OLEH:
NABIL AHMAD FAUZI NIM: 103033227824
SKRIPSI
Oleh:
Nabil Ahmad Fauzi NIM: 103033227824
Di Bawah Bimbingan
Skripsi dengan judul “Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap ASEAN (Studi Kasus:
Proses Pembentukan ASEAN Community)” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah
huluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
a 31 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) pada Jurusan Pemikiran
Sidang Munaqasyah
Ketua, Sekretaris,
Pembimbing,
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
D. Metodologi Penelitian...........................................................................11
E. Sistematika Penelitian...........................................................................11
B. Kepentingan Nasional...........................................................................19
D. Kerjasama Regional..............................................................................28
A. Kepentingan-Kepentingan Indonesia....................................................47
Stabilitas Politik, Keamanan dan Ekonomi47
Peran Regional Power Center di ASEAN49
Pengembalian Citra52
Peranan Indonesia56
Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia65
BAB V PENUTUP
Kesimpulan71
Saran72
DAFTAR PUSTAKA73
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
tanggal 7 Oktober 2003 lalu menjadi momentum yang sangat penting. Bali Concord
Menteri
1
Ahmad Dahlan, “Kepemimpinan Indonesia di ASEAN”, diakses pada tanggal 11 Maret
2008 dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0710/24/opi04.htm.
Luar Negeri (Menlu) Adam Malik dari Indonesia, Deputi Perdana Menteri (PM)
Malaysia Tun Abdul Razak, Menlu Filipina Narcisco Ramos, Menlu Thailand
terkini, anggota ASEAN telah mencapai sepuluh negara yang berada di kawasan
Asia Tenggara yakni para negara pelopor dan negara-negara anggota baru, yaitu
Ada tiga pilar utama dari ASEAN Community ini, yaitu ASEAN Security
untuk mewujudkan ASEAN yang damai, stabil dan sejahtera. Oleh karena itu,
politik,
James Lu2 hulima, Asia Tenggara dan Negara Luar Kawasan Yang
Mempengaruhinya: Pendekatan Politik dan Keamanan (Jakarta: Kompas-Grasindo, 1998), h. 35.
3
Brunei Darussalam bergabung di ASEAN pada tanggal 8 Januari 1984, Vietnam menjadi
anggota ketujuh pada tanggal 28 Juli 1995. Laos dan Myanmar bergabung pada tanggal 23 Juli 1997
dan Kamboja menjadi negara terakhir yang bergabung pada tanggal 30 April 1999. S. Pusphanathan,
“The Establishment of ASEAN Community for the Future of ASEAN”, dalam Seminar ASEAN
Charter: The Future of ASEAN ?, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, tanggal 3 September 2007 di
Wisma Syahida, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 1.
4
Dian Triansyah Djani, “The Future of ASEAN Regional Cooperation After the 40 th
Anniversary”, dalam Seminar ASEAN Charter: The Future of ASEAN ?, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial, tanggal 3 September 2007 di Wisma Syahida, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 1.
5
S. Pusphanathan, “The Establishment of ASEAN Community for the Future of ASEAN”, h. 1.
keamanan, ekonomi dan sosial budaya menjadi bidang prioritas dan vital untuk
Community sebagai pilar pertama dalam kerangka ASEAN Community yakni untuk
anggotanya. Hal ini penting untuk memastikan serta menangkal pengaruh kekuatan
negara-negara besar luar kawasan (Amerika Serikat, Cina, Australia dan Rusia)
secara langsung. Selain itu, ASEAN Security Community akan semakin memperkuat
Dalam kaitan yang lebih luas, meminjam pendapat Juwono Sudarsono, “era
Selain itu untuk menjamin setiap penyelesian permasalahan dalam lingkup ASEAN
merupakan elemen lain yang juga penting. Pertama, untuk mempercepat langkah
anggota yang masih besar. Kedua, memperkuat pertahanan ekonomi kawasan agar
tidak mengulangi krisis ekonomi tahun 1997 yang dipicu oleh krisis mata uang
Tuntutan untuk
6
James Luhulima, Asia Tenggara, h. viii.
terintegrasi terhadap pasar bebas dunia juga menjadi motivasi utama kerjasama
ekonomi ini.
berdampak pada integrasi sosial budaya pada level masyarakat (civil society) dari
dan rasa kekitaan (we feeling) dari masyarakat negara-negara anggota ditengarai
menjaga stabilitas politik dan ekonomi kawasan dari rivalitas negara besar;
Pada awalnya, terlihat motivasi politik yang sangat besar melatar belakangi
berdirinya ASEAN ini, namun para negara pendiri masih terlalu riskan untuk
perhimpunan. Hal mendasar yang melandasi sikap kehati-hatian ini adalah masalah
politik dan keamanan masih merupakan hal yang terlalu sensitif. Pasalnya ini akan
kehadiran pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Asia Tenggara masih menjadi
wilayah politik dan keamanan dapat mengancam kelangsungan hidup ASEAN yang
masih baru.
bid 7
I ., h. 35.
Seiring dengan perkembangan dan perubahan peta politik internasional yang
ditandai dengan berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet
pada awal era 1990-an, ASEAN bergerak menuju ranah penguatan kerjasamanya.
Terlebih ketika tahun 1992 Amerika Serikat secara resmi keluar dari Filipina yang
mulai merumuskan kembali pola kerjasama regional yang lebih luas tanpa terlalu
“dipermainkan” oleh negara luar kawasan, menjadi titik awal kesadaran negara –
negara ASEAN untuk menciptakan kerjasama kawasan yang lebih konkret. Hal ini
Selain itu, badai krisis ekonomi yang menerjang Asia Tenggara pada tahun
1997 juga menyadarkan ASEAN bahwa diperlukan suatu kerjasama yang erat
dalam bidang ekonomi. Kesadaran akan Pasar Tunggal ASEAN sebagai wujud
Community.
negara- negara anggota. Hal ini menjadikan ASEAN tidak mengakar dalam
menjadi pilar dalam kerangka pembentukkan ASEAN Community, di mana hal ini
menjadi sebuah keniscayaan dalam peta konstelasi sosial politik dunia internasional
kontemporer.
ini merupakan bagian penting dalam ranah politik luar negeri Indonesia terhadap
ASEAN. Peran Indonesia dalam hal ini sangat besar, dengan menjadi pelopor
pembentukan ASEAN Community ini. Hal ini terbukti di mana kelahiran Bali
Concord II pada KTT ASEAN IX di Bali di awali dengan konsep ASEAN Security
Jika mengacu pada sejarahnya, tidak heran jika Indonesia mengambil peran
yang besar dalam proses politik di ASEAN. Sejak berakhirnya kekuasaan Presiden
Soekarno dan Orde Lama, pemerintahan Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto
prioritas politik luar negeri Indonesia. Hal ini merupakan langkah strategis dalam
lingkup politik internasional yang lebih luas, seperti Konferensi Asia Afrika dan
karena itu, Indonesia menempatkan ASEAN dalam ruang yang khusus dalam politik
berkehidupan kebangsaan yang bebas dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
Kebijakan8 politik luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para
pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan
dikendalikan untuk mecapai tujuan nasional yang spesifik yang ditujukan dalam terminologi
kepentingan nasional. A.A. Banyu Perwita dan Yanyan M. Yani, Pengantar Hubungan Internasional
(Bandung: Rosda Karya, 2005), h. 49.
9
UUD 1945, P-4 dan GBHN (Jakarta: Depdiknas, 1997), h. 1.
Kedua, patron politik luar negeri Indonesia yakni Bebas dan Aktif.
Menlu Indonesia era Orde Baru), Orientasi “Bebas” berarti Indonesia tidak
memihak pada kekuatan-kekuatan yang ada, karena pemihakan kepada salah satu
kekuatan pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa yang mana
bahwa dalam menjalankan kebijakan luar negerinya Indonesia tidak bersifat pasif-
ini berada dalam jalur yang sangat potensial dilihat dari segi sosio-ekonomi dan
mekanisme kerjasama regional yang kuat untuk menjamin kehidupan bernegara dan
bertetangga yang aman, damai dan stabil sebagai penopang stabilitas nasional.
Dengan kerangka di atas, maka tidak heran jika Indonesia menjadi negara
masyarakat yang aman untuk bagian terbesar adalah berkat pendekatan kerja sama
dan kemitraan yang dipelopori oleh Indonesia sejak tahun 1967, yaitu politik luar
10
Muchtar Kusumatmadja, Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa ini
(Bandung: Alumni, 1983), h. 7.
11
Harry Kawilarang, Dunia di Tengah Kemelut; Bunga Rampai Masalah Internasional
1983- 1984 (Jakarta: UI Press, 1984), h. xi.
12
Faktor geografis merupakan salah satu dari atribut nasional yang mempengaruhi politik
luar negeri selain atribut populasi, ekonomi, politik domestic, sosial , kekuatan militer dan lain
sebagainya. Theodore A. Coulombis dan James H. Wolfe, Pengantar Hubungan Internasional;
Keadilan dan Power, terj.Mercedes Marbun (Bandung: Abardin, 1990), h. 127.
kalangan negara-negara Asia Tenggara yang kemudian diakui oleh negara–negara
Namun, perubahan peta politik domestik yang ditandai dengan runtuhnya era
sedikit melemahkan tarikan politik luar negeri Indonesia. Belum lagi citra
kerusuhan, konflik SARA (Suku, Adat, Ras dan Agama), separatisme sampai
terorisme menambah buruknya citra Indonesia dalam peta dunia internasional dan
ASEAN. Namun, pada KTT ASEAN IX di Bali itulah yang menjadi titik balik
terwujudnya kepakatan ASEAN Community dalam Bali Concord II. Bahkan hingga
peran dan kepentingan apa yang melandasi manuver politik luar negeri Indonesia
tersebut.
Oleh karena itu, fenomena tersebut menjadi penting dan sangat menarik
sebagai skripsi dengan judul “Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap ASEAN
13
James Luhulima, Asia Tenggara, h. ix.
14
ASEAN Charter merupakan penyempurnaan dari ASEAN Community. Piagam ASEAN ini
merupakan pijakan hukum atau yuridiasi internasional bagi negara-negara anggota ASEAN. Piagam
ini ditandatangani pada KTT ASEAN di Singapura tahun 2007 lalu. Dian Triansyah Djani, “The
Future of ASEAN Regional Cooperation After the 40th Anniversary”, h. 6.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, tetapi tetap fokus pada
pokok-pokok persoalan yang diangkat, maka penulis membatasi masalah pada politik
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
mampu memberikan kontribusi akademis dan ilmiah mengenai politik luar negeri
masyarakat umum.
D. Metodologi Penelitian
tentang politik luar negeri, data dan informasi primer dari Sekretariat Jendral
ASEAN dan Departemen Luar Negeri Indonesia serta tulisan lainnya yang terkait
analisis kritis. Penulisan skripsi ini, secara umum mengacu pada buku Pedoman
E. Sistematika
Penulisan Bab I
Pendahuluan
kondisi ASEAN sebagai sebuah organisasi regional. Selain itu, mengangkat peran
Pada perumusan masalah hanya dititik beratkan pada politik luar negeri Indonesia
terhadap ASEAN, pengertian ASEAN Community dan politik luar negeri Indonesia
pada proses pembentukan ASEAN Community. Selain itu, terdapat tujuan dan
mengklasifikasikan secara umum dalam tiga perspektif; realis, pluralis dan global.
Terdapat juga pengertian kepentingan nasional yang merupakan pilar tertinggi dari
politik luar negeri setiap negara. Pada definisi peran dan diplomasi dalam politik
luar negeri, penulis fokus pada fungsi utama dari diplomasi. Pengertian kerjasama
Bab ini terdiri dari dua bagian, yakni, pertama, menguraikan tentang sejarah
kelahiran ASEAN yang dideklarasikan pada 1967 dengan lima negara pendiri awal.
Posisi ASEAN dalam politik luar negeri Indonesia menempati posisi vital dan
dan ASEAN Socio- Cultural Community (bidang sosial budaya) difokuskan pada
penegrtian umumnya.
Community.
regional power center, stabilitas politik, kemanan dan ekonomi serta pengembalian
citra. Peranan Indonesia yang sangat besar dalam pembentukan ASEAN Community
serta beberapa peluang dan tantangan besar bagi Indonesia dalam ASEAN
Community.
Bab V Penutup
luar negerinya dan berperan penting dalam pembentukan ASEAN Community. Saran yang penulis sampaikan difokuskan pada perbaikan s
BAB II
suatu negara. Hal ini lebih disebabkan kebijakan politik luar negeri suatu negara
berdimensi ganda, yakni; dimensi domestik dan negara lain. Karena itu, studi politik
luar negeri atau hubungan internasional berdimensi luas yang meliputi dimensi
kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan ke negara lain untuk mencapai suatu
kepentingan tertentu. Secara umum, politik luar negeri (foreign policy) merupakan
suatu perangkat formula nilai, sikap, arah, serta sasaran untuk mempertahankan,
presiden melebihi legitimasi publik dalam penentuan kebijakan luar negeri. Hal ini
kemudian melahirkan gap besar antara kebijakan dengan legitimasi publik yang
Selain itu, politik luar negeri dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
telah diformulasikan sedemikian rupa oleh satu pihak (dalam hal ini state) untuk
15
Hans. J. Morgenthau, Politik Antar-Bangsa, terj.S. Maimoen (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1990), h. 225.
16
Daniel S. Papp, Contemporary International Relations: Frameworks for Understanding,
(Boston: Allyn & Bacon, 1997), p. 134.
Holsti,17 pokok dalam membuat politik luar negeri pada umumnya dititik beratkan
pada usaha untuk memecahkan berbagai persoalan, baik yang berhubungan dengan
masalah dalam maupun luar negeri dan diwujudkan melalui berbagai cara yang
bervariasi antara satu negara dengan negara lainnya yang direfleksikan melalui
Berdasarkan hal tersebut, setiap kebijakan luar negeri yang dibuat sebuah
negara akan bersifat spesifik dan tentunya sesuai dengan kebutuhan negara.
Dalam konteks lain, kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana
tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi
negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai
Menurut Rosenau, apabila kita mengkaji kebijakan luar negeri suatu negara maka
kita akan memasuki fenomena yang luas dan kompleks, meliputi kehidupan internal
Politik luar negeri merupakan dua komponen yang berbeda tetapi membentuk
sebuah pengertian umum. Memahami konsep politik luar negeri dapat dielaborasi
dengan jalan memisahkannya dalam dua komponen: politik dan luar negeri.
17
K.J. Holsti, Politik Internasional: Kerangka Analisa, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987),
h. 175-176.
18
Jack C. Plano dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional (Bandung: Abardin, 1999),
h. 5.
19
A. A. Banyu Perwita dan Yanyan M. Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional
(Bandung: Rosda Karya, 2005), h. 49.
Politik atau kebijakan (policy) adalah seperangkat keputusan yang menjadi
pedoman untuk bertindak, atau seperangkat aksi yang bertujuan untuk mencapai
untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan gagasan mengenai kedaulatan dan konsep
“wilayah” akan membantu dalam upaya memahami konsep politik luar negeri
(foreign). Kedaulatan berarti kontrol atas wilayah (dalam) yang dimiliki suatu
negara. Jadi, politik luar negeri (foreign policy) berarti seperangkat pedoman untuk
Dengan kata lain, studi politik luar negeri berada intersection (persilangan)
antara aspek dalam negeri suatu negara (domestik) dan aspek internasional
persilangan ini merupakan substansi dari perumusan kebijakan politik luar negeri, di
Dengan menggunakan teori analisa politik luar negeri James N. Rosenau dan
Gavin Boyd, ada empat faktor sumber yang secara umum yang telah meliputi
dimensi internal dan eksternal. Sumber-sumber utama yang menjadi input dalam
sources), merupakan sumber yang berasal dari lingkungan eksternal suatu negara.
aliansi yang terbentuk antara negara-negara dan faktor situasional eksternal yang
dapat berupa isu area atau krisis. Kedua, sumber masyarakat (societal sources),
20
21
Banyu Perwita dan M. Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, h. 48.
Ibid., h. 48.
lingkungan internal. Sumber ini mencakup faktor kebudayaan dan sejarah,
internal yang menjelaskan tentang pertanggung jawaban politik dan struktur dalam
sumber internal yang melihat nilai-nilai pengalaman, bakat serta kepribadian elit
kebijakan luar negeri.22 Keempat faktor dalam terminologi Rosenau dan Boyd
negeri suatu negara. Beberapa faktor akan terlihat dominan di atas faktor lainnya.
Dengan demikian, politik luar negeri suatu negara ditujukan untuk memajukan
aspeknya yang dinamis adalah sebuah sistem tindakan suatu pemerintahan terhadap
pemerintahan lain atau suatu negara terhadap negara lain. Ia termasuk jumlah
keseluruhan hubungan luar negeri suatu bangsa. Penyusunan politik luar negeri
mungkin merupakan fungsi politik paling tinggi dalam suatu negara. Kesalahan
dalam perumusannya bisa membawa pada akibat yang paling serius. Karena itu,
perumusan politik luar negeri telah menjadi hak prerogatif pimpinan eksekutif suatu
keterlibatan unsur pimpinan negara lainnya serta peran partisipatif dari publik turut
22
23
Ibid., h. 57.
S.L. Roy, Diplomasi (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h. 33.
24
Zainudin Sardar, dkk, Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan Masa
Depan (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), h. 60-62.
1. Realis
merupakan aktor yang prinsipil dan penting dalam hubungan internasional. Kedua,
negara adalah aktor yang merupakan satu kesatuan (unitary actor). Ketiga, negara
perspektif realis.
2. Pluralis
Yang tidak kalah menarik adalah perspektif kaum pluralis yang berasumsi;
pertama, bahwa aktor non state merupakan entitas penting dan tidak boleh
diabaikan dalam hubungan internasional. Kedua, bahwa negara bukanlah aktor yang
satu kesatuan. Ketiga, karena negara adalah yang rasional maka negara akan
oleh masalah keamanan, militer, tetapi juga meluas ke masalah ekonomi dan sosial.
3. Global
Untuk kaum globalis yang baru muncul, mereka berasumsi; pertama, bahwa
titik awal analisis hubungan internasional adalah konteks global, di mana negara-
negara sebagai entitas yang berinteraksi satu sama lain. Kedua, bahwa sangat
berkembang.
konteks politik luar negeri, yakni; seni memajukan kepentingan nasional dalam pola
relasi
hubungan dengan negara lain. Karenanya, kepentingan nasional menjadi faktor
B. Kepentingan Nasional
negara yang dicapai melalui kebijakan nasional.25 Kebijakan luar negeri suatu
negara merupakan produk dari berbagai faktor dan kondisi baik yang bersifat tetap
maupun berubah untuk suatu waktu tertentu. Sebagai bagian dari kebijakan
nasional, kebijakan luar negeri jelas merupakan bagian dari kebijakan pemerintah
dasarnya terbagi atas dua faktor yaitu faktor tetap dan faktor berubah yang dikaitkan
berkembang. Muatan dari faktor tetap tersebut dapat turut memuat sejumlah unsur
prinsipil seperti mitos nasional dan falsafah negara yang disetujui rakyat. Kedua,
kebutuhan baik oleh pemerintah itu sendiri, oleh badan legislatif atau oleh berbagai
kebijakan politik suatu negara. Hal ini lebih dikarenakan rumitnya menentukan
melindungi kehidupan bangsa dan negara. Hal itu jelas berbeda dengan kepentingan
kepentingan golongan besar dari masyarakat yang dari waktu ke waktu dapat
Dalam hal ini, Papp27 memberikan beberapa kriteria yang dapat digunakan
nasional. Kriteria tersebut adalah: kriteria ekonomi, ideologi, yang berkaitan dengan
legalitas. Namun, tidak semua kriteria tersebut terdapat dalam landasan kepentingan
maka dapat dilihat sebagai national interest. Kebijakan tersebut dapat meningatkan
energi lainnya dapat dikatakan sebagai national interest yang dilihat dari kriteria
ekonomi.28
memegang peran vital dalam perumusan kebijakan nasional suatu negara. Hal ini
dipengaruhi oleh sistem ideologi negara yang mengikat sehingga proses perumusan
Pengaruh terbesar ideologi dalam perumusan kepentingan nasional dapat kita lihat
pada negara-negara berideologi komunisme dan marxisme seperti Uni Sovyet, Cina,
27
Daniel S. Papp, Contemporary International Relations, h. 44-45.
28
Ibid., h. 45.
Vietnam Utara, Korea Utara, Kuba. Kutub ideologi seringkali menarik sebuah
negara dalam pusaran konflik dengan negara musuh dalam peta ideologi mereka.
satu pihak (dalam hal ini state) dapat mendirikan dan memelihara kendali (control)
terhadap pihak (state) lain. Menurutnya, power membuat negara bertahan, dan
karena itu semua negara berkepentingan untuk memperolehnya. Oleh karena itu,
merupakan national interest negara yang bersangkutan.29 Dengan kata lain, power
menjadi bagian penting dalam hubungan internasional serta dalam memahami setiap
yang paling utama dalam menentukan national interest. Secara alami, negara hanya
determinant dalam national interest mereka karena tanggung jawab suatu negara
adalah menjamin keamanan warga negaranya. 30 Dalam konteks ini, terdapat benang
merah antara upaya perebutan power dengan sebuah kepentingan militer atau lebih
power selalu dilakukan seiring dengan penambahan kekuatan militer suatu negara.
etika dan budaya politik suatu negara. Hal ini dilandasi sebuah pemahaman bahwa
budaya politik merupakan perwujudan dari nilai-nilai moral dan kultur masayarakat
suatu
29
Hans J. Morgenthau, Politics Among Nations: Struggle For Power and Peace, second
edition, (New York: Alfred A. Knopf, 1956), h. 25-31
30
Daniel S. Papp, Contemporary International Relations, h. 45.
negara. Namun, hal ini seringkali tersingkirkan oleh basis moralitas-legalitas elit
negaranya.
bangsa dan negara serta menetukan sikap satu bangsa terhadap bangsa-bangsa lain
politik luar negeri suatu negara. Setelah itu barulah ditentukan tingkat atau derajat
intensitas kepentingan itu dalam bentuk strategi dan terakhir kepentingan tersebut
dicapai melalui tindakan nyata atau langkah-langkah dalam bentuk foreign policy.31
suatu negara. Beberapa peran yang dimainkan oleh suatu negara dalam politik luar
mediator konflik negara vis a vis negara, negara vis a vis separatis, serta aksi militer
atau invasi. Keseluruhan peran tersebut termasuk dalam konteks diplomasi dalam
aspek luasnya.
internasional. Kata tersebut merupakan hal yang signifikan yang tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan politik luar negeri. Diplomasi diyakini berasal dari
kata Yunani “diploun” yang berarti “melipat”. Hal ini berhubungan dengan pola
31
C.P.F. Luhulima, ASEAN Menuju Postur Baru, (Jakarta: CSIS, 1997), h. 217.
itu. Adapun surat jalan tersebut disebut sebagai ‘diplomas’. 32 Kata ini kemudian
berkembang dalam hubungan antar negara pada saat itu, kemudian menjadi kata
Terdapat banyak definisi tentang diplomasi, salah satunya adalah The Oxford
internasional melalui negosiasi; yang mana hubungan ini diselaraskan dan diatur oleh
33
duta besar dan para wakil bisnis atau seni para diplomat. Namun, dalam konteks
hubungan internasional, definisi KM. Panikkar dalam bukunya The Principle and
definisi diplomasi ini yakni, negosiasi, kepentingan nasional, seni. Tetapi juga patut
dikedepankan di sini bahwa diplomasi ada untuk tujuan damai maupun perang. Hal
ini mengingat faktor terpenting dalam diplomasi adalah kepentingan nasional. Maka
damai dalam berhubungan dengan negara lain. Apabila cara-cara damai gagal untuk
atau kekuatan sebagai cara untuk memperoleh tujuan-tujuan itu.35 Berbagai pilihan
32
33
S.L.Roy, Diplomasi, h. 1.
Ibid., h. 2.
34
Ibid., h. 3.
35
Ibid., h. 5.
tersebut diambil jika kemudian kepentingan nasional menggariskan ketentuan
pilihan- pilihan tersebut dalam kebijakan politik luar negeri suatu negara.
kebebasan politik dan integritas teritorialnya. Ini bisa dicapai dengan memperkuat
yang sehaluan dan menetralisir negara yang memusuhi. Persahabatan bisa dibina
dan sahabat-sahabat baru diperoleh melalui negosiasi yang bermanfaat. Ini akan
tujuan politik diplomasi suatu negara harus seimbang dengan sumber daya dan
power nya. Hal ini mengingat daya bargaining position dari diplomasi sangat
Oleh karena itu, efektifitas diplomasi suatu negara bergantung pada sejauh
mana kekuatannya. Sebaliknya sebuah negara besar dan kuat yang dilanda
keuangan, dan sebagainya akan gagal untuk menimbulkan kepercayaan dari negara
lain. Dalam kasus seperti itu diplomasi jarang menghasilkan tujuan yang
diinginkan.36 Faktor ekonomi ternyata juga tidak kalah penting dibanding dengan
terbelakang.
36
Ibid., h. 8.
Dengan lahirnya laissez faire dan sistem perdagangan bebas serta
keterkaitan erat antara politik dengan ekonomi. Artinya, aktivitas politik selalu
Selain kedua faktor determinan di atas, faktor sosial dan kebudayaan menempati
posisi yang cukup penting dalam diplomasi. Untuk menggambarkan betapa sisi
kerjasama sosial budaya menjadi faktor diplomasi dapat dilihat dari meningkatnya
aktivitas pertukaran budaya antar negara. Kekuatan utama diplomasi sosial budaya
terletak pada nilai politiknya yang cenderung lebih rendah daripada diplomasi
kedua hal tersebut adalah bagian dari sebuah proses yang kompeks, begitu rumitnya
sehingga ditandai dengan adanya dua faktor. Pertama, banyak negara yang melalui
dua level dalam penawaran yang ingin berlanjut; penawaran internasional antar
negara dan penawaran harus sesuai dengan keinginan perunding, wakil negara dan
Kedua, penawaran dan negosiasi, dalam konteks ini, sebuah kegiatan batas
budaya.38 Artinya dua komponen negara yang berbeda kultur menegaskan pentingya
37
Ibid., h. 10.
38
Karen Mingst, Essentials of International Relations, (New York: W.W. Norton &
Company,1999), h. 122.
pendekatan kultural dalam proses diplomasi. Dalam hal inilah, batas budaya
seringkali menjadi halangan dalam menghasilkan satu persepktif bersama dari hasil
yang diinginkan.
Jika melihat proses umum dari diplomasi tersebut, memang terlihat diplomat
sebagai aktor dari proses diplomasi dituntut untuk memainkan peran besar dalam
proses penawaran dan negoisasi. Banyak faktor yang kemudian berperan dalam
mendukung hal tersebut. Dalam hal ini kerangka tugas menjadi penting. Adapun
tujuan-tujuannya.39
melakukan interaksi dengan negara-negara lain baik yang bersifat bilateral maupun
c. Diplomasi harus memandang pentas politik itu dari sudut pandang bangsa lain.
39
Hans J. Morgenthau, Politik Antar Bangsa, h. 256.
Corak politik luar negeri suatu negara sebenarnya dapat terlihat dari pola
dilakukan ketika bargaining position negara tersebut di atas atau lebih kuat dari
penting dari suatu negara. Bagaimana sebuah negara dengan berbagai perbedaannya
diplomasi. Jika mengacu pada pemaparan ini, akan terlihat bahwa implementasi
diplomasi yang dilakukan Indonesia terhadap negara anggota ASEAN dalam upaya
D. Kerjasama Regional
penghargaan, tidak mungkin dapat dicapai suatu kerjasama seperti yang diharapkan
Kedua, adanya keputusan bersama dalam mengatasi setiap persoalan yang timbul.
konsultasi secara berkesinambungan. Bahkan, kedua hal itu lebih penting daripada
40
Dahlan Nasution, Perang Atau Damai Dalam Wawasan Politik Internasional, (Bandung:
Remaja Karya, 1981), h. 215.
Pada dasarnya, kerjasama regional merupakan bentuk saling ketergantungan
berbagai kepentingan bersama. Oleh karena itu, regionalisme merupakan tahap yang
citakan.41
bagian: 1) tahap vertikal dan 2) tahap horisontal. Yang dimaksud dengan tahap
tinggi dan lebih teatur. Koordinasi sama artinya dengan harmonisasi usaha-
sampai pada puncaknya, maka tahap itu disebut tahap integrasi, di mana
41
Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerja Sama ASEAN, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995), h.
17
suatu badan supranasional yang mempunyai yuridiksi mengatur kepentingan
bersama.42
42
M. Sabir, Politik Bebas Aktif, (Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1987), h. 221-222.
BAB III
Istilah Asia Tenggara pertama kali diperkenalkan oleh pasukan Sekutu yang
terdapat di wilayah Asia Tenggara pada waktu itu dengan nama Komando Asia
Sri Langka, wilayah Asia Selatan, hal ini dikarenakan wilayah Asia Tenggara
sedang diduduki oleh Jepang selama Perang Dunia ke-II berlangsung. Pasukan ini
memang khusus disiapkan sebagai bagian dari strategi merebut kawasan Asia
Adapun yang termasuk dalam wilayah Komando Asia Tenggara itu adalah
kawasan ini oleh orang Eropa disebut sebagai Wilayah Timur (oriental) atau Timur
Jauh (far east), Cina menyebutnya Wilayah Selatan (nan yang), India menyebut
Hindia Belakang, Jepang menyebut “Nan Yo” (Asia Timur Raya) dan PBB
Pada dekade awal 1960-an, Asia Tenggara merupakan kawasan yang sarat
konflik dan terpecah belah. Hal ini disebabkan oleh sangat kuatnya pengaruh
Asia Tenggara. Hal ini merupakan efek yang ditimbulkan oleh kemunculan dua
negara
43
44
Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerja Sama ASEAN, h. 17.
Ibid., 18.
super power “pemenang” Perang Dunia ke-II yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet
menjadi lahan perebutan dari kekuatan dua super power tersebut. Sebut saja Inggris
Serikat di Filipina dan Uni Soviet di kawasan Indo Cina (Kamboja, Vietnam dan
ketika Asian Relations Conference berlangsung di New Delhi, India, pada tahun
1947. Ide pembentukan kelompok Asia Tenggara muncul pada konferensi itu
sebagai jawaban atas keyakinan para anggota delegasi Asia Tenggara bahwa
negara-negara besar, India, dan China tidak dapat diharapkan untuk mendukung
perjuangan nasional mereka. Pada pertemuan itu, tulis Abu Hanifah, para anggota
yang secara erat bekerja sama. Pada awalnya hanya dalam masalah ekonomi dan
politik. Beberapa delegasi bahkan bermimpi lebih jauh, yakni terbentuknya suatu
45
C. P. F. Luhulima, “Regionalisme dan Politik Luar Negeri Indonesia”, diakses pada tanggal
22 Februari 2008 dari www.csis.com..
Kemudian muncul upaya yang dilakukan oleh Thailand, Filipina dan
Malaysia yang membentuk ASA (Association of Southeast Asia) pada tahun 1961
yang bertujuan untuk bekerja sama dalam bidang ekonomi, sosial dan kebudayaan.
bergabung dalam ASA. Faktor utamanya adalah status Thailand dan Filipina yang
saat itu masih tergabung dalam SEATO (South East Asia Treaty Organization)46
yang diprakarsai oleh Amerika Serikat dan status Malaysia yang masih dikuasai
oleh Inggris. Namun, nasib ASA ini tidak berumur panjang. Faktor nya adalah
Soekarno tumbang dan digantikan oleh Soeharto dengan bendera Orde Baru di
tahun 1966 berdampak pada perubahan kebijakan politik luar negeri Indonesia,
khususnya terhadap kawasan Asia Tenggara. Sejak itu, kebijakan politik luar negeri
Orde Baru
46
SEATO adalah perskutuan delapan negara yang menandatangani Perjanjian Pertahanan
Kolektif Asia Tenggara (South East Collective Defense Treaty) di Manila, Filipina tanggal 8
September 1954. Kedelapan negara itu adalah Australia, Prancis, Inggris, Selandia Baru, Pakistan,
Filipina, Thailand dan Amerika Serikat. Perjanjian yang diprakarsai oleh Menlu Amerika Serikat John
Foster Dulles un tuk membendung menyebarnya komunisme di Asia Tenggara. Bantuan ekonomi
menjadi kompensasi bagi negara yang mau bergabung dalam persekutuan ini. Namun, karena dianggap
gagal dalam membendung komunisme, SEATO akhirnya dibubarkan secara resmi pada tanggal 30
Juni 1977. James Luhulima, Asia Tenggara, h. 33.
47
Kebijakan konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia dipicu oleh pembentukan Federasi
Malaysia yang terdiri dari Malaya, Singapura dan wilayah Kalimantan Utara (Sabah dan Sarawak).
Kebijakan ini diambil oleh Presiden Soekarno akibat kebijakan Inggris dan Malaysia yang
memutuskan tetap membentuk Federasi Malaysia dengan mengabaikan Perjanjian London yang
disepakati dengan Indonesia dan ditandatangani pada 9 Juli 1963 di mana disepakati adanya Plebisit
yang menyebutkan bahwa rakyat di Kalimantan Utara diberikan hak menentukan pendapatnya
terhadap pembentukan federasi. Konsekuensinya Indonesia tidak akan mengganggu proses
pembentukan Federasi Malaysia. Namun Federasi Malaysia akhirnya tetap dibentuk pada 29 Agustus
1963, padahal hasil plebisit belum diketahui. Akibat konfrontasi tersebut, Malaysia memutuskan
hubungan diplomatiknya dengan Indonesia pada 17 September 1963. Hal ini semakin membuat ‘panas’
Indonesia. Puncak dari “kemarahan” Indonesia adalah kebijakan fenomenal Presiden Soekarno yang
menyatakan Indonesia keluar dari keanggotaan di PBB (Perhimpunan Bangsa-Bangsa) dan Poros
Jakarta-Phnom Penh-Hanoi- Peking (kini Beijing)-Pyong Yang. Ibid., h. 34-35.
48
“ASEAN”, diakses pada tanggal 14 Februari 2008 dari www.country-
studies.com/indonesia/asean.html.
adalah memberi prioritas pada kawasan Asia Tenggara dan normalisasi hubungan
kondusif di kawasan Asia Tenggara, sehingga akan lebih mudah bagi Indonesia
untuk mendorong kerjasama yang lebih maju dan konstruktif. Salah satunya adalah
ketika Menlu Adam Malik dan Menlu Malaysia Tun Abdul Razak bertemu di
negara.49
yang mengemuka adalah menghidupkan kembali ASA. Namun hal ini ditolak
tangan dari SEATO buatan Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia tidak
menginginkan status keanggotaan baru dari perhimpunan yang sudah ada. Sebagai
regional yang semua anggotanya memiliki status dan hak yang sama.
SEAARC (South East Asian Association for Regional Cooperation). Namun hal ini
ditolak oleh Menlu Thailand Thanat Khoman yang berpendapat nama tersebut mirip
dengan kata shark (ikan hiu). Akhirnya, nama usulan Menlu Adam Malik, yakni
49
James Luhulima, Asia Tenggara, h. 40-41.
ASEAN (Association of South East Asian Nations) disepakati sebagai nama bagi
negara di Asia Tenggara untuk bergabung dalam perhimpunan ini. Akan tetapi
situasi politik saat itu sangat tidak memungkinkan. Upaya yang pernah dilakukan
komunis. Namun, Myanmar dan Kamboja menolak bergabung dan tetap memilih
ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Adam Malik dari Indonesia,
Perdana Menteri (PM) Malaysia Tun Abdul Razak, Menlu Filipina Narcisco
Para negara tersebut tercatat sebagai pendiri sekaligus anggota pertama dari
anggota ASEAN telah mencapai sepuluh negara Asia Tenggara yakni para negara
pendiri dan negara-negara anggota baru, yakni Brunei Darussalam, Myanmar, Laos,
Vietnam, Kamboja.52
Berangkat dari konteks kelahirannya, ada tiga alasan utama yang melatar
50
51
Ibid., h. 42.
Ibid., h. 35.
52
Brunei Darussalam bergabung di ASEAN pada tanggal 8 Januari 1984, Vietnam menjadi
anggota ketujuh pada tanggal 28 Juli 1995. Laos dan Myanmar bergabung pada tanggal 23 Juli 1997
dan Kamboja menjadi negara terakhir yang bergabung pada tanggal 30 April 1999. S. Pusphanathan,
“The Establishment of ASEAN Community for the Future of ASEAN”, h. 1.
pembangunan ekonomi, sosial, dan kebudayaan kawasan melalui program-program
kerjasama; menjaga stabilitas politik dan ekonomi kawasan dari rivalitas negara
Satu hal yang disadari semua pihak dalam pembentukkan ASEAN, bahwa
setiap kerjasama regional tidak akan berguna dan bertahan lama, jika tidak
didasarkan pada landasan yang kuat. Yang dimaksud dengan landasan yang kuat
adalah bidang- bidang yang paling sedikit mengandung unsur perbedaan dan paling
bidang lainnya.54
mencerminkan jauhnya pandangan serta penyesuaian dengan kondisi ideal masa itu.
Bagaimana tidak, konfrontasi antar negara baru berakhir, hubungan antar negara
masih diselimuti sikap kecurigaan. Oleh karena itu bidang ekonomi merupakan
pilihan tepat pada saat itu. Kemudian diikuti dengan bidang budaya mengingat
dalam bidang itu tidak terdapat perbedaan yang terlalu signifikan. Namun yang
perlu ditegaskan, hal tersebut akan berubah mengikuti kebutuhan dan situasi dunia
permasalahan besar, yakni; pertama, krisis pada bulan Maret 1968. Saat itu muncul
ketegangan dalam hubungan Malaysia dan Filipina akibat sebuah krisis yang
sebagai tempat pemusatan latihan tempur bagi satuan militer khusus Muslim oleh
diplomatik yang
53
James Luhulima, Asia Tenggara, h. 35.
54
M. Sabir, Politik Bebas Aktif, h. 224.
55
James Luhulima, Asia Tenggara, h. 36.
puncaknya adalah pemutusan hubungan dilomatik kedua negara pada tahun 1968.
Namun, atas peran besar Indonesia melalui Presiden Soeharto sebagai mediator,
konflik ini dapat diatasi. Terbukti, pada bulan Desember 1969, kedua negara
mati terhadap dua anggota KKO (Korps Komando AL) Indonesia yang tertangkap
masalah ini dijalankan tetap dalam koridor diplomasi. Hal ini dilakukan agar
kelangsungan hidup ASEAN tetap terjaga. Setelah sempat beku, hubungan kedua
negara membaik setelah pada bulan Mei 1973, PM Lee Kuan Yew berkunjung ke
Indonesia dan melakukan acara tebar bunga di kedua makam prajurit yang
digantung di Singapura.
pujian dari dunia internasional sebagai salah satu organisasi kawasan yang sukses di
negara di kawasan yang dikenal sebagai Balkan of the East (Balkan di Timur) atau
Yang unik dari organisasi ASEAN adalah selama empat puluh tahun,
keberadaan dan bentuk kerja sama berlangsung efektif meski tanpa konstitusi,
anggaran dasar atau piagam resmi. ASEAN bergerak hanya berdasarkan dokumen
56
Ibid., h. 37.
57
“Dulu, ASEAN Pernah Berjaya”, Republika, 22 November 2007, h. 16.
merupakan pernyataan politik yang tidak mengikat dan memerlukan ratifikasi.
Karena itu kerja sama ASEAN bersifat longgar dan informal, berdasarkan
musyawarah atau konsensus dan sering dijuluki sebagai “The ASEAN Way”. Hal ini
berlangsung sampai dengan adanya Piagam ASEAN yang baru disepakati pada
KTT ASEAN XIII di Singapura, tahun 2007 lalu. Meski demikian, ASEAN mampu
stabilitas regional.
ASEAN merupakan soko guru politik luar negeri Indonesia. Sejak awal Soeharto
berpendapat kawasan Asia Tenggara yang stabil, aman, damai dan kondusif ditinjau
dari berbagai aspek merupakan modal dasar yang penting untuk pembangunan di
dalam negeri. Asia Tenggara yang diidam-idamkan Soeharto ialah suatu Asia
Tenggara yang integrated, yang merupakan benteng dan pangkalan paling kuat
Soeharto memberi prioritas utama pada hubungan yang dekat dan harmonis
pada penggalangan kerja sama yang mantap dengan negara tetangga, sebab di
sinilah terletak kepentingan nasional paling vital. Karena itu, penciptaan kestabilan
dan kerja sama regional di Asia Tenggara akan mendapat prioritas tinggi.
ASEAN dalam kacamata kebijakan politik luar negerinya. Hal ini sejalan dengan
dalam tujuan nasional, Departemen Luar Negeri sebagai pemegang otoritas eksekusi
kebijakan luar negeri dari pemerintah Indonesia, menekankan pada kerja sama
pertama adalah ASEAN yang merupakan pilar utama bangsa Indonesia dalam
bahwa Asia Tenggara dapat berkembang menjadi kawasan yang mandiri dan cukup
kuat bertahan dari pengaruh negatif atau gangguan dari luar, mengingat luasnya
wilayah, besarnya kekayaan alam dan potensi tenaga kerja yang tersedia di kawasan
ini.
salah satu tujuan menyelenggarakan hubungan dan politik luar negeri adalah untuk
ikut menjaga perdamaian dan ketertiban dunia. Selain itu, kepentingan nasional
poin tentang;
58
Lingkaran konsentris kedua adalah ASEAN + 3 (Jepang, China, Korea Selatan). Di luar hal
tersebut, Indonesia juga mengadakan hubungan kerja sama yang intensif dengan Amerika Serikat dan
Uni Eropa yang merupakan partner utama ekonomi Indonesia. Dalam lingkaran konsentris yang
ketiga, Indonesia mengakui pentingnya menggalang kerja sama dengan like-minded developing
countries. Itulah yang menyebabkan Indonesia secara aktif ikut serta dalam keanggotaan Non-Aligned
Movement (NAM) atau Gerakan Non-Blok, the Organization of the Islamic Conference (OIC) atau
Organisasi Konferensi Islam, the Group of 77 (G-77) dan the Group of 15 (G-15). Moenir Ari
Soenada, “Kepentingan Nasional Indonesia di Dunia Internasional”, diakses pada tanggal 9 Desember
2007 dari www.deplu.go.id.
peningkatan peranan dan kepemimpinan Indonesia dalam proses integrasi ASEAN;
hubungan antar sesama negara berkembang; memperkuat hubungan dan kerja sama
nilai-nilai saling menghormati, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain,
dalam proses pengambilan keputusan. Salah satu contoh betapa besar peran
Indonesia dalam membidani kelahiran ASEAN ini dinyatakan oleh Mely Caballero-
Selain itu, ahli Amerika Serikat, Bernard K. Gordon (dalam The Dimension
tanpa Indonesia, usaha apapun di kawasan itu tidak akan lebih dari hal yang sambil
lalu saja. Dengan partisipasi Indonesia, usaha baru dalam kerjasama regional akan
merupakan langkah raksasa ke arah stabilitas.61 Hal ini ditopang oleh kedudukan
Indonesia yang strategis sebagai negara yang menempati separuh dari wilayah Asia
59
“Tujuan Politik Luar Negeri”, diakses pada tangggal 9 Desember 2007 dari
www.deplu.go.id,.
60
“Dulu, ASEAN Pernah Berjaya”, h. 16.
61
M. Sabir, Politik Bebas Aktif, h. 216.
Tenggara, penduduknya terbanyak dan ditambah dengan kekayaan alamnya yang
terlengkap.
konflik yang terjadi dengan tetap berpegang teguh pada prinsip politik luar negeri
bebas aktif. Selain itu secara konsisten terus mendukung setiap usaha menjaga
yang diraih melalui kualitas diplomasi dan kontribusi konkrit Indonesia kepada
kawasan Asia Tenggara. Dalam kaitan ini, dapat dikatakan bahwa sejak 1997/1998,
62
Ahmad Dahlan, “Kepemimpinan Indonesia di ASEAN”.
dengan dicurahkannya perhatian pada proses reformasi politik dan penanggulangan
krisis ekonomi dalam negeri, telah terdapat dampak yang kurang menguntungkan
pemulihan kondisi dalam negeri, maka dalam kurang lebih dua tahun terakhir,
utama untuk melaksanakan hubungan luar negeri atau kerja sama antar negara-
negara kawasan Asia Tenggara dalam rangka pencapaian tujuan nasional. Melalui
resilience and non-interference- terhadap wilayah sekitar kawasan. Oleh karena itu,
lingkungan yang kondusif dapat diciptakan secara kolektif untuk kemajuan ekonomi
bersama.63
globalisasi harus dapat membangun dan memelihara kerja sama yang lebih luas dan
efektif untuk memperoleh kemajuan yang subtantif dalam bidang politik, keamanan,
politiknya untuk bergabung dalam proses regional, Indonesia akan terus memainkan
peran strategis demi kemajuan dan terciptanya integrasi ASEAN. Peranan Indonesia
ini diperkuat dengan ASEAN Community sebagai pilar regional yang utama di masa
depan.
63
Moenir Ari Soenada, “Kepentingan Nasional Indonesia di Dunia Internasional”.
B. Profil Singkat ASEAN Community
nilai- nilai bersama, norma-norma, dan simbol-simbol yang memberi identitas atau
perasaan kekitaan (sense of we-ness atau we feeling). Karena itu, secara sederhana,
kekitaan.
dan identitas kebersamaan hanya dapat diwujudkan pada tataran nasional, bukan
KTT ASEAN saat itu,65 hakikat dari suatu ASEAN Community adalah terwujudnya
suatu integrasi penuh kawasan yang damai dan sejahtera. Komunitas ASEAN
tersebut akan ditandai dengan semakin besarnya interaksi bidang politik dan
keamanan. Adanya pasar tunggal dan basis produksi dengan aliran bebas barang,
jasa, modal, dan orang. Terwujudnya masyarakat yang peduli dan berbagi, yang
lingkungan.
64
Makmur Keliat, “Pembangunan Komunitas ASEAN”, diakses pada tanggal 14 Februari
2008 dari www2.kompas.com/kompas-cetak/0412/01/opini/1407756.htm.
65
“40 Tahun ASEAN, Komunitas Harus Jadi Kepentingan Indonesia”, diakses pada tanggal
14 Februari 2008 dari www.indonesiaseoul.org/ indonesia/rubrik/view.php?kat=7&id=66.
Oleh karena itu, pembentukan ASEAN Community yang ditetapkan pada
KTT IX di Bali tahun 2003 merupakan langkah raksasa dalam konteks meneguhkan
rasa kekitaan (sense of we-ness) sebagai sebuah komunitas masyarakat dan bangsa
di kawasan Asia Tenggara. Untuk menuju pada tujuan tersebut, ASEAN Community
ditopang dengan tiga pilar, yaitu ASEAN Security Community, ASEAN Economic
Bali Concord II saat itu adalah Presiden Megawati Soekarnoputri, Perdana Menteri
Hassanal Bolkiah, PM Vietnam Phan Van Kai, PM Kamboja Hun Sen, PM Laos
ditopang oleh tiga pilar, yakni kerjasama politik dan keamanan, kerjasama ekonomi
dan kerjasama sosial dan budaya di mana ketiganya berperan untuk mendekatkan
pada tujuan untuk mewujudkan kawasan yang damai, stabil dan sejahtera. Namun
demikian, perlu ditekankan di sini bahwa kesemua itu baru merupakan langkah awal
diberlakukan pada tahun 2015 mendatang. Karena itu, sampai sejauh ini proses
ASEAN X di Vientiane, Laos tahun 2004 menyepakati Plan of Actions (PoA) untuk
ASC dan
66
“Declaration of Bali Concord II”, diakses pada tanggal 14 Februari 2008 dari
www.aseansec.org.
ASCC.67 Kesepakatan program dan sektor prioritas dalam integrasi ASEAN dan
Kuala Lumpur untuk penetapan Piagam ASEAN. KTT ASEAN XII di Cebu,
implementasi ASEAN Community dari tahun 2020 menjadi tahun 2015.68 Dan
akhirnya, pada KTT ASEAN XIII di Singapura, November 2007 lalu, Piagam
terus berjalan dalam proses diplomasi dengan kerangka kerjasama yang kian kokoh.
Tentu di luar dari berbagai riak-riak hubungan bilateral antar negara yang seringkali
memanas.
Dalam konteks komunitas politik dan keamanan, yang ingin dicapai adalah
cara kekerasan atau dengan ancaman penggunaan kekerasan. ASC ditujukan untuk
membangun sebuah kawasan yang hidup dalam damai dengan lingkungan yang
demokratis dan harmonis. Selain itu, ASC ini juga bukanlah merupakan pakta
dan keamanan untuk mencegah penggunaan kekuatan fisik atau militer dalam
of Amity of
67
Dian Triansyah Djani, “The Future of ASEAN Regional Cooperation After the 40 th
Anniversary”.
68
h. 1.
Ibid., h. 1.
Cooperation dan membentuk Piagam ASEAN), hingga pencegahan konflik, resolusi
ASEAN 2020, yang akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi. Hal tersebut
melahirkan aliran barang jasa dan investasi yang bebas dan aliran modal lebih bebas
sehingga menjadi lebih kuat, dinamis, dan kompetitif secara ekonomi dalam pasar
global. Bentuk konkret dari AEC ini ditandai dengan adanya FTA (Free Trade
dicanangkan agenda kerja menyeluruh, mulai dari FTA (Free Trade Area),
membangun masyarakat yang peduli (building caring society). Adapun rencana aksi
69
70
Ibid., h. 1.
Ibid., h. 1.
ekonomi (misalnya melalui pembentukan pasar tenaga kerja yang efisien,
71
Ibid., h. 1.
BAB IV
ASEAN COMMUNITY
A. Kepentingan-Kepentingan Indonesia
Oleh sebab itu, persatuan bangsa dan keutuhan kesatuan wilayah Indonesia
dimensi pemikiran dasar, yakni kewilayahan sebagai suatu realita dan kehidupan
Salah satu tujuan politik luar negeri Indonesia adalah mewujudkan dan
Indonesia dapat
72
Tim Dephan RI, “Buku Putih Departemen Pertahanan Republik Indonesia”, diakses pada
tanggal 16 Februari 2008 dari http://www.dephan.go.id/buku_putih/bab_iv.htm
berkonsentrasi untuk menata kehidupan politik dan memulihkan kehidupan
ekonomi nasional yang sedang terpuruk. Oleh karena itu, tidak heran jika ASEAN
di tempatkan sebagai pilar utama politik luar negeri Indonesia. Hal ini sebagai
nasional. Demikian pula dengan kondisi dalam negeri yang tidak stabil dan
kemudian diperparah dengan tindakan kejahatan lintas batas, separatisme yang ada
nasional dan regional. Berbagai persoalan tersebut semakin merusak citra Indonesia
sebagai negara yang aman dan stabil. Terlebih implikasi utama dari hal tersebut
riil dalam ASEAN yang menjamin perlindungan dan stabilitas regional. Sekalipun
telah ada komitmen untuk melaksanakan AFTA (ASEAN Free Trade Area) dalam
73
Ibid,.
kerangka kerjasama ekonomi, namun hal tersebut tidak berjalan pada proses
bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dapat dicapai dengan kondisi negara atau
pembentukkan ASEAN Community yang ditopang oleh tiga pilar utama yang saling
terkait yakni ASC, AEC dan ASCC. Pembentukkan ketiga pilar tersebut di dasari
keamanan, maka perekonomian tidak akan berjalan baik begitu pula sebaliknya,
baru.
Salah satu poin penting dalam AEC ini adalah penyeimbangan pertumbuhan
dengan basis ekonomi yang lebih kokoh. Dengan demikian, integrasi kerjasama
politik, keamanan dan ekonomi mampu menciptakan kawasan yang stabil dan
kehilangan peran tersebut. Praktis, sejak saat itu bargaining position Indonesia di
pada periode Juli 2003 sampai dengan Juli 2004. Dalam periode tersebut Indonesia
kawasan ASEAN.
dan berbagai konsep baru, nyata dan realistis sehingga ASEAN bukan hanya
sekedar simbol saja. Namun, konsep yang akan menghasilkan akselerasi demi
kemajuan ASEAN. Terlebih dalam hal ini Indonesia mendapat otoritas lebih luas
dengan jabatan resminya tersebut. Pada momentum ini pula menjadi sarana
penegasan bagi Indonesia untuk menempatkan ASEAN sebagai pilar utama politik
luar negerinya.
diinventarisir oleh Indonesia adalah persoalan kerjasama politik dan keamanan yang
masih harus di tingkatkan, kerjasama di bidang ekonomi yang belum begitu kuat
serta penguatan proses integrasi masyarakat ASEAN yang masih terhalang oleh
kurangnya kerjasama di bidang sosial dan budaya. Secara khusus telah dicatat oleh
adanya kecenderungan ASEAN selama ini bersifat ”swept the issues under the
terkait satu sama lain. Sehingga jika salah satu itu tidak ada maka kedua-duanya
perekonomian akan sia- sia.74 Oleh karena itu, diplomasi Indonesia dengan
Community yang kemudian diikuti dengan pembentukkan AEC dan ASCC sebagai
pilar penopang lainnya, merupakan sebuah terobosan penting dan maju bagi
ASEAN.
diakui perannya, terlebih lagi jika ASEAN telah mampu menjadi motor
Selain itu gagasan ini merupakan hal luar biasa dialami oleh ASEAN pada
melindungi HAM, serta memiliki norma-norma pergaulan antar negara yang lebih
Oleh karena itu, melalui konsep besar ASEAN Community yang digagas
kawasan regional. Sebagaimana yang diakui oleh Menlu Hasan Wirayuda, 76 bahwa
akan menjadi cetak biru integrasi regional hingga tahun 2020, karena di dalamnya
74
“Peringatan untuk KTT ke-9 ASEAN di Bali,” Kompas, 5 Oktober 2003.
75
“ ASEAN’s Collective Leadership,” The Jakarta Post, 1 Oktober 2003.
76
“Peringatan untuk KTT ke-9 ASEAN di Bali.”
terdapat kerangka komperhensif untuk kerjasama politik dan keamanan, ekonomi
dan sosial budaya. Sehingga kepentingan Indonesia pada skala regional sudah dapat
pada tahun 2007. Piagam ASEAN ini merupakan landasan hukum (yuridiksi)
hukumnya.
3. Pengembalian Citra
sudah dimulai sejak krisis ekonomi yang menerjang Indonesia di tahun 1997.
Parahnya, krisis ekonomi ini kemudian menjadi bola salju yang kemudian semakin
Kurun waktu tiga tahun sejak tahun 1998 membuat dinamika kehidupan
Dalam kurun waktu tersebut, terjadi tiga kali pergantian kepemimpinan nasional
politik yang belum mapan. Lembaga supra dan infra struktur politik masih mencari
dan pemerintahan yang bersih dan baik, mendapat rintangan yang berat. Krisis
ekonomi yang belum teratasi menimbulkan dampak terhadap bidang lain yaitu
instabilitas
politik dan perekonomian nasional, serta gangguan keamanan yang cenderung
meningkat.
Sebagai ekses dari kekacauan politik dan keamanan, ekonomi Indonesia ikut
terpuruk dan sulit untuk bangkit. Terlebih sektor ekonomi yang pertama kali
menjadi penyakit krisis bangsa ini. Negara hampir gagal dalam upayanya memenuhi
hak rakyat berupa pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs). Tidak bergeraknya
sektor riil ekonomi nasional berdampak pada gejolak di bidang sosial dan budaya.
multilateral di berbagai negara. Perbaikan sektor dalam negeri ditujukan pada upaya
Nanggroe Aceh Darussalam yang belangsung selama satu tahun. Dalam status
darurat militer tersebut secara serentak dilancarkan operasi militer terbatas dan
terjaminnya keamanan.
upaya pencegahan terhadap aksi-aksi terorisme. Pada tataran politik luar negeri,
mekanisme PBB
77
Megawati Sukarnoputri menjadi Presiden Indonesia menggantikan posisi KH. Abdurahman
Wahid (Gus Dur) yang digulingkan melalui Sidang Istimewa MPR RI (Majelis Permusyawaratan
Rakyat) pada tahun 2001. Sebelumnya Megawati adalah Wakil Presiden dan juga menjabat sebagai
Ketua Umum PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) yang merupakan partai pemenang
Pemilu 1999.
sebagai alat utama, yang melibatkan semua peradaban dan semua agama. Hal ini
didasari oleh pemikiran bahwa jaringan terorisme bersifat lintas negara dan hanya
dapat dikalahkan oleh jaringan kerjasama antar negara. Karena itu harus terus
merupakan salah satu pijakan untuk memulihkan citra negara. Sejak saat itu,
dengan memanfaatkan berbagai forum kerja sama bilateral, regional dan global.
tahun 2003, Indonesia telah melakukan diplomasi pro-aktif dalam bidang politik
tragedi Bom Bali Oktober 2002 maupun peledakkan Bom Marriott Agustus 2003.
Transnational Crime 1997, (2) Hanoi Plan of Action yang ditetapkan pada KTT
ASEAN di Hanoi, Vietnam 1998, dan (3) ASEAN Plan of Action to Combat
78
Moenir Ari Soenanda, “Kepentingan Nasional Indonesia di Dunia Internasional”.
Maka sejak tahun 2001, Indonesia turut mendorong deklarasi ASEAN untuk
yang dihasilkan pada KTT ASEAN ke-VII di Brunei Darussalam pada November
2001. Selain itu terdapat beberapa upaya pendekatan kerja sama regional yang
Selain fokus pada masalah politik dan keamanan, upaya mengembalikan citra
negara juga dilakukan dengan turut serta dalam berbagai kerja sama internasional di
bidang ekonomi dan sosial budaya. Beberapa isu yang menjadi pembahasan
pemberantasan
obat-obat terlarang, kejahatan lintas negara, serta penanganan beberapa virus penyakit
Indikasinya tampak dalam pertemuan tahunan para Menlu ASEAN di Phnom Penh,
Kamboja pada bulan Juli 2003, yang menunjukkan gejala positif dengan
pembahasan bersama atas beberapa persoalan sensitif dalam negeri negara anggota.
informasi seputar upaya rekonsilisasi nasional, terutama seputar nasib Aung San
Suu Kyi yang telah menjadi isu politik internasional. Beberapa kemajuan ini
Indonesia untuk memulihkan citranya maka pada KTT ASEAN ke-IX di Bali pada
utamanya ASEAN Security Community sebagai bagian dari strategi dan kepentingan
nasional untuk menciptakan kestabilan kawasan ASEAN. Hal ini secara langsung
B. Peranan Indonesia
untuk membuka diri dalam kerjasama internasional. Di sisi lain, peristiwa ini
menjadi isu besar mengenai perlindungan terhadap kebebasan sipil di tengah proses
negeri.79 Terlebih, fakta yang tersaji di depan mata pada saat hampir bersamaan,
(Internal Security Act) yang sangat represif sebagai jalan untuk memerangi
terorisme.
79
Philips. J Vermonte, Demokratisasi dan Politik Luar Negeri Indonesia: Membangun Citra
Diri, dalam Bantarto Bandoro, ed., Mencari Desain Baru Politik Luar Negeri Indonesia, (Jakarta:
CSIS, 2005), h. 36.
Hal ini yang kemudian menjadikan komunitas civil society di Indonesia menjadi
pemerintahan Megawati.
dari dunia internasional. Upaya Indonesia untuk bangkit dari “serangan” terorisme
tersebut menghasilkan sebuah apresiasi positif, sehingga hal ini diyakini menjadi
modal penting dalam penguatan basis politik luar negeri Indonesia. Hal tersebut
Indonesia di ASEAN. Karenanya, pada saat itu, Megawati memberikan porsi yang
besar bagi Departemen Luar Negeri (Deplu) untuk merancang langkah strategis
yang ditujukan untuk mendekatkan faktor internasional dan faktor domestik dalam
mengelola diplomasi. Artinya, Deplu memahami bahwa diplomasi tidak lagi hanya
dalam negeri.80
80
Ibid., h. 36.
Arah dan substansi politik luar negeri negara manapun pada akhirnya akan
tersebut adalah upaya merestrukturisasi politik luar negeri Indonesia. Sejak Januari
birokrasi baru. Tujuan restrukturusasi ini adalah untuk melibatkan seluruh sektor
Proses pembenahan yang dilakukan Deplu ini merupakan bagian dari sikap
responsif terhadap situasi politik dunia internasional yang berubah dengan cepat dan
sangat tepat dalam upaya untuk membangun pola dan perspektif baru politik luar
negeri Indonesia.
perbaikan merupakan momentum awal bagi penguatan peran politik luar negeri
Indonesia. Ketika hal ini telah dirasa cukup kuat, maka Indonesia beranggapan
bahwa prakondisi politik domestik telah cukup kuat untuk menopang kebijakan
peran kepemimpinan regional ASEAN yang sejak krisis tahun 1998 lepas dari
Indonesia.
upayanya memainkan peranan penting dalam kancah politik luar negeri, yakni posisi
81 Bantarto Bandoro, The Hassan Initiative dan Desain Baru Politik Luar Negeri Indonesia,
dalam Bantarto Bandoro, ed., Mencari Desain Baru Politik Luar Negeri Indonesia, (Jakarta: CSIS,
2005), h. 44.
Indonesia sebagai Ketua Standing Committee ASEAN pada periode Juli 2003
sampai dengan Juli 2004. Sebagai bagian dari strategi politik luar negeri Indonesia,
peran kepemimpinan Indonesia yang secara tradisional telah diakui sebagai natural
Berdasarkan hal tersebut, Indonesia yang telah lama concern pada upaya
mewujudkan sebuah kerangka kerjasama yang lebih luas dalam bidang politik dan
ekonomi ASEAN yang selama ini telah berjalan. Proses membangun keseimbangan
antara bidang ekonomi dengan politik dan keamanan ini merupakan proyek besar
Indonesia untuk menjadikan ASEAN lebih “bergigi”. Hal ini dikarenakan wilayah
politik dan keamanan merupakan sektor yang sangat sensitif dan paling dihindari
Fakta bahwa serangan terorisme dan jaringannya yang telah menggurita dan bersifat
pembentukan ASC sebagai proyek besar yang akan dibawa pada KTT ASEAN ke
IX
di Bali. ASC adalah sebuah konsep komunitas yang menempatkan diplomasi
sebagai first-liner pertahanan negara di masa damai. ASC yang digagas Indonesia
2020, -yang dilahirkan pada KTT ASEAN tahun 1997, di mana dimaksudkan untuk
mengintegrasikan ASEAN.
Sebagai sebuah proyek dan gagasan besar, maka proposal ASC ini kemudian
dibawa oleh para diplomat Indonesia dalam bagian proses diplomasi dengan negara
anggota ASEAN yang lain. Dengan status sebagai Ketua ASEAN Standing
Proposal ASC Indonesia ini kemudian mendapatkan respon positif serta bergulir
menjadi konsep Bali Concord II. Konsep ini sendiri mengacu pada Bali Concord I
yang telah dilahirkan pada KTT ASEAN di Bali tahun 1976. Dokumen utama
dalam draf Bali Concord II, akan berisi konsep AEC, ASCC dan konsep yang
digagas Indonesia, ASC. Hal ini membuktikan bahwa gagasan Indonesia menjadi
Lombok dan Jakarta pada September 2003, dan telah diputuskan pada pertemuan
tingkat menteri luar negeri di New York, 29 September 2003. Pada SOM informal
ASEAN telah menyepakati keseluruhan aspek utama yang akan dimasukkan dalam
Bali Concord II
82 Philips. J Vermonte, Demokratisasi dan Politik Luar Negeri Indonesia: Membangun Citra
Diri, h. 38.
83
“Luncurkan Bali Concord II'', diakses pada tanggal 14 Februari 2008 dari
www.balipost.com/BaliPostcetak/2003/10/4/b20.htm
diajukan untuk ditandatangani para pemimpin ASEAN dalam KTT pada 7-8
Oktober 2003. Pada tahap ini, sudah terlihat sebuah langkah maju dihasilkan oleh
negara atau pemerintahan ASEAN pada 7-8 Oktober 2003. Pertemuan para pejabat
ASEAN setingkat dirjen itu dipimpin oleh tuan rumah Dirjen Asia Pasifik dan
Afrika Deplu Indonesia Makarim Wibisono, dan akan berlangsung hingga Sabtu, 4
Oktober 2003.84 Lalu pertemuan tingkat Menlu negara-negara ASEAN tanggal 5-6
Akhirnya, setelah melalui jalan panjang proses diplomasi dari satu forum ke
forum, pada tanggal 7 Oktober 2003 Bali Concord II, -yang menggariskan
pembentukkan ASEAN Community berdasarkan tiga pilarnya, yakni ASC, AEC dan
negara di Asia Tenggara yang terkait dalam kemitraan, pembangunan dinamis, dan
Pada saat itu pula disepakati untuk menyusun rencana aksi yang akan di
sepakati pada KTT ASEAN X di Vientiane, Laos, 2004 sebagai tindak lanjut dari
Bali
84
Ibid,.
85
“RI akan Usulkan Pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN”, diakses pada tanggal 14
Februari 2008 dari www2.kompas.com/utama/news/0308/27/021854.htm.
86
“Bali Concord II diTandatangani Siang Ini”, diakses pada tanggal 14 Februari 2008 dari
www2.kompas.com/utama/news/0308/27/021854.htm.
Concord II. Konsep ASEAN Community ini kemudian didorong maju selangkah ke
depan dengan disetujuinya rencana-rencana aksi atau Plan of Actions (PoA). PoA
Concord II merupakan buah dari diplomasi intensif dan negosiasi serta lobi kuat
yang dilakukan oleh elemen Pemerintahan Indonesia dalam mendorong upaya ini.
Pada saat itulah Indonesia menunjukkan prestasi dengan menjadikan ASEAN dari
suatu organisasi yang bersifat loose menjadi suatu organisasi yang lebih mengikat
(community). Pada titik ini sebenarnya Indonesia telah menunjukkan dirinya sebagai
1. Peluang
premis yang menyebutkan kepentingan nasional di atas politik luar negeri sebuah
Indonesia. Namun demikian, penulis melihat beberapa peluang potensial yang dapat
sebagai regional power center di ASEAN. Peluang ini semakin besar jika mengacu
Indonesia sebagai negara perumus. Pada sisi lain, sebagai tuan rumah dari kantor
York sebagai kota tempat Sekretariat PBB berada. Imbas dari peluang besar ini
adalah akan menaikkan leverage (bobot) Indonesia di mata dunia. Secara tidak
langsung pada gilirannya nanti akan membuat Indonesia menjadi negara yang lebih
tingkat regional dan dunia pada umumnya. Tetapi jika dipaparkan lebih rinci,
peluang Indonesia sangat besar dalam setiap elemen ASEAN Community ini, yakni
pengusung gagasan ASC. Oleh karena itu, beberapa peluang potensial bagi
Indonesia adalah memperkuat sikap damai dari para negara anggota dan para mitra
ASEAN. Ini menjadi langkah utama dalam menerapkan kehidupan damai dan
Selain itu, memperkuat sikap saling percaya dan yakin di antara negara
stabilitas nasional. Kemudian, ASC ini menjadikan Indonesia dan negara anggota
lainnya lebih terikat pada penyelesaian konflik dengan dialog, pembangunan sikap
pasar yang menjanjikan. Kawasan ASEAN dengan penduduk 540 juta jiwa dan
GDP 723 miliar dollar AS punya potensi untuk menjadi sebuah komunitas yang
lebih terintegrasi.87 Hal ini ditambah lagi dengan fakta bahwa negara-negara di
kawasan ini menikmati pertumbuhan ekonomi yang pesat dan stabilitas keamanan
yang relatif baik. ASEAN akan menjadi pemain penting dalam ekonomi dan politik
Hal ini ditunjang dengan stabilitas yang semakin membaik. Peluang potensial
Memperkuat ketahanan ekonomi regional sebagai salah satu pilar pertahanan dari
Pada sisi lain, Indonesia berpeluang untuk meningkatkan pasar investasi dan
industri pariwisata serta peningkatan daya saing industri nasional. Selain itu,
kekayaan sumber alam Indonesia yang tidak ada duanya di Asia Tenggara
menguntungkan Indonesia.
2. Tantangan
Community ini jauh lebih besar. Sehingga harus segera diambil kebijakan strategis
peluang.
perubahan paradigma dan sikap dari seluruh komponen bangsa dalam menyikapi hal
ini.
seluruh stakeholder negara ini akan dampak positif dari ASEAN Community bagi
Indonesia.
penyerahan sebagian kedaulatan negara. Inilah elemen paling sensitif dalam proses
menuju integrasi penuh. Selain itu, kemampuan Indonesia untuk menjaga stabilitas
politik domestik dengan penegakan proses demokratisasi yang konsisten merupakan
elemen lain dalam memenuhi ekspektasi negara anggota lain. Hal ini akan
berdampak pada keyakinan akan status Indonesia sebagai regional power center di
ASEAN.
negara utama ASEAN (Malaysia, Singapura, Thailand, Pilipina) cukup besar yaitu
13.9% (2005) dari total ekspor. Namun terdapat dua permasalahan yang terletak
pada sektor daya saing ekonomi Indonesia jauh lebih rendah ketimbang Singapura,
dibanding dengan negara ASEAN lainnya. 88 Hal ini merupakan fenomena sisa dari
krisis ekonomi 1997-1998 yang belum juga hilang dari negeri ini.
arus Foreign Direct Investment) atau semakin merosotnya kepercayaan dunia usaha,
kebijakan, ekonomi biaya tinggi akibaat korupsi dan pungli menjadi beban
tambahan.
berkepanjangan sejak tahun 1997 dan sampai saat ini belum juga pulih. Kedua
88
Jhanghiz Syahrivar, “Towards ASEAN Community 2015”, diakses tanggal 11 Maret 2008
dari www.president.ac.id/.
89
Noer Azam Achsani, “Integrasi ASEAN+3: Antar Peluang dan Ancaman”, diakses pada
tanggal 11 Maret 2008 dari http://brighten.or.id.
menghadapi masalah ekonomi yang sangat besar, yang ditandai dengan tingginya
Dengan demikian, Indonesia tidak bisa menunda lagi untuk segera berbenah diri,
mainstream and common issue bagi masyarakatnya. Hal ini sangat penting jika
mengingat bahwa ASEAN baru menjadi isu bagi sekelompok masyarakat saja.
Terlebih, proses menuju integrasi penuh merupakan proses yang panjang. Dalam
konteks ini, integrasi sosial sangat sulit dibangun pada masyarakat plural, jika tidak
kompetitif. Hal ini penting untuk menopang implementasi ASEAN Community yang
berinteaksi penuh dengan warga masyarakat dari negara anggota ASEAN lainnya
dalam berbagai bidang. Sampai saat ini, belum terlihat adanya upaya ke arah itu.
simbolik, sehingga kita patut khawatir bahwa toleransi dan solidaritas Indonesia
bagi ASEAN itu hanya menjadi wacana dan diskusi saja, tetapi tidak mengakar
Oleh karena itu, diperlukan komitmen lebih besar dan kuat dari pemerintah
internal maupun yang terkait dengan negara anggota ASEAN lainnya. Dengan
demikian, proses pembangunan ASEAN Community semakin mudah mengingat
waktu tujuh tahun ke depan merupakan pertaruhan besar bagi Indonesia dan
ASEAN. Hendaknya sisa waktu yang tidak lama itu bisa dimanfaatkan secara
sesuatu yang diperlukan agar Indonesia betul-betul menjadi lebih siap dan tidak kedodoran menyambut pembentukan dan implementasi
maksimal dan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
menyimpulkan:
1. Politik luar negeri Indonesia terhadap ASEAN menempati posisi penting dan
2. ASEAN Community adalah produk dari ASEAN yang terdapat dalam Bali
Community terdiri atas tiga pilar, yaitu; ASEAN Security Community (ASC),
Community (ASCC).
B. Saran
mampu menjadi pemimpin pasar dan tidak hanya menjadi penonton dalam
society. Sehingga ASEAN Community tidak lagi menjadi isu elitis, akan
Achsani, Noer Azam, “Integrasi ASEAN+3: Antar Peluang dan Ancaman”, diakses
pada tanggal 11 Maret 2008 dari http://brighten.or.id.
Bandoro, Bantarto, The Hassan Initiative dan Desain Baru Politik Luar Negeri
Indonesia, dalam Bandoro, Bantarto, ed., Mencari Desain Baru Politik Luar
Negeri Indonesia, Jakarta: CSIS, 2005
Dam, Sjamsumar dan Riswandi, Kerja Sama ASEAN, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995
Djani, Dian Triansyah, “The Future of ASEAN Regional Cooperation After the 40 th
Anniversary”, dalam Seminar ASEAN Charter: The Future of ASEAN ?,
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, tanggal 3 September 2007 di Wisma
Syahida, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Holsti, K.J., Politik Internasional: Kerangka Analisa,, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1987
Luhulima,C. P. F., “Regionalisme dan Politik Luar Negeri Indonesia”, diakses pada
tanggal 22 Februari 2008 dari www.csis.com.
Mingst, Karen, Essentials of International Relations, New York: W.W. Norton &
Company, 1999
Morgenthau, Hans J., Politics Among Nations: Struggle For Power and Peace,
second edition, New York: Alfred A. Knopf, 1956
Perwita, A.A. Banyu dan Yani, Yanyan M., Pengantar Hubungan Internasional,
Bandung: Rosda Karya, 2005
Plano, Jack C. dan Olton, Roy, Kamus Hubungan Internasional, Bandung: Abardin,
1999
RI, Tim Dephan, “Buku Putih Departemen Pertahanan Republik Indonesia”, diakses
pada tanggal 16 Februari 2008 dari http://www.dephan.go.id/ buku_putih/bab_iv.htm
Sabir, M., Politik Bebas Aktif, Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1987
Soenada, Moenir Ari, “Kebijakan Luar Negeri dan Strategi Indonesia di Kawasan
Asia Pasifik”, diakses pada tanggal 9 Desember 2007 dari www.deplu.go.id.
”ASEAN: Catatan dari Kuala Lumpur”, diakses tanggal 14 Februari 2008 dari
www.p2p-lipi.go.id/menu/issue.aspx?kdi=53.
“Bali Concord II Ditandatangani Siang Ini”, diakses pada tanggal 14 Februari 2008
dari www.kompas.com/utama/news/0308/27/021854.htm.
“Declaration of Bali Concord II”, diakses pada tanggal 14 Februari 2008 dari
www.aseansec.org
“Luncurkan Bali Concord II'', diakses pada tanggal 14 Februari 2008 dari
www.balipost.com/BaliPostcetak/2003/10/4/b20.htm.
“Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia”, diakses pada tangggal 9 Desember 2007
dari www.deplu.go.id,.
“40 Tahun ASEAN, Komunitas Harus Jadi Kepentingan Indonesia”, diakses pada
tanggal 14 Februari 2008 dari www.indonesiaseoul.org/
indonesia/rubrik/view.php?kat=7&id=66