Anda di halaman 1dari 68

RELASI PARTAI POLITIK DENGAN PONDOK PESANTREN

(Studi Kasus PPP dengan Pondok Pesantren Daruttafsir Kabupaten Bogor)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana (S.Sos)

Oleh

AHMAD RAMDANI
NIM: 103033227778

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.

56
57

RELASI PARTAI POLITIK DENGAN PONDOK PESANTREN


(Studi Kasus PPP dengan Pondok Pesantren Daruttafsir Kabupaten Bogor)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana (S.Sos)

Oleh
Ahmad Ramdani
NIM: 103033227778

Di Bawah Bimbingan

Idris Thaha, M.Si


NIP. 19660805.200112.1.001

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
58

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “RELASI PARTAI POLITIK DENGAN PONDOK

PESANTREN (Studi Kasus PPP dengan Pondok Pesantren Daruttafsir Kabupaten

Bogor)” telah diujikan dalam siding munaqosah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 17 Desember 2009. skripsi

ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pemikiran Politik Islam.

Jakarta, 17 Desember 2009

Sidang Munaqosah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Prof. Bahtiar Effendy, MA Jauharotul Jamilah, M.Si


19581210 199603 1 001 19680816 199703 2 002

Penguji I Penguji II

Dr. Nawirudin, MA Dra. Haniah Hanafi, M.Si


19720105 200112 1 003 19610524 200003 2 002

Pembimbing

Idris Tahah, M.Si


19660805 200112 1 001
59

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Univesitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil ciptaan dari hasil orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Desember 2009

AHMAD RAMDANI
60

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam saya haturkan

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini yang berjudul “Relasi Partai Politik Dengan Pondok

Pesantren {Studi Kasus PPP Dengan Pondok Pesantren Daruttafsir Kabupaten

Bogor}.” Skripsi ini di susun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selain itu, penulis juga ingin megucapkan terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu, baik materil maupun moril, dalam penyusunan skripsi ini,

terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendy, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak. Idris Tahah, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan masukan-masukan, kritikan, maupun saran yang sangat

berarti bagi penulis ini, serta kesabaran memberikan waktunya untuk

membimbing saya.

3. Seluluh dosen dan Staf akademi program studi Pemikiran Politik Islam,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ayahanda H. Sama panutan bagiku, do’a beliau selalu melekat dalam

perjalanan studiku, Ibu Hj. Tati Nurhayati yang selalu memberikan

dukungan yang tak terhingga, serta keluarga besar H. Sama yang telah

membantu dalam penulisan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak

langsung.
61

5. Pimpinan PPP dan jajarannya, terutama Bapak. Drs. H. Rachmat Yasin,

MM dan Bapak. Suhadi Aldhni yang telah memberikan banyak informasi

dalam pengambilan data untuk skripsi.

6. Pimpinan Pondok Pesantren Daruttafsir dan jajarannya, terutama KH.

Nu’man Istichori dan Bapak Drs. Abdul Muiz Istichori yang telah

memberikan banyak informasi dalam pengambilan data untuk skripsi ini.

7. Bapak. Abdul Hakim Hidayattullah, S.Ag. dan Ibu Dasumiati, M.Si. yang

telah membantu untuk kelancaran skripsi ini, baik membantu dalam

penulisan skripsi, memberikan saran-saran maupun menyediakan

tempatnya.

8. Nurman, A. Fauzi, H. Nawal, Jayadi, Badri, U2, Bawono Kumoro dan

seluruh teman-teman PPI yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, tapi

tidak akan saya lupakan kebersamaannya.

Skripsi ini tentu bukan suatu karya yang lepas dari kesalahan, namun

sedapat mungkin penulis mencoba memberikan yang terbaik, maaf yang sebesar-

besarnya untuk kesalahan yang tidak disadari.

Sebagai akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca yang ingin mempelajari dan memperdalam lebih jauh tentang

Relasi Partai Politik Dengan Pondok Pesantren (Studi Kasus PPP dengan Pondok

Pesantren Daruttafsir Kabupaten Bogor.

Jakarta, 11 Desember 2009

AHMAD RAMDANI
62

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ............................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 6

D. Metode Penelitian .................................................................... 6

E. Sistematika Penelitian .............................................................. 8

BAB II PARTAI POLITIK PPP

A. Sejarah dan Pimpinan Partai Politik ......................................... 10

B. Tujuan Partai Politik ................................................................ 14

C. Fungsi Partai Politik ................................................................. 15

D. Ideologi dan Sistem Partai Politik ............................................ 24

BAB III PONDOK PESANTREN DARUTTAFSIR

A. Terminologi Pondok Pesantren ............................................... 29

B. Sejarah dan Pimpinan Pondok Pesantren .................................. 31

C. Tujuan dan Kegiatan Pondok Pesantren .................................. 37

D. Fungsi dan Peranan Pondok Pesantren .................................... 40


63

BAB IV RELASI ANTARA PARTAI PPP DENGAN PONDOK

PESANTREN DARUTTAFSIR KABUPATEN BOGOR

A. Awal Terbentuknya Relasi ....................................................... 43

B. Tujuan dan Target yang Akan Dicapai Relasi .......................... 48

C. Bentuk dan Sarana Relasi.......................................................... 50

D. Hasil yang Dicapai Relasi ......................................................... 53

E. Peran PPP dan Pondok Pesantren Daruttafsir Dalam Pilkada

Kabupaten Bogor ..................................................................... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 56

B. Saran ....................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 58

LAMPIRAN .................................................................................................. 60
64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Relasi antara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan Pondok

Pesantren Daruttafsir sudah terjalin cukup lama dan semakin erat sejak reformasi.

Bentuk relasi di antara mereka terlihat melalui banyak sekali kegiatan baik di

partai maupun di pesantren. Kegiatan pada partai politik yang memperlihatkan

relasinya seperti para pimpinan pesantren sebagai tim sukses dalam pemilihan

sehingga melibatkan semua masyarakat pesantren dan sekitarnya dalam pemilihan

tersebut. Kegiatan relasi yang terlihat di pesantren adalah pada acara besar agama

Islam dan acara besar pondok pesantren. Namun demikian berdasarkan penelitian

pendahuluan, yang menjadi dasar dalam relasi antara PPP dengan pondok

pesantren Daruttafsir adalah hubungan kekeluargaan, persamaan pandangan,

saling membutuhkan dan menguntungkan dan sosial ekonomi.

PPP adalah salah satu partai yang berasaskan Islam yang bertujuan untuk

mewujudkan masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera lahir batin dan

demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila di bawah Ridho Allah SWT. PPP di kabupaten Bogor adalah partai

politik yang memiliki kader-kader yang di dominasi oleh cendikiawan-

cendikiawan muda, tapi bukan berarti juga mengenyampingkan kader-kader

senior atau kader-kader tua. Kader-kader muda sebagian besar memiliki latar
65

belakang pesantren atau setidaknya memiliki hubungan yang baik dengan

pesantren.

PPP sama halnya dengan partai politik lain, dalam kehidupannya berusaha

mencari massa melalui pondok pesantren yang juga berbasiskan agama Islam.

Dalam hal ini pesantren sering dijadikan alat pada saat pemilihan. Untuk itu perlu

ditinjau lebih dalam apa yang menjadi peran dari pesantren dan apa yang

diinginkan oleh partai politik.

Relasi politik yang dilakukan oleh partai-partai politik di tingkat daerah

umumnya bertujuan untuk mendapat dukungan dalam pemilihan kepala daerah.

Relasi ini biasanya disesuaikan dengan kultur masyarakat setempat. Seperti

halnya di kabupaten Bogor yang daerahnya memiliki banyak pesantren, maka

partai politik yang umumnya menjalin relasi dengan masyarakat adalah partai-

partai politik Islam.

Pemerintahan Kabupaten Bogor adalah pemerintahan yang berada di

tingkat II di Propinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk sekitar 2.414.000 jiwa.

Umumnya masyarakat kabupaten Bogor beragama Islam, sehingga sangat tepat

bagi partai politik yang berazaskan Islam seperti PPP untuk menjalin relasi

dengan masyarakat Bogor. Relasi ini dijalin melalui pondok pesantren yang

berada di kabupaten Bogor, salah satunya adalah Pondok Pesantren Daruttafsir.

Pondok Pesantren Daruttafsir adalah salah satu pondok pesantren besar di

kabupaten Bogor dan keberadaannya sangat di terima oleh masyarakat. Pesantren

ini sebenarnya mengemban beberapa peran, utamanya adalah sebagai lembaga

pendidikan. Jika ada lembaga pendidikan Islam yang sekaligus juga memainkan

peran sebagai lembaga keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan


66

masyarakat dan sekaligus menjadi simpul budaya, maka itulah pondok pesantren.

Biasanya peran-peran tersebut tidak langsung terbentuk, melainkan melalui tahap

demi tahap.1

Dalam melaksanakan perannya, pesantren biasanya dipimpin oleh para

Kiai. Para kiai ini umumnya memiliki kelebihan yang dipandang sebagai

kharismatik atau keramat yang bersumber dari bakat yang dianugrahkan. Karena

hal ini pesantren dengan para pimpinannya menjadi panutan bagi masyarakat

sekitarnya. Hal ini biasanya yang dimanfaatkan oleh berbagai pihak, termasuk

pemerintah dan partai politik untuk merauk massa yang besar.

Pada kurun waktu mendatang akan menjadi tren kecenderungan

transformasi, baik di bidang sosial, pendidikan, ekonomi dan juga politik, di mana

pesantren dianggap sebagai kawah candradimuka dalam transformasi tersebut.

Banyak program pembangunan yang diuapayakan masuk ke pesantren, atau

diintroduksi ke masyarakat lewat legitimasi kiai agar program tersebut sukses

sesuai dengan tujuan pembangunan. Terlepas dari tendensi politik, upaya

pemerintah atau partai politik di atas mau tidak mau telah memposisikan

pesantren ke tempat yang menguntungkan. Hal demikian tentu saja berdampak

baik buat kaum santri. Secara paedagogis maupun politis, kaum santri sangat

potensial dijadikan pionir pembangunan.2

Namun anehnya, banyak pihak termasuk pemerintah dan partai politik,

masih memiliki persepsi parsial tentang pesantren. Kecuali pada saat tertentu

seperti menjelang pemilu atau butuh dukungan terhadap suatu proyek, pesantren

1
M. Dian Nafi dkk, Praksi Pembelajaran Pesantren (Yogyakarta, Instite for Training and
Developmen (ITD), Forum Pesantren, Yayasan Selasih, 2007), h. 19.
2
Abdul Wahid Zaini, Moralitas Pendidikan Pesantren (Yogyakarta: Lembaga Kajian dan
Pembangunan Sumber Daya Manusia, 1996), h. 3.
67

hanya dianggap sebagai lembaga pendidikan an sich. Padahal kenyataan sejarah

menunjukan, bahwa sejak awal berdirinya pesantren merupakan lembaga

transformasi nilai yang bertugas untuk membentuk mental spiritual santri dalam

segala bidang kehidupan.3

Masyarakat dan pesantren tidak ubahnya dua sisi mata uang. Masing-

masing saling bergantungan dan pengaruh mempengaruhi. Keberadaan dan situasi

masyarakat akan mempengaruhi sistem program di pesantren. Program di

pesantren juga dapat menentukan model budaya masyarakat. Sementara itu,

mekanisme pembinaan di pesantren sedikit banyak dipengaruhi oleh performace

kiai. Dalam keadaan demikian, peran kiai terhadap perubahan sistem nilai

masyarakat demikian besar. Kiai bahkan punya potensi untuk membolak-balik

nilai baku yang telah berkembang sebelumnya.4

Dengan kondisi hubungan antara pesantren dan masyarakat di atas, maka

hal inilah yang dimanfaatkan oleh partai politik. Di mana partai politik adalah

suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggtanya mempunyai orientasi,

nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan dari partai ini adalah untuk

memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara

konstitusional untuk melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.5

Untuk mencapai tujannya, partai politik membutuhkan dukungan dalam

pemilihan umum (PEMILU) dan pemilihan kepala daerah (PILKADA). Berbagai

pendekatan dilakukan oleh partai politik, salah satunya menjalin hubungan dengan

lembaga-lembaga sosial termasuk pesantren.

3
Ibid., h. 4.
4
Ibid., h. 5.
5
Miriam Budiardjo, Edisi Revisi, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008), h. 403-404.
68

Saat ini daerah sedang gencar-gencarnya melakukan pilkada, berbagai

partai politik mencoba mencari dukungan ke berbagai pihak. Partai politik PPP

berusaha mencari dukungan dengan menjalin hubungan baik atau relasi dengan

Pondok Pesantren Daruttafsir yang berada di Bogor Jawa Barat.

Bertitik tolak atas pemikiran dan keadaan di atas, maka penulis tertarik

untuk mengetahui relasi politik masyarakat kabupaten Bogor khususnya pimpinan

Pondok Pesantren Daruttafsir dan pimpinan Partai Persatuan Pembangunan dalam

pelaksanaan pilkada 2008 Partai Persatuan Pembangunan memiliki calon Bupati

untuk menjadi seorang pemimpin Islam di pemerintahan kabupaten Bogor Jawa

Barat.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk memudahkan pelakasana dan pembahasan dalam penelitian tentang

Relasi Partai Politik Dengan Pondok Pesantren (Studi Kasus PPP dengan Pondok

Pesantren Daruttafsir Bogor Jawa Barat), maka penulis membatasi ruang lingkup

masalah penelitian pada partai politik PPP dan pondok pesantren Daruttafsir.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah dalam penelitian

ini sebagai berikut :

1. Bagaimana relasi antara partai politik PPP dengan pondok pesantren

Daruttafsir?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi relasi antara partai politik PPP

dengan pondok pesantren Daruttafsir?

3. Bagaimana dampak dari relasi partai politik PPP dengan pondok pesantren

Daruttafsir terhadap kedua belah pihak?


69

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana relasi antara partai politik PPP dengan pondok

pesantren Daruttafsir.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi relasi antara partai

politik PPP dengan pondok pesantren Daruttafsir.

3. Untuk mengetahi dampak dari relasi partai politik PPP dengan pondok

pesantren Daruttafsir terhadap kedua belah pihak.

Manfaat dari penelitian ini adalah agar masing-masing pihak baik partai

politik maupun pondok pesantren dapat menetukan sikapnya dalam relasi antara

kedua belah pihak. Di samping itu penelitian ini juga bermanfaat untuk

pengembangan ilmu politik yang baik di lembaga-lembaga sosial masyarakat.

D. Metodologi Penelitian

1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada masa PILKADA Kabupaten Bogor tahun

2008. Tempat penelitian ini adalah di Kabupaten Bogor terutama di Pondok

Pesantren Daruttafsir.

2. Tipe Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Data yang

diperoleh berupa data kualitatif yang dijabarkan secara deskripsi.


70

3. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dua cara, yaitu :

a. Studi literatur atau kepustakaan (Library Research), yaitu dengan cara

membaca, memahami dan menginterpretasikan informasi dari buku-buku

dan media cetak lainnya yang ada hubungannya dengan materi skripsi.

b. Studi lapangan (Fieled Research), yaitu penelitian dengan cara

mencermati langsung objek yang diteliti guna memperoleh data yang

otentik. Studi lapangan ini dilakukan dengan cara observasi dan

wawancara.

Teknik observasi ini dilakukan dengan cara terjun langsung terlibat dan

ikut serta dalam berbagai kegiatan partai politik PPP sebelum, sedang dan sesudah

pilkada. Observasi terhadap pesantren melalui terlibat langsung dalam kegiatan-

kegiatan pondok pesantren seperti Maulid, Isra mi’raj, Haul dan acara besar

lainnya.

Teknik wawancara ini dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi

melalui tanya jawab langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang

sistematis dan akurat kepada responden kedua belah pihak yaitu PPP dan pondok

pesantren yang diwakili diantaranya oleh:

- Drs. H. Rachmat Yasin, MM. sebagai calon bupati dan ketua DPRD

Kabupaten Bogor.

- KH. Nu’man Istichori sebagai pimpinan pondok pesantren Daruttafsir

Kabupaten Bogor.

- Tokoh pimpinan pesantren lainnya

- Tokoh partai politik PPP lainnya.


71

Observasi dan wawancara dilakukan dalam hal: sejarah dan latar belakang,

biografi, visi dan misi, kegiatan, sosial ekonomi dan budaya, relasi yang dibangun

beserta tujuan, motifasi dan dampaknya.

4. Teknik Analisis Data

Teknik menganalisis data pada penelitian ini menggunakan teknik

deskriptif-analisis. Deskriptif-analisis adalah menganalisa data-data yang

diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan literatur, selanjutnya dijabarkan

secara deskripsi.

E. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini dapat dipahami dan dimengerti, maka

diperlukan susunan yang sistematis. Sistematika penulisan skripsi ini tertuang

pada alinia-alinia berikut.

Penulisan didahulukan dengan bab pertama, yaitu merupakan bab

pendahuluan yang berfungsi sebagai acuan pembahasan bab-bab selanjutnya,

sekaligus mencerminkan isi skripsi ini secara global. Bab ini mencakup, latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.

Kemudian pada bab kedua berisi kajian teoritis sehubungan dengan judul

skripsi yang ditulis. Dalam hal ini yaitu membahas tentang partai politik PPP.

Dalam partai politik PPP dijelaskan tentang sejarah dan pimpinan partai politik,

tujuan partai politik, fungsi partai politik, idiologi dan sistem partai politik.
72

Selanjutnya pada bab ketiga membahas tentang pondok pesantren

Daruttafsir. Dalam hal ini dijelaskan tentang terminologi pondok pesantren,

sejarah dan pimpinan pondok pesantren, tujuan dan kegiatan pondok pesantren,

fungsi dan peranan pondok pesantren.

Lalu dilanjutkan bab keempat sebagai inti yang akan dibahas dalam skripsi

ini yaitu menjelaskan mengenai relasi antara partai politik PPP dengan Pondok

Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor. Dalam bab ini dibahas mengenai awal

terbentuknya relasi, tujuan dan target yang akan dicapai relasi, bentuk dan sarana

relasi, hasil yang dicapai dari relasi, peran PPP dan Pondok Pesantren Daruttafsir

dalam pilkada Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Penulisan skripsi ini diakhiri dengan bab lima yang berisikan kesimpulan

dan saran. Kesimpulan berupa inti dari permasalahan dan pembahasannya, dan

saran berupa anjuran penulis yang berkaitan dengan masalah yang dibahas secara

keseluruhan.
73

BAB II

PARTAI POLITIK PPP

A. Sejarah dan Pimpinan Partai Politik

Pada pemilihan umum (pemilu) tiga periode belakangan ini, cukup

banyaknya partai politik di Indonesia yang ikut serta. Masing-masing partai

memiliki asas dan tujuan yang berbeda. Salah satu partai yang ikut bersaing dalam

pemilu ini adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang asas dan tujuannya

berdasarkan agama Islam.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) adalah partai politik yang

merupakan fusi Partai Nahdatul Ulama (NU), Partai Muslim Indonesia (Parmusi),

Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah

Islamiyah (Perti). PPP dan semua partai yang berfusi ini berasaskan Islam,

berlambang ka’bah, berwawasan nasional, berorientasi keumatan, kerakyatan dan

keadilan, serta berupaya untuk mengembangkan tatanan budaya dan prilaku

politik Islami dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Perjalanan partai politik Islam di Indonesia termasuk PPP, banyak

dipengaruhi oleh tokoh-tokoh agama yang berbasiskan pondok pesantren. Hal ini

disebabkan oleh keberadaan pondok pesantren sudah ada sebelum adanya partai

politik yang telah memberikan warna di segala bidang bagi masyarakat Indonesia

dan jumlahnya cukup banyak serta tersebar di seluruh pelosok nusantara.

Kemudian setelah partai politik berdiri, maka keberadaan pondok pesantren ini

selalu membayangi partai politik terutama yang berasakan Islam. Untuk lebih
74

jelasnya penulis akan membahas tentang partai politik secara terminologi dan

istilah dalam pengertian khusus dan umum.

Partai politik terdiri dari kata partai dan politik, masing-masingnya

memiliki pengertian yang berbeda dan menjadi satu dalam istilah partai politik.

Partai adalah perkumpulan (segolongan orang) yang seasas, sehaluan dan setujuan

dalam politik.6

Perkataan politik berasal dari bahasa Yunani dan diambil alih oleh banyak

bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Pada jaman klasik Yunani, negara atau lebih

tepat negara-kota disebut ”polis”. Plato (±347 SM) menamakan bukunya tentang

soal-soal kenegaraan politeia dan muridnya bernama Aristoteles (±322 SM)

menyebut karangannya tentang soal-soal kenegaraan politikon. Pada umumnya

politik mencangkup beraneka macam kegiatan dalam suatu sistem masyarakat

yang terorganisasikan (terutama negara), yang menyangkut pengambilan

keputusan baik mengenai tujuan-tujuan sistem itu sendiri maupun mengenai

pelaksanaannya.7

Terbentuknya partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan

membentuk sebuah wadah organisasi dapat menyatukan orang-orang yang

mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa

dikonsolidasikan. Dengan organisasi ini pengaruh mereka bisa lebih besar dalam

pembuatan dan pelaksanaan keputusan.

Partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu

atau dibentuk dengan tujuan khusus. Secara umum dapat dikatakan bahwa partai

politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai

6
Marbun, Kamus Politik, Edisi Revisi (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007), h. 361.
7
Ibib., h. 396-397.
75

orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk

memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan

cara konstitusional untuk melaksanakan programnya.8 Dalam hal ini ada beberapa

definisi sebagai berikut:

Menurut Carl J. Friedrich, ”Partai politik adalah sekelompok

manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau

mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan

partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota

partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materil.” Menurut R.H.

Soltau, ”Partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit

banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan

dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih bertujuan menguasai

pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaaan umum mereka.”9

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kabupaten Bogor, merupakan

penggabungan kegiatan politik dari partai-partai Islam yaitu: a. Partai Nahdatul

Ulam (NU), b. Partai Muslim Indonesia (Parmusi), c. Partai Serikat Islam

Indonesia (PSII) dan d. Partai Islam (Perti). Dalam deklarasinya disebutkan bahwa

keempat partai Islam yaitu NU, Parmusi, PSII dan Perti, yang sampai sekarang ini

tergabung dalam bentuk konfederasi kelompok persatuan pembangunan dalam

rapat presidium, badan pekerja dan pimpinan fraksi telah seia sekata untuk

memfusikan politik dalam suatu partai politik yang bernama Partai Persatuan

Pembangunan.

8
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008), h. 403-404.
9
Ibid., h. 404.
76

Dalam hal ini penulis akan membicarakan tentang PPP kabupaten Bogor.

Khususnya hasil wawancara dengan ketua DPC PPP kabupaten Bogor 2003-2006

dan 2006-20011 yang sekarang telah menjabat atau menjadi Bupati terpilih

kabupaten Bogor untuk 2008-20013 yaitu Drs. H Rachmat Yasin, MM. adalah

putra dari H. M. Yasin (Almarhum), salah satu tokoh PPP kabupaten Bogor.

Drs. H Rachmat Yasin, MM. dilahirkan di Bogor pada tanggal 4

Nopember 1963, beristrikan Hj. Elly Halimah dan dikaruniai tiga orang putri: (1)

Amira Eka Pratiwi, (2) Salma Isna Ramadhani, dan (3) Naura Tri Kamila.

Pendidikan Drs. H Rachmat Yasin, MM. dimulai dari sekolah Dasar Negri

Sindangbarang 1, Bogor (1975), Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negri 4


37
Bogor (1979), Sekolah Menengah Atas (SMA) Negri 2 Bogor (1982), Sarjana

Fakultas Ilmu Politik Universitas Nasional, Jakarta (1988), dan Program Magister

Manajemen, Sekolah Paska Sarjana Universitas Satyagama, Jakarta (2001).

Karir politik Drs. H Rachmat Yasin, MM. dimulai dengan menjadi

anggota PPP. Jabatan yang pernah diembannya dalam partai politik, antara lain:

Wakil Sekretaris DPC PPP kabupaten Bogor, periode 1990-1995. selanjutnya

memangku jabatan Sekretaris pada DPC PPP kabupaten Bogor selama dua

periode. Yaitu periode tahun 1995-2000 dan periode 2000-2003. Kemudian posisi

puncak pada DPC PPP kabupaten Bogor pun diraihnya, dimana ia dipercaya

menjadi ketua selama dua periode. Yaitu periode tahun 2003-2006 serta periode

tahun 2006-2011.

Adapun jabatan politis diluar kepartaian, adalah: Anggota DPRD

kabupaten Bogor (Tahun 1997-1999), Ketua Komisi C DPRD kabupaten Bogor

(Tahun 1999-2004), Ketua Panitia Anggaran DPRD kabupaten Bogor (Tahun


77

1999-2004), Ketua DPRD kabupaten Bogor (Tahun 2004-2009), dan Ketua

Panitia Anggaran DPRD kabupaten Bogor (Tahun 2004-2009).

Dalam pilkada kabupaten Bogor tahun 2008, melalui Pemilu Bupati/Wakil

Bupati secara langsung Drs. H Rachmat Yasin, MM. terpilih menjadi Bupati

Bogor untuk masa jabatan 2008-2013.10

B. Tujuan Partai Politik

Secara khusus bahwa setiap partai politik telah mengatur aturannya sendiri

sesuai dengan kebutuhan partainya, PPP juga mempunyai aturan tersendiri (internt

partai), yang bertujuan untuk melaksanakan apa yang telah ditetapkan oleh partai,

seperti terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera lahir batin

dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan pancasila dibawah ridho Allah SWT. Ini merupakan acuan atau dasar

partai dalam melakukan kegiatan-kegiatan sosial politik (politik praktis).

Namun secara umum ada aturan dari pemerintah yang mengatur tentang

keberadaan partai politik yaitu berdasarkan Undang-Undang No 2 Tahun 2008

pasal 10 tentang Partai Politik, partai politik memiliki tujuan umum dan tujuan

khusus. Tujuan umum partai politik adalah :

1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Pembukaan UUD RI 1945.

2. Menjaga dan memelihara keutuhan negara kesatuan RI.

3. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasrkan Pancasila dengan

menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam negara kesatuan RI.

10
Wawancara Penulis dengan Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor (Bupati Terpilih
Kabupaten Bogor). Drs. H. Rachmat Yasin, MM. Bogor, tanggal 29 Juni 2009.
78

4. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tujuan khusus partai politik adalah :

1. Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka

menyelenggarakan kegiatan politik dan pemerintahan.

2. Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

3. Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Kedua aturan khusus dan umum ini, saling berkaitan dan saling

mendukung itu merupakan tujuan partai politik yang harus diwujudkan secara

konstitusional.11

C. Fungsi Partai Politik

Berdasarkan Undang-Undang No 2 Tahun 2008 pasal 11 tentang Partai

Politik, partai politik berfungsi sebagai :

1. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga

negara indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Penciptaan iklim yang kondusip bagi persatuan dan kesatuan bangsa

indonesia untuk kesejahteraan masyarakat.

3. Penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam

merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.

4. Partisipasi politik warga negara Indonesia.

11
Pandji R. Hadianto, “Tujuan Partai Politik,” artikel diakses pada 23 Juni 2008 dari
http://www.jakarta45.wordpress.com/2008/06/23/tujuan-partai-politik-uu-no-2008
79

5. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui

mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan

gender.12

Pada dasarnya telah disinggung bahwa ada pandangan secara mendasar

mengenai partai politik di negara demokrasi. Di negara demokrasi partai relatif

dapat menjalankan fungsinya sesuai harkatnya pada saat didirikannya, yakni

menjadi wahana bagi warga negara untuk berpartisipasi dalam pengelolaan

kehidupan bernegara dan memperjuangkan kepentingannya di hadapan penguasa.

Berikut ini diuraikan secara lebih lengkap fungsi partai politik di negara

demokrasi.

a. Sebagai Sarana Komunikasi Politik

Sejak reformasi, kebebasan komunikasi dan informasi berdampak positif

dan mempengaruhi segala lini kehidupan masyarakat. Kebebasan ini

dimanfaatkan oleh PPP untuk mengadakan komunikasi dan informasi dengan

Pondok Pesantren Daruttafsir yang berkaitan penggalangan hubungan kerjasama

atau relasi untuk perkembangan dan kemajuan kedua belah pihak. Kesempatan

kebebasan komunikasi dan informasi di realisasikan oleh PPP dan Pondok

Pesantren Daruttafsir melalui forum diskusi. Untuk mencari kesamaan dan

perbedaan antara PPP dan Pondok Pesantrren Daruttafsir dibentuklah forum

bersama yang diberinama Forum Silaturahmi sebagai wadah pemersatu kedua

lembaga ini dalam menerima aspirasi masyarakat yang terkait di dalamnya.

Melalui forum inilah PPP dan Pondok Pesantren Daruttafsir bebas

mengemukakan pendapat serta sikap politiknya.

12
Ardiana, “Peran Partai Politik,” artikel diakses pada 23 Juni 2008 dari
http://ardiana0781.blogspot.com/2008/06/23/revitalisasi-peran-partai-politik.html
80

PPP adalah salah satu wadah yang menampung aspirasi masyarakat

sekaligus sebagai fasilitator yang dapat dipercaya, untuk membentuk opini publik

dalam berkomunukasi interaksi. Maka PPP melaksanakan hubungan atau relasi

dengan Pondok Pesantren Daruttafsir dengan memanfaatkan berbagai momentum

strategis, peristiwa yang hangat dan berbagai forum yang tersedia. Untuk itu

hubungan baik antara PPP dengan Pondok Pesantren Daruttafsir merupakan

keniscayaan, karena mungkin adanya hubungan yang harmonis dan bersahabat

antara berbagai pihak.

Ini merupakan salah satu tugas partai politik yaitu menyalurkan aneka

ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa

sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang. Dalam

masyarakat moderen yang begitu luas, pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu

kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara di padang pasir, apabila tidak

ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada.

Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah

digabung, pendapat dan aspirasi ini diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang

teratur. Proses ini dinamakan perumusan kepentingan (interst articulation).13

Semua kegiatan di atas merumuskannya sebagai usul kebijakan dan usul

kebijaksanaan ini dimasukkan dalam program partai untuk diperjuangkan atau

disampaikan kepada pemerintah agar dijadikan kebijaksanaan umum (public

policy). Dengan demikian tuntutan dan kepentingan masyarakat disampaikan

kepada pemerintah melalui partai politik.

13
Ibid., h. 405.
81

Di lain fihak partai politik berfungsi juga untuk memperbincangkan dan

menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah.

Dengan demikian terjadi arus informasi serta dialog dari atas ke bawah dan dari

bawah ke atas, di mana partai politik memainkan peranan sebagai penggabung

antara yang memerintah dan yang diperintah, antara pemerintah dan warga

masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini partai politik sering disebut sebagai

perantara (broker) dalam suatu bursa idee-idee (clearing house of ideas). Kadang-

kadang juga dikatakan bahwa partai politik bagi pemerintah bertindak sebagai alat

pendengar, sedangkan bagi warga masyarakat sebagai “pengeras suara”.14

b. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Di dalam proses penggalangan kerjasama itu, PPP memandang penting

untuk melakukan usaha dan kegiatan diantaranya membentuk pola relasi atau

hubungan konsultatif dengan berbagai kekuatan sosial politik, sosial

kemasyarakatan dan lembaga-lembaga negara untuk menyukseskan pembangunan

nasional. Inilah salah satu sikap PPP dalam mensosialisasikan kepentingan partai

politik.

Sosialisasi politik ini, di dalam ilmu politik diartikan sebagai suatu proses

yang dilakukan melalui partai politik untuk memperoleh sikap dan orientasi

terhadap fenomena politik yang berkembang dalam masyarakat dimana PPP ada

didalamnya. Dengan demikian proses sosialisasi politik ini akan menentukan

sikap politik PPP yang berkaitan tentang nasionalisme, strata sosial, suku bangsa,

ideologi, hak dan kewajiban partai politik yang berada di dalamnya.

14
Ibid., h. 406.
82

Dimensi lain dari sosialisasi politik merupakan proses masyarakat untuk

menyampaikan ”budaya politik” yaitu norma-norma dan nilai-nilai yang

diwariskan ke generasi berikutnya. Dengan demikian sosialisasi politik

merupakan faktor penting dalam terbentuknya budaya politik (political culture)

suatu bangsa.15

Proses sosialisasi berjalan seumur hidup, terutama dalam masa kanak-

kanak. Ia berkembang melalui keluarga, sekolah, peer group, tempat kerja,

pengalaman sebagai orang dewasa, organisasi keagamaan, dan partai politik. Ia

juga menjadi penghubung yang mensosialisasikan nilai-nilai politik generasi yang

satu ke generasi yang lain. Di sinilah letaknya partai dalam memainkan peran

sebagai sarana sosialisasi politik. Pelaksanaan fungsi sosialisasinya dilakukan

melalui berbagai cara yaitu media massa, ceramah-ceramah, penerangan, kursus

kader, penataran, dan sebagainya.

Sisi lain dari fungsi sosialisasi politik partai adalah upaya menciptakan

citra “image” bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Ini penting jika

dikaitkan dengan tujuan partai untuk menguasai pemerintahan memalui

kemenangan dalam pemilihan umum. Karena itu partai harus memperoleh

dukungan seluas mungkin, dan partai berkepentingan agar para pendukungnya

mempunyai solidaritas yang kuat dangan partainya.

Sejalan dengan prinsip PPP yang ditanamkan sebagai fungsi sosial

sekaligus alat atau sarana mensosialisasikan partai, maka PPP perlu menumbuh

kembangkan budaya saling menghargai serta memelihara hubungan kemanusiaan

(ukhuwah Islamiah). Prinsip ini merupakan landasan perjuangan dalam

15
Ibid., h. 407.
83

meklaksanakan fungsi untuk menyerap, menampung, menyalurkan,

memperjuangkan dan membela aspirasi masyarakat serta melaksanakan

pengawasan sebagai kontrol sosial.

Pondok Pesantren Daruttafsir sebagai lembaga sosial telah

menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal, sekaligus sebagai lembaga

solidaritas sosial yang menampung segala lapisan masyarakat muslim tanpa

membedakan tingkatan sosial, hal ini salah satu perekat yang kuat sebagai fungsi

penghubung dalam mengadakan relasi atau hubungan dan pengayom masyarakat

baik tingkat lokal, regional dan nasional.

Dari proses sosialisasi PPP dan Pondok Pesantren Daruttafsir mempunyai

kesamaan keriteria yang sama dan selaras dengan kebutuhan masyarakat

khususnya umat Islam.

Ada lagi yang lebih tinggi nilainya apabila partai politik dapat

menjalankan fungsi sosial yang satu ini, yakni mendidik anggota-anggotanya

menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawab sebagai warga negara dan

menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional. Secara khusus

perlu disebutkan di sini bahwa di negara-negara yang baru merdeka, partai-partai

politik juga dituntut berperan memupuk identitas nasional dan integritas nasional.

Ini adalah tugas lain dalam kaitannya dengan sosialisasi politik.

Namun, tidak dapat disangkal adakalanya partai mengutamakan

kepentingan partai atas kepentingan nasional. Loyalitas yang disajikan adalah

loyalitas kepada partai, yang lebih loyalitas kepada negara. Dengan demikian ia

mendidik pengikut-pengikutnya untuk melihat dirinya dalam konteks yang sangat

sempit. Pandangan ini malahan dapat mengakibatkan pengotakan dan tidak


84

membantu proses integrasi, yang bagi negara-negara berkembang menjadi begitu

penting.16

c. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

PPP menyadari bahwa kader partai adalah tulang punggung dan harapan

masa depan partai. Karena itu, pendidikan dan pelatihan serta pembinaan kader

partai manjadi kunci keberhasilan perjuangan partai. Kader-kader dari berbagai

tingkatan dan dari beragam latar belakang unsur, fungsi, profesi dengan demikian

merupakan andalan partai yang perlu terus menerus memperoleh perhatian

peluang, kesempatan untuk mengembangkan diri dalam dan bersama partai

melalui pendidikan dan pelatihan politik yang teratur, terencana dan terprogram

secara sistematis. Arah pengembangan dititik beratkan agar kader partai adalah

juga sekaligus sebagai kader bangsa, yang siap bertugas di lembaga-lembaga

penyelenggara pemerintahan negara dan di tengah-tengan masyarakat.

Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik

kepemimpinan internal partai mupun kepemimpinan nasional yang lebih luas.

Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas,

karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang

mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan

mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan

pemimpinnya sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk

masuk ke bursa kepemimpinan nasional.

16
Ibid., h. 408.
85

Selain untuk tingkatan seperti itu, partai politik juga berkepentingan

memperluas atau mengembangkan keanggotaan. Maka partai politik akan

berusaha menarik sebanyak-banyaknya orang untuk menjadi anggotanya. Dengan

didirikannya organisasi-organisasi massa (sebagai onderbouw) yang melibatkan

golongan-golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita dan sebagainya,

kesempatan untuk berpartisipasi diperluas. Rekrutmen politik menjamin

kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara untuk

menjaring dan melatih calon-calon pemimpin. Ada berbagai cara untuk

melakukan rekrutmen politik, yaitu melalui kontak pribadi, persuasi, ataupun

cara-cara lain.17

d. Sebagai Sarana Pengatur Konflik

Kredibilitas PPP akan sangat dipengaruhi oleh kepekaan partai dalam

memberikan respon terhadap setiap kebijakan dan peristiwa yang terjadi di tengah

masyarakat. Perlu diketahui bahwa munculnya berbagai macam lembaga swadaya

masyarakat selama ini adalah sebagai akibat kurang mampunya pemerintah

menampung dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang diberikan oleh

masyarakat.

PPP berupaya melakukan kegiatan pembelaan atas nasib masyarakat yang

dirugikan sebagai akibat proses pembangunan yang tidak memihak rakyat banyak.

Semua itu dapat dilakukan dengan berbagai macam metode atau cara. Pernyataan

politik berisi ungkapan solidaritas, untuk kasus-kasus tertentu akan menyangkut

hajat hidup orang banyak perlu diprioritaskan.

17
Ibid., h. 409.
86

Karena potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat, apabila di

masyarakat yang bersifat heterogen, apakah dari segi etnis (suku bangsa), sosial-

ekonomi, ataupun agama. Setiap perbedaan tersebut menyimpan potensi konflik.

Apabila keanekaragaman itu terjadi di negara yang menganut paham demokrasi,

persaingan dan perbedaan pendapat dianggap hal yang wajar dan mendapat

tempat. Akan tetapi di dalam negara yang heterogen sifatnya, potensi

pertentangan lebih besar dan dengan mudah mengundang konflik.

Di sini peran partai politik diperlukan untuk membantu mengatasinya, atau

sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya

dapat ditekan seminimal mungkin. Elite partai dapat menumbuhkan pengertian di

antara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan pendukungnya.

Pada tataran yang lain dapat dilihat perbedaan-perbedaan atau perpecahan

di tingkat masa bahwa dapat diatasi oleh kerja sama di antara elit-elit politik.

Dalam konteks kepartaian, para pemimpin partai adalah elit politik.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa partai politik dapat menjadi

penghubung psikologis dan organisasi antara warga negara dengan

pemerintahnya. Selain itu juga melakukan konsolidasi dan artikulasi tuntutan-

tuntutan yang beragam yang berkembang di berbagai kelompok masyarakat.

Partai politik juga merekrut orang-orang untuk diikut sertakan dalam kontes

pemilihan wakil-wakil rakyat dan menemukan orang-orang yang cakap untuk

menduduki posisi-posisi eksekutif. Pelaksanaan fungsi-fungsi ini dapat dijadikan

instrument untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan partai politik di negara

demokrasi. Di pihak lain, dapat dilihat bahwa sering kali partai malahan

mempertajam pertentangan yang ada, jika hal ini terjadi dalam suatu masyarakat
87

yang rendah kadar konsensus nasionalnya, peran semacam ini dapat

membahayakan stabilitas politik.18

D. Ideaologi dan Sistem Partai Politik

Era reformasi memberikan dampak munculnya partai-partai baru baik non

Islam atau yang berbendera Islam dengan sistem yang berbeda, diantaranya PPP

sebagai partai Islam yang berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

yang menganut sistem multi partai. Hal ini perlu dianalisis dan diteliti kembali

tentang prilaku partai-partai sebagai bagian dari suatu sistem, yang dinamakan

“sistem kepartaian” (party sistems). Duverger mengklasifikasikan sistem

kepartaian menjadi tiga kategori, yaitu sistem partai-tunggal, sistem dwi-partrai

dan sistem multi-partai.

1. Sistem Partai-Tunggal

Ada beberapa pengamat yang berpendapat bahwa istilah sistem partai-

tunggal merupakan istilah yang menyangkal diri sendiri (contradiction in

terminis), karena suatu sistem selalu mengandung lebih dari satu bagian (pars).

Namun demikian, istilah ini telah tersebar luas di kalangan masyarakat dan

dipakai baik untuk partai yang benar-benar merupakan satu-satunya partai dalam

suatu negara maupun untuk partai yang mempunyai kedudukan dominan di antara

beberapa partai lain. Dalam kategori terakhir terdapat banyak variasi.19

18
Ibid., h. 410.
19
Ibid., h. 415-416.
88

2. Sistem Dwi-Partai

Pengertian sistem dwi-partai biasanya diartikan bahwa ada dua partai di

antara beberapa partai, yang berhasil memenangkan dua tempat teratas dalam

pemilihan umum secara bergiliran, dan dengan demikian mempunyai kedudukan

dominant. Dewasa ini hanya beberapa negara yang memiliki ciri-ciri sistem dwi-

partai, yaitu Inggris, Amerika Serikat, Filipina, Kanada dan Selandia Baru. Oleh

Maurice Duverger malahan dikatakan bahwa sistem ini adalah khas Anglo Saxon.

Dalam sistem ini partai-partai dengan jelas dibagi dalam partai yang

berkuasa (Karena menang dalam pemilihan umum) dan partai oposisi (karena

kalah dalam pemilihan umum). Dengan demikian jelas di mana letak tanggung

jawab mengenai pelaksanaan kebijakan umum. Dalam sistem ini partai yang kalah

berperan sebagai pengecam utama tapi yang setia (loyal opposition) terhadap

kebijakan partai yang duduk dalam pemerintahan, dengan pengertian bahwa peran

ini sewaktu-waktu dapat bertukar tangan. Dalam persaingan memenangkan

pemilihan umum kedua partai berusaha untuk merebut dukungan orang-orang

yang ada di tengah dua partai dan yang sering dinamakan pemilihan terapung

(floating vote) atau pemilihan di tengah (median vote).

Sistem dwi-partai pernah disebut a convenient system for contented people

dan memang kenyataannya ialah bahwa sistem dwi-partai dapat berjalan baik

apabila terpenuhi tiga syarat, yaitu komposisi masyarakat bersifat homogen

(social homogeneity), adanya konsensus kuat dalam masyarakat mengenai asasi

dan tujuan sosial dan politik (political consensus), dan adanya kontinuitas sejarah

(histirical continuity).20

20
Ibid., h. 416-418.
89

3. Sistem Multi-partai

Anggapan bahwa keanekaragaman budaya politik suatu masyarakat

mendorong pilihan kearah sistem multi-partai. Perbedaan tajam antara ras, agama,

atau suku bangsa mendorong golongan-golongan masyarakat lebih cenderung

menyalurkan ikatan-ikatan terbatasnya (primordial) dalam suatu wadah yang

sempit saja. Dianggap bahwa pola multi-partai lebih sesuai dengan pluralitas

budaya dan politik daripada pola dwi-partai. Sistem multi-partai ditemukan antara

lain di Indonesia, Malaysia, Nederland, Australia, Prancis, Swedia dan Federasi

Rusia. Prancis mempunyai jumlah partai yang berkisar antara 17 dan 28,

sedangkan di Federasi Rusia sesudah jatuhnya Partai Komunis jumlah partai

mencapai 43.

Sistem multi partai, apalagi jika dihubungkan dengan sistem pemerintahan

parlementer, mempunyai kecenderungan untuk menitik beratkan kekuasaan pada

badan legislative, sehingga peran badan eksekutif sering lemah dan ragu-ragu. Hal

ini sering disebabkan karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk

membentuk suatu pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalisi

dengan partai-partai lain. Dalam keadaan semacam ini partai yang berkoalisi harus

selalu mengadakan musyawarah dan kompromi dengan mitranya dan menghadapi

kemungkinan bahwa sewaktu-waktu dukungan dari partai yang duduk dalam

koalisi akan ditarik kembali, sehingga mayoritasnya dalam perlemen hilang.

Di lain pihak, partai-partai oposisi pun kurang memainkan peranan yang

jelas karena sewaktu-waktu masing-masing partai dapat diajak untuk duduk dalam

pemerintahan koalisi baru. Hal semacam ini menyebabkan sering terjadinya siasat

yang berubah-ubah menurut kegentingan situasi yang dihadapi partai masing-


90

masing. Lagi pula, sering kali partai-partai oposisi kurang mampu menyusun

suatu program alternatif bagi pemerintah. Dalam sistem semacam ini masalah

letak tanggung jawab menjadi kurang jelas.21

Berbicara mengenai sistem kepartaian diantaranya sistem partai tunggal,

sistem dwi partai dan sistem multi partai, Indonesia termasuk kedalam sistem

multi partai karena salah satunya Indonesia memiliki banyak partai. Di antara

banyak partai itu salah satunya PPP yang memakai sistem kepartaian dengan pola

multi partai yang telah dibahas sebelumnya.

Asas Partai Persatuan Pembangunan kabupaten Bogor adalah berasaskan

Islam. Tujuannya adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur,

sejahtera, lahir batin dan demokrasi dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila di bawah Ridho Allah SWT.

Untuk mencapai tujuan PPP kabupaten Bogor melakukan usaha-usaha

sebagai mana yang telah di atur dalam ADART sebagai berikut:

a. Melaksanakan ajaran Islam dalam hidup perorangan, bermasyarakat,

bangsa dan bernegara.

b. Mendorong terciptanya iklim yang sebaik-baiknya bagi terlaksananya

kegiatan-kegiatan peribadatan menurut syariat Islam.

c. Merupakan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah

basyariyah untuk mengukuhkan persatuan dan kesatuan Bangsa

Indonesia dalam segala kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan.

d. Menegakkan, membangun dan mempertahankan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

21
Ibid., h. 418-420.
91

e. Memperjelas, memperdalam pengetahuan rakyat supaya lebih sadar akan

hak dan kewajibannya selaku warga negara hukum yang merdeka,

berdaulat, demokratis, dan menghormati Hak Azasi Manusia.

f. Menggairahkan partisipasi seluruh rakyat dalam pembangunan negara dan

mengusahakan adanya keseimbangan pembangunan rohani dan jasmani.

g. Mengadakan kerjasama dengan partai-partai politik dan golongan

masyarakat lainnya untuk mencapai tujuan bersama atas dasar toleransi

dan harga menghargai.

h. Memberantas paham komunisme/atheisme dan paham-paham lainnya

yang bertentangan dengan Islam dan Pancasila.

i. Turut memelihara persahaba

tan antara Republik Indonesia dengan negara-negara lain atas dasar hormat-

menghormati dan kerjasama menuju terwujudnya perdamaian dunia

yang adil dan beradab.

j. Melaksanakan usaha-usaha lainnya yang tidak bertentangan dengan asas

dan tujuan partai.22

22
Wawancara Penulis dengan Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor (Bupati Terpilih
Kabupaten Bogor). Drs. H. Rachmat Yasin, MM.
92

BAB III

PONDOK PESANTREN DARUTTAFSIR

A. Terminologi Pondok Pesantren

Pada awal dirintisnya pesantren yang hidup beraba-abad lamanya di

persada ibu pertiwi, mempunyai tradisinya sendiri yang tidak lepas dari

pendidikan dan dakwah merupakan ciri yang paling menonjol, maka diawal di

dirikannya pondok pesantren Daruttafsir di Gunung Batu Bogor dimana pelajaran

ilmu tafsir menjadi pelajaran pokok. Untuk dapat mendalami tafsir Al-qur’an

diperlukannya ilmu bantu seperti ilmu bahasa, ilmu falaq, ilmu jiwa, ilmu hayat,

ilmu pendidikan, ilmu pertanian, ilmu filsafat, ilmu kedokteran, ilmu

kemasyarakatan, ilmu teknik, ilmu perdagangan, ilmu sejarah dan lainnya. Karena

pendidikan dan pengajaran tidak mempunyai batas waktu, dalam hal ini penulis

akan menjelaskan istilah pemakaian bahasa pondok pesantren dalam pemakaian

sehari-hari, istilah pesantren bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini

digabung menjadi pondok pesantren. Secara esensial, semua istilah ini

mengandung makna yang sama, kecuali sedikit perbedaan. Asrama yang menjadi

penginapan santri sehari-hari dapat dipandang sebagai pembeda antara pondok

dan pesantren.

Pada pesantren santrinya tidak disediakan asrama (pemondokan) di

komplek pesantren tersebut, mereka tinggal di seluruh penjuru desa sekeliling

pesantren (santri kalong) dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran

agama Islam diberikan dengan sistem wetonan yaitu para santri datang berduyun-

duyun pada waktu-waktu tertentu.


93

Dalam perkembangannya, perbedaan ini ternyata mengalami kekaburan.

Asrama (pemondokan) yang seharusnya sebagai penginapan santri-santri yang

belajar di pesantren untuk memperlancar proses belajarnya dan menjalin

hubungan guru-murid secara lebih akrab, yang terjadi di beberapa pondok justru

hanya sebagai tempat tidur semata bagi pelajar-pelajar sekolah umum. Mereka

menempati pondok bukan untuk thalab ‘ilm al-Din, melainkan karena alasan

ekonomis. Istilah pondok juga seringkali digunakan bagi perumahan-perumahan

kecil di sawah atau ladang sebagai tempat peristirahatan sementara bagi para

petani yang sedang bekerja.

Sebaliknya, tempat pengkajian kitab-kitab Islam klasik yang memiliki

asrama (pemondokan) oleh masyarakat terkadang disebut pesantren. Lain halnya

di dalam pondok pesantren Daruttafsir yang menggunakan dua jenis kurikulum

dan dilaksanakan secara penuh, dimana siswa atau santri wajib mengikuti kegiatan

belajar sebanyak dua kali dalam satu hari, yaitu belajar pada sekolah formal dan

pada Madrasah Diniyah (pengajian kitab). Penggunaan kurikulum tersebut

dilengkapi pula dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat praktis, seperti

dimasukannya materi pelajaran ilmu pendidikan, komputer dan ilmu dakwah

kedalam muatan kurikulum persekolahan. Jadi pemakaian istilah pesantren sudah

membudaya dikalangan penulis, peneliti, dan masyarakat Indonesia maupun

orang-orang mancanegara, baik yang berbasis pendidikan pesantren maupun

mereka yang baru mengenalnya secara lebih dekat ketika mengadakan penelitian.

Sebenarnya penggunaan gabungan kedua istilah secara integral yakni

pondok dan pesantren menjadi pondok pesantren lebih mengakomodasikan

karakter keduanya. Pondok pesantren berarti suatu lembaga pendidikan agama


94

Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama

(komplek) di mana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem

pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari

leadership seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat

karismatik serta independent dalam segala hal.23

Namun penyebaran pondok pesantren dianggap kurang jami’mani’

(singkat-padat). Selagi pengertiannya dapat diwakili istilah yang lebih singkat,

para penulis lebih cenderung mempergunakannya dan meninggalkan pondok atau

pondok pesantren.

Dalam penelitian ini, pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat

pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan

didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanent. Maka

pesantren kilat atau pesantren Ramadan yang diadakan sekolah-sekolah umum

misalnya, tidak termasuk dalam pengertian ini.24

B. Sejarah dan Pimpinan Pondok Pesantren

Sebagai institusi pendidikan Islam yang dinilai paling tua, pesantren

memiliki akar transmisi sejarah yang jelas. Orang yang pertama kali

mendirikannya dapat dilacak meskipun ada sedikit perbedaan pemahaman.

Namun tidak mengurangi arti dari keberadaan pesantren. Adanya pondok

pesantren Daruttafsir adalah bukti sejarah yang merupakan salah satu lembaga

pendidikan milik umat Islam, kiprah dan eksistensinya selama ini dalam membina

23
Mujamil Qomar, Pesantren, Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi
(Jakarta: Erlangga, 2005), h. 2.
24
Ibid., h. 3.
95

dan membekali generasi penerus umat dalam nilai-nilai keimanan dan keIslaman

maupun keilmuan, telah diakui oleh berbagai kalangan umat Islam.

Keberadaan pondok pesantren Daruttafsir sudah tentu tidak dapat

dipisahkan dari para pendirinya. Berkat jasa, pengorbanan dan kerja keras

merekalah pondok ini eksis dan mampu berkiprah dalam membina serta mendidik

generasi penerus umat, guna menyongsong Ijjul Islam wal Muslimin. Melalui

pondok inilah segala harapan, cita-cita dan idealisme para pendirinya ditorehkan.

Dengan harapan menjadi amal soleh yang dapat dipetik kelak di kampung

halaman semua makhluk, akhirat.

Di tahun 1971 didirikannya pondok pesantren Daruttafsir oleh K.H.

Muhammad Istichori Abdurrahman di Gunung Batu Bogor, kemudian pada

tanggal 5 Mei 1974 pondok pesantren Daruttafsir berpindah tempat dari Gunung

Batu Kecamatan Ciomas ke Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea Kabupaten

Bogor. Berkaitan dengan sejarah pondok pesantren yang pertama kali ada di

persada ibu pertiwi ini telah menimbulkan perbedaan pendapat dikalangan para

ahli sejarah.

Perbedaan pendapat dalam menyebutkan pendidikan pesantren pertama

kali. Sebagian mereka menyebutkan Syaikh Maulana Malik Ibrahim, yang dikenal

dengan Syaikh Maghribi, dari Gujarat, India, sebagai pendiri atau pencipta

pondok pesantren yang pertama di Jawa. Sunan Ampel atau Raden Rahmat

sebagai pendiri pesantren pertama di Kembang Kuning Surabaya. Bahkan Kiai

Machrus Aly menginformasikan bahwa di samping Sunan Gunung Jati (Syaikh

Syarif Hidayatullah) di Cirebon sebagai pendiri pesantren pertama, sewaktu


96

mengasingkan diri bersama pengikutnya dalam khalawat, beribadah secara

istiqamah untuk ber-taqarub kepada Allah.25

Data-data histories tentang bentuk institusi, materi, metode maupun secara

umum sistem pendidikan pesantren yang dibangun Syaikh Maghribi tersebut sulit

ditemukan hingga sekarang. Tidaklah layak untuk segera menerima kebenaran

informasi tersebut tanpa verifikasi yang cermat. Namun secara esensial dapat

diyakinkan bahwa wali yang berasal dari Gujarat ini memang telah mendirikan

pesantren di Jawa sebelum wali lainnya. Pesantren dalam pengertian hakiki,

sebagai tempat pengajaran para santri meskipun bentuknya sangat sederhana,

telah dirintisnya. Pengajaran tersebut tidak pernah diabaikan oleh penyebar Islam,

lebih dari itu kegiatan mengajar santri menjadi bagian terpadu dari misi dakwah

Islamiyahnya.26

Berbicara mengenai sejarah pesantren, tidak bisa dilepaskan dari sejarah

masuknya Islam di Jawa. Mengenai sejarah Islam di Jawa, para peneliti tidak

mengetahui secara pasti. Para sejarahwan mengakui adanya problem signifikan

yang berkaitan dengan asal-muasal penyebaran Islam di Asia Tenggara. Sejarah

mencatat mengenai kemungkinan sudah bermukimnya orang-orang Muslim di

kepulauan Indonesia bersumber dari laporan Cina tentang pemukiman Arab pada

672 M. yang menyatakan bahwa orang Islam yang pertama mengunjungi

Indonesia boleh jadi adalah saudagar Arab pada abad ke-7 M yang singgah di

Sumatra ketika mengadakan perjalanan menuju Cina. 27

25
Ibid., h. 7.
26
Ibid., h. 8.
27
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren (Jakarta:
Rajawali Pers, 2005), h. 55-56.
97

Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai waktu kedatangan Islam di

Indonesia, daerah-daerah pesisir Jawa atau saat ini dikenal dengan wilayah

pantura (pantai utara). Pada permulaan abad ke 15 dari interaksi penduduk asli

dengan pedagang orang-orang Jawa mulai berkenalan dengan ajaran Islam,

dikarenakan Islam memberikan penghargaan kepada masyarakat kecil sebagai

sebuah komunitas yang dalam hinduisme di pandang rendah dari kasta yang lebih

tinggi, itu salah satu upaya penyebaran agama Islam pada masyarakat Jawa

dengan mengenalkan pendidikan pesantren yang waktu itu di pokuskan pada

ajaran Islam yang terdapat dalam Al-qur’an Hadist maupun yang telah dikupas

oleh ulama-ulama salaf seperti kitab-kitab klasik.

Meskipun tidak ada bukti historis yang kongkrit tentang pelaksanaan

pendidikan dalam komunitas-komunitas muslim dikota bandar perdagangan tidak

dapat disangkal lagi bahwa pengajaran Islam sudah ada sebagai bukti adanya

pengajaran dan pendidikan Islam yang diadakan oleh Maulana Malik Ibrahim di

Leran kemudian pindah ke Gresik dan meninggal pada 1419 M. Dimakamkan di

Gresik yang sekarang makam Maulana Malik Ibrahim itu dikenal dengan Gapura

Wetan. Makam yang di sejajarkan dengan makam Raja Samudra Pasai yang

menunjukkan bahwa ia seorang ulama besar atau seorang ahli agama yang

setingkat dengan ”Qadi” atau ”Syaikh al-Islam” yang meletakkan pertama sendi-

sendi berdirinya pesantren. Sedangkan Imam Rahmatullah (Raden Rahmat

atauSunan Ampel) sebagai wali pembina pertama di Jawa Timur. Adapun Sunan

Gunung Jati (Syaikh Syarif Hidayatullah) mendirikan pesantren sesudah Sunan

Ampel, bukan bersamaan. Teori kematian kedua wali ini menyebutkan bahwa

Sunan Ampel wafat pada 1467 M. sedangkan Sunan Gunung Jati pada 1570 M.
98

Jadi terpaut 103 tahun yang di pandang cukup untuk membedakan suatu masa

perjuangan seseorang penyebar Islam. sebagai ulama yang memandang Sunan

Gunung Jati sebagai pendiri pesantren pertama mungkin saja benar, tetapi

khususnya di wilayah Cirebon atau secara umum Jawa Barat, bukan di Jawa

secara keseluruhan. Itu merupakan suatu bukti bahwa pesantren dengan sistem

pendidikan tradisionalnya sudah ada berabad-abad lamanya.

Jika benar pesantren telah di rintis oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim

sebagai penyebar Islam pertama di Jawa, maka bisa dipahami apabila para peneliti

sejarah dengan cepat mengambil kesimpulan bahwa pesantren adalah suatu model

pendidikan yang sama-sama tuanya dengan Islam di Indonesia.

Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor merupakan perwujudan

dari gagasan Al-Maghfurloh K.H. Muhammad Istichori Abdurrahman (Syaihul

Masyayih Pondok Pesantren Daruttafsir) dan hasrat umat Islam bagi keperluan

perjuangan bangsa Indonesia.

Semenjak di dirikan pada tahun 1971, sasaran yang ingin dicapai dari

perguruan Pondok Pesantren Daruttafsir adalah untuk mengisi jiwa (Aqlun,

Qolbun dan Nafsun) dan memberikan bekal kemampuan (Intelektual dan

Kreativitas) kepada anak didiknya untuk memasuki jenjang pendidikan

berikutnya.

Pengembangan sumber daya manusia tidak hanya bertumpu pada

penanaman nilai agama atau ketaqwaan sebagai kebutuhan manusia yang

bergantung pada Allah SWT. Namun betapa pentingnya pengembangan

intelektual yang harus dimiliki manusia dalam rangka mengemban amanah untuk

mengelola sumber daya alam ciptaan-Nya secara berkelanjutan.


99

Pada tataran pelaksanaan, penanaman nilai agama maupun intelektual,

harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan dalam satu sistem

pendidikan. Sehingga harapan membangun sumber daya manusia yang handal

Insya Allah dapat terwujud.

Sebagai salah satu pondok pesantren yang terbilang berusia cukup tua di

kabupaten Bogor, telah menghasilkan ribuan alumni, sebagian besar para alumni

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu pada perguruan tinggi

Islam maupun perguruan tinggi umum, baik perguruan tinggi dalam negri maupun

luar negri. Sedangkan dalam bidang profesi para alumni selain bekerja pada

bidang pertanian, perdagangan, pendidikan dan bidang pekerjaan lainnya seperti

lembaga legislatif, birokrasi pemerintahan dan banyak pula diantara mereka yang

telah menjadi tokoh-tokoh masyarakat.28 Maka yang akan penulis bicarakan pada

tulisan ini khususnya yang berkaitan dengan pimpinan Pondok Pesantren

Daruttafsir pada periode 1994-Sekarang yaitu K.H. Nu’man Istichori.

K.H. Nu’man Istichori adalah putra dari K.H. Muhammad Istichori

Abdurrahman (Almarhum), tokoh pendiri utama Pondok Pesantren Daruttafsir.

K.H. Nu’man Istichori dilahirkan di Bogor pada tanggal 01 Februari 1950.

Pendidikan K.H. Nu’man Istichori dimulai pada pendidikan formal yaitu MI-SR

Tahun (1956), KMI Gontor Tahun (1962), Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung

Jati Bandung Tahun (1967). Pendidikan non formal yaitu Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Serang, Pondok Pesantren Al-Inayah Cianjur, Pondok Pesantren

Baros Pandeglang. Kursus-kursus atau pelatihan yaitu P4 Tingkat Nasional,

28
Wawancara penulis dengan Sekretaris Umum Pondok Pesantren Daruttafsir. Drs. Abdul
Muiz Istichori. Bogor, tanggal 12 Juni 2009.
100

Manajemen Pondok Pesantren Nasional, Pengembangan Kurikulum Nasional,

Bahasa Arab Internasional, Pembina Pondok Pesantren Andalan Keterampilan. 29

C. Tujuan dan Kegiatan Pondok Pesantren

Tujuan pendidikan merupakan bagian terpadu dari faktor-faktor

pendidikan dan kunci keberhasilan pendidikan, di samping faktor-faktor lainnya

yang terkait: pendidik, peserta didik, alat pendidik dan lingkungan pendidikan.

Keberadaan empat faktor ini tidak ada artinya bila tidak diarahkan oleh suatu

tujuan. Tak ayal lagi bahwa tujuan menempati posisi yang amat penting dalam

proses pendidikan sehingga materi, metode dan alat pengajaran selalu disesuaikan

dengan tujuan. Tujuan yang tidak jelas akan mengaburkan seluruh aspek

tersebut.30

Supaya tidak terjadi pengaburan aspek dari tujuan tersebut, maka pondok

pesantren Daruttafsir memberikan layanan pendidikan kepada umat, yang sesuai

dengan ajaran agama Islam secara optimal dan ideal. Sehingga umat mampu

menjadi pelaku segala pembaharuan dan kemajuan, serta berupaya menjembatani

perbedaan-perbedaan paham fiqhiyah melalui pendekatan keilmuan dan lainnya.

Diharapkan akan terwujud ukuah Islamiah secara harmonis.

Untuk lebih jelasnya lagi tujuan dari pesantren ini penulis akan

menguraikannya sebagaimana pesantren sebuah lembaga pendidikan mempunyai

tujuan yang dirumuskan dengan jelas sebagai acuan program-program pendidikan

yang diselenggarakannya. Tujuan utama pesantren adalah untuk mencapai hikmat

atau wisdom (kebijaksanaan) berdasarkan pada ajaran Islam yang dimaksudkan


29
Wawancara Penulis dengan Pimpinan Pondok Pesantren Daruttafsir. K.H. Nu’man
Istichori. Bogor, tanggal 08 Juni 2009.
30
Qomar, Pesantren, Dari Transformasi Metodologi, h. 3.
101

untuk meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan serta realisasi dari peran-

peran dan tanggung jawab sosial. Setiap santri diharapkan menjadi orang yang

wise (bijaksana) dalam menyikapi kehidupan ini. Dalam bahasa pesantren, wise

bisa dicapai ketika santri menjadi seorang yang alim, shalih dan nasyir al-ilm.

Hal itu dapat dipahami dari rumusan tujuan pendidikan pada masing-

masing pondok pesantren. Secara spesifik, beberapa pesantren yang tergabung

dalam Forum Pesantren merumuskan beragam tujuan pendidikannya, yang dapat

diklasifikasikan kedalam tiga kelompok, yaitu pembentukan akhlak atau

kepribadian, penguatan kompetensi santri dan penyebaran ilmu.31

Dengan menyandarkan diri kepada Allah SWT, para kiai pesantren

memulai pendidikan pesantrennya dengan modal niat ikhlas dakwah untuk

menegakkan kalimat-Nya, didukung dengan sarana prasarana sederhana dan

terbatas. Inilah ciri pesantren, tidak tergantung kepada sponsor dalam

melaksanakan visi dan misinya. Memang sering kita jumpai dalam jumlah kecil

pesantren tradisional dengan sarana prasarana yang megah, namun para kiai dan

santrinya tetap mencerminkan prilaku-prilaku kesederhanaan. Akan tetapi

sebagian besar pesantren tradisional tampil dengan sarana dan prasarana

sederhana. Keterbatasan sarana dan prasarana ini, ternyata tidak menyurutkan para

kiai dan santri untuk melaksanakan program-program pesantren yang telah

dicanangkan. Mereka seakan sepakat bahwa pesantren adalah tempat untuk

melatih diri (riyadloh) dengan penuh keprihatinan. Yang penting semua itu tidak

menghalangi mereka menuntut ilmu.

31
Dian Nafi dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren (Yogyakarta, Instite for Training and
Development (ITD), Forum Pesantren, Yayasan Selasih, 2007), h. 49-50.
102

Relevan dengan jiwa kesadaran di atas, maka tujuan pendidikan pesantren

adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian

yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, mencintai ilmu,

bermanfaat bagi masyarakat, sebagai pelayan masyarakat, mandiri, bebas dan

teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan agama Islam dan

kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat (Ijjul Islam wal Muslimin).32

Pondok Pesantren Daruttafsir memiliki kegiatan banyak, pendidikan,

dakwah, ekonomi, sosial kemasyarakatan dan sosial politik. Kegiatan pondok itu

ada yang sifatnya edukatif kemudian ada dakwah keluar. Kemudian ada juga yang

sifatnya ekonomi ada juga sifatnya sosial kemasyarakatan.

Dalam perkembangan sosial politik, karena kita sebagai lembaga

pendidikan dapat membantu masyarakat kabupaten Bogor untuk mencari pigur

kepemimpinan yang bisa di terima oleh umat melalui sistem pilkada yang

dilakukan oleh pemerintah, karena itu merupakan suatu kebutuhan bagi

masyarakat kabupaten Bogor untuk mencari kepemimpinan yang relevan dengan

masyarakat dan Pondok Pesantren Daruttafsir, yaitu pigur Drs. H Rachmat Yasin,

MM.

Pondok Pesantren Daruttafsir tidak berpolitik dan juga tidak di tempatkan

di dalam partai politik, kecuali orang-orangnya yang ikut berpolitik sebagai

pengurus, sebagai simpatisan dan ada juga sebagai pengamat. Jadi pondok

pesantren tidak di posisikan dan tidak memposisikan dalam salah satu parpol,

karena pondok pesantren bukanlah sarana atau alat untuk melakukan politik

32
Mastuki dkk, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), h. 92-93.
103

praktis. Akan tetapi pondok pesantren adalah tempat pengajaran pendidikan untuk

pengembangan dakwah dan pembinaan umat.33

D. Fungsi dan Peranan Pondok Pesantren

Kurun waktu yang cukup lama fungsi pesantren berjalan secara dinamis,

berubah dan berkembang mengikuti dinamika sosial masyarakat global.

Menunjukan bahwa pesantren mampu bertindak sebagai trasnformator terhadap

semua segi nilai yang ada di dalam masyarakat muslim Indonesia. Ini telah di

buktikan keberhasilannya pada saat K.H. Muhammad Istichori Addurrahman

diwaktu merintis berdirinya pondok pesantren Daruttafsir yang kondusip dan

dapat diterima oleh masyarakat. Hal inilah yang menyatakan pondok pesantren

Daruttafsir sebagai lembaga independent atau mengatur falsafah ”Laasarkiyyah

Wala Ghorbiyyah”. Falsafah ini dimaksudkan bahwa pondok pesantren

Daruttafsir tidak berafiliasi dengan organisasi politik, organisasi keagamaan,

organisasi masa manapun. Sehingga dengannya diharapkan (sesuai dengan

misinya) mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa dan ukhuwah

Islamiyah umat sedunia.

Dalam perjalanannya hingga sekarang, sebagai lembaga sosial, pesantren

telah menyelenggarakan pendidikan formal baik berupa sekolah umum maupun

sekolah agama (madrasah, sekolah umum, dan perguruan tinggi). Disamping itu,

pesantren juga menyelenggarakan pendidikan non formal berupa madrasah

diniyah yang mengajarkan bidang-bidang ilmu agama saja. Pesantren juga telah

mengembangkan fungsinya sebagai lembaga solidaritas sosial dengan

33
Wawancara Penulis dengan Pimpinan Pondok Pesantren Daruttafsir. K.H. Nu’man
Istichori.
104

menampung anak-anak dari segala lapisan masyarakat muslim dan memberi

pelayanan yang sama kepada mereka, tanpa membedakan tingkat sosial ekonomi

mereka.

Bahkan melihat kinerja dan karisma kiainya, pesantren cukup efektif untuk

berperan sebagai perekat hubungan dan pengayom masyarakat, baik pada tingkat

lokal, regional dan nasional. Pada tataran lokal, arus kedatangan tamu kepada kiai

sangat besar, di mana masing-masing tamu dengan niat yang berbeda-beda. Ada

yang ingin bersilaturrahim, ada pula yang ingin berkonsultasi, meminta nasihat,

memohon do’a, berobat, dan ada pula yang ingin meminta jimat untuk sugesti

penangkal gangguan dalam kehidupan sehari-hari. Para kiai juga sering

memimpin majlis taklim, baik atas inisiatif sendiri atau atas inisiatif panitia

pengundang yang otomatis dapat memberikan pembelajaran berbangsa dan

bernegara kepada masyarakat di atas nilai-nilai hakiki (kebenaran al Qur’an dan al

Hadits) dan asasi dengan berbagai bentuk, baik melalui ceramah umum atau

dialog interaktif. Oleh karenanya, tidak diragukan lagi kiai dapat memainkan

peran sebagai orang yang menyampaikan pesan-pesan pembangunan dalam

dakwah-dakwahnya, baik secara lisan dan tindakan (bil hal, uswah hasanah).

Dengan berbagai peran yang potensial dimainkan oleh pesantren di atas,

dapat dikemukakan bahwa pesantren memiliki tingkat integritas yang tinggi

dengan masyarakat sekitarnya, sekaligus menjadi rujukan moral (reference of

morality) bagi kehidupan masyarakat umum. Fungsi-fungsi ini akan tetap

terpelihara dan efektif manakala para kiai pesantrten dapat menjadi

independensinya dari intervensi “pihak luar”.34

34
Ibid., h. 90-91.
105

Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalani oleh pesantren tidak

mengubah ciri pokoknya sebagai lembaga pendidikan dalam arti luas. Ciri inilah

yang menjadikan tetap dibutuhkan oleh masyarakat. Disebut dalam arti luas,

karena tidak semua pesantren menyelenggarakan madrasah, sekolah dan kursus

seperti yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan di luarnya. Keteraturan

pendidikan di dalamnya terbentuk karena pengajian yang bahannya diatur sesuai

urutan penjenjangan kitab. Penjenjangan ini diterapkan secara turun-temurun

membentuk tradisi kulikuler yang terlihat dari segi standar-standar isi, kualitas

pengajar dan santri lulusannya.35

35
Nafi, Praksis Pembelajaran Pesantren, h. 11.
106

BAB IV

RELASI ANTARA PARTAI POLITIK PPP DENGAN PONDOK

PESANTREN DARUTTAFSIR KABUPATEN BOGOR

A. Awal Terbentuknya Relasi

Berbicara masalah relasi atau hubungan kerjasama dapat di definisikan

bahwa relasi adalah hubungan, pertalian, perhubungan, kenalan, pelanggan.

Sedangkan filsafat mendefinisikan relasi adalah penjelasan saling adanya

hubungan pasti antara dua atau lebih obyek tertentu.36 Untuk memperjelas

pengertian dari relasi atau hubungan kerjasama ini penulis akan mengungkapkan

proses sejarah relasi atau hubungan kerjasama itu terjadi antara PPP dengan

Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor. Hal ini tidak lepas dari Islam dan

umatnya.

Berdasarkan hasil dari wawancara penulis dengan Ketua DPC PPP

kabupaten Bogor Drs. H Rachmat Yasin, MM. (Bupati terpilih kabupaten Bogor

periode 2008-2013), menyebutkan bahwasannya tidak ada catatan sejarah khusus

yang mencatat relasi atau hubungan kerjasama tersebut antara PPP dengan

Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor. Tapi fusi empat partai Islam

memang memberikan gambaran bagi umat Islam dan para tokoh Pondok

Pesantren Daruttafsir sudah ada terjadi relasi atau hubungan kerjasama antara

tokoh PPP sebagaimana lahirnya PPP tahun 1973 yang diikuti oleh fusi para tokoh

36
Marbun, Kamus Politik, Edisi Revisi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007), h. 419.
107

NU yang berada di Pondok Pesantren Daruttafsir yang bergabung kedalam PPP

kabupaten Bogor.37

Sedangkan hasil dari wawancara penulis dengan K.H. Nu’man Istichori

(Pimpinan Pondok Pesantren Daruttafsir), menjelaskan tentang relasi atau

hubungan kerjasama itu sudah ada antara pendiri Pondok Pesantren Daruttafsir

dengan tokoh-tokoh NU, dimana NU dulu merupakan partai politik, kemudian

NU memfusikan diri kedalam PPP, sedangkan Pondok Pesantren Darurttafsir

dilihat dari ikhtisar sejarah lahirnya memiliki tujuan sebagai wadah berhidmat

terhadap kewajiban setiap insan yang memberikan layanan pendidikan dan

pengajaran Islam secara optimal dan ideal sekaligus menjadi pelaku pembaharuan

dan kemajuan, menjembatani perbedaan-perbedaan paham piqiyah melalui

pendekatan keilmuan serta perbedaan paham politik dan lainnya, untuk

mewujudkan ukhuwah islamiyah secara harmonis.

Langsung atau tidak langsung telah terjadi kesamaan asas dan tujuan

antara PPP dengan Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor walaupun latar

belakang atau historis kedua lembaga ini jauh berbeda dengan adanya kesamaan

dasar maka terbentuklah relasi atau hubungan kerjasama yang harmonis antara

keduanya.38

Berdasarkan hasil dari wawancara penulis dengan Drs. H Rachmat Yasin,

MM. Bahwasannya landasan relasi atau hubungan kerjasama antara PPP dengan

Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor adalah landasan ideal yang sama-

sama memperjuangkan keumatan, sehingga tidak ada alasan-alasan dan

37
Wawancara Penulis dengan Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor (Bupati Terpilih
Kabupaten Bogor). Drs. H. Rachmat Yasin, MM.
38
Wawancara Penulis dengan Pimpinan Pondok Pesantren Daruttafsir. K.H. Nu’man
Istichori.
108

pertimbangan-pertimbangan material dalam hal relasi atau hubungan kerjasama

yang harmonis antara keduanya.

Untuk kepentingan relasi atau hubungan kerjasama antara PPP dengan

Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor, tidak sebatas kepentingan

pragmatis saja tetapi lebih mendekatkan kepada kepentingan umat. Sebab PPP dan

Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor sama-sama berajas Islam dan

didirikan oleh tokoh-tokoh Islam, para kiai dan berbasis umat Islam. Untuk itu

PPP dan Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor dapat saling mengisi dan

mengakomodasikan apa yang dibutuhkan umat Islam pada saat ini dan untuk masa

yang akan datang. Dengan terjadinya relasi atau hubungan kerjasama antara PPP

dengan Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor dengan tujuan sama-sama

mengusung kepentingan keagamaan. Akan tetapi dalam perjalanan relasi atau

hubungan kerjasama ini terjadi juga dinamika pasang surut relasi atau hubungan

kerjasama antara PPP dengan Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor baik

yang berkaitan dengan relasi politik atau relasi keagamaan.39

Berdasarkan hasil dari wawancara penulis dengan K.H. Nu’man Istichori

menjelaskan bahwa Pondok Pesantren Daruttafsir juga mengalami perubahan

dalam mengikuti perkembangan yang terjadi, artinya melakukan penyesuaian-

penyesuaian dengan keadaan yang ada diantaranya Pondok Pesantren Daruttafsir

memiliki kepentingan untuk berelasi atau berhubungan dengan partai politik,

karena memang dibutuhkan dan itu merupakan salah satu alat perjuangan.

Relasi politik ini tidak terlepas dari beberapa unsur yang berkaitan dengan

kepentingan. Ketika ada yang menjembatani kesamaan kepentingan atau

39
Wawancara Penulis dengan Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor (Bupati Terpilih
Kabupaten Bogor). Drs. H. Rachmat Yasin, MM.
109

akomodasi kepentingan, maka terjadilah suatu relasi atau hubungan kerjasama

melalui partai politik untuk berpolitik praktis dalam menyalurkan aspirasi umat

Islam.

K.H. Nu’man Istichori lebih mempertegas lagi penjelasannya tentang

relasi atau hubungan kerjasama ini yang menjelaskan bahwa pembinaan dan

pemahaman yang dilakukan di dalam Pondok Pesantren Daruttafsir ini bukan

hanya bergerak di bidang pendidikan saja, tapi ada juga diantaranya dakwah,

sosial kemasyarakatan dan sosial politik yang mencakup pencerahan politik yang

baik bagi masyarakat dalam membentuk mental politik jujur dan santun bagi

masyarakat merupakan bentuk dari akhlakulkarimah begitu juga bagi para

pengurus partai PPP harus ada pencerahan dalam partai, sehingga masyarakat

yang terlibat dalam politik praktis dapat memberikan nuansa akhlakulkarimah

supaya apa yang di perbuat dan dilakukan oleh PPP dan masyarakat yang ada di

dalamnya dapat berakhlakulkarimah. Disinilah kepentingan Pondok Pesantren

Daruttafsir untuk memberikan amal ma’ruf nahi munkar kepada PPP bukan saja

untuk pengurus, tapi PPP untuk umat Islam.40

Berdasarkan hasil dari wawancara penulis dengan Drs. Abdul Muiz

Istichori (Sekretaris Umum Pondok Pesantren Daruttafsir), bahwa terbentuknya

relasi atau hubungan kerjasama ini karena ikatan tali silaturahmi antara Pondok

Pessantren Daruttafsir dengan PPP kabupaten Bogor yang membutuhkan

masyarakat untuk berpolitik berakhlakulkarimah kepada tingkat-tingkat politik

yang berakhlak. Dengan demikian maka lahirlah kesamaan pemahaman tentang

perkembangan pendidikan, sosial ekonomi, sosial kemasyarakatan dan sosial

40
Wawancara Penulis dengan Pimpinan Pondok Pesantren Daruttafsir. K.H. Nu’man
Istichori.
110

politik. Dengan kesamaan paham ini Pondok Pesantren Daruttafsir dengan PPP

habupaten Bogor dapat memberikan jawaban-jawaban dan kebutuhan-kebutuhan

politik yang di inginkan oleh masyarakat yang berpihak kepada umat Islam.

Proses relasi atau hubungan kerjasama ini terjadi hanya sebatas individu

atau perorangan yang berada di dalam Pondok Pesantren Daruttafsir yang

bergabung dalam PPP dan orang-orang PPP yang berada di Pondok Pesantren

Daruttafsir yang relasi atau hubungan kerjasama ini sebatas personil atau individu

dengan individu, tidak secara kelembagaan. Artinya Pondok Pesantren Daruttafsir

sebagai institusi dan PPP sebagai lembaga politik yang di ikat oleh suatu aturan

atau perundang-undangan yang terkait dengan relasi atau hubungan kerjasama

kedua lembaga ini tidak ada.41

Berdasarkan hasil dari wawancara penulis dengan Bapak Suhadi Alduni

(Wakil DPC PPP KORWIL 4 Kabupaten Bogor) memperinci tentang relasi atau

hubungan kerjasama yang terjadi antara PPP dengan Pondok Pesantren Daruttafsir

kabupaten Bogor. Relasi ini terjadi karena PPP berideologi Islam, Pondok

Pesantren Daruttafsir berideologi Islam dengan ada kesamaan ideologi ini maka

wajar dan pantas untuk melakukan relasi atau hubungan kerjasama demi

kepentingan umat Islam. Selain itu Pondok Pesantren Daruttafsir dianggap

sesepuh oleh orang-orang PPP tapi bukan sesepuh partai PPP. Jadi mayoritas

keluarga Pondok Pesantren Daruttafsir itu orang-orang PPP seperti K.H.

Muhammad Basri Kadawung yang pernah menjadi anggota MPR RI dari PPP

pada tahun 1982 yang dianggap sesepuh PPP adalah kaka K.H. Muhammad

Istichori Abdurrahman sebagai pendiri sekaligus pimpinan Pondok Pesantren

41
Wawancara penulis dengan Sekretaris Umum Pondok Pesantren Daruttafsir. Drs. Abdul
Muiz Istichori.
111

Daruttafsir. Dari sinilah awal mulanya terbentuk relasi atau hubungan kerjasama

antara PPP dengan Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor.42

B. Tujuan dan Target yang Akan Dicapai Relasi

Secara konseptual tujuan dan manfaat relasi bisa diartikan sebagai usaha

konsisten secara emosional dan rasional, melakukan penyesuaian terhadap PPP

dan Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor agar masyarakat yakin bahwa

PPP dan Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor betul-betul menjelmakan

aspirasi masyarakat yang sebenarnya. Hal ini tidak saja terkait kepada personil,

melainkan juga manyangkut kultural dan simbolik antara PPP dan Pondok

Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor dengan masyarakat. Disini tingkat

kekerabatan personal dan kedua lembaga tersebut dapat dikenal dan diketahui

oleh masyarakat secara pasti yang menjadi tempat perlindungan dan pengaduan

bagi masyarakat. Hubungan ini berkaitan secara struktural, integrasi simbolik

terjadinya karena kesamaan agama, asal usul, etnik dan golongan.

Sebagaimana diketahui bahwa agama adalah sistim simbolik yang begitu

luas yang melahirkan simbol aliran pemikiran keagamaan tersendiri dengan tradisi

dan hubungan-hubungan sosial kemasyarakatan dan sosial politik, maka jika

secara individu ataupun kelembagaan di persepsikan merupakan bagian dari aliran

dan pemikiran tradisi tersebut. Hal yang sama berlaku untuk sistim budaya, kelas

sosial dan bahkan persamaan asal usul pendidikan dan sebagainya. Pada saat yang

sama relasi atau hubungan kerjasama ini berlangsung karena adanya inisiatif

diantara ke tiga belah pihak PPP, pondok pesantren dan masyarakat. Disini secara

42
Wawancara penulis dengan Wakil DPC PPP KORWIL 4 Kabupaten Bogor. Bapak
Suhadi Alduni. Bogor, tanggal 06 Juni 2009.
112

sadar dan sistematis pelaku relasi atau hubungan kerjasama berusaha

menyamakan presepsi, cara pandang dan tingkah laku relasi atau hubungan

kerjasama yang di strukturkan oleh tradisi yang hidup di tengah-tengah

masyarakat yang menjadi konstituennya.

Dalam konteks politik PPP di kabupaten Bogor, peranan seorang politisi

dan seorang kiai atau tokoh masyarakat baik itu partai politik PPP dan lembaga

Pondok Pesantren Daruttafsir mempunyai peranan yang sangat penting di tengah-

tengah masyarakat, begitu juga dengan relasi atau hubungan kerjasama ditandai

dengan adanya presepsi masyarakat dan melembagakan aspirasi masyarakat

dalam sistim dan struktur politik yang diakui oleh negara. Artinya, masyarakat

percaya bisa menemukan saluran yang tepat dan epektif. Untuk mewujudkan apa

yang di kehendaki masyarakat masuk kedalam kebijakan nasional baik yang

menguntungkan atau setidak-tidaknya tidak merugikan masyarakat.

Sebaliknya relasi atau hubungan kerjasama ini di tandai oleh presepsi PPP

dan Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor bahwa masyarakat bukan saja

memahami posisi atau kedudukan serta rumusan-rumusan, janji-janji yang

diberikan kepada masyarakat, melainkan bersedia melakukan relasi atau hubungan

kerja sama untuk mewujudkan kelembagaan aspirasi tersebut dalam kebijakan

nasional. Proses ini berlangsung secara timbal balik yang menciptakan sebuah

ruangan kepercayaan bersama antara PPP, Pondok Pesantren Daruttafsir dan

masyarakat. Relasi atau hubungan kerjasama dikalkulasikan menguntungkan

ketigabelah pihak.

Sebagaimana telah di paparkan diatas tidak bisa disangkal lagi bahwa

kelahiran, keberadaan, maupun kelanjutan eksistensi relasi atau hubungan


113

kerjasama tersebut merupakan suatu jaringan atau sistem sebuah komunitas

tertentu yang mayoritas dari kalangan yang sama.43

Menurut K.H. Nu’man Istichori target-target yang akan dicapai baik itu

internal ataupun eksternal Pondok Pesantren Daruttafsir adalah diantaranya target

internal yaitu untuk mendidik orang-orang pondok bagaimana cara berpolitik yang

baik. Kemudian target eksternalnya adalah bagaimana masyarakat kabupaten

Bogor secara keseluruhan baik, karena orang yang di jagokannya baik.

Pencitraan yang baik, baik itu secara agama ataupun moral hal ini yang

paling pokok dilakukan oleh orang-orang pesantren bukan oleh Pondok Pesantren

Daruttafsir tentang pigur yang di jagokannya sebagaimana pigur Drs. H Rachmat

Yasin, MM. yang terpilih dalam pilkada sebagai bupati kabupaten Bogor.44

Sebenarnya dari proses pilkada relasi atau hubungan kerjasama itu bukan

dengan PPP tapi dengan pigur Drs. H Rachmat Yasin, MM. kebetulan dia dari

kalangan santri, dengan latar belakangnya sama dengan kita yaitu pesantren.45

C. Bentuk dan Sarana Relasi

Pondok Pesantren Daruttafsir kedepan tampaknya berpeluang untuk terus

bergulat dengan politik, oleh karena itu perlu model politik santun yaitu berpolitik

kualitas tinggi (high politics) yang memiliki tiga ciri, yaitu Pertama, setiap jabatan

pada hakikatnya berupa amanah dari masyarakat yang harus dipelihara sebaik-

baiknya. Kekuasaan betapapun kecilnya, harus dimanfaatkan untuk membangun

43
Wawancara Penulis dengan Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor (Bupati Terpilih
Kabupaten Bogor). Drs. H. Rachmat Yasin, MM.
44
Wawancara Penulis dengan Pimpinan Pondok Pesantren Daruttafsir. K.H. Nu’man
Istichori.
45
Wawancara Penulis dengan Seretaris Umum Pondok Pesantren Daruttafsir. Drs. Abdul
Muiz Istichori.
114

kesejahteraan bersama. Kedua, setiap jabatan politik mengandung dalam dirinya

pertanggung jawaban, tanggung jawab dihadapan Allah. Ketiga, kegiatan politik

harus dikaitkan secara ketat dengan prinsip ukhuwah, yaitu persaudaraan antar

sesama umat manusia, menghindari gaya politik konfrontatif yang penuh dengan

konflik dan melihat pihak lain sebagai pihak yang harus dieliminasi.

Bila Pondok Pesantren Daruttafsir dapat melakukan ciri tersebut diatas

disaat berpolitik, maka bagi masyarakat yang sehat mentalnya akan medukung

dan tentunya tidak asing lagi bagi Pondok Pesantren Daruttafsir. Mengingat

substansi yang ada dalam ajaran Pondok Pesantren Daruttafsir sudah layak

memunculkan peran politiknya dalam tataran nasional, mengingat bahwa Pondok

Pesantren Daruttafsir sarat dengan nilai-nilai moral selama belum terkontaminasi

oleh budaya Barat.46

PPP yakin bahwa masyarakat kabupaten Bogor yang berkualitas adalah

masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Tegasnya,

masyarakat yang beragama dan taat melaksanakan ajaran agamanya dalam

berbagai aspek kehidupan secara kaafah (akidah, syari’ah, akhlaq al karimah).

PPP berusaha menggalakkan pendidikan, pengajaran dan penerangan

agama serta mendorong agar negara dan masyarakat dapat meningkatkan

pengadaan dan kualitas guru-guru agama dan pembangunan lembaga-lembaga

keagamaan termasuk peningkatan kualitas Pondok Pesantren Daruttafsir.47

Karena Pondok Pesantren Daruttafsir dibangun atas dasar kelembagaan

yang dikatakan dengan sistem pengajarannya menjadi lima kategori: 1) Pesantren

46
Wawancara Penulis dengan Pimpinan Pondok Pesantren Daruttafsir. K.H. Nu’man
Istichori.
47
Wawancara Penulis dengan Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor (Bupati Terpilih
Kabupaten Bogor). Drs. H. Rachmat Yasin, MM.
115

menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal dengan menerapkan

kurikulum nasional. 2) Pesantren menyelenggarakan pendidikan keagamaan

dalam bentuk madrasah dan pelatihan-pelatihan untuk mengajarkan ilmu-ilmu

umum dan menerapkan kurikulum nasional. 3) Pesantren tidak hanya

mengajarkan ilmu-ilmu agama, tapi juga ilmu-ilmu umum dalam bentuk madrasah

diniyah. 4) Pesantren bukan hanya sekedar menjadi tempat pengajian (majlis

ta’lim), tapi bisa juga untuk mempelajari ilmu-ilmu umum. 5) Pesantren bukan

hanya untuk asrama anak-anak belajar sekolah umum saja, tapi juga bisa untuk

umum.

Tidak seperti pandangan masyarakat pada umumnya yang menilai asing di

lingkungan sendiri, Pondok Pesantren Daruttafsir ternyata lebih populer dan peka

terhadap program-program pembangunan pemerintah maupun masalah-masalah

sosial yang menjadi sasaran konsentrasi masyarakat. Program pembangunan yang

terkait dengan hukum syara secara langsung mungkin tidak akan berjalan lancar

bila tidak didukung Pondok Pesantren Daruttafsir. Program Keluarga Berencana

sebagai misal, baru dapat diterima kaum santri setelah kiai-kiai Pondok Pesantren

Daruttafsir memiliki peranan. Maka nasihat-nasihat kiai jauh lebih ditaati daripada

anjuran-anjuran pemerintah.

Maka dalam masalah tentunya Pondok Pesantren Daruttafsir berperan

sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam menyukseskan program-program

pembangunan. Melihat dari kedua sisi ini, antaran Pondok Pesantren Daruttafsir

dengan PPP ada kesamaan asas dan tujuan ini merupakan tahap awal untuk
116

melakukan relasi atau hubungan kerjasama untuk saling memperkuat dan saling

mendukung satu sama lain.48

D. Hasil yang Dicapai dari Relasi

Kesuksesan pilkada dengan terpilihnya Drs. H Rachmat Yasin, MM.

merupakan salah satu keberhasilan yang di capai oleh Pondok Pesantren

Daruttafsir untuk memiliki pimpinan yang sesuai dengan apa yang di inginkan

Pondok Pesantren Daruttafsir dan masyarakat. Dengan demikian Pondok

Pesantren Daruttafsir akan banyak memberikan warna terhadap kebijakan-

kebijakan yang di dukung dalam hal ini bupati. Jadi kita memberikan warna, kalau

sekarang ada NOBAT (Nonghol Babat) itu karena dari kita, itu keuntungan umat.

Karena kita berpolitik untuk umat dan kita tidak hanya sekedar memberikan

aspirasi, kalau hanya seperti itu kita rugi. Jadi target kita yaitu dapat memberikan

warna.

Sikap saya memberikan amar ma’rup. Jika sudah terjadi relasi atau

hubungan kerjasama, apapun yang disampaikan dari hasil relasi atau hubungan

kerjasama itu akan baik, berbeda lagi kalau bukan dengan relasi atau hubungan

kerjasama baik pun dikatakan tidak baik. Jadi kalau kita sudah membentuk relasi

atau hubungan kerjasama itu kita bisa memberikan amar ma’ruf nahi munkar, itu

yang paling pokok.49

Pimpinan Pondok Pesantren Datuttafsir (dalam hal ini K. H. Nu’man

Istichori) adalah Ketua Forum Silaturrahmi dan Pengajian Kabupaten Bogor yang

48
Wawancara Penulis dengan Pimpinan Pondok Pesantren Daruttafsir. K.H. Nu’man
Istichori.
49
Wawancara Penulis dengan Pimpinan Pondok Pesantren Daruttafsir. K.H. Nu’man
Istichori.
117

menjadi pendukung Drs. H. Rachmat Yasin, MM. sebagai calon bupati Bogor

dalam pilkada kabupaten Bogor 2008.. Sebagai Ketua Forum yang mendukung

Drs. H. Rachmat Yasin, MM. maka pimpinan Pondok Pesantren Daruttafsir telah

mengambil peran dalam memobilisasi dan menggalang tokoh-tokoh forum beserta

komunitas podok pesantren yang berada dalam jaringan forum untuk mendukung

Drs. H. Rachmat Yasin, MM. dalam pilkada 2008.

E. Peran PPP dan Pondok Pesantren Daruttafsir Dalam Pilkada Kabupaten

Bogor

Menurut Drs. H Rachmat Yasin, MM. bahwa di dalam persiapan kerangka

pelaksanaan pilkada yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah tingkat II

kabupaten Bogor tidak ada satupun yang menunjukkan adanya perjanjian tertulis

atau lisan yang berkaitan tentang relasi atau hubungan kerjasama antara keduanya

dan tidak ada juga yang menyebutkan tentang bagaimana relasi atau hubungan

kerjasama itu terjadi antara keduanya karena secara formal organisatoris tidak ada

hubungan antara keduanya, maka yang namanya tim perumus belum pernah

dikenal dalam sejarah hubungan kedua belah pihak.

Meskipun demikian, relasi atau hubungan kerjasama antara pimpinan

Pondok Pesantren Daruttafsir yaitu K.H. Istichori Abdurrahman yang memiliki

hubungan keluarga dengan tokoh besar PPP di kabupaten Bogor, yaitu K.H.

Hasan Basri Kedawung diperkirakan merupakan ”desainer” relasi atau hubungan

kerjasama antara PPP dengan Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten Bogor.

Sehingga relasi atau hubungan kerjasama tersebut terjalin dengan

sendirinya yang relasi atau hubungan kerjasama tersebut diperkuat oleh perantara
118

(mediasi) para alumni Pondok Pesantren Daruttafsir yang terlibat atau aktif di

dalam PPP.

Maka personal PPP dan personal Pondok Pesantren Daruttafsir kabupaten

Bogor saling mengisi dalam pelaksanaan pilkada yang di posisikan sebagai mitra.

Gerakan politik harus dimaknai sebagai perjuangan bersama. Kesuksesan dan

kegagalan adalah kesuksesan dan kegagalan bersama. Demikian juga halnya

dengan pilkada.

PPP sebagai partai pengusung utama Drs. H Rachmat Yasin, MM. tetap

memandang Pondok Pesantren Daruttafsir sebagai mitra dalam pembangunan

keumatan. Segala sesuatu yang berorientasi bagi kesejahteraan umat tetap menjadi

concern PPP untuk mendukungnya. Sebagaimana dukungan itu tetap diberikan

kepada komunitas yang lain dalam peningkatan kesejahteraan umat.

Inilah alat yang menyatakan bahwa relasi atau hubungan kerjasama itu

terjadi antara keduanya yang berkaitan dengan pilkada, sedangkan target-target

yang akan di capai oleh PPP adalah terpilihnya Drs. H Rachmat Yasin, MM.

dalam pilkada sebagai bupati kabupaten Bogor. Keuntungannya yang diperoleh

diantaranya adalah adanya aliansi strategis dalam pengembangan kesejahteraan

umat.

Dalam hal ini tidak ada pihak yang dirugikan atas terjalinnya relasi atau

hubungan silaturahmi dan aliansi strategis antara kedua belah pihak.50

50
Wawancara Penulis dengan Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor (Bupati Terpilih
Kabupaten Bogor). Drs. H. Rachmat Yasin, MM.
119

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Melalui pembahasan tentang relasi partai politik dan pondok pesantren,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bentuk relasi antara partai politik dan pondok pesantren dikarenakan:

Adanya kesamaan idiologi yaitu sama-sama beridiologi Islam. Relasi yang

terjadi antara partai politik dan pondok pesantren bukan terjadi antara

partai PPP dengan pondok pesantren Daruttafsir, namun relasi yang terjadi

adalah hubungan individu dengan individu antara Drs. H. Rachmat Yasin,

MM. dengan K.H. Nu’man Istichori.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi relasi antara partai politik dengan

pondok pesantren antara lain: Adanya kepentingan, relasi atau hubungan

tidak lepas dari beberapa unsur keterkaitan kepentingan, ketika ada yang

menjembatani kesamaan kepentingan atau akomodasi kepentingan maka

akan dengan mudah terjadinya relasi atau hubungan. Itulah yang terjadi

antara Drs. H. Rachmat Yasin, MM. dengan K.H. Nu’man Istichori. Ada

juga Pencerahan politik yang baik bagi masyarakat dalam membentuk

mental berpolitik yang baik dan santun bagi masyarakat itu merupakan

wujud dari akhlakulkarimah, begitu juga bagi para pengurus partai harus

ada pencerahan dalam partai sehingga masyarakat yang terlibat di dalam

politik praktis dapat memberikan nuansa bagi penganut partai

berakhlakulkarimah, supaya apa yang di perbuat oleh masyarakat dapat


120

berakhlakulkarimah. Maka kepentingan pondok pesantren Daruttafsir di

dalam partai untuk memberikan amal ma’ruf nahi munkar, jadi partai

bukan hanya untuk pengurus partai tapi partai untuk umat.

3. Dampak dari relasi partai PPP dengan pondok pesantren Daruttafsir:

Relasi atau hubungan PPP dengan pondok pesantren Daruttafsir

berdampak positif terhadap upaya penyuksesan Drs. H. Rachmat Yasin,

MM. sebagai Bupati Bogor. Salah satu keuntungan yang diperoleh PPP

adalah dimilikinya aliansi strategis dalam pengembangan kesejahteraan

umat. Agar dapat mendidik orang-orang pondok untuk tau bagaimana cara

berpolitik yang baik. Dapat memberikan warna terhadap kebijakan-

kebijakan yang di dukung, dalam hal ini kebijakan Bupati.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis, bahwasannya relasi antara Drs. H.

Rachmat Yasin, MM. dengan K.H. Nu’man Istichori bisa dikatakan relasi atau

hubungan yang sukses, karena hasil dari relasi tersebut dapat membantu Drs. H.

Rachmat Yasin, MM. menjadi bupati terpilih periode 2009-2013. penulis

menyarankan kepada mahasiswa dan pihak akademisi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta agar berperan aktif dalam mensosialisasikan kepada seluruh lapisan

masyarakat bahwa kita sebagai masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk

berpartisipasi dalam kehidupan berpolitik termasuk dalam memilih kepala daerah

baik pusat atau daerah. Baik buruknya seorang kepala daerah masyarakatlah yang

menentukan. Maka pilihlah orang-orang yang amanah dan berakhlakulkarimah,

sehingga sesuai dengan apa yang di harapkan.


121

DAFTAR PUSTAKA

Ardiana, “Peran Partai Politik,” artikel diakses pada 23 Juni 2008 dari
http://ardiana0781.blogspot.com/2008/06/23/revitalisasi-peran-partai-
politik.html

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama, 2008.

Habibullah Asy’ari, Zubaidi. Moralitas Pendidikan Pesantren. Yogyakarta:


Lembaga Kajian dan Pembangunan Sumber Daya Manusia (LKPSM),
1996.

Hadianto, Pandji R. “Tujuan Partai Politik,” artikel diakses pada 23 Juni 2008 dari
http://www.jakarta45.wordpress.com/2008/06/23/tujuan-partai-politik-uu-
no-2008

Marbun. Kamus Politik, Edisi Revisi 2007 Diperbaharui dan Dilengkapi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2007.

Mastuki, Dkk. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka, 2005.

Muiz Istichori, Abdul. Propil Pondok Pesantren Daruttafsir. Bogor: Daruttafsir


Press, 2002.

Nafi, Dian, Dkk. Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: Instite for


Training and Development (ITD), Forum Pesantren, Yayasan Selasih,
2007.

Qomar, Mujamil. Pesantren Dari Transpormasi Metodologi Menuju Demokrasi


Institusi. Jakarta: Erlangga, 2005.

Syukri Zarkasih, Abdul. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren.


Jakarta: Rajawali Pers, 2005.

Tim Litbang Kompas. Partai-Partai Politik Indonesia, Idiologi dan Program


2004-2009. Jakarta: Kompas, 2004.

Wahid Zaini, Abdul. Moralitas Pendidikan Pesantren. Yogyakarta: Lembaga


Kajian dan Pembangunan Sumber Daya Manusia, 1996.

Wawancara Pribadi dengan Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor. Bupati Bogor Drs.
H. Rachmat Yasin, MM. Bogor, tanggal 29 Juni 2009.

Wawancara Pribadi dengan Pimpinan Pondok Pesantren Daruttafsir K.H. Nu’man


Istichori. Bogor, tanggal 08 Juni 2009.
122

Wawancara Pribadi dengan Sekretaris Umum Pondok Pesantren Daruttafsir Drs.


Abdul Muiz Istichori. Bogor, 12 Juni 2009.

Wawancara Pribadi dengan Wakil DPC PPP KORWIL 4 Kabupaten Bogor Bapak
Suhadi Alduni. Bogor, 06 Juni 2009.
123

Anda mungkin juga menyukai