Skripsi
Oleh :
Jalu Aji Pamungkas
NIM : 1111045100011
HUKUM
JAKARTA
1439 H / 2018 M
بسم هلال الرحمن الرحيم
PENGANTAR
KATA
Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT yang telah menciptakan
manusia dengan kesempurnaan sehingga dengan izin dan berkah-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Allah
man yang terang benderang saat ini. Dan tak lupa juga kepada keluarga, para sahabat serta para pengikutnya yang mengam
l maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Dukungan mereka sangatlah ber
nghianati hasil yang akan diperoleh kelak. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk penulis khususnya dan juga untuk p
Penulis
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
PENGESAHAN PEMBIMBING............................................................................ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.........................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................iv
KATA PENGANTARv
ABSTRAKviii
DAFTAR ISIix
BAB IPENDAHULUAN
A Kedudukan Hukum……….……………………………..….. 46
B Pertimbangan Hakim dan Putusan Hakim Pengadilan Negeri 52
Jakarta Selatan No. 820/Pid.Sus/2017/PN.Jkt-sel
C Tinjauan Hukum Positif Terhadap Putusan No. 56
820/Pid.Sus/2017/PN.Jkt-sel
D Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan No. 58
820/Pid.Sus/2017/PN.Jkt-Sel
BAB VPENUTUP
A Kesimpulan..................................................................................59
B Saran-saran..................................................................................60
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Kebanyakan dari situs ini menggunakan Forum Internet dan Berita untuk
mempertegas suatu sudut pandang tertentu.2
Hampir semua Negara diseluruh Dunia mempunyai undang-undang
yang mengatur tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech), di Indonesia Pasal-
Pasal yang mengatur tindakan tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech)
terhadap seseorang, kelompok ataupun lembaga berdasarkan Surat Edaran
1
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia RI, Buku Saku Penanganan Ujaran Kebencian,
(Jakarta: Komnas Ham, 2016), h. 2.
2
Sutan Remy Syahdeini,Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer, (Jakarta, Pustaka
Utama Grafiti, 2009), h 38.
1
2
Kapolri No: SE/06/X/2015 terdapat di dalam Pasal 156, Pasal 157, Pasal 310,
Pasal 311, kemudian Pasal 28 jis.Pasal 45 ayat (2) UU No 11 tahun 2008
tentang informasi & transaksi elektronik dan Pasal 16 UU No 40 Tahun 2008
tentang penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Semua tindakan diskriminasi,
kekerasan, penghilangan nyawa dan atau konflik sosial. Selanjutnya dalam Surat
Edaran (SE) pada huruf (h) disebutkan, Ujaran Kebencian (Hate Speech)
sebagaimana dimaksud diatas dapat dilakukan melalui berbagai media. 3
Ruang lingkup kejahatan Ujaran Kebencian (Hate Speech) tergolong
tan, maka tindak pidana terhadap kehormatan lebih tepat. Jika dipandang dari sisi feit/perbuatan maka tindak pidana peng
3
Surat Edaran Kapolri NOMOR SE/06/X/2015 tentang (Hate Speech) Ujaran
Kebencian.
4
Leden Merpaung,Tindak Pidana terhadap kehormatan, (Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 1997), h. 9.
UU ITE) dengan angka rata-rata hingga Oktober 2014 pelaporan sebanyak 4
kasus. Diketahui bahwa terdapat 92% dilaporkan dengan defamasi
(pencemaran nama baik) yang sesuai dengan pasal 27 ayat 3 UU ITE,
sedangkan sisanya 5 % mengenai pasal penistaan agama dan 1 % mengenai
pengancaman. Kemudian bila menggunakan media sosial, maka Facebook
menempati urutan pertama media yang menyampaikan ujaran kebencian
sebanyak 49 %.5
Kebebasan berpendapat maupun mengkritik seseorang yang dianggap tidak akan melanggar hukum dan a
Dalam Undang-undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 11 Tahun 2008 T
hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi dan/atau
5
http://ilmuadmnistrasinegara.blogspot.co.id/2016/08/mengungkap-fenomena-hate-
speech-di.html (diakses pada 26 Maret 2018)
Terkaitan dengan ujaran kebencian, perlu kita ketahui bahwa Islam itu
adalalah agama yang rahmatan lil „alamin, selalu menebar pesona rahmat
untuk semua. Ketika muncul ujaran kebencian, maka dari situlah akan terjadi
kekisruhan yang amat dahsyat. Tentu kekisruhan inilah yang tidak pernah kita
inginkan. Kalau kita lihat dalam Alquran, terdapat dalam Surah al-Hujarat
ayat 11 dan dilanjutkan dengan ayat ke-12-nya.
Surah al-Hujarat ayat 11 :
umpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memang
ehkan atau menganggap remeh orang lain karena sebab tertentu. Kedua, yang dimaksud adalah menjelek-jelekkan dengan
berbagai hinaan, dll. Ini akan timbul perselisihan, pertikaian yang amat
dahsyat. Makanya dalam Alqur’an dijelaskan, janganlah kalian saling
mencela satu sama lain. Ketiga, yang dimaksud adalah memanggil dengan
gelar yang buruk.
6
http://www.mui-lebak.org/beranda/index.php/talkshow/159-ujaran-kebencian-
dalam-perspektif-al-qur-an (diakses pada tanggal 19 Februari 2018)
2. Pembatasan Masalah
C. Rumusan Masalah
ari latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam 2 (dua) pertanyaan yak
pa yang menjadi faktor penyebab timbulnya Ujaran Kebencian di Media Sosial Prespektif Hukum Positif dan Hukum Pidana
agaimana pertimbangan Hakim dalam putusan No.820/Pid.Sus/2017/ PN Jkt Sel tentang Ujaran Kebencian di Media Sosial ?
ujuan dan Manfaat Penelitian
ujuan penelitian
2. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
penulis sendiri maupun bagi masyarakat umum tentunya. Adapun manfaat
yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah:
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengemban ilmu hukum pada
umumnya serta hukum pidana pada khususnya;
b. Menambah referensi dan masukan pada peneliti berikutnya, dan pada
masyarakat yang membutuhkan;
c. Memberikan informasi mengenai Pertimbangan Hukum oleh hakim
terkait perkara Ujaran Kebencian;
d. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti-peneliti
lain yang membuat penelitian sejenis.
e. Denganpenelitianinidiharapkandapatmeningkatkandan mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum
bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.
n teoritis, dan landasan ini adalah upaya untuk mengidentifikasi teori hukum umum/khusus, konsep-konsep hukum, azas-az
diperlukan teori yang berupa asumsi, konsep, definisi dana proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar konsep.8 Penulis menggunakan pendapat ahli
hukum yang menggunakan tentang bagaimana upaya penanggulangan
kejahatan baik pendekatan secara penal dan nonpenal perlu juga didukung
7
Supasti Dharmawan Ni ketut, Metodologi Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta, Rineka
Cipta, 2006) h. 6.
8
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta Rineka Cipta, 2008) h. 8.
tingkat tingkat kesadaran akan hukum. Dibawah ini akan dikemukakan
teorinya sebagai berikut :
a. Teori Penyebab Terjadinya Kejahatan
Menurut Abdulsyani bahwa sebab-sebab timbulnya kriminalitas
dapat dijumpai dalam berbagai faktor-faktor yang dapat menimbulkan
kriminalitas tertentu, sehingga faktor lain dapat menimbulkan jenis
kriminal:9
Faktor intern.
Faktor intern dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
Faktor intern yang bersifat khusus, yaitu keadaan psikologis diri individu, antara lain sakit jiwa, daya emos
Faktor intern yang bersifat umum, dapat dikatagorikan atas beberapa macam, yaitu umur, jenis kelamin k
hiburan individu.
Faktor Ekstern
Faktor-faktor ini berpokok pangkal pada lingkungan di luar dari diri manusia (ekstern) terut
Faktor Ekonomi
Pada umumnya faktor ekonomi mempunyai hubungan dengan
9
Abdulsyani, Sosiologi Kriminologi, (Bandung, Remadja Karya, 2005), h. 44.
baik dan membimbing manusia kearah jalan yang diharuskan,
sehingga jika manusia benar-benar mendalami dan mengerti
tentang isi agamanya, maka senantiasa akan menjadi manusia
yang baik pula, tidak akan berbuat hal-hal yang merugikan
orang lain termasuk tindakan kejahatan.
c) Faktor Bacaan
Faktor yang dapat menimbulkan kriminalitas yaitu faktor
n seks, sehingga cenderung dapat memberikan dorongan terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum dan kejah
ecara tidak langsung tentang kejadian yang dibacanya, sedangkan penonton dapat menganalogikan dirinya pada film yang d
h laku
10
Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2001), h. 13.
e. Teori Bio-Sosiologis
Teori ini merupakan interaksi atau dikombinasikan dari mazhab
(teori) Biologis-Antropologis dengan mazhab sosiologis.Teori ini
merupakan penyempurnaan dari teori-teori biologinya Lamroso.Teori ini
disempurnakan oleh Enrico Ferry dengan menekankan bahwa
kejahatankarena adanya hubungan yang erat antara faktor fisik,
antropologis dan social.
f. Teori Penanggulangan Kejahatan
n atau upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial dan kebijakan atau upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat. Kebijakan
11
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, ( Jakarta, Kencana
Prenada Media Grup, 2008) h. 49.
12
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, h. 77.
13
Satjipto Rahardjo,Masalah Penegakan hukum, (Bandung ,Sinar Baru, 1983) h. 24.
g. Teori Penegakan Hukum
Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide
dankonsep-konsep hukum yang diharapakan rakyat menjadi
kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang
melibatkan banyak hal.14
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-
kaidah
dipatuhi. Oleh karena itu, memberikan keadilan dalam suatu perkara berarti memutuskan hukum in concreto dalam mempe
14
Dellyana Shant., Konsep Penegakan Hukum. (Yogyakarta: Liberty 1988) h. 32.
15
Dellyana Shant., Konsep Penegakan Hukum. h 33.
16
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta,
Raja Grafindo Persada, 2007), h. 5.
2. Konseptual
Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan
antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti
yang berkaitan dengan istilah yang akan diteliti. 17 Pokok permasalahan
dan pembahasan dalam skripsi ini agar tidak terjadi kesalahpahaman,
maka dibawah ini ada beberapa konsep yang bertujuan menjelaskan
istilah-istilah yang dapat dijadikan pegangan dalam memahami isi skripsi
ini, yaitu sebagai berikut :
a. Penanggulangan Kejahatan adalah Upaya yang dilakukan un
pengulangantindakpidana(residivis).
pen
perlin
kesej
dikatakan, bahwa tujuan akhir atau tujuan utama dari penanggulangan kejahatan ialah ”perlindungan ma
b. Ujaran Kebencian (Hate Speech) Adalah tindakan komunikasi yang dilakukan oleh suatu individu atau ke
gender, cacat, orientasi seksual, kewarganegaraan, agama dan lain-
lain.
G. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data dan penjelasan segala sesuatu
yang berhubungan dengan pokok permasalahan
diperlukan suatu pedoman
17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, Raja Grafindo, 2006) h.
132.
18
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, ( Jakarta, Kencana
Prenada Media Grup, 2008) h. 2.
penelitian yang disebut metode penelitian, yang dimaksud dengan metode
penelitian adalah cara meluluskan sesuatu dengan menggunakan pikiran
secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.19
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kualitatif
dan kuantitatif.20 Penelitian kualitatif berarti tidak membutuhkan populasi
dan sample, penelitian kuantitatif berarti menggunakan populasi dan sample dalam mengumpulkan data.
dengan objek penelitian.
2. P
Pen
tela
19
Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Penghantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Bumi
Pustaka, 1997), h. 1.
20
Soejono dan Abdurahman, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999)
Cet, 1, h. 56.
21
Zainudin Alli, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), h. 98.
22
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang : Bayu
Media Publishing, 2007), h. 57.
23
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Cet. IV, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 12-13.
1) Bahan hukum primer, yaitu Putusan No. 820/Pid.Sus/2017/PN Jkt
Sel, dan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi
dan Transaksi elektronik.
2) Bahan hukum sekunder, yaitu berupa data tambahan yang menjadi
acuan terhadap masalah penelitian ini berupa Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP), Al-Qur’an dan Hadits serta buku-
buku lain yang terkait dengan penelitian penulis.
ary research, dan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Bahan ini dipergunakan untuk melengkapi data yang penulis p
olahann data yang dilakukan melalui penggunaan bahan-bahan dokumen yang diperlukan, dalam hal ini adalah Putusan No
24
Matthew B. Miles, Analisis Data Kualitatif, (Depok: Universitas Indonesia Press, 2007), h.
10.
Dalam hal ini materi pokoknya adalah tindak pidana ujaran kebencian di
media sosial serta pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman
pidana terhadap pelaku tidak pidana.
7. Teknik Penulisan
Dalam hal tehnik penulisan, penulisan mengacu pada “Buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh FSH
UIN Jakarta Tahun 2017.”
H. Sistematika Penulisan
Untukmemudahkandalampenulisanini,penulismembagi pembahasan dalam lima bab, yaitu :
Bab I ; Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, indentifikasi masalah, pembat
Bab II ; Dalam bab ini peneliti membahas mengenai studi pustaka tentang tindak pidana, teori pemidanaa
Bab III ; Pada bagian ini peneliti menjelaskan tentang Hate Speech sebagai perbuatan melawan hukum pid
Bab IV ; pada bab ini membahas mengenai analisis putusan hakim PN
A. Tindak Pidana
1. Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dalam
“Sebagian dari suatu kenyataan”,sedangkan “straffbaar”berarti dapat dihukum, sehingga secara harfiah perkataan “strafba
1
Chazawi,Adami, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I: Stelsel Pidana, Tindak Pidana,
Teori-teori Pemidanaan dan Batas-Batas Berlakunya Hukum Pidana, (Jakarta :PT Raja
Grafindo Persada: 2002), Cet ke I, h. 67.
2
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
1999), h. 750.
3
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya
Bakti, 1997) Cet ke III, h. 181.
4
Meljanto, Asas-asas Hukum Pidana ( Jakarta, PT Rineka Cipta, 2002), cet ke VII, h. 2.
18
19
Undang-undang.
Kekhususan lain dari istilah pidana termasuk dalam hal bentuk atau
jenis sanksi/hukumannya, dimana sifat nestapa atau penderitaan lebih
menonjol bila dibandingkan dengan bentuk hukuman yang dimiliki
oleh aspek hukum lain. Bahkan para ahli hukum pidana ada yang
5
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Asas – Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya, (Jakarta, Storia Grafika, 2002) cet ke III, h. 202.
6
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, h. 72
mengatakan, bahwa hukum pidana merupakan hukum sanksi
istimewa. Dikatakan pula bahwa hukum pidana merupakan sistem
sanksi yang negatif. Yaitu suatu nestapa yang sifatnya
mencelakakan/menderitakan yang sudah tentu membuat si terpidana
menjadi tidak enak. Pidana tidak hanya tidak enak dirasakan pada
waktu dijalani, tetapi sesudah itu orang yang dikenai masih merasakan
akibatnya yang berupa”cap” atau “label” atau “stigma” dari
Dalam unsur-unsur tindal pidana terdaat 2 aliran yaitu aliran monistis dan aliran dualistis. Aliran monistis
bersifat melawan hukum. Untuk unsur kesalah dan adanya pertanggung
7
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung : Refika
Aditama, 2002) hlm 23
tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. Yang termasuk unsur-unsur
objektif antara lain:
itu lebih ringan dar pada kejahatan. Hal ini dapat diketahui dari ancaman dari ancaman pidana pada pelanggaran tidak ada
telah selesai dengan dilakukannya tindakan yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang- undang. Sedangkan
8
P.A.F, Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya
Bakti, 1997) Cet ke III, Hlm 193-194
d. Menurut macam perbuatannya, di bedakan antara delicta
comissionis dan delicta omissionis. Delicta comissionis adalah
tindak pidana yang perbuatannya berupa perbuatan aktif (positif).
Perbuatan aktif adalah perbuatan yang untuk mewujudkannya
disyaratkan adanya gerakan dari anggota tubuh orang yang berbuat,
dengan berbuat aktif dengan rang yang melanggar larangan.
Delicta omissionis adalah tindak pidana yang perbuatannya berupa
perbuatan pasif (negatif), diman ada suatu kondisi dan atau keadaan tertentu yang mewajibkan seseorang
Menurut sumbernya, dibedakan antara tindak pidana umum dan tindak pidana khusus. Tindak pidana um
Menurut perlu tidaknya pengaduan dalam hal penututan, dibedakan antara tindak pidana biasa dan tinda
untuk dapat dilakukan penuntutan pidan disyaratkan untuk terlebih
B.Teori Pemidanaan
Pemidanaan adalah tahap penetapan sanksi atau pemberia
mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang di larang o
9
Chazawi,Adami, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I: Stelsel Pidana, Tindak Pidana,
Teori-teori Pemidanaan dan Batas-Batas Berlakunya Hukum Pidana, (Jakarta :PT Raja
Grafindo Persada: 2002), Cet ke I, hlm 117-133.
10
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.6.
mempunyai makna sama dengan sentence atau voorwaardelijk veroordeeld
yang sama artinya dengan dihukum bersyarat atau di pidana bersyarat.11
Pemidanaan bisa kita artikan sebagai sanksi dalam pelanggaran hukum,
kata “pidana” pada umumnya diartikan sebagai hukum. Sedangkan
pemidanaan diartikan sebagai penghukuman. Secara tradisional teori-teori
pemidanaan (Dasar-dasar pembenaran dan tujuan pidana) pada umumnya
dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
Teori absolut atau teori pembalasan (retributive/vergeldings.)
Teori relatif atau teori tujuan (utilitarian/doeltheorieen).12
Teori absolut atau teori pembalasan (retributif/doeltheorieen). Menurut teori ini, setiap kejahatan harus d
Teori relatif atau teori tujuan (utilitarian/doeltheorieen). Menurut teori ini, berprinsip terhadap penjatuha
spesial dan prevensi umum atau general. Dalam prevensi khusus, sesuatu
yang membuat takut ini ditujukan kepada sii penjahat, sedangkan dalam
prevensi umum diusahakan agar para oknum semua juga takut akan
menjalankan kejahatan.15 Kedua prevensi ini, berdasar atas gagasan mulai
11
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung: PT
Alumni 2010), Cet IV, h.1.
12
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, h.10.
13
Wirjono Prodjodikiro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: PT Refika
Aditama,2008), h.23.
14
Djoko Prakoso, Hukum Panitensier di Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1998), h. 47.
15
WirjonoProdjodikiro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, h.23.
dengan ancaman akan dipidana dan kemudian dengan dijatuhkannya pidana,
orang akan takut melakukan kejahatan.
Sedangkan secara teoritis, terdapat satu lagi teori pemidanaan, yaitu
teori gabungan (verenigings theorien). Merupakan suatu bentuk kombinasi
dari teori absolut dan relatif, yang berusaha untuk menggabungkan pemikiran
di dalam teori absolut dan relatif. Di samping mengakui bahwa penjatuhan
pidana diadakan untuk membalas perbuatan pelaku, juga dimaksudkan agar
pelaku dapat diperbaiki sehingga bisa kembali kemasyarakat, perbaikan si pelaku (reforming the offender
Menurut Adami Chazawi, “teori gabungan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu :18
teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi pembalasan itu tidak boleh melampaui batas dar
teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib masyarakat, tetapi penderitaan atas jatuhny
lebih berat dari pada perbuatan yang dilakukan oleh terpidana.
16
Marlina, Hukum Panitensier, (Bandung: Refika Aditama, 2011), h. 51.
17
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 191-192.
18
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2010) h.
162-163.
panjang melalui beragam putusan pengadilan dan produk legislasi
khususnya KUHP dan produk legislasi baru yang dihasilkan pasca reformasi
1998. Salah satu pembatasan hak asasi manusia yang penting diketahui
adalah pembatasan yang diperkenalkan dalam Pasal 28 J UUD 1945 yang
kemudian menjadi dasar untuk membatasi kebebasan yang telah diakui dan
dijamin dalam UUD 1945.
KUHP menjelaskan, secara umum Penghinaan diatur dalam Bab
XVI dan dikelompokkan menjadi 7 bagian yakni, menista, fitnah, penghinaan
ringan, penghinaan persangkaan terhadap
palsu, pegawai negeri,pengaduanfitnah,
dalam KUHP juga dan penistaan terhadap orang mati. Selain itu, di
terdapat bentuk-bentuk penghinaan yang lebih khusus
19
Widyapramono, Kejahatan di bidang Komputer, (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,
1998), h. 170
kalinya dalam perkara penghinaan seseorang bisa ditahan karena melakukan
tindak pidana penghinaan di internet.20
20
Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi No 16/PUU-IX/2011 hal 28 di http://bit.ly/Hzos5r
diakses pada 17 April 2018.
21
https://hatespeechgroup.wordpress.com/pengertianhatespeech/tgl 17 april 2017,pukul
21.00
22
Sutan Remy Syahdeini, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer,
(Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 2009), h. 38.
antara atau terhadap golongan-golongan rakyat Indonesia, dengan
maksud supaya isinya diketahui oleh umum, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua tahun enam bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut pada waktu
menjalankan pencariannya dan pada saat itu belum lewat lima
tahun sejak pemidanaannya menjadi tetap karena kejahatan
semacam itu juga, yang bersangkutan dapat dilarang menjalankan
pencarian tersebut.
ktikan apa yang dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya dan tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang dike
Elektronik) :
Pasal 28 ayat (1) dan (2):
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian
konsumen dalam Transaksi Elektronik.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian
atau permusuhan individu atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
Pasal 45 ayat (2):
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
23
http://www.suduthukum.com/2016/11/tinjauan-tentang-ujaran-kebencian-hate.html,
diakses pada tanggal 26 Mai 2018 pukul 14.00 WIB
1. Penghinaan;
2. Pencemaran nama baik;
3. Penistaan;
4. Perbuatan tidak menyenangkan
5. Memprovokasi;
6. Menghasut;
7. Menyebarkan berita bohong dan semua tindakan di atas memiliki tujuan
kekerasan, penghilangan nyawa, dan atau konflik sosial.
SE/06/X/2015 disebutkan:
atas, bertujuan untuk menghasut dan menyulut kebencian terhadap individu dan atau kelompok masyarakat, dalam berb
9. Gender;
10. Kaum difabel;
11. Orientasi seksual.24
24
Surat Edaran (SE) Nomor SE/06/X/2015,http://m.hukmonline-surat-edaran-kapolri
nomor-06-x-2015-html, Diakses pada 1 April 2018 Pukul 13.30 WIB
meningkatnya kepedulian terhadap perlindungan hak asasi manusia
(HAM), karenanya tidak heran jika Kapolri mengeluarkan surat edaran
tersebut. Potensi terbesar dan merupakan sumber terbesar pemicu ujaran
kebencian (hate speech) yaitu melalui media sosial seperti twitter,
facebook, instagram, dan blog-blog independent, yang keberadaanya
merupakan inovasi terbesar pada awal abad 21 ini. Media sosial tidak
hanya sebagai media penghubung dan berbagi, media sosial juga
mampu melakukan sebuah perubahan besar yang sering digunakan dalam bidang politik dan bidang yang
BAB III
1
Ahmad Ramli, Cyber Law dan HAKI-Dalam System Hukum Indonesia, (Bandung:
Rafika Aditama, 2004), h. 5.
2
Agus Rahardjo, Cybercrime-Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan
Berteknologi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), h. 29-30.
33
34
lain karena memperlakukan, pembedaan, pembatasan, atau pemilihan berdasarkan pada ras yang mengakibatkan pencab
longan karena mempermalukan, pembedaan, pembatasan, atau pemilihan berdasarkan etnis dan golongan.
pembatasanyang
mengurangiatau yang
mempunyaipengaruhatautujuanuntuk
menghapuskan pengakuan, pemanfaatan hak asasi manusia,
didasarkan warna kulit dan jenis kelamin.
8. Kaum difabel;
Menunjukan rasa kebencian kepada kaum difabel, sehingga adanya
pembatasan, hambatan kesulitan atau penghilangan hak kaum difabel.
9. Orientasi Seksual, ekspresi Gender; Menyulitkan kebencian atau rasa
benci kepada orang lain yang memiliki orientasi seksual sehingga
terjadinya diskriminasi terhadapm kaum tersebut.3
3
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Buku Penanganan Ujaran Kebencian (Hate
Speech), (Jakarta, 2015), h. 14.
Adapun Sarana Hate Speech dapat dilakukan melalui berbagai
media atau sarana, yang mengandung unsur- unsur ujaran kebencian,
antara lain :
a. Kampanye, baik berupa orasi maupun tulisan;
Menyatakan pikiran di depan umum, baik melalui tulisan atau
lisan, dengan menghasut orang untuk melakukan kekerasan,
diskriminasi atau permusuhan.
Spanduk atau banner;
Mempertunjukkan atau menempelkan tulisan yang disertai dengan gambar dan memuatinformasi di muk
Jejaring media sosial;
Ujaran kebencian yang dilakukan melalui media massa cetak atau elektronik, yaitu :
Mendistribusikan atau mentrasmisikan dan membuat dapat diaksesnya informasi elektronik atau dokume
Menyebarkan berita bohong untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu atau kelompo
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras dan
antar golongan.
d. Penyampaian pendapat di muka umum
Menyatakan pikiran di depan umum, dengan menghasut orang
untuk melakukan kekerasan, diskriminasi atau permusuhan.
e. Ceramah keagamaaan;
Ceramah yang menghasut agar memusuhi, mendiskriminasi
atau melakukan kekerasaan atas dasar agama dengan
menyalahgunakan isi kitab suci.
f. Media massa cetak atau elektronik;
Mendistribusikan atau mentrasmisikan dan membuat
dapat diaksesnya informasi elektronik atau dokumen
elektronik yang memiliki muatan pernyataan permusuhan,
kebencian atau penghinaan.
g. Pamflet;
Menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan tulisan
sanksi yang dikenakan oleh hukum. dalam keadaan tertentu mereka mempertahankan, bahwa tidak patuh pada hukum ber
4
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Buku Penanganan Ujaran Kebencian (Hate
Speech), (Jakarta, 2015), h. 24-25.
5
Sajipto Rahardjo, hukum dan perubahan masyarakat, (Bandung: Alumni, 1983), h. 229
6
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. (Jakarta:
Rajawali Pers, 2005), h. 5.
perbuatan melawan hukum, walaupun menyebut sumbernya, terutama
kalau ada indikasi bahwa media massa yang bersangkutan ikut terlibat
dalam tindak pidana itu.7 Selanjutnya hukuman bagi pelaku penghinaan
ringan didalam hal ini seseorang dianggap menyebarkan informasi yang
mengandung penghinaan itu ternyata tidak benar, maka seseorang tersebut
harus bertanggung jawab, yaitu terancam hukuman tuntutan balik dari
pihak yang merasa dihina itu. Hal ini diatur dalam pasal 315 KUHP.8
Prilaku yang buruk dalam menggunakan sarana medsos sudah menjadi gejala umum dimasyarakat. Gejala
B. Ujaran Kebencian Dalam Prespektif Hukum Positif
Hate Speech atau dalam Bahasa Indonesia sering disebut ujaran
7
Sudirman Tebba, Hukum Media Massa Nasional, (Ciputat: Pustaka Irvan, 2006), h. 32-
33.
8
Effendi Zein, Masalah Hukum Pers Indonesia, (Jakarta: Media Seja htera, 1991), h.
15.
9
www.dektatangsel.com,-ujaran-kebencian-merupakan-tindakan-melawan-hukum,
diakses pada 26 April 2018.
kebencian, menyerang, dan berkobar-kobar. Perbedaan ini terletak pada
niat dari suatu ujaran yang memang dimaksudkan untuk menimbulkan
dampak tertentu, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Jika ujaran
yang disampaikan dengan berkobar-kobar dan bersemangat itu ternyata
dapat mendorong para audiennya untuk melakukan kekerasan atau
menyakiti orang atau kelompok lainnya, maka pada posisi itu pula suatu
hasutan kebencian itu berhasil dilakukan.10
Adapun bentuk-bentuk Ujaran Kebencian (Hate Speech) dapat berupa tindak pidana yang diatur dalam Kit
Penghinaan
Menurut R. Soesilo penghinaan adalah menyerang kehormatan dan nama baik seseorang. Yang diserang i
Pencemaran Nama Baik
Pencemaran nama baik menurut KUHP adalah tindakan mencemarkan nama baik atau kehormatan seseo
Penistaan
Menurut pasal 310 ayat (1) KUHP penistaan adalah suatu perbuatan
10
M. Chirul Anam dan Muhammad Hafiz, “SE Kapolri Tentang Penanganan Ujaran
Kebencian (Hate Speech) dalam kerangka Hak Asasi Manusia” (Jurnal Keamanan Nasional, Vol.
1 No. 3, 2015), h. 345-346.
11
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana Serta Komentar Lengkap Pasal Demi
Pasal, (Bogor: Politea, 1991), h. 225.
12
Andi Hamzah, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), (Jakarta: Rineka Cipta,
2011), cet. 17, Pasal 310 ayat (1). h. 124.
4. Perbuatan Tidak Menyenangkan
Suatu perlakuan yang menyinggung perasaan orang lain. Sedangkan
didalam KUHP Perbuatan Tidak Menyenangkan di ataur pada Pasal
335 ayat (1).
Pasal 335 ayat (1): Diancam dengan pidana penjara paling lama satu
tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
a. Barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya
melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan
ng tak menyenangkan, atau memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan tak menyenangkan, b
elakukan atau membiarkan sesuatu dengan ancaman pencemaran atau pencemaran.13
ukan untuk membangkitkkan kemarahan seseorang dengan cara menghasut memancing amarah, kejengkelan, dan membua
13
Andi Hamzah, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), (Jakarta: Rineka Cipta,
2011), cet. 17, Pasal 335 ayat (1). h. 134.
14
Ananda Santoso dan A. R. AL Hanif, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya:
Alumni), h. 300.
15
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Komentar Lengkap Pasal
Demi Pasal, (Bogor: Politea, 1991), h. 136.
Menurut R. Soesilo menyebarkan berita bohong yaitu menyiarkan
berita atau kabar dimana ternyata kabar yang disiar kan itu adalah
kabar bohong. Yang dipandang sebagai kabar bohong tidak saja
memberitahukan suatu kabar kosong, akan tetapi juga menceritakan
secara tidak betul suatu kejadian.16
16
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Komentar Lengkap
Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politea, 1991), h. 269.
dia diancam karena melakukan fitnah dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
ohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
masi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat terten
am Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banya
bungan keTuhanan dan kemanusiaan secara baik dan benar, Islam benasr-benar mengharamkan perbuatan menggunjing, m
17
http://www.suduthukum.com/2016/11/tinjauan-tentang-ujaran-kebencian-
hate.html, diakses pada Tanggal 28 April 2018
tindakan yang diberikan sebagai pembalasan atas perbuatan yang
melanggar ketentuan syariat, dengan tujuan untuk memelihara ketertiban
dan kepentingan masyarakat, sekaligus juga untuk melindungi kepentingan
individu.
membicarakan keburukannya kepada diri sendiri atau di dalam hati, sehingga kita berprasangka buruk tentangnya. A
18
Abdul Hamid Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Ciputat: Lentera Hati, 2003), h. 379
saehingga terkelupas kulitnya. Ini menjadi kias dari seorang yang
durhaka karena keluar dari koridor agama akibat melakukan dosa
besar atau sering kali melakukan dosa kecil.19
na boleh jadi, mereka yang diolok-olokkan itu pada sisi Allah l ebih baik dan lebih terhormat dari wanita-wanita yang m
muslim agar bertutur kata yang baik , tidak harus dengan melakukan hate
speech. Masih banyak cara lain yang lebih arif dan bijaksana. Cara-cara
yang mengedepankan kelembutan lebih layak didahulukan, karena
bukan saja menyelamatkan umat manusia dari konflik sosial dan
perang kemanusiaan, tetapi juga akan menuntun pelakunya ke surga,
sebagaimana sabda Nabi :
19
20 M.
M. Quraish
Quraish Shihab,
Shihab, Tafsir
Tafsir Al-Mishbah,
Al-Mishbah, (Jakarta:
(Jakarta: Lentera
Lentera Hati,
Hati, 2002),
2002), h.
h. 589.
600
21
Hafizh Dasuki dkk, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, (Yogyakarta: UII, 1991), h. 430.
PَّةPَ ا ْل ٌجPُهPَل ْيي رجPَث حَيPَ ْي لPهي ي ضوي َث
ضو ي ي أPَوهب ل ي هب ي ْيه
ه
“Barang siapa yang menjaga karena Aku (Allah) suatu antara kedua
rahangnya (lisan), dan apa yang di antara kedua kakinya (kemaluan), aku
jamin surga untuknya.” (HR Bukhari no.2478). 22
Artinya :
“Hai orang orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan sekumpulan orang lain, boleh jadi yang ditertawakan lebih
baik dari mereka. Dan janganlah pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih
baik. Dan janganlah suka merendahkan dirimu sendiri dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa
tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-
Hujarat : 11).
22
M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari Jilid 3, (Depok : Gema Insani,
2008), h. 702
23
Maruli CC Simanjuntak, Atas Nama Kebencian Kajian Kasus-Kasus Kejahatan
Berbasis Kebencian di Indonesia, (Jakarta : YLBHI, 2015) h.xi.
mengolok-olok wanita lain kaena boleh jadi, mereka yang diolok-olokkan
itu pada sisi Allah lebih baik dan lebih terhormat dari wanita-wanita yang
mengolok-olok itu. Dan Allah SWT melarang pula kaum mukminin
mencela kaum mereka sendiri karena kaum mukminin semuanya harus
dipandang satu tubuh yang diikat dengan kesatuan dan persatuan, dan
dilarang pula panggilan-panggilan dengan gelar-gelar yang buruk seperti
panggilan kepada seseorang yang sudah beriman dengan kata-kata : “hai
ngkan bahwa Allah menjelaskan adab-adab (pekerti) yang harus berlaku diantara sesame mukmin, dan juga menjelaskan be
24
Hafizh Dasuki dkk, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Yogyakarta: UII, 1991), h. 430
25
http://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.co.id/2014/01/makalah-tafsir-
ayat-ayat-tentang .html, 2014.
BAB IV
46
46
bisa bawa saya hidup-hidup. Kalau mau tangkap saya bawa saya ke
kantor polisi bangkai saya dan jenazah saya, saya akan melawan kalian
sampai mati sampai tetes darah saya tercurah. Kalian ini penghianat
negara, penghianat pancasila, tidak ada rasa takut untuk melawan
kalian wahai penghianat bangsa, ashyhaduallahillaha waashaduana
Muhammadarrosulullah.”
Bahwa rekaman vidio tersebut di youtube adalah unggahan
masi berisikan SARA yang kemudian dilakukan penyelidikan secara online sehingga diketahui pemilik akun Youtube dedetam
enyidikan Tamim ditahan sejak tangga l6 Juni 2017 sampai dengan tanggal 25 Juni 2017. Kemudian perpanjangan Penuntut
Retak;
Polisi;
10. Pidato Presiden Joko widodo pada peresmian titik nol
kilometer Islam Nusantara di Barus Tapanuli Tengah Sumatra
Utara (Dok Elektronik);
11. Pidato Cahyo Kumolo pada pengesahan Perpu No.2 tahun
2017 (Dok Elektrik);
12. Berita adanya seminar di LBH Jakarta (Dok Elektrik);
13. Berita Masuknya tenaga kerja asing dari Tiongkok ke
Indonesia (Dok Elektronik);2
14. Berita adanya symposium mengenai pelurusan sejarah di
aryaduta (Dok Elektronik);
15. Profil Terdakwa Muhammad Tamim Pardede.
kwa, terlebih dahulu akan mempertimbangkan beberapa hal dan keyakinan fakta-fakta dan bukti-bukti yang dipaparkan dal
ubyek hukum pendukung hak dan kewajiban yang kepadanya dapat dimintakan pertanggung jawaban atas perbuatan yang
d Tamim Pardede dan setelah diperiksa identitas Terdakwa, sesuai sebagaimana tercantum dalam Surat Dakwaan Penuntut
wa
2
Putusan Pengadilan PN. Jakarta Selatan No. 820/Pid.Sus/2017/PN Jak-Sel, h 5-6
jika benar terdakwa melakukannya maka Terdakwa adalah pelaku
tindak pidana dalam perkara ini;
e. Bahwa berdasarkan uraian tersebut maka Unsur “Setiap Orang” yang
merujuk pada subyek hukum yang mampu bertanggungjawab telah
terpenuhi;3
rtentangan dengan hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;
alam pembuktian tidak dapat diartikan secara sendiri-sendiri karena apabila pelaku mempunyai ha katas apa yang dilakuka
al ini akan terlihat jelas dari niat orang yang melakukan dan untuk mengetahui niat tidaklah mudah karena hanya orang ters
3
Putusan Pengadilan PN. Jakarta Selatan No. 820/Pid.Sus/2017/PN. Jkt-Sel, h. 30-35
tanggal 6 Juni 2017 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam
tahun 2017;
f. Seperti dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) telah
mencurahkan pikirannya kedalam media youtube dan kesemua
postingan tersebut dapat menggambarkan perbuatan kemarahan dan
kejengkelan yang dilakukan oleh Terdakwa yang mengejek atau
merendahkan harkat dan martabat seseorang/individu ataupun ras
dengan kata-kata kotor serta mengandung kebencian;
Terdakwapun sudah dipastikan mengetahui kalau postingannya ke dalam media youtube tersebut benar-b
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut maka Unsur Dengan Sengaja dan Tanpa Hak telah terpen
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana yang dijelaskan diatas, maka Majelis Hakim Menja
(2) Undang-undang RI No.19 Tahun 2016 Tentang perubahan Undang-undang No. 11 Tahun 2008 Tentang
undangangan yang bersangkutan. Setelah mempertimbangkan
banyak hal dan telah menerima kesaksian dari para saksi terkait juga
ahli, maka Majelis Hakim memutuskan bahwa:
1. Menyatakan Terdakwa MUHAMMAD TAMIM PARDEDE
tersebut diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana “dengan sengaja dan tanpa hak”
menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan individu dan atau kelompok
4
Putusan Pengadilan PN. Jakarta Selatan No. 820/Pid.Sus/2017/PN. Jkt-Sel, h. 36-40
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar
golongan (SARA) sebagaimana dalam dakwaan ke-satu;
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan
pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan denda sejumlah Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila
denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan
selama 3 (tiga) bulan;
Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan selurugnya da
Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;
Menetapkan barang bukti berupa:
1 (satu) buah KTP Provinsi DKI Jakarta Selatan
2 (dua) buah potongan kartu simcard kartu hallo
1 (satu) unit Laptop Lenovo warna hitam S/N PF0DB97S
1 (satu) unit HP merk Oppo warna putih dengan kondisi LCD Retak
1 (satu) buah email beserta printout isi email
1 (satu buah akun youtube atas nama dedetamim36 dengan username dedetamim36
Membebankan KepadaTerdakwamembayar biayaperkara
sejumlah Rp. 5000,- (lima ribu rupiah).
individu
5
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: sinar Grafika, 2011), 175
dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama,
ras, dan antar golongan (SARA).”
pasal 28 ayat (2) Undang- undang Informasi dan Transaksi Elektronik telah terpenuhi. Maka putusan yang sudah berkekuat
penjara selama 2 (dua) tahun dan
TinjauanHukumPidanaIslamTerhadap
Dalam Hukum Pidana Islam telah dibah
Perbuatan itu haram dilakukan si pelak
2. Pelaku memiliki pilihan atau tidak dalam keadaan yang mendesak atau
terpaksa;
3. Pelaku memiliki pengetahuan (idrak).
6
M.Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2011), h 129.
BAB V
KESIMPULA
A. Kesimpulan
1. faktor penyebab terjadinya ujaran kebencian di media sosial yaitu, Faktor
dari dalam diri individu (internal) diantaranya, keadaan psikologis dan
kejiawaan individu dan faktor dari luar diri individu (eksternal) diantaranya, faktor pergaulan, kurangnya k
2. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak
pidana ujaran kebencian di media sosial dalam putusan Nomor 820/Pid.Sus/2017/PN Jkt.Sel, memperhati
59
60
Saran-Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis maka untuk bahan evaluasi dan perbaikan kedepan, penu
Diharapkan kepada masyarat, agar berhati-hati dalam mengupload atau mengunggah postingan ke media
nantinya tidak akan berani melakukan bentuk ujaran kebencian.
I. Buku
Ahmad Ramli, Cyber Law dan HAKI-Dalam System Hukum Indonesia, Bandung:
Rafika Aditama, 2004.
Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta: Kencana
Media Grup, 2008.
Chazawi Adami, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I: Stelsel Pidana, Tinda Pidana,
Teori-teori Pemidanaan dan Batas-batas Berlakunya Hukum Pidana, Cet I,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Penghantar Penelitian Hukum, Jakarta: Bumi
Pustaka, 1997.
Jhony Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang : Bayu
Media Publishing, 2007.
Meljanto, Asas-Asas Hukum Pidana, Cet VII Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Soerjono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, Cet I, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1999.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Cet. VI, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.
antar Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. Sudirman Tebba, Hukum Media Massa Nasional, Ciputat: Pu
an Ni Ketut, Metodologi Penelitian Hukum Empiris, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
deini, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2009.
Kejahatan dibidang Komputer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998.
ro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: PT. Refika Aditama, 2008.
inta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999.
ode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
ess.com/pengertianhatespeech/tgl
Hafiz, “SE Kapolri Tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam kerangka Hak Asasi Manusia” (Jurnal Keama
o 16/PUU-IX/2011
ebencian-merupakan-tindakan-melawan0hukum