SKRIPSI
OLEH:
FAISAL
F11112259
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
skripsi ini dapat peneliti selesaikan sesuai dengan harapan dan waktu yang terbilang
dalam Cerpen Dongeng Sebelum Bercinta dan Peterpan Karya Eka Kurniawan”
diajukan sebagai syarat ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Sastra di
Skripsi ini selesai berkat bantuan banyak pihak yang membantu peneliti. Tanpa
pihak-pihak tersebut, skripsi ini bisa saja tidak dalam wujudnya seperti saat ini.
Oleh karena itu, pertama-tama peneliti ingin berterima kasih kepada kedua orang
tua yang selama ini berperan dengan berbagai caranya, dengan doa dan cintanya
kepada peneliti. Terima kasih kepada ayah, Oddang Ranreng, dan ibu, Hj.
Mandauleng A. Gani untuk semua kebaikannya. Pada kesempatan ini pula, peneliti
2. Dr. Inriati Lewa, M.Hum. dan Dra. St. Nursa’adah, M.Hum., selaku
iv
3. Dra. Haryeni Tamin, M.Hum., selaku penasihat akademik yang
perkuliahan.
penelitian ini.
dalam hidupnya tahun ini dan membuat saya belajar banyak hal
Ilyas, empat orang penting dalam hidup saya, terima kasih karena
kebaikan-kebaikan kalian.
Pada akhirnya, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak, termasuk
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Ruang Lingkup Masalah ...................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 9
A. Landasan Teori..................................................................................... 9
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................ 20
C. Kerangka Pemikiran............................................................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 24
A. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 24
B. Instrumen Penelitian............................................................................. 26
C. Prosedur Penelitian............................................................................... 27
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 29
A. Pembahasan.......................................................................................... 29
1. Bentuk Transformasi Dongeng Sebelum Bercinta .......................... 30
2. Bentuk Transformasi Peter Pan ...................................................... 42
3. Nilai-Nilai dalam Dongeng Sebeulum Bercinta dan Peterpan........ 56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 63
1. Simpulan .............................................................................................. 63
2. Saran..................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 65
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Karya sastra lahir dari interaksi antara pengarang, gejala sosial, budaya,
dan karya sastra itu sendiri. Karya sastra tidak hadir begitu saja, melainkan
hadir dari berbagai hal yang dibawa pengarang seperti: buku yang dibacanya,
pengarang itu sendiri. Selain itu, tidak menutup kemungkinan bahwa interaksi
pengarang dengan karya sastra lain yang dibacanya, berdampak pada karya
tersebut, dirumuskan oleh Wellek dan Warren (1995) sebagai hal yang mutlak
Menurut Poe (dalam Nurgiyantoro: 2002), cerita pendek adalah sebuah cerita
yang bisa dibaca dengan sekali duduk. Sekali duduk yang dimaksud Poe
diukur dengan rentang waktu pembacaan yang tidak lebih satu jam.
Sebagai bagian dari karya sastra, cerita pendek juga merupakan bagian
karya sastra tidak lahir dari kekosongan budaya. Kelahiran sebuah karya
sastra sebagai respons atas kebudayaan dan gejala sosial tidak bisa pula
dipisahkan dari pengaruh karya sastra lain. Beberapa karya sastra baru, tidak
menutup kemungkinan dipengaruhi oleh karya sastra lama, atau dalam hal
1
Banua (2004) menulis puisi panjang berjudul Pengakuan Si Malin
oleh Indrian Koto (2017) dalam bukunya Pledoi Malin Kundang. Kedua
telah melahirkan banyak karya sastra baru berupa puisi, drama, cerpen dan
novel. Karya sastra tersebut, antara lain novel La Galigo karya Abdurahman
(2012) yang merupakan respons atas I La Galigo. Selain itu, terbit pul sebuah
oleh Damono dan McGlynn (2005) sebagai respons atas episode Kelahiran I
Bahasa sebagai bagian dari kebudayaan tentu tidak dapat dipisahkan dari
sejarah bangsa secara kolektif. Hal tersebut berarti bahwa karya sastra bisa
2
Hasil kebudayaan berupa karya sastra lama banyak menjadi sumber
inspirasi penulisan karya sastra baru. Dongeng, legenda dan cerita rakyat
sebagai bagian dari sastra lama, sering memengaruhi karya-karya sastra yang
teks cerita rakyat dalam karyanya? Atau jika tidak ada transformasi; mengapa
Maret 2017) memandang cerita rakyat sebagai bentuk karya sastra yang perlu
ditransformasikan:
3
harus dibarengi dengan proses kreatif yang lebih keras, agar
memunculkan cerita klasik yang lebih baru (baca: modern)"
teringat pada sejumlah cerita klasik yang sering didengar atau dibaca.
yang lebih modern, yaitu cerita pendek. Wellek dan Werren (1995: 109)
mengatakan bahwa karya sastra tidak bisa lepas dari institusi sosial. Sebagai
masyarakat modern.
4
tersebut, menarik pula untuk dilihat bagaimana nilai-nilai pada teks
cerpen DSB dan PP menarik untuk dikaji karena tidak hanya menuliskan
kembali cerita yang telah ada, tetapi mentransformasi struktur dan nilai dari
kisah-kisah lama. Hal inilah yang membuat kedua cerpen tersebut menarik
Kristeva dan dipahami sebagai hubungan suatu teks dengan teks lain.
kutipan, tiap teks merupakan penyerapan dan transformasi dari teks-teks lain.
Suatu teks baru bermakna penuh jika berhubungan dengan teks-teks lain
(Teeuw, 1984: 65). Teks tertentu yang menjadi latar penciptaan teks baru itu
hipogram itu disebut teks transformasi. Hubungan antara teks yang terdahulu
Antara lain hubungan dua teks yang saling mempengaruhi. Demi kemudahan
berikut:
5
1. Pada cerpen DSB dan PP, terdapat kecenderungan untuk
intertekstualitas dongeng ke dalam cerpen DSB dan PP. Selain itu, penting
6
tersebut dan bagaimana nilai-nilai mengalami perubahan setelah proses
trasnformasi.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
7
2. Manfaat Praktis
Selain itu, penelitian ini dapat menjadi alternatif penerapan teori sastra
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
dengan istilah dialogis. Teori dialogis melihat hubungan antar teks, dan
campur tangan teks lain. Hubungan antar teks menurut teori dialogis terjadi
luar dan dalam; hubungan dalam berupa hubungan unsur-unsur karya sastra
yang meliputi tema, plot dan latar. Sedangkan unsur luar yaitu kaitan berbagai
disebut interteks.
9
lainnya, melainkan melihat hubungan antara teks satu dengan teks yang lain.
Kristeva menambahkan bahwa pada sebuah teks terdapat beberapa teks yang
di bawah ini :
Pengaruh satu teks yang satu terhadap teks lainnya tidak dapat
sisipan teks yang terdapat dalam satu teks dimaknai secara keseluruhan
(Kristeva, 1980: 37). Proses interteks yang terjadi sangat dipengaruhi oleh
pembaca untuk mengetahui makna yang ada dalam teks tersebut. Makna
teks lain. Lebih dari itu, teks itu sendiri secara etimologis berarti tenunan,
sebagai berikut: interteks memandang bahwa dalam sebuah teks terdapat teks
lain karena sebuah teks tercipta berdasarkan teks yang sudah ada sebagai
10
latarnya. Karya sastra yang ditulis terlebih dahulu dapat berlaku sebagai
ketika meneliti suatu teks, penulis harus menghubungkannya dengan teks lain
yang dipandang baik dari teks terdahulu, kemudian diolah dan diproduksi
memisahkan dua teks yang berinterteks. Teks pertama, teks awal atau teks
yang diacu merupakan hipogram yang menjadi awal lahirnya teks yang lain,
atau lebih luas, karya sastra yang lain. Hipogram dibedakan menjadi
potensial, sebuah teks diperlakukan sebagai teks otonom, yang tidak terikat
11
dengan teks awal. Potensi tanda berkembang menjadi tanda yang
peribahasa, atau seluruh teks, yang menjadi latar penciptaan teks baru
sehingga signifikasi teks harus ditemukan dengan mengacu pada teks lain
sebagai bentuk teks nyata juga alur dongeng yang serupa (aktual) dengan
(potensial).
dari empat pola hubungan yang ada. Peneliti mendapatkan pola hubungan
tersebut antara cerpen DSB, dan PP dengan hipogram yang berupa cerita-
cerita klasik, antara lain; The Arabian Night; Kisah 1001 Malam
Menurut Stanton (2012: 22) struktur cerita, dalam hal ini dongeng dan
cerita pendek, dibagi atas; karakter, latar, alur, sudut pandang, tema, dengan
latar) tema, dan sarana-sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya dan tone,
12
simbolisme, ironi). Adapun penjabaran untuk dua pembagian menurut
1. Fakta-Fakta Cerita
a. Penokohan
13
kita terhadap karakter tersebut (Stanton, 2012: 33). Karakter
b. Latar
c. Alur
Menurut Stanton (2012: 26-28), secara umum, alur Formatted: Indent: Left: 3.5 cm, First line: 1 cm
14
keputusan-keputusannya, dan segala yang menjadi variable
ketegangan-ketegangan.
2. Tema
bentuk yang paling umum dari kehidupan. Tema bisa berwujud satu
15
pencerita, tetapi agar tidak menjadi sekadar anekdot, cerita
perlu diingat bahwa kombinasi dan variasi dari keempat tipe tersebut
bisa sangat tidak terbatas. Empat tipe utama tersebut, antara lain (1)
oleh satu orang karakter saja, (4) pada ‘orang ketiga-tidak terbatas’,
melihat, mendengar, atau berpikir atau saat ketika tidak ada satu
16
3. Sarana-Sarana Sastra Sudut Pand Menurut
cerita. Dari sisi tujuan, sudut pandang terbagi menjadi empat tipe
dari keempat tipe tersebut bisa sangat tidak terbatas. Empat tipe
dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orang karakter saja, (4)
saat ketika tidak ada satu karakter pun yang hadir (Stanton, 2012:
53-54).
a. Judul Formatted: Indent: Left: 2.25 cm, First line: 0.25 cm,
Numbered + Level: 2 + Numbering Style: a, b, c, … + Start
at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 3.02 cm + Tab after:
0.63 cm + Indent at: 2.06 cm, Tab stops: 3 cm, List tab +
Not at 3.81 cm
17
Stanton (2012: 51) berpendapat bahwa judul sering dikira Formatted: Indent: Left: 2.5 cm, Tab stops: 0.63 cm, Left +
2.38 cm, Left
relevan dengan karya yang diampunya sehingga keduanya
mengacu pada sang karakter utama atau satu latar tertentu seperti
bahwa kombinasi dan variasi dari keempat tipe tersebut bisa sangat
tidak terbatas. Empat tipe utama tersebut, antara lain (1) pada ‘orang
satu karakter bukan utama (sampingan), (3) pada ‘pada orang ketiga-
apa yang dapat dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orang
18
ketiga dan juga dapat membuat beberapa karakter melihat, mendear,
atau berpikir atau saat ketika tidak ada satu karakter pun yang hadir
karakter dan latar yang sama, hasil tulisan keduanya bisa sangat
satu elemen yang amat terkait dengan gaya adalah tone. Tone adalah
d. Simbolisme
fisis padahal sejatinya, kedua hal tersebut tidak dapat dilihat dan
19
sulit sulit dilukiskan. Salah satu cara untuk menampilkan kedua hal
Simbol dapat berwujud apa saja, dari sebutir telur hingga latar cerita
e. Ironi
Ironi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V, memiliki dua Formatted: Indent: Left: 2.5 cm, Tab stops: 0.63 cm, Left +
2.38 cm, Left + 3 cm, Left
pengertian. Pengertian pertama, ironi adalah kejadian atau situasi
20
sebagai cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan dengan
4. Nilai
bawah ini:
21
dilakukan. Upaya tersebut dengan cara mencari arsip-arsip hasil penelitian
sebelumnya, baik yang online maupun offline dan ternyata belum ada yang
Seni Rupa ke Puisi dalam Kumpulan Puisi Buli-Buli Kaki Lima Karya Nirwan
Lima dengan beberapa karya seni rupa. Penelitian yang sedang peneliti
Esha merupakan karya sastra dengan karya seni rupa, sedangkan dalam
Selain itu, esai Arif Bagus Prasetyo yang berjudul “Tamsil tentang
karya Nukila Amal dengan seni rupa M. C. Escher. Relevansi penelitian ini
terdapat perbedaan yakni; Prasetyo melihat hubungan teks sastra dan teks seni
rupa.
22
Penelitian Effendi (2005) yang berjudul I Tolok: Sebuah Kajian
karya sastra yang lahir dari tradisi suatu daerah. Penelitian ini mengkaji
cerpen dan dongeng yang lahir dari tradisi lisan, sedangkan Effendi mengkaji
drama dan sinrilik, yang juga merupakan hasil tradisi lisan. Perbedaan kedua
penelitian yaitu; penelitian ini meneliti dua jenis karya yang berbeda,
sedangkan penelitian Effendi meneliti satu karya yang sama, yaitu kisah I
Tolok, tetapi dalam media yang berbeda, dalam hal ini drama dan sinrilik.
meneliti sebuah novel dengan pedekatan yang relevan dalam penelitian ini.
melainkan dengan teks sosial dan budaya. Kajian serupa itu, membuat
23
tersebut berbeda dengan penelitian ini, meskipun tetap memiliki keterkaitan
Cerita Antara Novel Di Bawah Lindungan Kabah Karya Hamka dan Lafaz
meneliti dua teks yang berasal dari satu jenis karya sastra yang sama, yakni
C. Kerangka Pemikiran
24
Intertekstualitas dalam cerpen DSB dan PP
Simpulan
BAB III
METODE PENELITIAN
25