SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Sidang Munaqasyah
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
Oleh :
ISNAWATI RORA
NIM: 2114.152
2021 M/1442 H
2
ABSTRAK
Skripsi atas nama ISNAWATI RORA, NIM. 2114.152. Skripsi ini berjudul
“Peran Orang Tua Dalam Membina Kecerdasan Spiritual (SQ) Anak Dalam
Keluarga di Jorong Tantaman Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam”.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dan gambaran
tentang peran tua dalam membina kecerdasan spiritual (SQ) anak dalam keluarga di
Jorong Tantaman Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam.
Adapun yang memotivasi penulis melakukan penelitian ini dilatar belakangi
oleh kondisi anak usia 13-16 tahun yang perlu pembinaan dan arahan orang tua.
Dimana setelah penulis melakukan observasi masih ditemukan anak yang berkeliaran
ketika suara adzan dikumandangkan dan anak tidak segera melaksanakan shalat, di
sekolah anak mendapatkan nilai yang bagus akan tetapi di rumah suka melawan
kepada orang tua kemudian ketika bertemu tetangga jarang bertegur sapa bahkan ada
yang berperilaku kurang sopan pada orang yang lebih tua serta anak kurang
berinisiatif dalam mengikuti setiap kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di
lingkungan tempat tinggal yaitu di Jorong Tantaman.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan (field
research) dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
berlokasi di Jorong Tantaman Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam. Dalam
penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah orang tua anak usia 13-16 tahun
dan informan pendukung adalah anak usia 13-16 tahun dan tokoh agama di Jorong
Tantaman Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam. Data dikumpulkan melalui
metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh dilapangan
kemudian disusun dengan memilih dan menyederhanakan data. Selanjutnya
dilakukan penyajian data untuk dapat ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama,
peran orang tua dalam membina kecerdasan spiritual (SQ) anak dalam keluarga di
Jorong Tantaman Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam melalui penanaman
nilai-nilai keimanan sudah ada yang berperan baik dan ada juga yang belum, baik
dalam menceritakan kisah/cerita yang mengesakan Allah Ta’ala, mengaktualisasikan akidah
dalam kehidupan sehari-hari dan mendorong anak-anak untuk serius dalam menuntut ilmu
dengan berguru pada orang yang dianggap bisa membentuk frame berpikir islami pada anak.
Kedua, peran orang tua dalam membina kecerdasan spiritual (SQ) anak dalam
keluarga di Jorong Tantaman Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam melalui
penanaman nilai ibadah belum optimal, baik dari segi memberikan keteladan,
kebiasaan, nasehat, memberikan perhatian dan memberikan pujian kepada anak.
Ketiga, kendala-kendala yang dihadapi orang tua dalam membina kecerdasan
spiritual (SQ) anak dalam keluarga di Jorong Tantaman Kecamatan Palembayan
Kabupaten Agam yaitu rendahnya pengetahuan agama orang tua, keterbatasan waktu
dan kesibukkan orang tua dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dalam bentuk
skripsi ini yang berjudul “Peran Orang Tua Dalam Membina Kecerdasan
untuk mencapai gelar Sarjana Studi Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah meninggalkan dua pedoman
hidup sebagai petunjuk kepada jalan yang lurus dan membawa umat manusia dari
zaman jahiliyah sampai kepada zaman yang berilmu pengetahuan seperti sekarang
ini.
kendala yang dihadapi, namun berkat petunjuk, bimbingan, arahan dan bantuan dari
berbagai pihak akhirnya bisa terselesaikan. Oleh karena itu dengan hati yang ikhlas
ii
kedua orang tua yang telah memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis
memberikan ucapan terimakasih kepada keluarga dan sanak famili yang sangat
penulis sayangi, yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk dapat
2. Bapak Dr. Asyari, S.Ag, M.Si selaku wakil Rektor I IAIN Bukittinggi.
Bapak Dr. Novi Hendri, M.Ag selaku wakil Rektor II IAIN Bukittinggi.
Bapak Dr. Miswardi S.H, M.Hum selaku wakil Rektor III IAIN Bukittinggi.
3. Ibu Dr. Zulfani Sesmiarni M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
4. Bapak Dr. Iswantir M, M.Ag selaku Wakil Dekan I, Bapak Charles, S.Ag,
M.Pd.I selaku Wakil Dekan II, Bapak Dr. Supratman, M.Pd, M.Kom selaku
5. Bapak Dr. Arifmiboy, S.Ag, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam.
iii
Dr. Silfia Hanani, M.Si yang dahulunya selaku Pembimbing I yang telah
8. Bapak dan Ibu dosen serta staf Program Studi Pendidikan Agama Islam.
9. Kepala Jorong Tantaman, tokoh agama, orang tua, anak-anak usia 13-16 tahun
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut memberikan
Akhir kata, penulis berharap kepada allah SWT membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
ISNAWATI RORA
NIM. 2114.152
iv
DAFTAR ISI
COVER .....................................................................................................................
ABSTRAK ............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
C. Rumusan Masalah......................................................................................... 12
B. Kecerdasan Spiritual
v
2. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual ................................................................ 43
A. Temuan Umum
vi
c. Penduduk Berdasarkan Pekerjaan .................................................. 72
d. Pendidikan ...................................................................................... 72
e. Kesehatan........................................................................................ 73
f. Budaya ............................................................................................ 74
g. Agama ............................................................................................. 74
B. Temuan Khusus
BAB V PENUTUP
DAFTAR KEPUSTAKAAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
keluarga ini pertama kali anak mendapatkan pengaruh sadar. Karena itu
itu ada. Ayah dan ibu di dalam keluarga sebagai pendidiknya dan anak
pendidikan formal.1
keluarga anak pertama sekali menerima pendidikan contoh yang baik atau
peran penting terhadap pembinaan sikap dan tingkah laku anak agar tumbuh
kembang menjadi anak yang berakhlak mulia serta berbudi pekerti luhur.
1
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), h.17
1
2
akhlak dan pola pikir anak dan hanya keluarga yang demokrasi akan
anak. Dalam hal ini keluarga yang demokratis disinyalir akan mampu
masyarakat. Dengan hubungan yang baik, maka akan terbina keluarga yang
rukun dan damai, sehingga peranan orang tua dalam pembinaan anak
Anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT kepada orang
tua untuk dirawat dan dididik menjadi manusia yang bertakwa. Anak dapat
Akan tetapi, anak juga dapat menjadi penghalang bagi kita untuk masuk ke
surga jika tidak dididik dengan baik. Upaya untuk mendidik anak agar dapat
menjadi penyejuk hati tidaklah mudah karena ada beberapa tantangan yang
akan dihadapi, terutama dari lingkungan sekitar. Salah satu hal yang perlu
Qur’an dan Sunnah dalam kehidupan sehari-hari, serta melatih anak untuk
2
Nunu Burhanuddin, JURNAL EDUCATIVE: Konstruksi Pendidikan Integratif Menurut
Hamka, Vol.1, No. 1, Januari-Juni 2016, h.20
3
menjadi generasi yang memiliki akhlak mulia sesuai dengan tuntutan Al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.3 Oleh karena itu orang tualah yang
memegang faktor kunci yang bisa menjadikan anak tumbuh dengan jiwa
Islami.
Pada kenyataan sekarang ini, dapat dilihat anak usia 13-16 tahun,
bahwa pada usia ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, sehingga
yang terlihat pada cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-
kegiatan ritual (seperti ibadah shalat) yang selama ini dilakukannya dengan
penuh kepatuhan.
kebutuhan tersebut, namun disisi lain ia tahu perbuatannya itu dilarang oleh
agama. Kondisi ini menimbulkan konflik pada diri anak. Faktor internal
3
Ridwan Abdullah Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2016), h. 4
4
untuk bebas, tidak mau terikat oleh norma-norma keluarga (orang tua).
secara baik, bahkan dengan sikap keras, maka sikap itu akan muncul dalam
seperti beredarnya film-film dan foto-foto yang tidak baik, minuman keras,
ganja atau obat-obatan terlarang. Hal ini semua mempunyai daya tarik yang
sangat kuat bagi anak usia 13-16 (remaja) untuk mencobanya. Mungkin
mereka melihat bahwa tidak sedikit orang dewasa atau masyarakat sekitar
4
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 204-205
5
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2013), h. 107
5
Jadi, melihat realita di atas, anak usia 13-16 tahun pada masa usia
ini anak memiliki kecerdasan yang luar biasa yang dapat dikembangkan
sehingga dapat merusak akhlak mereka. Untuk itu peran orang tua sangatlah
6
Iswantir M, M. Ag, JURNAL EDUCATIVE: Gagasan dan Pemikiran Serta Praksis
Pendidikan Islam di Indonesia, Vol.2, No.2, Juli-Desember 2017, h. 168
6
ESQ:
spiritual yang bukan lagi terletak disisi luar (outside) malainkan justru
disisi dalam (inside) yang dapat kita istilahkan dengan iman-iman yang
7
Ridwan Abdullah Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2016), h. 62
7
dengan menggunakan alat-alat berpikir. Kecerdasan ini bisa diukur dari sisi
terdiri dari lima komponen pokok yakni kesadaran diri, manajemen emosi,
ini.
amat berharga.8
8
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), cet ke-1,
h.51
8
tanpa batas waktu. Kecerdasan ini terkait dengan kejiwaan dan digunakan
untuk membedakan baik dan buruk, benar dan salah, serta pemahaman
membedakan yang baik dengan yang buruk, memberi manusia rasa moral
9
Ridwan Abdullah Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2016), h. 63
10
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: KENCANA, 2011), h. 72
9
Agama Islam terkandung nilai-nilai keagamaan. Oleh karena itu orang tua
mulia.
penerus dari yang tua-tua, maka dari itu orang tua harus lebih
Untuk mencapai hal ini, Allah mengigatkan kepada orang tua agar
mempertahankan keturunannya.
adalah lemah dalam segala aspek kehidupan seperti lemah mental, psikis,
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah, (Bandung:
Syamil Cipta Media, 2005), h. 412.
10
pendidikan, ekonomi terutama lemah iman. Anak yang lemah iman akan
keimanannya.
Beranjak dari apa yang penulis paparkan diatas dapat dipahami bahwa
serius dari para orang tua, yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.
tahun.
Tabel 1
Jumlah anak umur 13-16 tahun dari jenis kelamin di Jorong Tantaman
No Laki-Laki Perempuan
1 35 46 81
Agam terlihat bahwa masih ditemukan anak yang berkeliaran ketika suara
sekolah anak mendapatkan nilai yang baik akan tetapi di rumah banyak anak
11
yang melawan kepada orang tua, ketika anak bertemu tetangga juga jarang
bertegur sapa bahkan ada yang berperilaku kurang sopan pada orang yang
lebih tua yaitu menggunakan bahasa yang tidak baik, bahkan masih ditemukan
yang rajin bahkan mendapatkan nilai bagus, ketika waktu shalat tiba anaknya
berkeinginan untuk mengkaji lebih lanjut tentang “Peran Orang Tua dalam
B. Batasan Masalah
melalui ibadah.
Kabupaten Agam.
C. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
keimanan.
2. Kegunaan Penelitian
(PAI).
E. Penjelasan Judul
penulis perlu menjelaskan maksud dari istilah yang terdapat pada judul
Orang tua : Orang tua adalah ayah dan ibu seorang anak,
12
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 751.
13
M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), cet. ke-4, h. 79
15
moral.15
tahun.
melaksanakannya. 17
14
Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah, (Yogyakarta: Belukar,
2006), h. 54
15
Ridwan Abdullah Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2016), h. 63
16
M. Nippon Abdul Halim, Anak Shaleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2003), h.5
17
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 111
16
Kabupaten Agam.
Jadi, peran orang tua dalam membina kecerdasan spiritual anak dalam
keluarga adalah dimana orang tua sangat berperan penting dalam membina
anak menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak
F. Sistematika Penulisan
sebagai berikut:
Bab II Landasan Teoritis, pada bab ini akan penulis bahas mengenai
peran orang tua dengan poin-poin: pengertian peran, pengertian orang tua,
tanggung jawab dan tugas orang tua serta kewajiban orang tua, kemudian
penelitian terdahulu.
17
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Peran
diberikan Allah kepada orang tua, maka orang tua berkewajiban untuk
kepada Allah.
maupun rohani.
18
19
bagi anak anaknya. Materi utama yang perlu dijadikan acuan pendidikan
mencapai keutamaan.19
mencapai titik fitrahnya sebagai ciptaan yang sempurna. Saat ini dengan
19
Khairuddin, JURNAL EDUCATIVE: Meningkatkan Kompetensi Akhlak Siswa Melalui
Proses Pembelajaran, Vol. 1, No. 2 Juli-Desember, 2016. h. 127
20
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. ke-4, h. 35
20
dalam dunia Islam diistilahkan dengan belajar dari ayunan sampai liang
lahat.21 Karena itulah, orang tua merupakan pendidik pertama, utama dan
kodrati. Orang tua yang secara sadar mendidik anaknya akan selalu
dituntun oleh tujuan pendidikan, yaitu ke arah anak dapat mandiri, kearah
dan anak.
Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan
lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru
perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya,
apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu merupakan orang
21
Retna Fitri, Supratrman Zakir, Sarwo Derta, Gusnita Darmawati, JURNAL EDUCATIVE :
Penggunaan CIPP Model Dalam Mengevaluasi Pelaksanaan Tahfidz Qur’an Di Pondok Pesantren,
Vol. 5. No.1, 2020, h. 2
22
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidi kan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h.
22
21
sesuatu yang terkandung di dalam hati anaknya, juga jika anak telah mulai
agak besar, disertai kasih sayang, dapatlah ibu mengambil hati anaknya
untuk selama-lamanya.
lebih bagi anak yang agak besar, baik laki-laki maupun perempuan, bila ia
sepenuh hatinya atau tidak, hal itu adalah merupakan “fitrah” yang
telah dikodratkan Allah SWT kepada setiap orang tua. Mereka tidak
persekutuan hidup terkecil saja melainkan lebih dari itu, yakni sebagai
Artinya:
24
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, …, h. 36
23
bersabda:
anak, maka tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa
25
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, …, hal. 37
24
pendidikan yang dipikul oleh para pendidik selain orang tua adalah
secara sempurna.
berkelanjutan.
26
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, …, h. 38
25
kemasyarakatan.28
27
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h.
88-89
28
Helmawati, Pendidik Sebagai Model, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), cet-1, h.
148.
26
manusiawi.
seperti:
a) Tugas Memelihara
b) Tugas Mendidik
29
Helmawati, Pendidik Sebagai Model, …, h. 25
28
c) Tugas Membina
30
Helmawati, Pendidik Sebagai Model, …, h. 26
31
Helmawati, Pendidik Sebagai Model, …, h. 26
29
d) Tugas Membimbing
e) Tugas Melatih
kebutuhan hidupnya.32
Bertanggung Jawab
bermasyarakat.
b) Menikahkan Anaknya.
keluarga, yaitu:
33
Helmawati, Pendidik Sebagai Model, …, h. 28-29
31
bertanggung jawab;
berupa anak.
B. Kecerdasan Spiritual
dengan cara rasional. Selain itu, kecerdasan dapat juga diartikan sebagai
berpikir.36
36
Sriwati Bukit, Istarani, Kecerdasan dan Gaya Belajar, (Medan: LARISPA Indonesia,
2015), h. 1
34
kemampuan menemukan hal yang baru baik berupa material maupun non
berarti roh atau jiwa dan ritual (Inggris) yang berarti upacara keagamaan.
berjuang, atau tekad yang kuat untuk berusaha. Sedangkan istilah ritual
sebab itu, istilah spiritual menunjuk pada pengertian segala hal yang
dan tubuh.38
orang yang lain sangat berbeda. Terlebih lagi dalam sebuah agama,
yang muncul.
bahwa merasa beragama tidak sekadar hanya tahu agama. Jika demikian,
Allah SWT. Kecerdasan ini tidak hanya merasa akan kehadiran Allah
sebagai Tuhan Yang Esa Sang Maha Pencipta seluruh sekalian alam,
38
Jasa Ungguh Muliawan, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2015), h.194-195
36
tetapi juga merasa dirinya selalu dilihat oleh Allah dalam setiap kegiatan
hati.
sejak anak dilahirkan. Sementara itu realitas spiritual ini sendiri dapat
neurologis.39
dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
39
Helmawati, Pendidik Sebagai Model, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), cet-1, h.
139.
37
spiritual dengan bersikap jujur, toleransi, terbuka penuh cinta dan kasih
luas, kaya, dan memberikan makna; dan (3) mengukur atau menilai bahwa
salah satu kegiatan atau langkah kehidupan tertentu lebih bermakna dari
syaraf ketiga dalam otak, yaitu syaraf synchronous, yang menyatukan data
proses primer (EQ) dan proses sekunder (IQ), (2) memfasilitasi suatu
dialog antara pikiran dengan perasaan, atau antara jiwa dengan raga, dan
pemberian makna.
40
Mulyasa, Dadang Iskandar, Wiwik Dyah Aryani, Revolusi dan Inovasi Pembelajaran,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), h. 162
38
Bahkan banyak para humanis dan ateis memiliki tingkat SQ yang tinggi,
sebagai berikut:
sebatas hubungan antar manusia dan lepas dari nilai-nilai agama. Oleh
antara spiritualitas dengan agama, dan banyak para humanis dan ateis
41
Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 242-243.
39
Allah.”42
untuk bisa menghargai dirinya sendiri maupun diri orang lain, memahami
42
Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, …, h. 245-246.
40
menjembatani antara diri sendiri dan orang lain, serta menjadi lebih cerdas
spiritual dan bukan yang lainnya karena kecerdasan ini berasal dari fitrah
kesucian, ketulusan hati, dan tanpa pretensi egoisme. Dalam bahasa yang
optimal jika hidup manusia berdasarkan visi dasar dan misi utamanya,
yakni sebagai hamba (‘abid) dan sekaligus wakil Allah (khalifah) di bumi.
kecerdasan ini ditemukan para ahli sangat bangga dengan temuan tentang
43
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual
ESQ, (Jakarta: Penerbit Arga, 2001), h. 46-47.
42
ketika orang sudah memiliki kecerdasan spiritual (SQ), orang itu mampu
bagaimana cara bertindak, memaknai hidup dan menjadi orang yang lebih
hidup.
bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi
c. Memaknai.
44
Sriwati Bukit, Istarani, Kecerdasan dan Gaya Belajar, (Medan: LARISPA Indonesia,
2015), h. 27-29
45
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berfikir
Integralistik dan Holistic Untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2000).
44
a. Bersikap asertif
tekanan-tekanan duniawi.
untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari apa saat ini
c. Bersikap literal
sifat keunggulan yang dimiliki manusia, maka ada sifat Maha bila
46
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 107
45
darinya.
(5) Memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
kerusakan.
47
Mulyasa, Dadang Iskandar, Wiwik Dyah Aryani, Revolusi dan Inovasi Pembelajaran,
(Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2016), h. 162
48
Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 244-245.
46
Tuhan sebagai mitra kerja dalam segenap aspek dan setiap langkah
unggul secara intelektual, kaya dalam amal, serta anggun dalam moral
dan kebijaksanaan.
a. Membantu melihat hal-hal dari sudut pandang yang lebih luas dan
kompleks.
hidup.
49
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ,
(Jakarta: Penerbit Arga, 2001), h. 47
47
orang lain diposisi yang lebih tinggi dari pada diri sendiri.
Orang tua merupakan orang terdekat bagi anak. Dimana sikap dan
tingkah laku orang tua akan menjadi panutan bagi anaknya, terutama anak
yang masih kecil, pengalaman anak semasa kecil itu akan terbawa dan
SWT:
50
Sriwati Bukit, Istarani, Kecerdasan dan Gaya Belajar, (Medan: LARISPA Indonesia,
2015), h. 29
48
Dalam hal ini terutama sekali dari pihak ibu lebih di tuntut untuk
berperan aktif karena ibu merupakan orang yang lebih dekat dengan anaknya.
moral yang telah digariskan oleh agama, maka ia dapat membina moral dan
Demikian pula bagaimana bersikap kepada orang lain yang harus dihormati,
bertutur kata, bersikap dan contoh-contoh budi pekerti yang baik yang
dilakukan ibu akan lebih berhasil dan mengena di hati sanubari anak. Hal ini,
Demikian pula peran ayah tidak kalah penting pula dari peran ibu,
51
Samsul Munir Amin, Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami, (Jakarta: AMZAH,
2007), h. 36
52
Ibid, h. 19
53
Rehani , Keluarga Sebagai Institut Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Baitul
Hikmah: Fress, 2001), h. 91
50
pada anak usia 12-20 tahun telah mencapai taraf perkembangan kognitif yang
anak remaja menciptakan sistesis dari seperangkat arti baru dari berbagai
nilai-nilai yang ditemuinya dari lingkungannya. Pada masa ini anak remaja
juga sudah mulai mampu merefleksikan secara kritis riwayat hidupnya dan
adalah suatu sintesis baru atas berbagai arti dan makna dari pengalamannya
dalam hidup.
ideologi dan agama. Dengan mulai mapannya cara berpikir remaja, membuat
sistesis-identitas dirinya. Namun pada tahap ini remaja mudah terjebak dalam
Akibatnya anak remaja bisa saja mengembangkan identitas yang palsu atau
51
memudarnya tradisi silaturrahim.55 Dalam hal ini peran orang tua sangat besar
tersebut yaitu :
dengan amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu
ditanamkan kepada anak oleh orang tua, hal ini telah disebutkan dalam
54
Triantoro Safaria, Spiritual Intelligence, Metode Pengembangan Kecerdasan Spiritual
Anak, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 64-65
55
Darul Ilmi, JURNAL EDUCATIVE: Reaktualisasi Pendidikan Humanis Dalam Konteks
Keindonesiaan Menghadapi Tantangan Global, Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2017, h. 100
56
Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), hal. 12
52
dan menjadi dasar pedoman hidup setiap muslim. Ini berarti bahwa pola
umum pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya menurut
mengesakan Allah Ta’ala. Terkait hal ini para orangtua sebenarnya tidak
perlu bingung atau kehabisan bahan dalam mengulas masalah cerita atau
sehari-hari. Apabila anak sudah baligh maka orangtua harus tegas dalam
53
masalah akidah ini. Jika anak sudah berusia 10 tahun dan enggan
berjilbab menjadi satu keniscayaan. Dan, itu adalah bagian dari aktualiasi
ini benar-benar tidak mudah. Sebab selain mengajak, orangtua juga harus
dengan berguru pada orang yang kita anggap bisa membantu membentuk
frame berpikir islami pada anak. Orangtua tidak boleh merasa cukup
diisi oleh guru, ustadz, ulama atau pun figur publik Muslim yang terbukti
57
https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2015/02/03/37995/tiga-cara-
menanamkan-akidah-pada-anak-anak-kita.html, diakses tanggal 08-02-2017 jam 14.48 WIB
54
Ibadah dalam Islam secara garis besar terbagi kedalam dua jenis,
yaitu ibadah mahdah (ibadah khusus) dan ibadah ghoiru mahdah (ibadah
sebagainya.58
Luqman ayat 17. Pendidikan sholat dalam ayat ini tidak terbatas tentang
mampu tampil sebagai pelopor amar ma’ruf dan nahi munkar serta
paksaan.
58
Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), hal. 23
55
kebenaran.
56
mereka.
Secara garis besar ada dua kebutuhan anak yang harus di perhatikan
terdapat keterkaitan satu sama lain. Dari satu sisi dalam kedokteran dikatakan
bahwa kualitas makanan yang diberikan kepada anak balita akan menentukan
kualitas kecerdasan dan kemampuan anak. Oleh sebab itu orang tua harus
memberikan makanan yang hal dan bergizi kepada anak agar otak tumbuh
anak.
dari kenyataan bahwa banyaknya anak-anak yang sehat dan cerdas tetapi
bersifat naluri yang ada pada anak-anak melalui bimbingan agama yang sehat
SWT, seperti melaksanakan shalat wajib dan shalat sunnah, berdoa, berdzikir,
1. Melalui Iman
perbuatannya.
2. Melalui Ibadah
yang maha suci, ia tidak bisa didekati kecuali oleh orang yang suci
spiritual.
pula.
59
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 108
60
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 254.
60
Betapa pun peran orang tua dalam membina kecerdasan spiritual anak
bimbingan dalam mengeksplorasi potensi spiritual yang ada dalam setiap diri
anak.
peranan dan tanggung jawab orang tua maka ada tujuh cara yang hendaknya
yaitu:
sesuatu.
kepadanya.
ajaran agama dan rumah tangga yang dibentuk atas dasar agama, besar
2. Keterbatasan waktu
kalau anak berkembang sendiri tanpa ada pengawasan oleh orang tua
sehingga tidak ada lagi tersisa untuk bisa beraktivitas bersama anak,
Kesibukan orang tua adalah orang tua yang selalu bekerja di luar
rumah dari pagi sampai sore hari. Di zaman individualis seperti sekarang
terjadi bahwa orang tua tidak memiliki waktu lagi bercengkrama bagi
ada kebutuhan lain yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan
materi, yaitu kebutuhan berbagi rasa dan melepaskan rasa rindu kepada
E. Penelitian Terdahulu
(Spiritual Quotient) anak usia dini di Jorong Batang Silasiah Nagari Bukik
yang telah dilakukan dapat digambarkan bahwa strategi yang digunakan oleh
orang tua dalam membentuk kecerdasan spiritual anak usia dini di Jorong
spiritual anak adalah dengan cara menegur, memberi nasehat dan bercerita.
61
Ferdinan M.Faud, Menjadi Orang Tua Bijaksana, (Yogyakarta: Tugu Publisher, 2005), h.
83
64
Disamping itu orang tua melakukan tindakan secara khusus yaitu dengan
membaca Al-Qur’an dan lainnya serta orang tua menanyai kembali tentang
do’a-do’a yang telah disampaikan misalnya pada waktu makan atau membaca
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
kualitatif dan bersifat field research yaitu jenis penelitian yang meneliti fakta
B. Lokasi Penelitian
62
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2011) , h. 7
65
66
yang perlu di bahas dan perlu di selesaikan secara ilmiah, yaitu Peran orang
tua dalam membina kecerdasan spiritual (SQ) anak dalam keluarga di Jorong
sebuah nagari yang religious yang mana saat sekarang ini kurangnya contoh
yang mana seringnya anak-anak bergaul dengan temannya akan sangat rentan
terpengaruh oleh sikap-sikap yang tidak diinginkan dan anak suka melawan
kepada kedua orang tuanya bahkan anak kurang berinisiatif dalam mengikuti
C. Informan Penelitian
latar penelitian setempat. Informan kunci dalam penelitian ini adalah orang
tua anak yang berusia 13-16 dan sebagai informan pendukung pada penelitian
ini adalah anak yang berusia 13-16 dan tokoh agama yang berada di Jorong
penulis bertanya kepada satu orang, kemudian dilanjutkan kepada yang lain,
sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih lengkap tentang masalah yang
diteliti.
diantaranya:
1. Observasi
berkaitan peran orang tua dalam membina kecerdasan spiritual anak dalam
63
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups Sebagai Instrument
Penggalian Data Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 132
64
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006) cet. ke-1, h. 224
68
2. Wawancara
yang relevan dengan masalah yang diteliti.65 Metode ini penulis gunakan
untuk memperoleh data lapangan yang berkaitan dengan peran orang tua
3. Dokumentasi
tulisan seperti arsip-arsip, buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum
sebagainya.
65
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 162
66
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 181
69
orang lain.67 Disini ada terdapat tiga alur kegiatan yang akan dilakukan dalam
analisis data yaitu: reduksi data, display data dan verifikasi data.
1. Reduksi data
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
2. Display data
67
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2006) , h. 244
68
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, …, h. 247
69
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, …, h. 249
70
3. Verifikasi data
sementara, dan akan berubah bila di dukung oleh bukti-bukti yang valid
G. Triangulasi Data
lain di luar data itu sendiri, untuk keperluan pengecekan data atau sebagai
70
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, …, h. 252
71
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 219
72
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2006) , h. 274
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Umum
Dusun Mudiak Banda. Kedua. Dusun Simpang Tigo dan ketiga, Dusun
Pakan Kamih.
berikut:
banyak merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Hal ini dapat
71
72
1272 jiwa.
subur, iklim yang kondusif dan hasil panen yang bagus, selain itu juga
d. Pendidikan
Tabel 3
1. Paud Mekar 1 25
2. Tk Karya Bhakti 25
3. SD N 04 Tantaman 134
4. SD N 28 Tantaman 38
5. MTSs Tantaman 70
e. Kesehatan
f. Budaya
“Tigo Sapilin” sampai saat ini secara umum masih mempedomani adat
g. Agama
buah MDA. Selain itu juga ada kelompok belajar khutbah yang
beranggotakan 10 orang.
h. Keadaan Ekonomi
dan peternak. Diantara mereka banyak yang menjadi buruh tani karena
tidak memiliki lahan pertanian. Jika dilihat dari wilayah dan keadaan
menggarap, maka masih ada juga sebagian lahan pertanian yang tidak
digarap.
2) Home Industry
krisis yang terjadi saat ini. Pada umumnya, industri rumah tangga
B. Temuan Khusus
kecerdasaan spiritual (SQ) anak dalam keluarga di Tantaman ini, karena peran
orang tua sangatlah penting dalam upaya membina kecerdasan spiritual anak.
dari informan, baik informan kunci maupun pendukung yang ada di Jorong
diantaranya orang tua, serta data pendukung yang diperoleh dari beberapa
anak usia 13-16 tahun dan tokoh agama. Berdasarkan hasil dari wawancara
dengan orang tua dalam membina kecerdasan spiritual (SQ) anak dalam
Kabupaten Agam
77
Keimanan
yang mengesakan Allah SWT. Terkait hal ini orang tua tidak
tetapi hal ini, tergantung kepada orang tua sejauh mana dalam
mengatakan:
Asyifa, mengatakan:
73
Ocim, Orang Tua Anak usia 16 Tahun , Wawancara Pribadi, 22 September 2019
74
Rosdayeni, Orang Tua Anak usia 13 Tahun , Wawancara Pribadi, 22 September 2019
75
Ria Asyifa, Anak Usia 15 Tahun, Wawancara Pribadi, 20 September 2019
79
jika anak sudah baligh sudah harus betindak tegas, jika anak
mengatakan:
mengatakan:
mengatakan bahwa:
76
Yul Hasni, Orang Tua Anak Usia 13 Tahun, Wawancara Pribadi, 23 Oktober 2019
77
Ocim, Orang Tua Anak Usia 16 Tahun, Wawancara Pribadi, 22 September 2019
78
Rio Asnil, Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
79
Wenty Zuhrima, Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 20 Oktober 2019
81
beliau mengatakan:
mengatakan:
80
Ocim, Orang Tua Anak Usia 16 Tahun, Wawancara Pribadi, 22 September 2019
82
Bariyah:
81
Khairul Bariyah, Anak Usia 13 Tahun, Wawancara Pribadi, 20 September 2019
83
Ibadah
pertama dan utama bagi anak, orang tua juga sebagai contoh
diabaikan anak.
82
Asnita, Orang Tua Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
83
Asnil, Orang Tua Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
84
Yul Hasni, Orang Tua Anak Usia 13 Tahun, Wawancara Pribadi, 23 Oktober 2019
85
85
Novia Windy Rifanza, Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 20 Oktober 2019
86
Fajri Gusra, Anak Usia 13 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
86
kepada anaknya.
mengatakan:
mengatakan:
87
Rosdayeni, Orang Tua Anak usia 13 Tahun , Wawancara Pribadi, 22 September 2019
87
88
Asnil, Orang Tua Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
89
Wenty Zuhrima, Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Prbadi, 20 Oktober 2019
88
nasihat.
mengatakan bahwa:
beliau mengatakan:
90
Asnita, Orang Tua Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
89
91
Yul Hasni, Orang Tua Anak Usia 13 Tahun, Wawancara Pribadi, 23 Oktober 2019
92
Zira Audina, Anak Usia 16 Tahun, Wawancara Pribadi, 20 Oktober 2019
90
lainnya.
mengatakan:
mengatakan:
sebagai buruh tani pergi pagi pulang sore, pada malam hari
ibadah anak.
95
Dilla Marlina, Anak Usia 16 Tahun, Wawancara Pribadi, 20 September 2019
96
Khairul Bariyah, Anak Usia 13 Tahun, Wawancara Pribadi, 20 September 2019
92
mengatakan:
97
Asnil, Orang Tua Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
98
Asnita, Orang Tua Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
93
Gumelar, mengatakan:
99
Agung Gumelar, Anak Usia 15 Tahun, Wawancara Pribadi, 20 September 2019
100
Indah Savitri Afanza, Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pibadi, 20 September 2019
94
Agam
menyatakan:
101
Asnil, Orang Tua Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
95
102
Asnita, Orang Tua Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
103
Yul Hasni, Orang Tua Anak Usia 13 Tahun, Wawancara Pribadi, 23 Oktober 2019
104
Rio Asnil, Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
96
makan dan juga tempat tinggal saja, akan tetapi juga mendidik
b) Keterbatasan waktu
menyatakan:
menyatakan:
105
Asnil, Orang Tua Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
106
Asnita, Orang Tua Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
107
Rosdayeni, Orang Tua Anak Usia 13 Tahun, Wawancara Pribadi, 22 Oktober 2019
98
Asnil mengungkapkan:
dia juga tidak shalat dan juga orang tua nya tidak melihat.
108
Fajri Gusra, Anak Usia 13 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
109
Rio Asnil, Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
99
menyatakan :
110
Yul Hasni, Orang Tua Anak Usia 13 Tahun, Wawancara Pribadi, 23 Oktober 2019
111
Asnil, Orang Tua Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
100
untuk anak.
Kabupaten Agam.
Kabupaten Agam.
cukup baik dan perlu untuk ditingkatkan lagi seperti shalat berjam’ah 5
waktu.
114
Ocim, Orang Tua Anak Usia 16 Tahun, Wawancara Pribadi, 22 September 2019
102
memantapkan dalam hal akidah dan ibadah anak, karena banyak sekali
Agam.
115
Ocim, Orang Tua Anak Usia 16 Tahun, Wawancara Pribadi, 22 September 2019
116
Ocim, Orang Tua Anak Usia 16 Tahun, Wawancara Pribadi, 22 September 2019
103
ada kerja sama dari berbagai pihak maka pembinaan keagaamaan akan
PENUTUP
A. Kesimpulan
orang tua dalam membina kecerdasan spiritual (SQ) anak dalam keluarga di
1. Peran orang tua dalam membina kecerdasan spiritual (SQ) anak usia 13-16
sudah ada yang berperan dan ada juga yang belum berperan, baik dalam
anak-anak untuk serius dalam menuntut ilmu dengan berguru pada orang
2. Peran orang tua dalam membina kecerdasan spiritual (SQ) anak usia 13-16
anak.
104
105
B. Saran
meruntuhkan tegaknya tiang agama Islam di desa tersebut. Dan kiranya demi
sebagai berikut:
pendidikan Agama Islam karena merupakan salah satu sarana yang akan
memotivasi orang tua untuk selalu giat dan tetap semangat guna
karimah.
penulis meyakini bahwa skripsi ini juga dapat menjadi datangnya manfaat
bagi siapa saja yang membacanya. Oleh karena itu bagi peneliti yang akan
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual ESQ. Jakarta: Penerbit Arga.
Amin, Samsul Munir. 2007. Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami. Jakarta:
Amzah.
Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah. Yogyakarta:
Belukar.
Danah Zohar dan Ian Marshall. 2000. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual
dalam Berfikir Integralistik dan Holistic Untuk Memaknai Kehidupan. Bandung:
Mizan.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah.
Bandung: Syamil Cipta Media.
Hasbullah. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendelikon. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
107
108
https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidupmuslim/read/2015/02/03/37995/tiga-
cara-menanamkan-akidah-pada-anak-anak-kita. html, diakses tanggal 08-02-2017 jam
14.48 WIB.
Muchtar, Heri Jauhari. 2008. Fikih Pendelikon. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
M. Faud, Ferdinan. 2005. Menjadi Orang Tua Bijaksana. Yogyakarta: Tugu Publisher.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Mulyasa, dkk. 2016. Revolusi dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nippon Abdul Halim, M. 2003. Anak Shaleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta: Mitra
Pustaka.
Retna Fitri, Supratrman Zakir, Sarwo Derta, Gusnita Darmawati, Jurnal Educative :
Penggunaan CIPP Model Dalam Mengevaluasi Pelaksanaan Tahfidz Qur’an
Di Pondok Pesantren, Vol 5, No 1, Januari-Juni 2020.
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri. 2016. Pendidikan Karakter. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Sriwati Bukit dan Istarani. 2015. Kecerdasan dan Gaya Belajar. Medan: LARISPA
Indonesia.
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Tim Penyusun. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Yusuf, Syamsu. 2008. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Data Wawancara:
Ocim, Orang Tua Anak usia 16 Tahun , Wawancara Pribadi, 22 September 2019
Rosdayeni, Orang Tua Anak usia 13 Tahun , Wawancara Pribadi, 22 September 2019
Yul Hasni, Orang Tua Anak Usia 13 Tahun, Wawancara Pribadi, 23 Oktober 2019
Asnita, Orang Tua Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
Asnil, Orang Tua Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 21 Oktober 2019
Novia Windy Rifanza, Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pribadi, 20 Oktober 2019
Indah Savitri Afanza, Anak Usia 14 Tahun, Wawancara Pibadi, 20 September 2019