Anda di halaman 1dari 14

 

Charles Edward Spearman

 London, Inggris pada tanggal 10 September 1863

 perwira di Angkatan Darat Inggris 15 thn dan undur


diri

belajar dan mengambil gelar PhD dalam psikologi


eksperimental. di Leipzig jerman di bawah
bimbingan Wilhelm Wundt.

1897 balik AD perang afrika selatan

Mari perang kualiah, gelar sarjana pada tahun 1906.

Salah satu tokoh yang dianut William McDougall

Kemudian hari spearman diminta gantikan wil MCD


di univ collage lndon

1911  ia mendapatkan promosi jabatan sebagai Guru


Grote dari Filsafat Pikiran dan Logika.
1928, ketika terjadi pemisahan Departemen
Psikologi, Spearman diubah gelarnya menjadi
Profesor Psikologi.

Pemikiran Spearman sangat dipengaruhi oleh karya


Francis Galton,

julukan “the father of factor analysis”.

Teori intelegensi Spearman merupakan teori faktor


yang muncul dalam upayanya untuk
mendeskripsikan struktur intelegensi ke dalam satu
atau lebih kemampuan yang berdiri sendiri melalui
analisis faktor yang membangun konstruk
kemampuan. Pandangan Spearman mengenai
inteligensi ini ditunjukkan dalam teorinya mengenai
kemampuan mental yang populer dengan nama
teori dua faktor (two factor theory). Karya-karya dan
pemikiran Spearman mempengaruhi pemikiran
beberapa tokoh seperti Hans Eysenck, Philip E.
Vernon, Cyril Burt, dan Arthur Jensen.  Charles
Spearman meninggal di London pada usianya yang
ke-82 tepatnya pada tanggal 17 September 1945.

Teori Spearman ini berawal dari penelitian yang


dilakukannya tentang analisis korelasional terhadap
skor seperangkat tes yang mempunyai tujuan dan
fungsi ukur yang berlainan. Penelitian awalnya ini
diperoleh dari tes-tes terhadap 36 siswa pada
beberapa subyek akademik (mata pelajaran) seperti
pelajaran Latin, Bahasa Inggris dan Matematika. Dari
penelitiannya tersebut, Spearman menemukan
adanya interkorelasi positif diantara berbagai tes
tersebut. Interkorelasi positif ini terjadi karena
masing-masing tes tersebut mengukur suatu faktor
umum yang sama, faktor umum ini disebut sebagai
faktor ‘g’ atau general factor. Tetapi korelasi-korelasi
yang terjadi antara berbagai tes tersebut tidaklah
sempurna. Korelasi-korelasi tidak sempurna ini
dikarenakan masing-masing tes tersebut selain
mengukur faktor umum yang sama, masing-masing
tes tersebut juga mengukur komponen tertentu
yang bersifat spesifik bagi masing-masing tes. Faktor
yang bersifat spesifik yang hanya diungkap oleh tes
tertentu saja ini disebut sebagai faktor ‘s’.

Spearman dalam teori dua faktornya ini


menerangkan bahwa dua tes akan berkorelasi tinggi
satu sama lain hanya jika masing-masing
mengandung faktor ‘g’ dalam proporsi besar. Hal ini
dapat diartikan semakin besar korelasi suatu tes
dengan ‘g’, maka akan semakin besar pulalah
korelasinya dengan tes lain yang juga mengandung
‘g’. Namun demikian, beberapa tes tersebut dapat
berkorelasi melebihi korelasi masing-masing dengan
‘g’. Hal ini dapat terjadi jika terdapat suatu
kemampuan khusus yang sama-sama diukur oleh
tes-tes tersebut atau adanya kemiripan pada item
dalam tes-tes tersebut. Menurut Spearman,
interkorelasi yang melebihi korelasi tes dengan ‘g’ ini
dikatakan sebagai faktor kelompok (group factor).

Charles Spearman menggambarkan sebuah konsep


yang disebut sebagai kecerdasan umum yang
disebut sebagai faktor ‘g’. Menurutnya, faktor ini
terdapat pada semua individu, tetapi berbeda satu
dengan yang lainnya, jadi faktor ‘g’ ini mendasari
semua perilaku/performance orang. Faktor ini
umumnya berhubungan dengan kemampuan
menyelesaikan masalah atau tugas-tugas secara
umum.

Sedangkan faktor ‘s’ atau special factor, merupakan


faktor yang khusus mengenai bidang tertentu atau
berfungsi pada perilaku-perilaku khusus saja. Jadi,
jumlah faktor ‘s’ ini bisa saja banyak, misalnya faktor
s1, s2, s3 dan sebagainya. Sehingga seseorang akan
menonjol dalam bidang tertentu jika seseorang
tersebut memiliki faktor ‘s’ pada bidang tertentu.
Biasanya contoh dari faktor ‘s’ ini dapat kita lihat
dari kemampuannya menyelesaikan masalah atau
tugas yang sifatnya spesifik atau khusus.

Setiap performance seseorang merupakan gabungan


antara adanya faktor ‘g’ dan faktor ‘s’. Menurutnya,
faktor ‘g’ ini tergantung pada dasarnya, sedangkan
faktor ‘s’ dipengaruhi oleh pengalaman. Kedua
faktor ini bekerja bersama-sama sebagai suatu
kesatuan. Semua faktor yang spesifik akan bersama-
sama membentuk single common factor yaitu faktor
‘g’. Kemampuan seseorang bertindak dalam setiap
situasi sangat bergantung pada kemampuan umum
maupun kemampuan khusus. Jadi keduanya
memberikan sumbangan pada setiap perilaku yang
intelegen.  

Menurut Spearman, definisi inteligensi mengandung


dua komponen kualitatif yang penting. Dua
komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut :

Edukasi relasi adalah kemampuan untuk


menemukan suatu hubungan dasar yang berlaku
atau terjadi di antara dua hal yang dipaparkan.
Eduksi relasi ini contohnya seperti dalam
menemukan hubungan yang terdapat di antara dua
kata ‘pandai-pintar’. Hubungan relasi antara dua
kata ‘pandai-pintar’ ini adalah hubungan padanan
kata atau sinonim.

Edukasi korelasi adalah kemampuan untuk


menerapkan hubungan dasar yang telah ditemukan
dalam proses eduksi relasi sebelumnya ke dalam
situasi baru. Eduksi korelasi ini contohnya jika telah
diketahui bahwa hubungan antara kata ‘pandai’ dan
‘pintar merupakan hubungan padanan kata atau
sinonim, maka hubungan ini dapat diterapkan dalam
pertanyaan ‘gembira-...’.

Saat ini, konsep Spearman ini disebut sebagi proses


enkoding (encoding), proses penyimpulan
(inference) dan aplikasi (application). Menurut
Spearman, inilah proses penalaran dengan
menggunakan analogi yang merupakan salah satu
indikator faktor ‘g’ yang terbaik.

Dalam teorinya tersebut,

Lima prinsip kuatitatif tersebut adalah sebagai


berikut:

Energi mental, bahwa setiap fikiran cenderung untuk


menjaga total output kognitif simultannya dalam
kuantitas yang tetap meski bagaimanapun variasi
kualitatifnya.

Kekuatan menyimpan (retentivity), bahwa terjadinya


peristiwa kognitif dapat menimbulkan
kecenderungan untuk terulang lagi.

Kelelahan, bahwa terjadinya peristiwa kognitif dapat


menimbulkan kecenderungan untuk melawan
terulangnya peristiwa atau kejadian tersebut.
Kontrol konatif, bahwa intensitas kognisi dapat
dikendalikan oleh konasi (motivasi).

Potensi primordial, bahwa setiap manifestasi


keempat prinsip kuantitatif terdahulu akan ditimbun
di atas potensi awal individu yang bervariasi.

    C. Kelebihan dan Kelemahan Teori Inteligensi


Spearman

Teori inteligensi Spearman ini memiliki peranan


penting bagi perkembangan dan penelitian pada
bidang inteligensi. Tidak hanya mendatangkan pujian
dan sambutan hangat dari beberapa kalangan atas
kelebihan-kelebihannya, akan tetapi teori inteligensi
Spearman dengan faktor 'g' nya ini juga tidak luput
menuai kritikan demi kritikan.
Dalam perkembangannya selama beberapa puluh
tahun bahkan sampai sekarang ini, konsep faktor ‘g’
yang dikemukakan oleh Spearman ini dijadikan dasar
empiris teori-teori inteligensi.  Teori Spearman ini
dijadikan rujukan penting dalam kebanyakan
penelitian-penelitian selama lebih dari sembilan
puluh tahunan. Jika kita perhatikan, teori yang
dikemukakan oleh Charles Edward Spearman ini
memiliki beberapa kelebihan-kelebihan. Beberapa
kelebihan-kelebihan two-factors theory yang
dikemukakan adalah sebagai berikut:

Two-factors theory ini memiliki basis riset atau


penelitian yang mendukung.

Inteligensi atau kecerdasan umum menurut


Spearman ini dapat terukur dalam tes inteligensi.

Teori ini menekankan pentingnya faktor ‘g’ yang


mampu mewakili semua tes yang memiliki
kesamaan. Hal inipun memberikan implikasi pada
efisiensi pengukuran.

Beberapa ahli menyatakan bahwa inteligensi atau


kecerdasan umum ini dimiliki oleh setiap individu
dan dapat diaplikasikan untuk memprediksi
kesuksesan atau prestasi yang bersifat akademis dan
pekerjaan.

Dalam bidang pendidikan, pengukuran yang valid


terhadap faktor ‘g’ dapat dipergunakan sebagai
dasar perencanaan, pengaturan, dan perlakuan
pendidikan yang tepat bagi peserta didik agar
peserta didik dapat berhasil dalam bidang akademik
secara optimal.

Dalam kehidupan sosial, pengukuran yang valid


terhadap faktor ‘g’ pada individu-individu ini dapat
dijadikan dasar berinteraksi dengan lingkungan
sosial dengan tujuan agar individu-individu tersebut
dapat mendapatkan kenyamanan sosial dalam
menjalankan kehidupannya.

Namun demikian, teori dua faktor yang dikemukakan


oleh Spearman ini juga tidak luput dari kritikan-
kritikan. kelemahan-kelemahan two-factors
theory yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

Teori ini dipandang terlalu sempit dalam memaknai


inteligensi karena lebih menekankan pada faktor ‘g’
yang mencakup kemampuan berbahasa, logika dan
matematis. Padahal inteligensi mencakup konsep
yang lebih kompleks dan luas

Kurangnya perhatian pada faktor ‘s’ atau inteligensi


yang bersifat spesifik pada masing-masing individu.

Beberapa ahli, seperti Sternberg, menyatakan bahwa


inteligensi yang terukur ini hanyalah satu bagian dari
inteligensi yang sesungguhnya dan bagian ini hanya
terlihat pada mereka yang memiliki kecerdasan
akademik. Padahal masih banyak bagian-bagian
inteligensi yang lainnya yang tidak kalah penting
perannya.

Anda mungkin juga menyukai