Oleh:
AHMAD NAWAWI
NIM: 10.30.33.22.77.77
pada tanggal 26 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pemikiran
Politik Islam.
Sidang Munaqasyah
Anggota
Penguji I Penguji II
Pembimbing skripsi
Perempuan sering kali dipandang sebagai mahluk kelas dua yang lebih
mengedepankan perasaan, sehingga keikutsertaannya dalam dunia politik
diprediksi akan sangat buruk prestasiya. Namun demikian, feminisme semakin
menyadarkan akan pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam
setiap aspek kehidupan, termasuk dalam aspek perpolitikan. Kesadaran itu
kemudian menjadi semangat yang mendorong perempuan untuk turut tampil dan
mengatur pemeritahan. Tampilnya perempuan di muka umum, dalam dunia
politik, menunjukkan adanya geliat partisipasi politik perempuan. Gejala yang
memperlihatkan kemampuan perempuan dalam menekan perasaan dan bersikap
profesional dalam menyusun program kepemerintahan.
Dalam penelitian ini, penulis akan membahas (1) Bagaimana partisipasi
politik perempuan dalam kepemerintahan Kabupaten Karanganyar, (2) Bagaimana
isu gender mempengaruhi strategi politik yang dibuat oleh Bupati Karanganyar.
Hasil Kajian ini adalah perempuan di era globalisasi seperti saat ini telah memiliki
peluang untuk tampil dalam perpolitikan. Sebagai konkretisasi penyetaraan
gender, perempuan bahkan dapat memegag peranan penting dalam sebuah
kepemerintahan. Hal itu sebagaimana yang tercermin dari kepemimpinan Hj. Rina
Iriani Ratnaningsih, S.Pd., M.Hum., dalam pemerintahan kabupaten Karanganyar.
Tujuan dipilihnya judul penelitian tentang partisipasi Politik Perempuan
yang mengambil Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar ini adalah ingin
mengetahui realisasi dari sebuah argumentasi, bahwa sosok perempuan lemah
dalam memimpin atau terlibat langsung dalam dunia politik, sekaligus berapa
besarkan tingkat partisipasi politik semenjak terpilihnya Bupati Karanganyar.
Sedangkan metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metodoloogi penelitian dengan menggunakan tipe kualitatif, sehingga akan
dihasilkan data-data deskriptif, yang menggambarkan dengan masalah yang
sedang diteliti.
Sebagai seorang bupati perempuan, Rina merepresentasikan kemampuan
perempuan dalam mengambil kebijakan kepemerintahan. Lewat program-
programnya (yang meskipun masih terasa pengaruh gender dalam pemilihan
namanya), Rina mencoba menunjukkan eksistensi perempuan dalam dunia publik.
Dengan demikian, kesetaraan kewargaan di Indonesia semoga semakin terealisasi
dengan baik.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar sarjana Strata
Satu (S1) diperguruan tinggi termasuk Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi.
Tersusunnya skripsi ini, tentunya tidak luput dari bantuan berbagai pihak.
M.Fils.
3. Sekretaris Jurusan Pemikiran Politik Islam, Ibu Wiwi Siti Sajaroh, MA.
bantuannya.
7. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak Marsan dan Ibu Hj. Siti Maimunah
atas segala do’a dan kasih sayang serta jasanya. Semoga do’a dan jasa
yach….!”
10. Untuk yang telah mengisi hatiku saat suka maupun duka, Imas Uliah
tercinta. Semoga Allah SWT selalu meridho’i jalinan kasih kita. Amiiiiin!.
yang turut memberikan dorongan dan dukungan yang namanya tidak bisa
disebutkan satu persatu (terimaksih banyak Bapak dan Ibuu untuk semua
data-datanya) semoga Kabupaten Karanganyar selalu Prima dan konsisten
yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda, dan
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
Penulis
Ahmad Nawawi
.
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ........................................................................................... vi
A. Kesimpulan ................................................................ 63
B. Saran .......................................................................... 66
LAMPIRAN
ABSTRAK
Perempuan sering kali dipandang sebagai mahluk kelas dua yang lebih
mengedepankan perasaan, sehingga keikutsertaannya dalam dunia politik
diprediksi akan sangat buruk prestasiya. Namun demikian, feminisme semakin
menyadarkan akan pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam
setiap aspek kehidupan, termasuk dalam aspek perpolitikan. Kesadaran itu
kemudian menjadi semangat yang mendorong perempuan untuk turut tampil dan
mengatur pemeritahan. Tampilnya perempuan di muka umum, dalam dunia
politik, menunjukkan adanya geliat partisipasi politik perempuan. Gejala yang
memperlihatkan kemampuan perempuan dalam menekan perasaan dan bersikap
profesional dalam menyusun program kepemerintahan.
Dalam penelitian ini, penulis akan membahas (1) Bagaimana partisipasi
politik perempuan dalam kepemerintahan Kabupaten Karanganyar, (2) Bagaimana
isu gender mempengaruhi strategi politik yang dibuat oleh Bupati Karanganyar.
Hasil Kajian ini adalah perempuan di era globalisasi seperti saat ini telah memiliki
peluang untuk tampil dalam perpolitikan. Sebagai konkretisasi penyetaraan
gender, perempuan bahkan dapat memegag peranan penting dalam sebuah
kepemerintahan. Hal itu sebagaimana yang tercermin dari kepemimpinan Hj. Rina
Iriani Ratnaningsih, S.Pd., M.Hum., dalam pemerintahan kabupaten Karanganyar.
Tujuan dipilihnya judul penelitian tentang partisipasi Politik Perempuan
yang mengambil Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar ini adalah ingin
mengetahui realisasi dari sebuah argumentasi, bahwa sosok perempuan lemah
dalam memimpin atau terlibat langsung dalam dunia politik, sekaligus berapa
besarkan tingkat partisipasi politik semenjak terpilihnya Bupati Karanganyar.
Sedangkan metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metodoloogi penelitian dengan menggunakan tipe kualitatif, sehingga akan
dihasilkan data-data deskriptif, yang menggambarkan dengan masalah yang
sedang diteliti.
Sebagai seorang bupati perempuan, Rina merepresentasikan kemampuan
perempuan dalam mengambil kebijakan kepemerintahan. Lewat program-
programnya (yang meskipun masih terasa pengaruh gender dalam pemilihan
namanya), Rina mencoba menunjukkan eksistensi perempuan dalam dunia publik.
Dengan demikian, kesetaraan kewargaan di Indonesia semoga semakin terealisasi
dengan baik.
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ........................................................................................... v
C. Kesimpulan ................................................................ 62
D. Saran .......................................................................... 65
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Selama ini, perempuan yang berperan dalam politik sangat kecil, sehingga
menentukan arah kebijakan selalu terbungkam dan kalah oleh dominasi kekuasaan
yang tak berdaya dalam menguasai sesuatu, termasuk dalam hal berpolitik. Hal
dan perempuan. Hal tersebut sebenarnya bukan tanpa dasar, karena secara formal
perempuan untuk turut tampil dalam ranah politik semakin meningkat. Saat itu
politik sudah mulai terdengar gaungnya. Sampai akhirnya di pemilu 2004, isu
tersebut terealisasi meskipun hanya sebatas penetapan kuota 30% atas perempuan
bidang politik selama ini terkesan hanya memainkan peran sekunder setelah laki-
peran yang beraneka ragam. Wilayah politik yang mampu dimainkan masih
sebatas wacana dalam diskusi dan pelatihan. Akan tetapi dalam pergumulan
politik, sebenarnya perempuan bisa menembus apa saja dengan kualitas yang
1
Joni Lovenduski, Politik Berparas Perempuan, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), h. 32
dimilikinya. Ia mampu menjadi pemimpin dari tingkat kepala desa sampai
presiden dan wilayah publik yang signifikan. Hal yang demikian, sebagaimana
direpresentasikan oleh Hj. Rina Iriani Ratnaningsih, S.Pd., M.Hum. sebagai bupati
Kabupaten Karanganyar.
pencapaian yang lebih dari sekedar peran sekunder yang selama ini dibayangkan
Harus diakui peranan perempuan dalam dunia politik, sedikit banyak tentu
masih dipengaruhi oleh keperempuanan yang melekat dalam dirinya. Akan tetapi,
terkadang dapat menjadi sebuah keunggulan, tentunya jika kondisi itu disikapi
DESISERA.
Berkenaan dengan hal-hal di atas maka penulis mencoba untuk mengkaji
partisipasi politik yang telah dilakukan oleh Hj. Rina Iriani Ratnaningsih, S.Pd.,
penulisan skripsi ini dengan judul “Partisipasi Politik Perempuan: Studi Kasus
Kabupaten Karanganyar?
M.Hum.)?
C. Tujuan Penelitian
analisis ini diharapkan dapat menjadi sebuah alat ukur dalam memandang sepak
reformasi.
Tujuan teoretis dalam penelitian ini adalah untuk memgembangkan dan
partisipasi politik perempuan Indonesia saat ini termasuk saat menjadi pemimpin,
Adapun tujuan praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar
masyarakat dapat lebih membuka diri dalam hal keterlibatan perempuan dalam
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bukti bahwa
D. Metode Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah tipe kualitatif.
menjabarkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, dalam
Analisis secara harfiah berarti uraian, namun dalam hal ini analisis berarti
suatu bahasan dengan cara mengolah data, memberikan interpretasi terhadap data-
data yang terkumpul dan tersusun. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu suatu pembahasan yang bertujuan
untuk membuat gambaran terhadap data-data yang telah terkumpul dan tersusun
Kabupaten Karanganyar.
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 206.
3
Masri Singarinbun dan Sofian Effendi (ed), Metode Peneletian Survei, (Jakarta : LP3ES,
1989), h. 63.
E. Sistematika Penulisan
perempuan dalam ranah politik dapat dilihat pergerakan yang dilakukan oleh
Peran serta masyarakat merupakan kata lain dari istilah standar dalam ilmu
politik, yaitu partisipasi politik. Dalam ilmu politik partisipasi diartikan sebagai
upaya warga masyarakat baik secara individual maupun kelompok, untuk ikut
individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta
4
Afan Gaffar,”Merangsang Partisipasi Politik Rakyat”, dalam Syarofin Arba (editor),
Demitologi Politik Indonesia: Mengusung Elitisme Dalam Orde Baru (Jakarta : Pustaka
Cidesindo, 1998), h. 240
5
Arifin Rahman, Sistem Politik Indonesia Dalam Persoektif Struktural Fungsional
(Surabaya : Penerbit SIC, 2002), h. 240
Menurut Huntington, partisipasi politik hanya sebagai kegiatan warga negara
Dengan partisipasi politik kita mengacu pada semua aktivitas yang sah oleh semua
dimana individu dalam melakukan kegiatannya atas dasar inisiatif dan keinginan
sendiri. Hal ini boleh jadi atas dasar rasa tanggungjawabnya dalam kehidupan
dilakukan bukan karena kehendak individu yang bersangkutan, akan tetapi karena
diminta atau digerakkan oleh orang lain dan buka dipaksa oleh kelompoknya.
Partisipasi dalam bentuk yang terakhir ini adalah partisipasi yang digerakkan atau
6
Samuel P. Huntington dan John M. Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang,
(Jakarta : Rineka Cipta, 1990), h. 6
7
Arifin Rahman, Sistem Politik Indonesia, h. 129
8
Afan Gaffar, Merangsang Partisipasi Politik Rakyat, h. 241
Setidaknya ada lima hal yang menyebabkan timbulnya gerakan kearah
partisipasi lebih luas dalam proses politik, seperti yang disampaikan Myron
Weiner, yaitu :
komunikasi massa.
kelas baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama proses
nasional, selama ini selalu mengalami dinamika dan konstelasi yang tidak dapat
difahami oleh kaum laki-laki yang selalu memiliki persepsi bahwa perempuan
adalah makhluk yang diciptakan dengan memiliki kodrat dan naluri lemah serta
terlalu halus. Sehingga kemungkinan untuk dapat terlibat secara langsung dan
Jika menilik perjalanan sejarah dan dikaitkan dengan peran serta aktifitas
seorang tokoh kenamaan asal Jepara R.A Kartini yang telah mengawali bahwa
dengan posisi kaum laki-laki dalam berbagai ruang lingkup serta dimensi
yang sangat berharga terutama dalam hal partisipasi publik didalam pemerintahan.
9
Ibid., h. 130-131
Tahun 2004, sehingga keberadaan masyarakat dalam berpartisipasi dalam dunia
pemerintahan semakin terbuka. Begitu pula kondisi kaum perempuan yang semula
permukaan, hingga sampai pada obsesi untuk meraih kekuasan, baik dalam posisi
pemikiran maupun tingkah laku seseorang, dengan cara menggunakan hak dan
merujuk pada potensi, dedikasi tinggi, serta profesionalisme baik dalam hal
teoritis, praktis dan manajemen. Sedangkan wewenang merujuk pada hak. Dengan
yang berpihak pada gen yang sama yakni kaum perempuan, semua itu sangat
ditentukan oleh seberapa besar dan kuat keterlibatan mereka pada posisi-posisi
seberapa besar potensi yang dimiliki oleh perempuan untuk mempengaruhi orang
lain bahkan gen yang nantinya disesuaikan dengan posisi sistem maupun siklus
keberadaannya dalam sebuah sistem sosial, politik, agama serta budaya, dan
semuanya itu tergantung pada seberapa besar kekuasaan yang dimilikinya untuk
kehendaknya.10
10
Riane Elean, Perempuan dan Kekuasaan, artikel diakses pada tanggal 13 Agustus 2008,
dari http://www.parliament.net.ac.id/pdffile/perempuandankekuasaan _index.php?action=view.
Merujuk pada beberapa penelitian tentang keterwakilan perempuan yang
memiliki kadar yang cukup tinggi didalam struktur pemerintahan baik dilegislatif
kebijakan yang lebih responsif terhadap pemenuhan sumber daya dan hak-hak
perempuan yang belum terpenuhi. Dengan demikian, jika daya tanggap kaum
dapat mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan, bisa jadi posisi
perempuan yang lainnya akan terdapat kesulitan untuk meraih berbagai kebijakan
Selama masih ada pemetaan posisi perempuan dalam hal dimensi kehidupan,
baik dalam pembagian kerja yang diseuaikan dengan jenis kelamin, sehingga
sebagai pihak yang mendominasi kekuasaan, merupakan dua hal yang dinilai
berimbang. Sebab terjadinya pembedaan posisi kerja antara kaum perempuan dan
kaum laki-laki dalam pembagian ruang kerja, semua itu terjadi bisa saja
11
Samuel P. Huntington dan John M. Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang,, h.
63
disebabkan oleh sistem budaya masyarakat yang cenderung patriarkat, sehingga
rendahnya tingkat pendidikan, atau bisa juga dilema seperti ini diakibatkan oleh
dengan cara terjun langsung ke dunia politik praktis kian melemah. Namun satu
hal yang pasti, jika kaum perempuan mampu memanajemen posisinya untuk
mendapatkan porsi kekuasaan sederajat dengan porsi yang dimiliki oleh kaum
laki-laki, maka tidak akan menjadi sesuatu yang mustahil posisi dan kemudahan
hidup perempuan dalam memenuhi kebutuhan, hak yang pada akhirnya mampu
kekuasaan.
muncul kesadaran bahwa porsi kekuasaan yang diperoleh turut menentukan posisi
tawar perempuan dalam suatu sistem sosial, beriringan dengan hal tersebut akan
kekuasaan. Namun, yang paling umum kekuasaan tertinggi berada pada negara.
Jika ingin mencapai posisi yang menjanjikan dalam meraih kekusaan posisi tawar
perempuan harus bisa merambah sampai pada ranah tersebut, dengan tujuan untuk
mendapatkan posisi tawar yang kuat dan akhirnya dapat menghasilkan pengaruh
ruang publik; dimana komitmen partai politik yang belum sensitif gender
kendala nilai-nilai budaya dan interpretasi ajaran agama yang bias gender dan bias
nilai-nilai patriarkhi, dan animo para perempuan untuk terjun dalam kancah
politik rendah; merupakan inti pokok permasalahan yang dihadapi saaat ini. Akan
tetapi, animo kaum perempuan untuk terjun secara praktis dalam ranah politik
kepada draft instrumen internasional mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) juga
Penduduk Indonesia yang berada pada kisaran 211 juta lebih, dengan prediksi
populasi kaum perempuan berkisar 50, 2 %. Akan tetapi, hasil dari Pemilu 2004
yang dinilai paling demokratis selama ini, tetap saja tidak mampu mengubah
publik pada tiga lembaga formal negara: legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Khusus di legislatif, pada porsi lembaga DPR-RI, perempuan caleg yang harus
12
Mujibur Rahman Khairul Muluk, Menggugat Partisipasi Publik dalam Pemerintahan
Daerah (Sebuah Kajian dengan Pendekatan Berpikir Sistem), Malang : Bayumedia publishing,
2007), h. 79
melebihi kuota 30% namun yang berhasil melenggang ke kursi parlemen hanya
11% dari jumlah populasi kaum perempuan yang ada di Indonesia, dan calon
8%. Bahkan di tingkat DPRD Kabupaten/Kota, hasil perolehan lebih rendah lagi
UUD 1945 dan dicetuskannya suatu term emansipasi wanita dan persamaan
gender dalam dunia politik maupun dalam dunia kerja, yang selama ini selalau
menganggap bahwa perempuan merupakan kaum yang selalu berada pada level
terbawah atas dominasi kaum laki-laki. Dalam hal ini kaum perempuan posisinya
lebih pantas hanya sebagai seorang ibu rumah tangga, pengasuh bagi anak-
cukup keras seperti didunia pemerintahan, bisnis sampai pada arena politik itu
Terjadinya fenomena seperti ini, ternyata ada argumenyasi yang cukup kuat
yang telh menempatkan posisi perempuan sebagai makhluk yang kurang begitu
13
Mujibur Rahman Khairul Muluk, h. 123-127
kejantanan, dan kekerasan. Kini, sudah saatnya mempromosikan kekuasaan
maskulinitas dan feminitas yang dapat dicapai oleh keduanya: antara kaum laki-
perempan, perempuan dapat menjadi politisi yang handal. Politisi yang tidak akan
menyakiti lawan politiknya, apa pun alasannya. Politisi yang tidak akan
politisi perempuan dapat mengasah sisi keibuannya yang selalu tanggap terhadap
kemandirian politik masih sangat panjang, tetapi perempuan tidak boleh apatis
dan bersikap skeptis. Selanjutnya apa yang mesti dilakukan menjelang pemilu
legislatif, ada beberapa solusi yang mungkin dianggap efektif untuk menjawab
elemen, tentu perjuangan menuju sukses selalu membutuhkan strategi yang handal
dan solidaritas yang kuat. Kedua, kelompok perempuan harus berani mendorong
14
The Liang Gie, Sejarah Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jilid I (Jakarta :
Gunung Agung, 1968), h. 12
perempuan dan laki-laki dalam seluruh aspek kehidupan. Ketiga, kelompok
yang pasti penafsiran agama yang rahmatan lil alamin (komprehensif), ajaran
yang menebar rahmat bagi seluruh makhluk. Keempat, secara internal perempuan
itu sendiri harus selalu berupaya meningkatkan kapasitas dan kualitas diri mereka
Berangkat dari realita di atas, maka seyogyanya saat ini sudah waktunya para
perempuan berbenah, terus kreatif dan melakukan eksplorasi potensi kita sehingga
dapat berkompetisi secara sehat dan harmonis dalam segala aspek kehidupan
agama yang terajut dalam sanubari kita. Selamat berjuang para perempuan,
prosentaseenya pada tahun 1960-an pada kisaran 6,3%. Perjalanan sejarah yang
yakni pada periode 1987-1992 yaitu 13 persen. Akan tetapi posisi tersebut
dipertahankan hingga harus turun kembali hingga 12,5 % tahun 1992-1997, 10,8
persen menjelang Soeharto jatuh, dan hanya 9 persen pada periode 1999-2004.
15
Syarif Hidayat dan Bhenyamin Hoessein, “Desentralisasi dan otonomi Daerah”, dalam
Syamsudin Haris dkk., Paradigma Baru Otonomi Daerah (Jakarta : Puslit Politik LIPI PGRI,
2003), h. 123-125
Rendahnya keterwakilan perempuan di dunia pemerintahan semakin terlihat
jabatan yang ada diparlemen, perempuan hanya menduduki empat posisi, yakni
orang wakil atau sekitar mencapai kisaran 9,2 persen, dan laki-laki 177 orang.
MA hanya ada 7 perempuan dan 40 laki-laki (14,8 persen), di BPK sama sekali
tidak ada kaum perempuan yang iktu berpartisipasi lain halnya dengan
Agung hanya ada 2 orang perempuan yang mewakili sedangkan laki-laki ada 43
orang (4,4 persen), di lembaga KPU juga hanya 2 perempuan dan laki-laki 9 orang
(18,1 persen).16
mendulang perolehan suara. Pada tahun 2000, dari 7710 Kepala desa di jawa
Timur, hanya 220 orang (2,85%) yang perempuan. Sementara dari 682 kepala
saat ini hanya sekitar 3 Bupati perempuan, padahal terdapat kurang lebih seratus
16
Tri Ratnawati, et.al., Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
dalam Otonomi Daerah di Indonesia, Lapoaran Penelitian (Jakarta : Proyek Pengembangan Riset
Kompetitif Program Isu LIPI, 2003), h. 45-46
17
Eni Haryati, “Perempuan di dalam Pemilihan Kepala Daerah,”Kompas, 20 Januari
2004, h. 5
Kabupaten. Rendahnya representasi perempuan pada kepemimpinan local
keberanian dan kapabilitas perempuan masih rendah. Hal ini bisa dicermati dari
Pilkada yang di gelar tahun 2005 menghasilkan dua hal penting bagi politik
pemilih perenpuan akan sangat menentukan suara bagi si calon. Perempuan sebagi
menjadi perhatian utama dari para kandidat. Disisi lain perempuan sebagai
manipulasi oleh elit-elit politik untuk memenangkan atau mendapat dukungan dari
sebagai calon dalam pilkada sangat rendah. Dalam UU No. 32 Tahun 2004
politik.19
Secara logika, sulit bagi perempuan untuk menembuas dominasi parpol yang
18
M. Zaki Mubarak, et.all., Blue Print Otonomi Daerah Indonesia (Jakarta : The YHB
Center, 2006), h. 51-55
19
Eni Haryati, “Perempuan di dalam Pemilihan Kepala Daerah,”Kompas, 20 Januari
2004, h. 6
20
Dwi Windyastuti, “Perempuan dalam Konstelasi Politik Lokal,” h. 51-55
Dengan merujuk pada problem-problem diatas maka untuk merubah situasi
yang tidak kondusif bagi kesetaraan gender dalam pilkada adalah memasukkan
perspektif gender dalam UU yang mengatur pilkada, yang sampai saat initidak
gender dalam politik. Strategi yang bisa ditempuh adalah menghilangkan akses
kemunculan kandidat hanya lewat parpol. Dengan strategi ini akan memunculkan
kandidat yang diusung oleh organisasi non partai, misalnya oleh kelompok
Di tingkat daerah. Tiga puluh gubernur yang ada di Indonesia saat ini di jabat
oleh kaum laki-laki, sementara dari 336 Bupati yang ada di Indonesia, hanya lima
di antara mereka atau 1,5 persen saja yang diduduki oleh perempuan.21
politik, dan mereka yang menyusun standar untuk evaluasinya. Eksistensi model
dominasi laki-laki ini melahirkan penolakan politik dari kaum perempuan yang
bergaya laki-laki.
Salah satu penolakan tersebut datang dari uni antar parlemen. Dalam
pernyataannya melalui Deklarasi New Delhi tahun 1997 menegaskan bahwa hak
21
M. Zaki Mubarak, et.all., h. 123-124
politik perempuan harus dianggap sebagai satu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan
dari kerangka hak asasi manusia. Deklarasi tersebut dilandasi oleh asumsi bahwa :
a. Dari segi demokrasi ; jumlah perempuan sekitar 50% yang memiliki hak
suara dan menentukan pilihannnya, dari polpulasi yang ada, sehingga
menjadi sebuah bangunan teoritis demokrasi yang wajar apabila wakil
rakyat merefleksikan konstituennya.
b. Dari segi kesetaraan ; keterwakilan perempuan untuk perempuan tidak
ada bedanya dengan tuntutan atas keterwakilan rakyat untuk rakyat.
c. Dari penggunaan sumber daya ; penggunaan kemampuan intelektual
perempuan.
d. Dari segi keterwakilan ; riset empiris menunjukkan bahwa bila
perempuan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan maka
kepentingan mereka tidak dipertimbangkan secara sungguh-sungguh.22
Secara teoritik hak untuk pemilu, menjadi kandidat pada pemilu lebih
didasarkan pada hak dalam pemilu. Akan tetapi realitasnya bahwa hak untuk
dipillih bagi perempuan tetap terbatas yang pada akhirya berdampak pada tingkat
politik afirmasi. Politik afirmasi ini juga diratifikasi di banyak Negara dalam
meratifikasi tentang kesetaraan gender dalam pasal 65 ayat (a) UU Pemilu No.
Karena, rakyat langsung memilih nama wakilnya beserta tanda gambar. Kuota
30% untuk perempuan masih menyisakan perdebatan tentang keadilan yang perlu
antaralain iklan di televise agar memilih partai yang mempunyai calon perempuan
bijak menyebutkan “tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanyalah
rencana yang sempurna”. Perkataan ini sama dengan semangat menggebu untuk
untuk bersaing dalam dunia politik. Namun, fakta dilapangan sulit sekali
panjang. Tampaknya belum ada political will dan apalagi political action dari
politisi dan tokoh partai yang kebanyakan laki-laki untuk mengubah keadaan ini.
Hingga kini, minimnya Jumlah politisi perempuan yang ada dan terbatasnya
Stigma dan anggapan bahwa politik itu panas, kotor, dan penuh fitnah
Selama ini, perempuan yang telah berperan dalam politik sangat kecil,
24
Ani Widyani Soetjipto, Politik Perempuan Bukan Gerhana, h. 20-21
25
Najilah Naqiyah, Otonomi Perempuan (Malang : Banyumedia Publishing, 2005) h. 60-63
Diskriminasi perempuan yang menyakitkan membuat sebagian perempuan
terbungkam dan kalah oleh dominasi kekuasaan dan kepentingan kaum laki-laki.
kuota 30% masih menjadi wacana kontroversi. Selama ini hanya 12% perempuan
yang berkiprah dalam ruang senayan. Permintaan kuota 30% untuk perempuan di
parlemen memang bernuansa pembatasan peran, namun, jika menilik sejarah dan
26
Najilah Naqiyah, Otonomi Perempuan, h. 64-67
BAB III
KABUPATEN KARANGANYAR
antara titik kordinat 6018.0 – 6 047.10 Lintang Selatan dan 106023.45 – 107013.03’
Bujur Timur, jasa dan perdagangan dengan aktifitas pembangunan yang cukup
162 desa.
27
Dinas Pertanahan Kabupaten Karanganyar, Pengembangan Sistem Informasi Profil
Daerah dan Laporan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Karanganyar : Dinas
Pertanahan Kab. Karanganyar) h. 1-4
Ibu Kota Kabupaten Karanganyar berada di Kecamatan Karanganyar Jawa
Tengah.
Dengan rincian luas kemiringan lahan 12.654,52 yang terbagi kepada beberapa
Sedangkan ketinggian daratan diatas permukaan laut mencapai 511 m/dpl. egi
wilayah hutan lindung seluas 9.729, 4927 Ha, hutan suaka alam seluas
81.20000Ha, hutan produksi tetap seluas 81,20000 Ha, Hutan produksi terbatas
seluas 1.625,8000 Ha, lahan persawahan seluas 21.221, dan masih terbagi lagi
kepada beberapa lahan yang didasarkan pada fungsi serta penggunaan lahan yang
ada berdasarkan pada jenis dan fungsi lahan yang ada di kabupaten karanganyar
28
Dinas Pertanahan Kabupaten Karanganyar, Pengembangan Sistem Informasi Profil
Daerah dan Laporan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Karanganyar : Dinas
Pertanahan Kab. Karanganyar) h. 1-4
mencapai tingkat kesejahteraan rakyatnya. Oleh karena itu, pembangunan di
Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) yaitu, Pembangunan Penataan Ruang yang
diprioritaskan demi terpenuhinya seluruh rencana tata ruang secara detail untuk
kota dan kawasan serta daerah yang tumbuh dengan pesat; serta terkendalinya
secara optimal pemanfaatan ruang sesuai dengan kaidah pengelolaan ruang dan
detail untuk kota dan kawasan serta daerah yang tumbuh dengan pesat, serta
pengelolaan ruang dan lingkungan hidup yang berkelanjutan atau dengan dimensi
kenaikan nilai tambah PDRB dan struktur ekonomi telah berada dalam sektor
tersier dengan laju pertumbuhan ekonomi yang berada di atas angka inflasi
pendapatan per kapita dan upah minimum kabupaten serta upah minimum
Faktor demografi atau yang berupa aset Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan factor vital yang sangat menentukan kemajuan suatu daerah. Jumlah
penduduk pada satu sisi bila dikelola dengan baik akan menjadi modal utama
majunya pembangunan. Namun, disisi lain jika factor yang satu ini diabaikan atau
ada. Berdasarkan data statistik Kabupaten Karanganyar tahun 2006 tercatat bahwa
tergolong keluarga pra sejahtera, dan pada tahun 2005 mencapai 237.962 jiwa
atau 10,32% dari jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah (dengan jumlah sekitar
Karanganyar- Solo–Jawa Tengah pada tanggal 3 Juni 1962, Irna atau sapaan
akrab dari bupati Karanganyar ini pernah mengenyam pendidikan dasar di suatu
sekolah dasar di Karanganyar pada tahun 1974, setamatnya dari sekolah dasar Irna
29
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten Karanganyar, RATNA (Rakyat
Terdaftar Negara Aman), (Karanganyar : DISDUKCAPIL Kabupaten Karanganyar, 2009)
lulus dari SLTP ketertarikan Irna dalam mengabdi di dunia pendidikan yang
Negeri Salatiga (1981) yang dilanjutkan dengan masuknya Irna pada suatu
Perguruan Tinggi dengan mengambil program Diploma II pada tahun 1995, yang
Klaten. Semangat yang tinggi dari sosok perempuan ini terlihat dengan
satu, yakni masuknya irna di Universitas Sebelas Maret Surakarta ( lulus tahun
sebagai seorang Ibu rumah tangga sosok irna pernah menjadi seorang Guru pada
tari bahkan sampai terjun pula dalam dunia property, sampai akhirnya ia terpilih
investasi awal irna dalam berkiprah didunia pendidikan maupun politik, irna juga
sanggar senam “Hemara”, Pengurus PPM, Pengurus AMPI, Sekretaris PTDI Jawa
30
“Sapu Tangan Basah ,” artikel diakses tanggal 24 maret 2009 dari
http://www.kapanlagi.com/h/0000229733.html - 20k -
Sosok perempuan yang merupakan istri dari Ir. Toni Iwan Haryono, MM
yang sekaligus seorang ibu dari empat orang putra dan putri ini adalah sesosok
perempuan yang suka bekerja keras walaupun dia merupakan orang nomor satu di
telah mampu menunjukkan bahwa sosok pemimpin perempuan seperti Rina Iriani
Jiwa social dan kedekatan dengan masyarakat telah ditunjukkan oleh Bupati
Irna Riani Ratnaningsih ini, ketika ia masih menjadi seorang guru sekolah dasar
yang pernah menjadi seorang penyanyi ini bukanlah semata-mata kecintaan Irna
kepada dunia musik yang penuh dengan komersialisasi. Kecintaan Irna terhadap
musik yang lebih tradisonal ini bukan tanpa sebab. Akan tetapi dia ingin ikut
melestarikan kesenian daerah agar lebih merakyat. Keterlibatan Irna dalam dunia
tarik suara, bukanlah semata-mata untuk meraih keuntungan secara financial, akan
tetapi keterlibatannya dalam dunia tarik suara karena ia senang dan suka. Dan
Memang keuntungan yang diperoleh Irna dalam dunia tarik suara tergolong
besar. Ini terlihat ketika peluncuran albumnya yang pertama ia mampu meraup
keuntungan sebesar 475 juta rupiah ditambah dengan peluncuran album ke dua
sebesar 600 juta rupiah, dan hasil penjualan buku biografi dirinya mencapai 610
juta rupiah.31
sendiri, melainkan seluruh dana hasil penjualan buku dan albumnya ia serahkan
perempuan ia mencoba bahkan sudah nyata telah menepis persepsi yang terlontar
kepada kaum perempuan, bahwa medan politik adalah medan yang tak cocok
Bupati Irna bias sukses dalam memajukan daerahnya menjadi daerah yang
terdepan dan maju yang mampu menghargai kebudayaan dan cirri khas yang ada
di daerahnya.
daerah sudah tentunya tidak terlepas dari peran dan program kepala daerah yang
dapat memotivasi jalannya suatu target yang hendak dicapai dalam suatu
31
“Program Larasita di Karanganyar akan dikembangkan Nasional,” artikel diakses
tanggal 29 Maret 2009 dari http://www.kapanlagi.com/h/0000229733.html - 20k -
masyarakat kecil yang identik hidup didaerah pedesaan yang kehidupannya lebih
Rina Iriani Sri Ratnaningsih yang mengawali karirnya dengan menjadi seorang
penyanyi latar yang identik dengan menghibur masyarakat melalui cara menjual
kemerduan suaranya, namun disisi lain, sosok Rina Iriani Sri Ratnaningsih ini
selain sebagai seorang penyanyi dia juga pernah menjadi seorang guru sekolah
untuk mengeruk keuntungan materi belaka, akan tetapi selain sebagai hobi,
pekerjaan yang satu ini menjadi sesuatu yang sangat mulia tatkala dia mampu
meraup keuntungan lebih dari enam puluh juta rupiah setiap tri wulannya. Namun,
semata. Akan tetapi seluruh hasil dari keuntungannya dalam menyanyi diserahkan
membutuhkan.32
Irna atas nama pemerintah Kabupaten Karanganyar, banyak sekali program yang
32
Rina Iriani Sri Ratnaningsih, “Tirakat Sebagai Penyeimbang Hidup” , artikel diakses
pada tanggal 26 Januari 2009 dari http://www.suara-karyaonlinecom/news-html?id-129495
hendak menciptakan suasana yang penuh kerukunan diantara masyarakat
Dari beberapa program yang diprioritaskan oleh Bupti Irna bersama dengan
diantaranya adalah :
seni, seperti yang pernah dilakoni oleh Bupati Irna dalam pergelaran
seperti aksi Bupati Rina dalam mengantisipasi korban bencana alam yang
33
“Bupati Wonogiri dan Sragen Mendalang, Bupati Rina "Nyinden," artikel diakses pada
tanggal 10 Desember 2008 dari http://www.antara.co.id/arc/2007/10/31/bupati-wonogiri-dan-
sragen-mendalang-bupati-rina-nyinden/
pemahaman agama dalam perikehidupan beragama serta peningkatan kerukunan
nasional, untuk dapat mewadahi demi terbentuknya kerukunan agama yang solid
Kabupaten Karanganyar
ibadat.
bersumber dari dan dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah
Kabupaten Karanganyar.34
34
Bupati Karanganyar, Keputusan Bupati Karanganyar Nomor 450/312 Tahun 2007
Tentang Pengukuhan Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Karanganyar Masa Bhakti
2007 – 2012. (Kabupaten Karanganyar, 2006)
Didalam sosialisasi sebagai bentuk realisasi dari program Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) ini, dalam suatu acara kepentingan politik, Barangkali sudah
jamak dan lumrah bila di jumpai seorang pejabat pemerintah setingkat Bupati atau
yang lebih tinggi datang ke ulama atau tokoh agama hanya sekedar untuk minta
restu atau minta didoakan, bahkan yang lebih banyak lagi ulama hanya
dibutuhkan bagi umara hanya untuk memimpin doa pada acara-acara resmi
kenegaraan. Namun, lain halnya seperti seorang Hj. Rina Iriani Ratnaningsih,
Ustadz dan warga MTA khususnya yang berasal dari perwakilan dan cabang-
cabang di Karanganyar.35
pada setiap ahad ada kegiatan rutin yang sudah berjalan bertahun-tahun yaitu
pengajian ahad pagi dan Munas yaitu pertemuan para pengurus tingkat nasional.
Khusus di bulan Ramadhan. Sejak tahun 2007 sampai dengan saat ini, MTA
mempunyai kegiatan yang dinamai Nafar Ramadhan yang terbagi dalam tiga
periode, dimana pada saat kunjungan kali ini sudah berjalan dua periode sehingga
35
Sutikno, “Umara Bertemu Ulama : Bupati Karanganyar Sowan ke Al-ustadz Drs. Ahmad
Sukina”, artikel diakses pada tanggal 11 april 2009 dari http://mta
online.com/v1/indexphp?option=com_content&task-view&id-244&-Itemid-37
36
Wardoyo, “Bupati Karanganyar Hj Rina Iriani : “Ngemong, Momong Rakyat,” artikel
diakses tanggal 23 Januari 2008, dari http://harianjoglosemar.com/indexphp-
option=com_content&task=view&id=4470&Itemid=1
Sementara itu Bupati Karanganyar Hj. Rina Iriani MHum, di hadapan Al-
Ustadz maupun seluruh pengurus yang hadir pada siang itu menyampaikan
permohonan maaf karena baru pertama kalinya bisa sowan ke Al-Ustadz, dan juga
menyampaikan terima kasih kepada Al-ustadz yang telah berulang kali rawuh ke
Karanganyar.
Bupati juga sangat “Nggumun” atau heran dengan adanya kegiatan Munas
MTA yang diadakan setiap Minggu dengan sangat sederhana ini, karena biasanya
setiap organisasi yang mengadakan munas itu digelar di hotel selama beberapa
di MTA ini.
Dari beberapa program yang ada pada FKUB Karanganyar yang sedang
diupayakan dan sudah berjalan sampai saat ini ialah ; pertama, adanya program
Tarling (Tarawih Keliling), dimana setiap pejabat sampai dengan tingkat kepala
desa (lurah) wajib untuk memimpin kegiatan tarawih keliling ini sekaligus ikut
ini Pendhopo Kabupaten disulap menjadi rumah rakyat yaitu dijadikan Base camp
bagi anak-anak muda untuk kegiatan pengajian dan ibadah lainnya dalam rangka
Program yang lain yang termasuk dalam program FKUB dalam formasi
penghasilannya.
oleh warga masyarakat yang tidak setuju adanya Zakat 2,5% ini, maka beliau
mengatakan, “ Kalau demo ke saya masalah zakat itu salah alamat, tetapi kalau
kepada rumah Zakat, dan akhirnya dapat tanggapan yang baik dari warga
masyarakat, sehingga saat ini setiap bulan bisa terkumpul sebanyak Rp. 70 juta,
Perkataan Bupati Karanganyar yang mengatakan jika target dari rumah zakat
bisa terkumpul seperti yang ditargetkan, maka di Karanganyar tidak akan ada lagi
37
“Bupati Karanganyar Mundur,” artikel diakses tanggal 17 Juli 2009, dari
http://www.kompas.com/readxml/2008/07/17/2152534bupatikaranganyarmundur
38
http://harianjoglosemar.com/indexphp-option=com_content&task=view&id447-0Itemid1
organisasi dan lembaga Islam yang ada di Karanganyar diantaranya
Ada lagi program yang benar-benar tidak umum dan sangat kontemporer
adalah gerakan “STOP MUNJUNG”, yaitu meniadakan kebiasaan yang tidak baik
namun sudah mengakar yaitu budaya munjung atau memberikan makanan yang
berupa ayam ingkung (ayam utuh yg dipanggang) kepada orang yang lebih kaya
seperti pejabat. Karena biasanya orang yang munjung ini pasti ada pamrihnya,
sedangkan orang yang dipunjung itu orang yang kaya dan sibuk, sehingga tidak
sempat membuka atau makan punjungan tersebut, maka kebiasaan ini sangat
“Mubadzir”.
pengurus MTA kali ini beliau melaporkan bahwa MTA di Karanganyar sangat
baik dan beliau mengharapkan agar setiap cabang MTA bisa mendukung dan
3. Program Ratna
salah satu program kerja Bupati dalam hal kependudukan dan catatan sipil.
Program kerja dari “Rakyat Terdaftar Negara Aman” atau yang lebih dikenal
dengan sebutan program RATNA ini adalah salah satu program kelanjutan dari
39
Sutikno, “Umara Bertemu Ulama : Bupati Karanganyar Sowan ke Al-ustadz Drs. Ahmad
Sukina”, artikel diakses pada tanggal 11 april 2009 dari http://mta
online.com/v1/indexphp?option=com_content&task-view&id-244&-Itemid-37
bupati yang sama yaitu Rina Iriani Ratna Ningsih sebelum dia mengikuti kembali
terpilihnya kembali Rina iriani Ratna Ningsih untuk kedua kalinya dalam kontes
aparatur pemerintahan yang ada di daerah., Ide awal dari lahirnya program
RATNA ini dilatar belakangi oleh beberapa hal, antara lain : Kondisi geografis
Kabupaten Karanganyar yang begitu luas dan banyak wilayah yang jauh dari
(KK), dan masih banyaknya penduduk yang belum memiliki akta kelahiran dan
KTP serta Kartu Keluarga. Untuk mengatasi permasalahan public tersebut diatas
melalui program RATNA ini maka pemerinrtahan daerah bersama dengan petugas
40
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten Karanganyar, RATNA (Rakyat
Terdaftar Negara Aman), (Karanganyar : DISDUKCAPIL Kabupaten Karanganyar, 2009)
akan berupaya mendekatkan pelayanan pembuatan Akta Kelahiran, Kartu Tanda
KTP dan KK, dan memberikan pelayanan secara cepat, tertib, murah serta
(Akta Kelahiran, kartu Keluarga, dan Kartu Tanda Penduduk) ini harus memenuhi
3. KTP Perpanjangan
41
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten Karanganyar, RATNA (Rakyat
Terdaftar Negara Aman), (Karanganyar : DISDUKCAPIL Kabupaten Karanganyar, 2009)
untuk pemerintah. Diantara manfaat yang diperoleh dari program RATNA yang
pelayanan dari aparatur pemerintah dapat terpenuhi. Jika selama ini program-
program yang pro-rakyat belum begitu prima, kini, dengan adanya program yang
tingkat kecamatan atau desa saja, melainkan akan berhadapan langsung dengan
petugas dari Dinas kependduukan dan Catatan Sipil. Sehingga informasi dan hal-
meningkat, karena penyerahan berkas dan biaya langsung kepada petugas dari
Dinas kependduukan dan Catatan Sipil dapat dipertanggungjawabkan serta dapat
menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang kelak dapat merugikan
kependudukan dengan prosedur sederhana dan biaya yang ringan, dan dengan
4. Program Larasita
Indonesia.
Saat ini paling tidak ada tiga tugas besar yang harus dilaksanakan kantor
tugas tersebut akan mendukung tugas pokok dan fungsi Badan Pertanahan
UUD 1945 pasal 33 ayat (3) dan UU No. 5 tahun 1960 (UUPA).42
Mengingat selama ini sudah menjadi opini umum di tanah air menyangkut
rumitnya pengurusan surat sertifikat tanah, lama, berbelit-belit, tidak jelas dan
Hal-hal semacam ini terkesan disengaja oleh pihak-pihak yang ingin mengambil
Keadaan ini pada gilirannya menyebabkan orang enggan mengurus hak atas tanah
yang dikuasai/dimilikinya.
di Karanganyar pada kurun waktu 2002 – 2004, diketahui bahwa ada 36 desa di
kecamatan-kecamatan yang cukup jauh dari pusat kota Karanganyar, keadaan ini
sangat memprihatinkan, karena banyak pemilik tanah yang tidak bisa dating
sendiri ke kantor dinas pertanahan, dengan kata lain mereka hanyalah “meminta
tolong” pada pihak ke-tiga/calo. Cara seperti ini selain mahal, juga bisa
pertanahan karena tanah yang diurus tak kunjung selesai sertifikatnya, sementara
itu kantor pertanahan tidak bisa memproses karena berkas tersebut belum atau
tidak diserahkan atau di daftarkan ke kantor pertanahan. Untuk menghindari hal
Tanah, berupa layanan front mobile yang online dengan kantor pertanahan.
pelayanan ini bersama dengan Bupati Karanganyar Hj. Rina Iriani Sri
Sampai saat ini program LARASITA terus berkeliling dari desa ke desa untuk
LARASITA untuk mengurus sertifikat tanah pemilik tanah paling tidak harus
biaya transportasi dan lain-lain yang cukup besar, maka dengan adanya program
secara nasional.
43
Kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar, h.2-4
Program Layanan untuk Sertifikasi Tanah dengan sistem layanan keliling
yang selama ini diterapkan Kabupaten Karanganyar dinilai berhasil. Oleh sebab
itu, program yang diberi nama LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi
pertama kali Kantor BPN tercatat dalam rekor MURI dalam hal kecepatan dan
pada akhir tahun 2006 lalu mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia
(MURI). Program LARASITA masuk catatan rekor MURI yang ke-2.974 sebagai
program ini merupakan inovasi baru dalam hal layanan publik yang akan
hal layanan kepada masyarakat. Sebab selain memberi akses kemudahan bagi
masyarakat, sistem jemput bola yang diterapkan dalam layanan sertifikasi tanah
44
Taufik Effendi, “Program Larasita di Karanganyar Akan Dikembangkan Nasional”, Artikel
diakses tanggal 17 Mei 2009, dari ttp://harianjoglosemar.com/index.php?option=com
_content&task=view&id=4281 - 35k -
45
Yok, “Bupati Karanganyar’Hj. Rina Iriani, Momong Rakyat”, Artikel diakses tanggal 17
Mei 2009, dari ttp://www.kapanlagi.com/h/0000229733.html-20k-
juga akan menutup peluang munculnya praktek pungutan liar yang selama ini
percepatan layanan sertifikasi tanah. Hal itu terbukti dengan peningkatan jumlah
sertifikat yang diterbitkan setiap bulan yang mencapai 2.500 lembar sertifikat per
bulan.
Sebab itu, Rukhyat yang segera bertugas di BPN pusat ini menyatakan, sistem
Indonesia secara bertahap. Untuk tahap terdekat, sistem tersebut akan difokuskan
sertifikasi lintas daerah. 46 “Jadi suatu saat nanti masyarakat yang punya tanah di
luar daerah jika ingin mengurus sertifikat tidak perlu datang ke daerah itu. Cukup
46
M Rukhyat Noor, “Program Larasita Telah Menciptakan Paradigma Baru dalam Percepatan
Layanan Sertifikat Tanah di Karanganyar”, Artikel diakses tanggal 10 Mei 2009, dari
http://harianjoglosemar.com/index.php?option=com _content&task=view&id=4281 - 35k -
Karanganyar, Rina Iriani mengatakan program Larasita merupakan gagasan yang
5. Program Desisera
dimana suatu desa telah mempunyai kesiagaan bersama antara pemerintah dan
sesuai dengan perumusan system kesehatan desa. (SKD). DS3 atau DESISERA
ini adalah sebagai pemikiran dasar Perintah Kabupaten Karanganyar untuk dapat
dari segenap masyarakat, bukan hanya tanggung jawab insane kesehatan. Dalam
perumusan konsep Desa Siaga Sehat Sejahtera ini karena atas dasar pemikiran
tersebut yang masih terlaksana sampai saat ini yaitu berbagai bentuk UKBM
masyarakatnya.47
segenap sumber daya yang ada di desa secara efektif, efisien dan bertanggung
ini secara umum memiliki tujuan untuk mewujudkan desa yang sehat dan
sejahtera., secara khusus tujuan dari program tersebut adalah untuk mendorong
47
M Rukhyat Noor, “Program Larasita Telah Menciptakan Paradigma Baru dalam Percepatan
Layanan Sertifikat Tanah di Karanganyar”, Artikel diakses tanggal 10 Mei 2009, dari
http://harianjoglosemar.com/index.php?option=com _content&task=view&id=4281 - 35k -
dan berusaha untuk dapat menciptakan kondisi kehidupan masyarakat desa yang
harmonis.
Misi :
fasilitator desa dapat berfungsi secara maksimal dan prima, tersedianya SDM
Forkomnas PKD
Media Promkes POSYANDU
Wadah sumber UKBM lainnya
daya
mendulang perolehan suara. Namu lain halnya dengan Rina Iriani Sriratnaningsih
saat ini. Adapun beberapa strategi politik yang digunakan oleh Rini iriani
Sriratnaningsih, yakni;
kekuasaan ataupun pendulangan suara yang besar, serta ketika dia masih
keuntungan yang besar secara materi. Namun dari keuntungannya itu dia
adari kepemimpinan.
yang dilakukan DPRD, sempat terjadi kontroversial. Sebab, lebih dari satu tahun
setelah proses pemilihan dilakukan, dirinya tidak langsung dilantik oleh Gubernur
bulan, akhirnya pada tanggal 15 Desember 2003 Rina Iriani Sri Ratnaningsih
beserta pasangannya KRMTH Drs Sri Sadoyo MM dilantik Gubernur Jawa tengah
sebagai guru di sekolah dasar, sehingga dipandang tidak layak memimpin sebuah
wilayah yang cukup strategis. Namun semua konflik itu muncul karena adanya
namun dalam berpolitik Rina bermain terbuka dan tidak menggunakan politik
mampu meraih 25 suara dari 45 anggota dewan yang ada, itu merupakan kondisi
riil dari masyarakat Karanganyar yang ingin dipimpin oleh seorang bupati
perempuan.48
Peristiwa itu telah terjadi dua tahun lalu. Rina, kini berkonsentrasi untuk
Keseriusan Rina dalam bekerja telah mengundang decak kagum bukan saja
Seperti juga beberapa kepala daerah lainnya, Rina memang sosok yang pandai dan
wilayahnya masyarakat dapat hidup sejahtera. Kemiskinan harus dikikis habis dan
fisik, warga miskin di daerah itu telah berkurang hingga lebih dari setengahnya.
Dari 799.461 jiwa penduduk Karanganyar atau terdiri atas 218.425 KK,
48
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=129495
49
BPS Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2006, (BPS Kab.
Karanganyar : BPS Kab. karanganyar, 2006) h. 6
masyarkat mampu menyedot perolehan suara yang cukup signifikan pada
gender Rina tidak lantas patah arang, dia justeru ingin membuktikan bahwa
amanah rakyat yang berat yakni mengemban tugas untuk membangun daerahnya
baik dalam segi infrastruktur maupun SDA dan SDMnya, memang suatu
handalnya indikator serta faktor SDA yang berkualitas dalam bidangnya masing-
masing.
kerukunan antar umat beragama. Selain itu tingkat loyalitas Bupati Rina terhadap
Terlihat sangat jelas strategi yang digunakan oleh Bupati Rina yang pro
rakyat yakni ketika terjadinya bencana alam yang meluluh lantakkan daerah
karanganyar, tanpa melihat dia sebagai seorang kepala daerah sekaligus sebagai
orang nomor satu didaerahnya, Bupati Rina ini terjun langsung untuk
seorang pimpinan daerah seperti Bupati rina ini rakyat mampu menilai ketegasan,
kelembutan, serta kesigapan dan luhurnya seorang kepala daerah seperti Rina ini.
Sehingga jika memang Rina kembali terpilih pada Pilkada di karanganyar pada
tahun 2008 lalu itu merupakan suatu upaya dan usaha yang maksimal dalam
kepada rakyatnya.
Selain itu loyalitas serta loby politik yang relatif bersih praktek Korupsi,
kolusi dan nepotisme juga dapat dikatakan sebagai suatu strategi yang handal
ketika dia terpilih kembali pada masa kepemimpinannya untuk periode 2008-2013
saat ini.
eksis Rina tidak lah terlalu berambisi untuk tetap mempertahankannya dengan
mata tujuan. Namun, kekuasaan adalah amanah yang harus diperjuangkan dengan
masyarakat yang dipimpinnya terasa begitu sangat romantis. Ini terlihat ketika
tidaklah begitu respon dengan kondisi seperti itu. Bahkan sikapnya yang santai
telah membuat rina mampu menerima keputusan apapun dari rakyatnya. Baik dia
sebagai seorang kader salah satu partai politik (PDIP) maupun sebagai seorang
kepala daerah. Jabatan cumalah amanah, bukan tujuan dalam meraih kepentingan
Oktober 2007, suhu politik di Kabupaten yang terletak di bawah kaki gunung
Lawu, semakin memanas. Desakan agar Bupati Karanganyar, Jawa Tengah yang
saat ini masih dijabat Rina Iriani untuk mundur dari jabatannya semakin menguat.
Salah satu mantan anggota DPRD yang kebetulan mantan pengurus DPC PDIP
periode 2008 - 2013 melalui PDIP, sudah selayaknya mundur dari jabatannya,
Menurut Aryadi, apabila yang bersangkutan (dalam hal ini bupati Rina) tidak
pilkada Gubenur lalu yang mana alat peraga calon lain, dicopot satpol PP. Namun
partai pemberi rekomendasi alat peragaannya tidak dicopot. Tentu saja mendapat
seharusnya diberikan saat tidak menjabat lagi sebagai bupati," terangnya. Lebih
lanjut, pihaknya akan meminta kepada DPRD untuk segera mengirimkan surat
Bupati. Hal senada juga dilontarkan Ketua LSM Koalisi Rakyat Karanganyar
Baris Lamhot. Menurut Lamhot penolakan Rina Iriani mundur dari jabatannya 14
hari sebelum pendaftaran Bakal calon Bupati oleh KPUD menunjukan arogansi
banyaknya desakan agar dirinya mundur dari jabatannya. Secara tegas, Rina pun
mengaku siap mundur dari jabatannya sebagai bupati. "Saya tidak usah menunggu
Juli, sekarangpun kalau aturannya Mendagri begitu, dengan gagah perkasa, saya
pihaknya telah lama mengajukan cuti diluar tanggungan negara. "Saya cuti diluar
50
RINA IRIANI SRI RATNANINGSIH, Tirakat Sebagai Penyeimbang Hidup, artikel
diakses tanggal 16 Juni 2009 dari http://groups.yahoo.com/group/suarakorbanbencana/message-
2510
tanggungan negara. Saya sudah tidak digaji dengan status saya sebagai PNS sejak
dimensi lainnya banyak sekali mengalami perubahan. Kondisi seperti ini dapat
masyarakat Kabupaten Karanganyar jarang bahkan sama sekali tidak tahu sosok
dari pemimpin daerahnya. Lain halnya dimasa pemerintahan Bupati Rina Sri
Kabupaten Karanganyar.52
51
http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/06/25/1/122000/desakan-rina-
mundur-dari-bupati-karanganyar-menguat
52
Wawancara pribadi dengan Nunung Keyno, Karanganyar, 15 Maret 2009
pembangunan di pusat kota Kabupaten Karanganyar sebagai pusat
pemerintahan. 53
yang pada gilirannya diharapkan akan mampu menyerap minat investor domestic
dalam naungan Kantor Dinas Pertanian dan Irigasi Wilayah yang memiliki tujuan
untuk tetap mempertahankan ciri khas daerah yang bernuansa pedesaan yang
alami.54
53
Wawancara pribadi dengan Widodo, Karanganyar, 25 Maret 2009
54
Wawancara pribadi dengan Nunung Keyno
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
data yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini, maka dapat disimpulkan
bahwa :
dianggap sebagai sosok yang lemah, sehingga jika dia terlibat dengan
yang dikelolanya.
dengan kaum laki-laki yang ada diparlemen (khususnya politisi yang ada
dipandang dengan sebelah mata. Akan tetapi melalui kerja keras, ulet,
sekaligus sikap politik yang nyata dan tegas bagi kaum laki-laki yang
hal sumber daya alam, terlebih dalam potensi sumber daya manusianya.
5. Selain itu, sebagai taktis untuk berpolitik, dengan program yang sudah
beberapa hikmah yang bisa diambil dari gaya kepemimpinan Bupati Irna
ini, diantaranya :
cukup berat, akan tetapi Bupati Rina tidak lupa bahwa dia adalah
masyarakatnya.
kepala daerah dalam daerah bencana, dan criteria ini yang dapat
B. Saran
diantaranya adalah :
Karanganyar.
3. Hendaknya jika pemerintah daerah sudah tanggap terhadap apa yang
program kerja pemda itu sendiri akan tidak menjadi sesuatu yang klise dan
..................................................................
........... }{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169 \tab
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183 i}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
\par DAFTAR ISI}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540
..................................................................
........................}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid1
1682183 }{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169
\tab }{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
iii}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204
349
\par ABSTRAKSI}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540
..................................................................
.........................}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid
11682183 }{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169
\tab }{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
v}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid1220434
9
\par BAB\tab I\tab
PENDAHULUAN}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
............................................................
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169 \tab
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183 1}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 A.\tab}}\pard \qj
\fi-
340\li1758\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\jclisttab\tx1758\faauto\ls1
\adjustright\rin0\lin1758\itap0\pararsid10645540 {
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
Latar Belakang
Masalah}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
..............................................
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid4272170 \tab }{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169
1}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid1220434
9
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 B.\tab}Batasan dan
Perumusan Masalah}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
................................}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid4272170 \tab
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965
4}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid1220434
9
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 C.\tab}Tujuan
Penelitian}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
........................................................}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid4272170 \tab
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169
4}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid1220434
9
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 D.\tab}Metode
Penelitian}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
........................................................}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid4272170 \tab
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169
5}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid1220434
9
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 E.\tab}Sistematika
Penulisan}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
..................................................}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid4272170 \tab
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169
7}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid1220434
9
\par }\pard \qj
\li0\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\faauto\adjustright\rin0\lin0\itap
0\pararsid10645540
{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
BAB\tab II\tab PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
........................}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid4
272170 \tab
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965
8}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid1220434
9
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 A.\tab}}\pard \qj
\fi-
340\li1758\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\jclisttab\tx1758\faauto\ls2
\adjustright\rin0\lin1758\itap0\pararsid10645540 {
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
Pengertian Partisipasi
Politik}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
......................................}{\lang1053\langfe1033\langn
p1053\insrsid4272170 \tab }{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965
8}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid1220434
9
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 B.\tab}Perempuan
dan Partisipasi
politik}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
...............................}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid4272170 \tab
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965
11}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid122043
49
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 C.\tab}Kepemimpinan
Kepala Daerah
Perempuan}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
................}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid4272170 \tab
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965
18}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid122043
49
\par }\pard \qj
\li0\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\faauto\adjustright\rin0\lin0\itap
0\pararsid11682183
{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
BAB\tab III\tab BUPATI PEREMPUAN DALAM PEMERINTAHAN }{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540
\par }\pard \qj
\li1422\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\faauto\adjustright\rin0\lin142
2\itap0\pararsid10645540
{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
KABUPATEN
KARANGANYAR}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
..................................}{\lang1053\langfe1033\langnp105
3\insrsid6385169 }{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid4272170
\tab }{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965
25}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 A.\tab}}\pard \qj
\fi-
340\li1758\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\jclisttab\tx1758\faauto\ls3
\adjustright\rin0\lin1758\itap0\pararsid10645540 {
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
Bupati Perempuan di
Karanganyar}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
..............................}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\in
srsid4272170 \tab }{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965
25}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid122043
49
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 1.\tab}}\pard \qj
\fi-
454\li2160\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\jclisttab\tx2160\faauto\ls3
\ilvl3\adjustright\rin0\lin2160\itap0\pararsid6385169
{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
Profil Kabupaten
Karanganyar}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
.............................}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\ins
rsid14375965 \tab 25}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 2.\tab}}\pard \qj
\fi-406\li2156\ri0\sl480\slmult1\widctlpar
\jclisttab\tx2156\jclisttab\tx2974\faauto\ls3\ilvl3\adjustright\ri
n0\lin2156\itap0\pararsid10645540
{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
Profil Bupati
Karanganyar}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
....................................}{\lang1053\langfe1033\langnp1
053\insrsid14375965 \tab
28}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid122043
49
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 B.\tab}}\pard \qj
\fi-
340\li1758\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\jclisttab\tx1758\faauto\ls3
\adjustright\rin0\lin1758\itap0\pararsid10645540 {
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
Program Bupati
Karanganyar}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
......................................
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965 \tab
31}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 1.\tab}}\pard \qj
\fi-
152\li1871\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\jclisttab\tx1871\faauto\ls4
\adjustright\rin0\lin1871\itap0\pararsid10645540 {
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
Program Kerukunan Antar
Masyarakat}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
................}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965
\tab 31}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 2.\tab}Program
Kerukunan Umat
Beragama}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
..................}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965 \tab
33}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid122043
49
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 3.\tab}Program
Ratna }{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
......................................................}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965 \tab
39}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid122043
49
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 4.\tab}Program
Larasita}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
...................................................}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965 \tab
44}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid122043
49
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 5.\tab}Program
Desisera}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
..................................................}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965 \tab
49}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid122043
49
\par }\pard \qj
\li0\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\faauto\adjustright\rin0\lin0\itap
0\pararsid10645540
{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
BAB\tab IV\tab ANALISIS TERHADAP KEPEMIMPINAN }{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540
\par }\pard \qj
\li1449\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\faauto\adjustright\rin0\lin144
9\itap0\pararsid10645540
{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
BUPATI RINA IRIANI
SRIRATNANINGSIH}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
..............}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965
\tab
53}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid122043
49
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 1.\tab}}\pard \qj
\fi-
360\li1800\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\tx1827\faauto\ls3\ilvl3\adj
ustright\rin0\lin1800\itap0\pararsid6385169 {
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
Strategi Kepemimpinan Politik
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
..................................}{\lang1053\langfe1033\langnp105
3\insrsid14375965 \tab 53}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 2.\tab}}\pard \qj
\fi-1518\li2974\ri0\sl480\slmult1\widctlpar
\tx1827\jclisttab\tx2974\faauto\ls3\ilvl3\adjustright\rin0\lin2974
\itap0\pararsid10645540
{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
Strategi dalam Meraih
Kepemimpinan}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
......................}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid143
75965 \tab
54}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid122043
49
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 3.\tab}}\pard \qj
\fi-1518\li2974\ri0\sl480\slmult1\widctlpar
\tx1827\jclisttab\tx2974\faauto\ls3\ilvl3\adjustright\rin0\lin2974
\itap0\pararsid6385169
{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
Strategi dalam Menjalankan
Kepemimpinan}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
............}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965
\tab
56}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid122043
49
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40\charrsid12204349 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 4.\tab}}\pard \qj
\fi-1518\li2974\ri0\sl480\slmult1\widctlpar
\tx1827\jclisttab\tx2974\faauto\ls3\ilvl3\adjustright\rin0\lin2974
\itap0\pararsid10645540
{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
Strategi dalam }{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid7088893
M}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
empertahankan Kepemimpinan
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
.....}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965 \tab
57}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
\par }\pard \qj
\li0\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\faauto\adjustright\rin0\lin0\itap
0\pararsid10645540
{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540 BAB\tab V\tab
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
PENUTUP}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
..................................................................
.....}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169 \tab
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965 62}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0 A.\tab}}\pard \qj \fi-
360\li1827\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\faauto\ls5\adjustright\rin0
\lin1827\itap0\pararsid10645540 {
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540 Kesimpulan
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
................................................................}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169 \tab }{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965
62}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540
\par
{\listtext\pard\plain\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid106455
40 \hich\af0\dbch\af0\loch\f0
B.\tab}Saran}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
..................................................................
........}{
\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169 \tab
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965
65}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid122043
49
\par }\pard \qj
\li0\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\faauto\adjustright\rin0\lin0\itap
0\pararsid10645540
{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
DAFTAR PUSTAKA}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid11682183
................
..............................................................
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid6385169 \tab
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid14375965
67}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540
\par }\pard \qj
\li0\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\faauto\adjustright\rin0\lin0\itap
0\pararsid11682183
{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540 LAMPIRAN
}{\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540\charrsid12204349
\par }\pard \qc
\li0\ri0\sl480\slmult1\widctlpar\faauto\adjustright\rin0\lin0\itap
0\pararsid10645540
{\b\lang1053\langfe1033\langnp1053\insrsid10645540
\par
\par
\par
\par
\par
\par
\par
\par
\par }\pard \ql
\li0\ri0\widctlpar\faauto\adjustright\rin0\lin0\itap0
{\insrsid10645540
\par
}}