Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Manajemen Pendidikan Islam
Dosen Pengampu :
Kelompok : 6
MPI-2A
JURUSAN TARBIYAH
1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul
Epistemologi Manajemen pendidikan islam, sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Rasulullah SAW yang telah membawa
kepada agama Islam yang merupakan Rahmatan lil ‘alamin. Makalah ini tidak hanya
penulis selesaikan sendiri, namun tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak.
Rangkaian ucapan terimakasih, penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah
memberi motivasi, ruang dan waktu untuk membuat makalah ini. Adapun ucapan
terimakasih yang penulis haturkan kepada:
1. Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Pd.I selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Dr. Binti Mu’amalah S.Ag,.M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Kepemimpinan Pendidikan Islam yang ikhlas dan tulus dalam membimbing
kami
4. Teman-teman mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
khususnya prodi Manajemen Pendidikan Islam 2A
5. Dan semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya proses
penyusunan makalah ini.
Di dalam makalah ini, kami sudah berusaha sebaik mungkin. Akan tetapi,
dengan keterbatasan waktu, kemampuan dan pengetahuan kami sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan kami agar pembaca
berkenan memberikan umpan balik baik berupa kritik atau saran. Semoga makalah
ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Amiin.
2
Tulungagung, 04 Maret 2022
Tim penyusun
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................1
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang................................................................................................4
B. Rumusan masalah...........................................................................................5
C. Tujuan ...........................................................................................................5
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Epistemologi................................................................................6
B. Epistemologi Manajemen Pendidikan Islam..................................................7
C. Sistem Epistemologi Pendidikan islam……………………………………..7
D. Kurikulum Pendidikan Islam………………………………………………..8
E. Formulasi Epistemologi Pendidikan Islam………………………………….9
F. Membangun Epistemologi Pendidikan islam……………………………….11
A. Kesimpulan ...................................................................................................13
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seabad yang lalu, pada zaman Auguste Comte dan Herbert Spencer, sosiologi belum
diakui sebagai ilmu pengetahuan, sedangkan kesarjanaan Spencer, misalnya, tidak dapat
diragukan lagi: ia terkenal sebagai seorang filsuf dan ahli etika, ahli biologi dan sosiolog, dan
terkenal untuk puluhan buku tebal yang dia tulis, tentang pengetahuannya yang luas.
Mungkin juga karena kebiasaan bahasa Inggris (tempat lahir dan kehidupan Spencer) yang
memiliki pemahaman sempit bahwa bahasa, sejarah, politik dan ekonomi, yang disebut
"humaniora" (pengetahuan tentang manusia), tidak termasuk dalam Sains.
Pada abad ke-20, tampak bahwa di negara-negara maju, cabang ilmu baru, yaitu
manajemen, sudah mulai enggan diakui sebagai ilmu. Ini bukan hal baru. Ilmu sosial yang
sejak awal mulanya disebut sosiologi juga telah lama harus memperjuangkan kedudukannya
di samping ilmu-ilmu lain yang sudah ada sejak lama. Begitu juga dengan ilmu “manajemen”
yang menjadi pokok bahasan kita hari ini. Ilmu “manajemen” belum dianggap sebagai ilmu
pada saat Taylor dan Fayol mulai memajukannya, bahkan di beberapa bagian negara-negara
dewasa ini, masyarakat masih curiga dan ragu untuk mengajarkannya disamping filsafat yang
menurut para ahli merupakan ilmu tertua, dan ilmu-ilmu lain seperti ilmu alam, ilmu eksakta,
ilmu doktor dan sebagainya ahli.
1
Sebuah Analisis Aspek Ontologi. Epistemologi, dan Aksiologi Konsep Manajemen Pendidikan
Islam,https://www.neliti.com/publications/56782/konsep-manajemen-pendidikan-islam-sebuah-analisis-
aspek-ontologi-
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EPISTEMOLOGI
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang sebenarnya mengkaji hakikat
pengetahuan yang khusus untuk 4 pokok persoalan pengetahuan seperti keabsahan,
struktur, batas dan sumber pengetahuan. Secara etimologi, penguraian berdasarkan
pada asal katanya, istilah epistemology berasal dari Bahasa yunani yaitu episte dan
logos. Episte artinya pengetahuan dan logos lazim dipaka untuk menunjukkan adanya
pengetahuan sistematis. Secara sederhana epistemologi diartikan sebagai pengetahuan
mengenai pengetahuan. Episteme berasal dari kata kerja epistamai, artinya
mendudukan, menempatkan atau meletakkan. Secara harfiah episteme berarti
pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan
setepatnya. 2
Anthony flew dalam A Dictionary of Philosopy menjelaskan bahwa
epistemology sebagai “The branch of philosopy concerned with the theory of
knowledge, Traditionaly central issues in epistemology are the nature and derivation
of knowledge, the scope of knowledge and the reliability of claims to knowledge” 3
Selain kata episteme, untuk kata pengetahuan dalam bahasa yunani juga
dipakai kata “gnosis”, maka istilah epistemologi dalam sejarah pernah juga disebut
gnoseologi sebagai kajian filosofis yang membuat telaah kritis dan analitis tentang
dasar dasar teoritis pengetahuan. Dalam bahasa jerman, epistemologi diterjemahkan
antara lain menjadi erkentnistheorie dan dalam Bahasa Belanda dikenal istilah
kennisleer atau kentheorien (teori pengetahuan).4 Berdasarkan asal kata dan
pengertiannya, singkatnya dapat disebutkan bahwa epistemologi adalah salah satu
2
A.M.W. Pranarka, Epistemologo dasar (Jakarta: Centre For Strategic and International Studies (CSIS), 1987).
Hal 4
3
Anthony flew, A Dictionary of pholosopy (Pan Books in association with the Macmillan Press, n.d.). Hal 101
4
J. Sudarminta, Epistemologi dasar (Yogyakarta: Kanisius,2002). Hal 18-19
6
cabang filsafat untuk membantu bagaimana cara mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Sementara itu, Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi
sebaga ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode dan
validitas ilmu pengetahuan. 5
Secara singkat dapat dikatakan bahwa epistemologi merupakan salah satu
cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan. Dengan
kata lain, epistemologi merupakan disiplin filsafat yang secara khusus hendak
memperoleh pengetahuan tentang pengetahuan. Adapun pengetahuan yang tidak
ilmiah masih tergolong pra-ilmiah. Dalam hal ini, berupa pengetahuan hasil serapan
inderawi yang secara sadar diperoleh, baik telah lama maupun yang baru didapat.
Dengan kata lain, pengetahuan diperoleh secara sadar, sistematis, jelas prosesnya
secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat acak, kemudian diakhiri dengan
verifikasi atau diuji kebenaran ilmiahnya.6
5
Azzurmardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta: LOGOS, 1999).
Hal 144
6
Latif, Orientasi Ke Arab Pemahaman Filsafat Ilmu. Hal 197
7
Periode klasik ini dalam catatan banyak sarjana memang sebuah periode yang gemilang. Karena gilang
gemilangnya periode ini, seorang sarjana terkemuka dan juga seorang muslim yang mengajar di Universitas
London pada imperial college pernah mengatakan “bahwa antara tahun 750-1200 M ilmu pengetahuan atau
sains terutama adalah milik orang-orang islam”
7
nilai yang dikejarnya ini, dipengaruhi pula oleh realitas-realitas yang mempengaruhi
keteraturan yang dikembangkan oleh ilmu manajemen.
8
Secara konseptual pendidikan Islam itu bertujuan untuk membentuk muslim
yang seutuhnya mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk
jasmaniah maupun rohaniyah, menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap
pribadi dengan Allah, manusia, dan alam semesta. Dengan demikian pendidikan Islam
itu berupaya untuk mengembangkan individu seutuhnya sekaligus pewaris nilai-nilai
Islam. Untuk merealisasikan tujuan pendidikan ideal seperti ini, haruslah didesain
dalam kurikulum pendidikan Islam dengan melihat sub sistem dan elemen-elemen
yang ada di dalamnya yang sesuai dan tepat dengan kebutuhan masyarakat dan
lingkungan.10
9
hadits). Sehingga, pendidikan Islam dalam prakteknya dilihat dari kerangka
epistemologis bukan menggunakan pendekatan naturalistik-positivistik, yaitu jenis
pendekatan keilmuan yang lebih menitikberatkan pada aspek koherensi (dari
indikator, dapat terjawabnya berbagai pertanyaan pengetahuan agama) tanpa banyak
menyentuh wilayah moralitas praktis. Atau menitikberatkan pada aspek
korespondensi-tekstual yang lebih menekankan pada kemampuan untuk menghafal
teks-teks keagamaan, yang menurut istilah Fazlur Rahman adalah memory-work
dengan learning by note.
Dengan landasan epistemologi yang dibangun oleh para ilmuan-ilmuan
muslim klasik, yang mendasarkan pengetahuannya melalui indera, akal dan intuisi
juga mengakui kebenaran wahyu, itulah yang menjadi pondasi epistemologi
pendidikan Islam. Sehingga, hasil yang akan dicapai adalah menjadikan anak didik
sebagai manusia yang utuh dengan segala fungsinya, baik fisik maupun psikis. Hal
ini, sesuai dengan hakekat pendidikan itu sendiri, yaitu suatu proses dengan
“memanusiakan manusia”.Dengan demikian epistemologi pendidikan Islam bukanlah
bercorak naturalistic-positivistik, akan tetapi mempunyai corak rasionalistik-
empiristiksufistik, yang berarti bahwa pengakuan terhadap suatu realitas kebenaran
didasarkan pada indera, akal, intuisi dan wahyu. Dalam pendidikan Islam, terutama
dalam konteks pendekatan konseptual metodologis, maka pendidikan Islam
memerlukan sebuah paradigma yang mengedepankan keempat hal tersebut.
10
akal. Akal, sebagai salah satu potensi yang penting dalam diri manusia mempunyai
kedudukan dan peran yang sangat tinggi. Hal ini bukan hanya teori, tapi fungsi akal
telah dibuktikan dalam sejarah pemikiran cendekiawan muslim zaman klasik.
Ron Landau mengatakan: “Dari orang Arablah Eropa belajar berpikir secara obyektif
dan lurus, belajar berdada lapang dan berpandangan luas. Inilah dasar-dasar menjadi
pembimbing bagi renaissance yang menimbulkan kemajuan peradaban Barat”. Dalam
proses pendidikan di lapangan, fungsionalisasi akal dengan mengajak anak didik
selalu berpikir secara maksimal dalam memahami obyek, baik yang nampak maupun
yang tidak nampak, maka tujuan pendidikan Islam akan lebih mudah tercapai.
13
Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005).
11
mewujudkan pendidikan Islam ideal itu baru bisa dicapai bila ada upaya membangun
epistemologinya.14
Epistemologi pendidikan Islam ini, meliputi; pembahasan yang berkaitan
dengan seluk beluk pengetahuan pendidikan Islam mulai dari hakekat pendidikan
Islam, asal-usul pendidikan Islam, sumber pendidikan Islam, metode membangun
pendidikan Islam, unsur pendidikan Islam, sasaran pendidikan Islam, macam-macam
pendidikan Islam dan sebagainya. Dalam pembahasan ini epistemologi pendidikan
Islam lebih diarahkan pada metode atau pendekatan yang dapat dipakai membangun
ilmu pendidikan Islam, daripada komponen-komponen lainnya, karena komponen
metode tersebut paling dekat dengan upaya mengembangkan pendidikan Islam, baik
secara konseptual maupun aplikatif.
Epistemologi pendidikan Islam ini perlu dirumuskan secara konseptual untuk
menemukan syarat-syarat dalam mengetahui pendidikan berdasarkan ajaran-ajaran
Islam. Syarat-syarat itu merupakan kunci dalam memasuki wilayah pendidikan Islam,
tanpa menemukan syarat-syarat itu kita merasa kesulitan mengungkapkan hakekat
pendidikan Islam, mengingat syarat merupakan tahapan yang harus dipenuhi sebelum
berusaha memahami dan mengetahui pendidikan Islam yang sebenarnya. Setelah
ditemukan syarat-syaratnya, langkah selanjutnya untuk dapat menangkap ”misteri
pendidikan Islam” adalah dengan menyiapkan segala sarana dan potensi yang dimiliki
para ilmuan atau pemikir, dalam kapasitasnya sebagai penggali khazanah dan temuan
pendidikan Islam.15
14
Qomar, Epistemologi Pendidikan, h. 249.
15
Ibid., h. 229.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Arif Syihabuddin, Muhammad. Maret, 2020. Manajemen pendidikan islam dalam Tinjauan
Epiatemologi. “Jurnal JALIE: Journal of APPLIED Linguistics and Islamic Education
Volume IV. Nomor 01
Syamsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 45.
14