Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
ISLAM, TEORI-TEORI PENDIDIKAN

ISLAM DAN BARAT

Disusun dalam rangka untuk Memenuhi Tugas Mata


K uliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Rosichin Mansur, M.Pd

Disusun oleh:

Muhammad Syamsud D (22302011001)


Muhammad Fadly R (22302011003)
Anis Fitria (22302011002)

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Epistemologi Pendidikan Islam, Teori-teori
Pendidikan Islam dan Barat". Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun dari jalan kegelapan
menuju ke jalan yang terang benderang dengan ridho Allah SWT dan semoga kita
mendapatkan Syafa’atNya.

Dalam penyelesaian karya makalah ini kami masih mengharapkan


bimbingan dan bantuan dari Dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam Dr.
Rosuchin Mansur, M.Pd. Dengan harapan kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan benar. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran
yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati.

Malang, 12 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Epistemologi Pendidikan Islam...........................................................4
B. Teori-Teori Pendidikan Islam Barat....................................................5
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Ketika membahas pendidikan Islam, bila dibandingkan pendidikan umum


jelas nampak perbedaannya. Hal ini muncul manakala pendidikan Islam
dihadapkan dengan modernisasi dan globalisasi yang ditandai dengan kemajuan
teknologi barat, di samping ketika dikaitkan dengan kenangan masa kejayaan
Islam di masa lalu.
Secara historis tatkala melihat ke belakang bahwa peradaban Islam pernah
menjadi kiblat ilmu pengetahuan dunia sekitar abad ke-7 sampai abad ke-15.
Setelah itu, masa keemasan itu mulai melayu, statis, bahkan mundur hingga abad
ke-21 ini. (Maarif, 2007:18)
Untuk itu perlu ditelusuri seluk beluk bagaimana perkembangan
pendidikan Islam dari dulu hingga sekarang. Lebih tepatnya terkait dengan
Epistemologi pendidikan Islam beserta teori-teori yang berhubungan dengan
pendidikan Islam baik dari barat maupun sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Dari sedikit uraian yang telah dituturkan, maka dapat ditentukan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana Epistemologi Pendidikan Islam ?
2. Bagaimana Teori-teori pendidikan Islam dan Barat ?
C. Tujuan Pembahasan.
Pada dasarnya tujuan pembahasan ialah jawaban dari permasalahan. Maka dari
itu tujuan pembahasan makalah ini antara lain.
1. Untuk mengetahui dengan jelas Epistemologi Pendidikan Islam
beserta ruang lingkupnya.
2. Untuk lebih mendalami dan mengetahui terkait Teori-teori pendidikan
Islam dan Barat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Epistemologi Pendidikan Islam, Teori-teori Pendidikan Islam dan Barat


a. Epistemologi Pendidikan Islam

Menurut bahasa, kata “epistemologi” asalnya dari bahasa Yunani yang memiliki
makna teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dari dua suku kata
yaitu episteme memiliki arti pengetahuan; sementara logos mengandung maksud
ulasan, teori ataupun terori. (Aziz, 2006:71)
Epistemologi sebagai salah satu cabang ilmu filsafat memiliki kedudukan penting
dalam ilmu pengetahuan termasuk dalam pendidikan Islam. Menurut P. Hardono
Hadi Epistemologi ialah salah satu cabang filsafat yang didalamnya mempelajari dan
mencoba menentukan sikap pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya,
serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Sementara D.W. Hamlyn memaknai epistemologi ialah sebagai induk dari filsafat
yang berkaitan dengan sejatinya dan lingkup pengetahuan, dasar dan perkiraan-
perkiraannya secara umum, sehingga seseorang dapat dihukumi telah atau memiliki
pengetahuan (Qomar, 2005:3). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
Epistemologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang bersangkutan
dengan pengetahuan dan dipelajari secara substantif.
Penelitian yang dilakukan Razaq dan Umiarso memberikan penjelasan bahwa
Epistemologi perlu dibuat dalam rangka memahami konsep, teori dan proposisi
sistem pendidikan Islam. Epistemologi keilmuan mengandung logika verifikatif-
filosofis dan logika wahyu-intuisi sebagaimana termaktub dalam al-Qur'an dan al-
Hadits. Epistemologi ini berdimensi rasional-kritis, empiris, intuitif, dan profetik
(illahiyah) dan disebut Kritik Profetik. Implikasinya adalah bahwa pendidikan Islam
akan memiliki pandangan integratif dari sisi profan (fisik) dan transendental
(metafisik). Pendidikan Islam adalah muatan logika-superlogis pemikiran subjektif-
objektif, dunia teori-supra teori, dan argumentasi kritis dengan rasional-intuitif, dasar
diri dan pandangan luar diri. (Razaq dan Umiarso, 2019:32-117)
Epistemologi pendidikan Islam merupakan rangkaian cara untuk menemukan
teori dan konsep pendidikan Islam, sehingga dapat memecahkan berbagai
permasalahan pendidikan Islam, yang mana paling tidak ada empat pendekatan
epistemologis dalam pendidikan Islam: empiris, ilmiah, filosofis, dan religius
4
(teologis). Selain itu pula dalam metode epistemologi pendidikan Islam, yang
meliputi rasional, intuitif, dialogis, komparatif, kritis, dan ‘ibrah adalah menjadi urgen
dewasa ini, dimana epistemologi pendidikan Islam dalam mengembangkan
pendidikan Islam di era modern adalah menyaring pemikiran atau perisai Barat dari
pengaruh epistemologi Barat, mereformasi pendidikan Islam tanpa menghilangkan
idealisme (karakteristik Islam), integrasi pendidikan Islam dengan sistem pendidikan
nasional. (Makki, 2019:24-110)
Pandangan Rahmat Hidayat, dalam jurnalnya diungkapkan bahwa Epistemologi
Pendidikan Islam adalah upaya, cara, atau langkah-langkah untuk mendapatkan
pengetahuan pendidikan yang berdasarkan al-Quran dan as-Sunah (Hidayat, 2016).
Lebih lanjut konsep pendidikan agama Islam perspektif Imam al-Ghazali bahwa
bahwa Ilmu Pengetahuan merupakan sumber untuk memperoleh kebahagiaan di dunia
dan akhirat. Dengan ilmu pengetahuan akan menjadikan manusia menjadi makhluk
yang mulia dan terhormat dibandingkan makhluk lainnya. (Putra, 2016:41-54)
Kesimpulan yang dapat diambil dari berbagai macam pengertian diatas, bahwa
definisi Epistemologi pendidikan Islam ialah cara atau strategi mendapatkan
pengetahuan, pendidikan dengan tetap dalam koridor keislaman.
b. Objek dan Tujuan Epistemologi.

Epistemologi atau teori pengetahuan yang untuk pertama kali digagas oleh Plato
ini memiliki objek tertentu. Objek epistemologi ini menurut Jujun S. Suria suamantri
berupa “segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh
pengetahuan.” Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang mejadi sasaran
teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab
sasaran itu merupakan suatu tahap perantara yang harus dilalui dalam mewujudkan
tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu
tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika
pengetuhuan.Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan
sampai kita puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa disertai dengan
cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan, sebab keadaan memperoleh
pengetahuan melambangkan sikap pasif, sedangkan cara memperoleh pengetahuan
melambangkan sikap dinamis. (Suriasumantri, 1990:43)
Dengan bahasa sederhananya, ketika kita sudah mendapatkan sebuah pengetahuan
yang didapat. Sudah selayaknya memiliki harapan atau tanggung jawab terhadap apa-
5
apa saja yang diperoleh. Sehingga minimal dapat bermanfaat bagi diri sendiri
ataupun orang lain.

B. TEORI TEORI PENDIDIKAN ISLAM DAN BARAT

Definisi pendidikan Islam diartikan sebagai sistem pendidikan yang dapat


memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-
cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya
(Arifin, 2009:07). Tapi melihat fenomena sekarang, sistem pendidikan nasional yang
sedang berjalan sekarang ini merupakan adopsi dari teori-teori pendidikan Barat.
Sementara teori-teori pendidikan Islam terkadang sering ditinggalkan atau diabaikan
bahkan tidak tahu sama sekali membedakan mana teori pendidikan yang berasal Barat
dan mana pula yang berasal dari dunia Islam. Pada hal antara teori pendidikan Barat dan
Islam terdapat perbedaan yang cukup mendasar. Dalam hal ini, Tohari Musnawar
sebagaimana yang dikutip oleh Warul Walidin Ak mengomentari tentang perbedaan
tersebut, bahwa: Antara pendidikan Barat dan Islam terdapat perbedaan yang mendasar,
baikmengenai dasar, tujuan, kualisifikasi pendidikan, sistem evaluasi bahkan sampai
sampai kepada out-put yang dihasilkannya. Ironisnya, karena kita tidak mengetahui
secara persis perbedaan tersebut, maka secara tidak sadar justru kita sering menggunakan
konsep pendidikan Barat, sehingga out-put yang dihasilkan adalah menjadi manusia-
manusia yang bermental Barat. (Walidan, 2013)
Terlepas dari makna pendidikan di atas, menurut Athiyah Al-Abrasy, beliau
mendefinisikan pendidikan: sebagai upaya mempersiapkan individu untuk kehidupan
yang lebih sempurna, kebahagiaan hidup, cinta tanah air, kekuatan raga, kesempurnaan
etika, sistematika dalam berfikir, tajam berperasaan giat dalam berekresi, toleransi pada
yang lain berkompetisi dalam mengungkapkan bahasa tulis dan bahasa lisan serta
terampil berkreativitas. (Muslimin, 2008:09)
Adapun Pendidikan Islam dan Barat memiliki dasar-dasar teoritis yang berbeda
karena masing-masing didasarkan pada nilai-nilai budaya, sejarah, dan tradisi yang
berbeda. Teori pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada term al-
tarbiyah,al- ta‟dib dan al- ta‟lim (Nasir, 2002:25). Adapun pengertiannya sebagai
berikut :
a. Tarbiyat mengandung arti memelihara, membesarkan, dan mendidik yang
kedalamnya sudah termasuk makna mengajar atau „allama (Ahmad Tafsir,
6
1995:109). Berangkat dari pengertian ini maka tarbiyat didefinisikan sebagai
proses bimbingan terhadap potensi manusia (jasmani, ruh dan akal)
(Jalaluddin, 2003:72)
b. Al-Ta‟lim telah digunakan sejak awal pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut
para ahli kata ini bersifat universal dibanding dengan al-Tarbiyah maupun al-Ta‟dib. Rasyid
Rhidi mengartikan al-Ta‟lim sebagai Proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa
individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.
c. Al-Ta‟dib Menurut al-Attas, istilah paling tepat untuk menunjukan
pendidikan Islam adalah al-Ta‟dib. Hal ini berdasarkan pada hadist Nabi yang
artinya: “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku(HR. al-
Askary dari Ali RA).
Dari istilah ketiga itu yang sering digunakan dalam prakteknya adalah term tarbiyah
sedangkan term al- ta‟dib dan al- ta‟lim jarang digunakan.
Adapun Beberapa tokoh yang telah banyak berkontribusi di dalam pendidikan Islam
(Nata, 2003:03) seperti tokoh abad klasik seperti Ibn Sina, al-Ghazali, dan Ibn Kholdun,
adapun pemikirannya sebagai berikut :
a. Ibnu Sina (Avicenna): Ibnu Sina adalah seorang filsuf Muslim terkenal yang
mengembangkan konsep pendidikan holistik. Menurutnya, pendidikan harus
mengintegrasikan pengetahuan agama dengan ilmu pengetahuan dunia.
b. Pendidikan Integral Menurut Ibnu Khaldun: Ibnu Khaldun, seorang filsuf dan
sejarawan Muslim, mengemukakan konsep pendidikan integral yang mencakup
aspek akademik, moral, dan sosial. Pendidikan harus menciptakan individu yang
berkontribusi positif kepada masyarakat.
c. Pendidikan Transformasional Menurut al-Ghazali: Al-Ghazali, seorang
cendekiawan Muslim terkenal, menyatakan bahwa pendidikan seharusnya tidak
hanya fokus pada pengetahuan, tetapi juga mengajarkan etika, moralitas, dan
spiritualitas. Pendidikan sejati adalah transformasional dan membentuk karakter.

Begitupun juga, para tokoh-tokoh pendidikan Indonesia berbeda pendapat


mengenai definisi pendidikan Islam itu sendiri. Berikut beberapa pendapat para ahli
pendidikan Islam dalam mendefinisikan istilah Pendidikan Islam :
a. Muhammad Athiyah Al Abrasyi; “Pendidikan Islam (Al Tarbiyah Al Islamiyah)
adalah usaha untuk menyiapkan manusia agar hidup dengan sempurna dan bahagia,
mencintai tanah air, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya,
mahir dalam pekerjaan, manis tutur katanya baik lisan maupun tulisan.
7
b. D. Marimba; Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam.
c. M. Yusuf Al Qardawi; pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal
dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karenanya
pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai
maupun perang dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala
kebaikan dan kejahatannya serta manis dan pahitnya.(Qardawi, 1980:157)
d. Hasan Langgulung; Pendidikan Islam merupakan suatu proses penyiapan generasi
muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di
akhirat.(Langgulung, 1980:94)
e. Azyumardi Azra; Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari ajaran Islam
secara keseluruhan. Karenanya, tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan
hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah
yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan berbahagia di dunia
dan akhirat.(Azra, 2000:08)

Sedangkan dalam pendidikan Barat, ilmu tidak lahir dari pandangan hidup agama
tertentu dan diklaim sebagai sesuatu yang bebas nilai. Namun sebenarnya tidak benar-
benar bebas nilai tapi hanya bebas dari nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan. Menurut
Naquib al-Attas, ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun di atas wahyu dan
kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan
spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia
sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral,
yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah. Sehingga dari cara pandang yang
seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu sekular. (Rocaity, 2006) Menurut
Al-Attas ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat, pertama,
menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia; kedua, bersikap dualitas
terhadap realitas dan kebenaran; ketiga, menegaskan aspek eksistensi yang
memproyeksikan pandangan hidup sekular; empat, menggunakan doktrin humanisme;
dan kelima, menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam
fitrah dan eksistensi kemanusiaan. Kelima faktor ini amat berpengaruh dalam pola pikir
para ilmuwan Barat sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di Barat. Adapun
teori pendidikan menurut perspektif barat dapat digambarkan dalam poin-poin berikut :
8
a. Humanisme: Teori pendidikan Barat sering didasarkan pada humanisme, yang
menempatkan manusia sebagai pusat dari segala sesuatu. Pendidikan di dalam
kerangka ini bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia secara maksimal.
b. Perennialisme: Pendekatan ini mengajarkan pengetahuan yang tetap, termasuk
karya-karya klasik, sebagai dasar pendidikan. Penekanannya adalah pada
pengembangan akal dan pemahaman konsep-konsep fundamental.

c. Pragmatisme: Teori pragmatisme menekankan pada relevansi dan manfaat dari


pengetahuan. Pendidikan diarahkan untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi
kehidupan sehari-hari dan mencapai tujuan praktis.
d. Liberalisme: Pendekatan liberal dalam pendidikan mengedepankan kebebasan
individu, termasuk kebebasan dalam memilih apa yang dipelajari. Siswa diberi
kebebasan untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri.

Para tokoh pendidikan di dunia barat telah melakukan perdebatan panjang seputar
persoalan pendidikan,yaitu: apakah pendidikan itu dibutuhkan atau tidak dibutuhkan oleh
manusia dalam kehidupannya. Perdebatan ini kemudian melahirkan beragam aliran dalam
pendidikan,. Adapun pemikirian para tokoh barat dalam pendidikan dirangkum sebagai
berikut :

a. Teori Pendidikan Plato. Plato adalah salah satu filsuf awal yang menyoroti peran
nilai-nilai dalam pendidikan. Dalam karyanya "The Republic," dia membahas
pembentukan karakter dan kepemimpinan melalui pendidikan. Dia mengusulkan
pembentukan warga negara yang baik melalui pendidikan yang berfokus pada
kebaikan dan keadilan.
b. John Dewey: Dewey adalah seorang filsuf pendidikan Amerika yang mendukung
pendekatan pendidikan berbasis pengalaman. Dia menekankan pentingnya nilai-nilai
demokrasi, partisipasi, dan pengembangan karakter melalui pengalaman praktis dalam
pendidikan. mengembangkan teori pendidikan progresif yang menekankan
pembelajaran berbasis pengalaman dan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar.
Pendidikan seharusnya menciptakan individu yang kritis dan mandiri.
c. Teori Perkembangan Kognitif (Piaget): Teori ini dikembangkan oleh Jean Piaget
dan berfokus pada perkembangan kognitif anak. Piaget membagi tahap-tahap
perkembangan intelektual menjadi beberapa tahap, dan pendidik di Barat sering
menggunakan pendekatan ini dalam merancang kurikulum. Menurutnya, pendidikan

9
seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak dan mendesain
pembelajaran sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.
d. Teori Behaviorisme (Skinner): Teori ini mencatat pentingnya pengaruh lingkungan
dalam pembentukan perilaku. B.F. Skinner menekankan penggunaan penguatan positif
dan negatif dalam pendidikan. Pendekatan ini menekankan pada penggunaan
penghargaan dan hukuman untuk membentuk perilaku yang diinginkan.
e. Teori Konstruktivisme (Vygotsky): Lev Vygotsky mengembangkan teori ini, yang
menekankan peran penting interaksi sosial dalam pembelajaran. Konstruktivisme
berfokus pada pembelajaran melalui interaksi sosial dan pembentukan pengetahuan
bersama. pengetahuan tidak hanya disampaikan kepada siswa, tetapi dibangun oleh
siswa melalui pengalaman dan refleksi. Guru berperan sebagai fasilitator
pembelajaran. (Hamdani, 2013)

Dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan barat berlandaskan berdasarkan rasio


bukan berdasarkan wahyu, apa yang dianggap benar oleh rasio itulah yang dijadikan
pijakan. Dalam pandangan Syed Muhammad Naquib al-Attas, peradaban Barat modern
telah membuat ilmu menjadi probematis. Sekalipun peradaban Barat modern
menghasilkan juga ilmu yang bermanfaat, namun peradaban tersebut juga telah
menyebabkan kerusakan dalam hidup manusia. Ilmu Barat modern tidak dibangun di atas
wahyu dan kepercayaan agama, namun berdasarkan tradisi budaya yang diperkuat
dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekuler yang memusatkan
manusia sebagai makhluk rasional. (Husaini, 2013) Ilmu yang dikembangkan dalam
pendidikan Barat di bentuk dari acuan pemikiran falsafah mereka yang dituangkan
dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme, sekulerisme dan rasionalisme,
apa yang dianggap mereka baik dan benar dapat membuatnya bahagia. Pendidikan Barat
tidak mengenal yang nama agama walaupun mereka mempercayainya kalau adanya
Tuhan. Bagi mereka agama adalah kebutuhan sekunder sedangkan kebutuhan primer
adalah ekonomi.

10
BAB III
PENUTUPAN

KESIMPULAN

Dalam hal ini kita bisa melihat bahwa Pendidikan Islam bukan hanya dilihat dari
sudut pandang ilmunya yang begitu penting bagi kita smua, tapi ada sesuatu yang
signifikan yang perlu kita kaji yaitu pengertian, ruang lingkup dan epistemologi
Pendidikan Islam itu sendiri.
Epistemologi sebagai salah satu cabang ilmu filsafat memiliki kedudukan penting
dalam ilmu pengetahuan termasuk dalam pendidikan Islam. Proses untuk memperoleh
pengetahuan inilah yang mejadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi
mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap perantara
yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa
terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
melihat fenomena sekarang, sistem pendidikan nasional yang sedang berjalan sekarang
ini merupakan adopsi dari teori-teori pendidikan Barat. Sementara teori-teori pendidikan
Islam terkadang sering ditinggalkan atau diabaikan bahkan tidak tahu sama sekali
membedakan mana teori pendidikan yang berasal Barat dan mana pula yang berasal dari
dunia Islam. Adapun Pendidikan Islam dan Barat memiliki dasar-dasar teoritis yang
berbeda karena masing-masing didasarkan pada nilai-nilai budaya, sejarah, dan tradisi
yang berbeda.

Terlepas dari makna pendidikan di atas, pendidikan sebenarnya adalah upaya


mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih baik, lebih sempurna dengan tetap
memperhatikan tata aturan, tradisi dan budaya.
Demikian kesimpulan yang dapat kami paparkan, mudah-mudahan dapat dipahami
dengan seksama dan bisa berguna. Mohon Maaf yang sebesar-besarnya kiranya didalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Syamsul Ma’arif. (2007) Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta:Graha Ilmu


Abdul Aziz.(2006) Filsafat Pendidikan Islam. Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan
Islam.Surabaya: Elkaf
Mujamil Qomar.(2005) Epistemologi Pendidikan Islam.Jakarta:Erlangga
Abd Rahim Razaq dan Umiarso Umiarso.(2019) Islamic Education Construction in
the Perspective of Falsification of Karl R. Popper.Jurnal Pendidikan Islam,
vol. 5, no. 2
Makki Makki.(2019) Epistemologi Pendidikan Islam Memutus Dominasi Barat Terhadap
Pendidikan Islam, AlMusannif, vol. 1, no. 2
Rahmat Hidayat.(2016) Epistemologi Pendidikan Islam Sistem, Kurikulum,
Pembaharuan Dan Upaya Membangun Epistemologi Pendidikan Islam,
Almufida, Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, vol. 1, no. 1
Ary Antony Putra.(1990) Konsep Pendidikan Agama Islam Perspektif Imam Al-Ghazali,
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, vol. 1, no. 1
Jujun S. Suriasumantri.(1990) Ilmu Filsafat Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Abudin Nata. (2003) Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja
Grafindo
Ali Hamdani, Filsafat Pendidikan, cet. I. Kota Kembang: Yogyakarta, 1987, hal. 9. Jurnal
Ilmiah Didaktika Vol. XIII, No. 2, Februari 2013
Adian Husaini.( 2 0 1 3 ) Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam. Jakarta: Gema
Insani,
Azyumardi Azra. (2000) Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu
Ety Rochaity. (2006). Sistem Informasi Management Pendidikan Jakarta: Bumi
Aksara
H. M. Arifin. (2009). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Hasan Langgulung. (1980) Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. Bandung: Al


Ma’arif

Jalaludin. (2003) Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Muslimin. (2008) Paradigma Baru Pendidikan (Restropeksidan Proyeksi Modernisasi
PendidikanIslam di Indonesia). Jakarta: PIC UIN

12
Nizar. S. (2002) Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoris dan Praktis.
Jakarta: PTIntermasa
Seri Biografi Tokoh, Tim Nuansa Plato Filosof Yunani Terbesar (Bandung: Nuansa,
2009)
Warul Walidin Ak,“Konsep Pendidikan Menurut Ibnu Kaldun”, Tesis tidak Diterbitkan.
Yogyakarta: Fakultas Pascasarjana dan Doktor IAIN Sunan Kalijaga, 1990,
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIII, No. 2, Februari 2013

Yusuf Al Qardhawi. (1980) Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terj. Prof.
H. Bustami A. Ghani dan Drs. Zainal Arifin Ahmad. Jakarta: Bulan Bintang

Zakiyah Daradjat. (2000) Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

13

Anda mungkin juga menyukai