Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS RETORIKA BIKSU ZHUAN XIU DALAM

PODCAST HABIB HUSEIN JA’FAR

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Retorika


Dosen Pengampu: Lusi Komala Sari, S.Pd, M.Pd.

Oleh:
Nama : Ghalib Nur Husein
NIM :
Kelas : V (Lima) C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberi
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun Penelitian yang berjudul
“Analisis Retorika Dalam Podcast Habib Husein Ja’far.”

Penyusunan penelitian ini sebagai salah satu tugas untuk memenuhi


persyaratan mata kuliah Retorika Program Studi Pendidikan Bahasa Indoensia
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Dalam penyusunan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang


tak terhingga kepada:

1. Ibu Lusi Komala sari, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Retorika.
2. Keluarga tercinta yang telah mendukung.
3. Rekan-rekan yang mengikuti mata kuliah Retorika.

Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan


dalam teknik penulisan dan materi yang disampaikan. Mengingat kelemahan yang
dimiliki penulis, maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Pekanbaru, 08 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Realitas Media.................................................................... 6


B. Pengertian Retorika...................................................................... 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian............................................................................. 9
B. Pendekatan Penelitian.................................................................. 9
C. Sumber dan Jenis Data................................................................. 9
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 9
E. Analisis Data................................................................................ 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................

A. Analisis Retorika Aristoteles....................................................... 12


B. Analisis Kanon Retorika.............................................................. 13
C. Konstruksi Realitas Media........................................................... 13

BAB V SIMPULAN..............................................................................

A. Simpulan...................................................................................... 15
B. Saran............................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sistem tanda bunyi ujaran yang bersifat arbitrer atau
sewenang-wenang menurut Subroto dalam (Muhammad, 2011:40). Sejalan
dengan pendapat tersebut, bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi
arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Muhammad, 2011:40). Dapat
disimpulkan bahwa secara substansi bahasa merupakan lambang bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia untuk bersosialisasi. Dengan bahasa, manusia
mampu berkomunikasi, sekaligus dapat mengekspresikan jati diri manusia.
Bahasa memiliki peran penting dalam hal berkomunikasi. Tidak jarang
seseorang dalam menggunakan bahasa terkadang terlalu panjang dan rumit,
namun tidak sedikit pula seseorang yang menggunakan bahasa dengan kosakata
yang terbatas. Tidak tertutup kemungkinan bahwa bahasa sangat berperan penting
dalam segala kegiatan masyarakat, seperti halnya keterampilan berbicara atau
retorika.
Uraian sistematis retorika pertama diletakkan oleh orang Syracuse, sebuah
koloni Yunani yang diperintah para tiran di Pulau Sicilia. Para tiran senang
menggusur tanah rakyat. Hal tersebut membuat rakyat harus berjuang untuk
mendapatkan kembali haknya. Rakyat tidak pandai berbicara sehingga tidak dapat
meyakinkan mahkamah. Corax pun menulis makalah terkait retorika untuk
membantu rakyat dalam memenangkan haknya di pengadilan. Makalah tersebut
diberi nama Techne logon (seni kata-kata). Makalah tersebut berisi tentang
“teknik kemungkinan”. Corax juga meletakkan dasar-dasar organisasi pesan. Ia
membagi pidato pada lima bagian: pembukaan, uraian, argumen, penjelasan
tambahan, dan kesimpulan (Rahmat, 2012:03). Hendrikus (1991:14) mengatakan
bahwa dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang
dipergunakan dalam proses komunikasi antarmanusia. Kesenian berbicara ini
bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi,

1
melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas,
padat, dan mengesankan.
Dalam beretorika, seseorang harus memiliki kemampuan berbicara yang
harus diimbangi dengan pengetahuan dan latihan. Sejalan dengan Keraf (2010:3),
retorika adalah suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni, baik lisan maupun
tertulis, yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. Retorika dan
calon pemimpin memang merupakan dua hal yang saling berkaitan. Retorika yang
dimaksud adalah ketika calon pemimpin menyampaikan pidato dan kebijakannya
di depan masyarakat baik secara bahasa verbal maupun nonverbal hingga
masyarakat menangkap gagasan tersebut logis menurut mereka. Dalam realitanya,
retorika sangat berhubungan erat dengan politik. Sejak awal penggunaannya
digunakan sebagai alat propaganda politik dan digunakan sebagai alat kampanye
baik oleh partai, organisasi, media, hingga negara. Kegiatan tersebut sering
dilakukan oleh para calon kandidat pilkada atau partai politik yang menaunginya.
Ajang kampanye memang merupakan kesempatan emas bagi para calon kandidat
guna menanamkan pengaruh dan simpati di kalangan masyarakat terkait program-
program yang diusung bersama partai politik yang dinaunginya untuk
menariksebanyak-banyaknya simpati dari masyarakat melalui keterampilan
mereka dalam beretorika.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menentukan rumusan
masalah penelitian, yaitu
1. Bagaimana retorika yang disampaikan oleh Habib Husein Ja’far?
2. Bagaimana pola pesan dari podcast Habib Husein Ja’far ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk:
1. Untuk mengetahui retorika yang disampaikan Habib Husein Ja’far.
2. Untuk mengetahui pola pesan dari podcast Habib Husein Ja’far.

2
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan


dalam bidang Bahasa khususnya Retorika.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang


retorika sebagai salah satu bidang kajian ilmu yang mampu memberikan
gambaran konsep dan teoritis ilmu retorika serta memberikan kontribusi
dalam pelaksanaan komunuikasi khususnya dalam program acara podcast di
Youtube.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Sehubungan dengan penulisan artikel tentang “Analisis Retorika Dalam


Podcast Habib Husein Ja’far”, perlu adanya tinjauan terhadap penelitian terdahulu
yang berhubungan dengan penelitian ini. Di antara penelitian sejenis telah penulis
temukan dalam hasil penelusuran: Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Lizza
Rnifa C dalam skripsinya yang berjudul “Retorika Dalam Program Islam Itu
Indah Studi Komparatif Oki Setiana Dewi dan Nur Maulana)”.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui retorika yang disampaikan


Oki Setiana Dewi dan Nur Maulana dalam acara Islam Itu Indahdi Trans Tv.
Penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif dengan model analisis
komparatif. Sample yang diambil adalah tayangan dari Oki Setiana Dewi dan Nur
Maulana adalah tayangan televisi Islam Itu Indah pada tanggal 21 Januari 2017
yang berjudul “Allah ada Dimana-mana” pada Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam acara Islam Itu Indah di Trans Tv, Oki Setiana Dewi dan Nur
Maulana memiliki karakter yang berbeda dalam menyampaikan ceramahnya, baik
dari segi penguasaan retorika, materi, pengetahuan, latar belakang pendidikan,
pemilihan kata/diksi serta karakter yang berbeda ketika menyampaikan ceramah.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan artikel penulis adalah, skripsi Lizza


Rnifa C adalah sampel yang digunakan oleh Lizza Rnifa C merupakan tayangan
dari salah satu channel TV Swasta, sedangkan penulis mengambil sampel dari
internet yaitu melalui Youtube. Perbedaan lainnya adalah objek yang diteliti oleh
skripsi Lizza Rnifa C adalah para tokoh agama yang tampil di TV sedangkan
penulis mengambil tokoh agama yang membuat konten dakwah melalui podcast
di Youtube sebagai objek meneliti retorika.

Retorika lebih menitikberatkan pada upaya penemuan dan pengumpulan


pengetahuan teoritik, kadangkala bersifat normatif, mengenai aktivitas

4
berkomunikasi, teristimewa komunikasi verbal yang disampaikan oleh seseorang
(rhetor) yang bertindak sebagai komunikator (sekaligus orator-per-suader) kepada
sekumpulan orang yang bertindak sebagai komunikan (audience) sebagaimana
lazim dijumpai pada penyampaian pidato. Komunikasi dalam hal hubungan ini
lebih dipandang sebagai suatu keterampilan praktis, yakni penyampaian pesan
untuk meyakinkan atau mempengaruhi orang lain. Fokus dari pengetahuan yang
dipelajari dalam retorika adalah bagaimana komunikator mengembangkan
startegi-strategi tertentu dalam menyampaikan pesan-pesan kepada komunikan
(audience).

Salah satu aliran retorika yang terkenal adalah karya Aristoteles yang
menjelaskan bahwa retorika pada dasarnya merupakan bagian dari cara-cara
persuasi. Menurutnya, terdapat tiga hal penting dalam melakukan retorika, yaitu:
ethos, pathos, dan logos. Ethos merujuk pada karakter, intelegensi, dan niat baik
yang dipersepsikan dari seorang pembicara ketika hal-hal ini ditunjukan melalui
pidatonya. Eugene Ryan (1984) menyatakan bahwa ethos merupakan istilah yang
luas yang merujuk pada pengaruh timbal balik yang dimiliki oleh pembicara dan
pendengar terhadap satu sama lain. Logos adalah bukti-bukti logis yang
digunakan oleh pembicara–argumen mereka, rasionalisasi, dan wacana. Bagi
Aristoteles, logos mencakup penggunaan beberapa praktik termasuk
menggunakan klaim logis dan bahasa yang jelas. Menggunakan frase-frase puitis
berakibat pada kurangnya kejelasan dan kealamian. (West dan Turner, 2014:6).
Sedangkan pathos berkaitan dengan emosi yang dimunculkan dari para
pendengar.

Aristoteles berargumen bahwa para pendengar menjadi alat pembuktian


ketika emosi mereka digugah; para pendengar menilai dengan cara berbeda ketika
mereka dipengaruhi oleh rasa bahagia, sakit, benci, atau takut. (West dan Turner,
2014:6) Hingga saat ini, kebanyakan penulis public speaking dalam komunikasi
mengukuti kanon-kanon Aristoteles untuk menghasilkan pidato yang efektif
(West & Turner, 2008: 11). Beberapa kanon tersebut adalah kanon penemuan
(sekelompok informasi dan pengetahuan yang dibawa oleh seorang pembicara di
dalam situasi berbicara), kanon pengaturan (kemampuan mengorganisasikan

5
pidato), kanon gaya (pemilihan kata, penggunaan perumpamaan, dan kepantasan),
kanon penyampaian (presentasi non-verbal dari ide-ide seorang pembicara) dan
ingatan (menyimpan penemuan, pengaturan, dan gaya di dalam benak pembicara).

A. Teori Realitas Media

Substansi teori dan pendekatan konstruksi realitas media adalah teori


konstruksi sosial atas realitas Berger dan Luckmann yang melihat proses simultan
yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada
sebuah komunitas primer dan semi sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini
adalah masyarakat transisi modern di Amerika pada sekitar tahun 1960-an,
dimana media massa belum menjadi sebuah fenomena yang menarik
untukdibicarakan.

Dengan demikian teori konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan
Luckmann tidak memasukan media massa sebagai variabel atau fenomena yang
berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas (Bungin, 2014:207).Ketika
masyarakat semakinmodern, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas
Peter L. Berger dan Luckmann ini memiliki kemandulan dan ketajaman atau
dengan kata lain tak mampu menjawab perubahan zaman. Sehingga posisi
“konstruksi sosial media massa” adalah mengkoreksi substansi kelemahan dan
melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan seluruh
kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan “konstruksi sosial media
massa” atas konstruksi sosial atas realitas” (Bungin, 2014:207).

Realitas media adalah realitas yang dikonstruksi oleh media dalam dua
model:Pertamaadalah model peta analog, dimana realitas sosial dikonstruksi oleh
media berdasarkan sebuah model analogi sebagaimana suatu realitas itu terjadi
secara rasional. Realitas peta analog adalah suatu konstruksi realitas dibangun
berdasarkan konstruksi sosial media massa, seperti sebuah analogi kejadian yang
seharusnya terjadi, bersifat rasional dan dramatis. Kedua,model refleksi realitas.
Model yang merefleksikan suatu kehidupan yang terjadi dengan merefleksikan
suatu kehidupan yang pernah terjadi dalam masyarakat.Substansi “teori konstruksi
sosial media massa” adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga

6
konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata.
Realitas terkonstruksi yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa
cenderung aprirori dan opini massa cenderung sinis.Posisi “konstruksi sosial
media massa” adalah mengkoreksi substansi kelemahan dan melengkapi
“konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan seluruh kelebihan media
massa dan efek media pada keunggulan “konstruksi sosial media massa” atas
“konstruksi sosial atas realitas”. Namun proses simultan yang digambarkan di atas
tidak bekerja secara tiba-tiba, namun terbentuknya proses tersebut melalui
beberapa tahap penting. (Bungin, 2017:183)

B. Retorika

Retorika yang dalam bahasa Inggrisnya rhetoric berasal dari bahasa latin
yakni Rethorika yang berarti ilmu berbicara atau seni bicara. Cleanth Brooks dan
Robert Penn Warren dalam bukunya yang berjudul “Modern Rethoric“
mendefinisikanya sebagai “ The art using language effectively atau seni
penggunaan bahasa secara efektif (Moede, 2002: 38). Retorika atau public
speaking merupakan ilmu berbicara di depan umum, berani berbicara di depan
publik dalam rangka komunikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), retorika berarti (1) ketrampilan berbahasa secara efektif, (2) studi tentang
pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang, (3) seni berpidato
yang muluk-muluk dan bombastis.

Retorika adalah teknik pembujukrayuan secara persuasif untuk


menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional, dan
argumen.Aristoteles mendefinisikanrhetoric as “an ability, in each particular case,
to see the available means of persuasion.”That designation centers attention on the
intentional act of using words to have an effect. Retorika sebagai “suatu
kemampuan, dalam setiap kasus tertentu, untuk melihat sarana persuasi yang
tersedia”. penunjukan itu memusatkan perhatian pada tindakan yang disengaja
menggunakan kata-kata untuk memiliki efek (Griffin, 2011: 287).

. Menurut Aristoteles, dalam retorika terdapat tiga bagian inti, yaitu:


a)Ethos (ethical), Yaitu karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara ia

7
berkomunikasi, yaitu dengan menunjukkan kepada khalayak bahwa kita memiliki
kepribadian yang terpercaya dan pengetahuan yang luas; b) Pathos (emotional),
yaitu perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami dengan pendekatn
“psikologi massa”, oleh karenanya kita harus dapat “mempermainkan” perasaan
pendengar; c)Logos (logical), yaitu pemilihan kata atau kalimat atau ungkapan
oleh pembicara dengan benar, dalam arti memiliki bukti dan contoh yang konkret
pada khalayak (Rahmat, 1998:7).

Retorika adalah bagian dari ilmu bahasa (linguistic), khususnya ilmu bina
bicara (sprecherziehung). Retorika sebagai ilmu bicara ini mencakup:

a) Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni bicara secara monolog. Dalam
monologika hanya satu orang yang berbicara kepada seorang lain atau
kepada sekelompok orang dan bersifat satu arah. Bentuk-bentuk yang
tergolong dalam monologikaadalah pidato dan ceramah.
b) Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua
orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses
pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya
jawab, percakapan, dan debat.
c) Pembinaan
Teknik Bicara Efektivitas monologika dan dialogika tergantung juga
pada teknik bicara. Teknik bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh
karena itu, pembinaan teknik bicara merupakan bagian penting dalam
retorika. Dalam hal ini perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik
bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik membaca, dan bercerita.

8
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian


Kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010:6).

B. Pendekatan Penelitian

Melalui pendekatan ini, peneliti berusaha menjelaskan dan menganalisis suatu


hal (fenomena atau peristiwa yang ingin diteliti). Sedangkan unit analisis dari
penelitian ini adalah konten Youtube Podcast Noice oleh Habib Husein Ja’far
“Mengenal Teladan Buddha, Berbeda Tapi Bersama” yang diunggah pada 24 Juni
2021. Program tersebut berdurasi 12 menit 18 detik.

C. Sumber dan Jenis Data


1. Data primer
Sumber data primer pada penelitian ini adalah video Youtube pada saat
Habib Husein Ja’far podcast dengan judul “Mengenal Teladan Buddha,
Berbeda Tapi Bersama.”
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data pendukung dari suatu penelitian
untuk melengkapi sumber data utama. Data sekunder penelitian ini ialah
buku-buku referensi, beberapa situs internet yang dapat membantu
keabsahan penelitian dan data wawancara dengan orang lain yang terkait.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi yang akurat, maka diperlukannya data yang
tersusun dan valid, sehingga dapat mengungkapkan permasalahan yang

9
diteliti. Adapun tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
Dokumentasi. Dokumentasi yaitu pencarian data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen, agenda dan sebagainya (Arikunto dan Suharsimi, 2002 : 206).
Menurut Winarno Surakhmad, pengertian dokumentasi adalah sebagai laporan
tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran
terhadap peristiwa itu, ditulis dengan sengaja untuk menyimpan atau
merumuskan keterangan mengenai peristiwa tersebut. Dalam teknik
dokumentasi penulis mendapatkan dokumen berupa video yang diperoleh
pada saat program acara ditayangkan.

E. Analisis Data
Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh Imam Gunawan analisis data
adalahproses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara,
catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan
menyajikan apa yang ditemukan (Gunawan, 2013:210). Dalam penelitian ini
penulis menggunakan analisis data kualitatif menurut Miles & Huberman yang
dikutip oleh Sugiyono yang mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan
dalam menganalisis data penelitian kualitatif yaitu :
a) Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b) Display Data (penyajian data)
Setelah mereduksi data langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchartdan sejenisnya. Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif.

10
c) Conclution Drawing/verification
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif Miles and Huberman adalah
penarikan kesimpulan dan verifikatif. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-
bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2014:247-253).

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Retorika Aristoteles

Ethos

Dalam pernyataan Biksu Zhuan Xie ini, terlihat usaha untuk membangun
logika dari ungkapan yang dilontarkan, sesuai dengan kewajiban dari tugasnya
sebagai seorang Biksu. Zhuan Xie memiliki kredibilitas sebagai orang yang
berkewajiban menjelaskan ajaran Budha kepada orang lain, dengan
memperlihatkan raut muka yang santai juga dengan sesekali menggerakan tangan
dan mengarahkan audiens memahami realita yang terjadi sesuai dengan
pemahaman subjek penelitian.

Logos

Zhuan Xie, dalam pernyataan ini tidak menggunakan pesan yang rasional
yang disertai bukti-bukti dan fakta yang jelas dan benar tetapi melalui perumpaan.
Hal ini diperlihatkan Zhuan Xie saat membahas perbedaan diantara orang-orang
internal Budha di mana strategi yang digunakan Zhuan Xie dalam usaha
membangun logika dan rasionalitas berfikir cenderung mengarah ke emosional di
mana beliau menjelaskan sesuatu dengan sudut pandang cinta damai.

Pathos

12
Berdasarkan argumentasi yang Zhuan Xie sampaikan berhasil menggugah
emosi ketenangan dari penonton program Podcast NOICE, Habib Husein Ja’far
selaku pembawa acara dan. Rasadamai ini berimbas dengan rasa toleransi yang
besar akan keberagaman agama lebih lagi dari dasar pernyataan Biksu Zhuan Xie.

Analisis Kanon Retorika

Penyampaian

Biksu Zhuan Xie terlihat berhasil menjelaskan secara gamblang mengenai ajaran
Budha yang diajukan oleh Habib Husein Ja’far dalam konteks mengenal Budha
untuk meningkatkan toleransi keberagaman. Zhuan Xie menyampaikan argumen
dan penjelasannya dengan nada yang santai dan tenang sehingga penonton dapat
dengan jelas memahami apa yang disampaikan oleh Zhuan Xie.

Konstruksi Realitas Media Podcast NOICE “Mengenal Teladan Budha,


Berbeda Tapi Bersama.”

Realitas media adalah realitas yang dikonstruksikan oleh media di dalam


dua model; pertama adalah model peta analog dan kedua adalah model refleksi
realitas (Bungin, 2014:216). Model peta analog membahas realitas sosial
dikonstruksikan oleh media berdasarkan sebuah model analogi sebagaimana suatu
realitas itu terjadi secara rasional. Dalam podcast NOICE bersama Habib Husein
Ja’far dan Biksu Zhuan Xie “Mengenal Tauladan Budha, Brrbeda Tapi Bersama”
realitas dibangun berdasarkan konstruksi sosial media massa, dalam hal ini Habib
usein Ja’far yang mengkonstruksikannya dengan menghadirkan Biksu Zhuan Xie
selaku Biksu agama Budha.

Ditengah keberagaman agama yang tingkat toleransinya rendah,


memungkinkan terjadinya kesimpang-siuran informasi dan ada potensi
disinformasi yang dihasilkan oleh terlalu beragamnya media. Pada podcast
NOICE oleh Habib Husein Ja’far” membahas berbagai macam hal seperti
pandangan seorang biksu mengenai toleransi, menjelaskan tentang hukum yang
ada di dalam agama Budha, dan penjelasan Biksu Zhuan Xie tentang perbedaan
yang ada di dalam masyarakat Budha.

13
Hal yang dibahas di program Youtube Podcast NOICE (sebagai bagian
dari media massa) menjadi lebih cepat diterima dengan baik oleh masyarakat luas.
Untuk itu, membuat suatu topik menjadi lebih rasional dan santai di mata publik
menjadi penting karena dapat membuat masyarakat yang menonton program ini
mampu memahami apa yang disampaikan. Hal-hal inilah yang membuat realitas
yang dibangun bisa terkonstruksi dan diterima dengan baik oleh setiap
penontonnya. Bila dilihat dari model refleksi realias, Habib Husein Ja’far
berusaha merefleksikan realitas sosial yang ada melalui sebuah Podcast di
Youtube.

Dalam sebuah proses penyampaian pendapat (retorika) berbagai hal dapat


diusahakan dalam membuat suatu hal menjadi positif ataupun menjadi negatif.
Termasuk salah satunya adalah proses retorika. Dimana retorika dipahami sebagai
bentuk bahasa atau tulisan yang sifatnya persuasif atau efektif yang bertujuan
untuk mengendalikan realita guna mempengaruhi audiensnya. Maka tidak heran
bila cara ini masih efektif dalam mempengaruhi opini publik yang mulai
menyimpang. Retorika yang digunakan Biksu Zhuan Xie dalam wawancara
podcast Noice yang dipandu oleh Habib Ja’far adalah Dialogika, karena
pemakaian gaya retorika seperti ini penonton dapat menikmatinya dengan santai
dan bertukar pikiran dan pemahaman melalui kolom komentar (dengan kata lain,
penonton tidak hanya terfokus pada satu sumber saja).

Dalam penelitian ini, peneliti juga mendapati Biksu Zhuan Xie yang dirasa
sudah paham dengan konsep media yang dapat mengkonstruksikan sebuah realitas
dalam masyarakat. Hal ini terlihat dari awal podcast ini berlangsung, Zhuan Xie
sudah berusaha menjelaskan mengenai sudut pandang yang tersebar di media
(media konvensional maupun media baru).

14
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Ditengah keberagaman agama yang tingkat toleransinya rendah,


memungkinkan terjadinya kesimpang-siuran informasi dan ada potensi
disinformasi yang dihasilkan oleh terlalu beragamnya media. Pada podcast
NOICE oleh Habib Husein Ja’far” membahas berbagai macam hal seperti
pandangan seorang biksu mengenai toleransi, menjelaskan tentang hukum yang
ada di dalam agama Budha, dan penjelasan Biksu Zhuan Xie tentang perbedaan
yang ada di dalam masyarakat Budha.

Hal yang dibahas di program Youtube Podcast NOICE (sebagai bagian


dari media massa) menjadi lebih cepat diterima dengan baik oleh masyarakat luas.
Untuk itu, membuat suatu topik menjadi lebih rasional dan santai di mata publik
menjadi penting karena dapat membuat masyarakat yang menonton program ini
mampu memahami apa yang disampaikan.

B. Saran

Apabila dalam analisis penelitian ini terdapat kesalahan dalam


pengetikkan, isi, dan kalimat dalam penyusunan, mohon kritikkan dan saran yang
bersifat membagun agar kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yusuf Zainal. 2013. Pengantar Retorika. Bandung: Pustaka Setia.

Agustrijanto. 2002. Seni Mengasah dan Memahami Bahasa Iklan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: AMZAH

Arifin, Eva. 2010. Broadcasting To Be Broadcaster. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Astuti, Santi Indra. 2013. Jurnalisme Radio Teori dan Praktik. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.

Hadinegoro, Luqman. 2007. Teknik Seni Berpidato Mutakhir. Yogyakarta:


Absolut.

Ilaihi, Wahyu. 2013 . Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhtadi, Asep Saeful. 2012. Komunikasi Dakwah Teori, Pendekatan, dan


Aplikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Rakhmat, Jalaludin. 1998. Retorika Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Romli, Asep Syamsul M. 2010. Lincah Menulis Pandai Berbicara. Bandung:


Penerbit NUANSA.

16
17

Anda mungkin juga menyukai