Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

SEJARAH DAN PRINSIP SASTRA BANDINGAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sastra Bandingan


Dosen Pengampu: Fenny Anita, M.Pd.

Oleh Kelompok 1:
Afif Alkhairi (11911115317)
Alfiaturrosyidah (11911123691)
Ana Mariana (11911120198)
Anisa Fadillah (11911123694)
Aprilia Rindiani (11911122861)
Devie Putri R. (11911123709)
Elmawati Pratama (11911123714)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberi
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun makalah Sastra Bandingan
yang berjudul “Sejarah dan Prinsip Sastra Bandingan.”

Penyusunan makalah ini sebagai salah satu tugas untuk memenuhi


persyaratan mata kuliah Sastra Bandingan Program Studi Pendidikan Bahasa
Indoensia Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Dalam penyusunan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang


tak terhingga kepada:

1. Ibu Fenny Anita, M.Pd. selaku dosen pengampu pada mata kuliah Sastra
Bandingan.
2. Keluarga tercinta yang telah mendukung.
3. Rekan-rekan yang mengikuti mata kuliah Sastra Bandingan.

Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan


dalam teknik penulisan dan materi yang disampaikan. Mengingat kelemahan yang
dimiliki penulis, maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Pekanbaru, 21 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah........................................................................ 1
C. Tujuan..........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Sastra Bandingan............................................................ 3


B. Prinsip Dasar Sastra Bandingan................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN

A. Simpulan...................................................................................... 15

BAB IV PENUTUP...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu karya sastra tidak dapat dipisahkan dari keberadaan karya-karya sastra
yang mendahuluinya, yang pernah diserap oleh sastrawan. Pada mulanya, dalam
menciptakan karyanya seorang sastrawan tersebut melihat, meresapi, dan
menyerap teks-teks lain yang menarik perhatiannya baik secara sadar atau tidak.
Berlatar dari pernyataan inilah sastra bandingan perlu dikaji adanya. Sebagai suatu
aliran, kajian sastra bandingan terlihat belum begitu populer di kancah ilmiah
masyarakat Indonesia. Perbandingan merupakan salah satu metode yang juga
digunakan dalam penelitian.
Dengan demikian, uraian yang digunakan dalam sastra bandingan tentunya
bersandar pada dasar banding-membandingkan. Sastra Bandingan dalam kajian
umum serta dalam kaitannya dengan sejarah ataupun yang lainnya adalah
merupakan bagian dari sastra. Sastra sebagai  bagian dari kebudayaan, ditentukan
antara lain oleh geografi dan sumber daya alam yang dapat menyusun suatu
masyarakat dan menentukan tata nilai. Dalam karya sastra semua hal tersebut
ditanggapi secara kreatif, sehingga suatu karya sastra perlu dibanding-bandingkan
agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai persamaan dan perbedaan
diberbagai budaya.

B. Rumusan Masalah :
1. Bagaimana Sejarah Sastra Bandingan?
2. Bagaimana Prinsip Sastra Bandingan?
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah, yaitu:
1. Untuk Mengetahui Sejarah Sastra Bandingan.
2. Untuk Mengetahui Prinsip Sastra Bandingan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Sastra Bandinga

Istilah sastra bandingan pertama kali muncul di negara Inggris yang


dipelopori oleh para pemikir Perancis seperti Fernand Baldensperger, Jean-Marie
Carre’, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard. Mereka ini dalam ilmu
sastra bandingan akhirnya lebih dikenal sebagai pelopor aliran Perancis atau aliran
lama (Hutomo, 1993: 1).

Pada perkembangan selanjutnya, sastra bandingan ini juga berkembang di


Amerika, mengembangkan konsep-konsep sastra bandingan aliran Perancis,
sehingga sastra bandingan aliran Amerika ini disebut sebagai aliran baru
(Hutomo, 1993: 1). Aliran Perancis sebagai aliran lama berpendapat bahwa sastra
bandingan adalah pembandingan sastra secara sistematik dari dua negara yang
berlainan (Hutomo, 1993: 1). Sedangkan aliran Amerika berpandangan lebih luas.
Aliran Amerika tidak hanya membandingkan dua karya sastra dari dua negara
yang berlainan, tetapi juga membandingkan sastra dengan bidang ilmu atau seni
tertentu (Hutomo, 1993: 3). Oleh aliran Perancis hal tersebut tidak disetujui.
Namun dalam praktiknya ternyata aliran Perancis juga melaksanakan konsep
aliran Amerika (Hutomo, 1993: 4).

Para pelopor sastra bandingan di Prancis antara lain Fernand


Baldensperger, Jean-Maria Carre, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois
Guyard. Buku-buku yang telah mereka tulis antara lain sebagai berikut
(Endraswara, 2011:25-26):

1. La Litterature Comparee (Paris, 1932-1951) karya Paul Van Tieghem.


Buku ini berisi uraian mengenai sejarah, teori, masalah, serta hasil
kesusastraan umum dan bandingan. Bahan-bahan yang dipakai terbatas
pada penerbitan berbahasa Prancis.
2. La Litterature Comparee (cetakan pertama Paris, 1951; Edisi kelima 1969)
oleh Marius Francois Guyard. Buku ini membawa kita pada perkenalan
sastra bandingan yang sealiran dengan Paul Van Tieghem.
3. “La Litterature Comparee Depuis un Demi Siele” dalam Annales du
Universitaire Meditenaream 3 (1951), 69-77. Karya Jean-Marie Carre.
Karangan ini penting sebagai sebuah aliran, karena ternyata mewakili
aliran Prancis dalam sastra bandingan aliran Guyard. Di sini Jean-Marei
Carre melihat sastra bandingan sebagai sesuatu yang berbeda dengan
“bandingan kesusastraan” atau “sastra umum”.

Adapun perkembangan Sastra Bandingan Di Indonesia sebagaimana berikut.

Perkembangan sastra bandingan di Indonesia tidak lepas dari induknya


yaitu Prancis dan Amerika. Tetapi tampaknya Amerika Serikat justru lebih
mendominasi hadirnya sastra di Indonesia (Endraswara, 2011. 36).

Sastra bandingan di Indonesia secara garis besar dapat dibagi dalam empat
kelompok, yaitu (Endaraswara, 2011:43):

1. Sastra bandingan dalam kaitan studi filologi yang dikenal sebagai kritik
teks.
2. Sastra bandingan dalam hubungannya dengan sastra lisan. Jenis penelitian
ini lebih ke arah motif atau tema dalam dongeng, cerita rakyat, legenda,
dan sejenisnya, serta menurut wilayah penyebaran teks.
3. Sastra bandingan moderen, yakni sastra bandingan tulis, baik yang ditulis
dalam bahasa Indonesia yang masih bernama bahasa Melayu maupun
yang ditulis dalam bahasa Indonesia.
4. Sastra bandingan Interdisipliner artinya menyandingkan karya sastra
dengan bidang lain di luar ilmu sastra. Bandingan yang keempat ini sering
melahirkan simbiosis mutualisme antara sastra dan bidang lain. Para
sarjana, baik Asing maupun Indonesia, telah banyak melakukan studi
filologi atas naskah-naskah lama Nusantara (Indonesia) umumnya
perbandingan naskah-naskah yang berupa karya sastra yang berbeda, lalu
dicari pertautannya dan kemudian menemukan naskah induk. Setelah
induk naskah ditemukan barulah dilakukan perbaikan serta penganalisisan
untuk menentukan latar belakang budaya yang bercermin dalam naskah.

Teori sastra bandingan di Indonesia belum mendapat perhatian sepenuhnya


dari para pakar dan masih sangat sedikit buku dan artikel yang menjelaskan dan
menguraikan teori sastra bandingan.

B. Prinsip Sastra Bandingan

Prinsip dasar yang harus dianut dalam pengkajian sastra bandingan terkait
dengan dua hal, yaitu: (1) kondisi karya sastra yang tidak pernah steril dari
pengaruh sastra lain, (2) bandingan sebagai upaya penjernihan orisinalitas dan
bobot estetika sastra. Perlu dipahami, sastra dan sastra bandingan memang dua hal
yang membutuhkan pencermatan tingkat tinggi. Jika sastra sifatnya imajinatif,
sastra bandingan bersifat non imajinatif. Pengertian dunia sastra dan sastra
bandingan tidak selalu identik. Sastra bandingan dapat didefinisikan sebagai
susunan sastra dunia, yang meliputi sejumlah penampilan sastra, historis dan
kritis, dari fenomena sastra yang dipertimbangkan secara keseluruhan. Itulah
sebabnya, sastra bandingan muaranya memang untuk menuju sastra dunia.
Biarpun pengertian sastra dunia itu sampai sekarang masih tendensius, sastra
bandingan tetap memiliki andil yang patut diperhitungkan.

Ekspresi sastra bandingan adalah sumber kesimpulan yang kritis, karena


telah didukung data otentik. Hal ini sering terjadi klaim bahwa sastra dan sastra
bandingan memiliki metode bandingan kritis yang lebih spesifik. Teori sastra
memiliki metode kreatif, kritis, dan proporsional dalam penciptaannya. Adapun
sastra bandingan jelas pengkajian sastra yang memanfaatkan kreativitas teoritik
pula. Prosedur dari penelitian keduanya pada dasarnya sama, yaitu subjek
penelitian dapat berupa sastra tunggal atau beberapa karya sastra. Sastra
bandingan, harus disebut sebagai pemahaman sastra secara komprehensif. Prinsip
demikian perlu ditaati manakala kita hendak melahirkan produk sastra bandingan
yang berbobot.
Menurut Jost (1993) sampai kini kita telah menghasilkan prinsip-prinsip
umum dan sastra bandingan yang diterima secara luas di seluruh dunia ilmiah.
Setidaknya dalam hal teori sastra bandingan merupakan suatu pemikiran filosofi
sastra dalam khasanah humanisme baru. Prinsip dasar sastra bandingan terdiri dari
kepercayaan dalam keutuhan fenomena sastra. Dalam negasi kekuasaan sastra
nasional di bidang ekonomi dan budaya, mengakibatkan perlunya aksiologi baru.
Sastra nasional tidak bisa dipahami sebagai sekedar suatu studi lapangan, sebab
perspektifnya terbatas oleh kesewenangan, kontektualisme internasional dalam
sejarah sastra dan kritik yang telah menjadi hukum. Sastra bandingan mewakili
lebih dari satu disiplin akademis. Yang paling penting, prinsip utama sastra
bandingan perlu kecermatan, agar tidak terjadi gugatan dari sastrawan yang
dibandingkan. Gugatan juga dapat hadir dari kritikus, apabila sastra bandingan
dianggap tidak memenuhi prinsip yang benar. Prinsip yang perlu dijaga, yaitu
hadirnya pemikiran kritis, jeli, dan mampu menunjukkan pararelisme dua karya
atau lebih. Yang diutamakan dalam sastra bandingan adalah pertemuan kritis yang
dilandasi pemikiran jernih dan tidak berat sebelah serta bebas dari maksud-
maksud ter Yang diutamakan dalam sastra bandingan adalah pertemuan kritis
yang dilandasi pemikiran jernih dan tidak berat sebelah serta bebas dari maksud-
maksud tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Istilah sastra bandingan pertama kali muncul di negara Inggris yang
dipelopori oleh para pemikir Perancis seperti Fernand Baldensperger, Jean-Marie
Carre’, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard. Mereka ini dalam ilmu
sastra bandingan akhirnya lebih dikenal sebagai pelopor aliran Perancis atau aliran
lama (Hutomo, 1993: 1).
Aliran Perancis sebagai aliran lama berpendapat bahwa sastra bandingan
adalah pembandingan sastra secara sistematik dari dua negara yang berlainan
(Hutomo, 1993: 1). Sedangkan aliran Amerika berpandangan lebih luas. Aliran
Amerika tidak hanya membandingkan dua karya sastra dari dua negara yang
berlainan, tetapi juga membandingkan sastra dengan bidang ilmu atau seni
tertentu (Hutomo, 1993: 3).
Teori sastra bandingan di Indonesia belum mendapat perhatian sepenuhnya
dari para pakar dan masih sangat sedikit buku dan artikel yang menjelaskan dan
menguraikan teori sastra bandingan.

Prinsip dasar yang harus dianut dalam pengkajian sastra bandingan terkait
dengan dua hal, yaitu: (1) kondisi karya sastra yang tidak pernah steril dari
pengaruh sastra lain, (2) bandingan sebagai upaya penjernihan orisinalitas dan
bobot estetika sastra. Perlu dipahami, sastra dan sastra bandingan memang dua hal
yang membutuhkan pencermatan tingkat tinggi. Jika sastra sifatnya imajinatif,
sastra bandingan bersifat non imajinatif.
DAFTAR PUSTAKA

Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta:


Pusat Bahasa, Depdiknas.
Endaraswara, Swwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogakarta: Kap.
2011. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Bukupup
Isnendes, C. R. (2010). Teori sastra. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah
FPBS UPI.
Jost, Francois. 1974. Introduction to Comparative Literature. New York: The
Bobbs Meril Company.
Koswara, D. (2013). Racikan sastra (pangdeudeul bahan perkuliahan sastra
Sunda). Bandung: JPBD FPBS Universitas Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai