Anda di halaman 1dari 15

A.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUANTITATIF

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai sumber dan berbagai cara.
Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural seting), pada
laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan lain-lain. Bila
dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan
sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi
cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
interview, kuesioner (angket), observasi (Sugiyono, 2006: 137)

1. Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.

Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut:

Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri

Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya

Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah
sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan
dengan tatap muka maupun lewat telepon.

1. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul
data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur
ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk
wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder,
gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara berjalan lancar.
Adapun contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan masyarakat terhadap pelayanan
pemerintah:

1) Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan pendidikan di kabupaten ini?

a) Sangat bagus

b) Bagus

c) Tidak bagus

d) Sangat tidak bagus

2) Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan bidang kesehatan di kabupaten ini?

a) Sangat bagus

b) Bagus

c) Tidak bagus

d) Sangat tidak bagus

2. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang
akan ditanyakan. Adapun contohnya adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk
terhadap kebijakan pemerintah tentang impor gula saat ini?dan bagaimana dampaknya terhadap
pedagang dan petani”.

Wawancara tidak terstruktur sering digunakan dalam penelitian pendahuluan malahan untuk
penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha
mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga
peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.

Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan
diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.
Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat
mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan.

Dalam melakukan wawancara maka pewawancara harus memperhatikan tentang situasi dan kondisi
sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur
dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden(Iskandar, 2008: 77).

Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip penulisan angket yaitu
sebagai berikut:

1. Prinsip penulisan angket

1) Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk
pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus
teliti, setiap pertanyaan harus ada skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk
mengukur variabel yang diteliti.

2) Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus disesuaikan
dengan kemampuan berbahasa responden.
3) Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka atau tertutup,
(dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan bentuknya dapat menggunakan
kalimat positif dan negatif.

4) Pertanyaan tidak mendua

5) Tidak menanyakan yang sudah lupa

6) Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada jawaban yang
baik saja atau yang jelek saja.

7) Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan
membuat jenuh responden dalam mengisi.

8) Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal
yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit

Prinsip pengukuran, angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen
penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan di teliti. Oleh karena itu instrumen
angket tersebut harus daapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel variabel
yang diukur.

Penampilan fisik angket, penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi
respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket.

3. Observasi

Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau
blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-
item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh
suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga
mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya
memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai
reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki (Arikunto,
2006: 229).

B. TEKNIK PENGUMPLAN DATA KUALITIATIF


Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik
pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2). observasi, 3). dokumentasi, dan 4). diskusi
terfokus (Focus Group Discussion). Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada
situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Sebelum masing-masing teknik tersebut diuraikan secara
rinci, perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami oleh setiap peneliti
adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa,
dan pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan
teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan. Pilihan teknik sangat tergantung pada
jenis informasi yang diperoleh.

1. Wawancara

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara
tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian (Emzir, 2010: 50). Dengan
kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka,
yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk
memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam
penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah
diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.

Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai metoda pengumpulan data,
peneliti harus menentukan apakah pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh orang
yang dipilih sebagai partisipan. Studi hipotesis perlu digunakan untuk menggambarkan satu proses
yang digunakan peneliti untuk memfasilitasi wawancara.

Menurut Miles dan Huberman (1984) ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam
melakukan wawancara, yaitu:

a) The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang sebenarnya untuk
membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal yang perlu diketahui untuk menunjang
pelaksanaan pengambilan data meliputi tempat pengambilan data, waktu dan lamanya wawancara,
serta biaya yang dibutuhkan.

b) The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di dalamnya termasuk
situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat pembuka, pembicaraan pendahuluan dan sikap peneliti
dalam melakukan pendekatan.

c) The events, menyusun protokol wawancara, meliputi:


1)Pendahuluan,

2) Pertanyaan pembuka,

3) Pertanyaan kunci, dan

4) Probing, pada bagian ini peneliti akan memanfaatkan hasil pada bagian kedua untuk membuat
kalimat pendahuluan dan pernyataan pembuka, serta hasil penyusunan pedoman wawancara
sebagai pertanyaan kunci.

b) The process, berdasarkan persiapan pada bagian pertama sampai ketiga, maka disusunlah strategi
pengumpulan data secara keseluruhan. Strategi ini mencakup seluruh perencanaan pengambilan
data mulai dari kondisi, strategi pendekatan dan bagaimana pengambilan data dilakukan.

Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara sesuai atau berbeda dengan
informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan
yang harus dilalui yakni: 1). mengenalkan diri, 2). menjelaskan maksud kedatangan, 3). menjelaskan
materi wawancara, dan 4). mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010: 358).

Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang komprehensif sebagaimana
diharapkan peneliti, maka berdasarkan pengalaman wawancara yang penulis lakukan terdapat
beberapa kiat sebagai berikut; 1). Ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan tidak tegang, 2).
Cari waktu dan tempat yang telah disepakati dengan informan, 3). Mulai pertanyaan dari hal-hal
sederhana hingga ke yang serius, 4). Bersikap hormat dan ramah terhadap informan, 5). Tidak
menyangkal informasi yang diberikan informan, 6). Tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi
yang tidak ada hubungannya dengan masalah/tema penelitian, 7). Tidak bersifat menggurui
terhadap informan, 8). Tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan tersinggung atau marah,
dan 9). Sebaiknya dilakukan secara sendiri, 10) Ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan
minta disediakan waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.

Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-depth interview), di
mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan
informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya
sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali. 2). wawancara terarah (guided interview) di
mana peneliti menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda
dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup,
karena peneliti terikat dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi
pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada bertatap
muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.

2. Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim
dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan
pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang
diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa,
objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk
memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian
(Guba dan Lincoln, 1981: 191-193).

Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu: 1). Observasi partisipasi,
2). observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi kelompok. Berikut penjelasannya:

1) Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana
peneliti terlibat dalam keseharian informan.

2) Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman
observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang
terjadi di lapangan.

3) Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap
sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

3. Dokumen

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan
dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan
sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di
masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut
sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna (Faisal, 1990: 77).

4. Focus Group Discussion

Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus Group Discussion),
yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari
diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan hasil
UN 2011 di mana nilai rata-rata siswa pada matapelajaran bahasa Indonesia rendah. Untuk
menghindari pemaknaan secara subjektif oleh seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi
terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan
diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.
Teknik pengumpulan data adalah bagian penting dalam proses penelitian.
Tahapannya dilakukan sesudah proposal riset disetujui dan sebelum analisis data itu
di lakukan. Berikut ini akan kami urai beberapa teknik dan pengertian pengumpulan
data. Jenis metode pengumpulan data yang didipaparkan di sini adalah jenis yang
umum dan sering disebutkan. Secara spesifik, metode pengumpulan data bervariasi.
Untuk lebih jelasnya simak pembahasan di bawah ini

teknik pengumpulan data

Para ahli metodologi sepakat metode apa yang paling relevan dipakai untuk
mengumpulkan data ditentukan pada metode penelitian. Kebutuhan itu dinilai
dengan mengacu pada desain penelitian, rumusan pada masalah, dan tujuan
penelitian.

Menentukan metode yang sesuai untuk mengumpulkan data diperlukan berbagai


pertimbangan. Peneliti seharusnya mempunyai alasan-alasan yang rasional dalam
berargumen mengapa metode tertentu dipilih, bukan metode yang lain.

Daftar Isi :
 Pengertian pengumpulan data
 Metode Kualitatif
o Pendekatan kualitatif
 Teknik Pengumpulan Data Kualitatif
 Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif
o 1. Interview (Wawancara)
o 2. Kuesioner
o 3. Observasi
Pengertian pengumpulan data
Pengumpulan data (data collection) merupakan tahapan proses riset dimana peneliti
menerapkan cara dan teknik ilmiah dalam rangka mengumpulkan data sistematis
untuk keperluan analisis.

Bisa diketahui bahwa bagaimana data dikumpulkan di dalam penelitian tentu


dilakukan secara ilmiah dan sistematis. Data yang dikumpulkan secara sembarang
akan menghasilkan kualitas riset yang amat rendah, bias dan tidak valid. Bahkan
bisa dibilang tak ilmiah.

Sebagaimana yang telah disinggung di awal, peneliti harus mengacu pada desain
penelitian, rumusan masalah dan juga tujuan penelitian sebelum menentukan
metode apa yang sebaiknya dipakai untuk mengumpulkan data.

Penelitian kuantitatif menerapkan cara pengumpulan data yang berbeda pada riset
kualitatif. Pertanyaan penelitian kualitatif relevan dijawab dengan metode penelitian
kualitatif, hingga cara pengumpulan datanya spesifik, yaitu mengumpulkan data
kualitatif. Begitu juga jika pertanyaan penelitian yang memerlukan data yang bersifat
kuantitatif atau numerik.

Sebagai contoh

Riset etnografi umumnya menerapkan metode observasi partisipatoris. Dalam riset


etnografi sebenarnya ada beberapa metode yang lebih detail seperti misalnya
autoetnografi, netnografi, dan sebagainya.

Metode Kualitatif
Penelian kualitatif adalah penelitian yang dipakai untuk mengungkapkan
permasalahan di dalam kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta,
kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olah raga, seni dan budaya, dan lain-
lain sehingga bisa dijadikan suatu kebijakan guna dilaksanakan untuk kesejahteraan
bersama.

Menurut Sugiyono

“ Masalah dalam penelitian kualitatif memiliki sifat sementara, tentative dan


berkembang dan berganti setelah peneliti ada dilapangan”.

Pendekatan kualitatif
Pendekatan kualitatif merupakan proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia.

Pada pendekatan ini, peneliti membuat gambaran kompleks, meneliti kalimat,


laporan dari pandangan responden, dan melakukan studi di situasi yang alami,
mengemukakan metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata- kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku
yang sudah diamati.
Dalam penelitian kualitatif akan terjadi 3 kemungkinan pada masalah yang akan
diteliti yaitu :

1. Masalah yang dibawa peneliti tetap, sejak awal hingga akhir penelitian sama, hingga
judul proposal dengan judul laporan penelitian hasilnya sama
2. Masalah yang dibawa peneliti sesudah memasuki penelitian berkembang yaitu
diperluas maupun diperdalam masalah yang sudah disiapkan dan tidak terlalu
banyak perubahan hingga judul penelitian hanya cukup disempurnakan
3. Masalah yang dibawa peneliti sesudah memasuki lapangan berubah total hingga
harus diganti masalah karena judul proposal dengan judul penelitian tidak sama
maka judulnya harus diganti.

Peneliti kualitatif yang merubah masalah / ganti judul penelitiannya sesudah


memasuki lapangan penelitian atau setelah selesai adalah peneliti kualitatif yang
lebih baik, Sebab dipandang mampu melepaskan yang dipikirkan sebelumnya, dan
selanjutnya bisa melihat fenomena lebih luas dan mendalam sesuai dengan yang
terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang diteliti.

Asumsi gejala dalam penelitian kulitatif merupakan gejala dari suatu obyek sifatnya
tunggal dan parsial. Berdasarkan gejala itu peneliti bisa menentukan variable-
variabel yang akan diteliti.

Gejala itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak bisa dipisah-pisahkan) yaitu situasi
sosial yang meliputi

1. Aspek tempat – place


2. Aspek pelaku – actor
3. Aspek aktifitas – activity

Ketiganya berinteraksi secara sinergis.

Kegiatan yang harus dilakukan pada penelitian kualitatif pada tahap pra-lapangan
yaitu menyusun rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah dan
suatu alasan pelaksanaan penelitian seperti :

 Studi pustaka
 Penentuan lapangan penelitian
 Penentuan jadwal penelitian
 Pemilihan alat penelitian
 Rancangan pengumpulan data
 Rancangan prosedur analisa data
 Rancangan perlengkapan yang diperlukan dilapangan
 Rancangan pengecekan kebenaran data.

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang strategis dalam penelitian. Hal ini
disebabkan karna tujuan utama dari penelitian tersebut adalah untuk memperoleh
data. Dengan begitu, maka tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data, peneliti
tidak bisa memperoleh data yang memenuhi standar yang sudah ditetapkan.

Teknik Pengumpulan Data Kualitatif


Tehnik yang dipakai dalam penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut :
a. Teknik wawancara
adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan beberapa
pertanyaan secara lisan untuk dijawab denga lisan juga dengan ciri utamanya yaitu
berupa kontak langsung dengan tatap muka (face to face relationship) antara
pencari informasi dengan sumber informasi

b. Observasi
adalah teknik pengumpulan data yang dipakai untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan peng-indraan. Ada 3 jenis observasi yaitu partisipatif,
observasi terus terang atau tersamar, observasi tidak terstruktur

c. Focus Group Discussion (FGD)


adalah teknik pengumpulan data yang biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif
untuk tujuan menemukan makna tema menurut pemahaman pada sebuah
kelompok.

d. Kuesioner (angket)
adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawabnya, dimana
peneliti tidak langsung bertanya kepada responden seperti wawancara

e. Teknik dokumen
adalah teknik pengumpulan data dengan sumber non manusia, non human
resources, diantaranya yaitu dokumen, dan bahan statistik.

f. Teknik triangulasi
triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang memiliki sifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data juga sumber data yang
sudah ada. Terdapat beberapa jenis triangulasi yaitu : triangulasi data, triangulasi
peneliti, triangulasi metodologis, triangulasi teoritis.

Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif


Pengumpulan data bisa dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai sumber
dengan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data bisa dikumpulkan pada setting
alamiah (natural seting), pada laboratorium dengan eksperimen, dirumah dengan
berbagai responden, dan lain-lain.

Apabila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data bisa memakai
sumber primer dan sekunder.

Sumber primer yaitu sumber data yang secara langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau juga
melalui dokumen.

Selanjutnya jika dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik
pengumpulan data bisa dilakukan dengan interview, kuesioner (angket), observasi

1. Interview (Wawancara)
Wawancara menjadi teknik pengumpulan data saat peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan guna menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan jika peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden dengan sangat mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/ kecil.

Yang di butuhkan dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah
sebagai berikut:

 Subjek (responden) merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
 Bahwa apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti merupakan benar dan dapat
dipercaya.
 Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya
merupakan sama dengan apa yang dimaksudkan si peneliti.

Wawancara bisa dilakukan secara terstruktur juga tidak terstruktur, dan bisa
dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telepon.

Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur dipakai sebagai teknik pengumpulan data, jika peneliti atau
pengumpul data sudah mengetahui dengan pasti informasi yang akan didapatkan.

Oleh sebab itu di dalam melakukan wawancara, pengumpul data harus sudah
menyiapkan instrumen penelitian yang berupa pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini, responden
diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data harus mencatatnya.

Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang bebas dan peneliti tidak
memakai pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya.

Pedoman yang dipakai hanya berupa garis besar pada permasalahan yang
ditanyakan. Contohnya yaitu sebagai berikut: “Bagaimanakah pendapat Saudara
terhadap kebijakan Rektor UKM-UKM yang terdapat di IAIN i Lampung? dan
bagaimana dampaknya untuk mahasiswa!”.

2. Kuesioner
Kuesioner adalah alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawabnya.
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang amat efisien jika peneliti tahu pasti
variabel yang diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden.

Prinsip penulisan adalah sebagai berikut:

 Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud adalah isi pertanyaan tersebut bentuk
pengukuran atau bukan. Jika berbentuk pengukuran, maka di dalam membuat
pertanyaan haruslah teliti, setiap pertanyaan harus terdapat skala pengukuran dan
jumlah itemnya mencukupi guna mengukur variabel yang diteliti.
 Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang digunakan di dalam penulisan angket
harus disesuaikan dengan kemampuan cara berbahasa si responden.
 Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket bisa berupa terbuka
dan tertutup, dan bentuknya bisa menggunakan kalimat positif dan negatif.
 Pertanyaan tidak mendua
 Tidak menanyakan hal yang sudah lupa
 Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada
jawaban yang baik saja maupun yang buruk saja.
 Panjang pertanyaan, pertanyaan di dalam angket sebaiknya tak panjang, sehingga
akan membuat jenuh responden
 Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan di dalam angket, dimulai dari yang umum
hingga ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah hingga hal yang sulit.

3. Observasi
Di dalam menggunakan observasi cara yang efektif yaitu melengkapinya dengan
format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan lalu format yang
disusun berisi item-item tentang suatu kejadian atau tingkah laku yang digambarkan.

Dari peneliti berpengalaman didapatkan suatu petunjuk bahwa mencatat data


observasi bukanlah hanya sekedar mencatat, tetapi mengadakan pertimbangan lalu
mengadakan penilaian pada skala bertingkat.

Misalanya memperhatikan reaksi para penonton televisi, bukan hanya sekedar


mencatat rekasi tersebut, tetapi menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau
tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Teknik Wawancara, Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Teknik Pengamatan/Observasi, Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145) mengemukakan bahwa,


observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan.

Teknik Dokumentasi, Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories),
ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Triangulasi, dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan
datayang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada.

Anda mungkin juga menyukai