Anda di halaman 1dari 16

TEORI INTELEGENSI SPEARMAN DAN THURSTONE

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah tes intelegensi

Dosen Pengampu:

Dr.,Ema Yudiani, M.Si.,Psikolog

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Faiz Naufal Amanullah 2120901116
Wella 2120901117
Natasya Dwi Clarysia 2120901118
Diva Naufal Saffanah 2120901119
Nabilah Fettiani 2120901120
Apriza Dwi Priadi 2120901121
Nurlailah Mubarokah 2120901123
Nail Ammashun Al Yahya 2120901124

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN RADEN FATAH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi kesempatan yang luar biasa ini
yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Teori
Inteligensi: Spearman dan Thurstone.”

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan Nabi kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk
kita semua, yang merupakan petunjuk yang paling benar dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Sekaligus pula penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-


banyaknya untuk Ibu Dr.,Ema Yudiani, M.Si.,Psikolog. selaku dosen mata kuliah Tes
Inteligensi yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada penulis guna
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penulis juga berharap dengan
sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait materi tersebut.

Selain itu penulis juga sadar bahwa pada makalah ini dapat ditemukan banyak
sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis benar-benar
menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat direvisi dimasa yang selanjutnya.
Diakhir kata, penulis berharap makalah sederhana ini dapat dimengerti oleh setiap
pihak yang membaca. Penulis pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
dalam makalah ini terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Palembang, 18 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3
BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 5
BAB II .......................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6
A. TEORI INTELEGENSI SPEARMAN .............................................................. 6
1. Biografi Spearman ........................................................................................... 6
2. Teori Spearman ................................................................................................ 6
3. Penerapan Teori Inteligensi Spearman.......................................................... 9
4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Spearman ............................................... 9
B. TEORI INTELEGENSI THURSTONE .......................................................... 10
1. Biografi Thurstone ......................................................................................... 10
2. Gagasan Thurstone ........................................................................................ 10
3. Teori Thurstone.............................................................................................. 11
4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Thurstone ............................................. 14
BAB III ....................................................................................................................... 15
KESIMPULAN.......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inteligensi memainkan peran yang sangat signifikan dalam dunia persaingan
global saat ini. Kemampuan individu yang memiliki tingkat inteligensi lebih tinggi
dapat memengaruhi individu lain yang memiliki tingkat inteligensi yang lebih rendah.
Penting untuk dicatat bahwa inteligensi tidak dapat diukur hanya dari tingkat
pendidikan atau tingkat akademis seseorang. Sebaliknya, inteligensi seseorang
berkembang seiring dengan kemampuannya dalam menghadapi berbagai masalah.
Ketika seseorang menggali informasi baru dan kemudian menerapkannya dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya, maka bisa dikatakan bahwa inteligensinya
telah meningkat. Ini adalah proses yang berkelanjutan.
Charles Edward Spearman, dalam pandangannya pada tahun 1927, memandang
inteligensi sebagai suatu kemampuan mental yang mencakup berbagai fungsi kognitif.
Berdasarkan pengamatannya terhadap skor tes, Spearman menemukan bahwa skor tes
yang berbeda yang mengukur berbagai aspek kemampuan mental cenderung memiliki
korelasi satu sama lain. Dari sini, ia menyatakan bahwa ada satu faktor umum yang
disebut sebagai "general factor (g)" dalam inteligensi. Faktor umum ini memungkinkan
individu untuk berhasil dalam berbagai tugas intelektual. Namun, Spearman juga
menyadari bahwa banyak orang memiliki keunggulan dalam bidang-bidang tertentu,
sehingga ia memasukkan konsep "faktor-faktor khusus (s)" yang memungkinkan
keunggulan individu dalam tugas-tugas khusus.
Louis Thurstone juga menyumbangkan pandangan yang penting tentang
inteligensi dengan teorinya yang dikenal sebagai "Primary Mental Ability (PMA)."
Thurstone mengidentifikasi beberapa faktor kemampuan mental primer yang
melibatkan berbagai aspek seperti verbal, spasial, perseptual, numerik, ingatan, induksi,
deduksi, penalaran umum, kefasihan dalam berbicara, dan kemampuan menyelesaikan
masalah. Faktor "reasoning (R)" yang merupakan bagian dari PMA Thurstone
mengacu pada kemampuan individu untuk mengambil kesimpulan dari contoh-contoh,
aturan, atau prinsip-prinsip yang ada, dan hal ini juga berkaitan dengan kemampuan
pemecahan masalah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Charles Spearman?
2. Bagaimana teori inteligensi Charles Spearman?
3. Bagaimana biografi Louis Leon Thurstone?
4. Bagaimana teori inteligensi Louis Leon Thurstone?

C. Tujuan
Untuk mengetahui untuk menjadi bahan pembelajaran mengenai teori
intelegensi dari Spearman dan Thurstone sehingga dapat menambah wawasan
dan pengetahuan para pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI INTELEGENSI SPEARMAN


1. Biografi Spearman
Charles E. Spearman (1863 - 1945) adalah seorang tokoh terkemuka di Inggris,
lahir pada tahun 1863. Spearman adalah seorang perwira di angkatan darat dan
mencapai pangkat mayor pada usia 40 tahun. Pada tahun 1908, ia memperoleh gelar
doktor di Jerman dan lulus. mengakhiri karir akademisnya di University College
London. Spearman terkenal dengan teori kecerdasan umum serta metode statistik,
analisis faktor, korelasi peringkat Spearman, dan rumus prediksi Spearman-Brown.
Inovasi metodologis bertujuan untuk meningkatkan definisi dan pengukuran.
Spearman memandang kecerdasan sebagai kemampuan umum yang terlibat
dalam melakukan sebagian besar tugas mental. Variasi tes mental dapat dibagi menjadi
dua bagian: satu bagian berkaitan dengan perbedaan individu dan bagian lainnya
berkaitan dengan tes tertentu. Faktor spesifik hanya terungkap melalui pengujian
tertentu dan disebut faktor s. Karena koefisien korelasi mewakili proporsi variasi yang
dimiliki oleh dua variabel, Spearman mampu mengembangkan metode untuk
menganalisis matriks korelasi antar pengujian untuk menentukan keberadaan faktor
umum dan menghitung untuk menguji korelasinya dengan faktor umum yang
mendasarinya.

2. Teori Spearman
Kecerdasan merupakan pusat energi yang dibutuhkan untuk semua tugas
kognitif (Spearman, 1904). Dalam teorinya, Spearman memperkenalkan konsep faktor
g atau biasa dikenal dengan "general ability", yang berperan dalam menyimpan dan
menghubungkan informasi, mensintesis konsep, memahami hubungan serta menarik
kesimpulan, memproses materi, dan menyusun kombinasi baru dari materi tersebut.
Dia kemudian mengembangkan teknik statistik yang disebut analisis faktor, yang
memungkinkan peneliti menggunakan sejumlah item tes yang berbeda untuk mengukur
kemampuan umum. Spearman berpendapat bahwa faktor g ini bertanggung jawab atas
kinerja keseluruhan tes kemampuan intelektual. Ia mencatat bahwa meskipun orang
pasti bisa unggul di bidang tertentu dan sering kali berhasil, mereka yang sukses di
satu bidang juga cenderung sukses di bidang lain (Medianta Tarigan & Fadillah, 2021).
Menurut Spearman (Syane Triwulandari & Supardi U.S, 2022), kecerdasan bukanlah
suatu kemampuan tunggal tetapi terdiri dari dua faktor, itulah sebabnya teorinya
disebut teori kecerdasan dua faktor atau two-factor theory. Kecerdasan dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu kecerdasan umum (general ability) dan kecerdasan khusus
(special ability), sehingga kecerdasan mempunyai dua unsur. Kedua faktor tersebut
adalah faktor umum (faktor umum, disingkat g) dan faktor khusus (faktor spesifik,
disingkat s).
1. Faktor Umum (G)
Faktor G mencakup semua aktivitas intelektual yang dimiliki setiap orang pada
tingkat yang berbeda-beda. Beberapa ciri faktor G antara lain: (1) merupakan
kemampuan umum bawaan; (2) bersifat konstan; (3) digunakan dalam aktivitas
individu; (4) besarnya faktor G setiap individu berbeda-beda; (5) Semakin besar
jumlah G yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula peluang
keberhasilan dalam hidup.
2. Faktor Khusus (S)
Faktor S mencakup sejumlah faktor spesifik yang terkait dengan tugas tertentu.
Beberapa ciri faktor S antara lain: (1) dipelajari dan diperoleh dari lingkungan;
(2) perubahan dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya oleh individu yang sama;
(3) Besarnya jumlah S pada setiap individu berbeda-beda.
Kedua faktor ini mungkin tumpang tindih atau tampak berbeda. Menurut
Spearman, faktor G lebih mewakili secara genetis dan faktor S diperoleh terutama
melalui pelatihan dan pendidikan. Kedua faktor di atas sangat penting dalam mengenali
kapasitas pribadi ketika berpindah dari satu situasi ke situasi lainnya. Faktor umum
mendasari semua perilaku, sedangkan faktor spesifik hanya mendasari perilaku tertentu.
Menurut Suryabrata (2002:128), faktor umum bergantung pada genetika dan faktor
khusus bergantung pada pengalaman (lingkungan, pendidikan). Setiap masalah
diselesaikan dengan menggunakan kombinasi kecerdasan umum dan khusus.
Menurut Winkel (1996, dalam Purwanto, 2010), inteligensi adalah hasil dari
gabungan faktor umum dan sejumlah faktor khusus. Kombinasi antara faktor "g"
(general) dan faktor "s" (specific) berbeda-beda untuk setiap individu. Dalam
perspektif Spearman (Purwanto, 2010), setiap individu memiliki faktor inteligensi
umum ("g") dalam berbagai proporsi. Faktor "g" ini menjadi penentu utama
kemampuan dalam menyelesaikan tes inteligensi, sehingga seseorang dapat dianggap
cerdas atau kurang cerdas secara keseluruhan, tergantung pada sejauh mana faktor "g"
tersebut hadir dalam diri mereka. Faktor ini umumnya berkaitan dengan kemampuan
menyelesaikan masalah atau tugas-tugas umum. Orang dengan faktor "g" yang kuat
memiliki kapasitas untuk mempelajari berbagai jenis pengetahuan, seperti matematika,
bahasa, ilmu pengetahuan, sejarah, dan lain sebagainya. Di sisi lain, faktor "s" yang
lebih dominan mencerminkan kemampuan otak dalam tugas-tugas khusus atau spesifik.
Contohnya adalah kemampuan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan bidang tertentu.
Spearman (1923, dalam Gregory, 2013) menjelaskan bahwa perbedaan dalam
faktor "g" pada setiap individu tercermin dalam tiga konsep kognitif, yaitu kemampuan
dalam menangkap pengalaman, mengembangkan relasi, dan mengaplikasikan korelasi.
Istilah "mengembangkan" dalam konteks ini dapat diartikan sebagai "mencari tahu."
Edukasi relasi mencakup kemampuan untuk menemukan hubungan dasar yang berlaku
antara dua hal, sementara edukasi korelasi adalah kemampuan untuk menerapkan
hubungan dasar yang telah ditemukan dalam proses edukasi relasi ke dalam situasi
yang baru. Sebagai contoh, dalam menemukan hubungan antara dua kata, seperti
"panjang-pendek" yang merupakan hubungan lawan kata, kemudian menerapkannya
dalam situasi yang lain seperti "baik-...". Konsep ini dapat dianggap sebagai proses
encoding (penyandian), inferensi (penarikan kesimpulan), dan aplikasi (penggunaan).

3. Penerapan Teori Inteligensi Spearman


Penerapan atau pengaplikasian teori inteligensi Spearman terlihat dalam tes
inteligensi seperti analogi A:B::C:..?. Dalam analogi ini, A memiliki hubungan dengan
B, dan C memiliki hubungan yang serupa dengan D. Sebagai contoh,
PALU:PAKU::OBENG:.... Untuk menyelesaikan analogi ini, langkah pertama adalah
memahami makna kata-kata "palu," "paku," dan "obeng," karena tanpa pemahaman ini,
sulit untuk menemukan solusi. Kemudian, langkah berikutnya adalah mengenali
hubungan antara "palu" dan "paku," yang merupakan kemampuan mengembangkan
relasi, yaitu menghubungkan konsep-konsep tersebut. Terakhir, kemampuan
mengembangkan korelasi membantu kita menerapkan kesimpulan yang telah
ditemukan sebelumnya, menghasilkan jawaban yang tepat untuk analogi tersebut, yaitu
OBEN:BAUT.

4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Spearman


Kelebihan dari teori two factors yang dikemukakan Spearman yaitu orang yang
menjalani ujian kognitif dengan baik cenderung mempunyai prestasi yang baik pada
ujian lain. Spearman menarik kesimpulan bahwa kecerdasan adalah kemampuan umum
kognitif yang dapat diukur dan dinyatakan secara numerik (Spearman, 1904).
kelemahan dari teori two factors yaitu konsep tunggal inteligensi hanya
kemampuan umum, lalu definisi faktor umum dan faktor khusus tidak terlalu jelas, dan
juga Spearman lebih banyak membahas mengenai faktor umum daripada faktor fisik,
karena faktor umum lebih banyak memiliki nilai praktis yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari dibanding dengan faktor khususnya.
B. TEORI INTELEGENSI THURSTONE
1. Biografi Thurstone
Thurstone lahir di Chicago pada tahun 1887 dari pasangan berkebangsaan
Swedia. Ketertarikannya pada musik sejak kecil diperkuat oleh sang ibu yang
merupakan seorang musisi. Saat remaja, ia tertarik pada trigonometri. Pada tahun 1912,
ia lulus dari Universitas Cormell dengan gelar teknik mesin dan segera bekerja untuk
Thomas Edison di Orange, New Jersey (direkrut setelah mendemonstrasikan model
proyektor film yang tidak berkedip). Pada tahun 1914, ia memulai sekolah pascasarjana
di bidang psikologi di Universitas Chicago. Sambil menyelesaikan tesis fungsi
pembelajaran, ia melanjutkan ke Carnegie Institute of Technology di Departemen
Psikologi Terapan.
Dalam sepuluh tahun yang singkat, di awal karirnya, Louis L. Thurstone
merevolusi penskalaan nonfisik dengan mengadaptasi psikofisika yang dikembangkan
oleh Fechner, Wundt, dan Müller untuk mengukur kekuatan mental dalam psikologi
abad ke-20. Kemajuan pengukurannya secara spektakuler meletakkan dasar bagi
psikometri modern.
2. Gagasan Thurstone
Beberapa Gagasan Utamanya adalah:
a. Integritas Mental
Integritas mental yang tidak bergantung pada perilaku terbuka mendasari
kecenderungan manusia untuk terlibat dalam tindakan tertentu. Reaksi menantang
Thurstone terhadap psikologi Stimulus-Respon yang kosong, konsep ini
merasionalisasi pendekatan inferensial terhadap fungsi mental.
b. Proses Diskriminatif
Proses persepsi otomatis memilah aliran rangsangan eksternal di sekitar untuk
mengidentifikasi rangsangan yang mungkin berguna bagi organisasi. Thurstone
menegaskan akan menunjukkan distribusi kesalahan pada kontinum stimulus yang
mereproduksi pengalaman kualitatif subjektif.
c. Kekuatan Motif.
Suatu struktur kekuatan motif tidak aktif dalam sistem mental. Provokasinya
melalui benda-benda mengungkapkan afinitas mental terhadap rangsangan tertentu
dan menentukan kontinum psikologis.
d. Unit Sewenang-Wenang
Pengukuran secara umum didasarkan pada satuan ukuran arbitrer yang kegunaan
praktisnya adalah linearitasnya. Thurstone menerapkan teknik JND Fechner untuk
memperkirakan satuan ukuran pada kontinum subjektif.
e. Penskalaan Mutlak
Peneliti sosial berterima kasih pada Wawasan Thurstone bahwa ¾ harus
independen terhadap sampel yang diukur dan satuan ukuran. (Banyak di antara
mereka yang masih menggunakan skor/peringkat mentah, persentase, dan nilai
yang setara.) Jika kemungkinan asosiasi antara dua titik pada kontinum.
f. Linearitas Parameter
Mengacu pada aksioma aditif dalam pengukuran fisik, Thurstone meramalkan
pengukuran konjoin probabilistik untuk observasi nonfisik. Thurstone secara
eksplisit menyatakan bahwa item skala memerlukan dukungan rasional dan
empiris. Thurstone, bagaimanapun, tidak mendukung upaya untuk menetapkan
koefisien konsistensi internal untuk tujuan ini.

3. Teori Thurstone
Teori faktor berkembang lebih lanjut sejalan dengan munculnya teknik analisis
faktor sehingga muncul multiple factors theory yang dikembangkan oleh Kelley dan
dilanjutkan oleh Thurstone. Teori ini mengemukakan bahwa kemampuan seseorang
dibentuk oleh sejumlah unsur yang terpisah satu sama lain. Thurstone menolak gagasan
tentang satu faktor yang memiliki aplikasi umum daripada yang lainnya. Menurutnya,
kecerdasan tidak dapat digeneralisasikan menjadi satu faktor saja. Terdapat beberapa
faktor dari kecerdasan, di mana setiap orang memiliki faktor-faktor tersebut namun
bisa saja satu faktor menonjol dan faktor lain tidak.
Thurstone memandang inteligensi bersifat multi faktor. Faktor-faktor yang
membentuk inteligensi adalah faktor umum (common factors, disingkat c) dan faktor
khusus (specific factors). Faktor umum terdiri dari tujuh faktor yang membentuk
perilaku tertentu yang bersifat umum. Faktor khusus adalah faktor- faktor yang
mendasari perilaku yang bersifat khusus. (Purwanto, 2010). Thurstone
mengidentifikasi sejumlah aspek kecerdasan yang disebutnya sebagai Primary Mental
Abilities (PMA). PMA adalah teori inteligensi yang memaparkan bahwa manusia
memiliki tujuh kemampuan dasar yang saling terkait satu sama lain. Ketujuh faktor
yang diidentifikasi oleh Thurstone, sesuai dengan proporsi perbedaan individu tersebut
adalah:
1. Kemampuan Spasial/Ruang (S) adalah kapasitas seseorang dalam
menggambarkan berbagai tampilan spasial atau visualisasi objek dalam ruang.
Ini melibatkan kemampuan individu untuk memproses informasi visual dan
memahami hubungan antara objek dalam konteks spasial. Tes yang mengukur
kemampuan ini termasuk teka-teki visual, pemahaman bentuk geometris, dan
identifikasi bayangan cermin yang benar dari objek, serta pengenalan objek
yang benar saat berubah sudut.
2. Pemahaman Verbal (V) adalah kemampuan seseorang untuk memahami teks
yang dibaca atau informasi yang didengar, serta menginterpretasikan makna
kata-kata dan hubungannya satu sama lain. Ini mencakup keterampilan
menggunakan bahasa, kosakata, dan pemahaman konsep verbal. Tes yang
mengukur kemampuan ini termasuk tes kosakata, tes kata acak, dan tes
pemahaman verbal atau membaca.
3. Kemampuan Numerik (N) adalah kemampuan matematika atau kemampuan
untuk melakukan perhitungan dengan cepat dan akurat. Ini biasanya diukur
dengan menguji seberapa baik seseorang dalam menyelesaikan masalah
matematika, termasuk kecepatan dan akurasi dalam aritmatika.
4. Memori (M) adalah kemampuan untuk mengingat dan mempertahankan
informasi dalam jangka waktu yang lama. Ini mencakup kemampuan
mengingat konsep atau fakta yang telah dipelajari. Pengukuran kemampuan ini
dapat melibatkan tes memori seperti mengingat suku kata yang tidak biasa atau
mengingat materi yang dipelajari selama ujian.
5. Penalaran Induktif (I) adalah kemampuan untuk berpikir logis dan membuat
kesimpulan berdasarkan informasi umum yang kemudian diterapkan pada
situasi khusus. Ini juga berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis. Tes
penalaran induktif sering melibatkan pemilihan nomor atau gambar yang sesuai
dengan pola urutan yang diberikan, seperti tes seri huruf atau tes seri angka.
6. Kecepatan Perseptual (P) adalah kemampuan untuk mengidentifikasi,
membandingkan, dan merespons stimulus dengan cepat dan akurat. Ini
mencakup pengenalan dan perbandingan stimulus seperti huruf, angka, simbol,
atau gambar dengan efisien. Tes yang mengukur kemampuan ini termasuk
pengenalan gambar dengan cepat, mencoret huruf tertentu dari barisan angka,
dan menemukan kata-kata tertentu dalam teks.
7. Kefasihan Kata (W) adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan kata
atau kalimat dengan cepat. Ini juga disebut sebagai kefasihan verbal dan
berkontribusi pada kemampuan komunikasi seseorang. Tes yang mengukur
kemampuan ini dapat meminta peserta untuk menghasilkan kata-kata yang
dimulai atau diakhiri dengan huruf tertentu dengan cepat.
Thurstone juga menolak konsep umur mental yang selama ini digunakan oleh
Binet. Ia menyarankan pengaplikasian peringkat persentil untuk membandingkan
kemampuan antar kumpulan subjek (Guilford, 1972). Salah satu pengukuran
kecerdasan yang dikembangkan, mengacu pada teori inteligensi yang dikemukakan
Thurstone terkait PMA adalah alat ukur Intelligence Structure Test (IST). Pada tahun
1953, IST disusun dan diciptakan oleh Rudolf Amthauer kemudian diterbitkan di
bawah naungan Hogrefe Verlag Göttingen. Tahun 1970, Amthauer menerbitkan revisi
alat ukur ini dan dinamakan IST-70. Alat ini diperuntukkan kelompok usia antara 12-
60 tahun. IST mengukur tingkat kecerdasan umum individu dan memetakan struktur
kecerdasan serta menentukan tingkat kecerdasan individu berdasarkan standar
kelompok. (Tarigan, 2021).

4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Thurstone


Kelebihan teori yang dikemukan oleh Thurstone yaitu:
a. Mampu memahami bahan verbal, berfikir verbal dan menangkap
hubungan antara konsep.
b. Mampu mengutarakan ide dan fikiran dengan kata kata
c. Mampu untuk menggunakan fikiran melalui angka angka serta
memperhitungkan secara cepat dan tepat melalui kuntitatif.
d. Mampu untuk melihat dimensi, mengimajinasikan bentu akhir suatu
objek dengan melihat pelannya.
e. Mampu mengingat hal hal yang dialami atau yang dipelajari
sebelumnya.
f. Mampu mengenali persamaan dan perbedaan antar objek objek dan
symbol.
g. Mampu memecahkan permasalahan secara logika dan menangkap
hubungan antar 2 hal.
Sedangkan kekurangan dari teori thustone adalah :
a. Kelemahan alat ukur kecerdasan ini terdapat bias budaya, Bahasa dan
lingkungan yang mempengaruhinya.
b. Kekecewaan tes IQ konvensional menimbulkan perkembangan
sejumlah teori alternatif.
BAB III

KESIMPULAN

Spearman memandang kecerdasan sebagai kemampuan umum yang terlibat


dalam melakukan sebagian besar tugas mental. Variasi tes mental dapat dibagi menjadi
dua bagian: satu bagian berkaitan dengan perbedaan individu dan bagian lainnya
berkaitan dengan tes tertentu. Sedangkan Thurstone Teori faktor berkembang lebih
lanjut sejalan dengan munculnya teknik analisis faktor sehingga muncul multiple
factors theory yang dikembangkan oleh Kelley dan dilanjutkan oleh Thurstone. Teori
ini mengemukakan bahwa kemampuan seseorang dibentuk oleh sejumlah unsur yang
terpisah satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA

Bezruczko, Nikolaus. (2000). Thurstone, Measurement For a New Science. Profiles in


Measurement.
Guilford, J. P. (1972). Thurstone’s primary mental abilities and structure-of-intellect
abilities. Psychological Bulletin, 77(2). https://doi.org/10.1037/h0032227

Murphy, K.R., & Davidshofer, C. O. (1991). Psychological Testing : Principles and


Application. New Jersey : Prentice Hall.
Purwanto. (2010). Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 16, No. 4.
Spearman, C. (1904). “General Intelligence”, objectively determined and measured.
The American Journal of Psychology, 15(2). https://doi.org/10.2307/1412107
Tarigan, Medianta. Fadhillah. (2021). Properti Psikometri Struktur Intelegensi IST
Subtes Verbal (Satzergaenzung, Wortauswahl, dan Analogien) Berbahasa
Indonesia. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 5, No. 1, 63-
72.
Triwulandari, Syane & Supardi U.S. (2022). Analisis Inteligensi dan Berpikir Kritis.
Jurnal Utile, Vol. 3, No. 1, 50-61.

Anda mungkin juga menyukai