EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
ISLAM, TEORI-TEORI PENDIDIKAN
Disusun oleh:
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Epistemologi Pendidikan Islam, Teori-teori
Pendidikan Islam dan Barat". Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun dari jalan kegelapan
menuju ke jalan yang terang benderang dengan ridho Allah SWT dan semoga kita
mendapatkan Syafa’atNya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Epistemologi Pendidikan Islam...........................................................4
B. Teori-Teori Pendidikan Islam Barat....................................................5
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut bahasa, kata “epistemologi” asalnya dari bahasa Yunani yang memiliki
makna teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dari dua suku kata
yaitu episteme memiliki arti pengetahuan; sementara logos mengandung maksud
ulasan, teori ataupun terori. (Aziz, 2006:71)
Epistemologi sebagai salah satu cabang ilmu filsafat memiliki kedudukan penting
dalam ilmu pengetahuan termasuk dalam pendidikan Islam. Menurut P. Hardono
Hadi Epistemologi ialah salah satu cabang filsafat yang didalamnya mempelajari dan
mencoba menentukan sikap pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya,
serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Sementara D.W. Hamlyn memaknai epistemologi ialah sebagai induk dari filsafat
yang berkaitan dengan sejatinya dan lingkup pengetahuan, dasar dan perkiraan-
perkiraannya secara umum, sehingga seseorang dapat dihukumi telah atau memiliki
pengetahuan (Qomar, 2005:3). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
Epistemologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang bersangkutan
dengan pengetahuan dan dipelajari secara substantif.
Penelitian yang dilakukan Razaq dan Umiarso memberikan penjelasan bahwa
Epistemologi perlu dibuat dalam rangka memahami konsep, teori dan proposisi
sistem pendidikan Islam. Epistemologi keilmuan mengandung logika verifikatif-
filosofis dan logika wahyu-intuisi sebagaimana termaktub dalam al-Qur'an dan al-
Hadits. Epistemologi ini berdimensi rasional-kritis, empiris, intuitif, dan profetik
(illahiyah) dan disebut Kritik Profetik. Implikasinya adalah bahwa pendidikan Islam
akan memiliki pandangan integratif dari sisi profan (fisik) dan transendental
(metafisik). Pendidikan Islam adalah muatan logika-superlogis pemikiran subjektif-
objektif, dunia teori-supra teori, dan argumentasi kritis dengan rasional-intuitif, dasar
diri dan pandangan luar diri. (Razaq dan Umiarso, 2019:32-117)
Epistemologi pendidikan Islam merupakan rangkaian cara untuk menemukan
teori dan konsep pendidikan Islam, sehingga dapat memecahkan berbagai
permasalahan pendidikan Islam, yang mana paling tidak ada empat pendekatan
epistemologis dalam pendidikan Islam: empiris, ilmiah, filosofis, dan religius
4
(teologis). Selain itu pula dalam metode epistemologi pendidikan Islam, yang
meliputi rasional, intuitif, dialogis, komparatif, kritis, dan ‘ibrah adalah menjadi urgen
dewasa ini, dimana epistemologi pendidikan Islam dalam mengembangkan
pendidikan Islam di era modern adalah menyaring pemikiran atau perisai Barat dari
pengaruh epistemologi Barat, mereformasi pendidikan Islam tanpa menghilangkan
idealisme (karakteristik Islam), integrasi pendidikan Islam dengan sistem pendidikan
nasional. (Makki, 2019:24-110)
Pandangan Rahmat Hidayat, dalam jurnalnya diungkapkan bahwa Epistemologi
Pendidikan Islam adalah upaya, cara, atau langkah-langkah untuk mendapatkan
pengetahuan pendidikan yang berdasarkan al-Quran dan as-Sunah (Hidayat, 2016).
Lebih lanjut konsep pendidikan agama Islam perspektif Imam al-Ghazali bahwa
bahwa Ilmu Pengetahuan merupakan sumber untuk memperoleh kebahagiaan di dunia
dan akhirat. Dengan ilmu pengetahuan akan menjadikan manusia menjadi makhluk
yang mulia dan terhormat dibandingkan makhluk lainnya. (Putra, 2016:41-54)
Kesimpulan yang dapat diambil dari berbagai macam pengertian diatas, bahwa
definisi Epistemologi pendidikan Islam ialah cara atau strategi mendapatkan
pengetahuan, pendidikan dengan tetap dalam koridor keislaman.
b. Objek dan Tujuan Epistemologi.
Epistemologi atau teori pengetahuan yang untuk pertama kali digagas oleh Plato
ini memiliki objek tertentu. Objek epistemologi ini menurut Jujun S. Suria suamantri
berupa “segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh
pengetahuan.” Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang mejadi sasaran
teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab
sasaran itu merupakan suatu tahap perantara yang harus dilalui dalam mewujudkan
tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu
tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika
pengetuhuan.Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan
sampai kita puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa disertai dengan
cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan, sebab keadaan memperoleh
pengetahuan melambangkan sikap pasif, sedangkan cara memperoleh pengetahuan
melambangkan sikap dinamis. (Suriasumantri, 1990:43)
Dengan bahasa sederhananya, ketika kita sudah mendapatkan sebuah pengetahuan
yang didapat. Sudah selayaknya memiliki harapan atau tanggung jawab terhadap apa-
5
apa saja yang diperoleh. Sehingga minimal dapat bermanfaat bagi diri sendiri
ataupun orang lain.
Sedangkan dalam pendidikan Barat, ilmu tidak lahir dari pandangan hidup agama
tertentu dan diklaim sebagai sesuatu yang bebas nilai. Namun sebenarnya tidak benar-
benar bebas nilai tapi hanya bebas dari nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan. Menurut
Naquib al-Attas, ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun di atas wahyu dan
kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan
spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia
sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral,
yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah. Sehingga dari cara pandang yang
seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu sekular. (Rocaity, 2006) Menurut
Al-Attas ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat, pertama,
menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia; kedua, bersikap dualitas
terhadap realitas dan kebenaran; ketiga, menegaskan aspek eksistensi yang
memproyeksikan pandangan hidup sekular; empat, menggunakan doktrin humanisme;
dan kelima, menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam
fitrah dan eksistensi kemanusiaan. Kelima faktor ini amat berpengaruh dalam pola pikir
para ilmuwan Barat sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di Barat. Adapun
teori pendidikan menurut perspektif barat dapat digambarkan dalam poin-poin berikut :
8
a. Humanisme: Teori pendidikan Barat sering didasarkan pada humanisme, yang
menempatkan manusia sebagai pusat dari segala sesuatu. Pendidikan di dalam
kerangka ini bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia secara maksimal.
b. Perennialisme: Pendekatan ini mengajarkan pengetahuan yang tetap, termasuk
karya-karya klasik, sebagai dasar pendidikan. Penekanannya adalah pada
pengembangan akal dan pemahaman konsep-konsep fundamental.
Para tokoh pendidikan di dunia barat telah melakukan perdebatan panjang seputar
persoalan pendidikan,yaitu: apakah pendidikan itu dibutuhkan atau tidak dibutuhkan oleh
manusia dalam kehidupannya. Perdebatan ini kemudian melahirkan beragam aliran dalam
pendidikan,. Adapun pemikirian para tokoh barat dalam pendidikan dirangkum sebagai
berikut :
a. Teori Pendidikan Plato. Plato adalah salah satu filsuf awal yang menyoroti peran
nilai-nilai dalam pendidikan. Dalam karyanya "The Republic," dia membahas
pembentukan karakter dan kepemimpinan melalui pendidikan. Dia mengusulkan
pembentukan warga negara yang baik melalui pendidikan yang berfokus pada
kebaikan dan keadilan.
b. John Dewey: Dewey adalah seorang filsuf pendidikan Amerika yang mendukung
pendekatan pendidikan berbasis pengalaman. Dia menekankan pentingnya nilai-nilai
demokrasi, partisipasi, dan pengembangan karakter melalui pengalaman praktis dalam
pendidikan. mengembangkan teori pendidikan progresif yang menekankan
pembelajaran berbasis pengalaman dan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar.
Pendidikan seharusnya menciptakan individu yang kritis dan mandiri.
c. Teori Perkembangan Kognitif (Piaget): Teori ini dikembangkan oleh Jean Piaget
dan berfokus pada perkembangan kognitif anak. Piaget membagi tahap-tahap
perkembangan intelektual menjadi beberapa tahap, dan pendidik di Barat sering
menggunakan pendekatan ini dalam merancang kurikulum. Menurutnya, pendidikan
9
seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak dan mendesain
pembelajaran sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.
d. Teori Behaviorisme (Skinner): Teori ini mencatat pentingnya pengaruh lingkungan
dalam pembentukan perilaku. B.F. Skinner menekankan penggunaan penguatan positif
dan negatif dalam pendidikan. Pendekatan ini menekankan pada penggunaan
penghargaan dan hukuman untuk membentuk perilaku yang diinginkan.
e. Teori Konstruktivisme (Vygotsky): Lev Vygotsky mengembangkan teori ini, yang
menekankan peran penting interaksi sosial dalam pembelajaran. Konstruktivisme
berfokus pada pembelajaran melalui interaksi sosial dan pembentukan pengetahuan
bersama. pengetahuan tidak hanya disampaikan kepada siswa, tetapi dibangun oleh
siswa melalui pengalaman dan refleksi. Guru berperan sebagai fasilitator
pembelajaran. (Hamdani, 2013)
10
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Dalam hal ini kita bisa melihat bahwa Pendidikan Islam bukan hanya dilihat dari
sudut pandang ilmunya yang begitu penting bagi kita smua, tapi ada sesuatu yang
signifikan yang perlu kita kaji yaitu pengertian, ruang lingkup dan epistemologi
Pendidikan Islam itu sendiri.
Epistemologi sebagai salah satu cabang ilmu filsafat memiliki kedudukan penting
dalam ilmu pengetahuan termasuk dalam pendidikan Islam. Proses untuk memperoleh
pengetahuan inilah yang mejadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi
mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap perantara
yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa
terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
melihat fenomena sekarang, sistem pendidikan nasional yang sedang berjalan sekarang
ini merupakan adopsi dari teori-teori pendidikan Barat. Sementara teori-teori pendidikan
Islam terkadang sering ditinggalkan atau diabaikan bahkan tidak tahu sama sekali
membedakan mana teori pendidikan yang berasal Barat dan mana pula yang berasal dari
dunia Islam. Adapun Pendidikan Islam dan Barat memiliki dasar-dasar teoritis yang
berbeda karena masing-masing didasarkan pada nilai-nilai budaya, sejarah, dan tradisi
yang berbeda.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata. (2003) Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja
Grafindo
Ali Hamdani, Filsafat Pendidikan, cet. I. Kota Kembang: Yogyakarta, 1987, hal. 9. Jurnal
Ilmiah Didaktika Vol. XIII, No. 2, Februari 2013
Adian Husaini.( 2 0 1 3 ) Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam. Jakarta: Gema
Insani,
Azyumardi Azra. (2000) Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu
Ety Rochaity. (2006). Sistem Informasi Management Pendidikan Jakarta: Bumi
Aksara
H. M. Arifin. (2009). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara
12
Nizar. S. (2002) Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoris dan Praktis.
Jakarta: PTIntermasa
Seri Biografi Tokoh, Tim Nuansa Plato Filosof Yunani Terbesar (Bandung: Nuansa,
2009)
Warul Walidin Ak,“Konsep Pendidikan Menurut Ibnu Kaldun”, Tesis tidak Diterbitkan.
Yogyakarta: Fakultas Pascasarjana dan Doktor IAIN Sunan Kalijaga, 1990,
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIII, No. 2, Februari 2013
Yusuf Al Qardhawi. (1980) Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terj. Prof.
H. Bustami A. Ghani dan Drs. Zainal Arifin Ahmad. Jakarta: Bulan Bintang
13