu. Ayah dan ibu juga menunjukkan
penampakan yang berbeda dari stress yang mereka alami yang berhubungan
dengan masalah-masalah anak autisnya. Ibu merupakan tokoh yang lebih rentan
terhadap masalah penyesuaian. Hal ini dikarenakan ibu berperan langsung dalam
kelahiran anak. Biasanya ibu cenderung mengalami perasaan bersalah dan depresi
terganggu secara emosional. Ibu juga merasa stress karena perilaku yang
ayah yang sebenarnya juga mengalami stress yang sama tetapi dampak stressnya
tidak seberat yang dialami oleh ibu. Ayah cenderung lebih stress karena stress
yang dialami oleh ibu. Hal ini dikarenakan oleh peran ayah sebagai pencari nafkah
utama dalam keluarga sehingga mereka tidak terlalu terlibat dalam pengasuhan
(1969), penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis adalah termasuk :
1. Tuntutan eksternal yang berasal dari tuntutan sosial (social demands). Hal
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak tersebut secara khusus.
normal.
2. Tuntutan internal yang berasal dari motif sosial. Hal ini disebabkan
ditemani orang lain. Baik itu keinginan untuk disayang oleh anaknya
khusus pada diri orangtua yaitu dengan kehadiran anak autis dalam
keluarganya.
memahami dan menerima kenyataan hasil diagnosa anak dan perilaku anak yang
selalu berbeda dengan anak lainnya sehingga orangtua mampu bereaksi untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai permasalahan yang muncul baik dari anak itu
sendiri, dari diri sendiri maupun permasalahan yang timbul dari lingkungan
penyesuaian orangtua itu sendiri dan penyesuaian diri orangtua juga sangat
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia
panik.
permasalahan.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
6. Sikap yang realistis dan objektif (realistic and objective attitudes) yaitu
ditunda-tunda.
yang dapat memberi respon yang matang, bermanfaat, efisien dan memuaskan.
Berdasarkan baik atau buruknya penyesuaian diri orangtua dengan anak autis,
dapat dikemukakan dua bentuk penyesuaian diri menurut Lazarus (1969), yaitu :
autis secara pasif dan tidak mengoptimalkan kemampuan dirinya dan anak
keterbatasan dari anak sehingga akan tercipta hubungan baik antara anak
dengan dirinya. Salah satu prinsip penting dari penyesuaian diri yang baik
pada orangtua anak autisme yaitu membuat tujuan yang realistis yang
adalah penyesuaian diri yang menyimpang dari kenyataan yang ditandai dengan
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
pertahanan diri yang berlebihan dan menyimpang dari kenyataan sehingga
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III
METODE PENELITIAN
anak autis. Menurut Azwar (1999) penelitian deskriptif merupakan metode yang
yang terjadi tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku secara umum.
Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah penyesuaian diri
berbagai tuntutan atau tekanan yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri
maupun dari lingkungannya. Penyesuaian diri dalam penelitian ini dapat diungkap
melalui skala penyesuaian diri yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Schneiders (1964) yang mengungkap
karakteristik penyesuaian diri yang baik. Skala ini menunjukkan semakin tinggi
total skor yang diperoleh individu maka akan menunjukkan penyesuaian diri yang
baik, sebaliknya semakin rendah total skor yang diperoleh individu maka akan
merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah
seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah
subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi,
2000). Populasi pada penelitian ini adalah orangtua yaitu ayah dan ibu yang
penulis, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan
populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebahagian dari populasi yang
mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Adapun sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah orangtua yaitu ayah dan ibu yang
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
a. Orangtua baik ayah maupun ibu yang memiliki anak autis.
menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah
30, walaupun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti lain menganggap bahwa
sampel sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum. Sedangkan menurut Siegel
(1994) tidak ada batasan mengenai berapa jumlah ideal sampel penelitian.
sampel. Azwar (2001) menyatakan tidak ada angka yang dikatakan dengan pasti.
secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel lebih dari 60 orang sudah
cukup banyak. Jumlah total sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 39.
dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai,
yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Teknik
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
pengambilan sampel ini diambil secara acak terhadap kelompok bukan terhadap
ekonomis, lebih mudah dan lebih murah (Azwar, 2000). Prosedur random akan
Antara lain Yayasan Ananda Karsa Mandiri (Yakari), Yayasan Anak kita
(Yakita), Kidz Smile Centre Therapy, i – Homeschooling dan Yayasan Tali Kasih.
penelitian.
data dengan skala psikologis atau disebut dengan metode skala. Metode skala
digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep psikologis
2. Hal-hal yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penyesuaian diri
penyesuaian diri yang baik yang dikemukakan oleh Schneiders (1964) yaitu :
(utilization of past experience), sikap yang realistis dan objektif (realistic and
Skala ini menggunakan skala model Likert yang terdiri dari pernyataan
dengan empat pilihan jawaban yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan
pilihan bergerak dari 1-4, bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu SS =
sikap yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai
berikut:
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 1. Cara Penilaian Skala Penyesuaian Diri
Bentuk Peryataan 1 2 3 4
Favorable STS TS S SS
Unfavorable SS S TS STS
seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran atau
dengan kata lain dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya (Azwar, 1999).
penyesuaian diri yang baik yang dikemukakan oleh Schneiders (1964) dengan
Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian
Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi
yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes ini
(Azwar, 2001).
Peneliti akan melakukan uji coba pada skala terhadap sejumlah responden,
dengan tujuan memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel. Hadi (2000)
1. Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada
mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki
dengan tepat (Azwar, 2000). Azwar juga mengatakan bahwa suatu alat tes atau
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
instrumen pengukuran dikatakan mamiliki validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai
Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi yaitu
sejauh mana suatu tes yang merupakan seperangkat soal, dilihat dari isinya benar-
benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Hadi, 2000). Validitas isi
2. Reliabilitas
ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang
berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien
yaitu single trial administration, dimana prosedurnya hanya memerlukan satu kali
pengenaan tes kepada individu sebagai subjek. Teknik yang digunakan adalah
teknik koefisien Alpha Cronbach, yang akan menghasilkan reliabilitas dari skala
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam
pengukuran, yaitu : 0 s/d 0,20 (kurang reliabel), > 0,20 s/d 0,40 (agak reliabel), >
0,40 s/d 0,60 (cukup reliabel), 0,60 s/d 0,80 (reliabel), 0.80 s/d 1 (sangat reliabel).
Daya beda suatu alat ukur dalam penelitian sangat diperlukan karena
melalui daya beda aitem dapat diketahui seberapa cermat suatu alat ukur
internal tiap-tiap aitem pada skala dengan mengkorelasikan skor aitem dengan
korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu
distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien
korelasi aitem total (rix) yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem.
0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30, daya
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix < 0.30 dapat
mengkorelasikan antara skor tiap aitem dengan skor total, dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 16.
Hasil uji coba skala penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis
diskriminasi rix ≥ 0.3 dengan reliabilitas sebesar 0, 906. Sebanyak 43 aitem yang
dinyatakan gugur yaitu aitem nomor 2, 3, 6, 9, 11, 12, 13, 16, 18, 20, 23, 25, 26,
27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 43, 44, 46, 54, 55, 57, 65, 67, 69, 70, 71, 75, 76, 77,
78, 83, 86, 88, 90, 91, 93 dan 98. indeks aitem yang memiliki daya beda tinggi
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 3
Distribusi Aitem Skala Penyesuaian Diri yang Akan Digunakan dalam Peneli
tian
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Persen 52,7 % 47,3 % 100 %
1. Tahap Persiapan
Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari skala
sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).
b. Permohonan Izin
data, yaitu pada Yayasan Anak Kita (Yakita), Yayasan Ananda Karsa
melakukan penelitian.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
c. Uji coba alat ukur
Uji coba alat ukur dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2008 sampai
Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur yang dilakukan pada 43
diri untuk penelitian dan skala ini disusun dalam bentuk booklet yang
2. Tahap Pelaksanaan
diperoleh alat ukur yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengambilan data
Mandiri (Yakari) dan Kidz Smile Therapy Centre). Pengambilan data dilakukan
mulai tanggal 13 sampai dengan 31 Januari 2009. Dimana jumlah sampel dalam
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
3. Tahap pengolahan
orangtua yang memiliki anak autis terkumpul seluruhnya. Kemudian data yang
versi 16.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan analisa
menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan
deskriptif. Data yang akan diolah yaitu skor minimum, skor maksimum, mean,
deskriptif didasari oleh angka yang tidak terlalu mendalam. Sebelum melakukan
analisis data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji yang digunakan adalah
uji one sample Kolmogorov-Smirnov dan uji Independent Sample T-Test. Data
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
yang berhasil dikumpulkan akan diolah dengan bantuan program komputer SPSS
versi 16.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV
Subjek penelitian adalah orangtua yaitu ayah dan ibu yang memiliki anak
autis yang diambil dari beberapa yayasan anak berkebutuhan khusus, antara lain
Yayasan Anak Kita (Yakita), Yayasan Ananda Karsa Mandiri (Yakari) dan Kidz
Smile Therapy Centre dengan jumlah sampel keseluruhan 39 orang. Dari skala
memiliki anak autis dan seluruh subjek dalam penelitian ini akan dikelompokkan
penghasilan.
berjenis kelamin perempuan lebih banyak, yaitu 25 orang (64,1 %), dibandingkan
dengan jumlah subjek berjenis kelamin laki-laki, yaitu 14 orang (35,9 %).
tiga, yaitu : dewasa dini (18-39 tahun), dewasa madya (40-59 tahun) dan dewasa
lanjut (> 60 tahun). Penyebaran subjek dalam penelitian ini akan dikelompokkan
adalah subjek yang berada pada masa dewasa madya (40-59 tahun) yaitu sebanyak
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
20 orang (51,3 %) kemudian subjek yang berada pada masa dewasa dini (18-39
tahun) yaitu sebanyak 19 orang dan tidak ada subjek yang berada pada masa
tingkat pendidikan Sarjana, yaitu 22 orang (56,4 %) dan subjek yang paling
sedikit adalah dengan tingkat pendidikan Diploma, yaitu 3 orang (7,7 %).
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Selanjutnya, penyebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan
pekerjaan adalah wiraswasta, yaitu 12 orang (30,8 %), kemudian subjek dengan
pekerjaan sebagai Peg. Swasta, yaitu 9 orang (23,1 %). Sedangkan persentase
subjek yang paling sedikit yaitu subjek yang bekerja sebagai TNI/POLRI, yaitu 2
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Selanjutnya, penyebaran subjek penelitian berdasarkan pekerjaan dapat
yang terbanyak adalah subjek dengan tingkat penghasilan > Rp. 5. 000.001,- (43,6
%). Untuk subjek berdasarkan tingkat penghasilan yang paling sedikit adalah
subjek dengan tingkat penghasilan Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000,- (2,6 %).
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Selanjutnya, penyebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat penghasilan
normal. Kriterianya terbagi atas 3 jenjang yaitu rendah, sedang dan tinggi.
maka akan menghadapi resiko kesalahan yanng cukup besar bagi skor-skor yang
jenjang ini digunakan untuk menghindari resiko kesalahan yang cukup besar dan
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 9. Kategorisasi Penyesuaian Diri
mean hipotetik dan mean empirik. Mean hipotetik untuk melihat posisi relatif
empirik untuk melihat posisi relatif individu berdasarkan norma skor dari subjek
penelitian.
C. Hasil Penelitian
dilakukan uji normalitas sebaran data penelitian. Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Untuk
menggunakan taraf kepercayaan (α) 0.05. Data dikatakan terdistribusi normal bila
nilai p > α. (p > 0.05). Hasil uji normalitas yang didapat dengan menggunakan
sebesar 1.004 dengan p = 0.266 (p > 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa data
orangtua yang memiliki anak autis adalah sebanyak 55 aitem dengan 4 pilihan
jawaban yang berkisar dari 1 sampai 4. Hasil penghitungan mean empirik dan
empirik sebesar 17,621 sedangkan untuk mean hipotetik sebesar 137,5 dengan SD
hipotetik sebesar 27,5. Hasil perhitungan skor mean empirik dan skor mean
hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik.
Hal ini berarti bahwa secara umum penyesuian diri orangtua yang memiliki anak
Setelah diketahui mean hipotetik sebesar 137,5 dan SD sebesar 27,5 dapat
dibuat kategorisasi penyesuaian diri. Skor tinggi dijadikan tanda penyesuaian diri
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
yang baik, skor sedang dijadikan tanda penyesuaian diri sedang. Sedangkan skor
diri orangtua yang memiliki anak autis dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
anak autis yang tergolong kedalam kategori baik sebanyak 20 orang. Tergolong
kategori sedang sebanyak 19 orang dan tidak ada subjek yang tergolong kedalam
kategori buruk. Pada data empirik, yaitu mean empirik sebesar 169,92 termasuk
kedalam kategori tinggi. Artinya secara umum penyesuaian diri orangtua yang
Grafik 6 berikut :
Grafik 6
Kategorisasi Penyesuaian Diri
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
b. Gambaran penyesuaian diri dilihat dari karakteristik penyesuaian diri
yang berlebihan terdiri dari 7 aitem dengan 4 pilihan jawaban dan rentang nilai 1
– 4. Hasil penghitungan mean empirik dan mean hipotetik adalah sebagai berikut :
Tabel 13
Skor Empirik dan Skor Hipotetik Tidak Terdapat Emosionalitas yang
Berlebihan
hipotetik sebesar 3,5 sedangkan untuk mean empirik sebesar 19,44 dengan SD
empirik sebesar 3,21 Hasil perhitungan skor mean empirik dan skor mean
hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik.
Hal ini berarti bahwa secara umum penyesuian diri yang dilihat dari tidak terdapat
Tabel 14
Kategori Penyesuaian Diri Dilihat dari Tidak Terdapat Emosionalitas
yang Berlebihan Berdasarkan Mean Hipotetik
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Berdasarkan Tabel 14 diatas, penyesuaian diri yang dilihat dari tidak
kategori baik, 26 orang (66,7 %) tergolong kategori sedang dan 2 orang (5,1 %)
tergolong kedalam kategori buruk. Mean empirik (19,44) lebih besar dari pada
mean hipotetik (17,5) berarti bahwa secara umum penyesuaian diri orangtua yang
memiliki anak autis yang dilihat dari tidak terdapat emosionalitas yang berlebihan
Grafik 7
Kategorisasi Penyesuaian Diri Dilihat dari Tidak Terdapat Emosionalitas
yang Berlebihan
psikologis
psikologis terdiri dari 5 aitem dengan 4 pilihan jawaban dan rentang nilai 1 – 4.
Hasil penghitungan mean empirik dan mean hipotetik adalah sebagai berikut :
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 15
Skor Empirik dan Skor Hipotetik Tidak terdapat mekanisme
psikologis
hipotetik sebesar 2,5 sedangkan untuk mean empirik sebesar 15,95 dengan SD
empirik sebesar 2,102. Hasil perhitungan skor mean empirik dan skor mean
hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik.
Hal ini berarti bahwa secara umum penyesuian diri yang dilihat dari tidak terdapat
Tabel 16
Kategori Penyesuaian Diri Dilihat dari Tidak Terdapat Mekanisme
Psikologis
kategori baik, 12 orang (30,8 %) tergolong kategori sedang dan tidak ada subjek
yang tergolong kategori buruk. Mean empirik (15,95) lebih besar dari pada mean
hipotetik (12,5) berarti bahwa secara umum penyesuaian diri orangtua yang
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
memiliki anak autis yang dilihat dari tidak terdapat mekanisme psikologis adalah
termasuk baik.
Grafik 8
Kategorisasi Penyesuaian Diri Dilihat dari Tidak Terdapat Mekanisme
Psikologis
frustasi pribadi
frustasi pribadi terdiri dari 5 aitem dengan 4 pilihan jawaban dan rentang nilai 1 –
4. Hasil penghitungan mean empirik dan mean hipotetik adalah sebagai berikut :
Tabel 17
Skor Empirik dan Skor Hipotetik Tidak terdapat Perasaan Frustasi
Pribadi
hipotetik sebesar 2,5 sedangkan untuk mean empirik sebesar 15,95 dengan SD
empirik sebesar 2,102. Hasil perhitungan skor mean empirik dan skor mean
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik.
Hal ini berarti bahwa secara umum penyesuian diri yang dilihat dari tidak terdapat
Tabel 18
Kategori Penyesuaian Diri Dilihat dari Tidak Terdapat Perasaan
Frustasi Pribadi
kategori baik, 20 orang (51,3 %) tergolong kategori sedang dan tidak ada subjek
yang tergolong kategori buruk. Mean empirik (14,23) lebih besar dari pada mean
hipotetik (12,5) berarti bahwa secara umum penyesuaian diri orangtua yang
memiliki anak autis yang dilihat dari tidak terdapat perasaan frustasi pribadi
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Grafik 9
Kategorisasi Penyesuaian Diri Dilihat dari Tidak Terdapat Perasaan
Frustasi Pribadi
4). Gambaran skor penyesuaian diri dilihat dari kemampuan untuk belajar
terdiri dari 11 aitem dengan 4 pilihan jawaban dan rentang nilai 1 – 4. Hasil
Tabel 19
Skor Empirik dan Skor Hipotetik Kemampuan untuk Belajar
hipotetik sebesar 5,5 sedangkan untuk mean empirik sebesar 35,03 dengan SD
empirik sebesar 3,903. Hasil perhitungan skor mean empirik dan skor mean
hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik.
Hal ini berarti bahwa secara umum penyesuian diri yang dilihat dari kemampuan
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 20
Kategori Penyesuaian Diri Dilihat dari Kemampuan untuk Belajar
baik, 14 orang (35,9 %) tergolong kategori sedang dan tidak ada subjek yang
tergolong kategori buruk. Mean empirik (35,03) lebih besar dari pada mean
hipotetik (27,5) berarti bahwa secara umum penyesuaian diri orangtua yang
memiliki anak autis yang dilihat kemampuan untuk belajar adalah termasuk baik.
Grafik 10
Kategorisasi Penyesuaian Diri Dilihat dari Kemampuan untuk Belajar
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
5) Gambaran skor penyesuaian diri dilihat dari kemampuan memanfaatkan
pengalaman
rentang nilai 1 – 4. Hasil penghitungan mean empirik dan mean hipotetik adalah
sebagai berikut :
Tabel 21
Skor Empirik dan Skor Hipotetik Kemampuan untuk Memanfaatkan
Pengalaman
empirik sebesar 3,766. Hasil perhitungan skor mean empirik dan skor mean
hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik.
Hal ini berarti bahwa secara umum penyesuian diri yang dilihat dari kemampuan
Tabel 22
Kategori Penyesuaian Diri Dilihat dari Kemampuan untuk
Memanfaatkan Pengalaman
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Berdasarkan Tabel 22 diatas, penyesuaian diri yang dilihat dari
tergolong kedalam kategori baik, 11 orang (28,2 %) tergolong kategori sedang dan
tidak ada subjek yang tergolong kategori buruk. Mean empirik (32,36) lebih besar
dari pada mean hipotetik (25) berarti bahwa secara umum penyesuaian diri
orangtua yang memiliki anak autis yang dilihat dari kemampuan untuk
berikut :
Grafik 11
Kategorisasi Penyesuaian Diri Dilihat dari Kemampuan untuk
Memanfaatkan Pengalaman
6) Gambaran skor penyesuaian diri dilihat dari sikap yang realistis dan
objektif
Karakteristik penyesuaian diri yang dilihat dari sikap yang realistis dan
objektif terdiri dari 10 aitem dengan 4 pilihan jawaban dan rentang nilai 1 – 4.
Hasil penghitungan mean empirik dan mean hipotetik adalah sebagai berikut :
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 23
Skor Empirik dan Skor Hipotetik Sikap yang Realistis dan Objektif
empirik sebesar 4,953. Hasil perhitungan skor mean empirik dan skor mean
hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik.
Hal ini berarti bahwa secara umum penyesuian diri yang dilihat dari sikap yang
Tabel 24
Kategori Penyesuaian Diri Dilihat dari Sikap yang Realistis dan
Objektif
Berdasarkan Tabel 24 diatas, penyesuaian diri yang dilihat dari sikap yang
realistis dan objektif adalah 21 orang (53,8 %) tergolong kedalam kategori baik,
18 orang (46,2 %) tergolong kategori sedang dan tidak ada subjek yang tergolong
kategori buruk. Mean empirik (30,8) lebih besar dari pada mean hipotetik (25)
berarti bahwa secara umum penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis
yang dilihat dari sikap yang realistis dan objektif adalah termasuk baik.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Selanjutnya, gambaran kategorisasi penyesuaian diri sikap yang realistis
Grafik 12
Kategorisasi Penyesuaian Diri Dilihat dari Sikap yang Realistis dan Objektif
pengarahan diri
pengarahan diri terdiri dari 7 aitem dengan 4 pilihan jawaban dan rentang nilai 1 –
4. Hasil penghitungan mean empirik dan mean hipotetik adalah sebagai berikut :
Tabel 25
Skor Empirik dan Skor Hipotetik Pertimbangan Rasional dan
Pengarahan Diri
hipotetik sebesar 3,5 sedangkan untuk mean empirik sebesar 22,74 dengan SD
empirik sebesar 2,197. Hasil perhitungan skor mean empirik dan skor mean
hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Hal ini berarti bahwa secara umum penyesuian diri yang dilihat dari pertimbangan
Tabel 26
Kategori Penyesuaian Diri Dilihat dari Pertimbangan Rasional dan
Pengarahan Diri
kedalam kategori baik, 2 orang (5,1 %) tergolong kategori sedang dan tidak ada
subjek yang tergolong kategori buruk. Mean empirik (22,74) lebih besar dari pada
mean hipotetik (17,5) berarti bahwa secara umum penyesuaian diri orangtua yang
memiliki anak autis yang dilihat dari pertimbangan rasional dan pengarahan diri
pertimbangan rasional dan pengarahan diri dapat dilihat pada Grafik 13 berikut :
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Grafik 13
Kategorisasi Penyesuaian Diri Dilihat dari pertimbangan rasional dan
pengarahan diri
Gambaran skor penyesuaian diri yang ditinjau dari jenis kelamin dapat
lebih tinggi dari pada skor mean laki-laki (164,29). Subjek penelitian yang
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
memiliki penyesuaian diri yang baik sebanyak 20 orang (51,3 %) yaitu 6 orang
Tabel 28
Hasil Uji T-Test Penyesuaian Diri Ditinjau dari Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil uji T-Test pada Tabel 28 maka diperoleh nilai F = 3,008
dengan signifikansi (p) = 0,091. hasil tersebut tidak signifikan p > 0,05. dengan
demikian, tidak ada perbedaan penyesuaian diri ditinjau dari jenis kelamin.
Gambaran penyesuaian diri ditinjau dari jenis kelamin dapat dilihat dari
Grafik 14 berikut :
173
171
169
Mean
167
165
163
Laki-laki Perempuan
Gambaran skor penyesuaian diri yang ditinjau dari usia dapat dilihat pada
Tabel 29 berikut :
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 29. Penyesuaian Diri Ditinjau dari Usia
Berdasarkan Tabel 29 dapat dilihat bahwa skor mean dewasa madya (18-
39 tahun) yaitu 172,10 lebih tinggi dari pada skor mean dewasa dini (40-59 tahun)
yaitu 167,79. Subjek penelitian yang memiliki penyesuaian diri baik yang paling
banyak adalah pada dewasa madya (40-59 tahun) yaitu 12 orang (60%). Subjek
penelitian yang memiliki penyesuaian diri sedang yang paling banyak adalah pada
Tabel 30
Hasil Uji T-Test Penyesuaian Diri Ditinjau dari Usia
1,166 dengan signifikansi (p) = 0,287. Hasil tersebut tidak signifikan p > 0,05.
dengan demikian, tidak ada perbedaan penyesuaian diri ditinjau dari usia.
Gambaran penyesuaian diri ditinjau dari usia dapat dilihat dari Grafik 15
berikut :
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Grafik 15. Gambaran Penyesuaian Diri Ditinjau dari Jenis Kelamin
173.5
172
170.5
169 Mean
167.5
166
dewasa dini (18- dewasa madya
39 tahun) (40-59 tahun)
pendidikan Diploma memiliki skor mean tertinggi (177,33). Sedangkan skor mean
penyesuaian diri baik yang paling banyak adalah subjek dengan latar belakang
Sarjana (9 orang) dan skor penyesuaian diri sedang yang paling banyak adalah
177.5
175
172.5
170
167.5 Mean
165
162.5
160
SMU/SMK Diploma Sarjana
Gambaran skor penyesuaian diri yang ditinjau dari pekerjaan dapat dilihat
Berdasarkan Tabel 32 dapat kita lihat bahwa skor mean yang paling tinggi
adalah subjek yang tidak bekerja (175,75) dan skor mean yang paling rendah
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
adalah subjek yang pekerjaannya sebagai wiraswasta. Skor Penyesuaian diri baik
yang paling banyak adalah pada subjek yang pekerjaannya PNS, Wiraswasta dan
Grafik 17 berikut :
176
174.5
173
171.5
170
Mean
168.5
167
165.5
164
PNS Peg. Swasta Wiraswasta TNI/POLRI Tdk Bekerja
yang paling tinggi adalah subjek dengan penghasilan > Rp. 5.000.001 (171,94)
sedangkan skor mean penyesuaian diri yang paling rendah adalah subjek dengan
yang paling banyak adalah subjek dengan penghasilan > Rp. 5.000.001 sedangkan
skor penyesuaian diri sedang yang paling banyak adalah juga subjek dengan
Grafik 18 berikut :
171
170.5
170
169.5
169
168.5 Mean
168
167.5
167
2.000.001–Rp. 3.000.001–Rp. 4.000.001–Rp > Rp.
3.000.000 4.000.000 5. 000.000 5.000.001
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
BAB V
hasil analisa yang diuraikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga akan
A. Kesimpulan
bahwa :
1. Secara umum, kategori penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis
yang paling banyak adalah pada kategori baik, yaitu sebanyak 20 orang (51,3
%). 19 orang (48,7 %) berada pada kategori sedang dan tidak ada yang berada
2. Secara umum kategori penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis
a. Kategori penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis yang dilihat
adalah pada kategori sedang sebanyak 26 orang (66,7 %). 11 orang (28,2
%) berada pada kategori baik dan 2 orang (5,1 %) berada pada kategori
buruk.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
b. Kategori penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis yang dilihat
berada pada kategori baik sebanyak 27 orang (30,8 %). Artinya secara
memiliki anak autis. 12 orang (30,8 %) berada pada kategori sedang dan
c. Kategori penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis yang dilihat
dari tidak terdapat perasaan frustasi pribadi yang paling banyak adalah
berada pada kategori sedang sebanyak 20 orang (51,7 %). 19 orang (48,7
%) berada pada kategori baik dan tidak ada subjek yang berada pada
kategori buruk.
d. Kategori penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis yang dilihat
dari kemampuan untuk belajar yang paling banyak adalah berada pada
baik. 14 orang (35,9 %) berada pada kategori sedang dan tidak ada yang
e. Kategori penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis dilihat dari
berada pada kategori baik sebanyak 28 orang (71,8 %). Artinya secara
kategori sedang dan tidak ada yang berada pada kategori buruk.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
f. Kategori penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis yang dilihat
dari sikap yang realistis dan objektif yang paling banyak berada pada
orangtua yang memiliki anak autis memiliki sikap realistis dan objektif
yang baik. 11 orang (46,2 %) berada pada kategori sedang dan tidak ada
g. Kategori penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis dilihat dari
dan pengarahan diri yang baik. 2 orang (5,1 %) berada pada kategori
memiliki anak autis dengan skor mean penyesuaian diri tertinggi adalah pada
(177,33), tidak bekerja (175,75) dan dengan tingkat penghasilan > Rp.
pada subjek dengan karakteristik laki-laki, berada pada usia dewasa dini yaitu
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
4. Berdasarkan karakteristik subjek, penyesuaian diri orangtua yang memiliki
anak autis ditinjau dari jenis kelamin, maka orangtua yang berjenis kelamin
laki-laki memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori baik sebanyak 6
orang (42,9 %) dan yang berada pada kategori sedang sebanyak 8 orang (57,1
penyesuaian diri yang berada pada kategori baik sebanyak 14 orang (56 %)
dan yang berada pada kategori sedang sebanyak 11 orang (44 %). Dan tidak
Tidak ada perbedaan penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis
ditinjau dari jenis kelamin. Namun dengan membandingkan mean data dari
subjek penelitian dapat diperoleh bahwa skor mean penyesuaian diri subjek
berjenis kelamin perempuan (173,20) lebih tinggi dari pada skor mean subjek
anak autis ditinjau dari usia, maka orangtua yang berusia dewasa dini (18-39
tahun) memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori baik sebanyak 8
orang (42,1 %) dan yang berada pada kategori sedang sebanyak 11 orang
(57,9 %). Sedangkan orangtua yang berusia dewasa madya (40-59) memiliki
penyesuaian diri yang berada pada kategori baik sebanyak 12 orang (60 %)
dan berada pada kategori sedang sebanyak 8 orang (60 %). Dan tidak ada
orangtua yang berusia dewasa dini (18-39 tahun) maupun dewasa madya (40-
59) yang memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori buruk.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Tidak ada perbedaan penyesuaian diri orangtua yang memiliki anak autis
ditinjau dari usia. Namun dengan membandingkan mean data dari subjek
penelitian dapat diperoleh bahwa skor mean penyesuaian diri subjek usia
dewasa madya (40-59 tahun) yaitu 172,10 lebih tinggi dari pada skor mean
anak autis ditinjau dari latar belakang pendidikan (SMU/SMK, Diploma dan
memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori baik sebanyak 5 orang
(35,7 %) dan berada pada kategori sedang sebanyak 9 orang (64,3 %),
penyesuaian diri yang berada pada kategori baik sebanyak 2 orang (66,7 %)
dan berada pada kategori sedang sebanyak 1 orang (33,3 %), orangtua yang
yang berada pada kategori baik sebanyak 13 orang (59,1 %) dan berada pada
kategori sedang 9 orang (40,9 %). Dan tidak ada orangtua yang berlatar
Skor mean penyesuaian diri tertinggi ditinjau dari latar belakang pendidikan
adalah subjek dengan latar belakang pendidikan Diploma (177,33) dan skor
SMU/SMK (162,71)
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
7. Berdasarkan karakteristik subjek, penyesuaian diri orangtua yang memiliki
anak autis ditinjau dari pekerjaan (PNS, Peg. Swasta, Wiraswasta, TNI/POLRI
dan tidak bekerja) maka orangtua yang bekerja sebagai PNS memiliki
penyesuaian diri yang berada pada kategori baik sebanyak 5 orang (62,5 %)
dan berada pada kategori sedang sebanyak 3 orang (37,5 %), orangtua yang
bekerja sebagai Peg. Swasta yang memiliki penyesuaian diri yang berada pada
kategori baik sebanyak 4 orang (44,4 %) dan berada pada kategori sedang
sebanyak 5 orang (55,4 %), orangtua yang bekerja sebagai Wiraswasta yang
memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori baik sebanyak 5 orang
(41,7 %) dan berada pada kategori sedang sebanyak 7 orang (58,3 %),
berada pada kategori baik dan sedang masing-masing sebanyak 1 orang (50
%) dan orangtua yang tidak bekerja yang memiliki penyesuaian diri yang
berada pada kategori baik sebanyak 5 orang (62,5 %) dan berada pada kategori
sedang sebanyak 3 orang (37,5 %). Dan tidak ada orangtua yang bekerja
tidak bekerja yang memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori
buruk.
Skor mean penyesuaian diri tertinggi ditinjau dari pekerjaan adalah subjek
yang tidak bekerja (175,75) dan skor mean penyesuaian diri terendah adalah
anak autis ditinjau dari penghasilan maka orangtua dengan penghasilan Rp.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
1.000.000 - Rp. 2.000.000,- tidak ada yang berada pada kategori baik dan
yang memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori sedang sebanyak 1
orang (100 %), orangtua dengan penghasilan Rp. 2.000.001 - Rp. 3.000.000
yang memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori baik sebanyak 4
orang (57,1 %) dan berada pada kategori sedang sebanyak 3 orang (42,9 %),
penyesuaian diri yang berada pada kategori baik dan sedang masing – masing
4.000.001 – Rp. 5.000.000 yang memiliki penyesuaian diri yang berada pada
penyesuaian diri yang berada pada kategori baik sebanyak 9 orang (52,9 %)
Skor mean penyesuaian diri tertinggi ditinjau dari penghasilan adalah subjek
dengan penghasilan Rp. 4.000.001 – Rp. 5.000.000,- (167,50) dan skor mean
B. Diskusi
diri orangtua yang memiliki anak autis tergolong baik. Dari 39 subjek penelitian,
memiliki penyesuaian diri yang tergolong sedang dan tidak ada yang memiliki
penyesuaian diri yang buruk. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyesuaian
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
diri orangtua yang memiliki anak autis adalah baik. Mayoritas orangtua yang
memiliki anak autis mampu mengatasi secara efektif berbagai tuntutan atau
tekanan baik yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari
lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Lazarus (1976) yang memberikan
Sehingga bila penyesuaian diri seseorang semakin baik maka tuntutan dan tekanan
yang dihadapinya akan semakin rendah dan dalam hal ini adalah tuntutan dan
tekanan terhadap orangtua yang berasal dari anak autisnya yang mengharuskan
sehingga dapat mencapai penyesuaikan diri yang baik dengan kondisinya yang
Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang
memiliki anak autis dilihat dari tidak terdapat emosionalitas yang berlebihan
berada pada kategori baik, 26 orang (66,7 %) berada pada kategori sedang dan 2
orang (5,1 %) berada pada kategori buruk. Hal ini sejalan dengan pendapat
masalah yang dihadapinya dengan normal akan merasa tenang dan memiliki
kontrol emosi yang baik. Dalam hal ini orangtua mampu mengontrol emosi-emosi
negatif misalnya rasa marah, terkejut dan rasa kecewa sehubungan dengan
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang
memiliki anak autis dilihat dari tidak terdapat mekanisme psikologis termasuk
pada kategori baik. Dari 39 subjek penelitian, 27 orang (69,2 %) berada pada
kategori baik, 12 orang (30,8 %) berada pada kategori sedang dan tidak ada subjek
yang berada pada kategori buruk. Artinya tidak terdapat mekanisme psikologis
pada mayoritas orangtua yang memiliki anak autis. Dalam hal ini orangtua
mampu bersikap jujur dan terus terang terhadap adanya masalah atau konflik yang
dihadapi dari pada menunjukkan suatu reaksi yang diikuti dengan mekanisme-
mekanisme pertahanan diri misalnya malu memiliki anak autis, menolak atau
sehingga anak tidak bebas berekspresi dan tidak mau mengakui anaknya
menyandang autis.
Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang
memiliki anak autis dilihat dari tidak terdapat perasaan frustasi pribadi termasuk
pada kategori sedang. Dari 39 subjek penelitian, 19 orang (48,7 %) berada pada
kategori baik, 20 orang (51,3 %) berada pada kategori sedang dan tidak ada subjek
yang berada pada kategori buruk. Dalam hal ini orangtua yang memiliki anak
autis mampu menghadapi masalah, tidak menjadi cemas dan frustasi baik dalam
hal yang berhubungan dengan usaha orangtua memperbaiki perilaku anak mapun
Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang
memiliki anak autis dilihat dari kemampuan untuk belajar termasuk pada kategori
baik. Dari 39 subjek penelitian, 25 orang (64,1 %) berada pada kategori baik, 14
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
orang (35,9 %) berada pada kategori sedang dan tidak ada subjek yang berada
pada kategori buruk. Artinya mayoritas orangtua yang memiliki anak autis
memiliki kemampuan belajar yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua
Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang
termasuk pada kategori baik. Dari 39 subjek penelitian, 28 orang (71,8 %) berada
pada kategori baik, 11 orang (28,2 %) berada pada kategori sedang dan tidak ada
yang berada pada kategori buruk. Artinya mayoritas orangtua yang memiliki anak
autis memiliki kemampuan untuk memanfaatkan pengalaman yang baik. Hal ini
yang dihadapi. Misalnya saling berbagi informasi dan pengalaman dengan sesama
Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang
memiliki anak autis dilihat dari sikap yang realistis dan objektif berada pada
kategori baik. Dari 39 subjek penelitian, 21 orang (53,8 %) berada pada kategori
baik, 18 orang (46,2 %) berada pada kategori sedang dan tidak ada yang berada
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
pada kategori buruk. Artinya mayoritas orangtua yang memiliki anak autis
memiliki sikap yang realistis dan objektif yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa
keluarganya dan tidak menaruh harapan yang berlebihan kepada dirinya maupun
terhadap anak autisnya sesegera mungkin dan tidak memberikan harapan yang
Dari hasil analisa data mengenai gambaran penyesuaian diri orangtua yang
memiliki anak autis dilihat dari pertimbangan rasional dan pengarahan diri berada
pada kategori baik. Dari 39 subjek penelitian, 37 orang (94,9 %) berada pada
kategori baik, 2 orang (5,1) berada pada kategori sedang dan tidak ada yang
berada pada kategori buruk. Artinya mayoritas orangtua yang memiliki anak autis
memiliki pertimbangan yang rasional dan pengarahan diri yang baik. Hal ini
pertimbangan rasional akan dapat berjalan dengan baik jika tidak disertai dengan
perempuan (173,20) lebih tinggi dari skor mean penyesuaian diri subjek laki-laki
(164,29). Artinya penyesuaian diri subjek perempuan tergolong lebih baik dari
subjek laki-laki. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Cohen & Volkmar, 1997
yang mengatakan bahwa ayah dan ibu menunjukkan penampakan yang berbeda
dari stress yang mereka alami yang berhubungan dengan masalah-masalah anak
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
autisnya. Tetapi ibu lebih rentan terhadap masalah penyesuaian. Hal ini
disebabkan ibu lebih berperan langsung dalam proses kelahiran anak sehingga ibu
emosional. Ibu juga merasa tertekan karena perilaku yang ditampilkan anak
juga mengalami tekanan yang sama tetapi dampak tekanan yang dialami ayah
tidak seberat yang dialami ibu. Ayah cenderung lebih tertekan karena stress yang
dialami ibu. Hal ini dikarenakan peran ayah sebagai pencari nafkah utama dalam
Dari hasil analisa data juga diperoleh tidak ada perbedaan penyesuaian diri
orangtua dilihat dari jenis kelamin. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat
Hadiyono & Kahn (1987) yang mengatakan bahwa ada perbedaan antara
berdasarkan usia didapatkan bahwa skor mean penyesuaian diri subjek dewasa
madya yang berusia 40-59 tahun (172,10) lebih tinggi dari skor mean subjek
dewasa dini yang berusia 18-39 tahun (167,79). Artinya penyesuaian diri dewasa
madya tergolong lebih baik dari pada penyesuaian diri dewasa dini. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bandura (dalam Erdman & Demorest, 1998), usia merupakan
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri. Pengaruh usia terhadap
penyesuaian diri, tidak dapat hanya dilihat dari usia kronologisnya tetapi juga
analisa data juga diperoleh tidak ada perbedaan penyesuaian diri orangtua yang
memiliki anak autis ditinjau dari usia yaitu dewasa dini (18-39 tahun) dan dewasa
dengan pendidikan Diploma masuk kedalam kategori penyesuaian diri yang lebih
baik dari subjek dengan pendidikan Sarjana dan SMU/SMK. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Gunarsa & Gunarsa (1989) yang menyatakan bahwa salah satu
adalah subjek yang tidak bekerja (175,75). Artinya bahwa subjek yang tidak
bekerja masuk kedalam kategori penyesuaian diri yang lebih baik dari subjek
dengan pekerjaan PNS, Peg. Swasta, Wiraswasta dan TNI/POLRI. Hal ini
dikarenakan bahwa orang tua yang tidak bekerja lebih memiliki banyak waktu
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
keluarga > Rp. 5.000.001 memperoleh mean skor tertinggi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Gunarsa & Gunarsa (1989) penyesuaian diri juga didukung oleh faktor
kematangan sosial.
C. Saran
selanjutnya dan juga bermanfaat bagi orangtua khususnya orangtua yang memiliki
anak autis.
1. Saran Metodologis
yayasan anak berkebutuhan khusus yang ada dikota Medan agar hasil
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
tingkat keparahan anak autis mempengaruhi penyesuaian diri orangtua.
Semakin tinggi tingkat keparahan anak autis, akan semakin tinggi tingkat
autis.
2. Saran Praktis
berada pada kategori baik agar dapat mengupayakan perbaikan perilaku anak
autisnya.
b. Dukungan keluarga yang terdiri dari dukungan suami/istri dan orang – orang
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Acocella, dkk. (1996). Abnormal Psychology (7th ed). New York : Mc Graw Hill.
Farisy, A. S. (2007). Penyesuaian Diri Remaja yang Beralih dari Sekolah Formal
ke Homeschooling.http://salmanalfarisy.wordpress.com/2007/10/11/penye
suaian-diri-remaja-yang-beralih-dari-sekolah-formal-ke-
homeschooling.Diakses tanggal 20-02-2008
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Kristiyani, dkk (2001). Penyesuaian Diri Pembanru Rumah Tangga Wanita
Ditinjau dari Persepsi terhadap Efektifitas Komunikasi dengan Majikan
dan Rasa Aman.Jurnal Psikodimensia Kajian Ilmiah Psikologi, Vol.I No. 2
Mash & Wolfe. (2005). Abnormal Child Psychology. 3rd ed. USA : Thomson
Learning Inc.
Neale, dkk. (2004). Psikologi Abnormal (9th ed). Jakarta : Rajawali Pers.
Papalia & Old. (2001). Human Development (8th ed). New York : McGraw Hill.
Sarasvati. (2004). Meniti Pelangi : perjalanan Seorang Ibu yang Tak Kenal
Menyerah dalam Membimbing Putranya Keluar dari Belenggu ADHD dan
Autisme. Jakarta : PT Elex Media Computindo
Sugiarto, Siagian D., Sunaryanto, L.T., Oetomo, D.S. (2003). Teknik Sampling.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009
Sutadi, R. dkk.(2003). Penatalaksanaan Holistik Autisme (ed. pertama). FK UI.
Jakarta.
Misbah Umar Lubis : Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis, 2009.
USU Repository © 2009