Anda di halaman 1dari 15

PRINSIP KESOPANAN PADA PODCAST WARUNG KOPI EPISODE "BERTEMAN

SEJAK BEKERJA DI ACE, AKHIRNYA ARIF BRATA AJAK ADI SURYA BIKIN
AKADEMI EPYEPE"
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pragmatik
Dosen Pengampu : Dhika Puspitasari, S.Hum., M.A

Oleh :
1. Fachri Izzulhag (2002108015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2023
DAFTAR ISI

Contents
BAB 1...................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................................4
D. Manfaat penelitian..................................................................................................................4
Tinjauan Pustaka.............................................................................................................................5
Prinsip Kesopanan.......................................................................................................................5
Podcast..........................................................................................................................................8
BAB II..................................................................................................................................................9
Analisis Data....................................................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................13
PENUTUP......................................................................................................................................13
Kesimpulan................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan sesuatu
kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara bisa dipahami dan dimengerti
oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapkan.
Chaer dan Agustina (1995:14) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Hal ini
sejalan dengan Soeparno (1993:5) yang menyatakan bahwa fungsi umum bahasa adalah
sebagai alat komunikasi sosial. Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai tingkah laku
sosial (sosial behavior) yang dipakai dalam komunikasi sosial.
Suwarna (2002: 4) bahasa merupakan alat utama untuk berkomunikasi dalam kehidupan
manusia, baik secara individu maupun kolektif sosial. Kridalaksana (dalam Aminuddin,
1985: 28-29) mengartikan bahasa sebagai suatu sistem lambang arbitrer yang menggunakan
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Effendi (1995:15) berpendapat bahwa pengalaman sehari-hari menunjukan bahwa ragam
lisan lebih banyak daripada ragam tulis. Lebih lanjut Effendi (1995:78) menyampaikan
bahwa ragam lisan berbeda dengan ragam tulis karena peserta percakapan mengucapkan
tuturan dengan tekanan, nada, irama, jeda, atau lagu tertentu untuk memperjelas makna dan
maksud tuturan. Selain itu kalimat yang digunakan oleh peserta percakapan tidak selalu
merupakan kalimat lengkap.
Jeans Aitchison (2008 : 21) “Language is patterned system of arbitrary sound signals,
characterized by structure dependence, creativity, displacement, duality, and cultural
transmission”, bahasa adalah sistem yang terbentuk dari isyarat suara yang telah disepakati,
yang ditandai dengan struktur yang saling tergantung, kreatifitas, penempatan, dualitas dan
penyebaran budaya
Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang memiliki sejarah cukup panjang dalam
pembentukannya, baik lisan maupun dalam bahasa tulisnya. Bahasa Indonesia merupakan
bahasa melayu yang sudah berada di Nusantara sejak zaman krajaan-krajaan di Nusantara.
Menurut Arifin (2008:5) bukti bahasa melayu digunakan dinusantara, dengan ditemukanya
berbagai batu tulis kuno di nusantara, seperti prasasti kedukan di Palembang, prasasti talang
tuo di Palembang, prasasti kota kapur di Banka Barat dan masih banyak lainya.
Pada zamanya bahasa melayu yang menjadi cikal bakal bahas Indonesia sudah memiliki
peranan dan kedudukan yang cukup penting, baik dalam pemerintahan maupun dalam
kehidupan sehari-hari. Banyaknya masyarakat asing yang singgah di Nusantara dengan
berbagai bentuk bahasa, maka digunakanlah bahasa melayu sebagai bahasa perhubungan. Hal
yang menjadi dasar pemilihanya karena bahasa malayu tidak mengenal tingkatan seperti
bahasabahasa yang lainya, sehingga mempermudah penggunanya. Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa bahasa melayu yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia sudah memiliki
fungsi dan kedudukan tertentu di masyarakat.
Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat baik dalam bentuk lisan
maupun tulis sejak zaman penjajahan sampai zaman globalisasi pada saat ini. Berkembang

3
dari ejaan Van Ophuijsen, Soewandi, Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang
cukup pesat baik dalam bentuk lisan maupun tulis sejak zaman penjajahan sampai zaman
globalisasi pada saat ini. Berkembang dari ejaan Van Ophuijsen, Soewandi, Melindo sampai
Ejaan Yang Disempurnakan yang kita pakai pada saat ini. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan bahasa Indonesia terus ditingkatkan seperti penelitian bahasa, seminar bahasa sampai
dengan kongres bahasa Indonesia yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali, hal ini
membuktikan batapa pentingnya kedudukan dan fungsi bahasa di mata pemerintahan dan
masyarakat Republik Indonesia.
Sebagai anggota masyarakat bahasa, penutur tidak hanya terikat dengan hal-hal yang bersifat
tekstual, yaitu bagaimana kita membuat tuturan yang mudah dipahami oleh lawan tuturnya.
Untuk itu, penutur harus menyusun tuturannya agar lawan tuturnya merasa diperlakukan
dengan santun. Teori kesopanan Leech dengan beberapa maksimnya memberitahukan
tentang bagaimana kita dapat bertutur secara sopan. 
Maksim dalam prinsip kesopanan terbagi dua yaitu maksim dua kutub dan maksim satu
kutub. Dalam prinsip kesopanan ini, digunakan dalam bentuk ujaran untuk mengekspresikan
kesopanan. Yakni bentuk ujaran secara impositif, komisif, ekspresif, dan asertif.
Ujaran impositif adalah ujaran yang digunakan  untuk menyatakan perintah atau menyuruh.
Ujaran komisif, berfungsi menyatakan janji atau penawaran. Ujaran ekspresif, dapat
digunakan untuk menyampaikan sikap psikologis pembicara terhadap keadaan tertentu.
Ujaran asertif, bisa digunakan untuk menyatakan kebenaran tegantung kepada keadaanya lalu
bisa diungkapkan. 
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini meneliti prinsip kesopanan dalam podcast warung
kopi episode “berteman sejak bekerja di ace, akhirnya arif brata ajak adi surya bikin akademi
epyepe”
B. Rumusan Masalah
1. bagaimana penerapan maksim prinsip kesopanan dalam podcast warung kopi?
2. bagaimana penerapan pelanggaran maksim prinsip kesopanan dalam podcast warung kopi?

C. Tujuan Penelitian
1. untuk mengetahui bagaimana proses implementasi ideologi nihilism dalam tokoh antagonis
di komik monster karya naoki urasawa .
2. untuk mengetahui bagaimana asal muasal karakter antagonis dalam komik monster karya
naoki urasawa menganut ideologi nihilisme

D. Manfaat penelitian

1.Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat sebagai berikut.
a. Memberikan sumbangan nyata bagi pengembangan teori tentang prinsip kesopanan

4
b. Memperkaya khazanah teori yang berkaitan dengan penerapan dan pelanggaran maksim
kesopanan

2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat sebagai berikut.
a. bagi penulis
dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang teori yang berkaitan dengan prinsip
kesopanan
b. bagi pembaca
dapat menambah wawasan mengenai penerapan dan pelanggaran maksim pada prinsip
kesopanan

Tinjauan Pustaka

Prinsip Kesopanan
Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia sebagai alat untuk komunikasi dengan
makhluk sosial lainnya dengan menggunakan tanda, seperti kata dan gerakan. Dalam kajian
ilmiah bahasa disebut juga ilmu linguistik
Dalam retorika interpersonal, pragmatik membutuhkan prinsip kesopanan. Prinsip kesopanan
menurut Wijana (91996:55) berhubungan dengan dua peserta percakapan yakni terdiri diri
sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan
tutur dan orang ketiga  dibicarakan penutur dan lawan tutur. 
Sebagai anggota masyarakat bahasa, penutur tidak hanya terikat dengan hal-hal yang bersifat
tekstual, yaitu bagaimana kita membuat tuturan yang mudah dipahami oleh lawan tuturnya.
Untuk itu, penutur harus menyusun tuturannya agar lawan tuturnya merasa diperlakukan
dengan santun. Teori kesopanan Leech dengan beberapa maksimnya memberitahukan
tentang bagaimana kita dapat bertutur secara sopan. 
Maksim dalam prinsip kesopanan terbagi dua yaitu maksim dua kutub dan maksim satu
kutub. Dalam prinsip kesopanan ini, digunakan dalam bentuk ujaran untuk mengekspresikan
kesopanan. Yakni bentuk ujaran secara impositif, komisif, ekspresif, dan asertif.
Ujaran impositif adalah ujaran yang digunakan  untuk menyatakan perintah atau menyuruh.
Ujaran komisif, berfungsi menyatakan janji atau penawaran. Ujaran ekspresif, dapat
digunakan untuk menyampaikan sikap psikologis pembicara terhadap keadaan tertentu.
Ujaran asertif, bisa digunakan untuk menyatakan kebenaran tegantung kepada keadaanya lalu
bisa diungkapkan. 
Kesopansantunan pada umumnya berkaitan dengan hubungan antara dua partisipan yang
dapat disebut sebagai ‘diri sendiri’ dan ‘orang lain’. Pandangan kesantunan dalam kajian
pragmatik diuraikan oleh beberapa ahli. Diantaranya adalah Leech, Robin Lakoff, Bowl dan

5
Levinson. Prinsip kesopanan memiliki beberapa maksim, yaitu maksim kebijaksanaan (tact
maxim), maksim kemurahan (generosity maxim), maksim penerimaan (approbation maxim),
maksim kerendahhatian (modesty maxim), maksim kecocokan (agreement maxim), dan
maksim kesimpatian (sympathy maxim). Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua
peserta percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah
penutur, dan orang lain adalah lawan tutur (Dewa Putu Wijana, 1996).
Maksim merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual; kaidah-kaidah yang
mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap
tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga disebut sebagai bentuk
pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Maksim-maksim tersebut
menganjurkan agar kita mengungkapkan keyakinan-keyakinan dengan sopan dan
menghindari ujaran yang tidak sopan
A.   MAKSIM KESANTUNAN LEECH
1.     Maksim Kebijaksanaan (tact maxim)
Gagasan dasar maksim kebijkasanaan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa para peserta
pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya
sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Orang bertutur
yang berpegang dan melaksanakan maksim kebijaksanaan akan dapat dikatakan sebagai
orang santun. Leech (dalam Wijana, 1996) mengatakan bahwa semakin panjang tuturan
seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan
bicaranya. Demikian pula tuturan yang diutarakan secara tidak langsung lazimnya lebih
sopan dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan secara langsung. Pelaksanaan maksim
kebijaksanaan dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.
Tuan rumah              :  “Silakan makan saja dulu, nak! Tadi kami sudah mendahului.”
Tamu                           :  “Wah, saya jadi tidak enak, Bu.”
Di dalam tuturan tersebut, tampak dengan sangat jelas bahwa apa yang dituturkan si Tuan
Rumah sungguh memaksimalkan keuntungan sang Tamu.
 
2.    Maksim Kedermawanan
Dengan Maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, para peserta pertuturan
diharapkan dapat menghormati orang lain. Penghormatan terhadap orang lain akan terjadi
apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan
keuntungan bagi pihak lain. Pelaksanaan maksim kedermawanan dapat dilihat pada contoh
tuturan berikut ini.
Anak kos A              : “Mari saya cucikan baju kotormu. Pakaianku tidak banyak kok yang
kotor”
Anak kos B              : “Tidak usah, mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga kok.”

6
Dari tuturan tersebut, dapat dilihat dengan jelas bahwa Anak kos A berusaha memaksimalkan
keuntungan pihak lain dengan cara menambahkan beban bagi dirinya sendiri. Hal itu
dilakukan dengan cara menawarkan bantuan untuk mencucikan pakaian kotornya si B
3. Maksim Penghargaan
Di dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa seseorang akan dapat dianggap santun
apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan
maksim ini, diharapkan agar para peserta pertuturan tidak saling mengejek, saling mencaci,
atau saling merendahkan pihak lain. Peserta tutur yang sering mengejek peserta tutur lain di
dalam kegiatan bertutur akan dikatakan sebagai orang yang tidak sopan. Dikatakan demikian
karena tindakan mengejek merupakan tindakan tidak menghargai orang lain. Pelaksanaan
maksim penghargaan dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.
Dosen A            : “Pak, aku tadi sudah memulai kuliah perdana untuk kelas Business
English.”
Dosen B            : “Oya, tadi aku mendengar Bahasa Inggrismu bagus sekali.”
Pemberitahuan yang disampaikan dosen A terhadap rekan dosennya pada contoh di atas
ditanggapi dengan sangat baik bahkan disertai dengan pujian dari dosen B.
4.    Maksim Kesederhanaan
Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur diharapkan
dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Orang
akan dikatakan sombong dan congkak hati jika di dalam kegiatan bertutur selalu memuji dan
mengunggulkan dirinya sendiri. Pelaksanaan maksim kesederhanaan atau maksim
kerendahan hati dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.
Ibu A           : “Nanti ibu yang memberikan sambutan dalam rapat Dasa Wisma ya.”
Ibu B            : ” Waduh..nanti grogi aku.”
Dalam contoh di atas ibu B tidak menjawab dengan: “Oh, tentu saja. Memang itu kelebihan
saya.” Ibu B mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri dengan mengatkan: ” Waduh..nanti
grogi aku.”
5.    Maksim Pemufakatan/Kecocokan
Di dalam maksim ini, diharapkan para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau
kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan
antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka dapat
dikatakan bersikap santun. Pelaksanaan maksim pemufakatan/Kecocokan dapat dilihat pada
contoh tuturan berikut ini.
Guru A               : “Ruangannya gelap ya, Bu.”
Guru B               : “He’eh. Saklarnya mana ya?”
Pada contoh di atas, tampak adanya kecocokan persepsi antara Guru A dan B bahwa ruangan
tersebut gelap. Guru B mengiyakan pernyataan Guru A bahwa ruangan gelap dan kemudian
mencari saklar yang member makna perlu menyalakan lampu agar ruangan menjadi terang.

7
6.    Maksim Kesimpatian
Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Di dalam maksim kesimpatian,
diharapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu
dengan pihak lainnya. Jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur
wajib memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapat kesusahan, atau musibah
penutur layak berduka, atau mengutarakan bela sungkawa sebagai tanda kesimpatian.Sikap
antipati terhadap salah satu peserta tutur akan dianggap tindakan tidak santun. Pelaksanaan
maksim kesimpatian dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.
Mahasiswa A  : “Mas, aku akan ujian tesis minggu depan.”
Mahasiswa B   : “Wah, selamat ya. Semoga sukses.”

Podcast
Menurut Oberlo, podcast adalah siaran audio yang terpampang di web maupun platform–
platform lainnya.
Istilah podcast sebenarnya diambil dari iPod dan broadcast. Pod diambil dari pemutar media
digital dari Apple ‘iPod’ dan cast diambil dari istilah radio ‘broadcast‘.
Podcast bisa didengarkan kapan saja dan di mana saja. Sambil pergi ke kantor, pulang dari
kantor, atau bepergian jarak jauh, podcast dapat kamu dengarkan dengan saksama.
Podcast saat ini banyak diminati oleh orang-orang. Menurut Edison Research dan Triton
Digital lewat Oberlo, pendengar podcast selalu berkembang setiap tahun.
Penelitian tersebut juga memperlihatkan bahwa orang secara teratur
mendengarkan podcast selama sekitar 5 jam per minggu
Melihat fenomena tersebut,  jangan heran apabila banyak sekali orang-orang yang berlomba-
lomba untuk membuat podcast sendiri.
Namun tentu saja, ketika kamu hendak membuat podcast, tentukan terlebih dahulu hal-hal
apa yang akan dibicarakan di dalamnya.
Podcast sendiri dapat diakses melalui komputer, tablet, maupun handphone.

8
BAB II
Analisis Data
Teori: prinsip kesopanan
Objek penelitian: podcast warung kopi episode "berteman sejak bekerja di ace, akhirnya arif
brata ajak adi surya bikin akademi epyepe"
Pada podcast warung kopi di menit 4:02 terjadi pelanggaran maksim dan penerapan maksim
kebijaksanaan, pelanggaran maksim terjadi pada kalimat yang dilontarkan arif brata dan
penerapan maksim terjadi pada respon kalimat dari praz teguh
Data:
praz teguh: ini siapa? Ni?
Arif brata: Itulah bang kenapa tiba tiba taroh main
Praz teguh: gapapa disini kita memang pengen ngobrol sama kalian berdua

Pada menit ke 07:09 terjadi proses pelanggaran maksim kesimpatian yang dilakukan oleh
praz teguh kepada adi surya
Data:
Praz teguh: Gara gara putus sama cewe kan
Adi surya: Ah iya betul
Praz teguh: Kenapa? Bisa ya cewe itu bikin kita berenti kerja
Adi surya: Parah parah
Praz teguh: Bukan parah, tapi tolol tolol hahahahaha

Pada menit 10:22 proses penerapan maksim kebijaksanaan terjadi pada kalimat pujian yang
dilontarkan oleh praz teguh
Data:
Praz teguh: kau yang membawa adi ke Jakarta?
Adi surya: iya
Arif brata: dia sendiri
Praz teguh: hahahahahaha dia bilang benar lo, ini mana yang bener?
Arif brata: iya iya bener, allhamdulilah

9
Praz teguh: kau yang membawa, luar biasa ini untuk brata, sumpah. Secara gak langsung ya
brata ini juga tolak ukur ku untuk berkarya, maksudnya adik adik aku di padang juga aku
bawa kesini.

Pada menit 14:57 pelanggaran dan penerapan maksim kedermawanan, pelanggaran maksim
terjadi pada kalimat yang dilontarkan praz teguh dan penerapan maksim terjadi karena adi
surya merasa tidak enak telah merepotkan, praz teguh juga merespon dengan penerapan
maksim kedermawanan
Data:
Praz teguh: Kalian mau minum apa?
Adi surya: Soda gembira ada?
Pras teguh: Ada ya?
Adi surya: Gausah bang kayaknya ribet
Praz teguh: Ga ribet ga ribet, Bagus sekali permintaan mu ya hahahaahahah.
Soda gembiranya mau pake apa fanta sprite atau kawa kawa?
Adi surya: Kalau ribet nda usah bang
Praz teguh: Ga ribet ga ribet jangan sungkan disini, biar orang bilang kamu ga asik
hahahahahahahah Arif mau apa?
Arif brata: Saya paling air mineral saja
Adi surya: Nde jangan begitu saya merasa tidak enak
Praz teguh: Aku juga deh fanta biar kita sama, jangan ga enak ga enakan adi

Pada menit 20 pelanggaran maksim kesimpatian dan penerapan maksim penghargaan yang
dilakukan oleh praz teguh pelanggaran maksim dilakukan saat merespon cerita adi surya,
penerapan maksim dilakukan juga oleh praz teguh saat dirinya memuji bahwa seorang adi
surya sangat lucu
Praz teguh Bully: nya diapain aja bro
Adi surya Dikunci: di gudang kulkas itu bang
Praz teguh :Iiiih seru bgt hahahahahahaha
Arif brata: Eee seru banget Buat yang bully seru bang "kita liat nanti dia"
Adi surya: Dingin Banget itu sampai kulit tangan keriput dalam hitungan detik soalnya minus
21
Praz teguh: Ih dingin banget disitu, Dikunciin disitu?
Adi surya: Itu kalo penguin di situ dia bilang mending jadi bebebk

10
Praz teguh: Hahahahahahahahah anjing lucu banget si adi ini pantesan si arif seneng

Pada menit 23:40 pelanggaran maksim kesimpatian dilakukan oleh arif brata saat merespon
pertanyaan dari praz teguh
Arif brata: Tapi saya nda tau kenapa dia dibully, tapi ditempat saya dulu bekerja dia nggak
dibully begitu
Praz teguh: Disegani malah?
Arif brata: Lebih di kasihani, mukanya kasihan soalnya
Praz: Hahahahahahahahahha

Pada menit 26 penerapan maksim penghargaan oleh praz teguh memuji arif brata dan adi
surya bahwa mereka sangat lucu
Arif brata: Cuma soda saja ni? Mana gembiranya di?
Adi surya: Hahahayyyy hahahayyyy
Arif brata: Memang gembira hahay anjir masa cuma hahay gembira
Praz teguh: Lucu banget nih mereka aduh anjir

Menit 28:40 pelanggaran maksim kesimpatian oleh arif brata yang mengolok-olok adi surya
kenapa bisa bekerja dan tidak digaji
Praz teguh: Masak kau waktu persetujuan nih misal gw sama arip "RIP kerja berdiri di
carfour gaji kau sebulan 3 juta" Misalnya kau ga digituin?
Adi surya: Engga
Arif brata: Eh
Adi surya: Tidak
Arif brata: Kosong memang bang baru denger saya ceritanya bang masak kau gak digaji pas
kerja

Menit 37 pelanggaran maksim kesimpatian oleh arif brata saat merespon pertanyaan praz
teguh
Praz teguh: Kau gak bisa keras gitu? Ngomong tidak! Aku tidak akan mengutangkan, gitu
Arif brata: Kau lihat ini bang, apanya yang mau keras?
Praz teguh: Hahahahahhahaahhahaahhaahahhaah

11
Pada menit 55 penerapan maksim kedermawanan dilakukan oleh adi surya yang merasa
rendah diri karena belum memiliki ilmu yang cukup untuk memulai kelas desain grafis
Praz teguh: Ga ada niat bikin kelas desain grafis?
Adi surya: Tidak sepertinya, karena ilmuku belum sampai situ, saya tidak tau mengajar
Praz teguh: Oh maksudnya kau ga bisa mengajar
Adi surya: Iya bang begitu

Menit 57 pelanggaran dan penerapan maksim kesimpatian oleh arif brata yang sebal karena
adi surya sangat pelupa namun dia tetap sayang dengan sahabatnya itu
Arif brata: Gaada si bang kalo berantem, paling debat soal kerjaan saja paling juga masalah
Adi surya: Masalah pelupa ku
Arif brata: Cuman untuk jadi marah itu susah bang, apaya namanya juga tolol hahahahaha
sudahlah saya juga sayang sama dia bang

Pada menit 60 penerapan maksim penghargaan oleh praz teguh yang mengaku bahwa arif
brata menjadi poros bagi pras teguh dalam hal semangat membuat konten
Praz teguh: kalian ini porosku nih, maksudnya patokan ku untuk semakin semangat karena
kita sama sama daerah nih dan allhamdulilah kita selalu sama sama jadi top episode
Arif brata : allhamdulilah gokil huyyy

Pada menit 60:10 penerapan maksim penghargaan oleh arif brata yang mengaku menjadikan
praz teguh sebagai patokan orang daerah untuk merantau ke jakarta
Arif brata: bahkan saya patokan waktu mau ke Jakarta patokan saya bang pras sama dono,
nah ini ketika bahasa daerah mereka kuat di sosmed tetap ada penikmatnya, makanya itu saya
bikin juga yang bahasa makassar
Praz teguh: ohhh heem heem

Menit 60:18 penerapan maksim penghargaan terjadi saat menutup podcast


Praz teguh: ini pas banget penutupnya ya teman teman luar biasa Adi dan arif semoga sukses
semoga semakin mendunia
Arif brata: aminnn
Adi surya: aminn

12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berasrakan hasil penelitian mengenai prinsip kesopanan pada podcast warung kopi episode
"berteman sejak bekerja di ace, akhirnya arif brata ajak adi surya bikin akademi epyepe"
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Hasil penelitian menunjukan bahwa di dalam podcast tersebut terjadi pelanggaran maksim
dan penerapan maksim, dan lebih dominan terjadinya pelanggaran maksim terutama
pelanggaran maksim kesimpatian terjadinya banyak pelanggaran maksim dalam prinsip
kesopanan harus dilihat dari konteks yang ada
Seperti podcast warung kopi diatas yang mengalami banyak sekali pelanggaran prinsip
maksim kesopanan, bukan berarti itu adalah sesuatu yang buruk, jika dilihat dari konteks
bahwa mereka dalah stand up comedian dan mereka adlah sahabt maka tutur kata seperti
pelanggaran maksim kesopanan bisa saja tidak menjadi masalah bagi mereka.

13
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, H. J., Kusmanto, H., Nasucha, Y., Rahmawati, L. E., Jamaluddin, N., Samsuddin, S., & Ilma,
A. A. (2019). The politeness comments on the Indonesian President Jokowi Instagram official account
viewed from politico pragmatics and the character education orientation in the disruption
era. Indonesian Journal on Learning and Advanced Education (IJOLAE), 1(2), 52-71.

Cutting, Joan. 2002.  Pragmatics and Discourse: A Resource Book for Students. New York: Routledge

Leech, Geoffrey. 1991.  Principle of Pragmatics. London: Longman

Rahardi, Kunjana. 2005.  Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit
Erlangga

Wijana, I Dewa Putu. 1996.  Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi

Yule, George. 1996.  Pragmatics. Oxford: Oxford University Press

14
15

Anda mungkin juga menyukai